31
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita karier 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian pendidikan Secara umum pendidikan sering diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 1 Menurut Qodri. A. Azizi, dalam bukunya Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial, ia lebih memaknai pendidikan sebagai (proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lain-lain terutama oleh sekolah formal). 2 Pendidikan dalam pengertian ini, dalam kenyataannya sering dipraktekkan dengan pengajaran yang sifatnya verbalistik. Sedangkan menurut Abu bakar Muhammad dalam bukunya Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, pendidikan ialah pemberian pengaruh dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja kita pilih untuk membantu anak, agar berkembang jasmaninya, akalnya, dan akhlaqnya, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada batas kesempurnaan maksimal yang dapat dia capai, sehingga dia bahagia dalam kehidupannya sebagai individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan setiap tindakan keluar daripadanya, menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan lebih baik bagi masyarakat. 3 1 AD. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1974), hal. 19 2 Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk membangun Etika Sosial, (Semarang Aneka Ilmu, 2003), Hal. 18 3 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, (Surabaya Usaha Nasional, 1981), hal. 9

Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita karier

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian pendidikan

Secara umum pendidikan sering diartikan sebagai bimbingan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1

Menurut Qodri. A. Azizi, dalam bukunya Pendidikan (Agama)

Untuk Membangun Etika Sosial, ia lebih memaknai pendidikan

sebagai (proses melatih dan mengembangkan pengetahuan,

ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lain-lain terutama oleh sekolah

formal). 2 Pendidikan dalam pengertian ini, dalam kenyataannya sering

dipraktekkan dengan pengajaran yang sifatnya verbalistik.

Sedangkan menurut Abu bakar Muhammad dalam bukunya

Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, pendidikan ialah pemberian

pengaruh dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja

kita pilih untuk membantu anak, agar berkembang jasmaninya,

akalnya, dan akhlaqnya, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada

batas kesempurnaan maksimal yang dapat dia capai, sehingga dia

bahagia dalam kehidupannya sebagai individu dan dalam kehidupan

kemasyarakatan (sosial) dan setiap tindakan keluar daripadanya,

menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan lebih baik bagi masyarakat.3

1 AD. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1974), hal.

19 2 Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk membangun Etika Sosial, (Semarang�� Aneka

Ilmu, 2003), Hal. 18 3Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, (Surabaya � Usaha

Nasional, 1981), hal. 9

Page 2: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

14

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Setelah memahami tentang arti pendidikan, maka akan dibahas

lebih lanjut tentang pendidikan agama Islam. Anggapan sementara

yang masih dijumpai dewasa ini antara pendidikan Islam dan

pendidikan agama Islam masih rancu. Agar lebih jelas dalam

memahami pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam maka secara

berurutan akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan Islam baru

kemudian mengarah pada pengertian pendidikan agama Islam.

Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya Pengantar

Filsafat Pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidikan Islam adalah:

bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-

ukuran Islam.4

Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam

Perspektif Islam disebutkan bahwa pendidikan Islam adalah:

bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.5

Dari pendapat-pendapat tersebut maka dapat di ambil suatu

pengertian bahwa pengertian pendidikan Islam, yaitu usaha yang sadar

untuk menumbuhkan anak atau individu baik jasmani atau rohani

(fitrah) secara terus-menerus sehingga membentuk kepribadian yang

utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Selain itu pendidikan Islam tidak saja menyampaikan “science”

tentang Islam kepada anak didik akan tetapi yang lebih penting ialah

menyampaikan aspek pendidikannya, yakni: menanamkan dan

meningkatkan keimanan anak didik kepada agama Islam, supaya

4 AD. Marimba, Op. cit, hal.23 5 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung � PT Remaja Rosda

karya,�1994), hal. 32

Page 3: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

15

mereka menjadi penganut-penganut Islam yang taat dalam

kehidupannya sehari-hari.6

Selanjutnya pendidikan agama Islam adalah lebih mengarahkan

hal yang kongkrit dan operasional, yaitu “usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik

agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-

ajaran Islam”.7

Selain itu menurut Zuhairini, dkk dalam bukunya Metode

Khusus Pendidikan Agama, pendidikan agama Islam adalah: Usaha-

usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik

agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.8

Dari pengertian di atas jelas sekali bahwa pendidikan agama

Islam dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada hal-hal yang

konkrit dan operasional seperti memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-

hari bagi anak didik.

Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam terdapat tiga

bidang yang dapat dijadikan anak untuk menerima pendidikan agama

Islam tersebut, yaitu pendidikan dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat. Di antara ketiga bidang tersebut pendidikan yang paling

efektif adalah pendidikan agama yang dilaksanakan dalam keluarga.

6 Mahfudz Shalahuddin, dkk. Metodologi Pendidikan Agama, (Surabaya : PT Bina Ilmu,

1987), hal. 10 7Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta� Aditya Media, 1992),

hal. 20 8 H. Zuhairini, Abdul Ghofur, Slamet As. Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama,

(Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), hal. 27

Page 4: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

16

c. Pandangan agama Islam tentang anak

1. Anak lahir dengan membawa fitrah

Dalam pandangan Islam, anak sejak lahir telah dibekali

oleh Allah Swt dengan adanya fitrah keberagamaan, sebagaimana

yang terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat 30:

����������������������� ������������� ������ ��������������������������� �������� ��!�"#$��

���������� �����%�&#'�(��&� � �)!���*� ��)���� ����� �+����� ���, ���-� �#.����/���0

���� )1���2���0�3! � �4��5

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Ruum : 30)9

2. Anak dapat terpengaruh lingkungan

Disisi lain Islam memandang bahwa anak dalam

perkembangannya dapat terpengaruh lingkungan. Hal tersebut

dilukiskan oleh sebuah Hadits yang berbunyi:

.�"������ ���6 ��7���8��/����4�9�� ��� � 1�.&

����:�1�� �������; ��� ������� ���<� /���7�= � �>�

Diriwayatkan bukhari oleh Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah dari anak yang dilahirkan melainkan dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani, dan Majusi…10

9 Soenarjo, Departeman Agama R.I. Al Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. Toha

Putra, 1989), hal. 645 10 Imam Abu Husein Bin Hajjah, Shahih Muslim, (Indo, Mahtabah Dalilan, t.th) Juz 4, hal.

204

Page 5: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

17

Dari ayat dan hadits tersebut jelas sekali bahwa pada

dasarnya anak telah membawa fitrah beragama dan kemudian

tergantung pada pendidikan selanjutnya.

Dalam konteks pendidikan, Islam menempatkan anak

dalam posisi yang sangat penting. Karena tugas suci ini termasuk

fardlu ‘ain bagi setiap orang tua, maka dosa besar bagi mereka

yang tidak memperhatikan pendidikan agama Islam pada anaknya.

