19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pikir manusia Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dari hari ke hari semakin cepat sehubungan dengan derasnya era informasi. Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan antara lain mahalnya pelayanan medik. Selain itu, terjadi pula perubahan tata nilai dalam masyarakat, yaitu semakin kritis memandang masalah yang ada, termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya. Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpusaan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan dimuka pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut akan merupakan berita yang tersebar luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan. Pedoman ini sudah ada yaitu, "Kode Etik Bidan". 1

BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPola pikir manusia Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dari hari ke hari semakin cepat sehubungan dengan derasnya era informasi.Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan antara lain mahalnya pelayanan medik. Selain itu, terjadi pula perubahan tata nilai dalam masyarakat, yaitu semakin kritis memandang masalah yang ada, termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya.Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpusaan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan dimuka pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut akan merupakan berita yang tersebar luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan. Pedoman ini sudah ada yaitu, "Kode Etik Bidan". B. Rumusan Masalah1. Kode etik2. Kode etik kebidanan3. Kewenangan praktik kebidanan4. Penyimpangan kode etik bidan5. Sanksi pelanggaranC. TUJUAN 1. Agar mahasiswa mengerti tentang definisi kode etik bidan2. Agar mahasiswa mengetahui kewajiban bidan3. Agar mahasiswa mengerti penyimpangan dan sanksi pelanggaran kode etik kebidanan

BAB IIPEMBAHASANA. Kode Etik Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesionalB. Kode Etik KebidananBidan merupakan salah satu unsur tenaga medis yang berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan tersebut, maka haruslah ada pembatasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah Kode Etik bidan, dimana kode etik tersebut merupakan suatu pernyataan kemprehensif dan profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktek profesinya, baik yang berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman sejawat, profesi dan diri sendiri, sebagai kontrol kualitas dalam praktek kebidanan.Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyrakat (6 butir)a. Setiap bidan senantiasa menjujung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumapah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung ringgi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memlihara citra bidan.c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada. Peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyrakat.d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan kliery menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.b. Setiap berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2 butir)a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang sesuai. b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan Kebidanan Komunitas meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang iapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)a. Setiap bidan harus memeiihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)a. Setiap bidan dalam menjarankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pembrintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemeriniah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.7. Penutup (1 butir)Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ Mengkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, didalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indonesia. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. C. Kewenangan Praktik KebidananBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:1. Kewenangan normal:a. Pelayanan kesehatan ibub. Pelayanan kesehatan anakc. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokterKewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:1. Pelayanan kesehatan ibua. Ruang lingkup:a) Pelayanan konseling pada masa pra hamilb) Pelayanan antenatal pada kehamilan normalc) Pelayanan persalinan normald) Pelayanan ibu nifas normale) Pelayanan ibu menyusuif) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilanb. Kewenangan:a) Episiotomib) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan IIc) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukand) Pemberian tablet Fe pada ibu hamile) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifasf) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusifg) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartumh) Penyuluhan dan konselingi) Bimbingan pada kelompok ibu hamilj) Pemberian surat keterangan kematiank) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak2. Ruang lingkup:1. Pelayanan bayi baru lahir1. Pelayanan bayi1. Pelayanan anak balita1. Pelayanan anak pra sekolah2. Kewenangan:2. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk2. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan2. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah2. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah2. Pemberian konseling dan penyuluhan2. Pemberian surat keterangan kelahiran2. Pemberian surat keterangan kematian1. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan:3. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana3. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondomSelain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program PemerintahKhusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

D. Penyimpangan Kode Etik BidanKode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat.Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam. Seperti pemberian pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan. Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadual pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah penangan kasus kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong partus patologis dan yang lainnya. Untuk kasus kelahiran sungsang jika bidan melakukan pertolongan sendiri maka bertentangan dengan a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang menyatakan bahwa ) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman b. PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal 10 point ( d ) disebutkan bahwa Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi pertolongan persalinan normalDalam kasus aborsi jika bidan melakukan tindakan aborsi maka akan melanggar peraturan :a. Pasal 229 1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.Dimana melakukan pelanggaran yuridis atau hukum berarti juga melakukan pelanggaran kode etik bidan yang telah ditetapkan. Pelanggaran yang terjadi bisa diproses melalui hukum. Sedangkan jika melakukan pelanggaran kode etik belum tentu melakukan pelanggaran yuridis.

E. Sanksi PelanggaranSetiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi.Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.Apabila seorangbidanmelakukan pelanggaran kode etik maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesibidanyaitu IBI. Danpemberiansanksidilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorangbidanmelakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakahbidantersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaianbidan, danbidantersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepadabidantersebutdalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanPemahaman mengenai etika dan kode etik kebidanan sangat penting diketahui oleh para bidan maupun calon bidan. Hal ini pentimg disadari karena masyarakat semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan. Perkembangan tekhnologi informasi juga memunculkan situasi yang membutuhkan rspn etik. Oleh karena itu pemahaman mengenai etika dan kode etik dibutuhkan agar dapat membentuk sifat dan perilaku yang profesional bidan dalam melakukan profesi kebidanan.B. Saran1. Bagi Bidan jika melakukan tindakan diharapkan sesuai dengan kode etik kebidanan.2. Dengan adanya kode etik kebidanan diharapkan hukum kesehatan dalam kebidanan berlaku sesuai dengan kode etiknya.3. Bagi teman teman agar mengerti kode etik kebidanan.

DAFTAR PUSTAKABidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.Kurnia Nova.(2009).Etika Profesi Kebidanan.Panji pustaka.YogyakartaPelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.Wahyuni Heni Puji (2009). Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Yogyakarta

11