BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

47BAB IIKAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG NEUROLOGI ANGSANA RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNGKajian Situasi RSUP Dr. Hasan SadikinVisi Rumah SakitVisi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional dan RS Pendidikan yang bermutu dan berdaya saing di Tahun 2019.Misi Rumah SakitMenyelenggarakan Pelayanan kesehatan paripurna dan prima, terintegrasi pendidikan dan penelitian yang berfokus pada pasien.Menyelenggarakan system rujukan pelayanan kesehatan yang bermutuMenyelenggarakan RS Pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang berdaya saingMenyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan professional yang memenuhi kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang.Motto Rumah SakitKesehatan anda menjadi prioritas kami.Tujuan Rumah SakitTujuan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah:Menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.Kajian Situasi di ruang Neurologi Angsana Karakteristik UnitVisi RuangBerdasarkan hasil wawancara, visi ruang Neurologi Angsana mengacu pada visi ruangan Azalea yaitu Menjadi ruangan perawatan neurologi unggulan yang mengedepankan asuhan secara komprehensif di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2013Misi RuangBerdasarkan hasil wawancara, misi ruang Neurologi Angsana mengacu pada visi ruangan Azalea yaitu:Memberikan asuhan keperawatan neurologi secara menyeluruh meliputi aspek biopsikososiospiritual dengan memandang manusia seutuhnya sebagai mehluk unik.Mengedepankan kepuasan pelanggan.Meningkatkan mutu tenaga perawat secara berkesinambungan melalui pendidikan dan pelatihan.Sifat Kekaryaan RuangFokus TelaahFokus telaah di ruang Neurologi Angsana adalah ruang rawat inap kelas III umum, BPJS, SKTM, Jamkesmas yang mengelola pasien yang berada dalam rentang usia lebih dari 14 tahun baik pria maupun wanita dengan gangguan sistem persarafan.Dalam bidang pendidikan, fokus telaah ruang Neurologi Angsana adalah individu atau kelompok mahasiswa, perawat, pegawai, pasien, dan keluarga pasien yang membutuhkan pengetahuan dan atau pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan gangguan sistem persarafan terkait dengan masalah kesehatan yang sedang dialami pasien dan dampak yang mungkin ditimbulkan.Dalam bidang penelitian, fokus telaah ruang Neurologi Angsana alah individu atau institusi yang akan atau sedang menjalankan program penelitian (permasalahan atau fenomena yang timbul) pada berbagai unsur yang ada di ruang Neurologi Angsana. Lingkup GarapanLingkup garapan dari keperawatan di ruang Neurologi Angsana dalam bidang pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia berdasarkan fokus telaahan yang meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar menusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada sistem persarafan.Lingkup garapan ruang Neurologi Angsana dalam bidang pendidikan adalah peningkatan kemampuan (kognitif, afektif, psikomotor) individu atau kelompok mahasiswa, perawat, pegawai, pasien, dan keluarga pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dialami pasien beserta dampak yang akan ditimbulkan.Lingkup garapan ruang Neurologi Angsana dalam bidang penelitian adalah memfasiitasi semua kegiatan penelitian di ruang Neurologi Angsana yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dan atau rumah sakit secara umum.Basis IntervensiBasis intervensi dalam bidang pelayanan di ruang Neurologi Angsana adalah ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan pasien maupun keluarga pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang berhubungan dengan gangguan sistem persarafan. Model LayananMetode pelayanan yang digunakan di ruang Neurologi Angsana dalam memberikan asuhan keperawatan adalah metode tim yang dibagi dalam 2 tim yaitu tim 1 dan tim 2.Letak RuangLokasi ruang Neurologi Angsana berdampingan dengan ruang rawat inap amarilis (ruang rawat kulit kelamin) dan kedokteran nuklir.Kapasitas Unit RuangRuangan Neurologi Angsana memiliki kapasitas 30 tempat tidur yang terdiri dari:Tabel 3.1 Kapasitas tempat tidur di ruang Neurologi Angsana RSHS Bandung NoKamarJumlah bedKeterangan1.15Khusus pria, infeksius2.24Khusus pria, non infeksius3.35Khusus pria, non infeksius4.46Khusus wanita, non infeksius5.54Khusus pria, noninfeksius6.66Khusus wanita, infeksiusJUMLAH30Kamar untuk pasien pria dan wanita disesuaikan dengan jumlah pasien yang masuk. Analisis Terhadap PasienKarakteristikKarakteristik pasien di ruang Neurologi Angsana adalah pasien yang berada dalam rentang usia lebih dari 14 tahun baik pria maupun wanita dengan gangguan sistem persarafan yang diindikasikan untuk rawat inap.Tingkat KetergantunganTingkat ketergantungan pasien yang ada di Ruang Neurologi Angsana dari tanggal 7-9 Maret 2015 adalah sebagai berikut:Tabel 3.2 Karakteristik Klien Ruang Neurologi Angsana RSHS Bandung Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Maret 