24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1992), pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikonstribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja akan selalu berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu bakj yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut Chen (2005), pengukuran kerja pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator atau pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkngan kerja yang terbaik pada saat itu Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan (Sutalaksana, dkk 2006). Menurut Sritomo (2002) teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu:

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perbaikan Metode Kerja

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1992), pengukuran waktu kerja adalah

metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikonstribusikan

dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja akan selalu

berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu bakj yang dibutuhkan

guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

Menurut Chen (2005), pengukuran kerja pada dasarnya merupakan suatu

usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang

operator atau pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkngan kerja

yang terbaik pada saat itu

Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat

waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat

yang telah disiapkan (Sutalaksana, dkk 2006).

Menurut Sritomo (2002) teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

1. Pengukuran waktu kerja secara langsung, yaitu pengukuran dilakukan secara

langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur sedang berlangsung;

2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung : pengukuran yang dilkukan

tanpa di pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur sedang

berlangsung namun pengamat harus memahami proses pekerjaan yang

diukur.

2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung

Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan

sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pengukuran ini dapat dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) atau

Page 2: BAB II

II-2

dengan menggunakan sampling kerja lainnya. Berikut ini merupakan penjelasan

metode pengukuran waktu kerja secara langsung.

a. Metode Jam Henti (Stopwatch Time Study)

Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan oleh

Frederick W. Taylor pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan

pada pekerjaan yang singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran

waktu kerja menggunakan jam henti akan diperoleh waktu baku untuk

menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan sebagai waktu

standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja yang akan

melaksanakan pekerjaan yang sama. Pengukuran waktu kerja dengan

menggunakan jam henti (stopwatch time study), metode ini utamanya

diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan

berulang-ulang (Kumar, 2006).

Metode jam henti terdiri dari pengambilan data waktu kerja selama

pengemasan berlangsung kemudian mengolah data pengamatan dengan cara

Sutalaksana (2006):

1. Menghitung rata-rata sub grup yang diperoleh dari data pengamatan

2. Menghitung standar deviasi

3. Menghitung standar deviasi rata-rata sub grup

4. Melakukan uji keseragaman data menggunakan peta kontrol kemudian

memplotkan data kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada

diluar batas control

5. Melakukan uji kecukupan data

6. Melakukan perhitungan waktu normal

7. Melakukan perhitungan waktu baku

b. Sampling Pekerjaan (Work Sampling)

Work sampling adalah suatu aktifitas pengukuran kerja untuk

mengestimasikan proporsi waktu yang hilang (idle/delay) selama siklus kerja

berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif yang terjadi

(ratio delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus

kerja berlangsung untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini

Page 3: BAB II

II-3

sering kali diaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang diperlukan

atau harus dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu (allowances) untuk

personal needs, melepas lelah ataupun unavoidable delays. Metode work

sampling sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas

pekerjaan yang relative panjang (Miner, 2007).

Pada tahapan pengolahan data work sampling dilakukan beberapa langkah

yang harus dilaksanakan, yaitu melakukan perhitungan kegiatan produktif dan

non produktif, melakukan uji keseragaman data kemudian memplotkan data

kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol,

melakukan uji kecukupan data, melakukan uji waktu normal, dan melakukan

uji waktu baku (Wigjosuebroto, 2003)

Pada tahapan pengolahan data work sampling dilakukan beberapa langkah

yang harus dilaksanakan, yaitu (Wigjosoebroto, 2003):

1. Melakukan perhitungan kegiatan produktif dan non produktif

2. Melakukan uji keseragaman data kemudian memplotkan data kedalam

grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol

3. Melakukan uji kecukupan data

4. Melakukan uji waktu normal

5. Melakukan uji waktu baku

Tabel 2.1 Perbedaan Metode Stopwatch dan Work SamplingStopwatch Work Sampling

Pekerjaan rutin dan monoton Pekerjaan bervariasi dan tidak rutinUmumnya mengamati 1 orang Dapat mengamati beberapa orangPerhitungan berdasarkan waktu Berdasarkan proporsiSiklus pekerjaan pendek dan jelas Siklus tidak jelasPengamatan kontinu Pengamatan diskrit

2.2.2 Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung

Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan

menggunakan metode standar data. Pengukuran kerja secara tidak langsung

antara lain menggunakan:

a. Data Waktu Baku (standard data)

Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu operasi

tertentu saja, diman data yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan

untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus diaplikasikan

Page 4: BAB II

II-4

untuk elemen kegiatan konstan seperti set-up, loading/unloading, handling

machine dan sebagainya. Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi

aktifitas pengukuran kerja tertentu, mempercepat proses yang diperlukan untuk

penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.

b. Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)

Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan

yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen-elemen

pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen

gerkan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank

dan Lilian Gilberth. Secara garis besar masing-masing gerakan Therbligs dapat

didefinisikan sebagai berikut ( Wignjosoebroto, 1995).

