Upload
febri-tok
View
100
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bab II isu 5
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Resin Akrilik
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya
(Anusavice, 2003).
Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang.
Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses rehabilitatif, untuk
pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge (Anusavice, 2003).
2.2 Macam-macam Resin Akrilik
1. Macam-macam resin akrilik berdasarkan aktivasinya
a) Resin akrilik kuring panas ( Heat Curing Acrilic Resin )
Resin akrilik yang dalam polimerisasinya membutuhkan pemanasan dan perendaman
dalam air.
Komposisi resin Akrilik kuring panas :
Bubuk : - Poli metil metakrilat
- Benzoil peroksida
- Dibuthil phtalat
Cairan :- Metil metakrilat
- Hidrokinon
- Dibuthil phtalat
- Etilen glikol dimetakrilat
Sifat resin akrilik kuring panas
- Larut dalam ester dan alkohol
- Tidak larut dalam cairan mulut
- Estetika baik
- Konsentrasi monomer sisa tinggi
- Mengalami pengkerutan (polimerisasi dalam pemakaian)
3
b) Resin akrilik kuring dingin ( cold cured resin akrilik )
Resin akrilik yang dalam polimerisasinya diaktivasi secara kimia dan bisa diproses
pada suhu kamar
Komposisi resin akrilik kuring dingin :
Bubuk :- Polimetil metakrilat
- Benzoil peroksida
Cairan :- Metil metakrilat
- Hidrokinon
- Etilen glikol dimetakrilat
- Tertier amine
Sifat resin akrilik kuring dingin
- Aktivasi pada suhu kamar melalui bahan kimia
- Larut dalam ester dan alkohol
- Tidak larut dalam cairan mulut
- Cara manipulkasi lebih mudah dan lebih cepat
- Berat molekul lebih rendah
- Konsentrasi monomer sisa lebih tinggi
- Mengalami pengkerutan
- Porusitas lebih banyak
- Penyerapan air lebih besar
- Agak lunak
c) Resin akrilik gelombang mikro ( mikrowaved activated resin )
Komposisinya sama dengan resinj akrilik kuring panas dengan komposisi dalam
monomer trietilen atau tetraetilen glokol dimetakrilat.
Sifat resin akrilik gelombang mikro
- Proses lebih cepat, lebih bersih tetapi sangat mahal
- Estetika sangat bagus
- Minimal porositas karena tidak banyak menyerap cairan
- Biokompatibilitas tinggi
4
d) Resin Akrilik Cahay tampak ( Visible light cured )
Sifat resin akrilik cahay tampak
- Dapat berikatan secara fisiko mekanik
- Mempunyai kekuatan yang baik
- Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah
- Tidak menyebabkan poerubahan dimensi
2.3 Komposisi
Berikut adalah table komposisi dari resin akrilik.3
POWDER
Polymer Butir polymetakrilat
Initiator Peroxide seperti benzoil peroxide
Pigmen Salt dari cadmium of Iron atau organic dyes
LIQUID
Monomer Methylmetacrylat
Cross-Linking Ethylenglycoldimethacrylate
Agent Kira-kira 10%
Inhibitor Hydroquinone
Activator* N-dimethyl-P-toluidinol
- *hanya pada self-curing materials.
2.4 Sifat akrilik
1. Sifat fisik
Warnanya sama dengan jaringan sekitar. Mempunyai dimensional stabily yang baik,
sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Mempunyai spesifik
gravity yang rendah supaya gigi tiruan menjadi ringan.Mempunyai thermal conduvity
yang tinggi, sehingga pemakaiannya mampu untuk mempertahankan kesehatan mukosa
rongga mulut dan merasakan rangsangan panas dingin yang normal. Idealnya basis gigi
tiruan radiopaque sehingga mampu untuk didereksi.
a) Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b) Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran
panasnya sebesar 5,7x10-4/detik/cm/0C/cm2
5
c) Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan. Penerutannya
liniernya sebesar 0,47-0,56%.
d) Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi larut
dalam keton dan ester.
e) Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis seperti
undercut atau permukaan yang kasar.
f) Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm yang bias menyebabkan ekspansi linier.
g) Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h) Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala alergi
sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
i) Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau
tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara
permanen.
j) Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa
disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer.
2. Sifat mekanik
Basis gigi harus mempunyai rigid mempunyai modulus of ealstic yang tinggi sehingga
menguntungkan. Mempunyai elastic limit yang tinggi untuk memastikan bahwa tekanan
yang terjadi saat menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan perubahan yang
permanen. Mempunyai flexural strengh yang cukup sehingga tidak mudah patah. Basis
gigi tiruan harus mempunyai fatigue life yang kuat dan nilai fatigue limit yang tinggi.
Mempunyai obrasion yang cukup untuk mencegah keausan oleh karena bahan abrasi
pembersih gigi tiruan atau makanan.
