Upload
kaligelis
View
42
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bab 2
Citation preview
BAB IIKEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BPKP
A. TATA UPACARA Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara
kenegaraan atau acara resmi agar seluruh rangkaian dapat berjalan secara
tertib dan khidmat. Acara Kenegaraan adalah acara yang bersifat kenegaraan yang diatur
dan dilaksanakan secara terpusat yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden serta Pejabat Negara atau Undangan lainnya dalam melaksanakan
acara tertentu. Untuk lingkungan BPKP acara kenegaraan ini
keprotokolannya mengikuti keprotokolan yang diselenggarakan oleh Biro
Protokol Rumah Tangga Kepresidenan sehingga protokoler BPKP hanya
berkoordinasi dengan protokoler Kepresidenan sehingga pejabat dilingkungan
BPKP akan merasa nyaman berada dilingkungan Para Pejabat Negara.
Acara resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur dan
dilaksanakan oleh BPKP dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan
dihadiri oleh Pejabat Negara dan atau Pejabat Pemerintah serta undangan
lainnya dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tata tempat, tata upacara
dan tata penghormatan.
Jenis-jenis upacara yang memerlukan pengaturan protokol BPKP antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Hari Besar Nasional.
b. Penyematan tanda kehormatan dan pemberian penghargaan.
c. Hari Ulang Tahun BPKP.
d. Pelantikan, pengucapan sumpah dan serah terima jabatan.
e. Penandatanganan kerjasama (MOU).
f. Peresmian pembukaan/penutupan workshop, Diskusi Panel, Seminar,
Lokakarya, Pendidikan dan Pelatihan, Konperensi.
g. Press release.
Pedoman Tata Upacara dilingkungan BPKP berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut :
1. Upacara Bendera.
1.1. Persiapan Upacara Bendera.
5
1.2. Pelaksanaan Upacara Bendera.
2. Upacara Pelantikan Pejabat.
2.1. Persiapan Pelantikan Pejabat.
2.2. Pelaksanaan Pelantikan Pejabat.
3. Pakaian untuk Upacara.
1. Tatacara Upacara Bendera Untuk melaksanakan upacara bendera dalam acara kenegaraan atau
acara resmi diperlukan:
2.1. Kelengkapan upacara;
2.2. Perlengkapan upacara;
2.3. Urutan acara dalam upacara.
Jenis-jenis upacara bendera yang memerlukan pengaturan protokol BPKP
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hari Besar Nasional.
Hari-hari besar nasional yang biasa diperingati dengan
menyelenggarakan upacara bendera baik ditingkat pusat maupun di
Kantor Perwakilan adalah sebagai berikut:
Tanggal 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional (Keppres No. 316 Tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959).
Tanggal 20 Mei, Hari Kebangkitan Nasional (Keppres No. 1 Tahun
1985 tanggal 7 Januari 1985).
Tanggal 17 Agustus, Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan
RI (Keppres No. 24 Tahun 1953 tanggal 5 Pebruari 1953).
Tanggal 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila (Keppres No. 153
Tahun 1967 tanggal 27 September 1967).
Tanggal 28 Oktober, Hari Sumpah Pemuda (Keppres No. 316
Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959).
Tanggal 10 November, Hari Pahlawan (Keppres No. 316 Tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959).
Tanggal 22 Desember, Hari Ibu (Keppres No. 316 Tahun 1959
tanggal 16 Desember 1959).
b. Penyematan tanda kehormatan dan pemberian penghargaan.
6
Satyalancana Karya Satya X tahun, XX tahun.
Penghargaan lainnya.
c. Hari Ulang Tahun BPKP.
d. Pelantikan, pengucapan sumpah dan serah terima jabatan.
e. Penandatanganan kerjasama (MOU).
f. Peresmian pembukaan/penutupan workshop, Diskusi Panel,
Seminar, Lokakarya, Pendidikan dan Pelatihan, Konperensi.
g. Press release.
Sebutan Para Pejabat Upacara Bendera.
a. Inspektur Upacara (Irup) sebutan bagi seseorang yang bertindak
selaku pembesar upacara.
b. Komandan Upacara (Danup) sebutan bagi seseorang yang
bertindak selaku pemimpin peserta upacara.
c. Penanggungjawab Upacara (Penjaup) sebutan bagi seseorang
yang bertindak sebagai penanggungjawab kegiatan upacara.
1.1. Persiapan UpacaraUntuk melaksanakan Upacara dalam acara resmi selalu
didahului dengan perencanaan. Tahap perencanaan yang utama
adalah menetapkan kebutuhan kelengkapan upacara, perlengkapan
upacara, dan urutan acara dalam upacara.
Kelengkapan Upacara meliputi: a. Penanggungjawab upacara,
Penanggung Jawab Upacara adalah pejabat yang bertugas
menyiapkan rencana upacara serta segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pelaksanaan upacara.
b. Inspektur Upacara/Pembina Upacara.
Inspektur Upacara/Pembina Upacara adalah Pejabat dalam
upacara yang kepadanya disampaikan penghormatan yang
tertinggi oleh peserta yang hadir mengikuti upacara.
c. Pemimpin Upacara/Komandan upacara,
Pemimpin Upacara adalah pejabat yang bertugas memimpin
peserta upacara dengan jalan memberikan aba-aba.
7
d. Pembawa Acara/Master of ceremony (MC).
Pembawa Acara adalah pemandu pelaksanaan seluruh
rangkaian kegiatan upacara. Pembawa acara memegang peran
penting untuk keberhasilan suatu acara, karena apa yang
diucapkan akan berdampak langsung kepada pergerakan orang
lain untuk melakukan sesuatu dalam acara tersebut.
e. Petugas upacara
Penerima Tamu; Pemimpin Barisan; Pengebar Bendera;
Pembaca Naskah Pancasila, UUD 1945, Panca Prasetia Korpri
dll; Pembaca Doa.
Pembaca Naskah adalah petugas yang membacakan naskah-
naskah tertentu yang ditetapkan untuk suatu upacara.
f. Peserta upacara,
Peserta Upacara adalah seluruh yang hadir dan mengikuti
upacara
Perlengkapan upacara meliputi: a. Bendera Kebangsaan,
Bendera Kebangsaan berbentuk segi empat panjang
yang lebarnya duapertiga dari panjangnya, bagian atas
berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih sedang
kedua bagian itu sama lebarnya.
Bendera dibuat dari kain yang kuat dan tidak luntur.
Bendera dikibarkan sepanjang hari, mulai saat matahari
terbit sampai dengan saat matahari terbenam dalam keadaan
cuaca apapun.
Jika pengibaran dilakukan pada waktu upacara bendera,
maka sebelumnya pada saat matahari terbit tidak dilakukan
pengibaran bendera.
Jika hujan turun pada saat matahari terbit atau pada
waktu akan dilakukan pengibaran, pengibaran bendera tetap
dilakukan sebagaimana biasa.
Apabila Bendera Kebangsaan dipasang pada suatu
acara resmi diluar upacara bendera maka dipasang pada
8
sebuah tiang bendera dan diletakkan disebelah kanan
mimbar.
b. Tiang bendera,
Tiang bendera harus terbuat dari bahan yang kuat,
kokoh, dan tahan lama.
Tinggi tiang bendera harus seimbang dengan bendera
yang dikibarkan. Umumnya tiang bendera yang mempunyai
ketinggian 17 m menggunakan bendera berukuran 2 x 3 m.
Tiang bendera didirikan di atas tanah di halaman depan
gedung.
c. Tali Pengerek Bendera,
Tali pengerek bendera harus terbuat dari bahan yang
kuat dan tidak mudah putus.
Untuk memudahkan pemasangan bendera, dapat
dibuatkan pengait bendera pada bagian atas dan bawahnya.
d. Mimbar upacara,
e. Naskah yang akan dibacakan: (Pancasila, UUD 1945,
Panca Prasetia Korpri, Doa).
f. Lambang kehormatan negara yaitu terdiri atas lambang
negara “Garuda Pancasila”, bendera kebangsaan “Sang Merah
Putih”, gambar resmi Presiden RI dan Wapres RI serta lagu
kebangsaan “Indonesia Raya”
g. Pengeras Suara/Sound System,
h. Papan-papan penunjuk yang diperlukan,
Langkah-langkah persiapan dalam pelaksanaan upacara bendera:a. Menyusun acara,
Penanggungjawab upacara harus membuat skenario
pelaksanaan upacara bendera apakah pelaksanaan upacara
dilaksanakan dalam ruangan atau diluar ruangan dan mengecek
9
kelengkapan upacara dan perlengkapan upacara serta
penunjukan petugas upacara.
Susunan acara menurut Inpres 14/1981 secara garis besar,
sebagai berikut :
Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia
Raya.
Mengheningkan cipta.
Pembacaan Pancasila yang diikuti oleh peserta upacara.
Pembacaan Pembukaan UUD 1945.
Pembacaan Panca Prasetia Korpri yang diikuti oleh
peserta upacara.
Acara-acara lain, seperti :
o Upacara pemberian tanda-tanda
jasa/kehormatan atau penghargaan lainnya,
o Melepas mereka yang pensiun, dll.
Sambutan Pembina Upacara (apabila dipandang perlu).
b. Membuat Tata Ruang/Tempat/Lay Out.
Penanggungjawab upacara sebelum acara dimulai harus
mengatur atau membuat sketsa/lay out tempat upacara yang
diserahkan ke petugas yang mengatur tempat upacara.
c. Menetapkan jenis pakaian yang harus dipakai.
Dalam undangan atau pengumuman upacara harus dicantumkan
pakaian yang harus dikenakan.
d. melaksanakan gladi acara.
Sebelum acara dimulai seluruh petugas upacara harus
melakukan latihan dan gladi acara sehingga pelaksanaan
upacara dapat berjalan sesuai dengan skenario yang telah
ditetapkan.
1.2. Pelaksanaan UpacaraPelaksanaan upacara harus dilakukan dengan seksama
dengan memperhatikan antara lain sebagai berikut:
10
a. Mematuhi skenario pelaksanaan upacara yang tersusun
mulai dari nomor, waktu, acara, uraian pembawa acara, kegiatan
dan keterangan.
b. Menepati waktu.
c. Para peserta memakai pakaian yang sesuai dengan yang
telah ditetapkan.
Contoh skenario pelaksanaan upacara bendera peringatan HUT ke-
24 BPKP dapat dilihat pada Lampiran I.
Susunan acara pelaksanaan upacara bendera terinci
sebagai berikut:
Acara Pendahuluan
– Peserta upacara memasuki lapangan upacara
– Pejabat teras hadir di tempat upacara
Acara Pokok
– Pembina Upacara tiba di tempat upacara
– Penghormatan Peserta Upacara
– Laporan Pemimpin Upacara
– Pengibaran Bendera Merah Putih
– Mengheningkan cipta
– Pembacaan Naskah-naskah
– Amanat/Sambutan Pembina Upacara
– Laporan Pemimpin Upacara
– Penghormatan Peserta Upacara
Acara Penutup
– Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara
– Pemimpin Upacara membubarkan barisan
Langkah-Langkah pelaksanaan upacara bendera terinci
sebagai berikut:
a. Bentuk Barisan
Bentuk barisan harus disesuaikan dengan keadaan
setempat/lapangan upacara dengan variasi bentuk-bentuk sbb :
11
– Bentuk barisan “SEGARIS’, ialah bentuk barisan disusun
dalam satu garis dan menghadap ke pusat upacara.
– Bentuk barisan “U”, atau “L” ialah suatu barisan yang disusun
dan dibentuk berbentuk huruf U atau L dan menghadap ke
pusat upacara.
b. Pengibaran Bendera
– Pengibaran bendera dilakukan oleh tiga orang pelaku upacara
dan disebut Kelompok Pengibar Bendera, masing-masing
bertugas sebagai :
o Pengibar bendera ( kanan)-mengikat bendera,pegang tali.
o Pembawa bendera (tengah)-membawa bendera, beri aba-
aba.
o Pengerek bendera ( kiri)-mengerek bendera-ikat tali.
– Tempat ketiga orang Kelompok Pengibar Bendera itu diatur
sedemikian rupa, sesuai dengan keadaan tempat/lapangan,
hingga tidak mengganggu ketertiban dan kekhidmatan
upacara.
– Apabila terjadi kesukaran-kesukaran pada waktu menaikkan
bendera kebangsaan, maka kesukaran tersebut tidak boleh
menghentikan kegiatan upacara yang sedang berlangsung.
Misalnya :
o Tali kerekan bendera macet, upacara berjalan terus
sampai selesai lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan
setelah selesai, tali kerekan diperbaiki.
o Tali kerekan putus, petugas yang sedang menaikkan
bendera harus menangkap bendera yang jatuh dan
setelah itu direntangkan tegak lurus dengan dua tangan
sampai upacara selesai. Kemudian bendera dilipat untuk
disimpan.
– Apabila karena sesuatu hal upacara bendera tidak dapat
dilangsungkan di lapangan, pelaksanaan upacara dapat
dilakukan di ruangan (aula).
12
o Pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan, termasuk jumlah peserta, kelengkapan, dan
tempat upacara tanpa harus mengurangi kekhidmatan
jalannya upacara.
o Pemimpin upacara langsung mengambil alih pimpinan
peserta upacara.
c. Lagu Kebangsaan
– Apabila Lagu Kebangsaan diperdengarkan dengan musik,
maka lagu kebangsaan itu harus dibunyikan lengkap satu kali,
yaitu satu shofe dengan dua kali ulangan dengan tempo 88 –
96.
– Apabila dinyanyikan, maka dinyanyikan lengkap satu bait,
yaitu bait pertama dengan dua kali ulangan.
– Pada saat lagu diperdengarkan, maka setiap orang yang
hadir mengambil sikap sempurna dan memberikan
penghormatan kebesaran.
– Mereka yang tidak berpakaian seragam, memberikan hormat
dengan meluruskan lengan ke bawah dan melekatkan tapak
tangan dengan jari-jari merapat pada paha, sedang penutup
kepala harus dibuka, kecuali kopiah, ikat kepala, sorban, dan
kerudung atau topi untuk wanita yang dipakai menurut agama
atau adat-kebiasaan.
– Bagi mereka yang menghormat dengan cara mengangkat
tangan, tidak perlu turut menyanyikan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya.
