52
14 BAB II PENGAYAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP A. Konsep Agama 1. Pengertian Agama Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008: 15) agama berarti “aga.ma” [n] ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sementara itu, pengertian agama menurut Frezer (Syafaat, 2008: 13) yaitu: menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri manusia. Sedangkan dalam Oxford English Dictionary (Hornby, 2000: 1119), religion represent the human recognition ofsuper human controllingpower, and especially of a personal God or Gods entitle toobedience and worship, agama menghadirkan manusia yang kehidupannya dikontrol oleh sebuah kekuatan yang disebut Tuhan atau para dewa-dewa untuk patuh dan menyembahnya. Secara definitif, menurut H.M Arifin bahwa agama selain mengandung hubungan dengan Tuhan, juga mengandung hubungan dengan masyarakat, di mana terdapat peraturan-peraturan yang menjadi pedoman bagaimana seharusnya hubungan-hubungan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun ukhrāwī (Ahmadi dan Salimi, 2008: 4).

BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

14

BAB II

PENGAYAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP

A. Konsep Agama

1. Pengertian Agama

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008: 15) agama berarti “aga.ma”

[n] ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Sementara itu, pengertian agama menurut Frezer (Syafaat, 2008: 13) yaitu:

menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang

dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri

manusia.

Sedangkan dalam Oxford English Dictionary (Hornby, 2000: 1119), religion

represent the human recognition ofsuper human controllingpower, and especially

of a personal God or Gods entitle toobedience and worship, agama menghadirkan

manusia yang kehidupannya dikontrol oleh sebuah kekuatan yang disebut Tuhan

atau para dewa-dewa untuk patuh dan menyembahnya.

Secara definitif, menurut H.M Arifin bahwa agama selain mengandung

hubungan dengan Tuhan, juga mengandung hubungan dengan masyarakat, di

mana terdapat peraturan-peraturan yang menjadi pedoman bagaimana seharusnya

hubungan-hubungan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan

hidup, baik dunia maupun ukhrāwī (Ahmadi dan Salimi, 2008: 4).

Page 2: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

15

Dalam Islam, istilah agama berasal dari istilah al-Dīn. Istilah al-Dīn biasanya

digabung dengan istilah Allah atau Islam, sehingga menjadi dīnullah atau dīn al

Islām. Hal ini mengacu pada QS. Ᾱli ‘Imr ān [3] ayat 19, yaitu:

���� ������ ִ���� ��� ���������� �

“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam…”*

Sebagian ahli agama mengatakan bahwa “Agama (al-Dīn) adalah tatanan

(undang-undang) Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia, melalui lisan salah

seorang pilihan dari kalangan mereka sendiri, tanpa diusahakan dan

diciptakannya” (Ahmad, 2008: 1).

Menurut M. A Tihami (Syafaat, 2008: 13) pengertian agama yaitu:

a. Menurut bahasa, al-Dīn mempunyai banyak makna antara lain al-Ṭā’aħ

(ketaatan), al-‘Ibādaħ (ibadah), al-Jaza (pembalasan), dan al-Ḥisāb

(perhitungan).

b. Menurut syara’, al-Dīn ialah keseluruhan jalan hidup yang ditetapkan Allah

melalui lisan nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-ketentuan (hukum). Agama

dinamakan al-Dīn karena kita (manusia) menjalankan ajarannya berupa

keyakinan (kepercayaan) dan perbuatan. Agama dinamakan juga al-Millaħ,

karena Allah menuntut ketaatan kepada Rasul dan kemudian Rasul

menuntut ketaatan kepada kita. Agama juga dinamakan syara’ (syarīaħ)

karena Allah menetapkan atau menentukan cara hidup kepada kita

(manusia) melalui lisan Nabi Saw.

*Seluruh teks dan terjemah al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari terjemah Departemen Agama. 1996, penerbit: CV Toha Putra.

Page 3: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

16

c. Ketetapan Tuhan yang menyeru kepada makhluk yang berakal untuk

menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Rasul.

Dalam al-Qurā̀n kata al-Dīn mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian

sempit dan pengertian luas. Adapun yang dimaksud dengan agama di sini adalah

kata al-Dīn dalam pengertian luas, yaitu aturan-aturan hidup yang lengkap dalam

segala aspek kehidupan, yang diciptakan oleh penguasa tertinggi (Allah) dan

setiap individu mempunyai wewenang untuk mematuhi atau menolaknya. Kata al-

Dīn dalam pengertian yang luas terdapat dalam firman Allah QS al-Taubaħ [10]

ayat 33:

���� !�֠#�� $%ִ�&'() *�)+��,��' �-ִ�,./0�1 23��4�( 2�5ִ+/0� *�78�.9:�;�0 <�7� >?@���

A�)C�:D &�+0�( E�F8$D �G�HI�J9K,☺/0�

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur`ān) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad,

untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-

ketentuan keimanan (‘aqīdaħ) serta ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah

(syarī’aħ), yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat, serta

terbentuknya kata hati (Ahmadi dan Salimi, 2008: 4).

Dari semua pengertian di atas kita dapat mengetahui bahwa arti dari agama

adalah suatu sistem atau prinsip kepecayaan kepada aturan-aturan Tuhan yang

dibawa oleh manusia pilihan (Rasul) dalam segala aspek kehidupan termasuk

aqīdaħ, akhlāq, ‘ibādaħ, dan amal perbuatan yang diisyaratkan Allah untuk

Page 4: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

17

manusia. Manusia diperintah untuk mengamalkannya dengan penuh rasa tunduk

dan patuh kepada-Nya dan Allah akan membalas kepatuhan atau keingkaran

terhadap sistem ini (Ahmad, 2008: 4).

2. Fungsi Agama Bagi Kehidupan

Beragama pada dasarnya merupakan kecenderungan manusia sesuai dengan

insting atau fitrahnya untuk mengakui kekuatan yang luar biasa atas kehidupan

ini. Menurut Ahmadi dan Salimi (2008: 15) bahwa insting itu lahir karena

kekaguman manusia melihat ciptaan yang tidak tertara ini. Sehingga kita sebagai

manusia ingin mencari tahu siapa yang menciptakannya dan sebagai wujud

pengakuan terhadap sesuatu yang menguasainya tersebut.

Agama merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia, karena agama

berhubungan dengan keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan serta sebagai

petunjuk hidup seseorang di dunia.

Menurut Zakiyah Daradjat, agama memiliki beberapa fungsi yaitu:

memberikan bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran;

dan menentramkan batin (Syafaat, 2008: 172).

Selain mempunyai fungsi seperti di atas, agama juga tentunya mempunyai

fungsi bagi kehidupan manusia sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan,

selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk memenuhi

kebutuhan hajat manusia. Selain itu, agama juga memiliki dua fungsi yaitu fungsi

maknawi dan fungsi identitas. Fungsi maknawi adalah dasar bagi semua agama

yang menyajikan wawasan dunia atau cosmos; karenanya segala ketidakadilan,

Page 5: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

18

penderitaan, dan kematian dapat dipandang sebagai suatu yang penuh makna.

Termasuk ke dalam makna ini antara lain konsep, ide, tuntutan, dan kewajiban.

Adapun fungsi identitas dari agama berhubungan dengan perasaan dan

mendorong perilaku tertentu sesuai dengan identitas yang berada dalam diri

sehingga melahirkan kesadaran, kebanggaan dan tanggung jawab (Suryana, 1997:

25).

