Upload
winda-dwiana
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perbaikan Metode Kerja
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1992), pengukuran waktu kerja adalah
metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikonstribusikan
dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja akan selalu
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu bakj yang dibutuhkan
guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menurut Chen (2005), pengukuran kerja pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang
operator atau pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkngan kerja
yang terbaik pada saat itu
Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat
waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat
yang telah disiapkan (Sutalaksana, dkk 2006).
Menurut Sritomo (2002) teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Pengukuran waktu kerja secara langsung, yaitu pengukuran dilakukan secara
langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur sedang berlangsung;
2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung : pengukuran yang dilkukan
tanpa di pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur sedang
berlangsung namun pengamat harus memahami proses pekerjaan yang
diukur.
2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung
Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan
sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Pengukuran ini dapat dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) atau
II-2
dengan menggunakan sampling kerja lainnya. Berikut ini merupakan penjelasan
metode pengukuran waktu kerja secara langsung.
a. Metode Jam Henti (Stopwatch Time Study)
Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan oleh
Frederick W. Taylor pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan
pada pekerjaan yang singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran
waktu kerja menggunakan jam henti akan diperoleh waktu baku untuk
menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan sebagai waktu
standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja yang akan
melaksanakan pekerjaan yang sama. Pengukuran waktu kerja dengan
menggunakan jam henti (stopwatch time study), metode ini utamanya
diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan
berulang-ulang (Kumar, 2006).
Metode jam henti terdiri dari pengambilan data waktu kerja selama
pengemasan berlangsung kemudian mengolah data pengamatan dengan cara
Sutalaksana (2006):
1. Menghitung rata-rata sub grup yang diperoleh dari data pengamatan
2. Menghitung standar deviasi
3. Menghitung standar deviasi rata-rata sub grup
4. Melakukan uji keseragaman data menggunakan peta kontrol kemudian
memplotkan data kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada
diluar batas control
5. Melakukan uji kecukupan data
6. Melakukan perhitungan waktu normal
7. Melakukan perhitungan waktu baku
b. Sampling Pekerjaan (Work Sampling)
Work sampling adalah suatu aktifitas pengukuran kerja untuk
mengestimasikan proporsi waktu yang hilang (idle/delay) selama siklus kerja
berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif yang terjadi
(ratio delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus
kerja berlangsung untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini
II-3
sering kali diaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang diperlukan
atau harus dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu (allowances) untuk
personal needs, melepas lelah ataupun unavoidable delays. Metode work
sampling sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas
pekerjaan yang relative panjang (Miner, 2007).
Pada tahapan pengolahan data work sampling dilakukan beberapa langkah
yang harus dilaksanakan, yaitu melakukan perhitungan kegiatan produktif dan
non produktif, melakukan uji keseragaman data kemudian memplotkan data
kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol,
melakukan uji kecukupan data, melakukan uji waktu normal, dan melakukan
uji waktu baku (Wigjosuebroto, 2003)
Pada tahapan pengolahan data work sampling dilakukan beberapa langkah
yang harus dilaksanakan, yaitu (Wigjosoebroto, 2003):
1. Melakukan perhitungan kegiatan produktif dan non produktif
2. Melakukan uji keseragaman data kemudian memplotkan data kedalam
grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol
3. Melakukan uji kecukupan data
4. Melakukan uji waktu normal
5. Melakukan uji waktu baku
Tabel 2.1 Perbedaan Metode Stopwatch dan Work SamplingStopwatch Work Sampling
Pekerjaan rutin dan monoton Pekerjaan bervariasi dan tidak rutinUmumnya mengamati 1 orang Dapat mengamati beberapa orangPerhitungan berdasarkan waktu Berdasarkan proporsiSiklus pekerjaan pendek dan jelas Siklus tidak jelasPengamatan kontinu Pengamatan diskrit
2.2.2 Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung
Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan
menggunakan metode standar data. Pengukuran kerja secara tidak langsung
antara lain menggunakan:
a. Data Waktu Baku (standard data)
Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu operasi
tertentu saja, diman data yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan
untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus diaplikasikan
II-4
untuk elemen kegiatan konstan seperti set-up, loading/unloading, handling
machine dan sebagainya. Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi
aktifitas pengukuran kerja tertentu, mempercepat proses yang diperlukan untuk
penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
b. Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)
Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan
yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen-elemen
pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen
gerkan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank
dan Lilian Gilberth. Secara garis besar masing-masing gerakan Therbligs dapat
didefinisikan sebagai berikut ( Wignjosoebroto, 1995).