– Jika tidak ada korps musik, tidak dibenarkan pada waktu
mengiringi pengibaran bendera memperdengarkan atau
memakai piringan hitam atau tape-recorder atau CD.
– Jika tidak ada korps musik/genderang dan atau sangkakala,
maka pengibaran diiringi dengan nyanyian bersama Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.
13
– Tidak boleh diperdengarkan/dinyanyikan pada waktu dan
tempat menurut sesukanya sendiri.
Tugas-tugas pokok yang terkait dengan pelaksaan upacara adalah sebagai berikut:a. Penanggungjawab Upacara
– Mengajukan rencana upacara kepada Pembina Upacara,
– Menentukan/menunjuk petugas pelaksana upacara,
– Menyiapkan/memeriksa tempat dan perlengkapan upacara,
– Memberikan informasi/melapor kepada Pembina, Upacara
tentang segala sesuatu sebelum upacara dimulai,
– Bertanggung jawab atas jalannya upacara kepada Pembina
Upacara.
b. Pembina Upacara
– Mensahkan acara upacara,
– Menerima laporan penanggung jawab upacara,
– Menerima laporan pemimpin/komandan upacara,
– Menerima penghormatan dari peserta upacara,
– Memimpin mengheningkan cipta,
– Menyampaikan amanat/sambutan.
c. Pemimpin Upacara
– Menyiapkan dan mengatur peserta upacara,
– Memimpin dan memberikan aba-aba penghormatan kepada
Pembina Upacara,
– Membubarkan peserta upacara bila acara selesai.
d. Pembawa Acara
– Membacakan acara demi acara sesuai urutan dan saat-saat
yang telah ditentukan,
– Mengetahui dengan tepat siapa-siapa petugas pelaksana.
e. Peserta Upacara
– Mengikuti segala aba-aba yang disampaikan oleh Pemimpin
Upacara,
14
– Berpakaian dan atribut sesuai yang ditentukan.
f. Pembawa Naskah
– Membawa dan membacakan teks resmi naskah pada saat
dan tempat yang telah ditentukan,
– Mengetahui dengan jelas gerakan dan cara membaca.
g. Penerima Tamu
– Mengetahui dengan jelas tamu yang diundang.
– Menunjukkan tempat duduk sesuai tempat yang telah
ditentukan.
Pengucapan/Pembacaan Naskah-Naskah Tertentu pada
Upacara Bendera.
a. Pancasila.
Setelah mengucapkan/membaca kata Pancasila, dilanjutkan
dengan mengucapkan/membaca angka satu, dua, tiga, empat,
lima berhenti sejenak kemudian melanjutkan
mengucapkan/membaca kalimat yang tercantum pada setiap Sila
secara lengkap dalam satu bait, tidak terputus/tanpa
pemenggalan kalimat.
Namun untuk Sila Keempat, harus diucapkan/dibaca dalam dua
bait/ada pemenggalan kalimat sebagai berikut:
“Empat ….. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
….. dalam permusyawaratan/perwakilan”.
b. Undang-Undang Dasar 1945.
Dibaca: Undang Undang Dasar Seribu Sembilan Ratus Empat
Puluh Lima.
c. Urutan pembacaan antara Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dan teks Pancasila seyogyanya urutan pertama adalah
Pembukaan UUD 1945 kemudian Teks Pancasila, yang dapat
diucapkan/dibaca oleh pejabat tertentu atau oleh salah seorang
peserta upacara.
15
d. Khusus pada upacara bendera Peringatan Hari Kesaktian
Pancasila 1 Oktober teks Pancasila dibaca oleh Inspektur
Upacara.
2. Tata Cara Upacara Pelantikan Pejabat.Pejabat dilingkungan BPKP yang memangku jabatan harus
mengangkat sumpah pada waktu menerima jabatan atau pekerjaannya
(Pasal 1 ayat 1 Perpres 11/1959). Pengangkatan sumpah diucapkan
dihadapan pejabat yang berwenang mengambil sumpah dan dilakukan
dalam suasana khidmat.
Upacara pelantikan ialah upacara resmi pengangkatan pejabat
dilingkungan BPKP, untuk memangku jabatan tertentu, dengan cara
mengangkat sumpah/janji. Istilah yang digunakan : pelantikan,
pengambilan sumpah , atau pengangkatan sumpah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelantikan:
a. Penyelenggaraan upacara pelantikan para pejabat perlu
diatur secara baik agar pelaksanaan upacara itu dapat berjalan dengan
tertib, khidmat, dan lancar.
b. Pada pengucapan sumpah/janji, semua orang yang hadir
dalam upacara itu harus berdiri.
c. Pengucapan sumpah/janji dilakukan menurut agama/
kepercayaan masing-masing dan tidak boleh mewakilkannya kepada
orang lain.
d. Pejabat yang mengambil sumpah, mengucapkan sumpah –
kalimat demi kalimat dan diikuti oleh pejabat yang mengangkat
sumpah.
e. Sebagai dasar menentukan urutan berdiri para pejabat yang
akan dilantik adalah urutan nomor surat keputusan.
f. Jika yang dilantik mempunyai agama yang berbeda, urutan
berdiri dimulai dari yang beragama :
o Islam
16
o Protestan
o Katholik
o Hindu
o Budha
o Aliran Kepercayaan
Untuk poin e dan f, dapat pula diatur berdasarkan jumlah banyaknya
yang didahulukan.
2.1. Persiapan Pelantikana. Menjelang pelaksanaan upacara perlu menetapkan
kelengkapan dan perlengkapan upacara.
b. Kelengkapan Upacara terdiri atas :
Pejabat yang mengambil sumpah,
Pejabat yang mengangkat sumpah.
Para Saksi,
Rohaniwan,
Para undangan/tamu,
Pembaca Surat Keputusan,
Pembawa Naskah Berita Acara,
Ajudan (ADC),
Protokol,
Pembawa Acara,
Penerima Tamu,
Paduan suara (bila pada acara tersebut dinyanyikan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya).
c. Perlengkapan Upacara terdiri atas :
Surat Keputusan,
Naskah Surat Keputusan yang akan dibacakan,
Naskah Berita Acara Sumpah Jabatan,
Naskah Sumpah Jabatan,
Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan (bila perlu),
17
Surat undangan untuk para pejabat yang dianggap perlu
hadir,
Surat undangan,
Susunan Acara/skenario,
Meja tempat tanda tangan,
Lay out / tata ruang, dll.
d. Apabila rencana pelaksanaan pengambilan sumpah
sudah ditetapkan, yang perlu dipersiapkan adalah :
Pembuatan surat pemberitahuan kepada ybs,
Pembuatan surat undangan dan pendistribusiannya,
Surat permohonan untuk Rohaniwan,
Pembuatan naskah surat keputusan yang akan dibaca,
Pembuatan kata pengantar dan naskah sumpah,
Pembuatan berita acara sumpah jabatan masing-masing
pejabat sesuai agamanya,
Penunjukan para Saksi,
Pembuatan susunan acara,
Penyiapan tempat upacara / lay out,
e. Pada umumnya, susunan acara pengambilan sumpah
jabatan sebagai berikut :
Pejabat Upacara tiba di tempat upacara
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Penyerahan Surat Keputusan (simbolis)
Pembacaan Surat Keputusan
Pengambilan Sumpah Jabatan
Penandatanganan Berita Acara Sumpah Jabatan
Pengucapan Kata-kata Pelantikan (fakultatif).
Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan
(fakultatif)
Amanat/Sambutan Pejabat Upacara
Pembacaan do’a
Menyanyikan Lagu Bagimu Negeri
18
Pemberian ucapan selamat diawali oleh Pejabat Upacara
Ramah tamah
2.2. Pelaksanaan Pelantikana. Pendahuluan
Sebelum acara dimulai, pejabat yang akan
dilantik, para undangan, Rohaniwan, dan Saksi memasuki
tempat upacara.
Protokol mengatur tempat berdiri mereka sesuai
dengan tempat yang telah ditentukan.
Protokol atau Pembawa Acara memberikan
penjelasan secara garis besar kepada pejabat yang akan
dilantik, para Saksi, dan Rohaniwan mengenai jalannya
upacara.
Apabila sudah siap, protokol menjemput Pejabat
Upacara dan ketika memasuki ruangan, Pembawa Acara
memberi aba-aba “Pejabat Upacara (disebutkan nama
jabatannya) tiba di tempat upacara”.
Catatan : Pembawa Acara tidak boleh membacakan susunan
acara apabila Pejabat Upacara sudah memasuki tempat
upacara.
b. Pembacaan Surat Keputusan :
Surat Keputusan yang akan dibaca dibuat dalam
bentuk yang lebih singkat.
Konsiderans dan dasar hukum tidak perlu dibaca
penuh, melainkan dibaca “dan seterusnya”.
Diktum keputusan yang dibaca lengkap hanyalah
diktum yang berisi pengangkatan, sedangkan yang lain cukup
“dan seterusnya”
Apabila keputusan yang akan dibaca itu terdiri
atas beberapa keputusan, maka nomor-nomor keputusan
dibaca sekaligus secara berurut tanpa perlu pengulangan
membaca masing-masing keputusan.
19
Jabatan lama dalam lampiran tidak perlu dibaca.
c. Pengambilan sumpah jabatan :
Pejabat yang dilantik mengucapkan sumpah,
mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh Pejabat yang
mengambil sumpah.
Pada waktu pengucapan sumpah jabatan,
semua orang yang hadir dalam upacara itu harus berdiri.
Sebelum dilantik, sebaiknya naskah sumpah ini
disampaikan terlebih dahulu kepada pejabat yang dilantik
untuk diketahui dan memudahkan lafal sumpah yang akan
diucapkan.
d. Bunyi sumpah jabatan PNS :
“Demi Allah, saya bersumpah :
“Bahwa saya, untuk diangkat pada jabatan ini, baik langsung
maupun tidak langsung dengan rupa atau dalih apapun juga,
tidak memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun juga;
Bahwa saya, akan setia dan taat kepada Negara Republik
Indonesia;
Bahwa saya, akan memegang rahasis sesuatu yang menurut
sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan;
Bahwa saya, tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian
berupa apa saja dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut
dapat mengira, bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau
mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya;
Bahwa dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan saya, saya
senantiasa akan lebih mementingkan kepentingan Negara
daripada kepentingan saya sendiri, seseorang, atau golongan;
Bahwa saya, senantiasa akan menjunjung tinggi kehormatan
Negara, pemerintah, dan pegawai negeri;
Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
semangat untuk kepentingan Negara”.
20
Catatan :
– Bagi yang beragama Nasrani, kata-kata “Demi Allah”
dihapuskan dan diganti dengan kata-kata yang diucapkan
pada akhir sumpah “Kiranya Tuhan akan menolong saya”.
– Bagi yang beragama Hindu, kata-kata “Demi Allah” diganti
“Om Atah Paramawisesa”.
– Bagi yang beragama Budha kata-kata “Demi Allah” diganti
“Demi Sang Hyang Adi Budha”.
e. Penandatanganan Berita Acara Sumpah Jabatan:
Untuk masing-masing pejabat yang diambil
sumpahnya, disiapkan sebuah Berita Acara Sumpah Jabatan
sesuai dengan agamanya.
Penandatanganan Berita Acara ini dapat
dilakukan secara simbolis, apabila jumlah pejabat yang
diambil sumpahnya banyak, yang biasanya diwakili masing-
masing eselon atau golongan agama.
Urutan yang menandatangani Berita Acara
Sumpah Jabatan berturut-turut adalah pejabat yang diambil
sumpahnya, Saksi I, Saksi II, dan Pejabat yang mengambil
sumpah.
Berita Acara Sumpah Jabatan dibuat dalam
rangkap tiga, yaitu untuk yangbersangkutan, arsip instansi,
dan BKN.
f. Pengucapan kata-kata Pelantikan (fakultatif):
Di beberapa instansi ada kebiasaan, Pejabat
yang mengambil sumpah jabatan mengucapkan Kata-kata
Pelantikan, tetapi tidak diikuti oleh Pejabat yang mengambil
sumpah.
Sifatnya hanya penegasan belaka, sehingga
apabila tidak diucapkan tidak membatalkan sahnya
pengambilan sumpah jabatan.
Contoh :
21
“Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas rahmat dan taufikNya, maka pada hari ini …
tanggal … saya, dengan resmi melantik Saudara sebagai …
sesuai dengan Keputusan … Nomor … tanggal …
Saya percaya, bahwa Saudara akan melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan”.
g. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan :
Apabila diperlukan, dapat ditandatangani Berita Acara Serah
Terima Jabatan antara pejabat lama dengan pejabat baru yang
disaksikan oleh Pejabat yang mengambil sumpah.
h. Pemberian ucapan selamat :
– Apabila dalam upacara pengambilan sumpah jabatan itu hadir
pula isteri/suami pejabat yang diambil sumpahnya, maka
dalam acara pemberian ucapan selamat, isteri/suami tersebut
berdiri di sebelah kiri pejabat yang bersangkutan.
– Pemberian ucapan selamat diawali oleh Pejabat yang
mengambil sumpah dan diikuti oleh para undangan lainnya.
3. Pakaian Untuk UpacaraUntuk setiap upacara harus ditentukan pakaian apa yang akan dikenakan
oleh peserta upacara. Jenis-jenis pakaian untuk upacara telah diatur
dengan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang jenis-jenis
pakaian sipil yang terdiri dari 5 jenis yaitu:
a. Pakaian Sipil Harian (PSH).
PSH adalah berupa celana panjang dan jas lengan pendek dengan
potongan leher berdiri terbuka, tiga saku (saku atas kiri dan bawah
kanan-kiri), kancing lima buah, warna celana dan jas sama.
Dipakai untuk bekerja sehari-hari dan keperluan lainnya yang bersifat
umum, seperti upacara peresmian, pembukaan rapat kerja dsb.
b. Pakaian Sipil Resmi (PSR).
PSR adalah serupa dengan PSH tetapi mempunyai lengan panjang.
22
Dipakai untuk menghadiri upacara yang bukan upacara kenegaraan
dan dipakai malam hari. PSR dapat pula dipakai untuk upacara
pelantikan, audiensi kepada pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.
c. Pakaian Sipil Lengkap (PSL) atau Suite.
PSL adalah berupa celana panjang dan jas warna sama, kemeja
warna putih, dasi dan sepatu hitam.
