32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum II.1.1 Antibiotik Antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003). Istilah antibiotik digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistic terhadap mikroorganisme. Istilah itu berarti “melawan hidup” dengan klata lain maksud dari antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

antibiotik

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Antibiotik

Antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris

dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru

dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh

dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat

antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi

berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat

digunakan sebagai obat (Djide, 2003).

Istilah antibiotik digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama

dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang

kerjanya antagonistic terhadap mikroorganisme. Istilah itu berarti

“melawan hidup” dengan klata lain maksud dari antibiotic adalah zat yang

dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat

mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakannya (Djide, 2003).

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan)

dan -biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selama

tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh

mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme

lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat

antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke

semua jenis mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti

Page 2: BAB II

jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Namun dalam

pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan antibiotik

dalam membunuh bakteri.

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan

bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan

kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para

peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat

antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia,

hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya

adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul,

Erytromicin kapsul, Colistin  tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin

kapsul (Djide, 2003).

Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada

kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri.

Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif

karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri

Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit

apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,

sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram

positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut

(Sumadio, dkk. 1994).

Logam berat terbagi atas 2 kelompok yaitu logam berat yang

bersifat sangat beracun (toksik) seperti: Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal

(Pb), Cadmium (Cd) danChromium (Cr) dan logam esensial yang juga

Page 3: BAB II

dapat menjadi racun apabila dikonsumsi secara berlebihan, antara lain:

Tembaga (Cu), Besi (Fe), Zink (Zn) dan Selenium (Se) (Suhendrayatma,

2001).

Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas

antibiotik, aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat

antibiotik tersebut. Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi

menjadi antibiotik spektrum luas dan spektum sempit. Istilah luas

mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak jenis

bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan untuk

membunuh bakteri yang spesifik yang telah diketahui secara pasti.

Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman penyebab

susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri flora

normal dalam tubuh.

Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi

Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat

bakterisidal membunuh bakteri target dan cenderung lebih efektif serta

tidak perlu menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat perlu

digunakan pada pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk

baterisidal adalah β-lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik

justru bekerja menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan

sistem imun host obat bakteriostatik yang khas adalah tetracycline,

sulfonamide, tetracycline, dan clindamycin (Darmansjah, I., Nelwan, R.,

1994).

Page 4: BAB II

Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis,

yaitu :

A. Penghambatan sintetis dinding bakteri

B. Penghambat membran sel

C. Penghambatan sintetis protein di ribosom

D. Penghambatan sintetis asam nukleat

E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)

II.1.2 Antimikroba

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya

mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang

dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk

kelompok parasit.Berdasarkan sifat toksisitas selektif , ada anti mikroba

yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba , dikenal sebagai

aktifitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba , dikenal

sebagai aktivitas bakteriosid (Ganiswarna, S.G, 1995).

Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif.Istilah

ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak

membahayakan inang.Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif

dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi

tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika

yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut (Katzung,

E.G, 1997) :

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).

Page 5: BAB II

2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen

3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada

host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan

sebagainya

4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti

flora usus atau flora kulit.

Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa

mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari

bakteri, misalnya:

a. Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang

sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma

dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin dan

sefalosporin.

b. Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam

dinding sel) dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeable.

Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Protein

sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin,

aminoglikosida, dan makrolida.

c. Asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan

kinolon, IDU, dan asiklovir (DNA).

d. Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting

metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya terhenti.

Sifat anti mikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya.

Umpumanya, penisilin G bersifat aktif terutama terhadap bakteri gram

Page 6: BAB II

positif , sedangkan bakteri gram negatif pada umumnya tidak peka

( resisiten) terhadap penisilin G : Streptomomisin memiliki sifat yang

sebaliknya ; tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri gram positif

maupun gram negative, dan juga terhadap Rickettsia dan Chlamydia.

Berdasarkan sifat ini antimikroba dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

berspektrum sempit, umpamanya benzyl penisilin dan streptomizin, dan

berspektrum luas umpamanya tetrasiklin dan kloramfenikol.

Jenis –Jenis obat Antimikroba (Tjay,T.H dan Rahardja,K. 2002)

1. Sulfonamid dan kotrimoksazon

a. Sulfonamide

Sulfanomid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara

sisitemik digunakan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit

infeksi pada manusia. Contohnya seperti sulfonamide

b. Kotrimoksazon

Trimetropin dan sulfametoksazon menghambat reaksi enzimatik

obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga

kombinasi kedua obat memberikan efek sinergik. Kombinasi ini

dikenal denga nama kotrimoksazon.