2015Klasifikasi KlienF%Minimal Care211,8 % Partial Care952,9 %Total Care635,3 %Jumlah17100%Analisis Unit Layanan Keperawatan Flow of care3.1.1 Penerimaan1. Alur pasien baru masukHasil observasi penerimaan pasien baru meliputi:Pasien baru yang diobservasi selama kajian situasi tanggal 8-11 Maret 2015 adalah sebanyak 4 pasien.Proses penerimaan pasien baru meliputi :Perawat menerima informasi pemesanan tempat untuk pasien baru, melalui telepon dari admission (4 pasien).Perawat menerima informasi nama, jenis kelamin, dan diagnosa medis pasien tersebut. Perawat ruangan dibantu oleh mahasiswa menyiapkan tempat tidur untuk pasien baru.Pasien baru dari UGD dan poliklinik masuk ke ruangan diantar petugas beserta keluarga pasien.Perawat ruangan memeriksa kelengkapan persyaratan dan status pasien, serta mencatatnya ke buku operan ruangan.Perawat dibantu mahasiswa yang berdinas di ruang Neurologi Angsana mengantarkan pasien baru hingga penempatan pasien di tempat tidur, menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti standar infus, memasangkan oksigen, menggantungkan urine bag, dan mengatur posisi nyaman pasien.Perawat bersikap ramah namun sebanyak 3 dari 4 perawat lupa untuk memperkenalkan diri.Perawat ruangan tidak memberikan informasi kepada pasien baru tentang fasilitas yang tersedia, misalnya: lokasi ruangan, lokasi toilet, kegunaan peralatan di sekitar pasien, peraturan ruangan seperti waktu kunjungan dan jumlah penunggu, serta tempat untuk menjemur pakaian.Perawat ruangan tidak menginformasikan tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga, peraturan yang berlaku di ruangan, serta informasi tentang petugas yang akan merawat.2. Alur TindakanBerdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 8-11 Maret 2015 selama diruangan didapatkan data sebagai berikut:Sebelum melakukan tindakan keperawatan (perawatan luka, pemberian obat, pengambilan darah, pemasangan NGT, pemasangan DC, dan pemasangan infus), perawat melakukan informed consent menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, dan tujuannya secara lisan kepada pasien dan keluarga. Sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dan menggunakan APD (hand gloves) namun tidak mencuci tangan terlebih dahulu.Pada saat memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan teknik komunikasi terapeutik dengan baik.Tiga dari lima belas perawat mempersilakan keluarga pasien untuk menunggu di luar/jauh dari bed pasien pada saat memberikan tindakan keperawatan kecuali pada pasien total care.Selama tindakan keperawatan, perawat selalu memperhatikan respons pasien dan menjalin komunikasi dengan pasien saat memberikan asuhan keperawatan.Tindakan keperawatan dilakukan oleh perawat dibantu mahasiswa keperawatan (praktikan).Jika tindakan keperawatan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan (praktikan), perawat mendampingi praktikan yang baru.Perawat merapikan alat bekas pakai, membuang alat habis pakai dan mencuci tangan setelah melakukan tindakan.3. Alur Klien PindahSelama observasi tanggal 8-11 Maret 2015 tidak ada pasien yang pindah ruangan.Alur Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan laboratorium: Perawat dibantu mahasiswa praktikan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium berdasarkan instruksi dokter. Perawat menyiapkan alat-alat yang akan dipergunakan namun belum optimal dalam menjelaskan tentang tujuan dan kegunaan serta cara pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan. Pengiriman sampel ke laboratorium dilakukan oleh keluarga.Pemeriksaan radiologi: setelah formulir permintaan pemeriksaan disiapkan kemudian perawat mendaftarkan ke bagian radiologi. Klien dibawa ke bagian radiologi oleh perawat atau pekarya dibantu oleh mahasiswa. Untuk klien yang harus dikonsultasikan ke bagian lain, maka dokter menulis permintaan konsul, kemudian dokter membawa status klien ke bagian yang dituju.3.1.2 PengelolaanPemenuhan KDM1. OksigenasiUpaya pemenuhan kebutuhan oksigen dengan posisi semi fowler dan fowler telah dilakukan.Masker oksigen dan nasal canul dimiliki oleh setiap pasien yang membutuhkan terapi O2Di ruangan sudah tersedia protap penatalaksanaan pemberian O2.Sebagian keluarga pasien melakukan tindakan suction secara mandiri setelah diberikan pengarahan oleh perawat2. NutrisiPemberian nutrisi dilakukan 3x sehari dari bagian gizi rumah sakit yaitu: makan pagi datang jam 7.30 WIB, makan siang jam 11.30 WIB, dan makan sore jam 18.00 WIB dengan makanan tambahan diberikan dua kali diantara jam 10.00 WIB dan 16.00 WIB.Makanan dari bagian gizi langsung dibagikan kepada pasien oleh pengantar makanan dari bagian gizi dan dibantu oleh pekarya di ruangan.Makanan disajikan diatas tempat makan dalam keadaan tertutup dan sebagian pasien mendapat makanan dalam bentuk cair, baik susu maupun makanan dalam bentuk cair.Perawat tidak optimal dalam memantau alasan mengapa beberapa pasien tidak menghabiskan makanannya dan kurang menekankan pentingnya asupan nutrisiSelama