3. Sifat kimia
Bahan gigi tiruan seharusnya inert (tidak aktif). Secara alamiah tidak larut dalam cairan
rongga mulut dan saliva oleh karena perubahan sifat mekanik bahan dan menyebabkan
menjadi tidak hygienis.
6
4. Sifat biologis
Bahan basis gigi tiruan tidak beracun dan tidak menyebabkan iritsi bagi pemakainya.
Resin akrilik juga disebut akrilik plastis karena dapat dibentuk lunak dan fleksibel atau
kaku dan rapuh. Oleh karena itu digunakan hampir 95% sebagai basis gigi tiruan (Craig,
2002). Sifat-sifat resin akrilik antara lain transparan, toksisitas rendah daya serap
terhadap air tinggi, mudah patah, mudah porus, bisa berubah warna dan mudah
dimanipulasi. (Mc Cabe, 1998). Resin ini terbuat dari polimer methyl metacrylat, dan
memiki kelebihan antara lain warna dapat menyerupai gingiva (estetik baik), daya serap
air rendah , mudah dimanipulasi harganya relatif terjangkau sifat fisik baik, perubahan
dimensi kecil. tidak toksik, tidak mempunyai rasa, dapat dipoles dan mudah dalam
perawatan serta pemeliharaan. Namun sifat yang kurang menguntungkan antara lain
adalah mudah patah jika jatuh dalam permukaan keras, porus dan dapat berubah warna
akibat bahan makanan dan minuman (Combe,1992).
2.5 Kekurangan dan kelebihan
Kekurangan :
1. Mudah patah bila jatuh kepermukaan yang lebih keras
2. Terjadi perubahan warna lama-kelamaan pemakaian
3. Mudah porus
4. Penghantar suhu yang buruk
5. Tidak tahan abrasi
6. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian, dan reparasi.
7. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin
8. Dapat terjadi crazing yang melemahkan basis gigi tiruan
Kelebihan :
1. Estetik yang baik
2. Kekuatan tinggi
3. Menyerap air rendah
4. Daya larut rendah
5. Mudah dilakukan reparasi
7
6. Proses pemanipulasian mudah
7. Menggunakan peralatan sederhana
8. Dapat dilepas dan dicekatkan kembali
9. Relatif lebih ringan
10. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses polimerisasi (Combe,1992).
2.6 Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang
berantai panjang (polimer). Resin akrilik dapat berpolimerisasi oleh karena panas atau
cahaya. Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai
kecuali terjadi penghentian reaksi. Ada 2 tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi. Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih
panjang, maka disebut polimerisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi.
Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang sama sekali
berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
1. Polimerisasi Pertumbuhan Bertahap
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap berlangsung dalam
mekanisme yang sama seperti reaksi kimia antara 2 atau lebih molekul-molekul
sederhana. Senyawa utama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk
sampingan seperti air, asam halogen, dan ammonia. Pembentukan produk sampingan
ini adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan bertahap seringkali disebut
polimerisasi kondensasi. Struktur monomer adalah sedemikian rupa sehingga proses
tersebut dapat berulang sendiri dan membentuk molekul makro. Resin polimerisasi
pertumbuhan bertahap adalah bahan yang proses polimerisasinya disertai dengan
penghilangan berulang dari molekul-molekul kecil atau gugus fungsional yang
berulang pada rantai polimer. Pembentukan polimer dengan tumbuh bertahap adalah
agak lambat karena berlangsung dengan cara bertahap dari monomer menjadi dimer
menjadi trimer dan seterusnya sampai molekul-molekul polimer besar yang
mengandung banyak molekul monomer pada akhirnya terbentuk. Proses polimerisasi
tersebut cenderung terhenti sebelum molekul mencapai ukuran yang benar-benar
besar, karena begitu rantai tumbuh akan menjadi tidak dapat bergerak dan sedikit
8
jumlahnya. Proses polimerisasi molekul-molekul dengan berat molekuler ratusan ribu
atau juta dengan tumbuh bertahap adalah sulit dicapai.
2. Polimerisasi Tambahan
Kebanyakan resin gigi terpolimerisasi dengan polimerisasi tambahan. Jenis reaksi
tambahan ini begitu banyak terjadi sehingga seringkali istilah polimerisasi secara
umum digunakan untuk menggambarkan proses tersebut. Tidak seperti polimerisasi
kondensasi, tidak ada perubahan komposisi selam polimerisasi tambahan.
Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang lebih kecil, atau monomer, tanpa
perubahan dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris
yang sama. Dengan kata lain, struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer.
Dibandingkan dengan polimerisasi kondensasi, metode tambahan dapat menghasilkan
molekul raksasa dalam ukuran yang hampir tidak terbatas. Berawal dari pusat aktif,
satu monomer ditambahkan pada suatu saat dan dengan cepat membentuk rantai yang
secara teoritis dapat tumbuh tanpa batas, sepanjang tersedia pasokan blok
pembangun. Prosesnya sederhana, namun tidak mudah dikendalikan.
