23
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gunung Api Gambar 2.1 Letusan Gunung Berapi Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat dia meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya (Rukaesih, 2004). Gunung berapi yang aktif mungkin akan berubah menjadi separuh aktif, padam dan akhirnya menjadi 3

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nursingdisaster

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gunung Api

Gambar 2.1 Letusan Gunung Berapi

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang

didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau

lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan

bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material

yang dikeluarkan saat dia meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah

gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya

(Rukaesih, 2004).

Gunung berapi yang aktif mungkin akan berubah menjadi separuh

aktif, padam dan akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Gunung berapi akan

padam dalam waktu 610 tahun sebelum akhirnya aktif kembali. Oleh karena

itu, sukar bagi kita untuk menentukan apakah suatu gunung itu sudah mati

ataukah masih aktif. Karena sudah mengalami letusan berulang kali di

sepanjang “hidupnya”, gunung berapi mempunyai beberapa bentuk. Apabila

gunung berapi meletus,magma yang terdapat di bawah gunung berapi akan

3

Page 2: BAB II

4

keluar sebagai lahar atau lava. Lava ini sangat panas dan berbahaya bagi

makhluk hidup. Selain aliran lava, material lain yang juga berbahaya dari

gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan gas beracun.

Selain itu, meletusnya gunung berapi juga akan mengakibatkan kebakaran

hutan, gelombang tsunami, bahkan gempa bumi.

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas

vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua

kegiatan gunung api berkaitandengan zona kegempaan aktif

yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas

lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat

tinggi, sekitar 1.000oC sehingga mampu melelehkan material

sekitarnya membentuk cairan pijar (magma). Magma akan

mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahan-

rekahan mendekati permukaan bumi. Cairan magma yang

keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang

dikeluarkan dapat mencapai 700-1.2000C. Letusan gunung

berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur

sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya dapat

membanjiri sampai radius 90 km (Hartuti, 2009).

Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika

ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya.

Akan tetapi, apa pun jenis produk tersebut kegiatan letusan

gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya

letusan gunung api memiliki risiko merusak dan mematikan

(Hartuti, 2009).

B. Jenis Letusan Gunung Api

Page 3: BAB II

5

Magma panas dan cair cenderung naik ke permukaan bumi karena

lebih ringan atau lebih rendah rapat beratnya dibandingkan dengan batuan

pada di sekitarnya. Magma kemudian terkumpul dalam dapur magma (magma

chamber). Saat mendekati permukaan bumi tekanan berkurang sehingga gas-

gas yang terkandung dalam magma mengembang. Pengembangan gas ini

dapat melontarkan magma melalui bukaan atau lubang kawah (vent) yang

menyebabkan terjadinya letusan atau erupsi gunung api. Magma yang

terlontar kemudian disebut sebagai lava. Aktivitas gunung api sangat

bervariasi, mulai dari emisi gas dan lava secara non-eksplosif sampai letusan

dahsyat yang berlangsung lama. Tipe erupsi /letusan dipengaruhi atau

ditentukan oleh volume relatif dan tipe bahan gunungapi yang pada akhirnya

secara bersamaan juga mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu gunung api/

Erupsi/letusan gunung api akan bersifat eksplosif atau tidak eksplosif secara

garis besar dipengaruhi oleh dua faktor berikut. Yaitu Viskositas/derajat

kekentalan dan kandungan gas dan air.

Berdasarkan posisi sumber erupsi/letusan maka dikenal paling tidak

dua tipe gunung api, yaitu :

- Gunung api dengan letusan/erupsi terpusat (central eruption) dan

- Gunung api dengan letusan/erupsi celah (fissure eruption).

Pada erupsi terpusat, lava dan bahan lain dilontarkan melalui satu

kawah utama yang terdapat pada puncak gunungapi. Kawah tersebut

dihubungkan ke dapur magma oleh satu saluran atau lubang kepundan.

Gunung api dengan erupsi terpusat merupakan gunungapi yang umum hampir

di semua tempat, jadi tidak ada lingkungan yang khusus bagi terbentuknya

gunungapi dengan erupsi /letusan terpusat. Gunung api dengan erupsi/letusan

terpusat dapat pula menghasilkan erupsi/letusan melalui celah / rekahan yang

terbentuk di lereng dan disebut sebagai erupsi samping.

Page 4: BAB II

6

Gambar 2.2 Sebaran Gunung Api di Indonesia

C. Tingkat Bahaya Gunung Api

1. Aktif Normal (Level I)

Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual,

kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya

kelainan.

2. Waspada (Level II)

Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara

visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

3. Siaga (Level III)

Page 5: BAB II

7

Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan

kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis,

perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.

4. Awas (Level IV)

Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap.

Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.