pengkajian pada tanggal 11 Maret 2015, pada ruang Neurologi Angsana ada 6 orang pasien yang menggunakan NGT, protap pemasangan NGT sudah ada namun protap pemberian nutrisi melalui NGT belum ada.Perawat memberi contoh dan mengajarkan cara pemberian makanan melalui NGT untuk keluarga pasien yang belum pernah melakukannya. Keluarga belum dapat memberikan makanan melalui NGT dengan benar.3. Cairan dan elektrolitProtap pemasangan infus sudah ada, namun pada pelaksanaannya masih ada yang tidak sesuai protap terutama pemasangan etiket.Beberapa selang infus tidak diberi label tanggal pemasangan, tidak terdapat label plabot keberapa, dan jumlah GTT yang dibutuhkan.Pada tanggal 11 Maret 2015 jumlah pasien yang terpasang infus adalah 13 orang.4. EliminasiBerdasarkan hasil observasi tanggal 11 Maret 2015 terdapat 8 pasien yang terpasang kateter Beberapa pasien yang menggunakan kateter, tidak terdapat label waktu pemasangan kateter. Pemenuhan BAB dan BAK (membuang urine dalam urine bag, membersihkan area genitalia) dilakukan oleh keluarga pasien.Perawatan urine bag dan kateter sebagian tidak dilakukan, pembuangan urine dilakukan oleh keluarga, fiksasi kateter sebagian terlepas dan tidak terpasang.Perawat belum melakukan observasi output urine secara maksimal kecuali hanya pada pasien yang mengalami kegawatan yang sudah dimandirikan pada keluarga sehingga keluarga yaang mencatat untuk dilaporkan langsung pada dokter.5. Istrahat tidurBerdasarkan hasil wawancara tanggal 11 Maret 2015, enam dari enam pasien mengatakan mengalami gangguan istirahat dan tidur dikarenakan suara kebisingan dari pasien lain.Tata tertib mengenai jumlah penunggu pasien dan pengunjung sudah ada namun tidak disosialisasikan oleh perawat secara formal.Penunggu pasien di ruang Angsana Neurologi paling banyak 2 orang, sehingga tidak terlalu mengganggu pasien yang akan beristirahat6. Aktivitas dan mobilisasiDari hasil kajian tanggal 11 Maret 2014, terdapat 2 pasien self care, 9 partial care, dan 6 total careKeluarga membantu aktivitas pasien sesuai kemampuan pasienRuangan perawatan dan kamar mandi pasien sudah dibersihkan setiap hari oleh cleaning service7. Pencegahan infeksiSudah terdapat protap: operasional kewaspadaan universal (universal precaution), cuci tangan, alat pelindung perorangan, pengelolaan alat/benda tajam (sharp precaution), wadah tahan tusukan, dan pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.Penggantian linen dilakukan setiap ketika linen kotor, belum ada jadwal yang pasti penggantian linen yang kotorSebagian besar perawat tidak mencuci tangan sebelum tindakan. tetapi semua perawat mencuci tangan setelah prosedur/tindakan selesai.Sebagian besar mahasiswa yang praktikan dan perawat menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan pada saat melakukan tindakan keperawatan.Terdapat wastafel tempat cuci tangan dengan air mengalir namun sabun yang tersedia selalu tidak mencukupi. Wastafel masih sering digunakan untuk mencuci alat makan oleh keluarga pasien.Pembagian sampah medis dan non medis: Medis memakai label kuning, non medis memakai label hitam dan dicantumkan keterangan jenis - jenis sampah yang tergolong ke dalam medis atau non medis.Terdapat sampah non medis di tempat sampah medis di ruang perawatan (11 Maret 2014). Sampah dibuang satu hari sekali setiap pagi.Perawat membuang ampul dan vial kosong ke tempat khusus yang telah disediakan ruangan.Perawat tetap mempertahankan teknik aseptik dan antiseptik (prinsip kesterilan sangat diutamakan) saat melakukan tindakan invasif, tapi biasanya 1 set digunakan untuk beberapa pasien. Pada tanggal 11 Maret 2015, 1 set GV dipakai untuk 2-3 pasien, yang di dalamnya terdapat 3 pinset dengan alasan set GV lainnya masih di CCSD.8. Personal hygieneDari hasil pengamatan dan wawancara, pemenuhan kebutuhan personal hygiene dilakukan oleh keluarga pasien.Untuk pasien imobilisasi/tingkat ketergantungan partial biasanya di wash clouth oleh keluarga, sedangkan pasien dengan tingkat ketergantungan minimal biasanya mandi ke kamar mandi.Perawatan oral dan perawatan rambut jarang sekali dilakukanPakaian pasien diganti oleh keluarga setiap hari, meski ada juga yang berhari-hari belum digantiPerawat belum secara optimal memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya personal hygiene.9. Kebutuhan psikologis dan spiritualPerawat mengkaji kebiasaan ibadah sistem dukungan, dan persepsi pasien terhadap penyakitnya sesuai dengan format yang tersedia.Selama observasi dilakukan, terdapat beberapa keluarga pasien yang memberi dukungan serta mangajak pasien untuk berdzikir dan berdoa, terutama pada pasien terminal.Kehadiran keluarga dapat menjadi support system bagi pasien.Belum terdapat mushola untuk keluarga pasien dan mahasiswa.2) Dokumentasi Asuhan KeperawatanSistem pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Angsana Neurologi menggunakan form asuhan keperawatan yang sudah baku dan ditetapkan oleh rumah sakit. Form pengkajian keperawatan untuk