Nabi menganjurkan agar setiap orang tua membacakan

adzan pada telinga kanan dan iqomah pada telinga kiri pada bayi

yang baru lahir. Adzan dan iqomah merupakan ajakan kemenangan

dalam arti yang sebenarnya yakni Al-Falah, true victory, kejayaan

lahir batin, dunia dan akhirat.

Orang tua sebagai first school dianjurkan mampu

memotivasi perkembangan anak secara total yang mencakup fisik,

emosi, intelektual dan relegius-spiritual. Perkembangan intelektual

senantiasa dibarengi dan seirama dengan perkembangan intelektual

senantiasa dibarengi dan seirama dengan perkembangan religius

ialah satu keniscayaan dalam pendidikan.11

2. Pendidikan Agama Islam pada anak dalam keluarga

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat (!) dan

(2) dan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia,

maka pendidikan agama merupakan segi pendidikan utama yang

mendasari semua segi pendidikan lainnya. Bahkan secara paedagogis,

pendidikan agama harus dimulai sedini mungkin sejak anak masih kecil.

Tentu saja hal tersebut adalah merupakan tugas orang tua dimana orang

tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan agama kepada

anaknya. Orang tua yang menyadari pentingnya pendidikan agama bagi

11 Abdurrahman Mas’ud, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2001), Cet I hal. 6-7.

Page 6: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

18

perkembangan jiwa anak, mereka akan berusaha menanamkan pendidikan

agama pada anak-anaknya sejak kecil sesuai dengan agama yang

dianutnya.

Anak adalah merupakan bagian dari keluarga, dimana didalamnya

anak mendapatkan pendidikan pertama dalam segala fungsi jiwanya.

Dalam pembentukan jiwa keagamaan anak diperlukan pengalaman-

pengalaman keagamaan, yang di dapat sejak lahir dari orang-orang

terdekat seperti ibu bapak, saudara dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman

yang dilalui anak sejak kecil itulah merupakan unsur-unsur yang akan

menjadi bagian dari pribadinya dikemudian hari. “Pendidikan anak pada

masa kecil merupakan hal yang sangat penting sekali. Rumah tangga atau

keluarga adalah taman kanak-kanak yang pertama yang mempunyai

pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan masa depan anak.”12

Anak merupakan anugerah dan amanah Allah yang diberikan

kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab penuh

agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna

bagi dirinya sendiri, bangsa, negara dan agamanya sesuai dengan tujuan

dan kehendak Tuhan Penciptanya.

Seorang anak itu mempunyai “dwi potensi” yaitu: bisa menjadi

baik dan buruk. Baik dan buruknya anak itu sangat berkaitan erat dengan

pembinaan dan pendidikan agama Islam dalam keluarga, masyarakat,

lembaga pendidikan agama dan sosial. Pendidikan agama Islam pada anak

yang baik akan melahirkan seorang anak yang baik dan agamis.

Sebaliknya anak yang tanpa mendapatkan pendidikan agama, akan terbina

menjadi anak yang hidup tanpa norma-norma agama berarti hidup tanpa

aturan-aturan yang diberikan oleh Allah sebagai Penciptanya.

Oleh karena itu, orang tua wajib membimbing dan mendidik

anaknya berdasarkan petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, yaitu agama

12 Dr. Miqdad Yaljan, Potret Rumah Tangga Islami, (Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1993),

hal. 106

Page 7: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

19

Islam agar anak-anaknya dapat berhubungan dan beribadah kepada Allah

dengan baik dan benar.

Dapat digaris bawahi di sini bahwa pendidikan agama Islam pada

anak ialah suatu usaha untuk mempersiapkan anak/individu,

menumbuhkannya, dan membimbingnya baik dari segi jasmani, akal

pikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus-menerus, agar

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam dan dapat hidup

dan berpenghidupan sempurna sehingga ia dapat menjadi orang yang

berkepribadian muslim dan menjadi anggota masyarakat yang berguna

bagi dirinya dan umatnya.

Keluarga adalah merupakan suatu lembaga pendidikan di luar

sekolah. Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga adalah merupakan

pendidikan yang lebih bersifat informal. Hal ini bukan berarti bahwa

kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan itu kurang penting,

bahkan sebaliknya, keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan

pertama dan utama dalam proses pembentukan perilaku keagamaan anak.

Di samping itu keluarga sebagai lembaga pendidikan memberikan

pendidikan dasar berkenaan dengan keagamaan dan budaya. Keluarga juga

di pandang sebagai peletak dasar pembinaan pribadi anak. Oleh karena itu

kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan sangatlah vital bagi

kelangsungan pendidikan anak di masa yang akan datang.

Sebagaimana pendapat Arnold Gessel yang di kutip oleh Arifin:

Arnold Gessel menganggap bahwa hubungan anak dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga adalah merupakan suatu kepentingan yang dapat menentukan pola pertama pribadi anak. Suatu rumah yang teratur rapi yang terpelihara secara normal dapat menjamin dengan sebaik-baiknya bagi kesehatan mental dalam pertumbuhan anak sedangkan sekolah hanya dapat memperoleh hasil maksimum bila bekerja secara harmonis dengan keluarga.13

13 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993) hal 92.

Page 8: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

20

Titik penting pendidikan dalam keluarga juga dilengkapi oleh

pendapat Crow & Crow dan Freud, sebagaimana di kutip oleh Arifin:

Crow & Crow berpendapat bahwa pendidikan pertama anak di terima dalam lingkungan rumah”. Sedangkan Freud berpendapat bahwa anak selalu mengadakan identifikasi atau meniru orang-orang yang lebih tua tidaklah secara pasif tetapi secara sungguh-sungguh dan gairah. Anak ingin menjadi seperti ayahnya atau ibunya.14

Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga merupakan

pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan, dimana didalamnya

orang tua berfungsi sebagai panutan untuk membentuk pribadi anak yang

sesuai dengan norma-norma agama Islam. Keluarga adalah tempat pertama

dan paling utama yang merupakan awal berlangsungnya pendidikan pada

anak. Keluarga bagi anak merupakan wahana yang paling baik dan tepat

untuk mengembangkan dirinya. Pertama kali anak mengenal ibu, bapak

dan anggota keluarga yang lainnya dalam lingkungan keluarga.

Di dalam keluargalah anak akan mendapatkan apa yang seharusnya

didapatkan. Dari kasih sayang, materi, pendidikan dan lain sebagainya.

Sejak dalam kandungan ibu, pendidikan prenatal telah berlangsung dan

kemudian terus berkembang ketika dalam asuhan, sehingga menjelang

dewasa tatkala seseorang secara penuh berkembang pribadi dan akal

budinya. Akan tetapi patut disadari bahwa pembentukan pribadi seseorang

tidak hanya ditentukan oleh pendidikan keluarga saja, karena ada berbagai

pendidikan yang juga amat mempengaruhinya.