PSL dipakai pada upacara pelantikan pejabat tertentu dan menghadiri
upacara kenegaraan/resmi tertentu atau berpergian resmi ke luar
negeri.
d. Pakaian Sipil Dasi Hitam (PSDH) atau Black Tie.
PSDH dipakai pada jamuan resepsi/santap resmi atau kenegaraan,
khususnya dalam menjamu tamu-tamu resmi.
e. Pakaian Sipil Nasional (PSN).
PSN adalah berupa jas beskap hitam, celana panjang hitam dengan
strip satin disamping, sarung diikat didalam beskap, sepatu hitam serta
peci hitam. Bintang/Lencana penghargaan dapat dipakai pada PSN
dalam acara resmi disesuaikan menurut jenis acara tersebut.
PSN dipakai pada acara-acara resmi/kenegaraan diluar negeri.
f. Peci Nasional (PENAS)
Dipakai pada Pakaian Sipil Nasional (PSN), PENAS dapat dipakai pula
secara sukarela pada setiap jenis pakaian sipil dan harus dipakai
apabila ada ketentuan khusus untuk memakai peci nasional itu.
B. TATA TEMPAT
Tata tempat adalah aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat negara,
pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan,
atau acara resmi. Tata tempat pada hakekatnya mengandung unsur-unsur
siapa yang berhak didahulukan, atau siapa yang memperoleh hak menerima
prioritas dalam urutan. Orang yang berhak memperoleh urutan tempat untuk
didahulukan adalah seseorang dikarenakan jabatan, pangkat dan status serta
kedudukannya di dalam negara, pemerintahan atau masyarakat.
23
1. Pedoman Umum Tata Tempat
Aturan dasar tata tempat diatur dalam Penjelasan Umum PP No. 62
Tahun 1990 sebagai berikut:
a. Orang yang paling berhak mendapat tata urutan pertama/paling
tinggi adalah mereka yang mempunyai urutan paling
depan/mendahului.
b. Jika mereka berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang
yang mendapat urutan tempat paling utama dianggap lebih
tinggi/mendahului orang yang duduk di sebelah kirinya.
c. Jika menghadap meja, tempat utama adalah yang menghadap ke
pintu keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat
dengan pintu keluar.
d. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat
adalah di tempat paling tengah, dan di tempat sebelah kanan luar,
atau dengan rumus: posisi sebelah kanan lebih terhormat dari posisi
sebelah kiri (Genap=4-2-1-3, Ganjil=3-1-2). Urutan ini ditentukan pada
front row/baris utama dan pada baris pertama (first row) bagi
undangan tertentu. Kemudian, bila pengaturan tempatnya terdiri atas
dua blok (kanan dan kiri) maka urutannya adalah dimulai dari nomor
1,2,3 dan seterusnya.
Catatan: Pengaturan tata tempat dapat pula mengacu pada situasi
dan kondisi tempat, sifat acara serta kepatutan dan tempat yang
paling ujung tidak ditempati oleh perempuan.
e. Apabila naik kendaraan, orang yang mendapat tata urutan paling
utama di pesawat terbang naik paling akhir dan turun paling dahulu.
Di kapal laut, ia naik dan turun paling dahulu. Di mobil atau kereta api,
ia naik dan turun paling dahulu dan duduk paling kanan. Di mobil,
posisi duduk disesuaikan dengan pintu masuk dan tempat tujuan.
Catatan: Dalam hal tata tempat duduk, pengaturannya dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat yang akan dikunjungi.
24
2. Tata Tempat Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Tertentu Tingkat Provinsi
Urutan diatur sebagai berikut:
a. Gubernur, Ketua DPRD Provinsi
b. Pangdam/Komandan Koramil, Komandan Tertinggi Kesatuan
Angkatan dan POLRI tingkat Provinsi setempat, Ketua Pengadilan
Tinngi, Kepala Kejaksaan Tinggi
c. Wakil Gubernur, Wakil Ketua DPRD Provinsi
d. Sekretaris Daerah Provinsi, Pejabat Eselon I.b/setingkat,
Bupati/Walikota, Ketua DPRD Kabupaten/Kota.
e. Wakil Bupati/Wakil Walikota, Wakil Ketua DPRD Kabupaten/Kota
f. Anggoat DPRD Provinsi, Asisten Sekretaris Daerah Provinsi,
Kepala Dinas, Kepala Badan Provinsi, Pejabat Eselon II.a/setingkat,
Kepala Kanwil Departemen
g. Kepala Biro Setda Provinsi, Pejabat Eselon II.b/setingkat
h. Kepala Bagian Setda Provinsi, Pejabat Eselon II.a/setingkat
3. Tata Tempat Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Tertentu Tingkat Kabupaten/Kota
Urutan diatur sebagai berikut:
a. Bupati/Walikota, Ketua DPRD Kabupaten/Kota
b. Komandan Kodim, Komandan Tertinggi Kesatuan Angkatan
dan POLRI tingkat Kabupaten/Kota, Ketua Pengadilan Negeri,
Kepala Kejaksaan Negeri
c. Wakil Bupati/Wakil Walikota, Wakil Ketua DPRD
Kabupaten/Kota
d. Sekretaris Kabupaten/Kota, Pejabat Eselon II.a/setingkat
e. Anggota DPRD Kabupaten/Kota, Asisten Sekretaris
Kabupaten/Kota, Kepala Dinas, Kepala Badan Kabupaten/Kota,
Pejabat Eselon II.b/setingkat, Kepala Kantor Departemen
f. Kepala Bagian Sekretariat Kabupaten/Kota, Camat, Pejabat
Eselon III.a/setingkat
25
4. Tata Tempat dalam Acara Resmi di Daerah
Acara resmi di daerah yang diselenggarakan oleh instansi pusat, maka
Menteri/Pimpinan LPND adalah sebagai tuan rumah acara. Sedangkan
tuan rumah daerah adalah Gubernur atau Bupati/Walikota, dengan
pengaturan sebagai berikut:
a. Mereka yang dalam aturan tata tempat umum kenegaraan
mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada tuan rumah/atasan
langsung tuan rumah, maka yang baersangkutan mendimpingi
pembesar upacara pada front row, yang urutannya mendahului tuan
rumah.
b. Bila hadir dua Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota)
selaku tuan rumah Daerah, maka Gubernur sebagai tuan rumah
Daerah yang mendampingi pembesar upacara.
c. Pejabat negara/Pejabat Pemerintah lain yang
kedudukannya lebih tinggi dari tuan rumah (yang tidak terkait
langsung dengan acara) mendapat tempat di kursi undangan (bukan
di front row/baris utama).
5. Pengaturan Tata Tempat Perorangan
Isteri/Suami Pejabat Istri/Suami dari Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah atau Tokoh
Masayarakat tertentu dalam acara resmi, maka urutan tempatnya
setingkat dengan urutan tata tempat suami/istrinya. (Penjelasan Pasal 4
ayat (2) UU No. 8 Tahun 1987 dan Pasal 10 ayat (1) dan (2) PP No. 62
Tahun 1990)
Pejabat yang MewakiliPejabat yang mewakili tidak menempati tempat dari pejabat yang
diwakilinya. Tempat baginya adalah sesuai dengan
kedudukan/jabatannya. (Pasal 11 ayat (1) dan (2).
26
Pejabat dengan Jabatan RangkapPejabat dengan jabatan rangkap yang tidak sama tingkatannya, maka
baginya berlaku tata tempat yang urutannya lebih dahulu. (Pasal 12 PP
No. 62 Tahun 1990).
Urutan Tempat MenteriUrutan tempat Menteri diatur menurut urutan Menteri yang ditetapkan
dalam Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet. Sedangkan
mengenai urutan tempat antar Pegawai Negeri diatur menurut senioritas
dengan memberikan urutan sesuai dengan jabatan. (Penjelasan Pasal 7
PP No. 62 Tahun 1990).
Mantan Pejabat Negara/PemerintahMantan Pejabat Negara/Pemerintah mendapat tempat setingkat lebih
rendah daripada Pejabat yang masih berdinas aktif, tetapi mendapat
tempat pertama dalam golongan/kelompok yang setingkat lebih rendah
itu. (Penjelasan Pasal 7 PP No. 62 Tahun 1990)
Tata Tempat Pejabat yang Menjadi Tuan RumahAcara resmi yang dihadiri Presiden RI atau Wakil Presiden RI, maka
Pejabat yang menjadi tuan rumah mendampingi Presiden RI atau Wakil
Presiden RI. Namun apabila acara resmi tidak dihadiri oleh Presiden RI
atau Wakil Presiden RI, maka yang mendampingi Pejabat Negara dan
atau Pejabat Pemerintah yang tertinggi kedudukannya (Pasal 4 ayat (4)
UU No. 8 Tahun 1987)
C. TATA PENGHORMATAN
Sebagaimana diatur dalam PP nomor 62 tahun 1990, Tata Penghormatan
mencakup penghormatan kepada Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah,
Tokoh Masyarakat Tertentu, dan Lambang – lambang kehormatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
27
1. Penghormatan Kepada Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat Tertentu.Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian
hormat bagi Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat
Tertentu, dalam acara kenegaraan, acara resmi.
Berdasarkan pasal 3 undang-undang nomor 8 tahun 1987, “ Pejabat
Negara/Pemerintahan dan Tokoh Masyarakat Tertentu mendapat
penghormatan dan perlakuan sesuai dengan kedudukanya”.
Penghormatan sesuai dengan kedudukannya adalah sikap perlakuan
yang bersifat protokoler yang harus diberikan kepada seseorang dalam
acara kenegaraan atau acara resmi sesuai dengan jabatan dan atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau masyarakat.
Berdasarkan PP Nomor 62 tahun 1990, bentuk penghormatan kepada
pejabat Negara/Pemerintahan, Tokoh Masyarakat Tertentu, terdiri dari :
a. Penghormatan dalam bentuk Tata Tempat (preseance),
yaitu seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi memperoleh
urutan tempat pertama,
b. Penghormatan dalam bentuk Tata Urutan (Rotation), yaitu :
1). Urutan sambutan dalam upacara, seseorang
dengan kedudukan/jabatan tertinggi mendapat giliran paling
akhir , namun pada acara yang bersifat non seremonial seperti
briefing, terjadi sebaliknya,
2). Seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi
diberi hak untuk datang di tempat acara paling akhir dan pulang
paling awal.
3). Seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi
apabila naik pesawat naik paling akhir sedangkan turun paling
awal, di Kapal Laut, Mobil dan Kereta Api, naik dan turun paling
dulu. Bentuk penghormatan pada saat menggunakan kendaraan
ini bisa menyimpang dari kelaziman apabila disediakan ruang
tunggu.
4). Dalam bentuk Jajar Kehormatan (Receiving Line),
seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi harus datang
dari arah sebelah kanan pejabat yang menyambut, bila
28
seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi tersebut yang
menyambut maka tamu datang dari sebelah kirinya.
c. Penghormatan dalam bentuk pemberian perlindungan,
ketertiban, keamanan, dukungan sarana dan fasilitas yang
diperlukan sesuai dengan kedudukannya dan atau jabatannya dalam
negara dan pemerintahan.
d. Penghormatan dalam bentuk penggunaan Bendera Sang
Merah Putih dalam menjalankan tugas jabatannya, yaitu :
1). Presiden/wakil Presiden, mantan Presiden/wakil
Presiden, Menteri, Ketua Lembaga-lembaga Negara, Jaksa
Agung dan Ketua BPK dapat menggunakan Bendera
Kebangsaan pada kendaraan/alat pengangkutan yang
digunakan, kecuali pada kapal. Bendera digunakan pada
kendaraan Presiden/wakil Presiden berukuran 36 x 54 Cm, bagi
pejabat lainnya ukuran 30 x 45 Cm dan dipasang pada bagian
depan mobil di tengah-tengah.
2). Presiden/wakil Presiden serta tamu negara dalam
kunjungannya ke daerah berhak memperoleh penghormatan
dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih.
e. Penghormatan khusus kepada Presiden/wakil Presiden
dalam bentuk pengumandangan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
dalam menjalankan tugas jabatannya pada acara kenegaraan dan
acara resmi serta pada saat datang dan kembali dari kunjungan ke
daerah.
f. Penghormatan Jenazah apabila Pejabat
Negara/Pemerintahan dan Tokoh Masyarakat Tertentu meninggal
dunia, dalam bentuk pengibaran bendera setengah tiang, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1). Selama tujuh hari untuk jabatan Presiden/wakil
Presiden, mantan Presiden/wakil Presiden, bendera dikibarkan
setengah tiang di seluruh pelosok negeri,
2). Selama lima hari bagi ketua lembaga-lembaga
negara, bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh pelosok
negeri,
29
3). Selama tiga hari bagi Menteri Negara, wakil ketua
lembaga-lembaga tinggi negara, Panglima TNI, Kepala staf
angkatan dan Kapolri, bendera dikibarkan setengah tiang di
seluruh pelosok negeri,
4). Selama dua hari untuk pejabat negara, pejabat
pemerintahan dan tokoh masyarakat tertentu lainnya, dengan
pengibaran bendera setengah tiang di lingkungan instansinya
masing-masing.
2. Penghormatan Terhadap Lambang-lambang Kehormatan NKRIBerdasarkan PP nomor 40, 43, dan 44 tahun 1958, lambang-lambang
kehormatan NKRI terdiri dari : Lambang Negara Burung Garuda,
Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih, Gambar Resmi Presiden dan
Wakil Presiden, dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
a. Penghormatan Terhadap Lambang Negara Burung GarudaKetentuan mengenai lambang negara diatur dalam PP nomor 43
tanggal 26 Juni 1958. Penghormatan kepada Lambang negara
meliputi: tata tertib penggunaan lambang negara, tata cara
penggunaan lambang negara, dan hal-hal yang dilarang dalam
penggunaan lambang negara.
Tata Tertib Penggunaan Lambang Negara1). Lambang negara di dalam ruangan bersama-sama dengan
gambar Presiden dan Wakil Presiden harus mendapat tempat
yang sama utamanya,
2). Lambang negara harus dipasang sesuai dengan besar kecilnya
ruangan atau kapal dan dibuat dari bahan yang tahan lama,
3). Lambang negara bila terdiri lebih dari satu warna harus mengacu
kepada PP 66/ 1971, kalau digunakan satu warna agar
digunakan warna yang layak dan pantas, seperti : kuning emas,
perunggu, atau sawo matang.
