17
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Pertumbuhan jamur Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisologi, dan menghitung jumlah mikroba. Proses pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) merupakan media yang digunakan untuk mengisolasi jamur. Konsistensi media SDA berbentuk padat (Solid) dan tersusun dari bahan sintesis. Fungsi dari media SDA yaitu, isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni, untuk budidaya jamur patogen, komensal dan ragi, digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, serta secara klinis membantu dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi (Kustyawati, 2009). Komposisi media SDA yaitu Mycological peptone 10 g, Glucose 40 g, dan Agar 15 g. Mycological peptone berfungsi menyediakan nitrogen dan sumber vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam media SDA, glukosa sebagai sumber energi dan agar berfungsi sebagai bahan pemadat. Kebanyakan jamur terdapat di alam dan tumbuh dengan cepat pada sumber nitrogen dan karbohidrat yang sederhana. Secara tradisional, agar Sabouraud, yang mengandung glukosa dan pepton modifikasi (pH 7,0), telah dipakai karena tidak cepat mendorong pertumbuhan bakteri (Kustyawati, 2009). Kebutuhan terhadap media sintesis yng cukup tinggi, tidak didukung oleh harganya yang cukup mahal dan hanya diperoleh ditempat-tempat tertentu, http://repository.unimus.ac.id

BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pertumbuhan jamur

Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak

jumlah, menguji sifat-sifat fisologi, dan menghitung jumlah mikroba. Proses

pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk

menghindari kontaminasi pada medium. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

merupakan media yang digunakan untuk mengisolasi jamur. Konsistensi media

SDA berbentuk padat (Solid) dan tersusun dari bahan sintesis. Fungsi dari media

SDA yaitu, isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni, untuk budidaya jamur

patogen, komensal dan ragi, digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, serta

secara klinis membantu dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi

(Kustyawati, 2009).

Komposisi media SDA yaitu Mycological peptone 10 g, Glucose 40 g, dan

Agar 15 g. Mycological peptone berfungsi menyediakan nitrogen dan sumber

vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam media SDA,

glukosa sebagai sumber energi dan agar berfungsi sebagai bahan pemadat.

Kebanyakan jamur terdapat di alam dan tumbuh dengan cepat pada sumber

nitrogen dan karbohidrat yang sederhana. Secara tradisional, agar Sabouraud,

yang mengandung glukosa dan pepton modifikasi (pH 7,0), telah dipakai karena

tidak cepat mendorong pertumbuhan bakteri (Kustyawati, 2009).

Kebutuhan terhadap media sintesis yng cukup tinggi, tidak didukung oleh

harganya yang cukup mahal dan hanya diperoleh ditempat-tempat tertentu,

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

7

sehingga saat ini banyak yang mulai menggunakan media/bahan yang tidak

membutuhkan biaya yang mahal dan mudah didapat. Salah satu contohnya adalah

singkong. Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (Cash crop).

Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi

kayu, etanol, gula cair dan lain-lain. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu

merupakan sumber karbohidrat bagi 500 juta manusia di dunia (Irma, 2015).

Tanaman singkong (Manihot utilisma) banyak tumbuh di Indonesia,

karena tanaman ini mempunyai sifat yaitu mudah tumbuh di daerah tropis, tahan

terhadap suhu tinggi, hasil produksi besar dan tidak mudah terserang hama dan

penyakit. Umbi singkong merupakan sumber karbohidrat yang sangat tinggi,

sehingga mampu menyediakan energi dalam jumlah yang cukup besar dan rendah

kadar lemaknya (Hapsari, 2007 dalam Irma, 2015).

Umbi singkong dapat dimanfaatkan dalam beberapa bentuk makanan jadi

atau setengah jadi (intermediate). Pengolahan singkong menjadi tepung dapat

meningkatkan nilai tambah dan kegunaan singkong, serta memperpanjang masa

simpannya (Hapsari, 2007 dalam Irma, 2015). Tanaman singkong memiliki

klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Dicotyledoneae

Ordo :Euphorbiales

Family :Euphorbiaceae

Genus :Manihot

Spesies :Manihot utilisima (Prihandana dkk, 2007).

