Upload
baguspermana7
View
247
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia terhadap perkembangan kota dapat dilihat bahwa manusia selalu berkeinginan untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan keperluan yang dibutuhkan. Keperluan tersebut adalah kebutuhan sarana transportasi yang disebut moda atau angkutan. Kebutuhan akan sarana transportasi dari waktu ke waktu selalu mengalami peningkatan akibat semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang membutuhkan jasa transportasi, yaitu angkutan umum sehingga mengakibatkan pertambahan intensitas pergerakan lalu lintas antar kota. Sebagai contoh angkutan umum penduduk antar kota dalam provinsi dari Batusangkar ke Bukittinggi yang terus menerus mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut jenis sarana atau moda transportasi yang ditawarkan harus semakin berkembang agar pelayanannya bisa dimanfaatkan sehingga dapat mendukung dan memperlancar kegiatan tersebut. Permasalahan utama timbul dari kinerja angkutan umum khususnya trayek Batusangkar–Bukittinggi ini yaitu ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan yang dimaksud dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara transport demand (permintaan akan transportasi) dan transport supply (ketersediaan untuk mengantisipasi kebutuhan pergerakan) atau faktor-faktor yang relevan lainnya yang pada dasarnya menyebabkan pergerakan manusia dan barang tidak efisien dan efektif. Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Oktober 2015 dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB, terjadi ketidakseimbangan jumlah angkutan mobil penumpang umum trayek Batusangkar-Bukittinggi dengan jumlah penumpang. Jumlah angkutan mobil penumpang umum yang tersedia sebanyak 9 kendaraan tidak bisa menampung banyaknya penumpang dari arah Bukittinggi sebanyak 22 orang sedangkan kapasitas yang tersedia itu hanya dapat menampung 19 orang penumpang sehingga penumpang terpaksa berdesakan satu sama lain. Sedangkan arah Batusangkar armada lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penumpang. Atas dasar permasalahan-permasalahan di atas, maka dibutuhkan penelitian “Tinjauan Kinerja Pelayanan Angkutan Umum antar Kota (Studi Kasus: Batusangkar – Bukittinggi)”.B. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu:1. Jumlah armada angkutan umum dari Bukittinggi-Batusangkar mengalami kekurangan2. Ketidaknyamanan penumpang pada bus angkutan umum trayek Batusangkar-Bukittinggi.C. Batasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yaitu tentang jumlah armada angkutan umum dari PO Karya Abadi.D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah yaitu:1. Berapa jumlah kendaraan yang tersedia dan apa saja faktor muatan penumpang pada daerah survey?2. Mengetahui berapa waktu tempuh dan kecepatan kendaraan umum pada daerah survey?E. Tujuan Proyek Akhir Adapun tujuan penulisan proyek akhir ini adalah:1. Mengevaluasi jumlah kendaraan yang tersedia dan apa saja faktor muatan penumpang angkutan umum trayek Batusangkar-Bukittinggi.2. Mengetahui waktu tempuh dan kecepatan kendaraan angkutan umum trayek Batusangkar-Bukittinggi.F. Manfaat Proyek Akhir Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dinas perhubungan serta perusahaan angkutan umum guna meningkatkan kinerja angkutan umum yang melayani trayek Batusangkar – Bukittinggi dan juga bagi mahasiswa khususnya jurusan teknik sipil bisa menambah ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Umum
Menurut Setijowarno dalam Morlok (2003: 1) ”Transportasi adalah
memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ketempat lain”. Defenisi
lain menurut Setijowarno dalam Bowersox (2003: 1) “Transportasi adalah
suatu perpindahan barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain,
dengan produk yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang
dibutuhkan atau diinginkan”. Dari beberapa pengertian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa transportasi adalah perpindahan orang atau barang dari
suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana ataupun tanpa
sarana.
Seiring dengan sejak keberadaan umat manusia di muka bumi ini,
maka aktivitas transportasi juga dimulai. Mulai dari aktivitas transportasi
yang bersifat alami yang kemudian berkembang dengan menggunakan
teknologi modern sesuai dengan perkembangannya.
Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Batusangkar,
aktivitas masyarakat kota juga semakin tinggi, seperti kegiatan
perekonomian dan kegiatan sosial masyarakat. Peningkatan aktifitas atau
kegiatan akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah kegiatan
perpindahan orang dan barang. Khusus dalam Kota Batusangkar sebagian
besar masyarakat menggunakan moda transportasi darat dengan jenis
moda angkutan umum penumpang.
B. Angkutan Umum
Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang
digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif.
Macam-macam angkutan umum antara lain ojek sepeda, sepeda motor,
becak, mikrolet, bus umum (kota dan antar kota), kereta api, kapal feri,
dan pesawat. Pengguna jasa dari angkutan umum ini bervariasi, mulai dari
ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar dan lain-lain. Layanan angkutan
umum ini dapat berupa angkutan penumpang seperti angkutan kota, bus,
taksi, travel dan lain-lain dan ada yang melayani angkutan barang seperti
truk.
1. Pengelolaan Angkutan Umum
Untuk mendapatkan kepuasan semua pihak, maka angkutan umum
harus dikelola dengan baik yakni direncanakan dengan sebaik-baiknya
dan diimplementasikan sesuai dengan rencana tersebut. Selama ini
proporsi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan angkutan umum
sangat besar, karena dengan adanya keterlibatan masyarakat semua
aspirasi dan keinginan mereka dapat ditampung dan
diimplementasikan sesuai dengan rambu-rambu yang ada.
Sementara itu dari pihak pemerintah, motivasi untuk melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan angkutan umum adalah karena
pemerintah tidak memiliki alokasi dana untuk pengadaan. Namun
sebenarnya pemerintahlah yang paling berwenang menentukan
kebijakan sekaligus paling bertanggungjawab terhadap keberadaan
angkutan umum bagi pergerakan masyarakat.
2. Pelayanan Kendaraan atau Angkutan Umum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993 tentang
Angkutan jalan, mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang
dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, bahwa untuk pelayanan angkutan
orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur,
dilakukan dalam jaringan trayek.
Ciri-ciri pelayanan angkutan umum sebagai berikut:
a. Khusus mengangkut perpindahan penumpang dari satu moda ke
moda lain
b. Berjadwal.
c. Menggunakan mobil bus dan /atau mobil penumpang.
d. Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan
hitam.
Ada beberapa indikator tingkat pelayanan angkutan umum, yaitu:
1) Tarif
Tarif adalah harga dari jasa angkutan yang diproduksi, dan
besarnya tarif ini akan menentukan besarnya penerimaan yang
dapat diperoleh dari penjualan jasa. Tarif juga bisa diartikan
sebagai biaya yang harus dikeluarkan setiap kali bepergian atau
setiap kali mengirim barangnya dari satu daerah ke daerah lainnya.
Tujuan tarif adalah untuk mendorong terciptanya penggunaan
sarana dan prasarana pengangkutan secara optimum dengan
mempertimbangkan rute layanan.
2) Kenyamanan
Kenyamanan bus meliputi kenyamanan fisik penumpang,
keindahan dan lingkungan. Kenyamanan fisik penumpang meliputi
kenyamanan dalam kendaraan maupun di tempat perhentian,
misalnya kenyamanan tempat duduk dan tempat berdiri,
kemudahan pada waktu masuk dan keluar kendaraan, tempat
meletakan barang dan lain-lain. Keindahan meliputi tempat duduk
yang bersih, tempat perhentian yang menarik, sedangkan
kenyamanan meliputi perlindungan lingkungan dari polusi udara
dan kebisingan.
3) Trayek
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993, trayek
adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak
terjadwal. Sedangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 pasal 5
menyebutkan trayek pengangkutan orang dengan kendaraan umum
dilayani dengan:
a) Trayek tetap dan teratur
Adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan
trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal tetap atau tidak
terjadwal. Misalnya bus besar, bus sedang, bus kecil, mikrolet
dan sebagainya.
b) Tidak dalam trayek
Adalah pelayanan angkutan umum yang dilakukan tidak dalam
jaringan trayek melainkan dilakukan dalam daerah operasional
tertentu. Misalnya travel dengan daerah operasional
Batusangkar. Untuk pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, diatur dalam
jaringan trayek. Jaringan trayek tersebut antara lain:
(1) Trayek antar kota antar propinsi yaitu trayek yang melalui
lebih dari satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat I,
mempunyai ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:
(a) Mempunyai jadwal tetap.
