Upload
doduong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukun gproyek tugas akhir ini berasal
dari berbagai sumber yaitu :
1. Wawancara/Interview dari narasumber yang terpercaya dan pihak-pihak terkait :
Bunda Iffet Veceha Sidharta selaku Manajer Slank dan Ibunda dari Bimbim, Slank
(Bimbim, Kaka, Abdee, Ridho, dan Ivan), Massto Sidharta selaku Manajer Slank
dan adik kandung dari Bimbim, Adrian Sidharta dari Slank.com sekaligus kakak
kandung dari Bimbim, Ila Sidharta, Santhi selaku Road Manajer Slank, Agus
“KakaJoe” dari Slank.com, Andre selaku sekjen dari Slank Fans Club Pusat, Indra
Qadarsih, Pay Burman, dan Bongky Marcell selaku mantan personil Slank formasi
13.
2. Pengamatan langsung di lapangan
3. Literatur : buku dan artikel dari media elektronik yang berhubungan dengan Slank.
4. Pembagian kuesioner kepada masyarakat khususnya segmentasi remaja dan
generasi muda.
6
2.1.1 Hasil Wawancara Dengan Pihak Manajemen Slank
Dari sesi wawancara dengan pihak manajemen Slank tersebut penulis
mendapatkan informasi bahwa saat ini Slank ingin memulai melebarkan sayapnya
melalui konser-konser mereka kepada golongan kelas menengah ke atas, dan juga
ingin memberikan sentuhan warna musik baru agar bisa dinikmati hingga ke
mancanegara. Penulis juga mendapatkan informasi melalui pihak manajemen
bahwa sebenarnya untuk kelas menengah ke atas, sangat ingin melihat konser
Slank yang ditata secara eksklusif atau dilaksanakan di indoor.
2.1.2 Hasil Survei Terhadap Masyarakat
Survei ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner via internet
kepada masyarakat Indonesia. Dan dari hasil kuesioner tersebut penulis
mendapatkan hasil yaitu, mayoritas pengisi kuesioner tersebut adalah golongan
kelas menengah, remaja berumur diatas 20 tahun, menyukai Slank tetapi tidak
memiliki album Slank sama sekali, ingin menonton konser Slank tetapi dengan
sistem Indoor , dan menganggap Slank itu sudah menjadi sebuah legenda hidup.
7
2.2 Data Umum
2.2.1 Fenomena Penggemar Dan Tokoh Idolanya.
2.2.1.1 Pengertian Tokoh Idola
Menurut Lewis (1992) menggambarkan idola sebagai public figure yang
memiliki keistimewaan atau kemampuan dan dapat menaklukkan perhatian yang
menyaksikannya. Mereka dapat berasal dari berbagai bidang profesi diantaranya
adalah bidang seni, bidang olahraga, dan bidang politik.
2.2.1.2 Hubungan Penggemar dan Tokoh Idola
Penggemar terbentuk dari adanya sebuah system atau disebut star system.
Star System adalah suatu system yang menggambarkan pola interaksi dan
ketertarikan antara idola, penggemar dan media massa. Star System ini dapat
berupa cara membuat daya tarik sehingga terbentuk suatu komunitas seperti fans
atau fans club. Sistem ini juga meliputi langkah-langkah untuk menjaga
kepopuleran tokoh idola, menjalin komunikasi atau interaksi antara idola dan
penggemarnya.
Dengan adanya struktur dan strategi yang disusun oleh pihak manajemen setiap
idola dapat menciptakan daya tarik penonton, mereka juga menjadikan para
bintang atau idola tersebut memiliki cirri khas sehingga menarik perhatian atau
mempesona setiap penggemarnya menurut Horton & Wohl (1956). Pihak
manajemen juga menyusun aturan-aturan atau batasan-batasan yang membuat para
8
penggemar tidak dapat secara langsung melakukan kontak social dengan idolanya.
Hal ini semata-semata untuk terciptanya suatu keamanan dan kenyamanan bagi
bintang idola maupun masyarakat lainnya.
2.2.1.3 Pengertian penggemar (Fans)
Pada umumnya literature yang membahas tentang fans selalu beranggapan
negative, mereka dianggap berperilaku menyimpang dari batas normal kewajaran,
dan menderita ketidaknormalan psikologis hal ini disebabkan karena mereka sering
kali bertingkah di luar batas kewajaran. Diluar batas ketidak wajaran ini apabila
perilaku yang ditampilkan dapat membahayakan siapa saja dan tingkah laku
mereka ini tidak terkontrol. Misalnya, meniru gaya tokoh idolanya mulai dari cara
berpakaian, berbicara hingga gaya hidupnya.
Menurut Millgram (dalam Lewis, 1992) kehidupan yang semakin modern
membuat para fans ini terasing karena mereka dianggap berbeda oleh orang lain
yang bukan merupakan fans. Meskipun disisi lain mereka hanyalah pihak yang
ingin menunjukan kesetiaan dan member dukungan kepda pihak idola yang kadang
membutuhkan dukungan tersebut untuk penampilan mereka sendiri.