D. Gunung Api di Aceh

Pulau Sumatera, salah satu wilayah yang termasuk dalam jalur ring of fire

atau cincin api pasifik. Sebagai jalur cincin api pasifik, daerah ini berbentuk

seperti tapal kuda mencakup wilayah sepanjang 40.000 Km mulai dari

Selandia Baru sampai ke Chili Amerika Selatan. Kawasan yang mengelilingi

cekungan Samudera Pasifik itu merupakan daerah yang paling sering

digoyang gempa bumi dan letusan gunung api.

Di Aceh saat ini ada tiga terdapat 5 gunung api yang hingga saat ini masih

dinyatakan aktif yaitu : Bener Meriah (Gn. Bur Ni Telong 2.646 mdpl), Gayo

Lues (Gn. Leuser 3.466 mdpl), Pidie dan Pidie Jaya (Gn. Peut Sagoe 2.431

mdpl), Aceh Besar (Gn. Seulawah Agam 1.726 mdpl), dan Sabang (Gn. Cot

Simeuregun Jaboi 617 mdpl).

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (2010) kelima gunung

api aktif itu berada dalam status level 1 (normal), namun rekomendasi untuk

kelima gunung itu berbeda-beda. Rekomendasi terhadap Gunung Seulawah

Agam tidak diperbolehkan masuk ke kawasan solfatra dan tidak

diperbolehkan bermalam di sekitar kawah. Hal ini disebabkan konsentrasi gas

vulkanik yang tinggi dapat membahayakan kehidupan manusia.

Sementara rekomendasi terhadap Gunung Peut Sagoe tidak diperbolehkan

masuk ke kawasan kawah aktif dan tidak diperbolehkan bermalam di sekitar

kawasan kawah, karena hembusan gas-gas beracun yang berbahaya bagi

kehidupan. Sedangkan rekomendasi terhadap Gunung Burni Telong tidak

Page 6: BAB II

8

diperbolehkan bermalam di sekitar solfatra/fumarola karena konsentrasi gas

vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia.

Dari kelima gunung api aktif itu, hanya Gunung Peut Sagoe yang tidak

ada permukiman di sekitarnya. Sedangkan Gunung Seulawah Agam

dikelilingi oleh permukiman, termasuk Sekolah Polisi Negara, Mako Brimob,

dan bentangan jalan negara menuju Banda Aceh tepat di kaki gunung ini.

Demikian pula halnya dengan Gunung Burni Telong, kurang dari 3 Km dari

kakinya terletak Kota Simpang Tiga Redelong ibukota Kabupaten Bener

Meriah beserta permukiman padat penduduk.

E. Bahaya Gunung Berapi

Berdasarkan mekanismenya bahaya gunung api dapat dibedakan

menjadi bahaya langsung dan bahaya tidak langsung.

1. Bahaya langsung (primer) merupakan bahaya yang ditimbulkan secara

langsung oleh erupsi gunung api. Bahaya tersebut berupa aliran lava, awan

panas, longsoran gunung api, guguran batu pijar, lontaran batu, hujan abu,

hujan lumpur, lahar letusan, gas racun dan tsunami gunung api.

a. Lava merupakan magma yang keluar dari dalam ke permukaan bumi,

biasanya membentuk aliran dengan kecepatan aliran rata-rata 5 sampai

dengan 10 meter per hari, bersuhu tinggi (600° sampai dengan

1000°C) sehingga daerah yang terlanda aliran lava akan terbakar dan

tertimbun secara permanen.

b. Awan panas merupakan aliran massa panas (300° sampai dengan

600°C) berupa campuran gas dan material gunungapi bersifat lepas

dari berbagai ukuran, bergumpal..gumpal terlihat seperti awan

bergerak menuruni lereng gunung api dengan kecepatan 70 sampai

dengan 150 km per jam sehingga dapat mematikan. membakar, dan

merusak kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.

Page 7: BAB II

9

c. Longsoran gunung api merupakan endapan yang terbentuk dari

sebagian tubuh gunung api yang longsor sebagai akibat letusan gunung

api.

d. Guguran batu pijar merupakan pecahan batuan gunungapi yang panas

membara atau pijar, yang terbentuk seketika sebagai akibat runtuhnya

kubah lava atau ujung aliran lava yang dapat mematikan, membakar,

merusak kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.

e. Lontaran batu merupakan lontaran sebagian magma ke permukaan

bumi baik berupa bom gunung api dan atau bongkah batuan gunungapi

yang terbentuk pada saat letusan gunung api yang dapat menyebabkan

kematian dan kebakaran.

f. Hujan abu merupakan hujan material jatuhan piroklastika lepas

berukuran halus sampai kasar yang dapat mengakibatkan robohnya

atap bangunan, rusaknya hutan dan tanaman pertanian, menyebabkan

sakit mata dan saluran pernafasan, dan dapat pula meningkatkan sifat

keasaman air apabila hujan abu masuk kedalam sumber air.