(b) Pelayanan cepat.
(c) Dilayani oleh mobil bus umum.
(d) Tersedianya terminal penumpang tipe A pada awal
keberangkatan.
(e) Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas
jalan.
(2) Trayek antar kota dalam propinsi yaitu trayek yang melalui
antar daerah tingkat II dalam satu wilayah Provinsi Daerah
Tingkat I, diselenggarakan dengan memenuhi ciri-ciri
pelayanan sebagai berikut:
(a) Mempunyai jadwal tetap.
(b) Pelayanan cepat dan/atau lambat.
(c) Dilayani oleh mobil bus umum.
(d) Tersedianya terminal sekurang-kurangnya tipe B, pada
awal pemberangkatan, persinggahan dan terminal
tujuan.
(e) Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas
jalan.
(3) Trayek kota yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu
wilayah kota madya Daerah Tingkat II atau trayek dalam
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Jaringan pelayanan umum di jalan perkotaan
diklasifikasikan atas empat macam trayek, yaitu:
(a) Trayek Langsung
Trayek langsung diselenggarakan dengan ciri-ciri
pelayanan sebagai berikut: mempunyai jadwal tetap,
melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang
bersifat masal dan langsung, dilayani oleh bus umum,
pelayanan cepat, jarak pendek, melalui tempat-tempat
yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
(b) Trayek Utama
Trayek utama diselenggarakan dengan ciri-ciri
pelayanan sebagai berikut: mempunyai jadwal tetap,
melayani angkutan antar kawasan utama, antar kawasan
utama dan pendukung dengan ciri melakukan
perjalanan pulang pergi secara tetap dengan
pengangkutan yang bersifat massal, dilayani oleh bus
umum, pelayanan cepat dan/atau lambat, jarak pendek,
melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang.
(c) Trayek Cabang
Trayek cabang diselenggarakan dengan ciri-ciri
pelayanan sebagai berikut: mempunyai jadwal tetap,
melayani angkutan antar kawasan pendukung dan antar
kawasan pemukiman, dilayani dengan mobil bus
umum, pelayanan cepat atau lambat, jarak pendek,
melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang.
(d) Trayek Ranting
Trayek ranting diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai
berikut: melayani angkutan dalam kawasan
pemukiman, dilayani dengan mobil bus umum dan/atau
mobil penumpang umum, pelayanan lambat, jarak
pendek.
(e) Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang.
4) Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)
Angkutan Antar Kota Antar Provinsi adalah angkutan yang
menghubungkan suatu kota dengan kota lain baik dalam satu
wilayah administrasi provinsi maupun yang berada di provinsi lain.
5) Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)
Angkutan Kota Dalam Provinsi adalah angkutan yang melayani
trayek dari satu kota ke kota lain antar daerah kabupaten atau kota
dalam satu daerah provinsi. Contohnya bus dengan kapasitas
minimal angkutannya adalah 19 kursi, taksi dan mobil penumpang
sebanyak 8 kursi.
6) Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan adalah angkutan yang mengangkut
penumpang dari satu tempat ke tempat lain dalam dalam kawasan
perkotaan dan masih terikat dalam trayek, contohnya: angkot, taksi,
bus kapasitas 19-28 kursi, bajaj, bemo dan oplet.
7) Angkutan Pedesaan
Menurut Djoko Setijowarno (2003: 54) “angkutan pedesaan adalah
angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam wilayah kabupaten
dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang
umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur”.
8) Angkutan Barang Khusus
Menurut pendapat Djoko Setijowarno (2003: 56) “angkutan barang
khusus dapat dikategorikan atas barang curah, barang cair, barang
yang memerlukan fasilitas pendinginan, tumbuh-tumbuhan dan
hewan hidup dan barang khusus lainnya”.
3. Permasalahan Angkutan Umum
Permasalahan yang dihadapi di bidang angkutan umum sebagai
bagian dari sistem transportasi sangat beragam sifatnya dan terdapat
pada setiap aspeknya, mulai dari tahapan kebijaksanaan sampai dengan
tahapan operasionalnya.