pasien yang baru masuk sudah tergabung dalam satu form yang berisi format identitas, keadaan umum, pengkajian sistem, pengkajian psikososial dan spiritual, pengkajian risiko jatuh, risiko dekubitus, skrining nutrisi, status fungsional (ketergantungan), data diagnostik, kebutuhan edukasi, discharge planning, dan diagnosa keperawatan berdasarkan skala prioritas. Khusus untuk pengkajian yang harus dilakukan secara berkala seperti skrining risiko jatuh, skrining risiko dekubitus, dan skrining nutrisi terdapat format tambahan yang terpisah dan dapat digunakan untuk selanjutnya. Metode pendokumentasian asuhan keperawatan masih menggunakan tulis tangan dengan sistem checklist dan tulisan.Berdasarkan hasil observasi, setiap perawat yang bertugas pada masing-masing shift memiliki tanggungjawab untuk melakukan pendokumentasian pada catatan perkembangan terintegrasi dalam status pasien dalam format SOAP / SOAPIE / SOAPIER yang berisi kondisi umum pasien, data subjektif dan objektif, analisis masalah keperawatan pasien saat ini, tindakan keperawatan beserta data-data penunjang seperti hasil pemeriksaan, terapi obat dan cairan yang diberikan, adanya alat yang terpasang sampai evaluasi keperawatan.3) Metode PengelolaanDistribusi pasien di Ruang Neurologi Angsana bergantung pada jumlah bed diruangan, penyakit infeksius dan non infeksius, serta jenis kelamin.Rekapitulasi data BOR pada ruang Neurologi Angsana pada periode Desember 2014-Februari 2015 adalah 79,7%, sehingga rata-rata pasien berjumlah 24 orangTingkat ketergantungan klien rata-rata adalahMinimal care : 11,8% x 24 = 3 orangPartial care : 52,9% x 24 = 13 orangTotal care : 35,3% x 24 = 9 orangPerhitungan kebutuhan jam berdasarkan tingkat ketergantungan klien :Minimal care : 3 x 1 jam = 3 jamPartial care : 13 x 3 jam = 39 jamTotal care : 9 x 6 jam = 54 jamTotal kebutuhan jam asuhan = 96 jamPerawatan tidak langsung = jumlah pasien x 1 jam= 24 x 1= 24 jamPendidikan kesehatan= jumlah pasien x 15 menit= 24 x 15 menit= 6 jamTotal jumlah jam asuhan keperawatan langsung/klien/hariTotal jumlah jam asuhan keperawatan tidak langsung/klien/hariJumlah hari libur dalam 1 tahun (tahun 2015)= hari libur + cuti + hari besar (loss day)= 51 + 12 + 19= 82 hariJumlah tenaga perawat yang dibutuhkan Metode GillesUntuk cadangan 20% menjadi 23 x 20% = 4,6 orang (5 orang)Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 23 + 5 = 28 orang/hariMetode pengelolaan di ruang Neurologi Angsana:PerawatBerdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan dan perawat pelaksana di ruang Angsana Neurologi diketahui bahwa model layanan yang diterapkan di ruangan adalah metode tim. Adapun tim 1 bertanggung jawab atas kamar 1,2 dan 3, sedangkan tim 2 bertanggung jawab atas kamar 4, 5 dan 6Dalam pelaksanaannya metode ini belum berjalan dengan optimal. Hal ini dilihat dengan belum berjalannya pre dan post confrence di ruangan.DokterDokter yang bertugas merupakan dokter DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasein) mendampingi dokter residensi saraf (neuro) dibantu koass. Di setiap shift dinas ada dokter yang bertugas jaga. Dokter datang memantau perkembangan kondisi pasien di setiap shift dinas.Dokter memeriksa pasien dan langsung melakukan pendokumentasian pada catatan perkembangan pasienKebutuhan pemeriksaan penunjang dan juga pendelegasian terapi pada perawat dilakukan secara tertulis di catatan iunstruksi dokter dan dipertegas secara lisan kepada perawat yang sedang bertugas.FarmasiBagian farmasi menerima order terapi sesuai dengan instruksi dokter yang dikendalikan oleh farmasi agar sesuai dengan pedoman penatalaksanaan pasien BPJS, gakin/gakinda, dinsos, jamkesmas maupun yang lainnya. Obat diantar oleh petugas farmasi pada pagi hari.Pasien minum obat oral secara mandiri dibantu oleh keluarga, yang sebelumnya obat tersebut telah disiapkan oleh perawat. Namun, belum ada pengontrolan yang terorganisir terhadap pemberian obat oral di ruangan, apakah obat tersebut sudah diminum pasien atau tidak diminum.Koordinasi antara perawat dengan farmasi terutama mengenai obat-obatan melalui KOP (Kartu Obat Pasien), kadang juga dengan telepon untuk menanyakan tentang obat tertentu.Sisa obat, cairan infus, dan lain-lain yang berasal dari pasien yang pulang dan meninggal diambil kembali oleh petugas farmasi.GiziPengelolaan gizi pada pasien baru dilakukan oleh bagian gizi yang datang 2 hari sekali. Bagian gizi tidak melakukan penimbangan berat badan, hanya menanyakan berat badan pasien yang terakhir. Setelah itu ahli gizi melakukan analisis data untuk menentukan asupan makanan setiap pasien.Penentuan jalan masuk input nutrisi, jenis diet, dan jumlah kalori bagi pasien ditentukan oleh dokter dan komposisi diet ditentukan oleh bagian gizi. Pembagian makan kepada pasien diberikan oleh pekarya Rumah Tangga atau bagian gizi rumah sakit.3.1.3 Discharge PlanningTerhitung tanggal 8-11 Maret 2015 di ruang Angsana Neurologi didapatkan data bahwa terdapat 4 orang pasien