16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Diantara mereka hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan sampai 70 ribu benar-benar buta dan bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma tidak bergejala sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma menjalani pemeriksaan berkala pada optalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang dan kaputnervi optisi. Maka dari itu Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Agar Mahasiswa dapat lebih memahami dan menjelaskan tentang penyakit GLAUKOMA. 2. Tujuan khusus :

BAB I.docx

  • Upload
    rendi

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I.docx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGlaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Diantara mereka hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan sampai 70 ribu benar-benar buta dan bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma tidak bergejala sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma menjalani pemeriksaan berkala pada optalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang dan kaputnervi optisi.Maka dari itu Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan

1.2 Tujuan1. Tujuan UmumAgar Mahasiswa dapat lebih memahami dan menjelaskan tentang penyakit GLAUKOMA.2. Tujuan khusus :Mahasiswa dapat :- Memahami tentang penyakit glaukoma- Mengetahui penyebab dan perawatan dari penyakit glauokoma

Page 2: BAB I.docx

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GlaukomaIstilah glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda dalam hal patofisiologi, presentasi klinis, dan penanganannya.

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).Glaukoma didefinisikan sebagai peningkatan TIO secara mendadak dan sangat tinggi akibat hambatan di anyaman trabekulum. Keadaan itu merupakan suatu kedaruratan mata yang termasuk true emergency.

2.2 Klasifikasi GlaukomaGlaukoma diklasifikasikan dalam 2 kelompok :a. Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka)Tipe ini merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat kembali normal lagi (ireversibel).Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.Glaukoma sudut terbuka dibagi menjadi 3 macam :a. PrimerGlaukoma sudut terbuka primer ditandai dengan atropi saraf optikkus dan kapitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas. Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.

Page 3: BAB I.docx

b. SekunderPeningkatan TIO yang disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran keluar humor akueos melalui jaring-jaring traekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena efiskleral. Peningkatan tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka waktu lama tumor intraokuler, uveitis.

c. Glaukoma tegangan normalGlaukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari retina menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita.

b. Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup)Glaukoma sudut tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan pengobatan.Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 2 :

Page 4: BAB I.docx

a. PrimerAkibat defek anatomis yang menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Penderita glaukoma sudut tertutup primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali terjadi penutuan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi.b. SekunderPeningkatan tahanan aliran humor akueus disebabkann oleh penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh iris perifer, biasanya disebabkan oleh aliran akueus setelah menderita penyakit atau pembedahan.

2.3 Gejala KlinisSecara khusus gejala klinis glaukoma dibagi menjadi glaukoma yang akut dan kronis.

Gejala glaukoma akut :Mata mendadak teras nyeri, merah, penglihatan terganggu bahkan sampai tidak dapat melihat. Terkadang disertai mual, muntah dan dapat pula, melihat gambaran pelangi sewaktu melihat bola lampu.Glaukoma Kronis (kronis=lambat), mula-mula cairan akuos dapat berjalan lancar akan tetapi semakin lama aliran akan melambat karena ada hambatan. Tekanan bola mata akan meninggi perlahan-lahan sehingga tak ada gejala nyeri sama sekali akan tetapi lapang pandang mata akan menyempit perlahan-lahan.2.4 PenatalaksanaanTujuan ini adalah untuk menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksaan bisa berupa terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional.1. FarmakoterapiTerapi obat merupakan penangan awal dan utama untuk glaukoma sudut terbuka primer meskipun program ini dapat diganti terapi diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal pilihan berikutnya adalah terabekuloplasti laser.

Glaukoma sudut tertutup akutDengan sumbatan pupil biasanya jarang merupakan kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO sebanyak mungkin sebelum iridektomi laser atau insisional.Penangan glaukoma sekunder, ditangani dengan menghentikan pengobatan kortikosteroid. Uveitis diterapi dengan bahan anti inflamasi.

Kontraindikasi pada pasien glaukoma :a. Efek samping pada pemakaian obat topikal :- Pandangan kabur- Pandangan meremang khususnya menjelang malam dan kesulitan memfokuskan pandangan, kadang frekuensi denyut jantung dan respirasi juga terpengaruh.b. Efek samping pada pemakaian obat sistemik :- adanya rasa kesemutan pada jari tangan dan jari kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, kadang batu ginjal.