Dari kedua fungsi tersebut kita dapat mengetahui bahwa dengan agama kita

sebagai manusia dapat mengetahui dan memahami tentang segala fenomena yang

terjadi baik itu tentang penciptaan, kematian, tuntutan, dan kewajiban kita sebagai

manusia yang telah Tuhan ciptakan. Selain itu dengan agama pula kita dapat

membedakan adanya maksud dari Tuhan dalam menciptakan kita dengan mahluk

lainnya sehingga timbul kesadaran, kebanggaan, dan tanggung jawab kita sebagai

mahluk Tuhan.

B. Peran Agama Bagi Anak Usia Remaja (13-15 Tahun)

1. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin Adolecere (kata bendanya Adolescentia) yang

berarti remaja, yaitu “tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan anak-anak lagi.

Remaja menurut Zakiah Daradjat adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak;

tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang

menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa (Syafaat, 2008: 87).

Ada perbedaan antara pengertian remaja dan perumusan istilahnya dalam

penggunaan kata remaja. Ada yang menggunakan istilah pubertas, ada pula yang

Page 6: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

19

menggunakan istilah adolesensi. Remaja dalam arti adolesensi atau adolence

(bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa latin adolence yang artinya tumbuh ke

arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya kematangan fisik saja, akan

tetapi kematangan psikologis. Dalam hal ini masa remaja dipandang sebagai tahap

perkembangan yang ditandai dengan kematangan fisik dan psikis secara

keseluruhan menuju kedewasaan.

Sementara remaja menurut Sarlito Wirawan (Syafaat, 2008: 88) bahwa untuk

istilah pubertas, dalam bahasa Inggris yaitu puberty atau dalam bahasa Latin

berarti usia kedewasaan (the age of manhood) berkaitan dengan kata Latin

lainnya, pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut daerah tulang pusic

(wilayah kemaluan). Dari arti pubertas tersebut terlihat bahwa pada masa remaja

ditandai dengan adanya pertumbuhan di sekitar fisik mereka seperti rambut di

sekitar tulang pusar, kumis, dada membesar, dan juga pertumbuhan fisik lainnya

yang pada masa anak-anak masih belum tampak.

Untuk masa pubertas ini, para ahli sepakat bahwa masa pubertas diawali

dengan menstruasi pada anak perempuan, dan mimpi basah pada anak laki-laki.

Akan tetapi tentang usia berapa anak tersebut mengalami pubertas masih sulit

ditetapkan, karena cepat atau lambatnya masa pubertas terjadi tergantung pada

kondisi tubuh setiap individu (Syafaat, 2008: 88).

Usia remaja tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan dimulai dan

berakhirnya. Seperti yang disebutkan Dzakiyah Darajat (2003: 82) bahwa, para

ahli jiwa tidak sependapat tentang berapakah umur remaja itu dimulai dan kapan

pula berakhirnya. Karena memang dalam kenyataan hidup, umur permulaan dan

Page 7: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

20

berakhirnya masa remaja itu berbeda dari seorang kepada yang lain. Bergantung

pada masing-masing individu itu hidup.

Sebagian para ahli menyebutkan bahwa masa remaja dimulai pada usia 12-21

tahun, seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa Singgih (1992: 255) bahwa, Masa

remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa usia 12-

21 tahun. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun,

dengan pembagian umur: 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa

remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir.

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja

Manusia hidup di muka bumi ini melalui beberapa tahap perkembangan di

antaranya yaitu masa remaja. Remaja adalah bagian umur yang sangat banyak

mengalami kesukaran dalam hidup manusia di mana remaja masih memiliki

kejiwaan yang labil dan justru kelabilan jiwa ini mengganggu ketertiban yang

merupakan tindakan kenakalan.

Kelabilan yang terjadi pada remaja disebabkan kondisi remaja tersebut

mengalami pertumbuhan fisik yang pesat, dan sudah menyamai fisik orang

dewasa. Namun, pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara

oleh perkembangan psikologisnya (Jalaluddin, 2010: 81).

Remaja sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Masa remaja

merupakan masa pancaroba, pada masa transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa

ini ditandai dengan emosi yang labil dan berusaha untuk menujukkan identitas

diri. Bimbingan dan perhatian orang tua sangat diperlukan agar remaja tidak

terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Page 8: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

21

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson

(Ali, 2009: 16) disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa

remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan kehidupan

orang dewasa. Oleh karena itu ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh

remaja, yaitu: 1) Kegelisahan, 2) Pertentangan, 3) Mengkhayal, 4) Aktivitas

berkelompok, dan 5) Keinginan mencoba segala sesuatu.

Semua karakteristik yang ada pada remaja di atas, menunjukkan bahwa remaja

sangat membutuhkan bimbingan dan pengawasan agar remaja tidak salah jalan

dalam pencarian jati dirinya.

3. Peran Pendidikan Agama Bagi Remaja

Pendidikan agama yang mumpuni, baik itu di rumah maupun di sekolah adalah

salah satu contoh perhatian orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan

berkembang menjadi manusia yang bermoral. Di samping itu pendidikan agama

juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam

menghadapi berbagai aliran sesat dan dekadensi moral (Ahmad, 2008: 255).

Sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya fisik dan psikis remaja, maka

agama bagi remaja mengalami perkembangan yang tentunya dipengaruhi oleh

perkembangan fisik dan psikis remaja tersebut. Dalam perkembangan hidupnya

remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intern dan ekstern. Faktor intern berasal

dari individu itu sendiri sedangkan faktor ekstern berasal dari luar individu, baik

itu keluarga, lingkungan, dan juga sekolah. Kedua faktor tersebut yang kemudian

akan membentuk kepribadian remaja.

Page 9: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

22

Agar remaja dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bermoral,

tentunya peran agama menjadi sangat penting dalam pembentukan kepribadian

remaja tersebut. Karena pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pada

agama sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Seperti yang telah

disebutkan terdahulu bahwa menurut Zakiyah Daradjat (Syafaat, 2008: 172)

agama memiliki beberapa fungsi, yaitu: memberikan bimbingan dalam hidup,

menolong dalam menghadapi kesukaran, dan menentramkan batin. Dalam

kehidupan remaja, agama memiliki peran yang sangat penting, karena agama

dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang

dihadapi dalam hidupnya.

W. Starbuck (Jalaluddin, 2010: 74) menyebutkan perkembangan agama pada

remaja ditandai oleh berbagai faktor perkembangan rohani dan jasmaninya.

Perkembangan itu antara lain: pertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan

perasaan, pertimbangan sosial, perkembangan moral, sikap dan minat, serta

ibadah.

Perkembangan agama bagi remaja yang ditandai dengan berkembangnya

pertumbuhan pikiran dan mental adalah karena pada usia remaja si anak mulai

dapat berpikir kritis. Ide-ide atau pokok ajaran agama yang diterima seseorang

pada masa kecilnya akan berkembang dan bertumbuh pesat serta menjadi

keyakinan yang dipegangnya selama mereka tidak mendapat kritikan dalam hal

kepercayaan atau agama tersebut.

Sejalan dengan bertumbuhnya pengertian dan ide-ide agama termasuk hal-hal

abstrak yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian

Page 10: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

23

akhirat, surga, neraka, dan hal lainnya, dapat diterima oleh anak-anak apabila

pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkan untuk hal itu. Menurut Alfred

Binetc (Daradjat, 2003: 85-86), bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-

masalah yang abstrak, tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia

12 tahun. Dan kemampuan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-

fakta yang ada, baru tampak pada umur 14 tahun. Itulah sebabnya maka pada

umur 14 tahun itu, anak-anak telah dapat menolak saran-saran yang tidak dapat

dimengertinya dan mereka sudah dapat mengkritik pendapat-pendapat tertentu

yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.