3. Dasar Pendidikan Agama Islam pada anak dalam keluarga

1. Dasar Yuridis (Hukum)

Yaitu dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari

peraturan perundang-undangan di Indonesia yang secara langsung dapat

14 Ibid., hal. 93

Page 9: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

21

dijadikan sebagai pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama

Islam.

a. Dasar Ideal

Yaitu Falsafah Negara Pancasila, yang pada sila pertama berbunyi:

”Ketuhanan Yang Maha Esa”, memberikan pengertian bahwa

seluruh bangsa Indonesia harus percaya pada Tuhan Yang Maha Esa,

atau harus beragama. Maka untuk realisasinya diperlukan

pemahaman sejak dini, yaitu melalui pendidikan agama Islam pada

anak.

b. Dasar Struktural

Yaitu UUD 1945 pada BAB XI Pasal 29 ayat I dan 2 disebutkan

bahwa:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaannya itu.15

c. Dasar Operasional

Yang dimaksud adalah dasar yang secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah.16 Seperti yang

disebutkan dalam Tap. MPR no. IV/MPR/1973 yang kemudian

dikokohkan pada Tap. MPR No. IV/1978. Selain itu juga ketetapan

MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN, yang pada pokoknya

dinyatakan bahwa: “Pelaksanaan pendidikan agama secara langsung

dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai sekolah

dasar sampai Perguruan Tinggi. Juga dalam UU Pendidikan Nasional

No. 2 tahun 1989 tercantum dasar pendidikan Nasional adalah

Pancasila dan UUD1945.”17

15 Zuhairini, Op.Cit, hal. 22 16 Ibid, hal. 23 17 UU RI No. 2 Thn 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Semarang : Aneka Ilmu,

1989), hal. 3

Page 10: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

22

2. Dasar Religius

Yang dimaksud adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.

Dasar pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga terdiri dari

Al-Qur’an As-sunnah dan Ijtihad, berdasarkan firman Allah dalam Al-

Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 59: ���#'�� ?��1@�����+� �����A�#'��������1#$� ���� B'� �#. ):(� ��� )2���#'� ����� ��� )2�

����!?���?&����C��. ):(� �� ����� ��9� �C�)< A�)����DE���F������!?���G���������H����!?&���1

��I �� J$���)��:��#'� �K����-���� �+����-L� ���!� ��� �� ����� ��/��� ?��1JM?�

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah Nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (Q S. An-Nisa’: 59)18

Uraian dari ketiga hal tersebut adalah:

a. Al-Qur’an

“Al-Qur’an menurut Zakiah Daradjat adalah firman Allah

berupa wahyu yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw,

yang didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan

untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad”.19

Al-Qur’an adalah merupakan landasan pertama dari semua

ajaran Islam, sehingga pendidikan agama Islam pada anak dalam

keluarga harus berlandaskan pada Al-Qur’an. Untuk itulah, dalam

melaksanakan pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga,

orang tua harus dapat menerapkan berdasarkan pedoman Al-Qur’an.

18 Soenarjo, Departeman Agama R.I. Op. Cit, hal. 128 19 Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal 19.

Page 11: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

23

b. As-sunnah

Nabi adalah utusan Allah, dan di dalam diri-Nya terdapat

contoh yang baik. Sehingga segala perkataan, perbuatan dan ketetapan

beliau dijadikan sebagai landasan kedua dari pendidikan agama Islam.

Sebagaimana diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dalam

Surat Al-Ahzab ayat 21:

����� ����&� ���1� �NO���:���N7� �:B'� ���� �� �. ):������� �!?&� � ����&� ���*� � )�

�������%�&����� �����&�+� ����-L� ���!� ��� �� ����� �3P �G�Q�4��5 �

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu….”. ( Q. S. Al-Ahzab :21)20

Untuk itu sebagai landasan kedua dari pendidikan agama Islam,

maka dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak dalam

keluarga harus berlandaskan pada sendi-sendi yang telah ditetapkan

oleh Rasulullah. Sehingga nantinya diharapkan anak dapat mencontoh

dari apa yang telah dicontohkan oleh Nabi sebagai suri tauladan yang

baik bagi seluruh umat-Nya.

c. Ijtihad

Manusia dilebihkan Allah dari pada makhluk yang lain karena

akalnya. Dengan akal manusia mampu memikirkan alam, memilih

mana yang baik dan yang buruk, menciptakan sesuatu untuk mencapai

kemudahan dalam kehidupannya dan manfaat lainnya. Dengan akal

pula manusia mampu merumuskan dan melaksanakan pendidikan

agama Islam dengan baik. Ijtihad di sini dijadikan sebagai landasan

ketiga dari pendidikan agama Islam.

Menurut Zakiah Daradjat disebutkan bahwa:

“Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, yang bermuara pada perubahan kehidupan sosial telah menuntut ijtihad dalam

20 Soenarjo, Departeman Agama R.I. Ibid, hal. 670

Page 12: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

24

bentuk penelitian dan pengkajian kembali prinsip-prinsip ajaran Islam, apakah ia boleh ditafsirkan dengan yang lebih serasi dengan lingkungan dan kehidupan sosial sekarang? Kalau ajaran itu memang prinsip yang tidak boleh diubah maka lingkungan dan kehidupan sosialah yang perlu diciptakan dan disesuaikan dengan prinsip itu. Sebaliknya jika dapat ditafsir, maka ajaran-ajaran itulah yang menjadi lapangan ijtihad”

3. Dasar sosial psikologi

Setiap manusia memerlukan pasangan hidup yang disebut agama.

Manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa. Manusia akan merasakan

tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan diri

kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan Surat Ar-Ra’d ayat 28.

�����������A��R�1��������� �����&�+�/�0#'����� �����&�+�/��!)�)/ ?�?"�A��R�1����� �� ?��1@�����+� �

�)P ?�?*� �3�� �4��5

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.( Q. S. Ar-Ra’d :28)21

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam Pada Anak Dalam Keluarga

Fungsi pendidikan Islam secara makro adalah memelihara dan

mengembangkan fitrah dan sumberdaya insani yang ada pada anak menuju

pada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam.

Berangkat dari fungsi tersebut maka dalam pelaksanaan pendidikan

agama Islam pada anak dalam keluarga haruslah ditanamkan sejak dini,

sehingga nantinya diharapkan tercipta anak yang sesuai dengan norma-

norma dan dapat berguna bagi dirinya, negara, agama dan masyarakat.

Untuk itulah maka pendidikan agama Islam pada anak memiliki fungsi

21 Soenarjo, Departeman Agama R.I. Ibid, hal. 373

Page 13: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

25

sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Bila pendidikan

agama kita ibaratkan sebuah bangunan, maka haruslah dibangun pondasi

yang kuat, sehingga nantinya bangunan tersebut tak akan goyah dan

runtuh diterjang apapun. Tidak berbeda dengan pendidikan agama pada

anak, penanaman nilai-nilai agama sejak dini dapat menjadikan anak dapat

memilih dan menyaring arus globalisasi yang tidak semuanya baik untuk

anak.

