Click here to load reader
Upload
angga-jupitrekx
View
44
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Definisi osteoarthritis menurut American Rheumatism Association
(ARA) adalah ‘sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya
gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo,
dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi.5 Osteoarthritis
(OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago sendi dengan
perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit,
perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada
sinovium, dan penebalan kapsul sendi. Sendi yang bisa terkena OA adalah sendi-
sendi benar (‘true joint’ atau diarthrosis), yaitu sendi-sendi yang mempunyai
kapsul sendi, membran sinovialis, cairan sinovialis, dan kartilago sendi.
2.2 Penyebab
1) Usia
Cartilago sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua akan semakin
kurang elastisitasnya (Sidharta, 1984). Prevalensi radiologik OA sendi
lutut akan meningkat sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun
jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat. Pada usia tua
gambaran radiologik OA sendi lutut yang berat mencapai 20 persen
(Isbagio, 1995).
2) Jenis Kelamin
Pada umumnya laki–laki dan wanita sama–sama bisa terkena OA sendi
lutut tetapi setelah umur 45 tahun lebih banyak pada wanita (Moll, 1984).
3) Kegemukan atau Obesitas
Menurut Maquet (1995), pada keadaan normal, berat badan akan melalui
medial sendi lutut dan akan diimbangi dengan otot – otot paha bagian
3
4
lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah sendi lutut.
Pada obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya
yang diterima sendi lutut tidak seimbang. Pada keadaan yang berat dapat
timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan menggeser
resultan gaya ke medial. Kelebihan berat badan 20 persen atau lebih dari
berat badan normal akan menempatkan orang tersebut pada resiko OA
sendi lutut (Merdikoputro, 2006). Untuk menentukan kegemukan tersebut
dapat dicari dengan menggunakan rumus BMI (Body Mass Indeks) yaitu
BMI = Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan (m)².
4) Faktor hormonal/metabolisme
Perubahan degeneratif pada sendi lutut banyak ditemukan pada penderita
diabetes mellitus (Hudaya, 2002).
5) Faktor Genetik
Faktor genetik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
OA sendi lutut karena diperkirakan ada hubungannya dengan defek
pembentukan serabut collagen, defek pembentukan proteoglikan atau
hiperaktivitas chondrocyte, yang kesemuanya mempermudah timbulnya
OA sendi lutut (Hudaya, 2002).
6) Aktivitas Kerja
Pekerja yang banyak membebani sendi lutut, misalnya para pekerja yang
banyak berjalan, berdiri lama, naik turun tangga, memanggul beban dan
jongkok lama akan mempunyai resiko terserang OA sendi lutut lebih
banyak dari pada pekerja yang tidak banyak membebani lutut (Isbagio,
1995).
7) Trauma
Trauma berat pada sendi lutut di usia dini akan memicu munculnya OA
sendi lutut lebih cepat. Pemakaian sepatu yang terlalu tinggi, sempit, berat,
dan alas sepatu (sol) yang keras dan kurang lentur dalam waktu yang lama
juga akan memicu timbulnya OA sendi lutut (Isbagio, 1995).
5
2.3 Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda
dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan
sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada
praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh
beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera ( Felson,
2008 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya
. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(Range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson,
2008).
6
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang
terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan
(impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago
memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi
ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum
timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui
lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe
dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul –
molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan
pada kartilago (Felson, 2008).
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha
elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)},
dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan
(Felson, 2008).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari
7
MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago
(Felson, 2008).
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin
(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap
sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses
pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan
dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung
pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2008).
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi
Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki
metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2008).
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan
aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi.
Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh
komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA
pada sendi (Felson, 2008).
8
2.4 Gejala dan Tanda
Tanda dan gejala yang muncul bila sudah terjadi manifes pada OA lutut
sebagai berikut :
1) Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama yang menyebabkan orang mencari pengobatan.
Beberapa penyebab langsung nyeri adalah sinovium, osteofit, kapsul sendi dan
ligament periartikular direnggangkan oleh efusi, spasme otot dan persepsi nyeri
individual (Tulaar, 2006). Nyeri muncul pada saat sendi lutut digerakkan dan
9
sedikit berkurang setelah istirahat. Apabila penyakitnya bertambah buruk, maka
nyeri dapat timbul meskipun dalam keadaan istirahat. Nyeri biasanya meningkat
pada musim hujan/musim dingin (Merdikoputro, 2006).
2) Kekakuan sendi
Kekakuan sendi biasanya muncul pada pagi hari atau setelah periode inaktif dan
hilang setelah 15-30 menit (Isbagio, 2005).