g. Hujan lumpur merupakan hujan material jatuhan piroklastika yang

terjadi apabila abu gunung api hasil letusan gunung api berdanau

kawah bercampur air di udara kemudian jatuh bersama-sama sebagai

hujan lumpur yang dapat merusak sarana prasarana karena bobotnya

yang cukup berat.

h. Lahar letusan merupakan lahar yang terbentuk sebagai akibat letusan

pada gunung api berdanau kawah yang dapat melanda daerah

pemukiman atau pertanian di sepanjang lembah aliran sungai yang

dilaluinya.

i. Gas racun atau mofet merupakan gas gunung api beracun yang

dikeluarkan berupa hembusan gas berkonsentrasi tinggi yang terutama

menempati celah, lembah atau cekungan pada saat cuaca mendung,

berkabut, hujan serta tidak ada angin, dan umumnya tidak berwarna,

Page 8: BAB II

10

tidak berbau serta tidak berasa sehingga sulit dikenali dan dapat

mematikan.

j. Tsunami gunung api merupakan gelombang pasang air laut atau danau

yang terjadi akibat masuknya material hasil erupsi gunung api ke

dalam air laut atau danau sehingga dapat merusak lingkungan yang

terlanda.

2. Bahaya tidak langsung (sekunder) merupakan bahaya yang ditimbulkan secara

tidak langsung oleh erupsi gunung api, yang berupa lahar hujan dan longsoran

gunung api.

a. Lahar hujan merupakan lahar yang terbentuk akibat terjadinya hujan

lebat di daerah puncak atau lereng atas gunung api, dimana air hujan

tersebut bercampur dengan material hasil letusan gunung api di daerah

puncak lereng dan membentuk massa cair yang bergerak menuruni

lereng melalui lembah.lembah.

b. Longsoran gunungapi merupakan longsoran sebagian tubuh gunungapi

sebagai akibat proses alterasi hidrotermal.

F. Dampak Letusan Gunung Api

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan

gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),

Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang

membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat

tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer

mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang

ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.

Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar

gunung berapi. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri

dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar

dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan

Page 9: BAB II

11

gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas

kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung.

Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan

dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental

dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.

Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang

paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan

panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan

panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas,

dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas

jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang

dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran

besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai

puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh

hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian

tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga

menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas.

Abu letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus.

Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer

jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah terjadi di Gunung Krakatau, abu

yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai berminggu-minggu.

G. Mitigasi Bencana Gunung Api

Mitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana

terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana

terhadap masyarakat dan lingkungan (King dalam Kusumasari, 2014:22).

Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan resiko, pengurangan

konsekuensi resiko, menghindari resiko, penerimaan resiko, serta transfer,

pembagian, atau penyebarluasan resiko (Kusumasari, 2014:22).

Page 10: BAB II

12

Gunung berapi atau gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan

lainnya) dipermukaan bumi yang dibangun oleh tibunan rempah letusan, atau

tempat munculnya batuan lelehan atau magma/rempah lepas/gas yang berasal

dari dalam bumi (Nurjanah dkk, 2012: 30). Dalam buku Manajemen Bencana

disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana gunung berapi, yaitu :

a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting

harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana.

b. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri

lava dan atau lahar.

c. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.

d. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban

akibat abu gunung api.

e. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar

gunung api.

f. Membuat fasilitas jalan dan tempat pemukiman ke tempat

pengungsian untuk memudahkan evakuasi.

g. Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah

pengungsian.

h. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko letusan gunung api di

daerahnya.

i. Mengidentifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar

Gunung api Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung

api).

j. Tingkatkan kemampuan pemadaman api.

k. Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk

kondisi kedaruratan.

l. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar

gunung api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta

kawasan Rawan Bencana Gunung Api (penyuluhan).

Page 11: BAB II

13

m. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar

gunung api hendaknya faham cara menghindar dan tindakan yang

harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api (penyuluhan).

n. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari

peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunung api

(penyuluhan).

o. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan

koordinasi dengan aparat/pengamat gunung api.

H. Penanggulangan Bencana Gunung Berapi

Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat

banyak. Tidak kurang dari 130 gunung aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh

gunung api yang ada di dunia terdapat di Indonesia.

Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana

letusan gunungapi. Sejak tahun 1.000 telah tercatat lebih dari 1.000 letusan

dan memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan

Gunung Tambora pada 1815 dan Gunung Krakatau pada tahun 1883

merupakan dua di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan

banyak korban.

Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa

kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya. Oleh karena itu,

penduduk selalu tertarik untuk menetap dan mendekati gunung api, walaupun

tempat tersebut diketahui berbahaya.

Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api

tidak hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunung api

yang kadang tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya, selain karena

keterikatan rumah dan lahan pertanian, juga karena adanya kepercayaan

tertentu terhadap gunung api. Jadi penanggulangannya juga mencakup aspek

sosial budaya.