Anak akan menjadi tumpuan bagi orang tuanya setelah mereka

dewasa nanti. Untuk menjadikannya menjadi manusia yang benar-benar

berguna dan berbakti pada orang tua tergantung pada pendidikan yang

diberikan kepada mereka, juga pada pembentukan diri dan penggodokan

mereka dalam menghadapi kehidupan

Kehidupan anak semasa kecil pada umumnya berada pada

lingkungan dan pengaruh orang tua, sehingga pendidikan agama berfungsi

sebagai benteng dalam kelanjutan hidupnya di masa depan mengingat

betapa intensif kesan pendidikan agama yang membekas pada jiwa anak.

Intensitas pengaruh dan pendidikan yang di terima anak dalam situasi

kehidupan keluarganya ini secara tidak langsung mendasari pendidikan

yang diterimanya pada masa berikutnya.

5. Faktor- faktor pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga

Mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak dalam

keluarga, terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi:

a. Faktor tujuan

b. Faktor materi

c. Faktor metode

d. Faktor pendidik

e. Faktor peserta didik

f. Faktor lingkungan

Adapun pembahasan mengenai kelima faktor tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 14: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

26

a. Faktor Tujuan

Tujuan Pendidikan Islam menurut Mafudz Shalahuddin dalam

bukunya Metodologi Pendidikan Agama adalah: untuk mendidik anak-

anak supaya menjadi orang yang taqwa kepada Allah SWT, yang

berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-

larangan-Nya.22.

Tujuan Pendidikan agama Islam menurut Zakiah Darajat dalam

bukunya Ilmu Pendidikan Islam ialah membentuk Insan kamil dengan

pola takwa. Insan kamil ialah manusia utuh rohani dan jasmani, dapat

hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya

kepada Allah.23

Dari tujuan-tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

tujuan pendidikan Islam dalam keluarga adalah membentuk manusia

yang ber-akhlaqul karimah, manusia yang sempurna, yang bahagia di

dunia dan akhirat yang meliputi jasmani yang sehat serta kuat dan

mempunyai ketrampilan, akalnya cerdas, pandai dan rohani yang

sholeh.

b. Faktor Materi

Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari Pendidikan Islam

memiliki acuan materi secara khusus untuk sampai pada tujuan yang

telah ditetapkan dalam pendidikan tersebut. Sebagaimana materi

pendidikan Islam, pendidikan agama Islam materinya juga berangkat

dari Al-Qur’an, sehingga anak diharapkan mempunyai akhlaq mulia

dan berkepribadian muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-

Kalam :

� �C���2� �����9�?-��D!��S��D,?�3!�* �4�5�

22 Mahfudh Shalahuddin, dkk., Op.cit., hal. 11 23 Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Op.cit., hal 29

Page 15: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

27

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. l-Qalam: 4)24

Sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Luqman

yang berisi tentang nasehat Luqman Hakim kepada anaknya yang

meliputi beberapa pokok materi pendidikan agama Islam yaitu:

1) Tauhid atau aqidah

2) Akhlaq

3) Shalat

4) Amal ma’ruf nahi mungkar

5) Kesabaran

6) Larangan meremehkan, menghina dan sombong

7) Sederhana

8) Berkata dengan benar secara lunak dan sopan25

Berdasarkan materi-materi tersebut dapat disederhanakan

menjadi tiga materi pokok, yaitu:

1) Materi keimanan atau aqidah

2) Materi ihsan atau akhlak

3) Materi keIslaman atau syari’ah

Dari tiga materi di atas dapat dijelaskan secara global sebagai

berikut:

1) Materi keimanan atau akidah

Aqidah merupakan dasar-dasar kepercayaan dalam agama

yang mengikat seseorang dengan persoalan-persoalan yang

prinsipil dari agama itu. Islam mengikat kepercayaan umatnya

dengan tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah itu Esa.26

Sebenarnya dari semua komponen rukun iman adalah

saling berhubungan, akan tetapi iman kepada Allah SWT adalah

24 Soenarjo, Departeman Agama R.I, Ibid, hal. 960 25 Abu Tauhid dan Mangun Budiyanto, Op.Cit., hal. 79-81 26.H.Nurdin, et.al. Moral dan kognisi Islam, (Bandung : Alfa beta, 1993), hal. 78

Page 16: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

28

menjadi yang utama, baru kemudian iman kepada yang lainnya

secara otomatis harus mengikuti.

Penyampaian materi keimanan sebaiknya dilakukan sedini

mungkin, dalam arti anak belum memperoleh pengaruh dari luar

secara berlebihan. Pada usia 4-5 tahun anak sudah mulai dan

mampu menguasai bahasa ibu. Maka akan lebih baik bila orang tua

misalnya ibu mulai mengenalkan tentang sang Pencipta jagad raya

ini, tentunya dengan bahasa anak-anak.

2) Materi ihsan atau akhlak

Materi ihsan atau akhlaq yang di maksud adalah ilmu yang

menentukan batas antara yang baik dan buruk, tentang perkataan

atau perbuatan manusia lahir dan batin.27

Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq merumuskan

pengertian akhlaq sebagai berikut:

Akhlaq adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan jalan yang harus diperbuat.28

Jadi materi akhlak ini disampaikan dengan tujuan untuk

mengarahkan tingkah laku manusia agar sesuai dengan akhlak

Islam yaitu akhlak Fadhilah (kelebihan).29 Materi akhlak fadhilah

tersebut meliputi amanah, kesabaran, menepati janji, keadilan,

memelihara kesucian, malu, keberanian kekuatan, kasih sayang dan

hemat.30

27 H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hal. 12 28 Ibid. 29 Ibid., hal. 95 30 Ibid., hal. 97-98

Page 17: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

29

Materi akhlak ini tidak hanya berlaku antara manusia dengan

manusia saja akan tetapi antara manusia dengan mahluk Allah

SWT yang lainnya.

3) Materi keislaman atau syari’at

Materi keislaman atau materi syariat ini berhubungan erat

dengan amal lahir dalam rangka menta’ati semua peraturan dan

hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.31

Materi tentang keislaman ini perlu diberikan kepada anak

agar nantinya anak mengetahui tentang hal-hal yang diperintahkan

oleh Tuhan, dan juga hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Setelah anak

mengetahui, diharapkan anak mengamalkan amalan-amalan yang

dianjurkan oleh Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang dilarang

oleh Tuhan.

