22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sarapan Pagi 2.1.1. Pengertian Sarapan Pagi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004). Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002). Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009). Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula dalam darah akan menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika anak tidak sarapan,dia biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah hari karena gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004 ). Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada 7

BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarapan Pagi

2.1.1. Pengertian Sarapan Pagi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak

dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004).

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan

baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada

pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat

disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa

kelelahan. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan

aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat mengandung unsur empat sehat lima

sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi

segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan

terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan

aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai

energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena

pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan

tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji,

2009).

Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula dalam darah akan

menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika anak tidak sarapan,dia

biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah hari karena gula darah dalam

tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004 ). Sarapan pagi merupakan makanan yang

dimakan pada pagi hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak

yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada

7

Page 2: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

8

anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacu

pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan di sekolah (Elizabeth, 2003).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari, waktu

sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan

dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja perncernaan, sehingga

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan

protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengonsumsi

protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa

kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan

merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi,

selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk

belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).

2.1.2 Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh

saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi

dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran

sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang

melakukan sarapan pagi, antara lain :

1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin

normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga

berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan

beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan

mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses

fisiologis dalam tubuh.

Page 3: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

9

Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam

keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini

dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan

mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah

yang diambil (Moehji, 2009)

Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam

pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan

memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan

meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan

memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih

ditingkatkan (Soekirman, 2000).

2.2. Penilaian Status Gizi Anak

Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara

langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian

status gizi tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik

vital dan faktor ekologi.

2.2.1. Penilaian Langsung

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunkan

untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa,

2002).

Page 4: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

10

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (Supariasa,

2002).

3. Biokimima

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk

suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi suatu keadaan malnutrisi

yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002). Seperti pemeriksaan darah untuk

mengetahui terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi yang

mana gejalanya adalah anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas

lelah, pucat, sakit kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena

perjalanan penyakitnya bersifat menahun. (Hassan dan Alatas, 2002 dalam

Wijayanti, 2005), pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak

menurun (Djaeni, 2004). Anwar (2009) menjelaskan bahwa penurunan

pemusatan perhatian (atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar dapat terjadi

akibat anemia besi.

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khusu snya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (Supariasa, 2002).

Page 5: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

11

2.2.2. Penilaian Tidak Langsung

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

(Supariasa, 2002).

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2002).

3. Factor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,

dan lain-lain (Supariasa, 2001).

2.3. Prestasi Belajar

2.3.1. Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar menurut Tu’u (2004) adalah hasil yang dicapai seseorang

ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah hasil yang

diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil

perbuatan belajar (Wuryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (2008), prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang

diberikan oleh guru.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, yang

dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif

(kemampuan berpikir dan analisis, prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor

(tingkah laku). Namun dari tiga spek tersebut aspek kognitiflah yang menjadi tujuan

Page 6: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

12

utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek yang lain

(Syah, 2010).

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi 3 macam, yakni:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa)

Yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis

(yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

1) Aspek Fisiologis

1. Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam

bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002). Menurut Jelliffe (1989)

dalam Supariasa (2002), status gizi adalah tanda-tanda atau penam

pilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara

pemasukan gizi di satu pihak serta pengeluaran di lain pihak yang

terlihat melalui variabel-variabel tertentu yaitu melalui suatu indikator

status gizi. Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik

seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu

atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000).

Menurut Almatsier (2006), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan zat

gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

Berdasarkan Kepmenkes (2010), baku antropometri anak 5-18 tahun

dihitung nilai Z- skore IMT/U. Berdasarkan indicator IMT/U, status

gizi diklasifikasikan dengan beberapa kelompok, yaitu :

Page 7: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

13

1) Sangat Kurus : < -3 SD

2) Kurus : -3 SD sampai dengan < -2

3) Normal : -2 sampai dengan +2

4) Gemuk : > +2

1) Status gizi buruk

Secara klinis, gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi

dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi sehingga

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan (Arundyna, 2011).

Menurut Nency (2005), status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,

yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),

karena kekurangan kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-

duanya.

Menurut Soemantri (1978) apabila makanan yang dikonsumsi

tidak cukup mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan

ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme

dalam otak. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan

otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan

kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, badan

lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi

ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam

otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan

anak.