Pandangan remaja terhadap agama dapat berubah sesuai dengan kondisi

kejiwaannya. Apabila kondisi kejiwaannya stabil, maka agama dianggap baik,

begitu pula sebaliknya apabila kondisi jiwanya sedang kacau, maka agama tidak

berguna. Hal tersebut disebabkan perkembangan mental remaja ke arah berpikir

logis (falsafi) yang mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan.

Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di

alam ini (Daradjat, 2003: 87).

Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal secara khusus istilah remaja baik itu

menyangkut arti maupun batasan usia remaja. Menurut Abu Zahrah (Syafaat,

2008: 91) bahwa dalam bahasa Arab pengertian remaja dikategorikan kepada

)شابّ ( dan فتي( ) yang artinya pemuda. Merurutnya, pertumbuhan akal merupakan

hal yang abstrak dan berproses sejalan dengan perkembangan waktu sampai batas

perkembangannya. Sebagai tanda atau batas yang konkret adalah unsur balig yang

Page 11: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

24

memisahkan antara kesempurnaan dan kekurangan akal. Pada saat sampai batas

umur itulah taklīf mulai berlaku.

Taklīf adalah tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan atau untuk

meninggalkannya (Yahya, 1997: 124). Anak yang telah mencapai usia balig yang

secara tidak langsung telah berlaku baginya taklīf artinya bahwa anak tersebut

mulai dikenakan kewajiban untuk melaksanakan ibadah dan seluruh amalan wajib

lainnya.

Menurut al-Taftazani (Mujib dan Mudzakir, 2008: 109) bahwa fase ini

dianggap sebagai fase yang mana individu mampu bertindak menjalankan hukum,

baik yang terkait dengan perintah maupun larangan. Seluruh perilaku mukallaf

harus dipertanggungjawabkan, karena hal itu akan berimbas pada pahala dan dosa.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa anak usia remaja

mengalami pertumbuhan jasmani yang cepat sehingga menyebabkan

kegoncangan, kecemasan, dan kekhawatiran yang bisa juga terjadi pada

kepercayaan mereka kepada agama. Menurut Zakiyah Daradjat (2003: 133)

kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada usia anak sebelumnya,

mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya

sendiri. Maka kepercayaan remaja kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat,

akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat pada cara

ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.

Selain itu, pertumbuhan jasmani itu juga membawa kepada timbulnya

dorongan seks, yang memantul dalam tingkah laku dan perhatian terhadap lawan

jenis lain dan teman-temannya (Daradjat, 2003: 134).

Page 12: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

25

Maka dari itu, sebagai orang yang telah diwajibkan kepadanya mengerjakan

ibadah dan amalan-amalan wajib lainnya, maka remaja membutuhkan pendidikan

agama yang cara penyajiannya itu tepat bagi mereka sehingga kegoncangan

perasaan tersebut dapat teratasi.

Proses edukasi pada fase remaja ini adalah dengan cara memberikan suatu

model, mode, dan modus yang islami pada anak tersebut, sehingga ia mampu

hidup “remaja” di tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan kode etis

Islaminya (Mujib dan Mudzakir, 2008: 111).

Hal tersebut karena apabila hukum dan ketentuan agama yang disampaikan

kepada remaja itu tepat, dengan cara menunjukkan sikap mengerti dan memahami

kegoncangan dan perkembangan yang sedang mereka lalui, disertai pula dengan

penjelasan tentang arti dan manfaat agama itu bagi mereka untuk membantunya

dalam mengatasi kegoncangan jiwanya. Di sini remaja akan merasa butuh kepada

ajaran dan ketentuan agama untuk mengembalikan jiwanya kepada ketenangan

dan kestabilan (Daradjat, 2008: 135).

C. Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pengertian SMP

Menurut Kemdiknas, SMP adalah merupakan jenjang pendidikan dasar pada

pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (sederajat). Sekolah

Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai

kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun

(SD, SMP) ( Kementrian pendidikan nasional).

Page 13: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

26

2. Konsep Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Yudianto (Syafaat, 2008: 11) bahwa pendidikan agama terdiri dari

dua kata yaitu “pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan

akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa

agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang

bertakwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk

menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling

menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.

Hal tersebut sejalan dengan pengertian pendidikan agama menurut Puskur

(2003: 7) bahwa, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur`ān dan ḥadīṡ, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

b. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP

1) Pengertian Kurikulum

Secara bahasa, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang digunakan

dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni

jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga

Page 14: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

27

finish. Kemudian pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang

pendidikan. Dalam bahasa Arab, kurikulum berarti “manhaj”, yakni jalan

yang terang. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang

dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai (Muhaimin, 2009: 1).

Ramayulis (2008: 150) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan

(manhaj al-Dirāsaħ) dalam Qāmūs Tarbīyaħ adalah seperangkat

perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan

dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Sementara secara terminologi, para ahli banyak memberikan pengertian

kurikulum yang bervariasi. Namun dari semua pengertian yang diberikan

dapat diambil benang merah bahwa di satu pihak ada yang menekankan

pada isi pelajaran, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses atau

pengalaman belajar.

M. Arifin (Ramayulis, 2008: 150) memandang kurikulum sebagai

seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan

dalam suatu sistem institusional pendidikan. Pengertian kurikulum ini masih

menitik beratkan pada materi pelajaran semata.

Berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh Dzakiyat Daradjat yang

memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam

bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan

pendidikan tertentu (Ramayulis, 2008: 151).

Page 15: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

28

Selain dua pihak tersebut, muncul pengertian atau definisi yang

menengahi masalah tersebut. Salah satunya definisi kurikulum yang

tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20/2003. Kurikulum tersebut

dikembangkan ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (Muhaimin, 2009: 2).

Dari definisi tersebut, kita dapat lihat bahwa ada tiga komponen yang

terdapat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara

pembelajaran yang termasuk di dalamnya itu berupa strategi pembelajaran

maupun evaluasi dari pembelajaran tersebut.

2) Komponen-Komponen Kurikulum

Dalam penyusunan sebuah kurikulum seyogyanya diperhatikan fungsi

dari kurikulum tersebut. Kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai

alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Ramayulis (2008: 153) menyatakan

bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan memiliki bagian-bagian penting

dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-

bagian ini disebut komponen yang saling berkaitan, berinteraksi dalam

upaya mencapai tujuan. Komponen kurikulum itu, meliputi:

a) Tujuan yang ingin dicapai, meliputi: tujuan akhir, tujuan umum,

tujuan khusus, dan tujuan sementara.

Page 16: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

29

b) Isi kurikulum, berupa materi pelajaran yang diprogram yang disusun

dalam silabus, dan dalam pengaplikasiannya dicantumkan dalam

satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran.

c) Media (sarana dan prasarana), sebagai penjabaran isi kurikulum agar

lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

d) Strategi, merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar

yang digunakan. Termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti:

sistem administrasi, pelayanan BK, remedial, pengayaan, dsb.

3) Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan yang sangat berperan

dalam mengantarkan pada tujuan suatu pendidikan yang diharapkan, maka

kurikulum pendidikan Islam harus mempunyai dasar-dasar yang merupakan

kekuatan dari sebuah kurikulum tersebut.