Page 5: BAB I.docx

c. Jenis obat yang digunakan oleh glaukoma :- Antaginis beta-adenergik,bahan kolinergik,agonis adenergik,inhibitor Anhidrase karbonat,diuretika Osmoltik.2. Bedah laser untuk glaukomaPembedahan laser untuk memperbaiki aliran humor aqueousdan menurunkan TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk glaukoma,atau bisa juga di pergunakan bila terapi obat tidak bisa di toleransi, atau tidak dapat menurunkan TIO dangan adekua. Laser dapat digunakan pada berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaukoma.3. Bedah KonfensionalKonfensional dilakukan bila tehnik laser tidak berhasil, atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk dilakukan bedah laser. Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan keberhasilan penurunan TIO pada 80-90% pasien.4. Iridektomi Perifer atau sektoralDilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran homor aqueous dari kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada penanganan glaukoma dengan penyumbatan pupil bila pembedahan laser tidak berlangsung atau tidak tersedia.5. TrabekulektomiDilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah sklera dengan engsel dilimbus. Trabekulotomi meningkatkan aliran keluar humor aqueous dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.

2.5 Implikasi KeperawatanPasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah pembedahan.gerakan dan aktivitas berat yang dapat mengakibatkan pasien mengalami keadaan yang serupa dengan manuver Valsalva, seperti mengejan, mengangkat beban, dan membungkuk, dihindari sampai satu minggu. Pasien tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan selama 1 minggu, mata dibalut selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan, mata tidak boleh kemasukan air.Tetes mata antibiotika spektrum luas dapat diberikan selama 4-5 hari, dan kortikosteroid topikal diberikan selama beberapa minggu untuk mengurangi inflamasi dan jaringan parut. Antifibrinolitik atau anti-inflamasi yang lebih kuat, seperti 5-luorourasil dan kortikosteroid oral. Karena aspirin dapat mengakibatkan perdarahan, pemakaiannya merupakan kontraindikasi, dan nyeri biasanya diatasi dengan asetaminofen.

2.6 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Glaukoma1. Pengkajian1) Data Subyektifa) Nyerib) Mualc) Diaporesisd) Riwayat jatuh sebelumnya

Page 6: BAB I.docx

e) Pengetahuan tentang regimen terapeutikf) Sistem pendukung, lingkungan rumah.

2) Data obyektifa) Perubahan tanda – tanda vital b) Respon yang azim terhadap nyeri c) Tanda – tanda infeksi:• Kemerahan• Edema• Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)• Drainase pada kelopak mata dan bulu mata• Zat purulen• Peningaktan suhu tubuh• Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.

d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;

• kaki kursi, perabot yang rendah• Tiang infus • Tempat sampah • Sandalg) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.

Perumusan Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

3) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.4) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.

2.7 Perencanaan1) Nyeri akuta) Tujuan: nyeri teratasi b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. c) Intervensi:• Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.

Page 7: BAB I.docx

Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.• Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.• Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut; Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi. Distraksi Latihan relaksasi

Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.

• Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.• Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.• Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.

2) Resiko tinggi terhadap infeksia) Tujuan: infeksi tidak terjadi.b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi.c) Intervensi:• Tingkatkan penyembuhan luka: Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat. Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukanRasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan• Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata: Cuci tangan sebelum memulai Pegang alat penetes agak jauh dari mata  Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.

Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.• Kaji tanda dan gejala infeksi: Kemerahan, edema pada kelopak mata Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata Materi purulen pada bilik anterior (antara korminea dan iris)

Page 8: BAB I.docx

Peningkatan suhu Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.• Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.• Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

3) Resiko tinggi terhadap cideraa) Tujuan: Cidera tidak terjadi.

b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.c) Intervesi:

• Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.• Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.Singkirkan penghalang dari jalur berjalan. Singkrkan sedotan dari baki. Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.• Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.• Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya. Karpet yang tersingkap. Kabel listrik yang terpapar.  Perabot yang rendah  Binatang peliharaan  TanggaRasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.

4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutika) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan.

Page 9: BAB I.docx

c) Intervensi:• Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan. Membaca Menonton televisi Memasak  Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan Mandi siram atau mandi di bak mandi.Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.• Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut: Berbaring pada sisi yang dioperasi  Membungkuk melewati pinggang  Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg. Mandi Mengedan selama defekasi.Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.• Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.• Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat  Obatan yang diresepkan. Nama, tujuan dan kerja obat. Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)  Teknik pemberian  Instruksi atau kewaspadaan khususRasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.• Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut: Kehilangan penglihatan Nyeri pada mata  Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras)  Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.

Page 10: BAB I.docx

• Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme.• Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang.Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.• Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.

2.8 PelaksanaanDisesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.

2.9 EvaluasiDisesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanGlaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).

3.2 SaranBahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan pencernaan atau gastritis.

Page 11: BAB I.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta.

Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.

http://www.wikipedi.com/glaukoma/html