pulang.Tanggal 9 pasien pulang 1 orangTanggal 10 pasien pulang 2 orangTanggal 11pasien pulang 1 0rangPada 100% (N=4) pasien yang dipulangkan, perawat menyiapkan dan menjelaskan administrasi yang dibutuhkan sebelum klien pulangKeputusan izin pulang ditentukan oleh dokter yang bertanggung jawab atas pasien bersangkutan berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan informasi perkembangan keadaan pasien yang diperoleh melalui kolaborasi dengan perawat, maupun atas kemauan pihak keluarga pasien (pulang paksa).Discharge planning dilakukan oleh dokter atau perawat. Format discharge planning di ruangan sudah ada namun pendokumentasiannya belum terlaksana dan format discharge planning masih general, belum spesifik sesuai penyakitnya.Discharge planning pada pasien yang akan pulang berkenaan dengan penyakit yang diderita pasien, cara pemberian obat yang benar, perawatan di rumah, dan diet yang baik bagi klien. Pendidikan kesehatan hanya diberikan secara lisan dan tidak teratur, tidak menggunakan alat peraga seperti flip chart maupun leaflet.Manajemen UnitPengkajian pada tanggal 5 Maret 2014 didapatkan data : Hak dan kewajiban pasien ditempel pada tembok ruang perawatan dan terdapat pada nurse station.Terdapat media informasi tempat penyimpanan leafletTidak terdapat mushola yang digunakan secara umum oleh mahasiswa, dan keluarga pasien.Penempatan obat pada trolly obat, penempatan sudah tertata rapih namun label pada lemari obat belum sesuai standar. Buku status pasien diletakkan berjajar di atas nurse station, dulu sudah terdapat lemari untuk penyimpanan buku status, namun tidak efektif.Kriteria Minimal Ruang RawatRuangan dibersihkan setiap pagi, namun pada siang hari ruangan kembali kotor dan berbau tidak sedap.Penggantian sprei setiap hari senin, rabu, dan jumat. Namun ditemukan 4 dari 25 pasien tidak menggunakan sprei karena keterbatasan sprei pada ruangan.Penerangan cukup, sirkulasi baik.Lantai tidak licin, ruangan luasWarna dan design ruangan nyamanOrganisasi dan AdministrasiStruktur OrganisasiMempunyai kejelasan dalam struktur dan organisasi, namun struktur organisasi yang ditempel di ruangan tidak sesuai dengan keadaan struktur organisasi saat ini.Mempunyai sistem pembagian tugas melalui metode tim, namun tidak berjalan optimal.Bagan struktur organisasi belum terpasang.AdministrasiMemiliki SPO namun SAK belum tersedia. Memiliki formulir askep, namun belum optimal penggunaanya.UGD/Poli admission centre ruanganMemiliki peraturan pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala ruangan dan bidang keperawatan, ronde keperawatan tidak terlaksana, operan pasien hanya melalui buku operan, jarang operan secara lisan, melakukan evaluasi pelayanan keperawatan yang terdiri dari sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dengan SOAP, keadaan pasien dan tindakan keperawatan pada pasien.Sumber DayaManusiaTenaga keperawatan berjumlah 16 orang dengan jumlah perawat yang aktif 15 orang dan 1 orang sedang cuti melahirkan. Pendidikan perawat di ruang Angsana. Selain tenaga keperawatan ada pula tenaga non keperawatan yaitu prakarya sebanyak 2 orang, tata usaha (administrasi) 1 orang dan 1 satpam. 1KARYAWAN ANGSANAJumlaha.PerawatPNS11Non PNS5b.Non-PerawatPNS2Non PNS22PENDIDIKANa.PerawatS1 Keperawatan, Ners3S1 Keperawatan-DIII Keperawatan13b.Non-PerawatDI KomputerSMA/SMK/SMKK3KPAASMP13MASA KERJA (Perawat)11-15 tahun56-10 tahun61-5 tahun54JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT (PNS)Perawat Pemula2Perawat Pelaksana Lanjutan2Perawat Penyelia4Perawat Pelaksana 2Perawat Pertama1Non ManusiaMetodeMetode Tim Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh data bahwa metode yang digunakan di Ruang Neurologi Angsana adalah metode tim, namun metode tersebut belum efektif. Metode tim yang dimaksud adalah jumlah perawat dibagi ke dalam beberapa kelompok dan 1 kelompok/tim bertanggung jawab pada 15 tempat tidur yang dipimpin oleh kepala tim. Keuntungan menggunakan metode ini dapat memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. Selain itu dapat mendukung pelaksanaan proses keperawatan serta memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.Kekurangan metode tim adalah komunikasi antara anggota tim terbentuk dalam konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit di saat waktu sibuk dan satu tim biasanya shift pagi 3/4 orang, shift sore 3 orang dan shift malam 2/3 orang.Diagram 2.1 Pembagian Tugas Metode TimKepala RuanganKetua TimKetua TimAnggota TimAnggota TimGrant dan Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998)MaterialBerdasarkan kajian situasi diperoleh data sebagai berikut:Di ruang Angsana memiliki sarana dan prasarana untuk petugas kesehatan, diantaranya terdapat ruang perawat, toilet, ruangtindakan, ruang linen, ruang kepala ruangan, ruang TU dan nurse station.Ruang Angsana memiliki prasarana untuk pasien yang terdiri dari 6 kamar yang memiliki kapasitas 30 tempat tidur dan terdapat fasilitas toilet untuk pasienRuangan memiliki