2. Antiseptik saluran kemih

a. Metenamin, Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba

seperti kuman gram negative kecuali proteus karena kuman dapat

mengubah urea menjadi ammonium hidroksida yang menaikkan ph

sehingga menghambat perubahan metenamin menjadi formal dehid.

Page 7: BAB II

b. Asam Nalidiksat, asam Nalidiksat bekerja dengan menghambat

enzim DNA girase bakteri dan biasanya bersifat bakterisid terhadap

kebanyakan kuman pathogen penyebab infeksi saluran kemih. Obat

ini menghambat E.coli, proteus spp dan kuman Coloform lainnya.

c. Nitrofurantoin, Nitrofurantoin adalah antiseptic saluran kemih

derivat furan. Obat ini efektif untuk kebanyakan kuman penyebab

infeksi saluran kemih seperti Ecoli, Proteus sp, Entero bakter dan B.

sutilis.

d. Fosfomisin Trometamin, obat ini bekerja dengan menghambat tahap

awal sintesis dinding sel kuman. Fosfomisin aktif terhadap kuman

gram positif maupun gram negative.

3. Tuberculostatik

Obat yang digunakan untuk tubercolosis di golongkan atas dua

kelompok yaitu kelompok obat lini pertama dan obat lini ke

dua.Kelompok obat lini pertama memperlihatkan efektivitas yang tinggi

dengan toksisitas yang dapat diterima.Sebagian besar pasien dapat

disembuhkan dengan obat – obat ini. Walaupun demikian , kadang

terpaksa digunakan obat lain yang kurang efektif karena pertimbangan

resistensi pada pasien.Golongan obat lini pertama seperti :Isoniasid,

Rifamfisin, Etabutol, Steptomisin, Pirazinamid. Golongan obat lini ke

dua seperti : Golongan fluorokuinolon, Sikloserin, Etionamid,

Amikasin, Kanamisin, Kapreomisin,Paraaminosalisilat.

Page 8: BAB II

4. Antimikrobakteria Atipik

Contoh obat dari antimikrobakteria Atipik yaitu Klaritromisin dan

Ajitromisin merupakan obat yang penting untuk pengobatan infeksi

mycobacterium avium complek ( MAC ) Klaritomisin infitro lebih aktif

dibandingkan ajitromisin , tetapi secara klinis tidak berpengaruh karena

kadar ajitromisin di jaringan jauh melebihi kadar dalam darah.

5. Leprostatik

a. Sulfon, mekanisme kerja sulfon dengan sulfonamid sama. Kedua

golongan obat ini mempunyai spectrum antibakteri yang sama dan

dapat di hambat aktifitasnya oleh PABA secara bersaing.

b. Rifampisin, farmakologi obat ini kalau di tinjau sebagai

antitubercolosis. Walaupun obat ini mampu menembus sel dari saraf,

dalam pengobatan yang berlangsung lama masih saja di temukan

kuman hidup.

c. KLofazimin, Klofazimin merupakan turunan fenazin yang efeftif

terhadap basil lepra. Obat ini tidak saja efektif untuk lepra jenis

lepromatosis, tatapi juga memiliki efek anti radang sehingga dapat

mencegah timbulnya eritema nodosum.

d. Amitiozon, obat turunan tuosemikarbazon ini lebih efektif terhadap

lepra jenis tuberkuloit di bandingkan terhadap jenis lepro matosis.

Resisitensi da[pat terjadi selama pengobatan sehingga pada tahun ke

dua pengobatan perbaikan melambat dan pada tahun ke tiga penyakit

mungkin kambuh.

Page 9: BAB II

Mekanisme kerja anti mikroba (Ganiswarna, S.G, 1995)

Pemusnaan mikroba dengan antimikroba yang bersifat

bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh

hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba dan antimikroba dalam

kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek khususnya

pada tuberculostatik.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima

kelompok :

1. Yang menganggu metabolisme sel mikroba.

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah

sulfonamide,trimetropim,asam p-aminosalisilat dan sulfon. Dengan

mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.Mikroba

membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda

dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar,kuman

pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino

benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamide atau

sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam

pembentukan asam folat,maka terbentuk analog asam folat yang

nonfunsional. Akibatnya,kehidupan mikroba akan terganggu.

Berdasarka sifat kompetisi,efek sulfonamide dapat diatasi dengan

meningkatkan kadar PABA.