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

8

Gambar 1. Umbi Singkong (Manihot utilisma)(Sumber : Dokmentasi pribadi, 2018)

Tepung singkong adalah tepung yang terbuat dari singkong dengan adanya

perbaikan dalam ketentuan keamanan pangan. Tepung ini mulai diperkenalkan

pada tahun 1993. Proses pembuatan tepung ini merupakan perbaikan dari cara

pembuatan tepung gaplek. Keunggulan proses ini hasilnya lebih tinggi dibanding

tepung gaplek yaitu dari 20 sampai 22% menjadi 25 sampai 30%, awet, gizi lebih

baik, dan dapat mensubstitusi terigu, baik parsial atau seluruhnya.).

Tabel 2. Daftar Komposisi kimia singkong dan Tepung Singkong

KandunganUnit/100 gram

Singkong Tepung SingkongKalori (Kal) 146 363Protein (gr) 1,2 1,1Lemak (gr) 0,3 0,5

Karbohidrat (gr) 34,7 81,75Zat Kapur (mg) 33 84Phospor (mg) 40 125

Zat besi 0,7 1,0Thiamine (mg) 20 0,4

Vit C (mg) 30 -Air (gr) 62,50 10-13

(Sumber : Suprapti (2005) dan Widowati (2011))

Kandungan karbohidrat yang terdapat pada singkong/tepung singkong

adalah amilum (zat pati). Amilum merupakan karbohidrat dalam bentuk simpanan

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

9

bagi tumbuh-tumbuhan dan dalam bentuk granul yang dijumpai pada umbi dan

akarnya. Amilum terdiri dari 3 komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan

material antara seperti protein dan lemak. Umumnya Amilum mengandung 15-

30% , 70-85% amilopektin, dan 5-10% material antara. Amilum tidak larut di

dalam air dingin, tetapi larut di dalam air panas membentuk cairan yang sangat

pekat seperti pasta, peristiwa ini disebut"gelatinisasi" (Hutagalung, 2004).

Berdasarkan kandungan diatas, dapat diketahui fungsi masing-masing

komponen tepung singkong terhadap pertumbuhan jamur yaitu :

a. Air (12%)

Air merupakan komponen utama di dalam sel mikroorganisme dan

medium. Fungsi air sebagai sumber energi berupa substrat yang dapat

dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi,

selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme

(Brooks, 2008 dalam Rosidah, 2016)

b. Lemak (0,32%)

Jamur dapat menggunakan lipid dalam bentuk lemak dan minyak

sebagai sumber karbon. Materi organik berupa lipid akan didegradasi oleh

enzim lipase yang disekresikan jamur ke lingkungan sebelum diangkut ke

dalam sel (Dewi, 2014)

c. Protein (1,19%)

Jamur menguraikan protein di lingkungannya dan menggunakannya

sebagai sumber nitrogen maupun karbon (Dewi, 2014)

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

10

d. Karbohidrat (81,75%)

Karbohidrat dan derivatnya digunakan sebagai substrat utama untuk

metabolisme karbon pada jamur. Karbon merupakan unsur yang paling penting

karena 50% berat karbon adalah karbon (Hidayat, 2006).

e. Kandungan lain

Beberapa kandungan lain seperti Zat besi (Fe), Phospor (P), dan

Vitamin (Thiamine) juga dibutuhkan oleh jamur untuk mendukung

pertumbuhannya (Capuccino, 2014).