1. Mencari

2. Memilih

3. Memegang (Grasp)

4. Menjangkau/Membawa Tanpa Beban

5. Membawa Dengan Beban.

6. Memegang Untuk Memakai.

7. Melepas.

8. Mengarahkan.

9. Mengarahkan Awal.

10. Memeriksa

11. Merakit

12. Mengurai Rakit

13. Memakai

14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan.

15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan.

16. Merencanakan.

17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah.

Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data

waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis

yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang

Page 5: BAB II

II-5

dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan kerja, gerakan anggota

tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya. Data waktu gerakan ini terdiri dari:

a) Work Faktor  (WF)

Faktor kerja (work factor) adalah salah satu sistem diantara data sistem-

sistem yang dikembangkan sebagai data waktu gerakan. Pada factor kerja,

suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak Menjangkau (Reach),

Membawa (Move), Memegang (Grasp), Mengarahkan Sementara

(Preposition), Merakit (Assembly), Lepas Rakit (Diassemble), Memakai

(Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai

dengan pekerjaan yang bersangkutan.

b)  Maynard Operation Sequece Technique (MOST)

MOST merupakan salah satu metode pengukuran waktu tidak langsung

dengan memanfaatkan data waktu gerakan. MOST ini lebih sesuai untuk

pengukuran di mana terdapat perpindahan objek atau orang dan bahan

pekerjaan yang repetitive setempat (per-gerakan tangan saja). Konsep

MOST berdasarkan pada perpindahan objek. Seperti misalnya mengangkat

besi, menggeser panel kendali, dll kecuali berfikir. MOST ini lebih

sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST

objek dipindahkan menurut dua cara:

1) Diambil dan dipindahkan secara bebas.

2) Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain

MOST memusatkan pada pergerakan objek yang mengikuti pola-pola

tertentu secara berulang seperti search, move, position. Untuk tiap tipe

kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Pola-pola ini

diidentifikasikan berurutan yang merupakan sub aktivitas dalam

menggerakan objek sebagai dasar MOST sequence models. Oleh sebab itu

dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST. Model

urutan dasar (the basic sequence models) dibagi menjadi 3 model yaitu

urutan gerakan umum (the general move sequence), urutan gerakan

terkendali (the controlled move sequence), urutan pemakaian peralatan (the

tool use sequence)

Page 6: BAB II

II-6

Tabel 2.2 Maynard Operation Sequece Technique (MOST)

Manual HandlingActivity Seguence Model Subactivities

General Move ABG ABP A A - Action Distances

B - Body MotionG - Gain ControlP – Place

Controlled Move ABG MXIA M - Move controlledX - Process time

Tool Use ABG ABP ABPA I – AlignF – FastenL- LoosenC – CutS - Surface treatR – RecordM – Measure

c) Motion Time Measurement (MTM)

Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu

sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi

gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang

direkam dalam film. Hasil rekaman dapat diputar ulang dengan kecepatan

lambat sehingga analisa gerakan kerja dapat dilakukan dengan lebih teliti.

Keistimewaan MTM dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain

ialah dapat menentukan waktu penyelesaian suatu pekerjaan sebelum

pekerjaan tersebut dilakukan, karena dalam perhitungan MTM digunakan

tabel-tabel waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja yang telah

distandarkan. Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja

dalam MTM perlu dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi

tersebut kurang efektif dan efisien untuk dilakukan secara manual dan sulit

dilakukan oleh orang yang masih awam dengan metode MTM.

Tabel 2.3 Work Factor MotionAnggota Tubuh

Simbol Faktor kerja Simbol

Finger F Weight of Resistance WHand H Directtional Control SArm A Steer S

Forearm FS Care (Precaution) PTrunk T Change Direction UFoot FT Define Stop DLeg L

Head Turn HT

Page 7: BAB II

II-7

2.2 Peta KerjaPeta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk

mengkomunikasikan lantai produksi secara luas guna menganalisa proses kerja

dari tahap awal sampai tahap akhir. Melalui peta kerja ini juga kita bisa

mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu

metode kerja seperti, jumlah benda yang harus dibuat, waktu operasi mesin,

kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang

harus disediakan, dan sebagainya (Wignjosoebroto, 1992). Peta kerja merupakan

salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan

sekaligus. Melalui peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang

diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda kerja (Sutalaksana,1979).

Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami

oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai akhirnya produk

jadi dan siap dipasarkan, apabila dilakukan studi yang seksama terhadap suatu

peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu

proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin

dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, pada

dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi

secara keseluruhan (Sritomo,1992)

2.2.1 Lambang-Lambang Peta Kerja

Hampir semua langkah atau kejadian dalam suatu pekerjaan akan terdiri dari

elemen-elemen kerja seperti operasi, transportasi. Inspeksi, menunggu, atau

penyimpanan (storage). Intuk maksud tersebut digunakan berbagai macam simbol

untuk menggambarkan masing-masing aktifitas.

Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan

oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat pola peta kerja, Gilberth

mengusulkan 40 buah lambang yang dapat dipakai. Pada tahun 1947, American

Society of Mechanical Engineer (ASME) membuat standar lambang-lambang

yang terdiri dari 5 macam lambang dasar, antara lain:

Page 8: BAB II

II-8

Tabel 2.4 Lambang-Lambang yang Digunakan Pada Peta KerjaNo Lambang Arti

1.Operasi, benda kerja mengalami perubahan sifat atau bentuk, baik fisik maupun kimiawi

2.

Pemeriksaan, terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.

3.

Transportasi, terjadi bila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan bagian dari proses operasi.

4.

Menunggu, terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu.

5Penyimpanan, terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.

6.

Aktivitas gabungan, terjadi apabila antara aktivitas dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

2.2.2 Macam-Macam Peta Kerja

Peta-peta kerja pada saat sekarang dibagi atas dua kelompok besar

berdasarkan kegiatannya, yaitu:

1. Peta-peta yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.

Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut

melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas. Diperlukan untuk membuat

produk yang bersangkutan (Sutalaksana,1979). Yang termasuk peta kerja

keseluruhan adalah:

a. Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan

operasi dan pemeriksaan. Informasi yang dimuat dalam peta proses operasi adalah

waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang

dipakai. Adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses

operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat, diantaranya:

1. Bisa mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya.

2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku.

Page 9: BAB II

II-9

3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang dipakai.

4. Sebagai alat untuk latihan kerja, dll (Sutalaksana,1979)

Gambar 2.1 Peta Proses Operasi

b. Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari

operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi

selama satu proses atau prosedur berlangsung. Secara lebih terperinci dapat

diuraikan kegunaan umum dari suatu Peta Aliran Proses. Hal ini dilakukan agar

dalam pembuatan peta aliran proses dengan baik sebagai berikut:

1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai

masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.

2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu

Page 10: BAB II

II-10

proses atau prosedur.

3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan

atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode

kerja.

5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan

atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja.

7. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh

suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini

merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk

mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi

ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat

digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi

(Sutalaksana,1979).

Gambar 2.2 Peta Aliran Proses

Page 11: BAB II

II-11

Salah satu cara yang sederhana dalam menganalisa peta aliran proses adalah

dengan “Dot and Check Technique”. Cara ini dilaksanakan dengan mengajukan

enam buah pertanyaan dasar (apa, dimana, kapan, siapa dan bagaimana) pada

setiap kejadian dalam peta aliran proses tersebut, yang kemudian setiap

pertanyaan diatas diikuti oleh satu pertanyaan “Mengapa”. (Sutalaksana,1979)

c. Peta Proses Kelompok Kerja

Dasarnya dapat dikatakan bahwa peta proses kelompok kerja merupakan

kumpulan dari beberapa peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses tersebut

menunjukkan satu seri kerja dari seorang operator (Sutalaksana,1979)

Gambar 2.3 Peta Proses Kelompok Kerja

Page 12: BAB II

II-12

d. Diagram Aliran

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran merupakan suatu

gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan

lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses

(Sutalaksana,1979).

Gambar 2.4 Diagram Alir

2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.

Peta kerja setempat adalah suatu kegiatan kerja setempat dan kegiatan kerja

tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja, yang biasanya hanya melibatkan

orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Yang termasuk peta kerja setempat

yaitu:

a. Peta Kerja dan Mesin

Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang

menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari

kombinasi antara pekerja dan mesin (Sutalaksana,1979), dengan demikian peta ini

merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu mengganggur.

Berdasarkan informasi yang didapat melalui peta pekerja dan mesin, kita dapat

menganalisa informasi tersebut sehingga tercapai suatu efektifitas. Peningkatan

efektifitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja tersebut dapat

Page 13: BAB II

II-13

dilakukan, misalnya dengan cara:

a) Merubah tata letak tempat kerja.

b) Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.

c) Merancang kembali mesin dan peralatan

d) Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin

bagi seorang pekerja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat peta pekerja dan mesin

agar diperoleh peta yang baik, yaitu:

1. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat. Biasanya dibagian paling atas kerta

dinyatakan “PETA PEKERJA DAN MESIN” sebagai kepalanya. Kemudian

diikuti oleh informasi-informasi pelengkap yang meliputi : nomor peta, nama

pekerjaan yang dipetakan, metoda sekarang atau usulan, tanggal dipetakan dan

nama orang yang membuat peta tersebut.