3) Keterbatasan LGS
Keterbatasan LGS diakibatkan adanya nyeri dan muscle spasme. Keterbatasan
LGS biasanya bersifat pola kapsuler, gerak fleksi lebih terbatas dari pada gerak
ekstensi (Purbo Kuntono, 2005).
4) Krepitasi
Krepitasi adalah bunyi yang mendesas apabila sendi digerakkan, hal ini
disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar dan serpihan-serpihan dari
kartilago karena degenerasi (Purbo Kuntono, 2005).
5) Kelemahan otot dan atrofi otot sekitar sendi lutut
Pasien OA mengalami kelemahan otot akibat tidak aktif, karena otot dapat
kehilangan 30 persen massa dalam seminggu, serta 5 persen kekuatan dalam
sehari apabila istirahat total (Tulaar, 2006).
6) Bengkak
Pembengkakaan kadang-kadang ditemukan pada OA sendi lutut karena adanya
pengumpulan cairan dalam ruang sendi, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
deformitas sendi lutut (Isbagio, 1995).
7) Deformitas
10
OA sendi lutut yang berat akan menyebabkan destruksi kartilago, tulang dan
jaringan. Deformitas varus terjadi bila adanya kerusakan pada kompartemen
medial dan kendornya ligamentum, serta variasi subluksasi karena perpindahan
titik tumpu pada lutut atau diakibatkan oleh pembatasan adanya osteofit yang
besar (Purbo Kuntono, 2005).
8) Instabilitas sendi lutut
Instabilitas sendi disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot sekitar sendi lutut
mencapai sepertiga dari otot normal dan juga oleh kendornya ligamen sekitar
lutut (Purbo Kuntono, 2005).
2.5 Gambaran Klinis
Secara klinis, Osteoarthritis dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu
a. Sub Clinical Osteoarthritis
Tidak ditemukan gejala atau tanda klinis. Hanya secara patologis dapat
ditemukan:
I. Pada tulang rawan sendi : peningkatan jumlah air, bulla atau blister,
dan fibrilasi serabut – serabut jaringan ikat collagen
II. Pada tulang subchondral : terjadi sclerosis
b. Manifest Osteoarthritis
1. Timbul keluhan nyeri pada saat bergerak dan rasa kaku pada permulaan gerak
2. Terjadi kerusakan sendi yang lebih luas.
11
3. Tampak penyempitan ruang sendi dan sclerosis tulang subchondral
4. Decomposed Osteoarthritis
c. Di sebut juga surgical state
1. Timbul rasa nyeri pada saat istirahat dan keterbatasan lingkup gerak sendi
2. Terjadi akibat penyakit yang telah menjadi progresif dan seluruh tulang
rawan sendi rusak. Tulang subchondral menjadi sangat sclerotik,
pembentukan osteofit hebat, capsule sendi menjadi kendor, sehingga tampak
deformitas yang jelas (Hudaya, 1996).
Osteoartritis dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Osteoartritis Lutut (degenerasi sendi lutut)
Jenis artritis ini paling banyak dijumpai kejadiannya di Indonesia terutama
pada pasien lanjut usia. Pada perjalanannya, nyeri ini seringkali menimbulkan
keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari. Komplikasi lain yang terjadi yaitu
keterbatasan ruang gerak sendi disertai kekakuan, deformasi lulut menjadi
bentuk O (genu varum) atau bentuk x (genu valgus). Komplikasi yang terjadi
pada osteoartritis ini berlangsung secara perlahan tapi pasti akibatnya
menimbulkan ketidakmampuan berdiri dan berjalan.
Sendi merupakan bagian yang menghubungkan antar tulang sehingga
tulang bisa digerakkan. Komponen terpenting pada sendi adalah tulang rawan
sendi (articular cartilage) yaitu jaringan tulang rawan yang menutupi kedua
ujung tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Matriks ekstraselular pada jaringan
12
ini terdiri dari kolagen yang padat dan proteoglikan yang menyebabkan
permukaannya menjadi licin dan tahan terhadap gesekan.
Adanya kolagen dan proteoglikan memfasilitasi gerakan dan mencegah
pembengkakan pada tulang rawan sendi. Kolagen dan proteoglikan bekerja
dengan cara menarik kation menghasilkan tekanan osmolalitas yang tinggi,
akibatnya air akan tertarik kedalam tulang rawan sendi. Permukaan menjadi licin
sehingga pada saat terjadi pergerakan/biomekanik pada sendi, tidak terjadi
gesekan.
Pada kondisi fisiologis, matriks ekstraselular memiliki waktu paro
bertahun-tahun sehingga metabolismenya berjalan sangat lambat. Namun
dengan adanya peningkatan beban mekanik (peningkatan berat badan),
bertambahnya usia dan adanya cedera dapat mempercepat proses
metabolismenya. Tulang rawan sendi akan terdegradasi menyebabkan keretakan
matriks. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan (inflamasi)
yang jika dibiarkan berkepanjangan akan terjadi kerusakan sendi parah sehingga
harus di operasi.
2. Osteoartritis Kaki (Ankle osteoarthritis)
Merupakan artritis yang terjadi pada 60 – 80% pada pasien yang
memiliki riwayat cidera pergelangan kaki. Biasa terjadi pada atlet sepakbola atau
penari balet. Penyembuhan dilakukan dengan cara istirahat, mengurangi gerak
dengan menggunakan sepatu rocker bottom sole atau menggunakan Ankle
bandage.
3. Osteoartritis Tangan
Osteoartritis tangan ditandai dengan terbentuknya pembesaran keras pada
sendi jari (Herberden’s node) yang biasanya disebabkan karena abnormalitas
saat dilahirkan.
13
2.6 Penegakan Diagnosis
Diagnosis OA lutut dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi
pada penderita penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan penderita datang
berobat. Nyeri dipicu oleh pergerakan, dan berkurang dengan istirahat, kecuali
pada tahap lanjut, rasa nyeri tetap terasa pada saat tidur. Tahap dini pada
umumnya tidak terasa nyeri, oleh karena rawan sendi adalah aneural. Nyeri
timbul dari mikrofraktur tulang subkhondral dan inflamasi pada membran
sinovium. Struktur artikuler yang sensitif terhadap nyeri adalah kapsul sendi,
bantalan lemak sendi, dan tulang subkhondral, sedangkan dari struktur ekstra
artikuler adalah ligamen, tendon, dan bursa. Pada tahap lanjut, pada umumnya
nyeri disebabkan oleh karena fibrosis kapsuler, kontraktur sendi, dan kelelahan
otot.
Kekakuan sendi (“stiffness”), sering timbul pagi hari, dan keluhan dapat
hilang dalam 15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga
disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis
kapsul. Edema persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat
disertai dengan eritema ringan.
Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA lutut
adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA lutut adalah
adanya osteofit dan penyempitan celah sendi. Berdasarkan pemeriksaan
radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi OA lutut menjadi :
·
14
· Grade 0 : tidak ada OA
· Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan
· Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan
tak nampak deformitas tulang.
· Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan
penyempitan celah sendi.
· Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai
hilangnya celah sendi.8
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA
lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut :1
Klinis dan laboratorium Klinis dan radiologis Klinis
Nyeri lutut + minimal 5 dari 9
berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan
- LED < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih,
viscous,Lekosit <2000/mm3
Nyeri lutut + minimal 1 dari 3
berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi + osteofit
Nyeri lutut + minimal 3 dari 6
berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada
perabaan
92% sensitif
75%spesifik
91 % sensitive
86% spesifik
95 % sensitif
69 spesifik
15
5.7 Penatalaksanaan
Saat ini masih belum ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan osteoartritis.
Terapi yang saat ini diberikan hanya ditujukan untuk mengurangi nyeri,
memperbaiki pergerakan sendi, dan membatasi kerusakan sendi. Terapi yang
biasa diberikan yaitu :
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi ini meliputi :
a. Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Pemberian informasi dan edukasi pasien diperlukan agar pasien mengerti
tentang kondisi penyakit yang dihadapi dan dapat melakukan perubahan gaya
hidup kearah yang positif.
b. Latihan Kekuatan dan Senam Aerobik
Latihan bermanfaat untuk menguatkan otot sekitar sendi yang akhirnya
akan membantu pengurangan berat badan. Berenang, jalan kaki, bersepeda
stasioner atau latihan beban ringan sangat dianjurkan karena terbukti mampu
mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki kekakuan sendi.
c. Penurunan Berat Badan
Berkurangnya berat badan mengurangi beban yang disangga oleh sendi
sehingga mengurangi nyeri se ndi dan memperbaiki fungsi sendi.3
d. Penggunaan Alat Bantu
Alat bantu seperti sepatu penyerap goncangan, tongkat dll
dipertimbangkan sebagai tambahan terapi untuk mengurangi rasa nyeri saat
beraktivitas.
2. Terapi Farmakologi
a. AINS Topikal
AINS Topikal lebih disarankan dibanding AINS oral. Menurut hasil
sebuah meta analisis menunjukkan bahwa AINS Topikal terbukti efektif
16
mengurangi nyeri dan kekakuan sendi.4 Beberapa sediaan AINS Topikal seperti
ibuprofen, Na. Diklofenak, salisilamid dalam bentuk salep, krim, atau gel lebih
dianjurkan dibanding koyo karena berdasar penelitian yang ada menunjukkan
hasil yang tidak signifikan pada koyo dibandingkan plasebo untuk penyakit
osteoartritis.
b. Paracetamol
Pedoman terapi menganjurkan penggunaan paracetamol sebagai pilihan
utama analgesik untuk pasien osteoartritis dengan pembatasan pemakaian 500
mg untuk satu kali minum dan tidak lebih dari 4 g dalam sehari.
c. Kapsaisin
Penggunaan kapsaisin topikal dapat digunakan pada penderita
osteoartritis lutut atau tangan. Meskipun seringkali menimbulkan sensasi
terbakar dan kemerahan pada area yang dioleskan, namun tidak perlu
penghentian terapi.3
d. AINS Oral
Prinsip penggunaan AINS Oral adalah sebagai berikut :
- Jika AINS Topikal atau Paracetamol tidak cukup kuat mengatasi nyeri
- Penggunaan AINS Oral dimulai dari dosis efektif terkecil dan lama pemberian
sesingkat mungkin7
e. Operasi Joint Arthroplasty
Rujukan operasi dibuat sebelum terjadi kerusakan sendi yang parah.
17
3.Terapi Latihan
Terapi Latihan adalah modalitas yang di gunakan untuk mengembalikan dan
meningkatkan kapasitas muskuloskeletal atau kardiopulmuner dengan
memanfaatkan gerakan anggota tubuh (Kisner, 2003).
Aplikasi terapi latihan untuk penderita osteoarthritis seharusnya di mulai
dengan latihan yang dapat meningkatkan kapasitas fungsional, baru kemudian
mengarah ke kebugaran fisik sehingga penderita dapat beraktivitas tanpa
keluhan nyeri dan tidak mudah lelah. Di awali dengan latihan fleksibilitas untuk
mencegah kontraktur sendi kemudian di lanjutkan dengan latihan penguatan
yang fokus pada gerak fungsional untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan
kontraksi otot, serta dapat di lanjutkan dengan latihan aerobik (Sisto &
Malangga, 2006).
Yang perlu diketahui pada terapi ostearthritis lutut adalah latihan yang tidak
menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada sendi lutut akibat weight
bearing penuh. Dimana posisi aman untuk melakukan terapi latihan yaitu posisi
duduk. Posisi duduk dapat dikatakan posisi istirahat sendi lutut, karena secara
biomekanik tekanan garis weight bearing dari pusat caput femur tidak melalui
pusat lutut sehingga beban yang ditimbulkan pada lutut minimal dan tidak
menyebabkan nyeri (Kusumawati, 2003).Salah satu jenis terapi latihan adalah
closed and open kinetic chain.
Closed and open kinetic chain
Latihan Rehabilitasi dapat diklasifikasikan ke dalam rantai kinetik tertutup
(Close Kinetik Chain) dan kinetik rantai terbuka (Open Kinetik Chain) latihan.
Latihan di Close Kinetik Chain dimodelkan sebagai tertutup hubungan mana
gerakan di satu sendi secara bersamaan menghasilkan gerakan pada sendi
lainnya dari ekstremitas tersebut. Latihan di Open Kinetik Chain mengisolasi
salah satu link dari kinetik rantai dan segmen distal bebas untuk berpindah.
Open chain exercise dapat di lakukan pada posisi duduk atau tidur dengan
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi sendi lutut melawan beban (manual atau
18
alat). Karena latihan beban pada penderita osteoarthritis berpotensi
menimbulkan nyeri maka peningkatan berat beban di berikan secara bertahap
sesuai toleransi penderita.
Closed chain exercise di lakukan pada posisi berdiri, latihan ini harus di lakukan
dengan hati-hati karena sendi lutut menyangga berat badan. Untuk mengurangi
pembebanan sendi maka latihan dilakukan pada posisi semi fleksi sendi lutut.
Jenis latihannya antara lain adalah Quads dan wall sits. Teknik latihan ini
mempunyai manfaat tambahan yaitu untuk melatih propioseptil sendi yang
sering juga mengalami gangguan pada penderita osteoarthritis sendi lutut.