Page 12: BAB II

14

Setiap gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing

yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau

perilaku yang berbeda antara satu jenis gunung api dengan gunung api

lainnya. Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung pada

karakteristik gunung api itu sendiri.

Penanggulangan bencana letusan gunung dibagi menjadi 3 bagian

yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan, dan sesudah

letusan.

1. Sebelum terjadi letusan dilakukan :

a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-

ancamannya.

b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman.

c. Membuat sistem peringatan dini.

d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi

status gunung api.

e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang

diterbitkan oleh instansi berwenang.

f. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan

tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air,

jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan.

g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.

h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api

(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan

perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.

2. Saat terjadi krisis/letusan gunung api :

a. Membentuk tim gerak cepat.

b. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh

penambahan peralatan yang lebih memadai.

Page 13: BAB II

15

c. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran

sungai kering dan daerah aliran lahar. Hindari tempat terbuka, lindungi

diri dari abu letusan.

d. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas.

e. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang

bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi

dan lainnya.

f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti

kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke

dalam mata Jangan memakai lensa kontak.

g. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.

h. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua

belah tangan.

3. Setelah terjadi letusan :

a. Menginventarisir data, mecakup sebaran dan volume hasil letusan.

b. Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya.

c. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

d. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau

meruntuhkan atap bangunan.

e. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa

merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

4. Penanggulangan dan Pertolongan Pertama yang Diberikan Pemerintah

Sedangkan upaya yang di lakukan pemerintah setelah terjadi bencana

gunung meletus adalah sebagai berikut :

a. Menjauhkan para korban dari tempat bencana.

b. Mendirikan posko pengungsian bagi masyarakat yang terkena

bencana.

Page 14: BAB II

16

c. Mendirikan dapur umum darurat/penyedian bahan makanan.

d. Menyediakan posko kesehatan.

5. Konseling Untuk Korban Bencana Gunung Berapi

Selain pertolongan pertama, pemerintah pun mengupayakan

pemulihan mental para korban, Salah satunya dengan cara konseling yang

diberikan oleh para konselor baik itu yang ditinjuk langsung oleh

pemerintah, maupun para sukarelawan.

Upaya konseling terhadap korban bencana selayaknya diberikan. Para

korban memerlukan bantuan mengatasi perasaan kehilangan orang yang

dicintai. Mereka butuh menata masa depan yang tak menentu akibat

lingkungan baru. Banyak orang yang kehilangan, dan hancur semangatnya

ketika orang dekat mereka meninggal. Upaya konseling singkat berfokus

pada solusi menjadi alternative menolong orang-orang yang cemas dan

penuh rasa takut ditengah bencana. Bagaimana bentuk konseling

Pertama, konselor menanyakan keadaan korban tentang perasaan

mereka. Apa keluhan dan kesakitan yang tengah mereka hadapi.

Bagaimana sedihnya kehilangan keluarga dan harta benda yang mereka

cintai. Konselor mesti mengetahui persis kerisauan-kerisauan yang

dihadapi oleh korban pasca gempa. Ketakutan yang tengah menimpa jiwa

mereka dan bersikap empatik atas penderitaan yang tengah dihadapi.

Kedua, setelah menanyakan tentang kerisauan dan ketakutan yang

dialami oleh Korban, selanjutnya konselor melangkah pada pertanyaan

yang berfokus solusi. Konselor segera mengalihkan pada upaya solusi

yang akan dilakukan oleh korban. Bagaimana korban menyikapi situasi

krisisnya. Korban diajak untuk berpikir rasional tentang langkah-langkah

Page 15: BAB II

17

yang akan mereka lakukan menghadapi situasi sulit. Misalnya, bagaimana

korban akan terus eksis di saat kehilangan orang tua mereka? Upaya apa

yang akan di tempuh untuk meneruskan pendidikan mereka? Dan langkah

apa yang akan dilakukan saat ini mengatasi kesedihannya? Dengan

kolaborasi antara korban dan konselor, akan mempercepat upaya bangkit

dari kegelisahan.

Ketiga, Konselor membantu korban menemukan kekuatan diri mereka

untuk melangkah maju. Misalnya, konselor menanamkan nilai berani

mengambil resiko untuk tinggal di tempat baru yang lebih aman dari

sasaran weddus gembel atau hujan debu. Dengan menemukan insight

(pengetahuan) pada diri korban bencana, akan meringankan beban mereka

dari keputus asaan. Para korban akan tegak berdiri menerima realitas

mereka yang kehlangan sanak saudara dan rumah serta pekerjaan. Para

korban menemukan cara untuk melanjutkan hidup yang telah hancur

disambar gunung berapi. Membantu mengajak mereka untuk menyikapi

hidup secara tepat.