Menurut teori Ibnu Khaldun, ”ajarilah anak-anak itu dengan

apa yang ia sanggup mengerti, sesuai dengan daya tangkapnya dan

memenuhi pula keinginan pembawaan dan kebutuhannya”.32

c. Faktor Metode

Metode adalah suatu cara, jadi metode agama Islam adalah suatu

cara untuk mendidik agama Islam. Moh. Abd. Rahim Ghunaimah,

mendefinisikan metode mengajar dengan: “cara yang praktis yang

menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran”.33

Selanjutnya Al-Jumbalathy dan Abu Al-Fateha Attawanisy

31 H. Zuhairini, dkk., Op. cit, hal. 61 32 M. Athiyah Al- Abrasy, Op. cit, hal. 192 33 Omar M. Al-Taumy Al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,

1979), hal. 551

Page 18: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

30

mentakrifkan metode mengajar sebagai: “cara-cara yang di ikuti oleh

guru untuk menyampaikan maklumat ke otak murid-murid”.34

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu

pemahaman bahwa metode mengajar mempunyai makna segi kegiatan

yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka menyampaikan

mata pelajaran yang disesuaikan dengan ciri-ciri perkembangan murid-

muridnya, lingkungan dan tujuan untuk mencapai proses belajar yang

diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.

Dalam pendidikan agama Islam terdapat beberapa macam

metode, penggunaannya disesuaikan dengan tujuan, materi,

kemampuan pendidik serta peserta didik dan situasi pendidikan.

Dalam pelaksanaan pendidikan hendaknya mempergunakan

berbagai jenis metode secara bergantian atau saling menunjang. Sebab

masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

d. Faktor Pendidik

Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

adalah orang tua, karena merekalah yang mendapatkan amanah dari

Allah yang berupa anak untuk dididik, serta akan dipertanggung

jawabkan pada Allah.

Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu

yang sangat mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam

menempatkan orang-orang yang beriman dan berpengetahuan lebih

tinggi derajatnya dibandingkan dengan manusia lainnya. Secara umum

tugas pendidik adalah mendidik. Dalam prakteknya mendidik

merupakan rangkaian proses mengajar, memberi dorongan, memuji,

menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya.35

34 Ibid hal. 551 35 H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta : Ciputat Pers, 2002), Cet I hal. 43

Page 19: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

31

Seorang ibu dalam fitrahnya mereka mengandung, melahirkan

dan menyusui anak dan untuk tahap berikutnya anak membutuhkan

didikan. Tentunya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih mudah

dilaksanakan oleh seorang ibu.

Allah telah berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 21:

� �*����&����?&� ��!�������):B'����� ���. �NO���:���N7� �:3P �G�Q�4��5�

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu…. ( Q. S. al-Ahzab: 21) 36

Jadi Rasulullah dalam mendidik umatnya tidak hanya dengan

ucapan, tetapi beliau memberikan contoh terlebih dahulu apa yang

beliau katakan.

Dalam memberikan pendidikan Islam pada anak, sebagai orang

tua harus dapat membentuk, menanamkan sifat-sifat mulia dan akhlak-

akhlak terpuji kepada anak. Hal ini dilakukan dengan cara-cara yang

baik dan tepat serta memberikan suri tauladan yang baik, bergaul dan

memberlakukannya dengan baik, penuh cinta kasih, kelembutan,

persamaan, keadilan serta memberi nasehat dan bimbingan, lemah-

lembut tetapi tidak terlalu lemah, tegas tetapi tidak terlalu kasar dan

sadis. Selain itu juga senantiasa mengajak mereka untuk selalu

berdiskusi dan bertukar fikiran dalam memecahkan suatu masalah

dengan cara-cara yang tidak membosankan.37

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Hafidz Ibrahim

dalam syairnya : “seorang ibu adalah madrasah, apabila engkau

menyiapkannya, berarti telah menyiapkan generasi muda yang baik

dan gagah berani. Seorang ibu adalah guru pertama dari semua guru

pertama, yang pengaruhnya menyentuh seluruh jagad raya”.38

36 Soenarjo, Departeman Agama R.I, Op.cit., hal.670 37 Ustadz Labib M, Op. Cit, hal. 103 38 Ibid, hal. 104

Page 20: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

32

e. Peserta Didik

Pendidikan tidak lepas dari peserta didik, karena peserta didik

merupakan faktor yang harus ada dalam setiap kegiatan pendidikan.

Peserta didik dalam pendidikan agama Islam dalam keluarga yaitu

anak sebagai bagian dari keluarga.

Anak yang berusia di bawah dua tahun, mereka sangat

membutuhkan pendidikan jasmani dari ibu berupa air susu ibu untuk

pertumbuhan jasmani dan pertumbuhan anak. Telah diungkapkan

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233:

� �� ?����� �� � )���)8��0� #'� ���2�6(����� ����� ���1��&��� ����� #'� �����#'� ���1����

(!��)����6 (� ����O��

Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan… (Q.S. Al-Baqarah :233)39

Setelah usia dua tahun kebutuhan jasmani anak berupa makanan

tidak lagi dari air susu ibu tetapi dari sumber makanan lain. Sehingga

anak tidak tergantung sekali pada ibu dalam hal makanan.

Anak yang belum sekolah atau usia prasekolah, anak dominan

berada dalam lingkungan keluarga sehingga dibutuhkan pendidik yang

betul-betul mampu mendidik anak dengan sebaik-baiknya apabila

orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia yang ia cita-

citakan.

Pada usia pra sekolah anak belum bisa menggunakan akal

pikirannya untuk membeda-bedakan baik dan buruk, maka pendidikan

harus dilaksanakan dengan cara pembiasaan secara terus-menerus.

Anak-anak dalam keluarga dibiasakan untuk mengerjakan

sesuatu, sehingga anak akan senantiasa melakukannya dalam

39 Soenarjo, Departemen Agama RI .Op.cit., hal.57

Page 21: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

33

kehidupan sehari-hari tanpa harus diperintah. Misalnya shalat,

mengaji, membaca do’a, puasa dan lain sebagainya.

f. Faktor Lingkungan

“Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak

yang meliputi seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan

manusia, alam yang bergerak atau tidak bergerak, serta kejadian-

kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang”.40

Lingkungan memiliki peranan yang sangat besar dalam

pendidikan. Karena lingkungan akan mempengaruhi pendidikan yang

dilaksanakan.

Ramayulis membagi lingkungan menjadi tiga macam yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi anak

dibesarkan. Keluarga bagi anak merupakan wahana yang paling

baik dan tepat untuk mengembangkan dirinya. Pertama kali anak

mengenal ibu, bapak dan anggota keluarga lainnya, dalam

lingkungan keluarga.