Tahap-Tahap Dalam Polimerisasi Tambahan
a. Induksi
Untuk memulai proses polimerisasi tambahan, haruslah terdapat radikla bebas.
Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer
denga sinar ultraviolet, sinar biasa, panas atau pengalihan energi dari
komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas.
b. Penyebaran
Reaksi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua
monomer telah diubah menjadi polimer. Meskipun demikian, reaksi
polimerisasi tidak pernah sempurna.
c. Pengakhiran
Reaksi rantai dapat diakhiri dengan baik dengan cara penggabungan langsung
atau pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang tumbuh ke rantai yang
lain.
d. Pengalihan Rantai
9
Keadaan aktif diubah dari satu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak aktif,
dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya. Rantai yang telah
diakhiri dapat diaktifkan kembali dengan pemindahan rantai, dan rantai
tersebut akan terus tumbuh.
2.7 Tahapan resin akrilik
Bila polymer dan monomer dicampur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
Tahap 1 : adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila
ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai
larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang
dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak
monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras
dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan
masih kenyal.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat
mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi
liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
10
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam
tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih
singkat.
2.8 Manipulasi
Rasio polimer : monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang cukup
untuk membasahi keseluruhan partikel polimer.
Ada dua jenis cara manipulasi resin akrilik, yaitu teknik molding-tekanan, dan teknik
molding-penyuntikan.
1. Teknik Molding-Tekanan
Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
Master model ditanam dalam dentak stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental
stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan
pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras.
Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mold. Untuk
melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit.
Kuvet kemudian dikeluarkan/diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka.
Kemudian malam lunak dikeluarkan.
Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan
protesa.
2. Teknik Molding-Penyuntikan
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan
ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
Sprue diletakkan pada basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan pengeluaran protesa.
11
12
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua bagian kuvet dan
kemudian kuvet disatukan kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan ke dalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan
terpolimerisasi, resin tambahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah
selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diproses akhir, dipoles.
2.9 Aspek – aspek yang mempengaruhi manipulasi
1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1
satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi
oleh cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan
adonan tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga
tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada
adonan akrilik , maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7%
menjadi 21 % satuan volume ) dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan porositas pada bahan
gingiva tiruan.
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat yang
tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough .
Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula – mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak melekat
lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mold dalam waktu 10 menit.
13
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan menyerupai
karet dan menjadi kaku (rubbery – hard ) sehingga tidak dapat dimasukkan ke
dalam mould.
(Anusavice ,2003)
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air
dari gips masuk ke dalam resin akrilik.
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat
dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke
dalam mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu
selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian
dilakukan press terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit .
Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring. ( Brien ‘O dan ryge
1985)
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam water
bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan
pada suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur
smapai 100 C dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).
Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk mendapatkan kekuatan dan
derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan mengurangi sisa
monomeryang tertinggal ( Brien dan Ryge, 1985).
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian
dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :
14
a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan
mengandung monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih
pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini sewaktu masih
terdapat sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi . Reaksi polimerisasi
adalah bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang
belum dikuring tiba – tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa
naik di atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini
menyebabkan gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan . Pendinginan
dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses ini, harus
dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena semalaman pendinginan terdapat
perbedaan kontrasksi antara gips dan akrilik yang menyebabkan timbulnya
stress di dalam polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan, maka
stress diberi kesempatan keluar akrilik oleh karena plastic deformation.
Selanjutnya resin dikeluarkan dari cetakan dengan hati – hati untuk mencegah
patahnya gingiva tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik (Mc Cabe
JF, 2008).
2.10 Macam-macam porositas
1. Gassseous porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer tidak
sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap)
sehingga pada bagian resin yang lebih tebal bubbles terkurung sehingga
terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas
exothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin tidak melewati titik
didihnya dan tidak akan membentuk bubbles.
Air yang terkandung di dalam resin sebelum atau selama polimerisasi akan
merendahkan titik didih monomer sehingga dengan temperatur biasa akan
terjadi seperti diatas yakni tidak akan membebntuk bubbles.
15
2. Shrinkage Porosity
Ketidakhomogenan resik akrilik selama polimerisasi sehingga sehingga
bagian yang lebih banyak mengandung monomer akan membentuk voids
(ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisir.
Polimer-polimer yang berbeda bahan material, komposisi dan ukuran akan
menyebabkan bagian-bagian yang mempunyai partikel lebih kecil dulu
berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang
berpolimerisasi lebih lambat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi
lebih dulu, sehingga trebebntuk porosity yang terlokalisir.
Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama
polimerisasi juga akan menyebabakan difusi monomer menjadi kkurang baik
dan membuat voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas ini akan
menyebabkan kerapuhan pada basis protesa.