Kelainan yang terjadi pada jaringan otak akibat gizi buruk itu

membawa dampak antara lain (Moehji, 2003):

(1) Turunnya fungsi otak yang berpengaruh terhadap kemampuan

belajar. Penelitian yang dilakukan di Amerika Tengah Brazilia dan

India menunjukkan bahwa anak-anak yang pada awal kehidupan

mereka menderita gizi kurang gizi buruk, 20%-30% tidak naik kelas

Page 8: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

14

dan mengulang pada tahun pertama paling sedikit satu kali, dan 17%-

20% mengulang pada tahun kedua pada waktu mereka mengikuti

pendidikan di Sekolah Dasar.

(2) Turunnya fungsi otak menyebabkan kemampuan anak bereaksi

terhadap rangsangan dari lingkungannya sangat rendah dan anak

menjadi apatis.

(3) Turunnya fungsi otak membawa akibat terjadinya perubahan

kepribadian anak.

2) Status gizi kurang

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan

satu atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier, 2006). Kekurangan

berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan

masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang

buruk (Arisman, 2007). Akibat dari status gizi kurang adalah

perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif,

perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu yang

selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa (Soekirman,

2000).

Menurut (Gibney, 2009), keadaan gizi kurang mengakibatkan

perubahan struktural dan fungsional pada otak. Sejumlah penelitian

pada hewan memperlihatkan bahwa keadaan malnutrisi prenatal dan

pascanatal dini pada tikus menimbulkan banyak perubahan dalam

struktur otak hewan tersebut, kendati perubahan ini akan membaik

pada saat tikus diberi makan kembali. Namun demikian, beberapa

perubahan dianggap permanen dan perubahan yang permanen tersebut

meliputi penurunan jumlah mielin dan jumlah dendrit kortikal dalam

medulla spinalis serta peningkatan jumlah mitokondria dalam sel-sel

neuron saraf.

Page 9: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

15

Bukti adanya perubahan pada struktur dan fungsi otak anak-

anak sangat terbatas, kendati anak-anak dengan malnutrisi berat

mempunyai kepala yang lebih kecil dan hasil pemeriksaan auditory-

evoked potentials yang abnormal, semua keadaan ini tetap abnormal

sekalipun telah terjadi pemulihan dari stadium akut (Gibney, 2009).

Akibat gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi

apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang

dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses:

pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi

otak, serta perilaku (Muliadi, 2007).

(1) Pertumbuhan

Seorang yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan

potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan

dipengaruhi oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk

makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi akan dimanifestasikan

dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar

(Muliadi, 2007).

(2) Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan

seorang anak kekurangan tenaga untuk melakukan aktivitas. Anak

menjadi malas, merasa lelah, cuek, dan tidak bersemangat serta

produktivitas kerja menurun (Muliadi, 2007).

(3) Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun, sistem

imunitas dan anti bodi berkurang, sehingga anak mudah tersinggung,

mudah terserang penyakit seperti: pilek, batuk, dan diare, dan bila

anak/murid yang tidak ditanggulangi dengan pemberian gizi baik,

lambat laun pada anak dapat membawa kematian (Muliadi, 2007).

Page 10: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

16

(4) Struktur dan Fungsi Otak

Kemampuan berfikir otak mencapai bentuk maksimal pada

usia sekolah dasar. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggu fungsi

otak secara permanen (Muliadi, 2007).

(5) Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi

menunjukkan perilaku yang tidak normal (tidak tenang). Mereka

mudah tersinggung, cengeng, kurang rangsangan dan apatis (Muliadi,

2007). Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang

tidak sempurna yang menyebabkan kognitif dan kemampuan belajar

terganggu (Soekirman, 2000).

Status gizi harus baik karena gizi kurang akan mempengaruhi

kesehatan jasmaninya yang bermanifestasi pada kelesuan, mengantuk,

dan cepat lelah. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai

pusing-pusing kepala, dapat menurunkan kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan

kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi (Baliwati, 2004).