Ciri-ciri keluarga dapat dilihat dari tiga aspek:

a) Keluarga adalah persekutuan hidup yang pasti dari orang tua

sebagai suami Isteri.

b) Keluarga adalah persekutuan kodrati bagi anak-anak dalam

pertumbuhan yang bersifat mengurang

c) Keluarga adalah persekutuan kodrati yang abadi bagi anak

dewasa dan orang tua.41

40 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Op.cit,. hal.63-64 41 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di lingkungan Sekolah dan

Keluarga, Op.cit., hal.89

Page 22: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

34

Dalam keluargalah anak pertama kali memperoleh

pendidikan. Sejak dalam kandungan ibu, pendidikan prenatal telah

berlangsung dan kemudian terus berlangsung ketika dalam asuhan

sehingga menjelang dewasa tatkala seseorang secara penuh

berkembang pribadi dan akal budinya. Akan tetapi patut disadari

bahwa pembentukan pribadi seseorang tidak hanya ditentukan oleh

pendidikan keluarga saja, karena ada berbagai pendidikan yang

juga amat mempengaruhinya. Ditengah-tengah pergaulan kaum

sebaya, di sekolah dan dalam kesempatan yang lainnya.

Pendidikan dalam keluarga sebagai agen pendidikan yang utama,

harus mampu merespon setiap perkembangan yang terjadi di luar

keluarga.

Memperhatikan konsep Islam bahwa pendidikan itu dimulai

dari buaian dan berakhir sampai ke liang lahat, pendidikan

sepanjang usia, jelas mengakui adanya pendidikan dalam keluarga

yakni terutama di saat anak masih kecil. Bahkan bukan itu saja

karena pendidikan anak di lingkungan keluarga adalah yang paling

awal, maka ia memiliki posisi yang paling penting dan mendasar

atau sebagai penyangga pendidikan anak pada fase selanjutnya.

Suasana keluarga yang aman dan bahagia itulah, yang diharapkan akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa anak yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga itu. Semua pengalaman yang dilalui anak sejak lahirnya itu merupakan pendidikan agama, yang diterimanya secara tidak langsung, baik melalui penglihatan, pendengaran, dan perlakuan yang diterimanya. Kalau dia sering menyaksikan orang tuanya sembahyang, berdo’a, berpuasa dan tekun menjalankan ibadah, maka apa yang di lihatnya itu, merupakan pengalaman yang akan menjadi bagian dari pribadinya, serta akan masuklah unsur agama dalam pembinaan pribadinya. Demikian pulalah dengan pengalamannya melalui pendengaran dan perlakuan orang tua yang mencerminkan ajaran agama.42

42 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta : Bulan Bintang,

1975) cet III, hal 113

Page 23: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

35

Lingkungan keluarga bagi seorang anak bagaikan sebuah

rumah, atap dari rumah adalah kedua orang tuanya. Agar anak

teratapi dengan baik, maka dalam hal ini orang tua haruslah hidup

rukun, menyayangi dan mendidiknya. Sedang pondasi rumah

adalah kehidupan rohani yakni dasar-dasar yang diletakkan

melalui pendidikan anak sejak lahir yang akan menjadi landasan

bagi perkembangan anak selanjutnya. Dalam keluarga biasanya

berlaku peraturan-peraturan yang tidak tertulis, hanya kebiasaan-

kebiasaan dan tingkah laku yang diperankan oleh orang tua dalam

keseharian yang membentuk kepribadian anak. Di sini kepaduan

antara kata dan perbuatan setiap anggota keluarga sangat penting

untuk diperhatikan karena sangat mendukung terhadap suasana

kondusif-edukatif.

2) Sekolah

Hubungan antara sekolah dan keluarga memang sangat

dibutuhkan, di satu sisi untuk memenuhi tuntutan perkembangan

budaya dan ilmu pengetahuan yang harus diberikan kepada anak

tetapi tidak bisa diberikan dalam lingkungan keluarga. Pada sisi

lain keluarga membantu dan mengarahkan agar tetap memiliki

kepribadian Islam dan dapat mengisi kekurangan sekolah. Karena

saling berhubungan antara lingkungan keluarga dengan sekolah

maka diantara keduanya harus berjalan seharmonis mungkin,

terhindar dari overlapping dan harus tetap berada pada satu tujuan

yaitu pembinaan anak, untuk hal itu dibutuhkan sikap terbuka dan

saling mengisi antara keduanya.

Menurut Abu Bakar Muhammad dalam bukunya Pedoman

Pendidikan dan Pengajaran, disebutkan bahwa:

Sekolah merupakan media, tempat anak memahami (mengetahui) arti pemerintahan dan kekuasaannya. Di dalam sekolah itu anak (mulai belajar menempatkan diri

Page 24: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

36

diatas landasan undang-undang, bangsa dan adat kebiasaan mereka dan dia dapat menetapkan, bahwa amal seseorang ditimbang (dinilai) dengan adil. Di sekolah itulah anak diajarkan struktur pemerintahan dan sedikit tentang undang-undangnya; Maka sekolah tempat perantara, antara kehidupan rumah tangga dengan kehidupan yang umum (kehidupan bermasyarakat yang luas). Di samping itu di dalam sekolah, murid dapat melihat dirinya dalam tempat yang lebih luas dari pada rumah dan lebih sempit dari pada ruang lingkup kehidupan bermasyarakat pada masa depannya.43

Sesungguhnya fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan

kedua setelah keluarga tidak hanya terbatas pada pengisian pikiran

murid-murid dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi sekolah adalah

salah satu sarana yang besar sebagai tempat pembentukan akhlaq

yang mulia. Teladan yang baik dan nasehat serta pendidikan yang

baik dalam sekolah itu sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu

guru yang dalam hal ini sebagai pelaksana pendidik harus dapat

mengarahkan anak agar nantinya menjadi anak yang berguna bagi

bangsa, negara dan agama.

3) Masyarakat

Masyarakat selain sebagai tempat pergaulan sesama

manusia juga merupakan lapangan pendidikan yang luas. Sebab

dalam pergaulan sehari-hari antara seseorang dengan orang lain

adalah mengandung gejala-gejala pendidikan. Sehingga orang tua

harus memperhatikan teman bergaul anak, karena teman bergaul

akan besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak.

Sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang senang

bermain dan cenderung meniru, maka lingkungan masyarakat

sangat besar pengaruhnya bagi kepribadian anak. Anak sebagai

43 Abu Bakar Muhammad, Op. cit., hal. 61

Page 25: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

37

generasi yang akan terjun dalam masyarakat, sejak kecil tidak

boleh terpisah dengan masyarakatnya.

Masjid sebagai lembaga yang terdapat dalam masyarakat

dapat menunjang pendidikan terhadap anak dengan cara anak

dibiasakan untuk sholat berjamaah, mengaji bersama teman-

temannya dan memperoleh pendidikan keagamaan yang lainnya.

6. Wanita Karier

Setelah kita mengetahui tentang pendidikan agama Islam,

pendidikan agama Islam dalam keluarga, dasar pendidikan agama Islam

pada anak dalam keluarga, fungsi pendidikan agama Islam pada anak

dalam keluarga dan faktor-faktor pendidikan agama Islam dalam keluarga

selanjutnya akan dibahas tentang wanita karier.

a. Pengertian Wanita Karier

Menurut kamus besar Indonesia (Depdikbud 2001) wanita

berarti seorang perempuan/kaum putri. Sedangkan karier adalah

perkembangan dan kemajuan di kehidupan, pekerjaan, jabatan dan lain

sebagainya.