Beberapa contoh permasalahan yang dihadapi adalah antara lain
berhubungan dengan:
a. Stabilitas dan daya dukung jalur gerak yang berkaitan dengan
kondisi geologi dan geografis setempat.
b. Dampak yang timbul seperti polusi udara dan kebisingan.
c. Kapasitas atau daya angkut sarana dan prasarana dalam kaitannya
dengan makin besarnya kebutuhan yang ada berikut makin
tingginya kecepatan yang diminta.
d. Upaya perbaikan sistem metode pengendalian untuk meningkatkan
faktor keamanan dan keselamatan.
e. Pendanaan yang terbatas dan harus bersaing dengan kepentingan
yang lain, contohnya: pengembangan jaringan jalan untuk
mengimbangi pertumbuhan kendaraan.
f. Jumlah armada angkutan umum yang tidak sebanding dengan
permintaan masyarakat.
Selain masalah yang telah disebutkan di atas, ditambah lagi
masalah-masalah yang disebabkan oleh:
a. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat dan akibat
terjadinya urbanisasi terutama di kota-kota besar.
b. Penggunaan kendaraan pribadi yang kurang efisien.
c. Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum
memadai, seperti jaringan jalan yang belum tertata dengan baik
dan sistem pengendalian pelayanan yang belum berhasil ditata
secara konsepsional pelayanan (lebih dari 50% perjalanan
masyarakat berpindah moda lebih dai satu kali).
4. Jenis Sistem Angkutan Umum
Dalam masyarakat terdapat dua jenis sistem dalam angkutan umum
yaitu:
a. Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh
operator dengan rute dan jadwal yang biasanya tetap. Sistem ini
dikenal dengan transit system. Terdapat dua jenis sistem transit,
yaitu:
1) Mass transit, yaitu jadwal dan tempat pemberhentiannya telah
ditentukan. Contohnya bus way.
2) Para transit, yaitu tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan
dapat berhenti (menaikkan/menurunkan penumpang di
sepanjang rute).
b. Sistem sewa, dimana kendaraan bisa dioperasikan baik oleh
operator maupun penyewa, dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal
tertentu yang harus diikuti oleh pemakai. Sistem ini sering disebut
juga sebagai demand progresif system karena penggunaannya yang
tergantung kepada permintaan. Contoh sistem ini adalah jenis
angkutan taksi.
5. Perizinan Angkutan
Menurut pasal 173 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009,
perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang
dan/atau barang wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan. Dalam
hal penyediaan dan penyelenggaraan jasa layanan angkutan orang
dalam trayek, pemerintah mengendalikannya dengan menerbitkan izin.
Hakekat diterbitkannya izin oleh pemerintah adalah dalam rangka
untuk:
1. Memberikan jaminan bagi pengguna jasa angkutan untuk
mendapatkan jasa angkutan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Untuk mewujudkan kepastian pelayanan jasa
angkutan umum tersebut maka setiap operator harus dapat
melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan.
2. Memberikan perlindungan kepada penyedia jasa/operator dengan
menjaga keseimbangan antara penyediaan angkutan (supply) dan
permintaan angkutan (demand) agar perusahaan dapat menjaga dan
mengembangkan usahanya.
Pada pasal 173 ayat (1) huruf a, b dan c Undang-Undang No. 22
Tahun 2009, perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan
angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:
1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek.
2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek.
3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
C. Faktor Muat Penumpang (Load Factor)
Load factor adalah rasio jumlah penumpang dengan kapasitas tempat
duduk per satuan waktu tertentu. Batas ideal load factor adalah > 70%
(Keputusan Menteri 35 tahun 2003). Untuk menentukan load
factor digunakan rumus berikut:
Lf = x100%
Dimana: Lf = Load Factor
JP = Jumlah penumpang per kendaraan umum
C = kapasitas penumpang per kendaraan umum
Berikut adalah tabel tipe angkutan umum berdasarkan kapasitas
penumpang:
Tabel 1. Kapasitas Penumpang
Sumber: Dasar-dasar Teknik Transportasi, Munawar, Ahmad, 2015
D. Waktu Tempuh
Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk
menempuh suatu perjalanan. Ada dua jenis waktu tempuh, yaitu:
1. Running Time
Adalah waktu yang digunakan untuk menempuh suatu panjang jalan
tertentu.