Menurut Suryabrata (2001), nutrisi harus cukup karena

kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus

jasmani, yang pengaruhnya dapat kelesuan, lekas mengantuk, lekas

lelah, dan sebagainya. Energi yang diperlukan untuk bahan bakar otak,

untuk merawat kesehatan sel saraf dan untuk neurotransmitter

diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, nutrisi utama untuk

meningkatkan fungsi otak adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral. Jika nutrisi yang dibutuhkan dapat terpenuhi akan

memberikan pengaruh baik dalam pertumbuhan yang dapat dilihat dari

berat badan dan tinggi badan yang sesuai serta fungsi otak yang

Page 11: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

17

optimal yang tercermin dari performa akademik yang memuaskan

(Perretta, 2004 dalam Suryowati, 2010). Kekurangan gizi sejak dini

dapat mempengaruhi ketangkasan belajar, waktu pendaftaran sekolah,

konsentrasi dan perhatian (Pollit, 1990 dalam Levinger, 1992).

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami

keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat

badan yang seharusnya (ideal). Gejala yang ditimbulkan pada anak

adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat

dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier, 2006).

3) Status Gizi Baik

Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2006). Penelitian

Florencio (1990) di Filipina, prestasi akademik dan mental siswa

dengan status gizi yang baik secara signifikan lebih tinggi daripada

siswa dengan status gizi buruk, bahkan ketika pendapatan keluarga,

kualitas sekolah, kemampuan guru, atau kemampuan mental dikontrol

(Levinger, 1992).

4) Status Gizi Lebih

Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

dalam jumlah berlebihan (Supariasa, 2002). WHO (2000) secara

sederhana mendefinisikan obesitas sebagai kondisi abnormal atas

akumulasi lemak yang ekstrim pada jaringan adiposa. Obesitas dapat

terjadi pada setiap umur dan gambaran klinis obesitas pada anak dapat

bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat sekali.

Page 12: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

18

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,

diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih

esensial itu adalah sebagai berikut (Syah, 2010):

1) Inteligensi siswa

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psikofisik untuk mereaksi ransangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988 dalam Syah, 2010).

Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,

memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan

inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh

lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh

aktivitas manusia (Syah, 2010). Menurut Khomsan (2004), ada tiga hal

yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang yaitu

genetik, lingkungan dan gizi.

Faktor genetik merupakan potensi dasar perkembangan

kecerdasan. Tetapi, faktor genetik ini bukan yang terpenting. Sampai

saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan mana diantara ketiga

faktor tersebut yang berperan lebih besar. Sebagai perbandingan,

dalam ilmu peternakan misalnya, faktor genetik hanya berperan 30

persen menentukan produktivitas susu sapi perah. Menurut Chaplin

dalam Syah (2006), intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri

dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan

menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Seseorang yang

memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan

hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya

Page 13: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

19

rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat

berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah Dalyono (1997).

Menurut Syah (2006), tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)

siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini

bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa,

maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya

semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin

kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Anak dengan prestasi

yang baik, saat diuji inteligensinya hanya 120 atau biasa-biasa saja.

Jadi IQ tinggi bukan jaminan untuk mencapai prestasi luar biasa di

sekolah (Khomsan, 2004).

2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency)

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2010). Menurut

Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat

dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak

setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap yang positif terhadap

mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi

proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap yang negatif terhadap mata

pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulnya rasa kebencian

terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar

bagi siswa yang bersangkutan (Tohirin, 2005). Faktor-faktor ini

mempengaruhi kondisi-kondisi belajar yang relevan seperti kesiapan,

penuh perhatian, tingkat usaha, ketekunan dan konsentrasi. Selain itu,

sikap negatif terhadap pekerjaan sekolah dikaitkan dengan kebiasaan

Page 14: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

20

yang kurang baik, kegagalan menyelesaikan tugas, kegagalan

menguasai keterampilan dasar, kinerja tes yang kurang, mudah

teralihkan perhatian, dan fobia sekolah (Conny, 2010).

3) Bakat siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang (Reber, 1988 dalam Syah, 2010). Dengan demikian,

sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi

mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas

masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi.

Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas

(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai

talented child, yakni anak berbakat (Syah, 2010).

4) Minat siswa

Menurut Hadis (2006) bahwa anak didik yang berminat

terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih

besar terhadap sesuatu yang diminati itu. Selain itu, minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-

bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat

besar terhadap matemat ika akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian

yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi

untuk belajar lebih giat, akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan

(Syah, 2010). Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat

belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di

kelas maupun di rumah (Nurhidayati, 2006).