Menurut Iskandar Wiyokusumo dan Usman Mulyadi (Ramayulis, 2008:

159) pendidikan Islam adalah usaha-usaha untuk menginternalisasikan nilai-

nilai agama Islam sebagai titik sentral tujuan dan proses pendidikan Islam

itu sendiri. Oleh karena itu yang menjadi dasar penyusunan kurikulum

pendidikan Islam adalah:

a) Dasar agama, dalam arti segala sistem yang ada alam masyarakat

termasuk pendidikan, harus meletakan dasar falsafah, tujuan dan

kurikulumnya pada dasar agama Islam dengan segala aspeknya. Dasar

agama ini dalam kurikulum pendidikan Islam jelas harus didasarkan

Page 17: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

30

pada al-Qurā̀n, al-Sunnaħ, dan sumber-sumber yang bersifat furū’

lainnya.

b) Dasar falsafah, dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan

Islam secara filosofis sehingga tujuan, isi, dan organisasi kurikulum

mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk

nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, baik ditinjau dari

segi ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

c) Dasar psikologis, dasar ini memberikan landasan dalam perumusan

kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta

didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan

kecakapan pemikiran dan perbedaan perseorangan antara satu peserta

didik dengan yang lainnya.

d) Dasar sosial, dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum

pendidikan Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung

ciri-ciri masyarakat Islam dan kebudayaannya. Baik dari segi

pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan adat kebiasaan, seni

dan sebagainya.

e) Dasar organisator, dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan

bahan pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran.

4) Kurikulum PAI di SMP

a) Pengertian

Pendidikan agama Islam yang diungkapkan oleh Puskur (2003: 7),

sebagai berikut :

Page 18: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

31

Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mmenjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur`ān dan Ḥadīṡ, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan pengalaman.

Kurikulum pendidikan agama Islam berarti seperangkat rencana

kegiatan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran PAI serta cara

yang digunakan dan segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru agama

untuk membantu siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam dan atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.

Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

dirancang untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT serta pembentukan akhlak yang mulia.

Keimanan dan ketaqwaan serta kemuliaan akhlak sebagaimana yang

tertuang dalam tujuan akan dapat dicapai dengan terlebih dahulu jika

siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar

terhadap ajaran agama Islam, sehingga terinternalisasi dalam

penghayatan dan kesadaran untuk melaksanakannya dengan benar.

Dalam kurikulum 1975, 1984, dan 1994, target yang harus dicapai

(attainment target) dicantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal

ini kurang memberi kejelasan tentang kemampuan yang harus

dikembangkan. Atas dasar teori dan prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum yang dipraktekkan di berbagai negara seperti Singapura,

Australia, Inggris, dan Amerika; juga didorong oleh visi, misi, dan

Page 19: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

32

paradigma baru Pendidikan Agama Islam, maka penyusunan kurikulum

Pendidikan Agama Islam kini perlu dilakukan dengan berbasis

kompetensi dasar (basic competency).

Kurikulum pendidikan agama tahun 1994 juga lebih menekankan

materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga

tingkat kemampuan peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai

dengan prinsip pendidikan yang menekankan pengembangan peserta

didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya

lingkungan. Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian

kemampuan kognitif. Kurang mengakomodasikan keragaman kebutuhan

daerah. Meski secara nasional kebutuhan keberagamaan siswa SMP pada

dasarnya tidak berbeda. Dengan pertimbangan ini, maka disusun

kurikulum nasional Pendidikan Agama Islam SMP yang berbasis pada

kompetensi dasar (basic competency) yang mencerminkan kebutuhan

keberagamaan siswa SMP secara nasional. Standar ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum

pendidikan agama Islam SMP sesuai dengan kebutuhan daerah/sekolah.

(Puskur, 2003: 6-7)

b) Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SMP dalam kurikulum PAI Tahun 2002

(Majid, 2005: 135), bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

Page 20: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

33

sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk

dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Muhamad al-Munir (Majid, 2005: 74) menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam adalah:

1) Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu agama yang

sempurna, sesuai dengan firman-Nya QS. al-Māidaħ [5] ayat 3:

7M&��;/0� :�N�ִ☺/I() &OH�+0 &OH�E�@�4

:�9☺EP/Q()�( &OH�/;��7R STUִ☺��W

:�4XY�'�( �OH�+0 ZO�������� ��@�4 [

pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.

2) Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang

seimbang, seperti disebutkan dalam firman-Nya QS. al-Baqaraħ [2]

ayat 201:

�,.��\�( ?�\ �]�:�7@ �E�^1�' E����H <�3 �;W'�0� _`�_abִc <�3�( E78XZdִ� _`�_abִc E��֠�( Ze�;7�

'�_0� dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka

3) Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada-Nya

sesuai dengan firman Allah Swt. QS. al-Żāriyāt [56] ayat 51:

7\�( :�/���ִZ g?X./h� �iW����( jk�� 2�(,�l��;�0

Page 21: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

34

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

c) Fungsi

Pendidikan Agama Islam untuk SMP berfungsi untuk:

(1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

(2) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta

akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah

ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;

(3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui Pendidikan Agama Islam;

(4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari;

(5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang

akan dihadapinya sehari-hari;

(6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

(alam nyata dan non nyata/ghaib), sistem dan fungsionalnya; dan,

(7) Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke

lembaga pendidikan yang lebih tinggi. (Majid, 2005: 134)

d) Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP meliputi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara: hubungan manusia dengan Allah

Page 22: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

35

Swt., hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia

dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek: keimanan, al-Qu`rān/

Ḥadīṡ, akhlak, fiqh/ibadah, dan tarikh (Puskur, 2003: 10).

e) Standar Kompetensi Lintas Kurikulum

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum dalam kurikulum PAI Tahun

2003 (Majid, 2005: 148) merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar

sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik

melalui pengalaman belajar. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini

meliputi:

(1) Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan

kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman sesuai

dengan agama yang dianutnya.

(2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan

mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk

berinteraksi dengan orang lain.

(3) Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep,

teknikteknik, pola, struktur, dan hubungan.

(4) Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang

diperlukan dari berbagai sumber.

Page 23: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

36

(5) Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan

teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

(6) Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam

masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks

budaya, geografis, dan historis.

(7) Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual

serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan

kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

(8) Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan

potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

(9) Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja

mandiri, dan bekerjasama dengan orang lain.

f) Standar Kompetensi Pendidikan Agama

Standar kompetensi bahan kajian pendidikan agama dalam Kurikulum

PAI Tahun 2003 (Majid, 2005: 134), adalah:

(1) Standar Kompetensi Pendidikan Agama

Siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(Allah Swt.), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta

mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar

umat beragama.

Page 24: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

37

(2) Standar Kompetensi Spesifik Pendidikan Agama Islam

Dengan landasan al-Qu`rān dan Sunnaħ/Ḥadīṡ Nabi Muhammad

Saw., siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.; berakhlak

mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-

hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam

sekitar; mampu membaca dan memahami al-Qu`rān/Ḥadīṡ; mampu

beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta mampu

menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.

g) Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP

Standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa

selama menempuh PAI di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada

perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif

dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.

Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan

dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus

dicapai di SMP yaitu:

(1) Mampu membaca al-Qu`rān surat-surat pilihan sesuai dengan

tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu

membaca, mengartikan, dan menyalin Ḥadīṡ- ḥadīṡ pilihan.

(2) Beriman kepada Allah Swt. dan lima rukun iman yang lain

dengan mengetahui fungsinya serta terrefleksi dalam sikap,

Page 25: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

38

perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun

horizontal.

