BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I : PENDAHULUAN

Kesehatan baik secara fisik maupun mental merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan oleh seorang individu untuk tetap produktif dalam menjalani siklus kehidupan. Banyak faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu baik dari luar ataupun dari dalam individu itu sendiriGangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan ini meliputi : proses berpikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik (Undang-undang No.3 Tahun 1966 dalam Nasir,A. & Muhith,A., 2011). Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa terjadi karena perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental, WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Yosep, Iyus 2010). Banyak pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RSJ Provinsi bali. Pada rumah sakit tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2011 lalu. Pada tahun 2012 saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedangkan pada tahun 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dan klien yang menjalani rawat inap mencapai 878 orang pada 2012 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2013 (Yosep, Iyus 2013).Di Provinsi Bali, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Bali mengungkapkan pada tahun 2013 jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami peningkatkan 15-20% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan, apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan (Yosep, Iyus 2010).Kasus kekambuhan dari gangguan jiwa itu sendiri banyak dipengaruhi oleh karena proses pengobatan yang terputus. Terputusnya pengobatan pada penderita gangguan jiwa dapat menyebabkan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa (Setiyaningsih, K. F. 2010). Ini dikarenakan anggapan oleh keluarga yang mana jika pasien sudah pulang dari rumah sakit, maka pasien sudah dianggap sehat sepenuhnya. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap proses pengobatan pada pasien gangguan jiwa merupakan salah satu pemegang peranan yang cukup penting dalam kejadian kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di masyarakatUntuk masalah kekambuhan gangguan jiwa di masyarakat, pemerintah sudah mengantisipasi hal tersebut yang mana telah tertuang dalam UU no18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yang mana didalamnya tercantum bahwa penderita gangguan jiwa mendapat pelayanan kesehatan yang sama dengan penderita penyakit lainnyaPelayanan pada penderita gangguan jiwa dimasyarakat merupakan salah satu program yang dimiliki oleh puskesmas baik yang bersifat promotif dan preventif. Pencegahan secara promotif yaitu memberikan penjelasan pada keluarga penderita tentang pengetahuan tentang gangguan jiwa, proses pengobatan dan peran keluarga dalam perawatan pasien dirumah (Ambari, M. K. P. 2010). Bentuk preventif yang diberikan oleh puskesmas adalah pelaksanaan pemberian pelayanan berupa kemudahan untuk mendapatkan obat untuk penderita gangguan jiwa yang bertempat cukup jauh dari Rumah Sakit Jiwa.Seiring program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah kepada puskesmas tidak dibarengi dengan penurunan angka penderita gangguan jiwa, disini peneliti tertarik untuk melakukan Evaluasi terhadap program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di puskesmas sebagai ujung tomabak pelayanan kesehatan di masyarakat. Disini peneliti perlu menggali informasi sedalam-dalamnya tentang pengalaman dari pelaksana progam kesehatan jiwa yang dilaksanakan di puskesmas.

Rumusan masalah :Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh perawat puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di komunitas.?

Manfaat penelitian : 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh perawat puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di komunitas.2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi pengalaman perawat puskesmas tentang pelayanan keperawatan jiwa di komunitas

BAB II: METODE PENELITIAN2.1 Desain Penelitian2.2 Populasi dan Sampel2.3 Lokasi Penelitian2.4 Variabel Penelitian2.5 Tehnik Pengumpulan dan Analsis Data2.6 Ijin Penelitian2.7 Penarikan Kesimpulan Penelitian

BAB III: BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN3.1 Anggaran Biaya

3.2 Jadwal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ambari, M. K. P. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Diperoleh Tanggal 10 Juni 2012, Dari http:// www.researchgate.net > PublicationsNasir, A. dan Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba MedikaSetiyaningsih, K. F. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di Puskesmas Slahung Ponorogo. Diperoleh Tanggal 10 Juni 2012, Dari http/: library-ump.org/index.php?option=com_content&task.id Wikipedia. (2009). Definisi Rawat Inap. Diperoleh Tanggal 23 Februari 2012, Dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rawat inap&oldid=2449939Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama