BAB II

  • Upload
    fikri17

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkkkk

Citation preview

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Landasan TeoriPertumbuhan EkonomiPertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan (Tambuhan, 2012;40). Hal tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, sehingga akan meningkatkan kebutuhan konsumsi untuk kebutuhan sehari hari setiap tahunnya, maka dibutuhkan peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Dari sisi penawaran, peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan pendapatan pada masyarakat. Hal ini akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1994;10). Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang menunjukkan pembangunan dari suatu negara. Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB yang berarti peningkatan dari sisi produksi maupun pendapatan.Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2015). Menurut Bramantyo (2006;14), PDB merupakan nilai dari semua produk akhir, baik barang dan jasa, yang diukur dalam mata uang atau rupiah. Barang adalah adalah segala sesuatu hasil proses yang bisa dikonsumsi dan bisa dilihat, misalnya mobil,minuman, dan makanan. Sedangkan jasa merupakan keluaran yang tidak berwujud, misalnya hiburan, keamanan, dan lain lain. Dalam pengukuran PDB tersebut terdapat dua pengertian yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal ialah PDB yang perhitungannya menggunakan jumlah barang dan jasa yang dikalikan dengan harga pada periode tersebut. Pada PDB nominal ini peningkatan nilainya dapat dikarenakan antara kenaikan jumlah barang dan jasa maupun kenaikan harga karena harga yang dipakai dalam penghituan PDB nominal ini menggunakan harga berlaku. Kelemahan dari PDB nominal yaitu apabila harga mengalami kenaikan sedangkan jumlah produksi tetap, maka nilai PDB tetap meningkat. Hal ini menimbulkan kesalahan dalam analisis apabila dikatakan produksi barang dan jasa mampu memenuhi permintaan konsumen yang meningkat, padahal pada kenyataannya jumlah barang dan jasa yang diproduksi tetap. Dalam pengukuran kemajuan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan, PDB real dianggap lebih bagus dikarenakan penghitungan nilai barang dan jasa di dasarkan pada tingkat harga pada tahun tertentu ( tahun dasar). ( Mankiw, 2006) Penghitungan Produk Domestik Bruto dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu produksi, pendapatan, dan Pengeluaran. Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai output atau jumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi pada periode tertentu dari seluruh lapangan usaha. BPS membagi lapangan usaha menjadi 9 sektor, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian,industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan jasa jasa. PDB melalui pendekatan pendapatan memiliki arti bahwa nilai pendapatan yang diterima oleh faktor produksi akibat kegiatan produksi yang dilakukan. Faktor produksi terdiri dari tenaga kerja, memilik modal, pemilik tanah, dan pengusaha. Pendapatan yang diterima oleh faktor produksi tersebut antara lain gaji/ upah, bunga/ hasil investasi, hasil jual/ sewa tanah, dan keuntugan dari bisnis. Pada dasarnya perhitungan PDB melalui pendekatan ini merupakan NTB yaitu nilai tambah bruto yang dijumlahkan dari sembilan sektor dalam lapangan usaha. Atau dapat dituliskan dalam persamaan di bawah ini :PDB = NTB1 + NTB2 + ... + NTB9 PDB atas dasar pengeluaran adalah jumlah dari semua komponen dari permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi atau pembentukan modal tetap bruto (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), ekspor (X) dan impor (M). Atau dapat dituliskan seperti berikut L=:PDB = C + I + G + (X M)Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga sebagai konsumentingkat akhir dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.Suku BungaSamuelson dan Nordhaus (2004;186) mengatakan bahwa suku bunga merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Pengertian suku bunga juga dapat diartikan sebaga biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per tahun per dolar yang dipinjam.Suku bunga nominal (suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang. Sedangkan suku bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi karena adanya inflasi dan dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. (Samuelson dan Nordhaus 2004;194)BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. (www.bi.go.id)Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.InflasiTingkat inflasi merupakan presentase perubahan harga secara umum dari satu periode ke periode selanjutnya ( Robert E. Hall 1991:59). Menurut Rudiger Dornbusch (2011;38) inflasi adalah tingkat perubahan harga, sedangkan tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi periode sebelumnya. Sedangkan menurut Boediono (1982), inflasi merupakan kecenderungan dari harga harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada ( atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang barang lain. Boediono (1982) mengatakan bahwa inflasi dapat digolongkan berdasarkan tingkat keparahan dari inflasi. Adapun tingkatan inflasi berdasarkan tingkat keparahannya adalah sebagai berikut :1. Inflasi ringan : yaitu apabila tingkat inflasi kurang dari sepuluh persen setiap tahun.2. Inflasi sedang: inflasi dikatakan sedang apabila nilai inflasi berada diantara sepuluh hingga tiga puluh persen setiap tahun.3. Inflasi berat : yaitu nilai inflasi berada diantara tiga puluh sampai seratus persen setiap tahun.4. Hiperinflasi: merupakan tingkat inflasi paling parah yaitu dengan nilai diatas seratus persen setiap tahun.BI (2014) menyatakan Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. (BI, 2014)Di Indonesia, disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:1. Interaksi permintaan-penawaran2. Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang3. Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen 2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari :1. Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) :Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. 2. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices) :Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.Menurut Boediono (1982), inflasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis berdasarkan awal penyebab terjadinya inflasi. Atas dasar ini, inflasi dibedakan dalam dua macam :1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.2. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Hal ini disebut cost inflation.Selain berdasarkan penyebabnya, inflasi juga dapat digolongkan berdasarkan asal dari inflasi, yaitu sebagai berikut :1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit aggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga harga di luar negeri yang terikat dagang dengan negara tersebut. Ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat harga, yaitu membentuk indeks harga langsung dari harga beberapa barang dan jasa dan menghitung deflator dengan membagi komponen produk nasional bruto nominal dengan komponen yang sama pada pnb riil.Penghitungan PDB riil dapat bermanfaat untuk mengukur inflasi yang sering dikenal dengan deflator PDB. Deflator PDB adalah rasio PDB nominal pada tahun tertentu dengan PDB riil dengan tahun yang sama. Karena deflator PDB berdasarkan pada perhitungan yang mengandung seluruh barang yang diproduksi dalam perekonomian, maka ia adalah indeks harga yang berbasis luas yang sering kali digunakan untuk mengukur inflasi. Deflator mengukur perhubahan pada harga yang terjadi antara tahun dasar dengan tahun sekarang.( Mankiw,2011; 40) Indeks harga konsumen (IHK) mengukur biaya pembelian sekelompok tetap barang dan jasa yang merepresentasikan pembelian konsumen. Ihk pada umumnya digunakan untuk mengukur kemampuan daya beli uang. Selain itu, ihk digunakan sebagai cost of living adjustment (cola) yaitu, penyesuaian gaji berdasarkan tingkat inflasi di negara tersebut. (Robert e Hall, john b taylor, 1991)IHK memiliki perbedaan dengan deflator dalam tiga hal,yaitu deflator mengukur harga barang yang lebih luas dibanding IHK. Kemudian, IHK mengkur harga kelompok barang yang tetap dari tahun ke tahun. Sedangkan kelompok barang yang terdapat dalam deflator PDB berbeda beda setiap tahun, tergantung barang dan jasa yang diproduksioleh perekonomian dalam suatu negara setiap tahun.Jumlah Uang BeredarUang merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi. Uang yang banyak dikenal masyarakat adalah koin logam dan uang kertas dengan berbagai pecahan. Namun, dalam sistem ekonmi, jenis uang lebih dari itu (Bramantyo 2006;115).Menurut Sadono Sukirno (2004;265), uang merupakan benda benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar/ perdagangan. Yang dimaksud disetujui dalam hal berarti terdapat kesepakatan di antara anggota anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai lat perantaraan dalam kegiatan tukar menukar. Adapun syarat dimana suatu benda dapat dikatakan sebagai uang yaitu :1. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.2. Mudah dibawa kemana mana.3. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya.4. Tahan lama.5. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih lebihan).6. Bendanya mempunyai mutu yang sama.Dalam peranannya dalam kehidupan sehari - hari, fungsi uang untuk melancarkan kegiatan perdagangan dibagi menjadi empat jenis, yaitu :1. Untuk kelancaran kegiatan tukar menukarDengan adanya uang, kegiatan tukar menukar akan lebih mudah dijalankan jika dibandingkan dengan kegiatan di dalam kegiatan perdagangan secara barter. Apabila uang digunakan dalam kegiatan tukar menukar, maka waktu untuk melakkan kegiatan tersebut dapat dipersingkat, tenaga dihemat, dan kegiatan tukar menukar menjadi lebih sederhana. Hal ini berarti uang telah melancarkan jalannya kegiatan perdagangan.2. Uang sebagai satuan nilaiKeuntungan dari penggunakan dalam masyarakat bersumber dari kesanggupannya untuk bertindak sebagai satuan nilai. Yang dimaksudkan dengan satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari berbagai jenis barang. Dengan adanya uang, nilai suatu barang dapat dengan mudah dinyatakan, yaitu dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh barang tersebut. Penggunaan uang sebagai satuan nilai menyebabkan masyarakat tidak perlu bersusah payah untuk menentukan nilai suatu barang dengan cara menentukan nilai tukar barang tersebut dengan berbagai jenis barang lainnya. 3. Uang sebagai alat pembayaran yang tertundaSatu syarat penting yang harus dipenuhi untuk fungsi uang sebagai alat pembayaran yang tertunda adalah nilai nya stabil atau dapat dikatakan bahwa nilainya tidak berubah dari waktu ke waktu. Nilai uang dikatakan stabil apabila uang tersebut dapat ditukarkan dengan barang barang yang sama dengan jumlah yang sama dari waktu ke waktu tanpa mengalami pengurangan kemampuan dalam daya beli.4. Uang sebagai alat penyimpan nilaiPenggunaan uang memungkinkan kekayaan sesorang disimpan dalam bentuk uang. Apabila harga harga barang stabil, menyimpan kekayaan dalam benuk uang akan lebih menguntungkan daripada menyimpannya dalam bentuk barang. Namun, apabila harga harga selalu mengalami kenaikan yang pesat, nilai uang akan terus menerus mengalami kemerosotan. Maka kekayaan yang berupa uang akan mengalami penurunan nilai kalau dibandingkan dengan kekayaan yang berbentuk barang. Dalam keadaan demikian uang bukanlah alat peyimpan nilai yang baik. Boediono (1982) menyatakan uang beredar memiliki dua arti, yaitu arti sempit dan arti luas. Uang beredar dalam arti sempit yaitu seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia untuk digunakan masyarakat untuk kebutuhan ekonomi.Uang kartal adalah uang tunai ( yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung di bawah kekuasaan masyarakat (umum) untuk menggunakannya. Uang kertas maupun uang logam pemerintah (Bank sentral) yang disimpan di dalam lemari besi bank bank atau di bank sentral sendiri tidak termasuk uang kartal. Uang kartal hanya termasuk uang yang dikeluarkan bank sentral dan berada di luar bank bank.Uang giral merupakan seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari uang yang beredar karena sewaktu waktu bisa digunakan oleh pemiliknya (masyarakat) untuk kebutuhannya ( transaksi, berjaga jaga, spekulasi), dimana memiliki kesamaan fungsi dengan uang kartal. Saldo rekening koran (giro) yang dimiliki suatu bank pada bank lain bukan termasuk dalam uang giral. Jumlah uang beredar (dalam arti sempit) merupakan penjumlahan dari uang kartal dan uang giral. Dari pengertian tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :Ms = K + DDimana K adalah uang kartal (currency) dan D adalah uang giral (demand deposit).Pengertian jumlah uang dalam arti luas adalah jumlah uang kartal dan uang giral ditambah dengan deporito berjangka (time depsosit) atau tabungan. Kedua simpanan yang berbentuk tabungan atau deposito ini bisa diubah menjadi uang tunai untuk pembayaran transaksi tersebut. Deposito berjangka atau tabungan sering disebut dengan istilah quasi money atau near money, yaitu sesuatu yang mendekati ciri dari uang. Menurut pengertian yang kedua ini, uang yang beredar adalah penjumlahan dari narrow money dan quasi money, atau dapat dituliskan dalam persamaan berikut :Ms = K + D + TDimana T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank bank. Konsep uang beredar ini disebut konsep uang beredar dalam arti luas atau broad money.Nilai tukarHubungan jumlah uang beredar dengan tingkat hargaMenurut Irving Fisher dalam buku Mankiw (2006;82) teori kuantitas uang menjelaskan apa yang terjadi ketika bank sentral mengubah jumlah uang beredar. Karena perputaran uang dianggap konstan, setiap perubahan dalam jumlah uang beredar menyebaban perubahan proporsional dalam PDB nominal. Karena faktor faktor produksi dalam fungsi produksi sudah menentukan PDB riil, maka perubahan PDB nominal akan mencerminkan perubahan pada tingkat harga. Maka, teori ini menunjukan bahwa tingkat harga adalah proporsional terhadap jumlah uang beredar. Pada dasarnya, tingkat inflasi merupakan presentase perubahan tingkat harga, teori tingkat harga juga merupakan teori tingkat inflasi. Dalam hal ini, teori kuantitas di tuliskan dalam persamaan berikut :Perubahan presentase dalam M + Perubahan presentase dalam V = Perubahan presentase dalam P + Perubahan presentase dalam Y.Perubahan presentase pada kuantitas uang (M) dalah hal ini berada di bawah pengawasan bank sentral. Kemudian, perubahan peresentase pada perputaran uang (V) mencerminkan pergeseran dalam permintaan uang; dalam hal ini diasumsikan bahwa perputaran uang adalah kostan, sehingga presentase dalam perputaran adalah nol. Perubahan presentase tingkat harga (P) merupakan tingkat inflasi. Output (Y) bergantung pada faktor faktor produksi dan kemajuan teknologi, yang dalam hal ini dianggap konstan. Analisis ini menatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar menentukan tingkat inflasi.Maka, teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral, yang mengawasi jumlah uang beredar, memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan jumlah uang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat. Hubungan inflasi dengan suku bungaMenurut Fisher dalam Mankiw (2006), apabila r menunjukkan tingkat bunga riil, adalah tingkat inflasi, dan i menunjukkan tingkat bunga nominal, maka dapat diperoleh hubungan antara inflasi dan tingkat bunga, yaitu sebagai berikut :i = r + Persamaan diatas merupakan persamaan Fisher. Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa tingkat bunga nominal dapat berubah disebabkan dua alasan, yaitu karena tingkat bunga real atau terjadinya inflasi.Menurut Fisher dalam buku Mankiw (2006;95) teori kuantitas uang menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar akan menentukan tingkat inflasi. Kemudian, pada persamaan Fisher menambahkan bahwa tingkat bunga riil dan inflasi secara bersama sama menentukan tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas uang, pertumbuhan jumlah uang beredar sebesar satu persen akan menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar satu persen. Sedangkan pada persamaan Fisher, pada setiap satu persen kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan kenaikan satu persen tingkat bunga nominal. Hubungan antara inflasi dan suku bunga ini disebut efek Fisher. Hubungan inflasi dengan PDBHalaman 128 buku lepseyHubungan jumlah uang beredar dengan PDB237

Analisis Inferensia Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan data time series, tetapi dalam penerapan pada persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square, penulis belum menemukan ketentuan khusus untuk pengujian data time series seperti yang terdapat dalam penggunaan metode time series. Namun, dalam penelitian ini pengujian sebatas cukup bukan hal yang utama dalam pembentukan model simultan dengan metode TSLS.StasioneritasA stochastic process is said to be stasionary if its mean and variance are constant over time and the value of the covariance between the two time periods depends only on the distance or gap or lag between the two time periods and not the actual time at which covariance is computed (Gujarati, 2003 : hal. 797). Gujarati (2003) telah menjelaskan di dalam bukunya bahwa suatu variabel random dikatakan stasioner jika rata-rata dan varians dari variabel random tersebut konstan pada setiap waktu. Lebih lanjut lagi, dijelaskan bahwa stasioneritas dari data itu penting sebab jika suatu data time series tidak stasioner, kita hanya akan dapat mempelajari pergerakan data dari periode penelitian saja. Sebagai konsekuensinya, menjadi tidak mungkin untuk menggeneralisasi untuk periode berikutnya.Data yang tidak stasioner akan mengakibatkan timbulnya regresi palsu (spurious regression). Regresi palsu adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang tinggi namun sebenarnya hubungan antar variabel di dalam model tidak memiliki arti (Gujarati, 2004).Terdapat dua metode umum yang dapat dilakukan untuk mengetahui stasioneritas data. Pertama adalah dengan uji non formal, yakni membentuk grafik data. Apabila data tidak memiliki trend, maka data tersebut dikatakan tidak stasioner. Kedua adalah melalui uji formal dengan menggunakan uji-uji statistik, yang sering disebut sebagai unit root test. Uji unit root dapat dilakukan melalui tiga persamaan umum, yakni persamaan random walk without drift, random walk with drift, dan random walk with drift and deterministic trend. Ketiga persamaan ini ditunjukkan sebagai berikut :Random walk without drift : Yt = Yt-1 + tRandom walk with drift : Yt = 0 +Yt-1 + tRandowm walk with drift and deterministic trend : Yt = 1+ 2t +Yt-1 + tPengujian stasioneritas dapat dilakukan menggunakan salah satu dari ketiga persamaan tersebut. Di dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan uji unit root dengan menggunakan persamaan random walk with drift dengan menggunakan Augmened Dickey-Fuller Test. Untuk lebih jelasnya diterangkan di dalam persamaan sebagai berikut :Yt = 0 +Yt-1 + t (1)-1 1Keterangan :Yt : variabel yang diamati pada periode tYt-1 : variabel yang diamati pada periode t-1t : white-noise error term,bersifat random atau stokastik dengan rata-rata nol dan varian konstan serta tidak saling berhubungan (non autocorrelation)Hipotesis statistik yang diuji adalah :H0 : = 1 (variabel yang diamati memiliki unit root atau tidak stasioner)H1 : < 1 (variabel yang diamati tidak memiliki unit root atau stasioner)Statistik uji yang digunakan adalah : =( /se( ) ) (2)Keterangan : : estimator untuk se( ) : standard error dari estimator Untuk melihat hasil pengujian, t-statistik dibandingkan dengan nilai t-MacKinnon Critical Value. Jika t-statistic lebih kecil dari kecil dari test critical value berarti data tidak stasioner.Model Persamaan SimultanPada model persamaan tunggal terdapat satu variabel tidak bebas Y dan beberapa variabel bebas X. Persamaan ini memfokuskan pada estimasi nilai Y dengan nilai X diketahui atau dengan kata lain untuk mengetahui bagaimana variabel variabel X dalam memengaruhi nilai Y. Namun, pada dasarnya tidak selamanya variabel bebas hanya memengaruhi variabel tidak bebas. Pada kasus kasus ekonomi terutama, banyak variabel yang ternyata memiliki hubungan saling memengaruhi. Hal ini berarti bukan hanya variabel bebas X mampu memengaruhi variabel Y tetapi juga dapat berlaku sebaliknya, yaitu variabel X dapat dipengaruhi oleh variabel Y. Simultanitas terjadi berdampak pada estimasi setiap eprsamaan dan keseluruhan sistem. Berbeda dengan persamaan tunggal, pada model ini parameter tidak ditaksir dari satu persamaan tunggal saja, melainkan mempertimbangkan informasi yang diberikan oleh persamaan lain dalam sistem. Oleh sebab itu, model persamaan simultan menjadi solusi terhadap permasalahan seperti ini. Pada dasarnya, dalam persamaan simultan terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel endogen dan eksogen. Variabel endogen merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh model, sedangkan variabel eksogen nilainya ditentukan di luar model. Pada persamaan simultan, variabel tidak disebutkan dalam bentuk dependen dan independen melainkan variabel eksogen dan endogen. Hal ini disebabkan karena variabel endogen dalam satu persamaan dapat menjadi variabel eksogen pada persamaan lainnnya dan sebaliknya. Sistem persamaan simultan memiliki dua tipe model yaitu model struktural dan model reduksi (reduced form). Model struktural adalah model yang dibentuk berdasarkan teori yang berlaku, sedangkan model reduksi merupakan model struktural yang disederhanakan. Adapun tahapan uji dalam melakukan analisis simultan yaitu :1.Identifikasi ModelPersamaan struktural dalam sistem harus teridentifikasi agar dapat diestimasi. Tahapan yang digunakan untuk mengidentifikasi model sistem persamaan simltan pada penelitian ini adalah kondisi ordo (order condition). Syarat identifikasi dengan kondisi ordo yaitu bahwa suatu model dengan M persamaan simultan akan teridentifikasi (identified) apabila jumlah variabel eksogen yang tidak terdapat dalam persamaan harus sama dengan jumlah variabel endogen yang ada dalam persamaan dikurangi satu atau dapat dirumuskan sebagai berikut :K k = m 1K adalah jumlah variabel eksogen dalam sistem, k adalah jumlah variabel eksogen dalam suatu persamaan, dan m adalah jumlah variabel endogen dalam suatu persamaan.Gujarati (2004), menyatakan bahwa hasil identifikasi berdasarkan ordo memiliki tiga kemungkinan hasil yaitu:1. jika K k = m 1 maka persamaan tersebut just identified. 2. Jika K k > m 1 maka persamaan tersebut over identified.3. Jika K k < m 1 maka persaman tersebut unidentified / underidentifiedPada idenfikasi persamaan simultan tersebut, hanya persamaan yang teridentifikasi just identified dan overidentified yang dapat diselesaikan dengan model simultan. Sedangkan underidentified hanya dapa diselesaikan degan model persamaan biasa (OLS).2.Pengujian endogenitasGujarati (2004) mengatakan bahwa setelah proses identifikasi dilakukan, maka perlu dilakukan pengujian variabel endogen dengan tes statistik. Penetapan yang mana variabel endogen dan variabel eksogen merupakan tanggung jawab seorang peneliti sehingga hal ini akan tergantung pada masalah yang ada dan berdasarkan informasi aprori yang dimilik peneliti. 3.Pengujian simultanitas hausmanTujuan pengujian ini adalah untk membuktikan secara empiris bahwa suatu sistem model persamaan benar benar memiliki hubungan simultan antar persamaan struktural. Pengujian simultanitas Hausman terdiri dari beberapa tahap yaitu : Membentuk persamaan reduksi untuk mengestimasi variabel endogen. Menghitung residual dari selisih nilai observasi dengan hasil estimasi variabel endogen. Variabel endogen lalu disubstitusikan dengan hasil estimasi dan residual yang diperoleh. Meregresikan variabel bebas lain pada persamaan strukturalJika residual variabel endogen tersebut signifikan secara statistik, maka variabel endogen terbukti memiliki pengaruh simultan. Akan tetapi, jika residual variabel endogen tersebut tidak signifikan, maka variabel endogen tidak memiliki pengaruh simultan. Pada penelitian ini, penulis mendasarkan simultianitas berdasarkan teori yang sudah ada sehingga tidak perlu adanya uji hausman.4.Estimasi model persamaan simultanHubungan simultan yang terjadi pada model persamaan simultan menjadikan estimasi dengan metode least square menghasilkan penduga yang bias dan tidak konsisten bagi persamaan regresi. Hal ini disebabkan adanya endogenitas pada variabel tak bebas, yakni korelasi antara variabel bebas dan residual. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan menggunakan metode metode simultan, antara lain : Indirect Least Square (ILS) adalah metode yang digunakan jika hasil identifikasi just identified. Jika hasil identifikasi overidentified, akan diperoleh estimator yang unik bagi setiap koefisien regresi persamaan struktural. Maka perlu menggunakan metode metode lain, seperti Two Stage Least Square (TSLS) atau Three Stage Least Square (3SLS). Two Stage Least Squae (TSLS) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi persamaan struktural dalam sistem satu persatu (equation by equation). Estimasi dilakukan dengan melibatkan semua variabel eksogen yang ada di dalam sistem untuk memperoleh penduga yang unik bagi setiap koefisien regresi persamaan struktural. Pada metode TSLS, sejumlah variabel instrumen yang digunakan merupakan kombinasi linier dari semua variabel eksogen di dalam sistem, bertujuan untuk mendapatkan nilai perdiksi bagi variabel variabel endogen yang muncul sebagai variabel bebas pada persamaan struktural ( Gujarati, 2004). Kelebihan metode TSLS adalalah cenderuh tidak terpengaruh oleh adanya multikolinieritas dan kesalahan sepsifikasi model (misspecificarion) yang terjadi ketika variabel yang diperlakukan sebagai eksogen tidak benar benar eksogen.Tahapan tahapan yang dilakukan dengan metode TSLS adalah sebagai berikut :1.Mengestimasi persamaan reduksi (reduced form) dari persamaan struktural.2. Menghitung nilai variabel endogen ( predicted value) berdasarkan persamaan reduksi yang berbentuk sebelumnya. Hal ini dilakukan hanya untuk variabel endogen yang jua muncul pada sisi kanan persamaan struktural dalam sistem.3.Mengestimasi persamaan struktural dengan menggunakan predicted value variabel endogen yang diperoleh pada tahapan yang kedua. Three Stage Least Square adalah metode yang menerapkan teknik generalized least square (GLS) pada semua peramaan struktural yang telah diestimasi dengan menggunakan metode 2SLS. Metode 3SLS lebih efisien dibanding metode 2SLS ketika terdapat korelasi residual antar persamaan. Jika hasil estimasi dengan 3SLS tidak jauh berbeda dengan 2SLS, ini mengindikasikan bahwa estimasi dengan metode 3SLS telah mencukupi. Estimasi model yang diperoleh setelah melalui semua tahapan uji yang ada perlu dipastikan bahwa model yang dibangun merupakan model regresi terbaik dan telah sesuai dengan kriteria ekonometrika. Pengujian model tersebut dapat dilakukan dengan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi ini dimaksudkan agar dapat terselesaikannya pelanggaran asumsi dasar dengan menggunakan berbagai treatment yang ada.

Pengujian Asumsi NormalitasPemeriksaan normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Menurut Gujarati (2003), estimasi pada OLS merupakan fungsi linear dari residual. Oleh karena itu, distribusi peluang dari hasil estimasi akan tergantung pada asumsi yang dibuat mengenai distribusi peluang residualnya. Distribusi peluang dari penduga diperlukan untuk menguji hipotesis dan penarikan kesimpulan sehingga peran pengujian residual diasumsikan berdistribusi normal menjadi sangat penting.Pengujian terhadap asumsi kenormalan ini juga dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang merupakan uji Goodness of Fit. Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan pengujian mengenai derajat kesesuaian antara distribusi kumpulan nilai observasi dengan beberapa distribusi teoritis tertentu. Uji ini melibatkan penentuan distribusi kumulatif yang akan terjadi menurut distribusi teoritis yang telah ditentukan dan perbandingan distribusi tersebut dengan distribusi kumulatif nilai amatan.Hipotesis yang digunakan pada pengujian kenormalan adalah:H0 : ~ N (0, ) atau distribusi suatu variabel mengikuti distribusi normalH1 : ~/ N (0, ) atau distribusi suatu variabel tidak mengikuti distribusi normalSementara itu, statistik uji yang akan digunakan dalam uji Kolmogorov-Smirnov adalah: D = max|F0 (Xi) - Sn (Xi) | ; i= 1,2,, n (4)keterangan: F0(Xi) = distribusi frekuensi kumulatif dari distribusi teoritis dalam kondisi H0 Sn(Xi) = distribusi frekuensi kumulatif amatan sebanyak n Aturan pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi yaitu: - Jika D Dtabel, maka H0 tidak ditolak - Jika D > Dtabel, maka H0 ditolak Selain itu, penolakan H0 juga dapat dilakukan berdasarkan p-value. Jika p-value < , maka H0 ditolak.Non- Autokorelasi Asumsi berikutnya yang harus terpenuhi adalah tidak adanya korelasi antar error atau non-autokorelasi. Kendall dan Buckland dalam Gujarati (2003) mendefinisikan autokorelasi sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti pada data time series) atau ruang (seperti pada data cross-sectional). Dalam konteks regresi, model regresi linear klasik mengasumsikan bahwa residual tidak mengandung autokorelasi, atau E(eiej) = 0 dimana i j.Adanya masalah autokorelasi akan menghasilkan estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi varians menjadi besar, atau dengan kata lain hasil penafsiran tidak efisien. Estimasi yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung cenderung tidak signifikan. Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi terlanggarnya asumsi ini adalah dengan melakukan Breusch-Godfrey (BG) Test atau yang biasa dikenal dengan LM test. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi di dalam model ini adalah :Estimasi model regresi dengan metode OLS, dan ambil residual model, ut. Asumsikan ut mengikuti order autoregressive AR(p).Yt = b1 + b2 Xt + ut(5)Regresikan ut dengan variabel bebas dan ut-1, ut-2, , ut-p, dimana yang terakhir adalah nilai-nilai dari lag residual yang telah diestimasi pada langkah pertama. ut = 1ut-1 + 2ut-2 + + put-p + et(6)Setelah itu, dapatkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut.Jika jumlah sampel besar, Breusch dan Godfrey menunjukkan bahwa(n-p)R2 ~ 2 . Hipotesis statistik yang diujikan adalah :H0 : 1 = 2 = = 3 = 0H1 : minimal ada satu 0 Apabila nilai (n-p)R2 lebih besar dari nilai kritis chisquare, maka hipotesis nol dapat ditolak, yang berarti bahwa sedikitnya terdapat satu yang tidak sama dengan nol (terdapat autokorelasi).HomoskedastisitasHeteroskedastisitas berarti adanya varians dari error OLS yang tidak konstan dan kemungkinan disebabkan oleh variabilitas data, ketelitian pencatatan data, atau karena kesalahan spesifikasi. Asumsi Homoskedastisitas ini dirumuskan sebagai Apabila asumsi ini terlanggar varians dari koefisien-koefisiennya akan menjadi tidak akurat (overestimate atau underestimate), sehingga hasil uji-nya tidak lagi reliable.Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi terlanggarnya asumsi homoskedastis, yakni melalui pengujian non formal dan formal. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu uji formal untuk mendeteksi kesahihan asumsi homoskedasitas, yakni Harvey heteroskedasticity test. Uji Harvey ini dalam khasanah ekonometri termasuk dalam kategori multiaplicative heterocesticity. Pengujian ini berdasarkan atas tabel statistic chi-square.Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas), sehingga jika probabilitas kurang dari taraf nyata () maka H0 ditolak yang berarti terdapat heteroskedastisitas. Cara yang dapat dilakukan mengatasi masalah hetersokedastisitas antara lain dengan transformasi ke dalam skala logaritma atau menggunakan Weighted Least Squares (WLS) melalui estimasi Generalized Least Square (GLS).Non-Multikolinearitas Menurut Frisch dalam Gujarati (2003) multikolinearitas berarti adanya hubungan linier sempurna antar variabel bebas yang ada di dalam model. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa jika terdapat multikolinearitas akan menyebabkan munculnya standard error yang besar, yang berarti koefisien model tidak akan dapat diestimasi secara tepat.Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, yakni :Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit koefisien variabel bebas signifikan secara statistik.Adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas.Nilai VIF (Varians Inflation faktor) yang tinggi.Di dalam penelitian ini, penulis mendeteksi keabsahan asumsi non multikolinearitas dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF ini menunjukkan bagaimana varians dari sebuah estimator akan meningkat akibat adanya multikolinearitas. Nilai VIF diperoleh dengan formula berikut: VIFk = 1/(1-R_k^2 )(7)keterangan: k = 1,2,, p 1 R_k^2 = koefisien determinasi dari regresi berganda ketika Xk diregresikan dengan p - 2 variabel lainnya dalam modelJika nilai VIF lebih dari 10, maka terindikasikan bahwa multikolinearitas bersifat serius dan akan memengaruhi estimasi yang menggunakan OLS karena meskipun estimator tetap bersifat unbiased namun sudah tidak lagi memiliki varians yang minimum (Gujarati, 2003). Cara mengatasi adanya multikolinearitas antara lain melepas satu atau lebih variabel yang memiliki korelasi yang tinggi, mentransformasi model, atau memperbesar jumlah sampel.Pengujian Keberartian Model : Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi (Goodness of Fit) merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (X).Sebuah sifat yang penting dari R2 adalah bahwa nilainya sangat dipengaruhi oleh penambahan jumlah variabel bebas. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. Model dikatakan baik jika R2 mendekati 1. Adapun rumus perhitungan R2 adalah:R^2= ((Y i- Y )^2 )/((Yi- Y )^2 )= SSR/SST=1- SSE/SST (8)keterangan: SS = Sum Square Regression SST = Sum Square Total SS = Sum Square Error Untuk menghilangkan pengaruh penambahan variabel bebas dalam model digunakan adjusted R2 karena nilai R2 akan terus meningkat seiring dengan penambahan variabel bebas (Gujarati, 2003). Adjusted R2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:(R^2 ) =1-(1-R^2 ) (NT-1)/(NT-N-k) (8)keterangan: N = jumlah individuT = periode observasi k = jumlah variabel penjelas R2 = koefisien determinasiPengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) Pengujian koefisien regresi secara simultan ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel tak bebas. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : 0 = 1 = = k = 0 (secara simultan tidak ada pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap variabel tak bebas) H1 : minimal ada satu nilai i 0 ; i 1,2, ,k (minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebasnya) Statistik uji F dihitung dengan formula sebagai berikut: F_hitung= (R^2/(k+N-1))/((1-R^2)/(NT-(k+N)) ) (9)Hipotesis nol akan ditolak jika F_hitung > F(k+N-1;NT-k-N) atau p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi . Hal ini berarti bahwa terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebasnya dengan tingkat kepercayaan sebesar (1- )100% .Uji Parsial tPengujian koefisien regresi secara parsial dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel tak bebas dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Hipotesis pengujian: H0 : i = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan oleh variabel bebas tertentu terhadap variabel tidak bebas) H0 : i 0 (ada pengaruh yang signifikan oleh variabel bebas tertentu terhadap variabel tidak bebas) Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t-student dengan formula sebagai berikut: t_hitung= (i) /(se(i)) (10)keterangan: (i) = nilai penduga parameter ke-i se(i)= simpangan baku dari nilai penduga parameter ke-i Hipotesis nol akan ditolak jika |thitung|>t /2;(NT - N - k 1) atau p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi . Hal ini berarti secara parsial variabel bebas ke-i signifikan memengaruhi variabel tidak bebas dengan tingkat kepercayaan sebesar (1-)100%.2.3 Penelitian TerkaitRosmarina Ramli (2014) dalam peelitiannya yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara inflasi, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia tahun 1996 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Auto Regression (VAR). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dalam jangka panjang tidak terdapat hubungan antara ketiga variabel tersebut dikarenakan tidak adanya kointerasi antara ketiganya. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar pada periode sebelumnya diduga memengaruhi tingkat inflasi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan saling terkait dengan inflasi dan diduga memengaruhi jumlah uang beredar.Penelitian Bozkurt (2014) bertujuan untuk menganalisis hubungan antara jumlah uang beredar, inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada negara Turkey tahun 1999 2012. Metode analiss yang digunakan dalam penelitian ini Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan jumlah uang beredar dan kecepatan uang adalah penyebab utama dari inflasi pada jangka panjang di negara Turkey. Selain itu, satu persen penurunan pendapatan secara langsung menurunkan tingkat inflasi sebesar satu persen. Kurniawan (2013) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia tahun 2007 2012. Penelitian ini menggunakan metode analisis EGARCH M 2.2 dengan memasukkan log varians dan hara beras ke dalam persamaan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa jumlah uang beredar, nilai tukar, harga beras memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Di sisi lain, suku bunga memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap inflasi di Indonesia. 2.4Kerangka PikirInflasi turut merangsang pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan harga untuk mendorong masyarakat untuk bekerja karena menghasilkan keuntungan yang lebih dari sebelumnya. Namun, inflasi juga sebagai indikator kestabilan harga memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian karena menentukan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Apabila inflasi tidak dikendalikan dan terus naik maka akan sulit tercapainya kestabilan harga di Indonesia. PDB sebagai tolok ukur pembangunan ekonomi perlu mendapat perhatian karena menentukan bagaimana kemajuan pembangunan negara Indonesia dalam melakukan kegiatan perekonomian. Jumlah uang beredar dan suku bunga yang dikendalikan oleh Bank Indonesia memiliki peranan dalam menekan laju inflasi sehingga mampu menjaga kestabilan harga dan kemampuan daya beli masyarakat. Selain itu, bagi produsen sendiri, kestabilan harga terutama bahan baku sangat diperlukan dalam proses produksi sehingga tidak mengeluarkan biaya yang lebih untuk hasil yang sama. Pertama, diberikan gambaran umum mengenai variabel inflasi dan PDB. Selanjutnya, menentukan model estimasi untuk memperoleh hubungan antara inflasi dan PDB serta faktor faktor yang memengaruhi kedua variabel tersebut.

Produk Domestik BrutoIndeks Harga KonsumenNilai TukarLag IHKJumlah Uang Beredar

Lag SBI

2.4 Hipotesis penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Variabel indeks harga konsumen dan PDB diduga memiliki pengaruh dan hubungan timbal balik.2. Variabel jumlah uang beredar, nilai kurs dan suku bunga diduga memiliki pengaruh terhadap indeks harga konsumen.3. Variabel jumlah uang beredar, nilai kurs dan suku bunga diduga memiliki pengaruh terhadap PDB