Page 15: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

21

2. Factor Eksternal (factor dari luar siswa)

Yakni merupakan factor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.

Factor meliputi factor lingkungan keluarga, factor lingkungan sekolah, factor

lingkungan masyarakat dan factor waktu.

1) Lingkungan Keluarga

Menurut Ilsan (1996) dalam Kusumastuti (2010), keluarga merupakan

lembaga pendidikan pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam

keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan

isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu

mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan

kepribadian tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah

yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan

selanjutnya di sekolah.Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,

besar kecilnya penghasilan, cukup kurang perhatian dan bimbingan orang

tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut

mempengaruhi percapaian hasil belajar.

a) Pendidikan orang tua

Partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan secara sangat

meyakinkan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar murid dan

menunjukkan semakin tinggi keterlibatan dan kepedulian terhadap

masalah-masalah pendidikan di sekolah (Firdaus, 2000 dalam Ilyas,

2004). Pada umumnya pengetahuan orang tua sangat menentukan

pendidikan keluarga (anak-anaknya). Tingkat pendidikan orang tua

juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses

dan prestasi belajar siswa (Suryabrata, 2002). Perhatian orang tua

denga n penuh kasih sayang terhadap pendidikan anaknya, akan

menumbuhkan aktivitas anak sebagai suatu potensi yang sangat

berharga untuk menghadapi masa depan. Pengertian perhatian orang

Page 16: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

22

tua yang dimaksud di sini adalah tanggapan siswa atas perhatian orang

tuanya terhadap pendidikan anaknya yaitu tanggapan tentang

bagaimana cara orang tuanya memberikan bimbingan belajar di

rumah, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan alat yang

menunjang pelajaran, memberikan dorongan untuk belajar,

memberikan pengawasan, dan memberikan pengarahan pentingnya

belajar (Suryabrata, 2000).

b) Keadaan ekonomi keluarga

Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat

menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak

mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu ekonomi yang kurang

menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah untuk belajar

tidak ada. Tetapi hal ini tidak mutlak demikian. Kadang-kadang

kesulitan ekonomi bisa menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil,

sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan

menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak

mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga

perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang

karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan

permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan

dan lain-lain (Dalyono, 1997). Dalam lingkungan status sosial

ekonomi rendah, interaksi verbal orang tua dengan anak lebih sedikit

dan lebih rendah mutunya, daripada interaksi verbal anak-orang tua di

lingkungan sosial ekonomi tinggi (Sukadji, 2000).

2) Lingkungan Sekolah

Menurut Syah (2010), lingkungan sosial sekolah seperti para guru,

para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para

guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

Page 17: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

23

memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal

belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya

dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.Guru merupakan salah

satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai

prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang

bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus

dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat

menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol

kondisi kelas siswa (Mudzakir dan Sutrisno, 1997).

3) Lingkungan Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar

tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang

berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya

baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya,

apabila tinggal di lingkungan yang banyak anak-anak nakal, tidak sekolah

dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat

dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih

belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingku ngan

keluarga dan di lingkungan sekolah. Hai ini disebabkan faktor waktu,

hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu

pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat

pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam

(Ihsan, 1997 dalam Minarni, 2006).

2.4. Kebutuhan Gizi Anak SD

Tubuh manusia memerlukan berbagai macam zat gizi yang berguna untuk

kelangsungan hidup, untuk itu diperlukan zat-zat yang cukup / sempurna dalam

makanan sehari-hari agar dapat hidup dengan normal, sehat dan cerdas. Kebutuhan

Page 18: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

24

gizi anak usia Sekolah Dasar sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan menurut

kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut :

- Kebutuhan Energi

Pada kelompok umur 7-9 tahun kecukupan energy yang dibutuhkan

sebesar 1900 kalori (80 kal/kg bb/hari) dan untuk kelompok umur 10-12 tahun

kecukupan energy antara laki-laki dan perempuan dimana untuk laki-laki

sebesar 2000 kalori (66 kal/kg bb/hari) dan untuk wanita sebesar 1900 kalori

(55 kal/kg bb/hari). Perbedaan ini didasarkan pada ukuran tubuh, aktivitas dan

angka percepatan pertumbuhan.