(3) Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan

syarī’aħ Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnaħ maupun

muamalah.

(4) Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan

kepribadian Rasulullah serta Khulafā` al-Rāsyidīn.

(5) Mampu mengambil manfat dari sejarah peradaban Islam. Seperti

tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan

dasar tiap kelas yang tercantum dalam Standar Nasional juga

dikelompokkan ke dalam lima unsur pokok mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP, yaitu: al-Qur`ān/Ḥadīṡ,

Keimanan; Akhlak; Fiqih/Ibadah; dan Tarikh.

Berdasarkan pengelompokan perunsur, kemampuan dasar mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Mata Pelajaran PAI di SMP

Mata pelajaran Kompetensi Dasar al-Qu`rān/Ḥadīṡ • Membaca, mengartikan, dan menyalin

surat-surat pilihan. • Membaca, mengartikan, dan menyalin

ḥadīṡ- ḥadīṡ pilihan. • Menerapkan hukum bacaan Alif Lām

Syamsiyyaħ dan Alif Lām Qomaryyiaħ, Nūn mati/tanwīn dan Mīm mati.

• Menerapkan bacaan qalqalaħ, tafkhīm dan tarqīq, huruf lām dan ra’, serta mad.

• Menerapkan hukum bacaan waqof dan idgām.

• Mengamalkan isi kandungan al-Qu`rān dan Ḥadīṡ dalam kehidupan sehari-hari.

Page 26: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

39

Keimanan

• Beriman kepada Allah Swt. dan memahami sifat-sifat-Nya.

• Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah Swt. dan memahami tugas-tugasnya.

• Beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt. dan memahami arti beriman kepadanya.

• Beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. dan memahami arti beriman kepadanya.

• Beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman kepadanya.

• Beriman kepada qaḍā’ dan qadar Allah Swt. dan memahami arti beriman kepadanya.

Akhlak

• Beperilaku dengan sifat-sifat terpuji. • Menghindari sifat-sifat tercela. • Bertata karma

Fiqih/Ibadah • Melakukan ṭahāraħ/bersuci. • Melakukan shalat wajib. • Melakukan macam-macam sujud. • Melakukan shalat Jum’at. • Melakukan shalat jama’ dan qasar. • Melakukan macam-macam shalat sunnah. • Melakukan puasa. • Melakukan zakat. • Memahami hukum Islam tentang makanan,

minuman, dan binatang. • Memahami ketentuan ‘aqīqaħ dan qurban. • Memahami ibadah haji dan umrah. • Melakukan shalat janazah. • Memahami tata cara pernikahan.

Tarikh • Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah Islam datang.

• Memahami keadaan masyarakat Makkah periode Rasulullah SAW.

• Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah Islam datang.

• Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.

Sumber: Majid (2005: 150)

D. Teori Pengayaan Pendidikan Agama Islam

1. Pengayaan

Page 27: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

40

Kata pengayan (enrichment) digunakan untuk menunjukan pada kurikulum

sebagai program layanan pengiriman (delivery services). Kurikulum yang

diperkaya menunjuk pada pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-

pengalaman pendidikan, suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau ditambah

dalam beberapa cara. Modifikasi dan penambahan ini mungkin pada isi atau

dalam strategi mengajar, dan idealnya didasarkan pada karakteristik siswa untuk

mereka desain (Sudarma, 2010: 1).

Di antara bebarapa model pengayaan yang dikenal, salah satunya adalah model

pengayaan Renzulli. Model pengayaan Renzulli didesain untuk menyediakan

variasi pengalaman pengayaan. Model ini menyediakan tiga tingkat pengayaan

yang mendukung pengalaman dan proses latihan untuk semua siswa di sekolah.

Siswa berbakat (intelegensi di atas rata-rata, kreativitas, dan komitmen terhadap

tugas) merespon pengalaman-pengalaman memecahkan masalah-masalah nyata

(seperti polusi udara) dan mengembangkan produk nyata (seperti surat-surat untuk

editor dan presentasi kepada konsul). Secara rinci model Renzulli ini ada tiga tipe,

yaitu:

Pengayaan tipe I, yaitu melibatkan pengalaman secara umum, yang

menunjukan kepada siswa tentang topik topik baru, gagasan-gagasan dan

pengetahuan yang tidak ditulis dalam kurikulum regular.

Pengayaan tipe II, yaitu kegiatan latihan kelompok, suatu kegiatan yang

dirancang untuk mengembangkan proses kognitif dan afektif, kegiatan ini

dikelompokan pada seluruh siswa, bukan hanya yang berbakat saja.

Page 28: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

41

Pengayaan tipe III, ditujukan untuk meneliti individu dan kelompok kecil pada

masalah nyata. Kegiatan pada pengayan tipe III ini biasanya dibawah pada kelas

khusus dan ditangani oleh guru-guru yang memang dilatih secara khusus untuk

anak berbakat (Munandar, 2009: 175-177).

Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan

dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat

perkembangan yang optimal. Tugas yang dapat diberikan guru pada siswa yang

mengikuti kegiatan pengayaan di antaranya adalah memberikan kesempatan

menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis dari materi yang sedang

dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas masalah, atau

mengerjakan permainan yang harus diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang

dipilih guru, hendaknya kegiatan pengayaan tersebut menyenangkan dan

mengembangkan kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong siswa untuk

mengerjakan tugas yang diberikan(Massofa, 2008: 1).

Menurut Massofa (2008: 1), dalam memilih dan melaksanakan kegiatan

pengayaan, guru harus memperhatikan: faktor siswa, baik faktor minat maupun

faktor psikologis lainnya, faktor manfaat edukatif, dan faktor waktu.

a. Hakikat Pembelajaran Pengayaan

Dalam sistem penilaian KTSP: Panduan penyelenggaraan pembelajaran

pengayaan (Depdiknas, 2008: 1) Secara umum pengayaan dapat diartikan

sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan

Page 29: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

42

minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat

melakukannya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran

tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui

kemampuan peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan

dipelajari sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian dilaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti ceramah,

demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, discoveri, dsb.

Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti

media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset

audio, slide, video, komputer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan

pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung,

diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen

dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh

penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang

dipelajari. Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki proses

pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.

Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal

berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat

pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai

tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Penilaian akhir program ini

dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai

Page 30: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

43

kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang

telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan

kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan

perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan. Pembelajaran

pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk

memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki

kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan

perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan

berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan

memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni,

keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan

kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar

yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam

belajarnya (Depdiknas, 2008: 1).

b. Jenis Pembelajaran Pengayaan

Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:

1) Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk

disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah,

buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam

kurikulum.

Page 31: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

44

2) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil

dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang

diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.

3) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki

kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan

investigatif/penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan: (a)

identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan; (b) penentuan

fokus masalah/problem yang akan dipecahkan; (c) penggunaan berbagai

sumber; (d) pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan; (e)

analisis data; dan (f) penyimpulan hasil investigasi.

Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar

dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan

kompetensi melebihi standari isi. Misalnya sekolah-sekolah yang

menginginkan memiliki keunggulan khusus (Depdiknas, 2008: 3).

c. Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian

bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam

kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat

sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu (1)

mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan

perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.

Page 32: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

45

1) Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar

a) Tujuan

Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk

mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan

kemampuan belajar itu antara lain meliputi:

(1) Belajar lebih cepat. Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar

tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD)

mata pelajaran tertentu.