Proses pembuatan tepung singkong terdiri dari beberapa tahap yaitu

(Widowati, 2011):

a. Tahap persiapan

Varietas singkong yang digunakan dalam pembuatan tepung singkong

dapat berasal dari berbagai varietas. Singkong merupakan jenis umbi-umbian

yang tidak tahan disimpan, sehingga perlu diperhatikan penanganan pada saat

panen, pengangkutan, dan pengolahan. Singkong yang telah dipanen, langsung

diproses menjadi sawut kering dalam waktu 24 jam. Apabila terlambat maka

akan terjadi kerusakan, umbi singkong akan berwarna kecoklatan, dan dapat

menurunkan kualitas tepung singkong. Kualitas tepung singkong sangat

ditentukan oleh mutu singkong segar. Agar diperoleh tepung yang berwarna

putih, harus digunakan singkong putih dan segar.

b. Tahap pengupasan

Pengupasan kulit singkong secara manual menghasilkan umbi singkong

yang tinggi, tetapi memerlukan waktu yang relatif lama dan tenaga kerja yang

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

11

banyak. Cara tersebut umumnya menggunakan pisau dapur atau pisau khusus,

sedangkan dengan menggunakan mesin pengupas kulit singkong, umbi

singkong yang dihasilkan kurang maksimal, walaupun dapat mempercepat

waktu pengupasan.

c. Tahap pencucian dan perendaman

Singkong yang telah dikupas secepatnya dicuci dengan air mengalir

atau di dalam bak agar kotoran, lendir, dan kadar HCN dapat hilang.

Perendaman umbi dilakukan dengan air yang cukup banyak, agar umbi tetap

bersih dan putih sewaktu proses penyawutan. Tepung yang dihasilkan

mengandung HCN sebesar 40 ppm yaitu ambang batas HCN dalam produk.

(BSN, 1996).

d. Tahap penyawutan

Penyawutan dilakukan dengan alat penyawut yang digerakkan secara

manual atau dengan tenaga mesin. Sawut yang dihasilkan berupa irisan

singkong dengan lebar 0,2-0,5 cm, panjang 1-5 cm, dan tebal 0,1-0,4 cm.

Sawut basah ditampung dalam bak plastik atau wadah lain yang tidak korosif.

e. Tahap pengepresan

Sawut basah dimasukkan dalam alat pengepres dan ditekan sampai

airnya keluar. Tujuan pengepresan yaitu agar pengeringan sawut lebih cepat,

dan untuk mengurangi kadar HCN, terutama pada singkong jenis pahit. Sawut

hasil pengepresan memerlukan waktu pengeringan (penjemuran) 10 sampai 16

jam, sedangkan sawut tanpa pres harus dijemur selama 30 sampai 40 jam.

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

12

f. Tahap pengeringan

Sawut pres harus segera dijemur, apabila cuaca buruk dapat digunakan

alat pengering. Pengeringan sawut perlu mendapat perhatian khusus, karena

akan menentukan mutu tepung yang dihasilkan. Kadar air maksimum yang

direkomendasikan maksimum 14%. Apabila kadar air sawut masih tinggi,

tepung singkong yang dihasilkan tidak tahan lama untuk disimpan, sehingga

menurunkan mutu tepung singkong. Penjemuran dilakukan di atas rak,

menggunakan alas dari bahan yang tidak korosif (misal: anyaman bambu,

sasak nampan aluminium).

g. Tahap pengemasan

Sawut kering langsung dikemas dengan kantong plastik tebal kedap

udara, lalu dimasukkan dalam karung plastik. Gudang atau ruang penyimpanan

harus bersih, dan kering serta diberi alas kayu agar karung tidak langsung

bersentuhan dengan lantai.

h. Tahap penepungan

Penggilingan sawut kering menjadi tepung singkong dapat

menggunakan alat penepung beras yang banyak beredar di pasaran.

Penepungan dilakukan dalam dua tahap, yaitu penghancuran sawut untuk

menghasilkan butiran kecil (lolos 20 mesh), dan penggilingan/penepungan

dengan saringan lebih halus (80 mesh).

2.2 Syarat Media Pertumbuhan Jamur

Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan

persyaratan antara lain (Shilmy, 2017):

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

13

1. Media harus mempunyai tekanan osmose

Sel mikroba dengan media harus memiliki tekanan osmose yang sama,

oleh karena itu untuk pertumbuhannya jamur membutuhkan media yang

isotonis.