30
Tata Cara Penggunaan Lambang Negara1). Lambang negara dipasang di gedung milik pemerintah, sebelah
luar atau dalam gedung pada tempat yang pantas dan menarik
perhatian,
2). Digunakan pada kapal-kapal pemerintah yang digunakan unatuk
keperluan dinas dan ditempatkan ditengah tengah bagian luar
anjungan.
3). Lambang negara pada bagian luar gedung hanya dibolehkan
pada : rumah jabatan presiden/wakil presiden, Menteri,
Gubernur, Walikota/bupati, gedung kantor departemen,
lembaga-lembaga negara dan kantor perwakilan RI di luar negeri,
4). Lambang negara diluar gedung diharuskan pada tiap-tiap :
Kantor Kepala Daerah, ruang sidang DPRD, Ruang sidang
pengadilan, Markas besar dan kantor-kantor TNI, Markas besar
dan kantor-kantor Polri, Kantor Perwakilan RI di luar negeri,
kantor Imigrasi, kantor Syahbandar, dan kantor – kantor negeri
lainnya,
5). Lambang negara digunakan pada Paspor RI, tiap-tiap nomor
lembaran negara, Berita Negara dan Tambahannya, dibagian
atas halaman pertama dan ditengah tengahnya,
6). Lambang negara untuk cap jabatan, hanya dibolehkan untuk cap
jabatan presiden/wakil presiden, Menteri, Ketua Lembaga-
Lembaga Negara, Jaksa Agung, Perwakilan RI di luar Negeri,
Kepala Daerah dan notaris. Lambang negara pada cap dinas
diperbolehkan untuk kantor-kantor pusat dari para pejabat
tersebut,
7). Lambang negara dapat digunakan pada surat dinas Presiden,
Wakil Presiden, Menteri, Ketua-ketua lembaga negara, jaksa
agung, kepala Perwakilan RI di luar Negeri, Gubernur/kepala,
daerah,
8). Lambang negara pada cap jabatan hanya diperbolehkan untuk
kartu nama Presiden/wapres Menteri, Ketua-ketua lembaga
31
negara, jaksa agung, kepala Perwakilan RI di luar Negeri,
Gubernur/kepala, daerah,
9). Lambang negara dapat digunakan pada mata uang logam dan
mata uang kertas, kertas bermeterai, ijazah Negara, barang-
barang negara dirumah jabatan Presiden/wapres, Menteri luar
negeri, kepala Perwakilan RI di luar Negeri, pakaian resmi yang
dianggap perlu oleh pemerintah, buku-buku, majalah, dan buku
kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh pemerintah
pusat, juga buku-buku kumpulan undang-undang yang diterbitkan
swasta dan surat-surat kapal dan barang-barang lain dengan ijin
menteri yang bersangkutan,
10). Lambang negara dapat digunakan di tempat diadakannya
peristiwa resmi seperti Gapura dan bangunan yang pantas,
11). Lambang negara dapat digunakan sebagai lencana oleh warga
negara Indonesia di luar negeri dan dipasang pada bagian dada
sebelah kiri.
Larangan Dalam Penggunaan Lambang Negara1). Dilarang menambah hurup, kalimat, angka, gambar atau tanda-
tanda lain pada lambang negara,
2). Dilarang menggunakan lambang negara sebagai perhiasan, cap
dagang, reklame perdagangan atau propaganda politik dengan
cara apapun juga,
3). Dilarang menggunakan lambang negara untuk perorangan,
perkumpulan, organisasi atau perusahaan swasta,
4). Lambang perseorangan, perkumpulan, organisasi atau
perusahaan swasta tidak boleh sama atau pada pokoknya
menyerupai lambangn negara.
Penggunaan Lambang Negara di luar Negeri.Penggunaan lambang negara di luar negeri oleh Perwakilan RI
dilakukan menurut peraturan atau kebiasaan pengunaan lambang
kebangsaan asing yang berlaku di negara tersebut.
32
b. Penghormatan Terhadap Bendera KebangsaanKetentuan mengenai Bendera Kebangsaan diatur dalam PP nomor 40
tahun 1958. Bendera Kebangsaan “Sang Merah Putih” adalah
lambang kedaulatan dan kehormatan negara, oleh karena itu
penggunaannya harus diselaraskan dengan kedudukannya.
Penghormatan kepada Bendera Kebangsaan, meliputi : ketentuan
mengenai ukuran bendera, waktu dan cara penggunaan bendera, dan
penggunaan bendera Sang Merah Putih bersama dengan bendera
kebangsaan asing.
Ukuran Bendera KebangsaanPerbandingan panjang dan lebar adalah 3 : 2, bagian atas warna
merah dan bawah warna putih, kedua bagian tersebut sama lebarnya.
Ukuran bendera yang dipasang harus diselaraskan dengan tempat
pemasangannya, yaitu besar kecilnya ruangan, halaman, kendaraan,
meja ruangan dan lain-lain. Namun demikian, pada umumnya ukuran
bendera lapangan adalah 2 x 3 M, sedangkan bendera ruangan
adalah 1 x 1,5 M. Bendera untuk kendaraan Presiden dan Wakil
Presiden adalah 36 x 54, untuk mantan Presiden dan Wakil Presiden,
Menteri, Ketua Lembaga Negara, ukurannya adalah 30 x 45 Cm,
sedangkan bendera meja adalah 10 x 15.
Waktu Pengibaran Bendera KebangsaanWaktu pengibaran bendera kebangsaan adalah siang hari antara saat
matahari terbit sampai terbenam, kurang lebih jam 6.00 sampai
dengan jam 19.00. Dalam keadaan luar biasa dimungkinkan
pengibaran bendera siang dan malam, misalnya negara dan bangsa
dalam keadaan sangat berduka dan sangat bersuka cita, untuk
mengobarkan semangat bela tanah air, atau menghormati kunjungan
kepala negara/pemerintahan asing.
Bendera yang dikibarkan pada malam hari harus diterangi lampu, bila
cuaca buruk misalnya hujan pengibaran tetap dilakukan dengan
33
bendera ukuran kecil. Bila hari besar Indonesia di luar negeri
bersamaan dengan hari berkabung di negara setempat, maka
bendera merah putih dipasang setengah tiang. Bila hari berkabung
Indonesia di luar negeri bersamaan dengan hari besar setempat,
maka bendera kebangsaan merah putih tidak dikibarkan.
Penaikan dan penurunan bendera kebangsaan Bendera kebangsaan dibawa dari tempat penyimpanan ke tempat
pengibaran dengan membawanya di atas kedua telapak tangan atau
di atas baki. Regu pengibar bendera paling sedikit 3 orang. Bendera
dinaikkan dan diturunkan dengan perlahan dan tidak menyentuh
tanah. Pada pemasangan bendera setengah tiang, terlebih dahulu
bendera dinaikkan satu tiang penuh, kemudian diturunkan kembali
perlahan-lahan hingga setengah tiang. Begitu juga waktu
menurunkannya bendera dinaikkan dulu satu tiang penuh baru
diturunkan perlahan-lahan seluruhnya. Bila terjadi rintangan pada
saat penaikan dan penurunan bendera, upacara harus tetap
dilanjutkannseolah-olah tidak terjadi apa-apa, baru setelah upacara
selesai dilakukan perbaikan. Bila bendera terjatuh, petugas pengibar
harus berusaha menggapainya supaya tidak menyentuh tanah dan
dengan kedua tangannya bendera tesebut dibentangkan tegak lurus
sebagimana mestinya sampai upacara selesai. Apabila penaikan
bendera diiringi lagu kebangsaan, diusahakan agar bendera
mencapai puncak pada saat iringan lagu kebangsaan selesai.
Penurunan hingga setengah tiang tidak diiringi lagu kebangsaan.
Tempat Pengibaran Bendera KebangsaanBendera kebangsaan dikibarkan di tengah halaman di muka gedung
atau rumah. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan karena adanya
rintangan, maka bendera dikibarkan di temmpat ketinggian disebelah
kanan halaman gedung atau rumah tersebut.
Beberapa ketentuan mengenai tempat pengibaran yang perlu
diperhatikan, adalah sebagai berikut :
34
1). Bendera kebangsaan dikibarkan setiap hari di rumah jabatan
atau halaman rumah jabatan presiden, wakil presiden, menteri,
Kepala Daerah dan di Taman Makam Pahlawan,
2). Pada hari kerja di gedung atau halaman gedung Istana Presiden,
Istana Wakil Presiden, DPR, Mahkamah agung, Kejaksaan
Agung, Instansi Pemerintah lainnya dan gedung yang ditetapkan
oleh menteri yang bersangkutan.
3). Pada kantor perwakilan RI di luar negeri dan kediaman kepala
perwakilan RI di luar negeri. Dengan catatan penggunaan
bendera kebangsaan di luar negeri dilakukan menurut kebiasaan
dan aturan penggunaan bendera asing yang berlaku di negara
tersebut.
4). Pada hari sekolah dikibarkan di gedung atau halaman sekolah
negeri dan sekolah swasta.
5). Bendera kebangsaan juga dikibarkan pada waktu :
Menghormati kepala negara/kepala pemerintahan asing,
Memperingati hari-hari besar nasional,
Ditempat diselenggarakannya pertemuan, konferensi, seminar
dan sejenisnya selama waktu tertentu,
Sebagai tanda berkabung atas meninggalnya pejabat negara,
pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat tertentu,
dikibarkan setengah tiang. Bila saat berkabung bersamaan
dengan hari besar nasional maka bendera dikibarkan satu
tiang penuh,
Pengibaran bendera kebangsaan di luar negeri mengikuti
kebiasaan dan peraturan protokoler negara setempat.
Bendera Kebangsaan sebagai Penutup JenazahSebagai tanda penghormatan nasional kepada yang meninggal,
bendera kebangsaan dapat digunakan sebagai punutup Peti jenazah
atau usungan jenazah dari pejabat negara, pejabat pemerintah dan
tokoh masyarakat tertentu. Bendera kebangsaan diletakan
memanjang peti atau usungan dengan bagian warna merah di
sebelah kanan dan putih sebelah kiri dengan pengertian bahwa yang
35
berwarna merah diletakkan di atas bagian kanan badan jenazah.
Diatas bendera tidak boleh diletakkan sesuatu apapun, dan tidak
diturunkan ke liang kubur dan tidak boleh menyentuh tanah.
Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih Bersama Bendera Kebangsaan Asing. Tata tertib pemasangannya adalah sebagi berikut :
1). Jika hanya ada satu bendera asing, Sang Merah Putih dipasang
di sebelah kanan,
2). Jika ada beberapa bendera asing, semua bendera dipasang
pada satu baris urut abjad. Sang Merah Putih ditempatkan di
tengah bila jumlah bendera ganjil, bila jumlahnya genap
ditempatkan di tengah sebelah kanan. Alternatif lainnya adalah
meletakkan dua Sang Merah Putih untuk mengapit bendera
asing,
3). Jika Sang Merah Putih dan bendera asing dipasang pada tiang
yang bersilang, Sang Merah Putih dipasang disebelah kanan,
dan tiangnya dipasang di depan tiang bendera asing.
4). Jika dalam konperensi internasional dipandang perlu memasang
bendera kecil (bendera meja), maka bendera-bendera tersebut
dipasang di meja di depan tempat duduk masing-masing anggota
delegasi.
Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih pada Acara Penandatanganan MoU.Tata tertib pemasangannya adalah sebagi berikut :
1). Di belakang meja pimpinan (tempat penandatanganan MoU)
dipasang dua tiang bendera, sebelah kanan sang merah putih,
sebelah kiri bendera asing,
2). Bendera ukuran kecil (bendera meja) dapat dipasang di atas
meja dengan sistim silang atau paralel.
Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih bersama Bendera Organisasi.
36
Jika bendera kebangsaaan dipasang bersama bendera atau panji
organisasi, selayaknya Bendera Kebangsaan diberi tempat terhormat
dengan ketentuan sebagai berikut :
1). Jika hanya ada sebuah bendera atau panji organisasi, Bendera
Kebangsaan dipasang di sebelah kakan, sedangkan panji
organisasi di sebelah kiri (tidak berdampingan),
2). Jika ada lebih dari dua panji atau bendera organisasi, maka
bendera organisasi tersebut dipasang pada satu baris,
sedangkan Bendera Kebangsaan ditempatkan di muka baris
tersebut,
3). Dalam pawai atau defile yang terdiri dari satu atau lebih
rombongan yang masing-masing membawa satu atau lebih
Bendera Kebangsaan, maka Bendera Kebangsaan dibawa
dengan memakai tiang di muka baris bendera atau panji
organisasi yang mendahului tiap rombongan,
4). Bendera kebangsaan harus tampak lebih besar dan dipasang
lebih tinggi dari bendera/panji organisasi,
5). Bendera kebangsaan tidak boleh dipergunakan untuk memberi
hormat kepada seseorang dengan menundukannya seperti lajim
dilakukan pada waktu memberi hormat dengan panji pada saat
pawai, defile.
Bendera Kebangsaan Asing di Indonesia.Tata tertib pemasangannya adalah sebagi berikut :
1). Warga negara asing di Indonesia dapat mengibarkan, memasang
dan membawa bendera kebangsaanya di muka umum pada hari
nasional negaranya, pada saat kunjungan pimpinan negaranya di
Indonesia, Hari Berkabungnya atau hari besar nasionalnya, pada
saat perlombaan internasional dimana negaranya ikut serta dan
pada kesempatan lain dengan seijin pemerintah Indonesia.
2). Pemerintah dapat melarang penggunaan Bendera Kebangsaan
Asing, apabila dipandang dapat menimbulkan gangguan
ketertiban dan keamanan umum.
37
3). Bendera Kebangsaan Asing selalu digunakan bersama Bendera
Sang Merah Putih, kecuali untuk pemasangan Bendera
Kebangsaan Asing di kantor/halaman kantor, kediaman/halaman
kediaman resmi, dan kendaraan Perwakilan Diplomati/Konsuler
negara asing,
c. Penghormatan Terhadap Gambar Resmi Presiden/Wakil PresidenGambar Presiden/Wakil Presiden tidak dimaksudkan untuk
dikultuskan, tetapi dipasang dalam rangka penghormatan kepada
Presiden/Wakil Presiden sesuai dengan kedudukannya sebagai
lambang kedaulatan dan kehormatan negara RI.