(2) Menyimpan informasi lebih mudah Peserta didik yang memiliki

kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki

banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan

mudah diakses untuk digunakan.

(3) Keingintahuan yang tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki

merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat

ingin tahu yang tinggi.

(4) Berpikir mandiri. Peserta didik dengan kemampuan berpikir

mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai

kapasitas sebagai pemimpin.

(5) Superior dalam berpikir abstrak. Peserta didik yang superior dalam

berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.

Page 33: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

46

(6) Memiliki banyak minat. Mudah termotivasi untuk meminati

masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan

(Depdiknas, 2008: 4).

b) Teknik

Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan

berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui :

(1) Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat

diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal,

intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik,

dsb.

(2) Tes inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan

mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan

belajar, dsb.

(3) Wawancara. Wanwancara dilakukan dengan mengadakan

interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam

mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.

(4) Pengamatan (observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan

melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari

pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun

tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik

(Depdiknas, 2008: 6).

2) Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Page 34: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

47

Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan

antara lain melalui:

a) Belajar Kelompok. Sekelompok peserta didik yang memiliki minat

tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran

sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti

pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.

b) Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai

sesuatu yang diminati.

c) Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum di bawah tema

besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara

berbagai disiplin ilmu.

d) Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk

kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan

demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh

kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri

sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.

Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini

terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah

biasa. Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan

tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan

pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup

dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari

peserta didik yang normal (Depdiknas, 2008: 8).

Page 35: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

48

2. Pengayaan Pendidikan Agama Islam

Menurut Abudin Nata (Syafaat, 2008: 7) bahwa dalam pendidikan terdapat

tanggung jawab tiga angle, Rumah tangga sebagai pembentukan sikap (afektif),

sekolah sebagai wahana pengembangan kognitif (intelektual), dan masyarakat

sebagai psikomotorik. Ketiganya harus ada kesatuan.

Hal tersebut senada dengan fungsi pendidikan agama dalam sistem pendidikan

nasional. Menurut Djamas (2009: 120) bahwa pendidikan agama mempunyai

fungsi yang sangat fundamental terutama bagi pencapaian tujuan pendidikan

nasional, yaitu untuk membentuk watak dan kepribadian siswa yang beriman,

bertakwa, dan berakhlak mulia. Karena itu, pendidikan agama tidak semata-mata

diarahkan kepada transfer of knowledge pada tataran kognitif semata, tetapi

meliputi seluruh ranah pendidikan, termasuk aspek afektif dan psikomotorik.

Menurut Syahidin (2005: 2) pendidikan agama Islam mempunyai misi utama

yaitu, membina kepribadian siswa dan mahasiswa secara utuh dengan harapan

kelak mereka menjadi ilmuan yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.,

mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.

Untuk membina siswa menjadi pribadi yang utuh, maka diperlukan lah

pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer informasi tentang ilmu

pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan

karakter. Ada tiga misi utama pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan (transfer

of knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai

Page 36: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

49

(transfer of value). Oleh karena itu, pendidikan dapat dipahami sebagai proses

tranformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukkan kepribadian dengan segala

aspek yang dicakupnya (Syahidin, 2005: 3)

Dewasa ini, pendidikan agama di sekolah masih mengalami banyak

kelemahan. Menurut Mochtar Buchori (Djamas, 2005: 23) bahwa pendidikan

agama masih gagal, yang disebabkan karena praktik pendidikannya hanya

memperhatikan aspek kognitif semata dari kesadaran nilai-nilai (agama), dan

mengabaikan pembinaan dari aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan

tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.

Sementara apabila kita merujuk pada tujuan ideal pendidikan Islam yang

diklasifikasikan oleh al-Syaibani ke dalam tiga tujuan asasi, yaitu: tujuan

individual, tujuan sosial, dan tujuan profesional. Maka dapat ditafsirkan bahwa

tujuan ideal pendidikan Islam adalah mencapai derajat insan kamil atau manusia

taqwa (Syahidin, 2005: 18).

Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kerjasama antara rumah

tangga, masyarakat, dan juga sekolah secara harmonis dan terintegrasi. Maka dari

itu, pendidikan agama tidak hanya akan berorientasi pada pengajaran teoritik

agama semata, namun ada pula pengamalan-pengamalan dari nilai-nilai

pendidikan agama tersebut.

Khusus menyimak pendidikan agama di sekolah, kiranya tidaklah cukup

pendidikan agama yang hanya diberikan di dalam kelas untuk mencapai tujuan

dari pendidikan Islam. Apalagi dengan memperhatikan adanya perbedaan

Page 37: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

50

kemampuan dari pemahaman dari tiap individu dalam menerima materi, maka

akan sulit pendidikan sampai pada tujuannnya.

Pengayaan Pendidikan Agama Islam bagi anak yang mempunyai kemampuan

lebih cepat belajar dari yang lainnya mesti diperhatikan oleh pihak sekolah. Hal

tersebut merupakan keuntungan tersendiri dalam dunia pendidikan, dan jangan

sampai anak yang mempunyai kelebihan tersebut malah terabaikan hanya karena

pihak sekolah yang kurang memperhatikan hal tersebut.

Pengayaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, bisa dilakukan dengan dua

cara, yaitu: pengembangan kurikulum PAI dan penciptaan suasana religius di

sekolah.

a. Pengembangan Kurikulum PAI

Menurut Muhadjir (Muhaimin, 2009: 139), di dalam teori kurikulum

setidak-tidaknya ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam

pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan

humanistik; pendekatan teknologis; dan pendekatan rekontruksi sosial. Namun,

karakteristik yang ada pada PAI menjadikan pengembangan kurikulumnya

dapat dengan cara pendekatan elektik, yakni dapat memilih yang terbaik dari

keempat pendekatan tersebut.

1) Pendekatan Subjek Akademis

Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara

menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang akan

dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan

disiplin ilmu (Muhaimin, 2009: 140)

Page 38: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

51

Sementara menurut Longstreet (Rusman, 2009: 51) desain kurikulum ini

merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the

knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin

ilmu. Penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.

Ada tiga bentuk organisasi kurikulum subjek akademis, yaitu: a) subject

centered curriculum, yakni bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk

pada pelajaran terpisah-pisah, misalnya mata pelajaran biologi, geografi,

dsb; b) correlated curriculum, pada kurikulum ini mata pelajaran tidak

disajikan secara terpisah-pisah. Akan tetapi, mata pelajaran yang memiliki

kedekatan atau yang sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang

studi (broadfield), misalnya mata pelajaran kimia, biologi, dan fisikan

dikelompokkan menjadi bidang studi IPA; dan c) integrated curriculum,

yaitu kurikulum yang tidak lagi menampilkan nama-nama mata pelajaran

atau bidang studi (Rusman, 2009: 59).

2) Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik dalam kurikulum bertolak dari ide

“memanusiakan manusia” berarti, usaha memberi kesadaran kepada peserta

didik untuk memngembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin

untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan-pemecahan

masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa

kepada Allah Swt. (Muhaimin, 2009: 148).

Page 39: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

52

Menurut Rusman (2009: 40) kurikulum humanistik adalah model

perencanaan kurikulum yang bertujuan pengembangan potensi peserta didik

secara total. Potensi yang dimaksud adalah perpaduan antara domain afektif

yang meliputi emosi, kepribadian, dan nilai serta kemampuan spiritual

dengan domain kognitif, yaitu kemampuan dan intelektualnya.