2. Derajat keasaman (pH) yang sesuai

Jamur tumbuh baik dalam kondisi asam yang tidak menguntungkan

bagi bakteri. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7,0. Jenis-jenis khamir

tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4,5-5,5.

3. Temperatur

Jamur tumbuh paling baik pada sekitar suhu kamar yang normal. Pada

umumnya, lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan

jamur karena untuk pertumbuhannya dibutuhkan kelembaban yang tinggi.

Umumnya, jamur patogen memerlukan temperatur optimum 30-370C sesuai

dengan temperatur tubuh.

4. Media harus steril

Pemeriksaan mikrobiologis tidak mungkin dilakukan apabila media

yang digunakan tidak steril, karena mikroorganisme yang diidentifikasi atau

diisolasi tidak akan dapat dibedakan dengan pasti apakah mikroorganisme

tersebut berasal dari material yang diperiksa ataukah hanya kontaminan. Untuk

mendapatkan suatu media yang steril maka setiap tindakan (pengambilan

media, penuangan media dan lain-lain) dikerjakan secara aseptik dan alat-alat

yang digunakan harus steril.

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

14

5. Media tidak mengandung zat-zat penghambat

Beberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikrobia

lain, contohnya Penicillium chrysogenum dengan produksi penisilinnya,

Aspergillus clavatus, klavasin. Beberapa komponen kimia bersifat mikrostatik,

menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbat, propionat, asetat) atau

bersifat fungisida yang mematikan jamur.

6. Media mengandung nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme

Nutrisi yang mudah digunakan oleh mikrooganisme meliputi karbon,

nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca,

Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi.

2.3 Pertumbuhan Jamur

Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi.

Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada kapang atau kekeruhan

media pada khamir dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhan mempunyai

beberapa fase (Gandjar, 2006) antara lain :

1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan

enzim-enzim untuk mengurai substrat;

2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi

fase aktif;

3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat

banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang

penting dalam kehidupan fungi.

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

15

4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat

memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan

oleh sel-sel;

5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang

mati relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang

horizontal. Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase

stasioner;

6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama

sekali lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.

Umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006):

1. Substrat

Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien

baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim

ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat

tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya, apabila

substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka fungi tersebut harus

mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi

glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila

substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang

proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian

protein. Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi,

maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam

lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

16

menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat

memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.

2. Kelembapan

Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Umumnya fungi

tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan

kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,

dan banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang

lebih rendah, yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada

kelembapan 70%, misalnya Wallemia sebi, A.glaucus, banyak strain A.tamarii

dan A.flavus.

3. Suhu

Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan,

fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikorofil, mesofil, dan termofil.

Fungi psikorofil adalah fungi yang dengan kemampuan untuk tumbuh pada

atau dibawah 00C dan suhu maksimum 200C. Hanya sebagian kecil spesies

fungi yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10-

350C, suhu optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22-

250C). Sebagian besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang

hidup pada suhu minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50-

600C. Contohnya A.fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C. Mengetahui

kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila

isolat-isolat tertentu akan digunakan di industri. Misalnya, fungi yang termofil

atau termotoleran (C.tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei),

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

17

dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu

karena metabolisme funginya, sehingga industri tidak memerlukan

penambahan alat pendingin.

4. Derajat keasaman lingkungan

pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-

enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya

pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7.0. Jenis-jenis

khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4.5-5.5.

Mengetahui sifat tersebut adalah sangat penting untuk industri agar fungi yang

ditumbuhkan menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi

asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi antibiotik,

dan juga untuk mencegah pembusukan bahan pangan.

5. Bahan Kimia

Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi.

Senyawa formalin disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu

tertentu sebelum dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang

yang bersifat selulolitik, seperti Chaetomium globosum, A.niger, dan

Cladosporium cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau

meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga

menurunkan kualitas bahan tersebut.