2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah

penisilin.sefalosporin,basitrasin,vankomisin dan sikloserin. Dinding sel

Page 10: BAB II

bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer

mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam

proses sintesis dinding sel,diikuti berturut-turut oleh

basitrasin,vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yang

menghambat reaksi terakhir dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh

karena tekanan osmotic dlam sel kuman akan menyebabkan terjadinya

lisis,yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.

3. Yang menganggu permaebilitas membrane sel mikroba.

Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin,golongan

polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik,umpanya antiseptic

surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium-

kuartener dapat merusak membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat

pada fosfolipid membrane sel mikroba.Polimiksin tidak efektif terhadap

kuman garam positif karena jumlah-jumlah fosfor bakteri ini rendah.

Bakteri tidak sensitive terhadap antibiotic polien,karena tidak memiliki

struktur sterol pada membrane selnya.

4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba .

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan

aminoglikosit,makrolit,linkomisin,tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk

kehidupannya,sel mikroba perlu mensintetis berbagai protein. Sintesis

protein berlangsung di ribosom,dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada

bakteri,ribosom terdiri dari 2 sub unit,yang berdasarkan konstanta

sedimentasi di nyatakan sebagi ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi

pada sintesis protein,kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai

Page 11: BAB II

mRNA menjadi ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi

dengan berbagai cara.

5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah

rifampisin,dan golongan kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat

antimikroba,karena sifat sitotoksisitasnya,pada umumnya hanya digunakan

sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini

dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan disini

hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba,yaitu rifampisin dan

golongan kuinolon.

II.1.3 Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah

dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan

trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin

dalam proses pembekuan .Jika tes membutuhkan darah atau plasma,

spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi

antikoagulan.Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah

pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot.

Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam

jenis pemeriksaan tertentu (Ganiswarna, S.G, 1995)

1. EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2)

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau

potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau

Page 12: BAB II

mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan

antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah,

sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit,

retikulosit, apusan darah, dsb.K2EDTA biasanya digunakan dengan

konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus tepat.Bila

jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi.Sebaliknya,

bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar

dan mengalami disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam

tabung, segera lakukan pencampuran/homogenisasi dengan cara

membolak-balikkan tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk

menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),

dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA

(K3EDTA).Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk

kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk

cair.Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik

dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in

Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).

2. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O )

Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium.

Trisodium sitrat dihidrat 3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L)

direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agregasi trombosit.

Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9 bagian darah.Secara

Page 13: BAB II

komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa

udara dengan tutup berwarna biru terang.

Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan

kecepatan 1500 rpm dan dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.

Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan

erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen.

Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.

3. Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja

dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin

sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga

macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium

heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling

banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu

analisa beberapa macam ion dalam darah.

Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur

sel, OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan

adalah : 15IU/mL +/- 2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin

tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan

latar belakang biru.

Mekanisme kerja heparin yaitu dengan meningkatkan pelepasan

protein spesifik, seperti tissue plasminogen activator dan tissue factor

pathway inhibitor (TFPI), ke dalam darah untuk menghambat

pembekuan darah.Hal ini juga dapat meningkatkan aktivitas dari

Page 14: BAB II

protein.Heparin menambah aktivitas antitrombin III, senyawa alami

yang menghambat aktivasi faktor pembekuan.Selanjutnya, heparin juga

menghambat zat yang dapat menyebabkan angiogenesis (pembentukan

pembuluh darah baru), termasuk faktor pertumbuhan endotel vaskular,

faktor jaringan, dan plateletactivating factor.

4. Oksalat

Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara

mengikat kalsium. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah.

Biasanya digunakan untuk pembuatan adsorb plasma dalam

pemeriksaan hemostasis. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini

digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium oksalat berfungsi sebagai

antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan cara

menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga

kadar glukosa darah stabil.

II.1.4Ketersediaan Hayati (Bioavaiabilitas)

Efek terapi suatu obat biasanya baru terlihat sesudah

zat aktifnya melalui sistem pembuluh aorta lalu masuk ke

hati dan kembali masuk peredaran darah dan

didistribusikan keseluruh jaringan badan. Ketersediaan

hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat

yangmencapai sistem sirkulasi sistemik dan menunjukkan

kinetik perbandingan zat aktif yangmencapai peredaran

darah terhadap jumlah obat yang diberikan. Pengkajian

terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi

Page 15: BAB II

obat ke dalam sirkulasi sistemik serta pengukuran dari

obat yang terabsorpsi tersebut (Anif, 2002).