3) Pendekatan Teknologis

Dalam pengembangan kurikulum PAI, pendekatan ini dapat digunakan

untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada know how atau cara

menjalankan tugas-tugas tertentu. Kalau kegiatan pembelajaran pendidikan

agam Islam hanya sampai pada penguasaan materi dan keterampilan

menjalankan ajaran agama, mungkin bisa menggunakan pendekatan

teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya.

Namun, kalau pembelajaran pendidikan agama Islam harus sampai pada

taraf kesadaran iman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari, maka pendekatan ini akan sulit diterapkan, karena mungkin

prosesnya bisa dirancang tapi produk (hasil) pembelajarannya tidak bisa

dirancang dan sulit diukur (Muhaimin, 2009: 165).

4) Pendekatan Rekonstruksi Sosial

Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau

program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam

masyarakat. Kurikulum rekontruksi sosial selain menekankan isi

pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses

pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa

Page 40: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

53

manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan manusia lain, selalu

hidup bersama, berinteraksi, dan bekerja sama. Dan tugas pendidikan adalah

menjadikan peserta didik menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut

bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakat (Muhaimin, 2009:

173).

Model pembelajaran PAI berwawasan rekonstruksi sosial dapat

digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Model pembelajaran PAI berwawasan rekonstruksi sosial

Sumber: Muhaimin (2009: 173)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa, peserta didik terjun ke

masyarakat dengan dilandasi oleh internalisasi ajaran dan nilai-nilai Islam,

yang mengandung makna bahwa setiap langkah dan tahap kegiatan yang

hendak dilakukan di masyarakat selalu dilandasi oleh niat yang suci untuk

menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai fundamental Islam sebagaimana

Internalisasi Doktrin Dan Nilai-Nilai

Agama Islam

Analisis

Desain pemb. PAI

Evaluasi dan

umpan balik

Implementasi

Masyarakat

Ma s y a r a k a t

Masyarakat

Ma s y a r a k a t

Page 41: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

54

yang terkandung dalam al-Qur`ān dan sunnaħ/ḥadīṡ Rasulullah Saw., serta

berusaha membangun (kembali) masyarakat atas dasar komitmen, loyalitas,

dan dedikasi sebagai pelaku (aktor) terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam

tersebut (Muhaimin, 2009: 175).

b. Penciptaan Suasana Religius

Pengayaan pendidikan agama Islam selain diberikan dengan cara

pengembangan kurikulum, juga bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan di

sekolah yang bernuansakan Islami. Menurut Muhaimin (2009: 59) bahwa

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia ternyata tidak hanya bisa

mengandalkan pada mata pelajaran pendidikan agama yang hanya dua jam

pelajaran atau dua SKS, tetapi perlu pembinaan secara terus menerus dan

berkelanjutan di luar jam pelajaran pendidikan agama, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas, atau di luar sekolah. Bahkan, diperlukan pula kerjasama

yang harmonis dan interaktif di antara para warga sekolah dan tenaga

kependidikan yang ada di dalamnya.

Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa, dengan kegiatan yang

berkelanjutan dan terorganisir, pemahaman siswa tentang agama justru akan

semakin mudah. Sementara untuk anak yang memiliki pemahaman lebih cepat,

justru hal tersebut akan semakin membantu agar mereka dapat lebih

mengoptimalkan pengetahuan mereka di luar kelas.

Page 42: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

55

Bagan 2.2 Urgensi Penciptaan Suasana Religius

Sumber: Muhaimin (2009: 60)

Garis yang menghubungkan antara satu dimensi dengan dimensi yang lainnya

tersebut menunjukkan bahwa untuk membina keimanan peserta didik diperlukan

pengembangan dari ketiganya secara terpadu (Muhaimin, 2009: 60).

3. Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Pengayaan PAI

Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management

yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Management

berakar dari kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau

mengelola (Ramayulis, 2008: 259).

Dari definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa manajemen merupakan

suatu proses mengelola, mengatur, dan melaksanakan sesuatu. Menurut

Moral Knowing

1. Moral Awareness 2. Knowing moral

values 3. Perspective-taking 4. Moral reasoning 5. Decision making 6. Self-knowledge

Moral Feeling

1. Conscience 2. Self-esteem 3. Emphathy 4. Loving the good 5. Self-control 6. Humality

Moral Action 1. Competenc 2. Will 3. Habit

Penciptaan suasana religius

Page 43: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

56

Ramayulis (2008: 270) peranan manajemen sangat ditentukan oleh fungsi-fungsi

manajemen. Fungsi-fungsi itulah yang menjadi inti dari manajemen itu sendiri.

Fungsi manajemen tersebut yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Fungsi-fungsi yang disebutkan oleh Ramayulis tersebut berbeda dengan apa

yang disebutkan oleh Henry Fayol (Fattah, 2008: 13) yaitu, planning, organizing,

comanding, coordinating, dan controlling. Namun, fungsi manajemen yang akan

menjadi fokus penelitian adalah:

a. Perencanaan

Menurut Roger A. Kauffman (Fattah, 2008: 49) perencanaan adalah proses

penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan

sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif

mungkin.

Sementara itu Robbins (Uno, 2010: 1) mengemukakan bahwa perencanaan

adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.

Artinya perubahan yang terjadi di luar organisasi pengajaran tidak jauh berbeda

dengan perubahan yang terjadi pada organisasi itu, dengan harapan agar

organisasi tidak mengalami keguncangan. Jadi inti dari pengertian tersebut

adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan

lingkungannya.

1) Tahapan perencanaan

Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistematik dan sequensial,

karena itu kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan dan

Page 44: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

57

pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan

karakteristik perencanaan yang sedang dikembangkan (Makmun dan Sa’ud,

2007: 23).

Banghart dan trull (Makmun dan Sa’ud, 2007: 23-24) mengembangkan

tahapan perencanaan sebagai berikut:

(a) Prologue: pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulai

kegiatan perencanaan.

(b) Identifying educational planning problems yang mencakup: (a)

delineating the scope of educational problem atau menentukan

ruang lingkup permasalahan perencanaan, (b) studying was have

been atau mengkaji apa yang telah direncanakan, (c) determining

was have been versus what should be artinya membandingkan apa

yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai, (d)

resources and constraints atau sumber daya yang tersedia dan

keterbatasannya, (e) estabilishing educational planning parts and

priorities artinya mengembangkan bagian-bagian perencanaan dan

prioritas perencanaan.

(c) Analizing planning problem area artinya mengkaji permasalahan

perencanaan yang mencakup: (a) study areas and systems of

subareas artinya mengkaji permasalahan dan sub permasalahan, (b)

gathering date artinya pengumpulan data, tabulating data atau

tabulasi data, (c) forecasting atau proyeksi.

Page 45: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

58

(d) Conceptualizing and designing plans, mengembangkan rencana yang

mencakup: (a) identifying prevailing trends atau identifikasi

kecenderungsn-kecenderungan yang ada, (b) estabilishing goals and

objective atau merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, (c)

designing plans, menyusun rencana.

(e) Evaluating plan, menilai rencana yang telah disusun tersebut yang

mencakup: (a) planning through simulation, simulasi rencana, (b)

evaluating plan, evaluasi rencana, (c) selecting a plan, memilih

rencana.

(f) Specifying the plan, menguraikan rencana yang mencakup: (a)

problem formulation, merumuskan masalah, (b) Reporting result

atau menyusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau

rencana terakhir.

(g) Implementing the plan, melaksanakan rencana yang mencakup: (a)

problem preparation, persiapan rencana operasional, (b) plan

approval, legal justification, persetujuan dan pengesahan rencana,

(c) organizing operational units, mengatur aparat organisasi.