2. Travel Time
Adalah waktu yang digunakan untuk menempuh suatu panjang jalan
tertentu, termasuk waktu berhenti dan waktu tunggu.
E. Kecepatan
Kecepatan adalah perubahan kedudukan setiap satuan waktu.
Kecepatan juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak
yang ditempuh dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak
tersebut.
Kecepatan dapat dinyatakan dengan rumus:
v =
dimana: v = kecepatan (km/jam)
d = jarak tempuh (km)
t = waktu tempuh (jam)
Umumnya kecepatan dibagi tiga jenis, yaitu:
1. Kecepatan Setempat (spot speed)
Adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat
yang ditentukan.
2. Kecepatan Bergerak (running speed)
Adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada saat kendaraan bergerak
dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu
kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
3. Kecepatan Perjalanan (journey speed)
Adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan
antara dua tempat, kecepatan perjalanan dapat didefinisikan jarak
antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk
menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut. Lama waktu ini
mencakup waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan
(penundaan) lalu lintas.
Dengan demikian, kecepatan perjalanan dan kecepatan gerak dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Kecepatan perjalanan =
Kecepatan gerak =
Kecepatan yang diukur dalam penelitian ini yaitu kecepatan
perjalanan (journey speed). Waktu perjalanan adalah waktu yang
dibutuhkan oleh kendaraan untuk melewati seksi jalan yang disurvey
termasuk waktu berhenti karena hambatan-hambatan. Ada dua cara
yang berbeda untuk melaksanakan survey waktu perjalanan, yaitu
metoda pengamat bergerak (pengamat berada di dalam kendaraan yang
bergerak di dalam arus lalu lintas) dan pengamat statis (pengamat
berada di titik tertentu di sepanjang potongan jalan yang disurvey).
Kecepatan perjalanan rata-rata umumnya dirumuskan sebagai berikut:
V = =
Dimana: V = kecepatan rata-rata
s total = jarak tempuh total
t total = waktu tempuh total
Akibat adanya waktu menaikkan dan menurunkan penumpang
serta mengisi bahan bakar maka kecepatan rata-rata sepanjang trayek
yang sama dirumuskan sebagai berikut:
V=
Dimana: v = kecpatan rata-rata (km/jam)
S = jarak trayek yang di tempuh
ti = waktu yang diperlukan kendaraan I di jalan (i=1,2,3…n)
F. Headway dan Waktu Tunggu
Headway adalah interval waktu antara kendaraan angkutan kota yang
satu dengan kendaraan angkutan kota dibelakangnya untuk melalui satu
titik tertentu.
Headway dapat dinyatakan dengan rumus berikut:
H =
dimana: H = waktu antara (menit)
f = frekuensi pelayanan (kendaraan/jam)
Waktu tunggu adalah waktu berhenti kendaraan umum di asal atau di
tujuan. Perhitungan waktu tunggu angkutan umum dapat diukur dari
setengah headway.
G. Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan digunakan untuk mengukur waktu perjalanan suatu
angkutan umum setiap kilometer jarak tempuhnya. Waktu perjalanan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
W = T
J
Dengan: W = waktu perjalanan angkutan umum (menit/km)
J = jarak antar segmen (km)
T = waktu tempuh angkutan umum (menit)
H. Waktu Pelayanan atau Jam Operasi
Waktu pelayanan sangat berpengaruh terhadap perolehan rit (unit
transportasi pada satu jalur perjalanan) dalam satu hari, biaya operasional
angkutan umum dan pendapatan serta pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.
I. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah kendaraan yang beroperasi dalam waktu 1
jam. Perhitungan frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
f =
Dengan: f = frekuensi (jumlah kendaraan per menit)
N = jumlah kendaraan (buah)
J. Jumlah Kendaraan yang Operasi
Jumlah kendaraan yang beroperasi akan mempengaruhi banyaknya
jumlah penumpang yang akan memakai jasa pelayanan angkutan umum
tersebut.
K. Akhir dan Awal Perjalanan
Akhir dan awal perjalanan adalah waktu keberangkatan awal dan
waktu pulang terakhir.