buku komunikasi perawat shift pagi, sore, dan malam. Ruangan sudah memiliki SOP, protap.Sejauh ini fasilitas yang dimiliki oleh Ruang Neurologi Angsana cukup memadai. Namun, masih terdapat beberapa keluhan dari pasien di ruangan tersebut, salah satu keluhan pasien adalah tentang persediaan pispot. Kadang-kadang pasien harus menyediakan pispot sendiri. Hal demikian dapat mengurangi nilai dan mutu ruangan dalam hal memberikan pelayanan yang optimal.MoneyMekanisme pembayaran biaya perawatan untuk pasien di Ruang Neurologi Angsana melalui BPJS PBI, BPJS Non PBI dan umum. MarketingSasaran RuanganRuang Neurologi Angsana memiliki sasaran yang disesuaikan dengan visi dan misi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Sasaran tersebut sebagai berikut:Pasien pria dan wanita usia lebih dari 14 tahun yang memiliki gangguan atau masalah pada sistem persarafan.Sasaran pendidikan yakni bagi mahasiswa Perawat, Dokter, Spesialis Praktisi lain yang akan menjalani praktek (membutuhkan pengetahuan, pengalaman, peningkatan/pencapaian kompetensi) terkait masalah yang dialami klien dengan gangguan sistem persarafan maupun tatalaksana/manajemen di ruang neurologi angsana.Sasaran bidang penelitian adalah peneliti (intern/ekstern) yang tertarik meneliti tentang fenomena pada pasien yang dirawat dengan kasus persarafan.Sebagai media atau tempat jalannya program-program Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.Pendidikan KesehatanPendidikan kesehatan terkait kondisi klien dilaksanakan secara rutin sesuai dengan program yang akan dilaksanakan oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Pendidikan kesehatan ini ditujukan pada dua sasaran, yakni pasien dan keluarga pasien dengan tujuan pasien dan keluarga mengetahui mengenai penyakit, penanganan, dan dapat kooperatif dalam perawatannya. Pelaksanaan dari pendidikan kesehatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan target dan kondisi peserta. Pendidikan kesehatan terdiri dari pendidikan kesehatan individu dan kelompok. Tema dan pembicara untuk penyelenggaraan pendidikan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan materi yang hendak disampaikan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan sejauh ini dilaksanakan oleh pihak instansi rumah sakit, salah satunya dilaksanakan oleh PPIRS (Program Pencegahan Infeksi Rumah Sakit). Selain itu, pelaksanakan pendidikan kesehatan yang ada di Ruang Neurologi Angsana dilaksanakan oleh praktikan yang sedang melakukan praktek di ruangan tersebut.Hasil wawancara dengan pasien yang sedang dirawat di Ruang Neurologi Angsana menyatakan bahwa masih merasa belum menerima penjelasan terkait kebutuhan belajar mengenai masalah klien (intra/pasca rawat) yang harus dijalani oleh pasien dan keluarga, bahkan beberapa pasien mengatakan tidak mengerti apa yang harus dilakukan apabila pulang ke rumah.Lingkungan KerjaBerdasarkan hasil pengkajian awal yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2015 di ruang Angsana didapatkan hasil pengkajian lingkungan yang dibagi dalam dua aspek, diantaranya: lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non-fisik, yaitu sebagai berikut:Lingkungan FisikNOASPEKDESKRIPSI SITUASIILINGKUNGAN KERJAFisik1.1.1 RuanganBerdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7-9 Maret 2015, diperoleh data:Lokasi ruangan Angsana terletak di belakang IGD RSHS. Sebelah kiri berbatasan dengan ruang kedokteran nuklir, bagian depan berbatasan dengan ruang rawat inap amarilis (penyakit kulit dan kelamin).Ruang Angsana mempunyai ruang perawatan yang terdiri dari :6 ruang perawatan yang terdiri dari 3 kamar untuk laki-laki dan 3 kamar untuk perempuan, yang masing-masing memiliki satu ruang rawat dengan penyakit infeksi. Lantai seluruh ruangan terbuat dari keramik, kering, bersih, tidak licin, dibersihkan setiap hari oleh petugas. Dinding : Tembok bercat warna terang (putih dan kuning kehijauan), tidak retak, permukaan rata dan bersih. Atap genting, terdapat plavon, eternit warna terang, bersih, dan tidak ditemukan sarang laba-laba. Atap koridor bocor saat hujan besar dan menggenangi lantai. Hal ini dirasakan sangat tidak aman.Berikut ini adalah deskripsi keadaan masing-masing ruangan:Ruang perawatanKamar 1, digunakan sebagai ruangan perawatan laki-laki dengan penyakit infeksi. Ukuran 6 m x 6,6 m. Keadaan bersih, berisi 5 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela 4 buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 3 lampu berwarna putih ukuran besar. Kamar 2, digunakan sebagai ruangan perawatan laki-laki non-infeksi. Ukuran 6 m x 5,7 m. Keadaan bersih, berisi 4 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela 2 buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 2 lampu berwarna putih ukuran besar.Kamar 3, digunakan sebagai ruangan perawatan laki-laki non-infeksi. Ukuran 6 m x 6,6 m. Keadaan bersih, berisi 5 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela 6 buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 