Tata tertib penghormatan terhadap gambar Presiden/Wakil Presiden
adalah sebagai berikut :
1). Apabila dalam satu ruangan gambar Resmi Presiden/Wakil
Presiden ditempatkan bersama-sama Lambang Negara, maka
Lambang Negara ditempatkan lebih tinggi dan berada diantara
Gambar resmi Presiden/wakil Presiden.
2). Gambar Resmi Presiden/Wakil Presiden dipasang di dalam tiap
gedung kantor pemerintah serta di dalam ruangan
pertemuan/rapat, dengan ukuran gambar yang sesuai dengan
besarnya ruangan.
3). Gambar presiden dipasang sebelah kanan sedangkan gambar
Wakil Presiden sebelah kiri (dilihat dari dalam gedung
menghadap keluar).
4). Ukuran standar resmi gambar Presiden/wakil Presiden yang
dikeluarkan Sekretariat Negara adalah 28x35 Cm, 50x60 Cm dan
90x120 Cm.
d. Penghormatan Terhadap Lagu KebangsaanLagu Kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam PP nomor 44 tahun
1958 tanggal 26 Juni 1958.
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan untuk
menghormati Kepala/Wakil Kepala Negara, untuk penghormatan
kepada Bendera Kebangsaan pada saat upacara
38
penaikan/penurunan Bendera Kebangsaan, untuk penghormatan
tamu negara, pada upacara bendera pada peringatan hari besar
nasional, dapat pula diperdengarkan sebagai ungkapan rasa
nasionalisme, dan dalam rangkaian diklat.
Tata Tertib Penggunaan Lagu Kebangsaan1). Pada waktu lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dalam
suatu acara, maka orang yang hadir berdiri tegak di tempat
masing-masing.
2). Memberi hormat sesuai dengan tatacara yang ditentukan dan
menurut keadaan setempat.
3). Penutup kepala yang bukan merupakan perlengkapan dari
seragam harus dibuka, kecuali kopiah, ikat kepala, sorban, dan
kudung atau topi wanita yang dipakai menurut agama atau adat
kebiasaan.
Larangan dalam Penggunaan Lagu Kebangsaan1). Lagu Kebangsaan tidak boleh diperdengarkan pada waktu dan
tempat secara sembarangan,
2). Tidak boleh dinyanyikan dengan nada-nada irama, iringan, kata-
kata dan gubahan-gubahan lain daripada yang tertera dalam
lampiran PP nomor 44 tahun 1958,
3). Tidak boleh digunakan untuk keperluan iklan dalam bentuk
apapun juga,
4). Bagian-bagian lagu kebangsaan tidak boleh digunakan dalam
gubahan yang tidak sesuai kedudukan lagu indonesia Raya
sebagai lagu Kebangsaan,
5). Pada waktu mengiringi pengibaran/penurunan Bendera
kebangsaan, Indonesia Raya tidak boleh diperdengarkan dengan
menggunakan musik dari tape recorder.
39
D. TATA KUNJUNGAN PEJABAT BPKP
Kunjungan pejabat BPKP (utamanya Kepala BPKP, Sekretaris Utama, dan
Para Deputi), ke luar kantor adalah bagian dari pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi pimpinan BPKP, di dalam menjalankan Keputusan Presiden
Nomor 31 Tahun 1983. Kunjungan yang diatur di dalam SOP ini
dikhususkan pada kunjungan kerja, dan sebaiknya juga tidak lepas dari
aspek-aspek protokoler.
Kunjungan kerja pejabat BPKP ke suatu instansi dan atau ke suatu daerah,
biasanya didasarkan pada suatu kesepakatan antara pimpinan instansi dan
atau pimpinan daerah dengan pimpinan BPKP. Pihak panitia terlebih dahulu
berkoordinasi dengan Pemerintah daerah dan atau instansi terkait untuk
pengaturan teknis dan non teknis, baik secara substansi atau pelayanan dari
sisi keprotokolan.
Kunjungan kerja Pimpinan BPKP ke suatu instansi dan atau ke suatu daerah
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menghadiri Sidang Kabinet ataupun rapat lain atas undangan Presiden di
Istana Negara;
2. Kunjungan kerja dalam rangka menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP)
dengan DPR;
3. Menghadiri Konferensi Internasional, musyawarah nasional, dan lain-lain
acara yang bersifat resmi;
4. Mendampingi Presiden/ Wakil Presiden, Menteri, ke suatu daerah tertentu,
yang terkait dengan tugas-tugas di bidang pengawasan.
5. Menghadiri pelantikan Kepala Perwakilan BPKP di daerah.
Masing-masing kunjungan tersebut mempunyai persiapan berbeda-beda.
Namun perlu ditetapkan prosedur minimal yang harus disiapkan, supaya
seluruh acara kunjungan kerja yang direncanakan dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
40
Ada tiga pokok bahasan yang perlu diperhatikan dalam kunjungan kerja
Pejabat BPKP, yaitu:
a. Persiapan Kunjungan kerja
b. Pelaksanaan Kunjungan kerja;
c. Petunjuk tambahan.
a. Persiapan Kunjungan Kerja
Kunjungan Pejabat BPKP sebaiknya dimulai dengan adanya disposisi
ataupun perintah lisan pejabat BPKP kepada petugas protokol terkait,
untuk menindaklanjuti undangan/ surat keputusan/ hasil rapat/
informasi awal yang diterima Pejabat BPKP terkait.
Petugas protokoler mengkonfirmasikan disposisi tersebut untuk
mendapatkan kepastian, dan mendaftarkan acara kunjungan kerja
tersebut ke dalam daftar agenda Pejabat BPKP terkait, untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih jadwal kegiatan.
Bila dipandang perlu, segera dibentuk tim kecil untuk mempersiapkan
rencana kunjungan kerja tersebut, yang antara lain berupa langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Menginformasikan sedini mungkin rencana kunjungan kerja
tersebut kepada instansi terkait/ daerah yang akan dikunjungi,
termasuk Kepala Perwakilan BPKP setempat.
2) Mengupayakan juga untuk menginformasikan rencana kunjungan
kerja ini kepada Irjen/ Irtama/ Inspektur dari instansi terkait.
3) Khusus untuk acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR
hubungi Leason Officer BPKP di sana, untuk mendapatkan
kepastian materi yang akan dibahas, data yang harus disiapkan,
serta berapa kali jumlah penggandaan materi yang akan dibagikan.
4) Membuat surat pemberitahuan kepada pejabat setempat perihal
rencana kunjungan ini, ditandatangani oleh Sekretaris Utama, atau
pejabat yang mewakilinya.
41
5) Menginventarisir segala hal yang berhubungan dengan upacara/
acara, antara lain maksud dan tujuan acara, dan mengumpulkan
data-data/ informasi tentang:
Peta daerah/ lokasi
Lama penerbangan dari tempat asal
Jarak dan lama perjalanan dengan kendaraan darat
Rencana akomodasi
Susunan panitia daerah
Kelengkapan dan perlengkapan acara
Menyusun rencana acara
6) Apabila menginap:
Cek nama hotel dan data-data lainnya
Menyiapkan daftar nama untuk masing-masing pintu kamar
Untuk Kepala BPKP dan Eselon I, siapkan kamar sendiri tipe
Suite room, Eselon II disiapkan kamar yang sedikit dibawahnya
Cek kelengkapan di dalam kamar Pejabat BPKP sebelum
ditempati.
7) Membuat daftar pembagian kamar (bila menginap)
8) Pastikan petunjuk arah kiblat ada dan terpasang dengan benar.
9) Catat petunjuk tentang fasilitas sarapan di hotel, makan siang dan
makan malam, termasuk menu yang tersedia.
10) Bila diperlukan, dapat dibentuk Tim Pendahulu (advance team),
dengan tugas:
Menghadiri rapat koordinasi di daerah dan memberikan
informasi terakhir
Mengikuti pelaksanaan kegiatan gladi bersih dan memberikan
saran-saran penyempurnaan bila perlu
42
Menginvetarisir seluruh peserta upacara, terutama pada waktu
kedatangan, pelaksanaan dan pemberangkatan
Penentuan preseance (tata tempat dan tata urutan) pejabat
pada waktu menyambut dan di tempat acara
Mempersiapkan ruang istirahat
Pengecekan perlengkapan acara, antara lain kendaraan
rombongan, akomodasi dan perlengkapannya, bahan-bahan
informasi daerah.
Koordinasi dengan unsur-unsur panitia pelaksana
Mempersiapkan langkah-langkah yang perlu dan tepat bila
menghadapi keadaan dimana perlu mengadakan perubahan
acara.
11) Staf Perjalanan melaksanakan persiapan fisik segala hal yang
menyangkut kebutuhan pelaksanaan perjalanan:
Membuat dan mengirim surat pemberitahuan kepada anggota
rombongan.
Mempersiapkan boarding list dan boarding pass
Pengecekan daftar anggota rombongan
Koordinasi dengan tim pendahulu
Menyiapkan daftar acara
Koordinasi penyiapan administrasi dengan Bagian Keuangan
Koordinasi dengan pihak catering
Membawa label barang untuk memudahkan pengenalan pemilik
barang
b. Pelaksanaan Kunjungan Kerja
Hal – hal yang harus diperhatikan Tim pendahulu
1)Kedatangan di daerah :
43
Pejabat yang menyambut (beserta isteri)
Urutan pejabat yang menyambut dan tata tempatnya
Perlengkapan acara penyambutan
Penyediaan tempat istirahat beserta perlengkapan dan
kebersihannya
Kesiapan kendaraan beserta petugas pelayanan yang
diperlukan
2)Berangkat menuju tempat acara :
Pakaian (dress code) bagi seluruh rombongan
Kendaraan yang dipergunakan
Waktu keberangkatan
Jarak dan lamanya perjalanan
Waktu tiba di tempat upacara
Jarak bandara menuju tempat acara
3)Tiba di tempat upacara :
Tempat VVIP turun/naik kendaraan
Pejabat yang menyambut
Upacara penyambutan (jika ada)
Ruang Tunggu Utama
Petugas-petugas protokol
Pembawa Acara
Naskah pembawa acara
Pendamping VVIP pada saat tampil di depan/ penandatanganan
prasasti/ pemukulan gong, dan lain-lain.
4)Apabila menginap :
Jarak antara bandara dan penginapan, lamanya perjalanan
Kendaraan yang dipergunakan
44
Pejabat setempat yang mendampingi
5)Akomodasi :
Pengelompokan akomodasi bagi segenap rombongan
(rombongan resmi, rombongan staf, dan pendamping)
Perlengkapan akomodasi (telepon intern/ ekstern, Fax, internet,
musholla/ arah kiblat, dan lain-lain)
6)Kembali ke tempat asal :
Penyiapan barang souvenir yang akan dibawa
Tempat dan waktu pengumpulan barang
Pengangkutan barang
Kemungkinan penambahan/ pengurangan jumlah rombongan
Boarding list.
Hal – hal yang diperhatikan untuk Rombongan Utama
1) Keberangkatan
Kendaraan yang dipergunakan
Waktu keberangkatan
Tempat keberangkatan
Jarak dan lamanya perjalanan
Waktu mendarat/tiba
Jarak bandara menuju tempat acara
2)Apabila menginap, perhatikan pengaturan menginap sebagaimana
dalam butir b.4.
3)Akomodasi perhatikan pengaturan menginap sebagaimana dalam
butir b.5.
4)Pengecekan saat kembali ke tempat asal, lakukan prosedur
sebagaimana dalam butir b.6.
45
c. Petunjuk Tambahan
1) Penyambutan secara adat di daerah dapat diadakan sesuai
dengan situasi dan kondisi
2) Sehubungan dengan upaya BPKP mendukung pemerintah di
dalam pemberantahan korupsi, ada baiknya di setiap kesempatan
kunjungan kerja Pejabat BPKP ke daerah, agar diupayakan
dipertemukan juga dengan Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kapolda
setempat.
E. TATA CARA PENYAMBUTAN TAMU 1. Tata Cara Penyambutan Tamu dalam Acara Resmi
Acara resmi yang diselenggarakan BPKP yang dihadiri tamu undangan
antara lain adalah Seminar, workshop, diskusi panel, dan lain – lain.
Tata tertib dalam peyambutan tamu dalam acara resmi adalah sebagai
berikut :
a. Setibanya di gedung BPKP, Undangan VIP (Ketua
Lembaga Negara, Menko, Menteri...) disambut oleh Kepala
Protokol/Ketua Panitia/Deputi BPKP di pintu masuk (lantai 1);
b. Dengan didampingi Kepala Protokol/Ketua Panitia/Deputi
BPKP, Undangan VIP (Ketua Lembaga Negara, Menko, Menteri...)
menaiki tangga dan disambut oleh Kepala BPKP dan bersama-sama
menuju ruang VIP (lantai 2) atau menaiki lift dan menuju ruang VVIP
(lantai3) dan disambut Kepala BPKP di depan Lift lantai 3;
c. Kepala Protokol/Ketua Panitia mempersilahkan Kepala
BPKP & Undangan VIP memasuki aula untuk acara resmi (apabila
ruang VIP di lantai 3, menggunakan lift);
d. Setibanya di aula, Kepala BPKP mempersilahkan tamu VIP
duduk sesuai dengan tempat duduk yang telah ditentukan;
e. Setelah acara resmi selesai, apabila ada konperensi pers,
Kepala Protokol/Ketua Panitia mempersilahkan Kepala BPKP &
Undangan VIP menuju ruang pers release;
f. Setelah selesai, Kepala Protokol/Ketua Panitia
mempersilahkan Kepala BPKP & Undangan VIP menuju meja makan
46
makan yang telah disiapkan (Di meja makan Kepala BPKP dan Tamu
VIP sudah disiapkan makanan meskipun acara makan secara
prasmanan);
g. Setibanya di ruang makan, Kepala BPKP mempersilahkan
tamu VIP duduk sesuai dengan tempat duduk yang telah ditentukan
dan mempersilahkan makan;
h. Undangan VIP diantar oleh Kepala BPKP/Kepala
Protokol/Deputi BPKP menuju ke kendaraannya.
i. Kepala BPKP kembali ke Aula (jika acara belum selesai)
atau kembali ke ruang Kepala BPKP.