2. Setelah semua identifikasi lengkap dinyatakan, langkah berikutnya

menguraikan semua elemen-elemen pekerjaan yang terjadi. Untuk ini ada

beberapa lambnang yang biasa dipakai, yaitu berupa suatu batang dimana

panjangnya batang ini sebanding dengan skala waktu.

3. Langkah terakhir setelah semua aktivitas digambarkan, dibuat kesimpulan

dalam bentuk ringkasan yang memuat: waktu menganggur, waktu kerja dan

akhirnya kita bisa mengetahui waktu penggunaan dari pekerja atau mesin

tersebut. Satuan waktu yang biasanya digunakan dalam detik, walaupun ini

tidak mengikat.

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur

yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan

perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri

ketika melakukan suatu pekerjaan. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada

dasarnya berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja.

Kegunaan khusus dari peta tangan kanan dan tangan kiri adalah sebagai

berikut:

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak

produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.

Page 14: BAB II

II-14

3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara yang ideal.

Seperti peta-peta yang terdahulu, untuk membuat peta tangan kiri dan kanan

inipun terdapat beberapa perinsip yang perlu dilaksanakan, agar diperoleh peta

yang baik. Prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan adalah sebagai

berikut: (Sutalaksana,1979).

1. Peta tangan kanan dan tangan kiri dibagi dalam tiga bagian “Kepala”, yaitu

bagian yang memuat bagan tentang stasiun kerja, dan bagian-bagian “badan”.

2. Pada bagian “Kepala” di baris paling atas ditulis “PETA TANGAN KANAN

DAN TANGAN KIRI “. Setalah itu menyertakan identifikasi lainnya, seperti :

nama pekerjaan, nama departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan,

nama pembuat peta dan tanggal dipetakan.

3. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari stasiu kerja yang

memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan.

4. Bagian “Badan” dibagi dalam dua pihak. Sebelah kiri kertas digunakan untuk

menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya,

sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegioatan yang

dilakukan tangan kanan pekerja.

5. Langkah selanjutnya, kita perhatikan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan

operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan

yang biasanya dibagi ke dalam delapan buah elemen (Sutalaksana,1979).

2.3 Prinsip Ekonomi Gerakan

Dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh

metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip

ekonomi gerakan (principles of motion economy). Prinsip-prinsip ekonomi pada

suatu stasiun kerja dan bias juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara

menyeluruh dari suatu stasiun kerja kestasiun kerja yang lainnya.

Prinsip-prinsip ini dapat dihubungkan dengan beberapa hal, yaitu :

1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan

gerakanya, yang terdiri dari :

a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan menmgakhiri gerakan pada saat yang

sama.

Page 15: BAB II

II-15

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali

pada waktu istirahat

c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika atu terhadap lainnya saling

simetris dan berlawanan arah

2. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan pengaturan tata letak

tempat kerja yang terdiri dari :

a. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang

tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dicapai.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebainya memanfaatkan

prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia

ditempat yang dekat untuk di ambil.

d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang

mekanismenya baik.

e. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga

alternative berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan

salah satu hal yang menyenangkan. Tata letak peralatan dan pencahayaan

sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk kondisi yang baik

untuk penglihatan.

3. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan perancangan peralatan.

a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan

dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat

ditingkatkan.

b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam

pemegangan dan penyimpanannya.

c. Sebaiknya peralatan dirancang dengan baik agar mempunyai lebih dari satu

kegunaan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri maka beban yang

didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

Prinsip ekonomi gerakan diatas sangat berkaitan cukup erat satu sama lain

dapat gunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi

dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang

Page 16: BAB II

II-16

berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang

lainnya.

2.3 Perbaikan Metode Kerja

Perbaikan metode kerja dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Perbaikan ini bertujuan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih baik dengan

waktu penyelesaian yang singkat sehingga diharapkan dapat mencapai target

produksi yang ditetapkan.

Menurut Wignjosoebroto (2003) perbaikan metode kerja bisa dilakukan

melalui analisa metode untuk mencari, mengembangkan, dan menerapkan metode

yang lebih efektif dan efisien, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran waktu

kerja untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

metode tersebut dan menetapkan waktu standar sesuai dengan metode yang sudah

diperbaiki. Kedua aktivitas analisa metode dan pengukuran waktu kerja ini

tergabung menjadi satu kesatuan yang terpadu yaitu studi gerak dan waktu.