Menurut Nana Nurliana dalam bukunya Wanita Sebagai

Pemimpin; Suatu Tinjauan Historis Wanita karier adalah wanita yang

bekerja untuk mengembangkan karier. Pada umumnya “wanita karier”

adalah wanita yang berpendidikan cukup tinggi dan mempunyai status

yang cukup tinggi dalam pekerjaannya, yang cukup berhasil dalam

karyanya.44

Dari pengertian wanita karier tersebut dapat disimpulkan

bahwa yang disebut wanita karier adalah wanita yang bekerja dan

berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran dan lain

44 Nana Nurliana Soeyono, “ Wanita sebagai pemimpin : suatu tinjauan historis”, dalam H.M. Atho Mudzhar, Wanita dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001) cet ke-2, hal. 302

Page 26: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

38

sebagainya) dan mempunyai status yang cukup tinggi dalam pekerjaan

yang ditekuninya.

b. Kriteria Wanita Karier

Untuk mengetahui lebih jauh tentang wanita karier penulis

akan mencoba membedakan beberapa kategori wanita karier menjadi

beberapa kriteria yaitu :

1) Wanita tunggal

Yang dimaksud wanita tunggal adalah wanita single yang

belum menikah. Wanita tunggal yang bekerja sebagai wanita karier

kebanyakan merasa cocok karena mereka tidak mempunyai peran

yang lain selain bekerja untuk mengembangkan karier dan

mendapatkan materi. Mereka tidak disibukkan oleh aktifitas rumah

tangga yang banyak, dari mengurusi suami, anak dan lain

sebagainya.

2) Wanita yang menikah tanpa anak

Kriteria yang kedua ini adalah wanita karier yang sudah

menikah akan tetapi belum mempunyai anak. Keuntungan bagi

wanita karier yang menikah tanpa anak adalah bahwa ia

mempunyai pasangan yang mendukungnya dan membantunya

dengan urusan rumah tangga, ia kurang mempunyai masalah

keuangan karena penghasilannya ganda, tidak ada anak yang

menyita waktunya dan mengurangi kinerja atau prospek kariernya.

3) Wanita menikah dan mempunyai anak

Kriteria yang ketiga ini adalah wanita yang bekerja sebagai

wanita karier dan juga berperan sebagai ibu. Wanita karier yang

sudah memiliki anak mempunyai tanggung jawab yang besar,

karena mereka harus memainkan “peran ganda”. Wanita karier

sebagai ibu banyak dihadapkan dengan berbagai permasalahan

seperti:

Page 27: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

39

a) Peningkatan tanggung jawab yang menyita waktu dan

menimbulkan stres fisik dan emosional

b) Rasa bersalah karena kurang dapat memberikan perhatian dan

waktu pada anak atau pada pekerjaan

c) Kesempatan karier yang terbatas karena sikap atasan yang

meragukan komitmen penuh dari wanita terhadap pekerjaan

atau karena komitmen terhadap keluarga.45

Pada zaman modern seperti sekarang, semakin terbuka peluang

bagi wanita untuk mengembangkan diri, mengaktualisasikan

kemampuan yang dimiliki dan memanfaatkan ilmu yang telah

diperoleh di bangku sekolah. Kaum wanita sekarang tidak hanya

mengurusi rumah tangga atau bekerja di dalam rumah, tetapi mereka

telah bekerja di luar rumah.

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya, Islam dan Peranan

Wanita, disebutkan bahwa:

Dalam semua lapangan kerja, yang cocok dengan kodratnya, wanita juga di tuntut untuk aktif bekerja, wanita tidaklah untuk duduk berpangku tangan atau tinggal terkurung dalam rumah, sebagai mahluk Allah yang lemah yang harus di bantu dan di belanjai oleh laki-laki. Banyak sekali lapangan pekerjaan yang cocok dengan wanita, hanya saja wanita harus selalu ingat, bahwa kewanitaannya itu tetap melekat pada dirinya. Artinya kodrat fisik dan ciri kewanitaan itu tetap berbahaya bagi dirinya dan terhadap orang lain, jika ia tidak sadar dan menjaga dirinya.46

Sebagai wanita karier yang sudah mempunyai anak tentunya

mempunyai banyak problematika akibat pilihannya untuk bekerja

karena mereka harus memainkan peran ganda yang melekat pada

kodrat dirinya yang berkaitan dengan keluarga yaitu mendidik anak-

45 Ibid, hal.306-308 46 Zakiah Daradjat, Islam Dan Peranan Wanita, Bulan Bintang, Jakarta, cet ke-4,1990, hal.

23

Page 28: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

40

anaknya dan hakekat keibuan serta peran dalam pekerjaannya di luar

rumah.

Anak menjadi tanggung jawab pembantu, bacaan, dan televisi.

Institusi yang menggantikan peran ibu di dalam mendidik anak belum

dikembangkan ke arah yang jelas. Sumber pengetahuan tentang nilai-

nilai moral dan praktek kehidupan diperoleh dari berbagai agen lain,

seperti televisi, mainan (elektronik), dan bacaan-bacaan. Padahal, tidak

jelas siapa yang mengendalikan pesan yang disampaikan media

tersebut, sehingga kita tidak bisa menjamin bahwa anak kita di didik

dengan cara yang benar.

Karena kesibukan orang tua terutama ibu, hubungan antara

anak dan orang tua semakin renggang dan rendah intensitasnya,

sehingga memicu munculnya kekhawatiran-kekhawatiran apa saja.

Ketentuan akan hal-hal buruk yang dialami anak akan merusak

kepribadian anak. Akibat kerusakan itu sesungguhnya berpangkal pada

perubahan relasi antara orang tua dan anak. Zaman sekarang memang

sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, orang menjadi kurang yakin

lagi bahwa lembaga keluarga mampu menjadi benteng yang paling

kuat dari lembaga pendidikan yang lainnya.