2. Tata Cara Penyambutan Tamu dalam Pembicaraan Empat Mata, Pertemuan Bilateral dan Koperensi Pers. a. Tamu VIP (Ketua Lembaga Negara, Menko, Menteri...)
beserta staf tiba di BPKP, disambut oleh Kepala Protokol/Deputi
BPKP di lantai 1;
b. Kepala Protokol/Deputi BPKP mendampingi tamu VIP
menuju ruang kerja Kepala BPKP/Ruang Khusus/Ruang Rapat
Kepala di lantai 3;
c. Kepala BPKP menyambut Tamu VIP dan mengajak ke
ruang khusus untuk pembicaraan empat mata;
d. Pada saat pembicaraan empat mata, dilakukan pula
pertemuan paralel antara staf Tamu VIP dengan pejabat BPKP
(Deputi/Direktur); Apabila Tamu VIP mengajak staf yang levelnya
bukan pejabat (misalnya ajudan) maka point d tidak ada;
e. Jika terdapat persetujuan / MOU (Memorandum of
Understanding) antara BPKP & Instansi Tamu VIP tersebut, maka
acara penandatanganan dokumen tersebut dilakukan oleh Kepala
BPKP & Kepala Badan, Menko, Menteri... tersebut;
f. Apabila ada acara konperensi pers bersama , Kepala
Protokol/Deputi BPKP mempersilahkan dan mendampingi Kepala
BPKP & Tamu VIP beserta staf menuju ruang konperensi pers di
lantai 1.
g. Apabila butir f tidak ada, langsung ke butir h;
47
h. Selanjutnya Tamu VIP berpamitan, Kepala BPKP
mengantar sampai pintu ruang kerja kepala /sampai lift lantai 3 /
sampai ke kendaraan tergantung senioritas Tamu VIP tersebut ;
i. Kepala Protokol/Deputi BPKP mengantar sampai ke
kendaraan;
F. TATA CARA ACARA RESMI 1. Umum
Selain upacara–upacara resmi yang dilaksanakan oleh BPKP
sebagaimana tersebut di atas (upacara pelantikan dan upacara bendera),
dapat dilaksanakan pula acara-acara resmi lainnya yang dihadiri oleh
Pimpinan BPKP, yaitu:
Peresmian Proyek
HUT BPKP
Pembukaan / Penutupan seminar, loka karya, symposium, diskusi ilmiah
dsb
Temu wicara
2. Fungsi Protokol dalam acara-acara Resmi LainnyaSelain berfungsi sebagai pengatur tata urutan (preseance) pada
pelaksanaan upacara/pertemuan, protokol berfungsi juga baik pada tahap
persiapan hingga akhir acara.
Pertemuan dapat dihadiri oleh kalangan internal BPKP dan dapat pula
dihadiri oleh pejabat dari instansi lain, seperti Departemen, LPND, Pemda,
dan sebagainya.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh protokol adalah sebagai berikut:
1) Tahap PersiapanHal-hal yang harus dilakukan dalam tahap persiapan adalah:
(1) Koordinasi dengan panitia penyelenggara (organizing commitee /
OC), dan Pejabat Protokol Instansi lain yang akan hadir pada acara
tersebut
(2) Perencanaan dan penyusunan daftar jadwal kedatangan (dan
keberangkatan) pejabat dengan Sekretariat OC
(3) Penyusunan daftar pejabat BPKP yang akan menyambut pejabat
tamu di bandara
48
(4) Persiapan pengadaan fasilitas VIP Room bandara
(5) Pengumpulan data sesuai tugas keprotokolan yang ditangani dan
membicarakan dengan OC melalui berbagai rapat/pertemuan
sebagai tindak lanjut, yang membahas masalah:
Jadwal kedatangan dan keberangkatan tamu
Transportasi
Akomodasi
Undangan dan RSVP (repondez s’il vous plait)
Pemasangan bendera di dalam dan di luar gedung
Penjemputan dan pengantara
Pendaftaran / registrasi peserta
Upacara pembukaan
Acara khusus, mencakup antara lain santap siang dan
santap malam
Pertemuan bilateral
Acara Istri / Suami
Upacara penutupan
Petugas penghubung
(6) Pertemuan dengan Advance Team instansi peserta, yang
membahas petunjuk/penjelasan teknis mengenai segala aspek
keprotokolan yang perlu diketahui/dilakukan oleh para peserta
berkaitan dengan kehadirannya dalam acara tersebut.
2) Tahap PelaksanaanHal-hal yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah:
(1) Menjemput tamu dan membantu kelancaran pengurusan dan
penyelesaian dokumen perjalanan (tiket dsb), serta barang bawaan
tamu
(2) Bekerjasama dengan pihak pengadaan kendaraan dan keamanan,
mengecek ketersediaan kendaraan bagi tamu guna kelancaran
penjemputan, pengantaran dan mobilitas tamu dari satu tempat ke
tempat lain
49
(3) Menyiapkan daftar kamar yang dibutuhkan tamu dengan
berkoordinasi dengan pihak hotel, terutama dalam melakukan
check-in dan check-out.
(4) Mendata jumlah undangan sesuai dengan acara, membuat dan
mengedarkan undangan, mengecek konfirmasi kehadiran (RSVP),
malekukan koordinasi dengan pihak-pihak tertentu berkaitan
dengan penyelenggaraan acara, dan membuat placing card sesuai
preseance.
(5) Membantu mendata peserta untuk keperluan pembuatan tanda
pengenal (ID badge/pin), dan membantu peserta dalam hal
pendaftaran/registrasi
(6) Pada saat upacara pembukaan, bekerjasama dengan petugas
Pembawa Acara / Master of Ceremony), mengecek tempat
upacara, memberitahukan waktu upacara dan menempatkan
peserta pada tempat duduknya sesuai preseance.
(7) Untuk acara khusus, memesan tempat untuk acara khusus, seperti
santap siang dan santap malam, menata ruangan dan menyusun
susunan tempat duduk (seating arrangement) sesuai preseance,
mengatur barisan penyambut (receiving line) dan mengarahkan
tamu ke tempat duduk, bekerjasama dengan petugas MC.
(8) Untuk pertemuan khusus peserta dengan Pimpinan BPKP
(bilateral), menampung dan meneruskan permintaan pertemuan
tersebut, mendampinginya ke tempat pertemuan, mengusahakan
tempat dan makanan/minuman ringan (refreshment), bekerjasama
dengan bagian terkait
(9) Acara untuk para isteri (ladies program), menyusun dan
menguslkan rencana acara, mengadakan koordinasi dengan
petugas terkait, mendampingi dan membantu kelancaran acara,
membantu pelaksanaan pertukaran cindera mata (jika ada)
(10) Dalam acara penutupan, langkah keprotokoleran yang
dilaksanakan adalah menyesuaikan dengan acara pembukaan
tersebut di atas.
(11) Bagi petugas penghubung (liasion officer), mendata jadwal
kedatangan dan keberangkatan tamu, mengecek ketersediaan dan
50
kesiapan kendaraan bagi tamu, menjemput dan mengantar tamu,
membantu menempatkan tamu di VIP / VIP Room, serta
mengarahkan tamu ke kendaraan, membantu mengurus kebutuhan
tamu, membantu mengarahkan tamu dalam acara khusus,
mengingatkan tamu mengenai susunan acara, waktu, pakaian, dll,
dan mendampingi tamu dalam acara resmi dan tidak resmi.
(12) Penting pula melibatkan Pejabat Protokol Pemerintah Daerah pada
event tertentu.
3) Tahap AkhirHal-hal yang harus dilaksanakan dalam tahap akhir adalah:
(1) Membuat perencanaan dan penyusunan daftar keberangkatan
tamu dengan berkoordinasi dengan OC
(2) Membantu tamu dalam pemesanan dan rekonfirmasi tiket
perjalanan
(3) Menyusun daftar pejabat BPKP yang akan melepas tamu di VIP
Room bandara
(4) Mempersiapkan fasilitas VIP Room bandara untuk para tamu pada
tingkat eselon I ke atas
(5) Membantu kelancaran pengurusan dan penyelesaian dokumen
perjalanan serta barang bawaan delegasi.
3. Lain lainTahap – tahap perencanaan, pelaksanaan dan akhir acara tersebut di atas
berlaku untuk acara – acara resmi yang diselenggarakan oleh BPKP
Pusat, sedangkan untuk unit BPKP di daerah (Perwakilan BPKP) agar
menyesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
G. TATA CARA ACARA JAMUAN Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat menyelenggarakan acara
jamuan adalah sebagai berikut :
1. Penentuan tanggal, waktu dan tempatDalam menentukan waktu untuk mengadakan jamuan, harus diperhatikan
hari dan waktu yang dipilih tidak bertepatan dengan perayaan keagamaan
51
tertentu, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi kehadiran para
undangan.
2. Pembuatan undanganHal-hal yang harus diperhatikan dalam undangan :
1) Nama yang akan diundang
2) Sifat undangan
3) Waktu dan tempat
4) Petunjuk Pakaian/Dress code
3. Penentuan petugas, yang terdiri atas :1). Petugas lapangan berkoordinasi dengan satpam.
Menyambut tamu yang baru datang dan memberitahu dimana tempat
acara jamuan berlangsung. Bila cuaca hujan petugas harus
membawa payung untuk mengiringi tamu ke ruang acara jamuan
2). Petugas penerima tamu. Petugas penerima tamu selain
menerima tamu juga harus mempersiapkan :
(1). Buku tamu
(2). Bollpoint
(3). Cinderamata
(4). Baki/Nampan Persiapan bila ada acara pemberian cinderamata
(5). Taplak penutup baki/nampan
(6). Tempat penyimpanan payung bila cuaca kurang baik
3). Petugas pengantar tamu dalam ruang acara. Bila tamu
sudah melewati meja penerima tamu sebaiknya petugas pengantar
tamu langsung menyambut dan mempersilahkan Pejabat/tamu yang
datang ke tempat duduk dimana semestinya tamu tersebut harus
duduk. Sebaiknya petugas ini sebelumnya harus sudah mengenal
para tamunya agar tidak ada kesalahan penempatan.
4). Pembawa acara/MC
4. Penyusunan Jadwal acara. 5. Konfirmasi ulang tempat acara dan tamu undangan.6. Cek ruang, dekorasi dan perlengkapannya.
Sehari sebelum acara berlangsung sebaiknya petugas menghubungi
tempat dimana acara akan diadakan. Kemudian Melihat dan memeriksa
52
dekorasi apakah sudah sesuai dengan permintaan panitia. Penempatan
kursi dalam penyelenggaraan jamuan, sama seperti penempatan kursi
dalam acara resmi. Dalam hal ini yang tidak kalah penting yang perlu
diingat adalah perlengkapan yang akan dipakai di meja tamu utama
seperti :
1). Gelas tinggi berkaki dan tutupnya untuk tamu utama
2). Piring kue
3). Tempat buah
4). Hiasan bunga
5). Tissue Box
6). Taplak meja
Catatan :
Peralatan tersebut diatas diperlukan bila tempat acara jamuan adalah di
kantor/rumah.
H. TATA BUSANA
Tata Busana adalah pengetahuan tentang penggunaan jenis-jenis pakaian
yang sesuai dengan acara yang sedang berlangsung. Dalam suatu
undangan jamuan diplomatik atau resmi biasanya dituliskan jenis pakaian
yang harus dikenakan sesuai sifat acara yang diselenggarakan. Bila
ditentukan demikian, sebaiknya jangan mengganti dengan pakaian jenis lain,
karena akan menyinggung tuan rumah atau tamu lainnya. Oleh karena itu.
sebelum menghadiri suatu acara hendaknya undangan dibaca dengan
cermat agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan pengundang atau tidak
rnempermalukan diri sendiri. Berikut ini adalah beberapa pengertian dan
peraturan mengenai pakaian pria dan warita yang digunakan untuk
menghadiri acara-acara kenegaraan atau acara resmi. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada kartu undangan, antara lain:
1. Dress code biasanya tertulis: black tie, casual, long-suit,
smart casual atau lainnya yang merupakan petunjuk bagi pakaian
untuk pria, sedangkan untuk wanita/isteri biasanya hanya
menyesuaikan.
2. Sifat Undangan/Acara yang sering ditulis resmi, setengah resmi
53
atau tidak resmi untuk menentukan jenis pakaian.
3. Waktu penyelenggaraan acara: pagi, siang, sore atau malam
hari, agar dapat menentukan warna pakaian dan aksesori.
4. Tempat acara di luar atau di dalam ruangan, agar dapat
menentukan jenis bahan pakaian (khususnya wanita).
5. Musim/cuaca saat itu. Di beberapa negara, seperti Eropa dan
Amerika, musim sangat menentukan pakaian yang akan dikenakan
khususnya wanita.
Pakaian PriaPakaian Sipil Pria di Indonesia telah diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor.
18 Tahun 1972 tentang Jenis Jenis Pakaian Sipil, yang didasarkan pada tujuan,
sifat sifat acara maupun penggunaannya yang disesuaikan dengan tiap keperluan,
antara lain:
1. Pakaian Sipil Harian (PSH)
Pakaian Sipil Harian (PSH) dipakai untuk bekerja sehari-hari maupun
untuk keperluan-keperluan lainnya yang bersifat umum. Pakaian Sipil
Harian berupa celana panjang dan jas lengan pendek dengan potongan:
leher berdiri dan terbuka
Tiga saku, satu di atas kiri dan dua di bawah kanan dan kiri
kancing lima buah
warna celana dan jas sama.
Pakaian ini dikenal dengan sebutan safari, yang dikenakan oleh
Pegawai Negeri Sipil/kantor-kantor Pemerintah di Indonesia, dan
tidak digunakan oleh pejabat diplomatik Indonesia yang bertugas di
luar negeri, kecuali dengan kebijaksanaan Kepala Perwakilan RI di
negara yang bercuaca panas.
2. Pakaian Sipil Resmi (PSR)
Pakaian Sipil Resmi dipakai untuk menghadiri upacara yang bukan
upacara kenegaraan, menerima tamu-tamu luar negeri dan dipakai
dimalam hari. Pakaian Sipil Resmi modelnya hampir sama dengan
Pakaian Sipil Harian, hanya berlengan panjang. Pakaian ini biasanya
digunakan oleh pejabat Indonesia di dalam negeri.
3. Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
54
Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dipakai pada upacara-upacara rcsmi atau
kunjungan resmi keluar negeri. Pakaian Sipil Lengkap terdiri dan
celana panjang, kemeja lengan panjang putih, dan jas yang sewarna
dengan celana, serta dasi. Pakaian ini juga biasa disebut long suite dan
dikenakan sehari-hari oleh para pejabat diplomatik baik di dalam
maupun di luar negeri.
4. Pakaian Sipil Dasi Hitam (PSDH)/Black Tie
Pakaian Sipil Dasi Hitam dipakai pada jamuan, resepsi/acara resmi atau
kenegaraan, khususnya dalam rangka menjamu tamu-tamu
resmi/kenegaraan atau dalam kunjungan resmi/kenegaraan keluar
negeri. Pakaian Sipil Dasi Hitam terdiri dari:
celana panjang hitam dengan strip hitam sutra di samping
jas hitam atau putih dengan kerah sutra
kemeja khusus putih
ikat pinggang/sabuk khusus sutra hitam
dasi kupu-kupu hitam
sepatu hitam
5. Pakaian Sipil Nasional (PSN)
Pakaian Sipil Nasional dipakai untuk menghadiri acara-acara
resmi/kenegaraan di dalam atau di luar negeri, yang terdiri dari:
celana panjang
jas beskap tertutup yang sewarna dengan celana
sarung fantasi
Peci Nasional
Catatan:
Disamping harus dipakai pada Pakaian Sipil Nasional, Peci Nasional
dapat dipakai pada setiap jenis Pakaian Sipil, apabila ada ketentuan
khusus untuk memakai Peci Nasional itu. Bintang/lencana penghargaan
dapat dipakai pada Pakaian Sipil Nasional. Pakaian ini juga di gunakan
oleh Kepala Perwakilan RI sewaktu menyerahkan Surat-surat Kepercayaan
kepada Kepala Negara / Pemerintahan di tempat tugasnya.
6. Kemeja Batik/Smart Casual
Kemeja batik/Smart Casual dapat dikenakan untuk acara-acara yang
tidak resmi, seperti kunjungan silaturahmi, acara-acara sosial dan
55
acara-acara intern di Perwakilan RI dan lingkungan masyarakat
Indonesia.
I. ETIKET DALAM PERGAULAN YANG HARUS DIPAHAMI PROTOKOLEREtiket dalam pergaulan/diplomasi adalah tata cara dan perilaku yang
hendaknya dilakukan oleh para pejabat dalam menjalankan tugasnya
mewakili BPKP.
Dalam menjalankan tugas, para pejabat BPKP dituntut untuk :
1. Memperlihatkan kemampuan dan kepiawaiannya
berdiplomasi/negosiasi dalam mencapai misi BPKP.
2. Menjaga citra BPKP yang diwakilinya, artinya mampu
membawakan dirinya dalam kehidupan sehari-hari, dalam berhubungan
dengan institusi lainnya atau pejabat pemerintah setempat, dalam
kehidupan social dan dalam pertemuan-pertemuan resmi.
Tuntutan tugas tersebut, harus diimbangi dengan penampilan lahiriah serta
sikap dan perilaku yang di dalam kalangannya biasa mengikuti aturan/
tatanan protocol dan etiket pergaulan.
Dalam menjalankan tugasnya, pejabat BPKP akan terikat pada ketentuan-
ketentuan, seperti cara bersikap, cara berbicara/bercakap-cakap/
menyampaikan pendapat, cara berpakaian, cara makan, dan lainnya yang
mencerminkan karakter dan jati dirinya untuk dapat diterima semua pihak.
Mmemperlakukan etiket adalah untuk membuat orang lain senang, demikian
pula sebaliknya orang memperlakukan hal yang sama.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam etiket
pergaulan/diplomasi, antara lain kartu nama dan undangan.
1. Kartu NamaKartu nama adalah kartu dengan ukuran tertentu yang memuat identitas
diri. Kartu nama berfungsi sebagai sarana yang baik dan sopan untuk
memperkenalkan diri. Tukar menukar kartu nama merupakan kebiasaan
56
yang lazim dilakukan dalam pergaulan / diplomasi, sebelum masing-
masing pihak melakukan pembicaraan yang lebih mendalam.
Kartu nama biasanya dibedakan atas :
a. Kartu nama dinas (business name card) memuat nama, jabatan,
alamat dan nomor telepon dan digunakan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kedinasan.
b. Kartu nama sosial (social name card) memuat nama, alamat, dan
nomor telepon dan digunakan dalam kesempatan yang tidak/kurang
resmi. Di depan nama biasanya disebutkan Mr., Mrs atau Ms.
Contoh : Mr. Andi Susanto, atau nama suami isteri : Mr. And Mrs. Andi
Susanto.
Ketentuan Kartu Nama dalam pergaulan/diplomasi, adalah :
1) Bentuk segi empat, warna putih dengan ukuran kurang lebih 5 x 7 cm.
2) Dicetak dengan tinta hitam dan nama lebih besar dari pada gelar.
3) Kepala BPKP/Perwakilan, menggunakan Lambang Negara warna
emas di bagian atas tengah, sedangkan untuk staf lainnya sesuai
kebijaksanaan Kepala BPKP/Perwakilan.
4) Dalam kartu tertera nama pejabat, jabatan, serta nama, alamat dan
nomor telepon kantor.
5) Sedapatnya hindari penyingkatan nama.
Kartu nama tidak saja digunakan untuk hal - hal yang berhubungan
dengan kedinasan, tetapi juga digunakan di dalam pergaulan, dengan
tujuan untuk :
a. Memperkenalkan diri.
b. Menjawab undangan-undangan yang bersifat informal.
c. Mengucapkan syukur, terima kasih atau duka cita.
d. Menyampaikan pesan, seperti :
p.f: pour feliciter, untuk mengucapkan selamat.
p.m: pour memoire, untuk mengingatkan.
p.r: pour remercier, untuk mengucapkan terima kasih.
p.c: pour consoler, untuk menyatakan turut berduka
cita.
57
p.p: pour presenter, untuk memperkenalkan diri.
p.p.c: pour prendre conger, untuk minta diri
dan pesan-pesan lain, misalnya, terima kasih atas
undangannya.
Apabila tidak ada waktu untuk mengadakan kunjungan perkenalan, maka
cukup mengirim kartu-kartu nama dengan dibubuhi singkatan pour
presenter, yang berarti perkenalan, melalui kurir atau pos sebagai tanda
perkenalan.
2. Undangan Untuk penyelenggaraan suatu acara, undangan harus dibuat dengan
cermat, dengan memperhatikan ketentuan atau kebiasaan yang berlaku,
agar yang diundang merasa mendapat suatu kehormatan dari
pengundang.
Jenis undanganJenis undangan merupakan terjemahan dari sifat acara yang akan
diselenggarakan, dan sangat menentukan langkah-langkah harus
dipersiapkan dalam menyelenggarakan suatu acara atau jamuan, serta
menentukan pakaian yang harus dikenakan, bila kita menghadiri
undangan.
Dalam dunia diplomasi, dikenal 3 sifat undangan, yakni formal, semi
formal, dan informal.
Bentuk dan Isi Undangan Undangan untuk acara resmi biasa dicetak dalam huruf sambung
dengan tinta hitam pada kertas putih berukuran kurang lebih 5 ¾ x 4 ½
atau tergantung teks yang dicantumkan, dan ditulis dalam bentuk
orang ketiga.
Kepala BPKP, Deputi, Direktur / Kepala Perwakilan, mencantumkan
jabatannya pada kop undangan, sementara staf-nya cukup
mencantumkan nama lengkap saja.
Undangan biasanya menggunakan kata pembukaan. Contoh : Kepala
BPKP mengharapkan kehadiran saudara pada ….
58
Nama yang akan diundang ditulis tangan dengan tinta hitam.
Tanggal dan waktu harus selalu dituliskan secara lengkap, misalnya
dari jam …..s/d jam ……
Tempat harus dituliskan dengan lengkap, misalnya : di Jalan Pramuka
Raya Nomor 33 Jakarta Timur. Penulisan tempat diletakkan pada
baris terakhir sesudah waktu undangan.
Untuk mengkonfirmasi/menjawab undangan, maka pada undangan
dituliskan RSVP ( Repondez s’il vous plait ), yang artinya : harus
dijawab atau Regrets Only (hanya dijawab bila tidak bisa hadir), di
pojok kiri bawah, dengan disertai nomor telepon. Apabila tdiak tertulis
RSVP, maka dianggap undangan tidak harus dijawab.
Undangan santap malam yang waktunya di atas jam 6, sebaiknya
mencantumkan jenis pakaian yang harus dikenakan, seperti long suit
atau balck tie. Jika tidak disebutkan ketentuan berbusana, yang
diundang boleh memakai busana informal.
Jika acara diselenggarakan untuk menghormati seseorang, maka
keterangan mengenai hal tersebut, biasanya dicantumkan pada baris
pertama kartu undangan, misalnya : Untuk menghormati …. ( In
honour of …..).
Mengirim Undangan Untuk semua jenis undangan, pada amplop harus ditulis dengan tinta
hitam, yang menyebutkan nama lengkap suami dan isteri yang akan
diundang, misalnya Mr. And Mrs ….. , serta alamat lengkap.
Undangan resmi harus dikirimkan sekitar 2 – 3 minggu sebelum acara
dilaksanakan, tidak melalui pos, melainkan diantar/kurir.
Siapkan/ tunjuk petugas yang akan menerima jawaban undangan.
Undangan melalui telepon dapat dilakukan untuk acara resmi, jauh
sebelum hari pelaksanaan acara, dan sangat berharap bahwa mereka
yang diundang dapat datang. Jika waktunya sangat mendesak,
undangan dapat dikirimkan melalui telegram, yang disampaikan dalam
bentuk Third Person Note dan jawabannya harus juga melalui telegram
atau melalui telepon.
59
Contoh pesan dalam undangan : This is Mr. Alatas office. The Minister
( and Mrs. Ali Alatas) invites General (and Mrs) A.K. Chawla to
luncheon in honor of Mr. Henry kissinger, on Friday, the tenth of
September at one o’clock, the Olympus Club. My name is Miss Ruru
and my number is 7694925. Setelah itu, undangan tersebut harus
diikuti dengan kartu untuk mengingatkan (reminder card), yang tidak
membutuhkan konfirmasi, dan biasanya dikirimkan dalam waktu 24
jam. Reminder card berbentuk undangan resmi yang dicetak dan
diatas RSVP dituliskan dengan tulisan tangan to remind.
Menerima / Menjawab Undangan Jawaban untuk undangan formal dapat ditulis tangan dengan tinta
hitam pada kertas berukuran sama dengan kartu undangan, biasanya
disertakan dalam undangannya, yang menyebutkan nama-nama yang
akan hadir. Tamu yang diundang harus mencantumkan nama lengkap
pengundang pada amplop.
Bahasa pada jawaban undangan harus sama, seperti yang digunakan
pengundang, yaitu bahasa orang ketiga, seperti accept with pleasure,
have the honor to accept the kind invitation of, regret that they will be
unable to accept.
Jika undangan dapat dihadiri, dalam kartu jawaban harus juga
mengulang tempat dan waktu. Jika tidak bisa menghadirinya, dalam
jawaban tidak perlu diulang tempat dan waktunya, akan tetapi
sebaiknya menuliskan alasannya.
Kecuali untuk alasan kematian, yang diundang harus selalu menelepon
pengundang secara pribadi dan atau menulis surat kepada
pengundang dengan memberikan alasan yang dapat diterima.
Alasan untuk menolak undangan yang dapat digunakan dan diterima
adalah adanya undangan resmi dari Istana Kepresidenan, kematian,
perkawinan dalam keluarga, sakit, tugas ke luar kota mendadak atau
kedatangan pimpinannya.
Jika pasangan tidak dapat hadir, sebaiknya yang diundang tidak hadir,
kecuali jika pengundang tetap memaksa untuk dating walaupun
sendiri.
60
.Jika pasangan tidak bisa hadir, jangan membawa teman lain sebagai
penggantinya.
Etiket Menerima / Menjawab Undangan Sadarilah bahwa mungkin belum waktunya anda diundang. Jangan
meminta undangan.
Jangan menanyakan apakah undangan yang sama juga sudah
dikirimkan kepada teman atau pimpinannya. (Carilah tahu mengenai
undangan dari pihak lain, secara tak kentara).
Begitu menerima undangan, jawab apa anda bisa hadir / tidak, serta
ucapan terima kasih. Jangan mendiamkan undangan yang diterima.
Jawablah undangan yang disampaikan dalam waktu 1-2 hari setelah
diterima. Jangan menjawab undangan pada saat-saat terakhir.
Tanyakan apakah dapat hadir bersama pengganti , bila suami/isteri
tidak dapat hadir. Jangan membawa teman sebagai pengganti suami /
isteri.
Pembatalan / Penundaan Undangan Jika undangan sudah diedarkan, sebaiknya acara tidak ditunda atau
dibatalkan, kecuali dengan alasan-alasan yang sangat mendesak.
Pembatalan undangan dapat dilakukan melalui telepon atau telegram,
jika tidak ada kesempatan atau waktu lagi. Contoh : penundaan
undangan jamuan santap malam resmi, dikirimkan melalui pos, jauh
sebelum hari pelaksanaan dan harus dicetak sama dengan undangan
yang pertama kali dikirimkan.
J. TANDA JASA DAN KEHORMATAN Tanda-tanda Jasa dan Kehormatan adalah semua jenis Tanda Kehormatan
berbentuk Bintang dan Satyalancana yang diatur dalam Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah. Penganugerahan dan pemakaiannya diberikan
berdasarkan Keputusan Presiden atau Pejabat yang diberi wewenang oleh
Presiden.
Tanda Kehormatan bentuk asli adalah Bintang lengkap dengan selempang
atau kalung dan patra, serta Bintang atau Satyalancana lengkap dengan pita
61
gantung. Miniatur adalah Pengganti Tanda Kehormatan bentuk asli berupa
Bintang Kecil atau Satyalancana Kecil lengkap dengan pita gantung
mini/kecil.
Tanda Jasa dan Kehormatan diberikan kepada seseorang yang berjasa
kepada Indonesia, dan sesuai dengan kelas atau tingkatan-tingkatannya.