Selama pertumbuhan, fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak

dibutuhkan dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut

merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap serangan oleh

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

18

mikroorganisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia

memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik,

untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

(Gandjar, 2006).

2.4 Candida albicans

C.albicans merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh

dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastospora (blasroconidia) dan germinated

yeast sehingga disebut jamur dimorfik. Blastospora (blasroconidia) adalah bentuk

fenotip yang bertanggung jawab dalam transmisi dan penyebaran. Bentuk

germinated yeast adalah bentuk fenotip yang dapat menginvasi jaringan dan

menimbulkan simptomatik karena bentuk ini dapat menghasilkan mycelia.

Perbedaan ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhi selama proses

pertumbuhan berlangsung. (Tortora et al., 2001).

C.albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas, spora jamur

disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang sebenarnya adalah

rangkaian blastospora. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut dikatakan

bahwa C.albicans menyerupai ragi (yeast like), untuk membedakannya dari jamur

yang hanya membentuk blastospora (Gambar 2) (Jawetz, 2005). C.albicans

memiliki sistem klasifikasi sebagai berikut :

Kerajaan : Fungi

Filum : Ascomycota

Upafilum : Saccharomycotina

Kelas : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

19

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Sinonim : Candida stellatoidae dan Oidium albicans (Silamba, 2014)

Gambar 2. Morfologi sel C.albicans (Perbesaran objektif 100x)(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

Spesies Candida tumbuh dengan cepat pada medium agar sederhana yang

mengandung peptone, dextrose, maltose atau sukrose. C. albicans membutuhkan

senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan

dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.

Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan

metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian

(fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob.

Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan

metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2

dan H2O dalam

suasana aerob, sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam

laktat atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan

persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan.

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

20

C.albicans dapat tumbuh pada suhu 370C dalam kondisi aerob atau

anaerob. Kondisi anaerob C.albicans mempunyai waktu generasi yang lebih

panjang yaitu 248 menit, sedangkan pada kondisi aerob hanya 98 menit.

C.albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih

tinggi pada media cair pada suhu 370C (Biswas dan Chaffin, 2005). Pertumbuhan

juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali

(Tjampakasari, 2006).

Menempelnya C.albicans dalam jaringan sel host menjadi awal

berkembangnya infeksi. Setelah terjadi proses penempelan, C.albicans

berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. C.albicans berada dalam tubuh manusia

sebagai saproma dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada

tubuh pejamu. Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan

C.albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia

karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora

berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak

jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan

oleh kemampuan jamur merusak jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai

faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase, dan

fosfolipase (Tjampakasari, 2006).

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

21

2.5 Kerangka Teori

Media pertumbuan atau perkembangbiakan jamur sampai saat ini

umumnya menggunakan media SDA. Namun karena dipengaruhi oleh harganya

yang tinggi maka alternatif pengganti media SDA sangat diperlukan. Tepung

singkong diharapkan dapat menjadi media alternatif pengganti SDA dikarenakan

mudah diperoleh dan memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yang

sangat mendukung pertumbuhan Jamur. Kerangka teori penelitian ini sesuai

Gambar 3.

Gambar 3. Skema kerangka Teori

Media pertumbuhanjamur

SDA (SabouraudDextrose Agar)

Media alternatif

HarganyamurahTepung singkong

Memiliki kandungankarbohidrat yang cukup tinggi

Media pertumbuhanjamur C.albicans

Harganyamahal

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/3097/4/12. BAB II.pdf · dioksidasi, sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi, selain itu air berfungsi

22

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini seperti Gambar 4.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 4. Skema kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

“ Ada perbedaan variasi konsentrasi tepung singkong 8%, 9%, 10%. 11%

dan 12% terhadap pertumbuhan jumlah koloni jamur C.albicans. “

Media Alternatif TepungSingkong dengankonsentrasi 8%, 9%,10%. 11% dan 12%

Pertumbuhan jamurC.albicans

http://repository.unimus.ac.id