(h) Plan feedback, balikan pelaksanaan rencana yang mencakup: (a)

monitoring the plan, memantau pelaksanaan rencana, (b) evaluating

the plan, evaluasi pelaksanaan rencana, (c) adjusting, altering or

planning for what, how, and by whom yang berarti mengadakan

penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa

yang perlu dirancang lagi bagaimana rancangannya, dan oleh siapa.

Page 46: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

59

Sementara menurut Fattah (2008: 49) setiap perencanaan itu meliputi

beberapa kegiatan, seperti 1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; 2)

pemilihan program untuk mencapai tujuan itu; 3) identifikasi dan

pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.

2) Fungsi Perencanaan

Perencanaan mempunyai beberapa fungsi, yaitu: sebagai pedoman

pelaksanaan dan pengendalian, menghindari pemborosan sumber daya, alat

bagi pengembangan quality assurance, dan upaya untuk memenuhi

accountability kelembagaan (Makmun dan Sa’ud, 2007: 27).

3) Syarat-syarat Perencanaan

Menurut Purwanto (2008: 15), ada beberapa syarat yamg mesti

diperhatikan dalam menyusun sebuah perencanaan, seperti:

(a) Perencanaan harus berdasarkan atas tujuan yang jelas.

(b) Bersifat sederhana, realistis, dan praktik.

(c) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan

rangkaian tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.

(d) Memiliki fleksibelitas sehingga mudah disesuaikan dengan

kebutuhan serta kondisi dan situasi sewaktu-waktu.

(e) Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan

digarap dengan perencanaan itu, menurut urgensinya masing-

masing.

Page 47: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

60

(f) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta

kemungkinan penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang

tersedia dengan sebaik-baiknya.

(g) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi

pelaksanaan.

b. Pelaksanaan

Dalam ilmu manajemen terdapat beberapa istilah yang mempunyai

pengertian yang sama dengan pelaksanaan (actuating). Istilah tersebut yaitu

motivating, directing, dan leading. Semua istilah tersebut erat kaitannya

dengan dengan motivasi. Sedang motivasi adalah inti dari actuating. Motivasi

adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan

atau menggerakan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah

tujuan (Ramayulis, 2008: 273).

Dalam pelaksanaan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, menurut

Ramayulis (2008: 273) prinsip tersebut yaitu: 1) keteladanan, 2) konsistensi, 3)

keterbukaan, 4) kelembutan, dan 5) kebijakan. Semua prinsip-prinsip itu

mempercepat dan meningkatkan kualitas penggerakan (pelaksanaan).

c. Monitoring

Setiap perencanaan dan pelaksanaan merupakan suatu kesatuan tindakan

yang di dalamnya dibutuhkan pengawasan (monitoring) untuk melihat sejuah

mana hasil yang telah dicapai.

Proses monitoring menurut Fattah (2008: 101) terdiri dari dua tahap, yaitu:

a) Menetapkan Standar-Standar Pelaksanaan Pekerjaan

Page 48: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

61

Dengan mengadaptasi karya Koonts dan O. Donnel, murdick

mengemukakan lima ukuran kritis sebagai standar, yaitu: fisik, ongkos,

program, pendapatan, dan standar yang tidak dapat diraba (intangible).

b) Pengukuran hasil/pelaksanaan pekerjaan, yaitu metode dan teknik

koreksinya dapat dilihat/dijelaskan klasifikasi dari fungsi-fungsi

manajemen. Untuk lebih jelasnya dapat dilukiskan sebagai berikut:

Bagan 2.3 Langkah-Langkah Dasar Proses Pengawasan (monitoring)

Tidak

Ya

Sumber: Fattah (2008: 101)

Menurut Ramayulis (2008: 274) pengawasan didefinisikan sebagai proses

pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan

secara konsekuen baik yang bersifat materil maupun spirituil.

Menurut sagala (2010: 66) bahwa, kegiatan pengawasan adalah kegiatan

untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara

guru, kepala sekolah, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam

institusi sekolah. Data tersebut dipakai untuk mengidentifikasikan apakah

proses pencapaian tujuan melalui proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Menerapkan standar untuk mengukur prestasi

Mengukur prestasi kerja

Apakah prestasi memenuhi standar

Ambil tindakan korektif

Tidak berbuat apa-apa

Page 49: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

62

Apakah ada penyimpangan dalam kegiatan itu serta kelemahan apa yang

didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sekolah tersebut.

Menurut fattah (2008: 106) ada beberapa kondisi yang mesti diperhatikan

jika pengawasan (monitoring) dapat berfungsi dengan efektif, yaitu:

a) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yag

dipergunakan dalam sistem pendidikan, yaitu relevansi, efektivitas,

efisiensi, dan produktifitas.

b) Sulit, tetapi standar yang masih dicapai harus ditentukan. Ada dua

tujuan pokok, yaitu: untuk memotivasi dan untuk dijadikan patokan

guna membandingkan dengan prestasi.

c) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan

organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti:

susunan, peraturan, kewenangan dan tugas-tugas yang telah digariskan

dalam uraian tugas (job deskription).

d) Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan

terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka

kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai

pengekangan.

e) Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa

mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel,

artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan di mana tindakan

korektif harus diambil.

Page 50: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

63

f) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak

hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan

alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.

g) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah,

yaitu: menemukan masalah, melakukan perbaikan, mengecek hasil

perbaikan, mencegah timbulnya masalah yang serupa.

d. Evaluasi

Menurut Fattah, (2008: 107) evaluasi adalah pembuatan pertimbangan

menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sementara menurut Oemar Hamalik (Mujib dan

Mudzakir, 2008: 211) evaluasi dalam pendidikan adalah suatu proses

penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik

untuk tujuan pendidikan.

a) Konsep Evaluasi

Menurut TR Morrison (Fattah, 2008: 107) ada tiga faktor penting dalam

konsep evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskrifsi objek penilaian,

dan kriteria yang bertanggung jawab (defensible criteria).

Aspek keputusan itu yang membedakan evaluasi sebagai suatu kegiatan

dan konsep dari kegiatan lainnya, seperti pengukuran (measurement).

b) Tujuan Evaluasi

Dalam hubungannya dengan manajemen pendidikan, tujuan evaluasi

antara lain:

Page 51: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

64

(1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode

kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang

perlu mendapat perhatian khusus.

(2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa

organisasi pada penggunaan sumber daya pendidikan

(manusia/tenaga, sarana/prasarana, biaya) secara efisiensi ekonomis.

(3) Untuk memperoleh data tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan

dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan, kemajuan

belajar (Fattah, 2008: 108).

c) Prinsip Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan

situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh yang

ditinjau dari berbagai segi. Sehubungan denga itu dalam pelaksanaan

evaluasi harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(1) Prinsip kesinambungan (kontinuitas), artinya evaluasi tidak hanya

cukup dilaksanakan setahun sekali atau per semester, tetapi

dilakukan secara terus menerus.

(2) Prinsip menyeluruh (komprehensif), yakni evaluasi melihat dari

segala aspek.

(3) Prinsip objektivitas, yakni dalam mengevaluasi mesti berdasarkan

kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal

yang bersifat emosional dan irasional (Mujib dan Mudzakir, 2008:

214).

Page 52: BAB II 1. Pengertian Agama - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pai_0700533__bab_ii.pdf · selain itu pula agama juga mempunyai peran dan fungsi tertentu untuk

65