Penentuan kelas didasarkan pada besar kecilnya pengaruh suatu jasa
terhadap pembelaan, pemeliharaan, kemajuan, kehormatan serta martabat
nusa dan bangsa; dan besar kecilnya usaha jasmani, rohani dan kebendaan
seseorang yang telah dicurahkan untuk melaksanakan perbuatan jasa.
Urutan Tanda-tanda Kehormatan Republik Indonesia dan Tanda-tanda
Kehormatan asing adalah sebagai berikut :
a. Bintang Negara Republik Indonesia
b. Satyalancana Negara Republik Indonesia
c. Bintang Negara Asing
d. Satyalancana Negara Asing
Jenis-jenis Tanda Kehormatan RIMenurut Undang-Undang Darurat Nomor 5 tahun 1959 dan UU no.4 tahun
1972 Tanda Kehormatan RI terdiri dari 3 jenis, yaitu Bintang (star),
Satyalancana (Merit Award), dan Samkarya Nugraha/Parasamya Purnakarya
Nugraha.
a. BintangTanda Kehormatan RI Bintang pemberiannya berdasarkan pada Undang-
undang. Bintang berbentuk persegi tiga atau lebih, dengan segala variasi
untuk Tanda Kehormatan. Pemiliknya terikat kode kehormatan yang berat,
baik tertulis maupun tidak tertulis. Pelanggaran terhadap kode tersebut
membawa akibat dicabutnya hak milik atas Bintang. Bintang terbagi dalam
Bintang Sipil dan Bintang TNI.
1). Bintang Sipil :
a). Bintang RI. Terbagi dalam lima kelas, yaitu : Adipurna, Adipradana,
Utama, Pratama, dan Nararya.
b). Bintang Mahaputera. Terbagi dalam lima kelas, yaitu :
Adipurna, Adipradana, Utama, Pratama, dan Nararya.
62
c). Bintang Jasa. Terbagi dalam tiga kelas, yaitu : Utama, Pratama,
dan Nararya
d). Bintang Budaya Parama Dharma
2). Bintang TNI :
Bintang Sakti, Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha
Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Jalasena, Bintang Swa
Bhuwana Paksa, Bintang Bhayangkara, Bintang Garuda, Bintang
Sewindu Angkatan Perang RI
b. SatyalancanaTanda Kehormatan RI Satyalancana diberikan dengan Peraturan
Pemerintah atas kuasa Undang-Undang. Satyalancana berbentuk bulat
atau persegi, tidak merupakan Bintang dengan segala variasi untuk Tanda
Kehormatan. Pemiliknya terikat oleh kode kehormatan yang ringan.
Satyalancana terbagi dalam Satyalancana Sipil dan TNI :
1). Satyalancana Sipil :
a). Satyalancana Keamanan
b). Satyalancana Perintis Pergerakan Kemerdekaan I dan II
c). Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan
d). Satyalancana Pembangunan
e). Satyalancana Karya Satya Kelas I, II, III, IV, dan V
f ). Satyalancana Keudayaan
g). Satyalancana Kebaktian Sosial
h). Satyalancana Wira Karya
i ). Satyalancana Pepera
j ). Satyalancana Pendidikan
k). Satyalancana Dasa Warsa Polisi RI
l ). Satyalancana Jana Utama Polri
m).Satyalancana Ksatria Tamtama Polri
n). Satyalancana Karya Bhakti Polri
0). Satyalancana Prasetya Pancawarsa Polri
2). Satyalancana TNI :
Satyalancana Bhakti, Satyalancana Teladan, Satyalan cana Kesetiaan
8,16,24 tahun, Satyalancana Jasa Dharma Angkatan Laut RI,
63
Satyalancana Yudha Dharma Korps Komando Operasi Angkatan Laut,
Satyalancana Dwidya Sistha, Satyalancana Saptamarga,
Satyalancana Peristiwa, Satyalancana Gerakan Operasi Militer I (GOM
I), Satyalancana GOM II, Satyalancana GOM III, Satyalancana GOM
IV, Satyalancana GOM V, Satyalancana GOM VI, Satyalancana GOM
VII, Satyalancana GOM VIII Dharma Pala, Satyalancana Penegak
/G.30S/PKI, Satyalancana Seroja, Satyalancana Satya Dharma Tri
Komando Rakyat, Satyalancana Satya Dharma Dwi Komando Rakyat,
Satyalancana Santi Dharma
c. Samkarya Nugraha / Parasamya Purnakarya NugrahaTanda Kehormatan RI jenis ini berbentuk ular dan patra. Pemiliknya terikat
oleh kode kehormatan yang ringan. Samkarya Nugraha diberikan kepada
Kesatuan TNI untuk menghargai jasanya yang besar kepada Negara dan
bangsa Indonesia dalam tugas militer dan/atau pembangunan dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup Negara dan bangsa.
Sedangkan Parasamya Purnakarya Nugraha adalah untuk menghargai
hasil karya tertinggi dari Pemerintah Daerah dalam mensukseskan
pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun.
Syarat-syarat untuk mendapat Tanda Kehormatana. Syarat Umum
1). Bintang :
Warga Negara Indonesia, Berahlak dan berbudi pekerti baik, tidak
pernah dihukum penjara lebih dari 1 tahun karena melakukan
kejahatan.
2). Satyalancana :
Warga Negara Indonesia, berahlak dan berbudi pekerti baik.
b. Syarat khusus
1). Bintang :
Paling sedikit setia dan berjasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa
dalam suatu bidang atau beberapa bidang.
2). Satyalancana :
64
Paling sedikit setia dalam melakukan tugasnya untuk kepentingan
nusa dan bangsa, paling sedikit telah mengabdi dalam melaksanakan
tugasnya selama 10 tahun (Satyalancana Karyasatya 10 tahun),
Pengabdian 20 tahun (Satyalancana Karyasatya 20 tahun), dan
pengabdian 30 tahun (Satyalancana Karyasatya 30 tahun ).
c. Syarat untuk Samkarya Nugraha adalah berjasa pada operasi militer /
kepolisian
Waktu Pakai dan Pencabutan Hak Pakai Tanda Kehormatana. Tanda Kehormatan dipakai pada upacara resmi dan kesempatan lain yang
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. Namun demikian,
Bintang dan Satyalancana dapat dipakai sehari-hari oleh anggota TNI dan
Kepolisian dalam bentuk pita harian. Pita Samkarya Nugraha dapat
dipakai sehari-hari oleh anggota Kesatuan tersebut.
b. Hak pakai Tanda Kehormatan dapat dicabut apabila syarat umum
pemakaian Tanda Kehormatan tidak terpenuhi lagi, dank ode ditetapkan
lebih lanjut oleh Pemerintah.
Cara Penyematan Tanda Kehormatan a. Tanda Kehormatan berupa Bintang berkelas lima, Satyalancana atau
Samkarya Nugraha, dapat dipakai sebagai berikut :
1). Bintang Kelas Satu.
Bintang asli digantungkan pada ujung pita selempang (leher 90 mm)
yang dikenakan dari pundak kanan ke pinggang sebelah kiri, dilihat
dari diri penerima Bintang.
Patra dikenakan pada dada kiri sebelah bawah.
2). Bintang Kelas Dua.
Bintang asli digantungkan pada pita kalung selebar 35 mm.
Patra dipakai pada dada kiri sebelah bawah
3). Bintang Kelas Tiga dan seterusnya dipakai pada pita gantung yang
berukuran lebar 35 mm dan panjang 40 mm pada dada sebelah kiri.
4). Satyalancana dipakai seperti Bintang Kelas Tiga yaitu pada pita
gantung yang berukuran 25 mm dan panjang 35 mm.
5). Samkarya Nugraha yang berbentuk ular-ular ditempatkan disebelah kiri
atas bendera kesatuan pada tiang bendera atau tiang kapal.
65
Samkarya Nugraha yang berbentuk Patra ditempelkan pada tempat
yang terhormat di kapal perang, pesawat terbang, panser dan
sebagainya dari kesatuan yang bersangkutan.
6). Bintang dan Satyalancana yang dipakai sehari-hari berbentuk pita
harian yang panjangnya selebar pita gantung dan lebarnya 10 mm
b. Bintang RI diberikan pada tanggal 17 Agustus
c. Tanda Kehormatan hanya boleh dipakai pada pakaian resmi atau pakaian
lengkap.
d. Pita harian dipakai pada seragam harian militer dan seragam polisi harian,
pada dada sebelah kiri diatas saku, sedangkan Samkarya Nugraha
disematkan pada tempat yang akan ditetapkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.
e. Tanda-tanda Kehormatan pada pita gantung dipakai berdampingan dari
kanan ke kiri dan dari atas ke bawah, berturut-turut menurut derajat jenis
Tanda-tanda Kehormatan yang sederajat, dan menurut urutan waktu
pemberian Tanda-tanda Kehormatan yang sederajat dan sekelas.
f. Apaila dipakai bersama-sama lebih dari satu Bintang Kelas Dua yang
berupa Bintang Kalung, maka yang dipakai adalah Bintang Asli dan Pita
Kalung dari Bintang yang tertinggi.
g. Derajat Bintang lebih tinggi dari derajat Satyalancana.
h. Tanda Kehormatan Negara Asing harus selalu dikenakan bersama-sama
dengan paling sedikit satu Tanda Kehormatan RI.
i. Penerima Tanda Kehormatan Bintang dapat dianugrahkan Tanda
Kehormatan lain, seperti Pemakaman dengan upacara militer,
Pemakaman atas tanggungan Negara, Pemakaman di Taman Makam
Pahlawan, serta pemberian tempat yang layak, dalam aturan tata tempat.
j. Pemerian Tanda Kehormatan ditetapkan dengan Undang-undang yang
mengatur bintang yang bersangkutan.
k. Pemberian Tanda Kehormatan dapat disertai dengan penyerahan uang
secara sekaligus atau tunjangan berkala untuk seumur hidup.
l. Pemberian hadiah uang diberikan apabila keadaan atau kehidupan
sehari-hari dari orang yang akan diberi Tanda Kehormatan tidak seimbang
dengan akibat dari jasa yang telah diabdikan untuk Nusa dan Bangsa.
66
m. Pemberian hadiah baik berupa sejumlah uang secara sekaligus, maupun
tunjangan berkala untuk seumur hidup diberikan dengan Keputusan lain
yang terpisah dari Keputusan tentang Pemberian Tanda Kehormatan.
n. Pemberian hadiah uang ditetapkan dalam Undang-undang yang mengatur
Tanda Kehormatan yang bersangkutan.
o. Hak Memakai Tanda Kehormatan tidak dapat beralih kepada istri, anak,
atau turunan dari penerima. Istri, anak atau turunannya boleh menyimpan
Tanda Kehormatan tersebut, namun tidak boleh memperjual-belikannya.
Jika penerima tidak mempunyai istri atau keturunan, maaka Tanda
Kehormatan harus diberikan kepada Kepala Negara.
Pemakaian Tanda-tanda Kehormatan Pada Pakaian SipilAturan pemakaian Tanda Kehormatan RI pada pakaian sipil berdasarkan
pada Surat Edaran Dewan Tanda-tanda Kehormatan RI nomor
032/BDTK/VIII/1983 tentang pemakaian Tanda-tanda Kehormatan pada
Pakaian Sipil. Yang dimaksud pakaian sipil disini adalah jenis pakaian yang
diatur dengan Keputusan Presiden RI nomor 18 tahun 1972.
a. Tanda Kehormatan Bentuk Asli hanya dipakai siang hari pada :
1) Pakaian Sipil Lengkap (PSL) untuk pria dan pakaian nasional (kain
dan kebaya) untuk wanita saat menghadiri :
a). Upacara Pelantikan Presiden atau Wakil Presiden RI.
b). Upacara Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.
c). Upacara Peringatan HUT TNI.
d). Upacara Resmi atau Kenegaraan, atau Bepergian Resmi ke luar
negeri, Peringatan Hari Besar dan Peristiwa Penting lainnya di
dalam negeri
2) Pakaian Sipil; Nasional (PSN) untuk pria, pakaian nasional (kain
dan kebaya) untuk wanita saat menghadiri upacara resmi atau
kenegaraan di luar negeri, kecuali ditentukan lain.
b. Tanda Kehormatan dalam bentuk miniature (tanpa Patra) hanya dipakai
malam hari pada :
1) Pakaian Sipil Lengkap (PSL) untuk pria dan pakaian nasional (kain
dan kebaya) untuk wanita saat menghadiri :
a). Upacara Pelantikan Presiden atau Wakil Presiden RI
67
b). Upacara Resmi atau kenegaraan atau bepergian resmi ke luar
negeri.
c). Upacara Peringatan Hari Besar atau peristiwa penting lainnya
2) Pakaian Sipil Dasi Hitam (PSDH atau black tie), atau Pakaian Sipil
Lengkap (PSL) untuk pria dan pakaian nasional (kain dan kebaya)
untuk wanita saat menghadiri :
a). Upacara resepsi peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI
b). Upacara Resepsi Peringatan HUT TNI
c). Jamuan Resmi atau kenegaraan, khususnya dalam menjamu tamu
resmi atau kenegaraan, atau kunjungan tamu resmi atau
kenegaraan dari luar negeri atau ke luar negeri
d). Resepsi peringatan Hari Besar dan Peristiwa penting lainnya.
c. Cara Pemakaian Tanda Kehormatan
1) Tanda Kehormatan yang berpita selempang dipakai sebagai berikut
a). Menyelempangkan Tanda Kehormatan dari pundak kanan ke
pinggang kiri sedemikian rupa sehingga bintang terletak
menggantung tepat dipinggang kiri
b). Memasang Patra Bintang pada tengah-tengah saku baju PSL atau
pada dada baju sebelah kiri pakaian nasional.
2) Tanda Kehormatan yang berpita Kalung dipakai sebagai berikut :
a). Mengalungkan Tanda Kehormatan dari leher ke tengah-tengah
dada sehingga bintang menggantung tepat di tengah dada
b). Memasang Patra bintang pada tengah saku baju PSL atau pada
dada baju sebelah kiri pakaian nasional.
d. Tanda Kehormatan yang berpita gantung dipakai pada dada baju sebelah
kiri atas sedemikian rupa sehingga ujung medali tepat pada bibir saku
baju.
e. Tanda Kehormatan dalam bentuk miniatur (tanpa Patra) dipakai pada
dada baju sebelah kiri atas sedemikian rupa sehingga ujung medali tepat
di bibir saku baju
68