3 lampu berwarna putih ukuran besar. Kamar 4, digunakan sebagai ruangan perawatan perempuan non-infeksi. Ukuran 6 m x 6,9 m. Keadaan bersih, berisi 6 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela 6 buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 3 lampu berwarna putih ukuran besar.Kamar 5. Digunakan sebagai ruangan perawatan wanita, namun pada saat pengkajian dipakai untuk perawatan laki-laki karena jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Ukuran 6 m x 5,7 m. Keadaan bersih, berisi 4 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela 4 buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 2 lampu berwarna putih ukuran besar.Kamar 6. Digunakan sebagai ruangan perawatan perempuan dengan penyakit infeksi. Ukuran 6 m x 6,6 m. Keadaan bersih, berisi 6 bed dewasa, masing-masing bed disediakan lemari kecil, 1 kamar mandi, 1 wastafel, tidak ada papan identitas. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah ember untuk penampung air, gayung 1 buah, baskom ukuran besar, dan closet jongkok. Tidak terdapat: bel, dan poster dengan tema pendidikan kesehatan klien dan keluarga. Terdapat jendela ... buah dengan ukuran 1 m x 1 m. Terdapat 3 lampu berwarna putih ukuran besar.Di ruang perawatan tidak terdapat :Poster cuci tangan kurang ditempelPster mobilisasiKoridorKoridor terletak di tengah. Lantai terbuat dari keramik berwarna putih, bersih, tidak licin, dan dibersihkan setiap hari oleh cleaning sevice. Namun, kalau hujan koridor ikut basah dan membuat air menggenang. Di koridor terdapat sebuah lemari kecil untuk menyimpan cairan infus. Terdapat meja yang bertumpuk agak banyak, yang dua berfungsi sebagai meja obat atau troley namun sisanya tidak jelas fungsinya, dan tempat sampah medis dan non medis di setiap depan kamar perawatan, dan ruang kepala ruangan. Di sepanjang koridor terdapat Kursi kayu panjang sebanyak 2 buah.Botol cuci tangan kering 5 buah dalam keadaan terisi.Troley tenun kotor dan infeksi dalam keadaan terbuka.Troley oksigen besar yang disimpan dipinggir koridor.Tabung oksigen besar yang masih baru sebanyak 6 buah.Di ujung koridor terdapat blankar. Disepanjang koridor terdapat denah ruangan yang berukuran kecil. Terdapat langkah cuci tangan 6 langkah disetiap cuci tangan kering ditempel.Di koridor tidak terdapat: Daftar nama klien tiap ruangan.Figura berisi informasi dengan ukuran besar dan menarikDaftar nama-nama perawat yang berdinasKotak suaraPeraturan pengunjungFigura yang berisi visi dan misi, alur administrasi dan denah ruangan yang berukuran besar.Kantor perawatDi ruangan ini terdapat nurse station, tata usaha, ruang kepala ruangan, ruangan untuk mushola perawat, kamar mandi 2 buah, wastafel 2 buah.Nurse stationTerletak di sebelah kiri dari pintu masuk ruangan. Terdapat 1 buah meja informed consent, 1 meja untuk mencatat pendokumentasian disertai dengan tempat duduk perawat, 1 rak status klien, 1 telepon, 1 trolli emergenci, syring pump, 1 komputer dalam keadaan hidup.Tata UsahaTerletak di samping kiri pintu masuk kantor yang menyatu dengan ruangan kepala ruangan. Terdapat 1 meja,1 komputer, 1 lemari kaca besar. Ruang kepala ruangan Terdapat 1 lemari untuk penyimpanan dokumentasi ruangan, 2 meja, 1 komputer.Temuan di kantor perawat :Struktur organisasi tidak terpasang di dinding.Penyimpanan status pasien kurang tersusun rapiLabeling buku status kurang rapih dan belum menggunakan warnaLabeling rak status sangat kecilRuang perasatTerletak di kanan pintu masuk. Terdapat 1 meja besar, 1 lemari kaca besar, 6 lemari rak besar, 1 tensi meter, 1 stetoscope, 1 tempat sampah medis besar, 1 tempat sampah non medis besar, 1 ember tempat pembuangan botol, 2 jerigen tempat pembuanagan spuit dengan keadaan penuh, 1 tempat sampah medis kecil dan 1 tempat sampah non medis kecil. Diruang erasaat pintu terbuka, jendela 1 terbuka, tidak ada pendingin (AC), jam dinding tidak berfungsi, 2 kursi, terdapat 2 poster yang menempel diatas meja besar. Temuan di Ruang Perasat :Obat high allert diletakkan pada setiap loker obat pasien yang membutuhkan.Tidak ada lemari khusus penempatan etiket, label, dllTidak ada poster-poster persuasi tentang 6 benar obatLabeling loker pasien hanya mencantumkan nama dan belum menggunakan warnaPenempatan alat-alat instrument masih kurang rapihLabeling kotak sampah khusus botol hanya menggunakan kertas biasa yang ditempel dengan posterRuang pedidikanTerletak di ujung koridor, di samping kamar 6. Terdapat 1 meja panjang, 1 meja besar, 5 lemari besar, 2 kursi panjang, 1 wastafel, 1 kasur diruangan yang terpisah oleh tirai, 1 papan tulis kecil untuk nama mahasiswa namun tidak berfungsi, dan 1 tempat sampah nonmedis besar.Dapur dan pentryterletak di depan ruang Ners Station. Alat dan Bahan KesehatanBerdasarkan hasil wawancara dengan petugas inventaris dan studi dokumentasi dari buku inventaris Ruang Angsana pada tanggal 8-11 Maret 2015, diperoleh data sebagai berikut:Alat Umum dan Operasional:Lemari alat tenun tidak