- Kebutuhan Protein

Protein diperlukan untuk pertumbuhan otot dan pembentukan darah

beserta komponen-komponennya bersama zat gizi. Kebutuhan protein yang

dianjurkan adalah 10-15% dari total kalori yang dibutuhkan, berdasarkan Pola

Pangan Harapan sekitar setengah dari 10-15% tersebut berasal daripangan

hewani. Konsumsi protein dapat dipenuhi bila bahan makanan yang diberikan

beraneka ragam termasuk protein dari bahan makanan sumber karbohidrat.

Sumber protein yang baik adalah susu, daging, ikan telur dan kacang-

kacangan.

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (per orang per hari)

dinyatakan bahwa kebutuhan energy dan protein bagi usia anak Sekolah Dasar

menurut umur dan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 1 Angka Kecukupan Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar

Jenis Kelamin Umur(tahun)

BB(kg)

TB(cm)

Energi(kalori)

Protein(gram)

Laki-laki 7-910-12

2430

120135

19002000

3745

Perempuan 7-910-12

2435

120140

19001900

3754

Sumber : WKNP. LIPI. Jakarta. 1998

Page 19: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

25

2.5. Kebiasaan Sarapan, Status Gizi dan Prestasi Belajar

Usia anak sekolah merupakan masa pertumbuhan yang cepat, sehingga tubuh

memerlukan macam dan jumlah zat gizi dalam jumlah yang cukup tinggi, kebutuhan

energy anak tergantung dari fase pertambahan umur, tinggi badan, jenis kelamin dan

tingkat aktivitasnya.

Kekurangan energy yang berasal dari makanan, menyebabkan seseorang

kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas bekerja, orang

menjadi malas, merasa lemah, produktivitas kerja dan konsentrasi belajar menurun.

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,

dengan demikian kemampuan berfikir menurun (Almatsier, 2003).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Soemantri (1985) dan Almatsier (1989)

menunjukkan ada hubungan antara pemberian zat besi terhadap peningkatan prestasi

belajar. Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi dalam darah meningkat

selama pertambahan hingga remaja. Defisiensi besi berpengaruh negative terhadap

fungsi otak, terutama terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi system

neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamine

berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut dan dapat

mengakibatkan daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu

(Almatsier, 2003).

Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30 persen total energi tubuh harus di penuhi

saat makan pagi. Karena itu, sebaiknya anak-anak dibujuk untuk membiasakan diri

untuk makan pagi. Penelitian tersebut menunjukkan, bahwa makan pagi bukanlah

sekedar untuk mengenyangkan perut selama belajar disekolah, tetapi lebih dari yaitu

agar anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik agar mendukung prestasi

belajarnya. Makan pagi berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya ingat

anak. Para ahli melakukan pengujian terhadap daya ingat anak-anak usia sekolah

diperlu menyatakan, perbendaharaan kata mereka sensitif terhadap efek pemberian

makan pagi. artinya, kemampuan anak-anak untuk mengingat sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan kalori dan zat zat gizi dari makan pagi. Penelitian ini menyimpulkan,

Page 20: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

26

pertama, otak sensitif terhadap penurunan jangka pendek ketersediaan zat-zat

makanan. Kedua, keadaan tidak makan pada malam dan pagi hari akan menghasilkan

hambatan psikologi disertai perubahan fungsi otak, khususnya daya ingat (Sintha,

2001).

Page 21: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

27

2. 5. Kerangka Teori

Gambar I Kerangka Teori

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Sumber : Schroeder (2001) dalam Arnelia (2003)

Prestasi

Belajar

- Lingkungan keluarga,

- lingkungan sekolah

(guru)

- lingkungan masyarakat

Faktor

Eksternal :

Intelegensi siswa

Sikap siswa

Bakat siswa

Minat siswa

Faktor

Internal:

Status GiziSumbangan

Energi dan

Protein

Sarapan Pagi

Page 22: BAB II - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-septiadewi... · perbuatan belajar (W uryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (200 8), prestasi

28

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2 KerangkaKonsep

2.7. Hipotesis

- Ada hubungan sumbangan energy dengan prestasi belajar anak SD

- Ada hubungan sumbangan protein dengan prestasi belajar anak SD

- Ada hubungan sumbangan energy dengan status gizi anak SD

- Ada hubungan sumbangan protein dengan status gizi anak SD

Sumbangan Energi dan

Protein Sarapan Pagi

Status Gizi Presasi Belajar