1. Mencari
2. Memilih
3. Memegang (Grasp)
4. Menjangkau/Membawa Tanpa Beban
5. Membawa Dengan Beban.
6. Memegang Untuk Memakai.
7. Melepas.
8. Mengarahkan.
9. Mengarahkan Awal.
10. Memeriksa
11. Merakit
12. Mengurai Rakit
13. Memakai
14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan.
15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan.
16. Merencanakan.
17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah.
Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data
waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis
yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang
II-5
dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan kerja, gerakan anggota
tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya. Data waktu gerakan ini terdiri dari:
a) Work Faktor (WF)
Faktor kerja (work factor) adalah salah satu sistem diantara data sistem-
sistem yang dikembangkan sebagai data waktu gerakan. Pada factor kerja,
suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak Menjangkau (Reach),
Membawa (Move), Memegang (Grasp), Mengarahkan Sementara
(Preposition), Merakit (Assembly), Lepas Rakit (Diassemble), Memakai
(Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai
dengan pekerjaan yang bersangkutan.
b) Maynard Operation Sequece Technique (MOST)
MOST merupakan salah satu metode pengukuran waktu tidak langsung
dengan memanfaatkan data waktu gerakan. MOST ini lebih sesuai untuk
pengukuran di mana terdapat perpindahan objek atau orang dan bahan
pekerjaan yang repetitive setempat (per-gerakan tangan saja). Konsep
MOST berdasarkan pada perpindahan objek. Seperti misalnya mengangkat
besi, menggeser panel kendali, dll kecuali berfikir. MOST ini lebih
sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST
objek dipindahkan menurut dua cara:
1) Diambil dan dipindahkan secara bebas.
2) Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain
MOST memusatkan pada pergerakan objek yang mengikuti pola-pola
tertentu secara berulang seperti search, move, position. Untuk tiap tipe
kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Pola-pola ini
diidentifikasikan berurutan yang merupakan sub aktivitas dalam
menggerakan objek sebagai dasar MOST sequence models. Oleh sebab itu
dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST. Model
urutan dasar (the basic sequence models) dibagi menjadi 3 model yaitu
urutan gerakan umum (the general move sequence), urutan gerakan
terkendali (the controlled move sequence), urutan pemakaian peralatan (the
tool use sequence)
II-6
Tabel 2.2 Maynard Operation Sequece Technique (MOST)
Manual HandlingActivity Seguence Model Subactivities
General Move ABG ABP A A - Action Distances
B - Body MotionG - Gain ControlP – Place
Controlled Move ABG MXIA M - Move controlledX - Process time
Tool Use ABG ABP ABPA I – AlignF – FastenL- LoosenC – CutS - Surface treatR – RecordM – Measure
c) Motion Time Measurement (MTM)
Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu
sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi
gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang
direkam dalam film. Hasil rekaman dapat diputar ulang dengan kecepatan
lambat sehingga analisa gerakan kerja dapat dilakukan dengan lebih teliti.
Keistimewaan MTM dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain
ialah dapat menentukan waktu penyelesaian suatu pekerjaan sebelum
pekerjaan tersebut dilakukan, karena dalam perhitungan MTM digunakan
tabel-tabel waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja yang telah
distandarkan. Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja
dalam MTM perlu dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi
tersebut kurang efektif dan efisien untuk dilakukan secara manual dan sulit
dilakukan oleh orang yang masih awam dengan metode MTM.
Tabel 2.3 Work Factor MotionAnggota Tubuh
Simbol Faktor kerja Simbol
Finger F Weight of Resistance WHand H Directtional Control SArm A Steer S
Forearm FS Care (Precaution) PTrunk T Change Direction UFoot FT Define Stop DLeg L
Head Turn HT
II-7
2.2 Peta KerjaPeta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk
mengkomunikasikan lantai produksi secara luas guna menganalisa proses kerja
dari tahap awal sampai tahap akhir. Melalui peta kerja ini juga kita bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metode kerja seperti, jumlah benda yang harus dibuat, waktu operasi mesin,
kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang
harus disediakan, dan sebagainya (Wignjosoebroto, 1992). Peta kerja merupakan
salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan
sekaligus. Melalui peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda kerja (Sutalaksana,1979).
Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami
oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai akhirnya produk
jadi dan siap dipasarkan, apabila dilakukan studi yang seksama terhadap suatu
peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu
proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin
dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, pada
dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi
secara keseluruhan (Sritomo,1992)
2.2.1 Lambang-Lambang Peta Kerja
Hampir semua langkah atau kejadian dalam suatu pekerjaan akan terdiri dari
elemen-elemen kerja seperti operasi, transportasi. Inspeksi, menunggu, atau
penyimpanan (storage). Intuk maksud tersebut digunakan berbagai macam simbol
untuk menggambarkan masing-masing aktifitas.
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan
oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat pola peta kerja, Gilberth
mengusulkan 40 buah lambang yang dapat dipakai. Pada tahun 1947, American
Society of Mechanical Engineer (ASME) membuat standar lambang-lambang
yang terdiri dari 5 macam lambang dasar, antara lain:
II-8
Tabel 2.4 Lambang-Lambang yang Digunakan Pada Peta KerjaNo Lambang Arti
1.Operasi, benda kerja mengalami perubahan sifat atau bentuk, baik fisik maupun kimiawi
2.
Pemeriksaan, terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.
3.
Transportasi, terjadi bila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan bagian dari proses operasi.
4.
Menunggu, terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu.
5Penyimpanan, terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.
6.
Aktivitas gabungan, terjadi apabila antara aktivitas dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
2.2.2 Macam-Macam Peta Kerja
Peta-peta kerja pada saat sekarang dibagi atas dua kelompok besar
berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1. Peta-peta yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.
Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas. Diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan (Sutalaksana,1979). Yang termasuk peta kerja
keseluruhan adalah:
a. Peta Proses Operasi
Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan. Informasi yang dimuat dalam peta proses operasi adalah
waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang
dipakai. Adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses
operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat, diantaranya:
1. Bisa mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya.
2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku.
II-9
3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang dipakai.
4. Sebagai alat untuk latihan kerja, dll (Sutalaksana,1979)
Gambar 2.1 Peta Proses Operasi
b. Peta Aliran Proses
Peta aliran proses adalah diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi
selama satu proses atau prosedur berlangsung. Secara lebih terperinci dapat
diuraikan kegunaan umum dari suatu Peta Aliran Proses. Hal ini dilakukan agar
dalam pembuatan peta aliran proses dengan baik sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai
masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
II-10
proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan
atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode
kerja.
5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan
atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja.
7. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh
suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini
merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk
mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi
ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat
digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi
(Sutalaksana,1979).
Gambar 2.2 Peta Aliran Proses
II-11
Salah satu cara yang sederhana dalam menganalisa peta aliran proses adalah
dengan “Dot and Check Technique”. Cara ini dilaksanakan dengan mengajukan
enam buah pertanyaan dasar (apa, dimana, kapan, siapa dan bagaimana) pada
setiap kejadian dalam peta aliran proses tersebut, yang kemudian setiap
pertanyaan diatas diikuti oleh satu pertanyaan “Mengapa”. (Sutalaksana,1979)
c. Peta Proses Kelompok Kerja
Dasarnya dapat dikatakan bahwa peta proses kelompok kerja merupakan
kumpulan dari beberapa peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses tersebut
menunjukkan satu seri kerja dari seorang operator (Sutalaksana,1979)
Gambar 2.3 Peta Proses Kelompok Kerja
II-12
d. Diagram Aliran
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran merupakan suatu
gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan
lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses
(Sutalaksana,1979).
Gambar 2.4 Diagram Alir
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.
Peta kerja setempat adalah suatu kegiatan kerja setempat dan kegiatan kerja
tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja, yang biasanya hanya melibatkan
orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Yang termasuk peta kerja setempat
yaitu:
a. Peta Kerja dan Mesin
Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang
menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari
kombinasi antara pekerja dan mesin (Sutalaksana,1979), dengan demikian peta ini
merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu mengganggur.
Berdasarkan informasi yang didapat melalui peta pekerja dan mesin, kita dapat
menganalisa informasi tersebut sehingga tercapai suatu efektifitas. Peningkatan
efektifitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja tersebut dapat
II-13
dilakukan, misalnya dengan cara:
a) Merubah tata letak tempat kerja.
b) Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.
c) Merancang kembali mesin dan peralatan
d) Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin
bagi seorang pekerja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat peta pekerja dan mesin
agar diperoleh peta yang baik, yaitu:
1. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat. Biasanya dibagian paling atas kerta
dinyatakan “PETA PEKERJA DAN MESIN” sebagai kepalanya. Kemudian
diikuti oleh informasi-informasi pelengkap yang meliputi : nomor peta, nama
pekerjaan yang dipetakan, metoda sekarang atau usulan, tanggal dipetakan dan
nama orang yang membuat peta tersebut.