adaLaken 70 buahSarung bantal 70 buahSelimut 30 buahBantal tidak adaLemari arsip 1 buah terbuat dari kayuMeja nurse 1 buahMeja kepala ruangan 1 buahKursi nurse 5 buahKursi kepala ruangan tidak adaAC kamar obat tidak adaMeja komputer tidak adaKursi chitos 10 buahWater heater tidak adaKipas angin tidak adaEmber 8 buahGayung 8 buahAlat Medik Bed side monitor 1 buahInfus pump 1 buahSyringe pump 1 buahStandar infus 10 buahManometer oksigen 16 buahKasur dekubitus 2 buah, 1 buah rusakTroley tindakan tidak adaEKG 1 buahSet perawatan luka 3 setVena sectie set tidak adaAmbu bag 2 buahStethoscop 1 buahPen light tidak adaKursi roda 2 buahReflex hammer tidak adaTensimeter 1 buahGunting verban 1 buahBrandcar 1 buahDari data yang didapat diatas, masih terdapat beberapa barang yang kurang, namun saat ini ruangan sedang mengajukan barang-barang yanag kekurangan tersebut kepada pihak Rumah Sakit.Tabel 5.1 Hasil Observasi Barang Inventaris di Ruang AngsanaAspek PengkajianJumlahKondisiRuanganRuang Tunggu1Baik, bersihRuang Pendidikan1Meja ruang pendidikan kurang bersih, diisi kertas-kertas dan ada sebagian sampah-sampah berserakan.Ruang Tindakan1Ruang tindakan disatukan dengan ruang dispensing obat. Kondisi kurang rapih. Dan barang-barang untuk tindakan kurang tertata rapih.Ruang Tata Usaha1BersihRuang Kepala Ruangan1BaikNurse Station1Terdapat status status pasien di atas meja dan beberapa petunjuk untuk pasien juga terdapat nomor nomor telepon penting.ToiletAda (jumlah belum diketahui)Spoel Hoeck1Kurang terawat, tidak digunakan sesuai fungsinya.Kamar Pasien6Terdapat 30 bed, tata letak masih kurang rapihLingkungan Non-FisikHubungan Perawat-klienHubungan antar PerawatHubungan Perawat-Profesi LainHubungan Perawat-mahasiswa (Co ass, PPN FIK UNPAD, Akper, Gizi)Interaksi perawat-klien terjadi saat perawat melakukan tindakan keperawatan langsung, misalnya saat perawat memasang infus, menyuntik obat, merawat luka, dan memasang NGT. Dari wawancara yang dilakukan kepada 6 orang klien, didapatkan bahwa menurut klien dan keluarga pada umumnya komunikasi yang terjalin dengan perawat baik.Operan dari tiap shift hanya dilakukan secara lisan dan tulisan antar perawat saja. Laporan dalam buku operan hanya mencantumkan nama dan tindakan yang telah dan akan dilakukan. Dengan dokter Komunikasi bersifat sosial dan komunikasi yang berhubungan dengan pasien bersifat delegatif dan kolaboratifDengan tim gizi Komunikasi perawat dengan tim gizi kurang terjalin dengan baik.Dengan bagian laboratoriumKomunikasi antara perawat dengan petugas laboratorium jarang dilakukan secara langsung. Bahan untuk pemeriksaan laboratorium, diantar oleh keluarga atau mahasiswa.Dengan satpamSatpam disediakan oleh pusat, ruangan menerima delegasi dari pusat. Pengaturan jadwal juga diatur oleh pusat. Perawat menghubungi satpam, jika diperlukan. Dengan cleaning serviceHubungan perawat dengan cleaning service efektif, dan saling menghargai. Hubungan perawat dengan mahasiswa terjalin baik. Dari hasil wawancara dengan mahasiswa yang sedang praktik di Ruang Neurologi Angsana, tidak semua perawat melakukan pembagian mahasiswa dalam tim.Kajian Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO dll)Tabel 6.1 Bed Occupancy Rate (BOR) Ruang Angsana (Neurologi) bulan Desember 2014 Februari 2015BulanBOR (%)Desember89.1Januari88.8Februari61.4Rata-rata 79.7Sumber: Administrasi Ruang Angsana (Neurologi)Tabel 6.2 Length Of Stay (LOS) Ruang Angsana (Neurologi) bulan Desember 2014 Februari 2015BulanLOS (hari)Desember10.1Januari9.1Februari8.5Rata-rata9.2Sumber: Administrasi Ruang Angsana (Neurologi)PendidikanPENDIDIKANa.PerawatS1 Keperawatan, Ners3S1 Keperawatan-DIII Keperawatan13PelatihanPelatihan yang pernah diikuti perawat dan pagawai di ruang Neurologi Angsana:Jenis PelatihanJumlah Perawat yang Mengikuti PelatihanEKG-Asessor-PPGD Basic II 3Emegency Nursing Intermediate Level-Keperawatan Medikal Bedah1Sosialisasi Akreditasi RS-Pelayanan Patien Safety5SP2KP-Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS (K3RS)1Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3Etika dan Hukum Kesehatan 1Manajemen Asuhan Keperawatan2Sosialisasi PERPU Kepegawaian1Optimalisasi Kepemimpinan Keperawatan Terkini-Aspek Hukum Keterbukaan Informasi dalam Bidang Pelayanan di RS-Pengembangan Kompetensi Keperawatan Dasar-Bantuan Hidup Lanjut1Perawat Rohani Islam1Manajemen Administrasi Bangsal1Perhitungan Kebutuhan SDM berdasarkan Beban Kerja-Palliative Care Bagi Perawat Pelaksana2Wound and Stoma Care3Etika Penampilan dan Komunikasi1Penatalaksanaan Perawatan Pasien Kemoterapi-Pengambilan Spesimen Laboratorium-Penanggulangan Kebakaran1Backtraining-Perawatan Luka Bakar3Terapi Cairan dan Elektrolit-Assessment Pasien dalam Konteks Keperawatan1International Standard Tuberculosis Care1Peningkatan Kemampuan Teknis Keperawatan1Bantuan Hidup Dasar5Keterampilan Komunikasi3Aseptic Dispencing2Konseling HIV1Tes Atas Inisiasi Petugas Kesehatan pada Pasien Tb dan HIV1PPGD Basic I3Manajemen Troli1