Menurut pendapat Salma Huffar yang dikutip oleh Wahbi

Sulaiman dan Ghowaji Al Albani dalam bukunya Sosok Wanita

Muslim al-Mar atul Muslimah, disebutkan bahwa:

Wanita telah melenyapkan tabiat asli yang paling mulia dan paling tinggi nilainya, yaitu kodrat kewanitaanya, yang berarti ia telah menghilangkan kebahagiaanya. Adapun pekerjaannya di luar rumah akan memperburuk keadaan dan menghilangkan surga kecil tempat bernaungnya wanita dan laki-laki. Hal itu tak mungkin tumbuh berkembang kecuali dengan menjadi ibu rumah tangga dan pendidik di rumahnya. Peran ibu rumah tangga dalam membina anak serta kebahagiaan masyarakat terkait juga dengan kebahagiaan individu dan sumber ilham, kebaikan dan kejadian yang indah.47

47 Wahbi Sulaiman, Ghowaji Al Bani, Sosok Wanita Muslim Al Mar-atul Muslimah,

(Trigenda Karya) hal. 177

Page 29: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

41

Dengan demikian menjadi wanita karier bukan pekerjaan

mudah. Karena wanita karier harus memainkan peran ganda, yakni

bekerja di luar rumah untuk meniti karier tetapi begitu tiba di rumah

kembali harus mengurusi tugas sebagai ibu rumah tangga. dan juga

sebagai pendidik bagi putra-putri mereka. “Taman kanak-kanak dan

tempat-tempat penitipan anak-anak tidak akan mampu menjalankan

fungsi ibu dalam mendidik anak-anak dan tidak pula dapat

memberikan yang dalam kepadanya sebagaimana yang diberikan oleh

seorang ibu”.48

Jika seorang ibu memang terpaksa harus bekerja, berarti

meninggalkan anak di rumah serta pekerjaan rumah tangga. Sehingga

ibu terpaksa menyerahkan pengawasan serta pengasuhan terhadap ibu

pengganti, sering tidak dapat dihindari. Kalau memang itu terjadi,

maka ibu pengganti harus yang benar-benar bisa mengganti

ketidakhadiran atau peran ibu kandung yang bekerja, sehingga betapa

besarnya peranan seorang ibu pengganti maka perlu memilih pribadi

yang tepat.

Seorang wanita dengan kesucian, kebenaran dan pembangunan dirinya akan menjadi pelita yang bercahaya yang tidak hanya menerangi lingkungan keluarganya yang hangat tetapi dengan gagasan-gagasan pendidikannya, serta anak-anak yang baik dan sehat (moralnya), ia juga akan membangun masyarakat, kalau tidak, ia akan menjadi perusak yang tidak hanya mengacaukan keluarga, tetapi juga akan mengakibatkan penderitaan bagi kekuatan kaum muda dan menghancurkan kemampuan-kemampuan mereka.49

Untuk itulah dalam memberikan pendidikan agama Islam pada

anak seharusnya seorang ibu mampu bersikap, berbuat yang sesuai

48 Muhammad Albar, Wanita Karir Dalam Timbangan Islam, (Jakarta : Pustaka Azzam,

2000), hal. 64 49 Hashemi Rafsanjani, Syaikh Husain Fadhillah et, al,. Misteri Kehidupan Fathimah Az-

Zahra (Kajian Atas Fungsi Ganda Peran Wanita), (Bandung : Mizan, T.th) hal. 175

Page 30: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

42

dengan tuntunan agama Islam. Dengan hal tersebut diharapkan anak

akan menjadi anak yang sempurna kelak kemudian hari sesuai dengan

tujuan pendidikan Islam

Bagi wanita karier yang tidak bisa menemukan ibu pengganti

bagi anak-anaknya maka bisa menyerahkan anaknya untuk sementara

waktu kepada tempat penitipan anak (TPA) atau day care center.

“Memang lembaga-lembaga pendidikan dapat membentuk anak

sebagaimana dapat membentuk makhluk yang lainnya, namun lembaga

tersebut tidak akan mampu menjadikan anak kecil tersebut sebagai

anak yang sempurna kepribadiannya, sempurna pertumbuhannya,

sesuai dengan kemanusiaannya.”50

Peralatan teknologi akan membantu wanita karier untuk

berkomunikasi dengan anaknya di manapun ia berada. Kalau mau

jujur, masalah yang banyak dihadapi dalam era kemitrasejajaran

wanita-pria adalah pembagian tugas domestik yang selama ini

terobsesi dalam peran ibu yang dianggap secara kodrati mempunyai

tugas mengerjakan segala macam pekerjaan rumah tangga termasuk

mengasuh dan mendidik anak. Pada masa janin berada dalam

kandungan adalah tugas ibu yang mendidiknya, namun setelah bayi

dilahirkan maka ibu dan bapak sebagai orang tua anak tersebut

berkewajiban mengasuh dan mendidiknya. Demikian pula dengan

pekerjaan rumah tangga yang lain menjadi tanggung jawab bersama.

Sehingga perubahan peranan wanita menuntut perubahan

peranan pria sedemikian rupa. Harus ada kesadaran berbagi peran dan

tanggung jawab sosialisasi yang lebih berimbang antara ayah dan ibu.

“Demikian pula halnya dengan pekerjaan rumah tangga, seperti

memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah. Hal itu sebetulnya

dilakukan oleh berjuta-juta orang secara sendiri-sendiri. Tetapi

50 Khoiron Nadhiyyin, Wanita dan Keluarga, (Surabaya : Al Ikhlas, 1996) Cet I, hal. 191-

192

Page 31: Bab II 3197222 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · LANDASAN TEORI A. Pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga wanita

43

sebenarnya, tugas ini dapat dilakukan dengan lebih efektif secara

bersama-sama”.51

Pembagian tugas dalam keluarga atau tugas itu di lakukan

secara bersama-sama antara ayah dan ibu akan meringankan tugas ibu,

sehingga ibu mampu memerankan peran gandanya. Misalnya

pembagian tugas menyapu, mencuci, menyuapi anak, menyetrika, dsb.

Pembagian tugas tersebut disesuaikan dengan kemampuan masing-

masing anggota keluarga.

Tetapi wanita tidak boleh lalai terhadap kodrat yang melekat

pada dirinya. Yaitu kodrat sebagai ibu rumah tangga tidak boleh

ditinggalkan sepenuhnya, sebab kehadiran seorang ibu amat

dibutuhkan oleh anak-anak. Melalui pendidikan dan pengarahan ibu,

maka anak-anak bisa mempersiapkan diri sebagai generasi penerus

yang lebih berkualitas, sebab secara psikologis ibu lebih sensitif dalam

mendeteksi perkembangan jiwa sang anak

Sehingga sesibuk apapun aktifitas ibu sebagai wanita karier

namun hendaknya mampu membagi waktu, memberikan perhatian dan

mendidik anak-anaknya.

Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa tanggung jawab

mendidik adalah tanggung jawab orang tua yaitu ayah dan ibu. Tetapi

seorang wanita dalam fitrahnya mengandung, melahirkan dan

menyusui. Ketiga hal tersebut tidak bisa dilaksanakan oleh orang lain,

karena semenjak mengandung anak selalu bersama ibu maka tentunya

akan lebih dekat dengan ibunya. Oleh sebab itu untuk pendidikan

selanjutnya akan sangat efektif bila di lakukan oleh ibu sebagai

pendidik anak.

51 Jane Cary Peck alih bahasa Fransisca Dewi L, Wanita dan Keluarga, (Jakarta : Kanisius,

1991), Cet I, hal. 25