2. Setelah semua identifikasi lengkap dinyatakan, langkah berikutnya
menguraikan semua elemen-elemen pekerjaan yang terjadi. Untuk ini ada
beberapa lambnang yang biasa dipakai, yaitu berupa suatu batang dimana
panjangnya batang ini sebanding dengan skala waktu.
3. Langkah terakhir setelah semua aktivitas digambarkan, dibuat kesimpulan
dalam bentuk ringkasan yang memuat: waktu menganggur, waktu kerja dan
akhirnya kita bisa mengetahui waktu penggunaan dari pekerja atau mesin
tersebut. Satuan waktu yang biasanya digunakan dalam detik, walaupun ini
tidak mengikat.
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur
yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan
perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri
ketika melakukan suatu pekerjaan. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada
dasarnya berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja.
Kegunaan khusus dari peta tangan kanan dan tangan kiri adalah sebagai
berikut:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.
II-14
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara yang ideal.
Seperti peta-peta yang terdahulu, untuk membuat peta tangan kiri dan kanan
inipun terdapat beberapa perinsip yang perlu dilaksanakan, agar diperoleh peta
yang baik. Prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan adalah sebagai
berikut: (Sutalaksana,1979).
1. Peta tangan kanan dan tangan kiri dibagi dalam tiga bagian “Kepala”, yaitu
bagian yang memuat bagan tentang stasiun kerja, dan bagian-bagian “badan”.
2. Pada bagian “Kepala” di baris paling atas ditulis “PETA TANGAN KANAN
DAN TANGAN KIRI “. Setalah itu menyertakan identifikasi lainnya, seperti :
nama pekerjaan, nama departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan,
nama pembuat peta dan tanggal dipetakan.
3. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari stasiu kerja yang
memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan.
4. Bagian “Badan” dibagi dalam dua pihak. Sebelah kiri kertas digunakan untuk
menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya,
sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegioatan yang
dilakukan tangan kanan pekerja.
5. Langkah selanjutnya, kita perhatikan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan
operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan
yang biasanya dibagi ke dalam delapan buah elemen (Sutalaksana,1979).
2.3 Prinsip Ekonomi Gerakan
Dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh
metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan (principles of motion economy). Prinsip-prinsip ekonomi pada
suatu stasiun kerja dan bias juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara
menyeluruh dari suatu stasiun kerja kestasiun kerja yang lainnya.
Prinsip-prinsip ini dapat dihubungkan dengan beberapa hal, yaitu :
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakanya, yang terdiri dari :
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan menmgakhiri gerakan pada saat yang
sama.
II-15
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
pada waktu istirahat
c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika atu terhadap lainnya saling
simetris dan berlawanan arah
2. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja yang terdiri dari :
a. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang
tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebainya memanfaatkan
prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia
ditempat yang dekat untuk di ambil.
d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang
mekanismenya baik.
e. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga
alternative berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan
salah satu hal yang menyenangkan. Tata letak peralatan dan pencahayaan
sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk kondisi yang baik
untuk penglihatan.
3. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan perancangan peralatan.
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan
dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
pemegangan dan penyimpanannya.
c. Sebaiknya peralatan dirancang dengan baik agar mempunyai lebih dari satu
kegunaan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri maka beban yang
didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.
Prinsip ekonomi gerakan diatas sangat berkaitan cukup erat satu sama lain
dapat gunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi
dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang
II-16
berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lainnya.
2.3 Perbaikan Metode Kerja
Perbaikan metode kerja dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Perbaikan ini bertujuan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih baik dengan
waktu penyelesaian yang singkat sehingga diharapkan dapat mencapai target
produksi yang ditetapkan.
Menurut Wignjosoebroto (2003) perbaikan metode kerja bisa dilakukan
melalui analisa metode untuk mencari, mengembangkan, dan menerapkan metode
yang lebih efektif dan efisien, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran waktu
kerja untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
metode tersebut dan menetapkan waktu standar sesuai dengan metode yang sudah
diperbaiki. Kedua aktivitas analisa metode dan pengukuran waktu kerja ini
tergabung menjadi satu kesatuan yang terpadu yaitu studi gerak dan waktu.