Ketersediaan hayati suatu obat dapat diukur pada

keadaan pasien yang bersangkutan (secara in vivo) dengan

menentukan kadar obat dalam plasma darah dan setelah

mencapai keseimbangan antara serum cairan tubuh

(keadaan tunak). Ada korelasi yang baik antara kadar obat

dalam plasma dengan efek terapi. Sekarang telah dicoba

untuk menetukan kadar obat di dalam air liur. Penentuan

tersebut ternyata lebih mudah dibandingkan dengan

penentuan obat dalam plasma. Di samping itu terdapat

hubungan antara kadar obat dalam air liur dan kadar obat

dalam plasma. Sebagai contoh pada fenitoin terdapat

perbandingan kira-kira 1:10, bila contoh air liur diambil

pagi hari sebelum menelan obat (Anief, 2000).

Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

1. Mencit

Oral:

Cairan obat diberikan dengan mengginakan sonde oral. Sonde oral

ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian perlahan-

lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat dimasukkan.

Sub kutan:

Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit

dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Page 16: BAB II

Intravena :

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya

menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar

pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga memudahkan

pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan

dengan menggunakan jarum suntik no. 24.

Intramuskular :

Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.

Intra peritoneal :

Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum

disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang

sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai

kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tingga untuk

menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.

2. Tikus

Pemberian secara oral, intra muskular dan intra peritonial dilakukan

dengan cara yang sama seperti pada mencit.

Pemberian secara sub kutan dilakukan di bawah kulit tengkuk atau

kulit abdomen.

Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada vena penis

dibandingkan dengan vena ekor.

3. Kelinci

Oral :

Page 17: BAB II

Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan

menggunakan alat penahan rahang dan pipa lambung.

Subkutan :

Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang

atau tengkuk dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan

dengan arah anterior.

Intravena :

Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung

telinga. Sebelum penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan

alkohol atau air hangat.

Intramuskular :

Pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang.

Intra peritoneal:

Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah

daripada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka

kandung kencing.

4. Marmot

Oral :

Pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan sonde oral.

Intradermal :

Bulu marmot pada daerah yang akan disuntik dicukur terlebih dahulu.

Obat disuntikkan ke dalam kulit secara perlahan-lahan.

Subkutan :

Page 18: BAB II

Bagian kulit diangkat dengan cara dicubit, dan jarum suntik ditusukkan

ke bawah kulit dengan arah paralel dengan otot di bawahnya.

Intraperitoneal :

Punggung marmot dipegang sehingga perutnya agak menjolok ke

muka. Jarum suntik ditusukkan seperti pada cara subkutan, sesudah

masuk ke dalam kulit, jarum ditegakkan sehingga menembus lapisan

otot dan masuk ke dalam daerah peritonium.

Intramuskular :

Jarum ditusukkan pada jaringan otot. Daerah penyuntikan adalah otot

paha bagian posterior-lateral.

II.2 Uraian bahan

1. Air suling (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi   : Aqua destillata

Nama Lain    : Aquades, Air suling

RM / BM  : H2O/18,02

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Alkohol (Dirjen POM, 1979) 

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Page 19: BAB II

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut,

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada

lidah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Asam asetat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum aceticum glaciale

Sinonim : Asam asetat glacial

RM/BM               : C2H2O2/60,05

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, tajam, jika

diencerkan dengan air, rasa asam

Kelarutan       : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P

dan dengan gliserol P

Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat

4. EDTA (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi    : Etilen diamina tetra asetat

Nama lain     : EDTA

RM/BM    : C2H8N2/ 98,96

Pemerian  : Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau

seperti amoniak, bereaksi alkali kuat.

Kelarutan  : Dapat bercampur dengan air maupun dengan etanol

Kegunaan   : Sebagai titran

Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup

5. Methanol (Dirjen POM, 1979)

Page 20: BAB II

Nama Resmi : Metanol

Sinonim : Metanol

RM/BM : CH3OH/34,00

Pemerian : Cairan tidak berwarna, gliserin, bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Sebagai pereaksi

6. Natrium sitrat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii Citras

Sinonim : Natrium sitrat

Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O

Berat molekul : 294,10

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, praktis, tidak larut dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan antikoagulan

7. Amoxicilin (Dirjen POM, 1979 ; ISO farmakoterapi, 2008)

Nama Resmi : Amoxicillinum

Nama lain : Amoksisilin

Bobot jenis : 419,45

Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau

Page 21: BAB II

Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol ; tidak larut

dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam

kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar

terkendali

Kegunaan : Sebagai antibiotik

Indikasi    : Infeksi saluran kemih, otitsmedia, sinusitis,

bronkitis, kronis, salmonelosis, gonore, profilaksis

endokartis dan terapi tambahan pada meningitis

listeria