Menurut Echols dan Shadily (1996) kata fans berarti penggemar. Kata “Fans”
ini dihubungkan dengan kata fanatic yang diambil dari bahasa latin ‘fanaticus’
yang berarti “ belonging to the temple “. Menurutnya, definisi dari fans adalah :
1. An enthusiastic follower of a sport or entertainment or
9
2. An enthuastic admirer (as of celebrity)
Menurut Millgram (dalam Lewis 1992) mendefinisikan sebagai ;
“ Someone who goes to ectreme in beliefs, feeling and actions “
Fans dapat dikatakansebagai pengikut yang antusias dari bidang olah raga
atau seni atau pengagum selebritis, yang berfikiran, berperasaan, dan bertingkah
laku ekstrim. Bila kata fans dikaitkan dengan kata fandom, yaitu suatu keadaan
dimana sesorang menggemari sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi budaya
dan perilaku penggemar secara umum (Lewis, 1992). Obyek dari fandom itu
sendiri seperti tokoh selebritis, tim olahraga, kelompok musik, dan lain-lain.
Fandom diekspresikan dengan dua cara yaitu secara individual dan kolektif.
Hal ini seperti yang dikemukakan Jeli Jenson (dalam Lewis, 1992) dalam “Adoring
Audiences” dilihat dari pengekspresian fandom, penggemar dikelompokkan dalam
2 tipe, yakni :
a. Tipe “the obsessed loner” (fandom diekspresikan secara individu) yaitu :
mereka (yang dipengaruhi oleh media) berfantasi. Mereka berusaha memasuki
kehidupan selebriti dan berusaha untuk mendapatkan jalinan berupa hubungan
social dengan figure selebriti. Tipe penggemar seperti ini juga memiliki resiko
membahayakan figure selebriti yang disukainya itu.
b. Tipe “the historical crowd member” (fandom diekspresikan secara kolektif).
Penggemar tipe ini digambarkan sebagai kelompok yang berperilaku histeris
10
terhadap figure idolanya, contoh : mereka yang dapat berteriak-teriak histeris
bahkan sampai pingsan saat menonton pertunjukan musik bintang-bintang
idolanya.
2.2.1.4 Reaksi penggemar (Fans)
Fiske (dalam Jenson, 1992) mengemukakan tiga reaksi dari “fans”, yaitu :
1. Semiotic Productivity, yaitu ketika fans menggunakan obyek fandom untuk
memberikan makna sosial dalam kehidupan mereka sendiri, (misalnya : fans
mendapatkan makna dari penemuan dengan idola).
2. Enunciative Productivity, yaitu ketika fans mengekspresikan keantusiannya,
kepada dunia luar melalui ucapan-ucapan pujian atau penampilan yang menyerupai
idola mereka.
3. Textual Productivity, yaitu ketika fans menciptakan komoditas komersial
berdasarkan obyek fandom mereka (misalnya fans menjual atau memproduksi
koleksi-koleksi idolanya untuk mendapatkan keuntungan).
Dari ketiga reaksi penggemar ini, maka fans atau penggemar dapat diklarifikasikan
menjadi beberapa kelarifikasi seperti dibawah ini.
11
2.2.1.5 Klasifikasi Penggemar (Fans)
Fans sebagai bagian dari fandom, diantaranya adalah :
• Mania
Kriterianya hamper serupa dengan fanatic dari Jenson (dalam Lewis,
1992) dimana mereka didefinisikan sebagai orang yang memiliki
kepercayaan, pikiran dan perilaku ekstrim. Tipe penggemar fanatic tidak
berbahaya seperti “obsessed loner” walaupun tidak menutup kemungkinan
penggemar fanatic dapat berkembang menjadi “obsessed loner” yang
berbahaya. Hal ini dapat dilihat dari fans yang cenderung sangat setia bahkan
perilaku mereka sangat mudah dipengaruhi oleh idola mulai dari pakaian,
berbicara, bertingkah laku, dan terobsesi untuk mengikuti jalan hidup
idolanya. Orang fanatic dapat berkorban apa saja demi mendapatkan
kesempatan bertemu dengan idolanya, ia rela menghabiskan waktunya demi
mengikuti perjalanan hidup dan karir bintang pujaannya, bahkan ia dapat rela
mengorbankan nyawanya demi melindungi idolanya ini. Menurut Jenson
(dalam Lewis, 1992) orang yang fanatic umumnya memiliki masalah dengan
harga diri dan masalah dalam berinteraksi dengan orang-orang di
sekelilingnya, misalnya diasingkan oleh keluarga dan masyarakat.
• Obsession
12
Adalah perilaku dimana seseorang dengan karakteristik umur, gender
atau orientasi seksual apapun menampilkan perilaku yang berlebihan dalam
menunjukan keantusiasan-nya dengan menghabiskan banyak waktu untuk
terlibat dalam aktifitas yang berhubungan dengan selebriti tertentu.
Penyebabnya adalah media massa yang menjadi komunitas umum hal ini
dikemukakan oleh Fiske (dalam Lewis, 1992). Bedanya adalah selebriti
bukanlah bagian dari kehidupan mereka sehingga hubungan disebut para
social relationship atau hubungan para social.
Hubungan para social ini merupakan hubungan yang searah dimana
satu pihak mengetahui lebih banyak daripada pihak yang lain. Dengan kata
lain hubungan ini bukanlah merupakan timbale balik. Pada umumnya mereka
melupakan jenis hubungan ini, tapi bagi mereka yang tidak dapat
melupakannya akan menjadi sangat terobsesi dan membahayakan dirinya.
Penggemar yang terobsesi ini memiliki potensi menjadi berbahaya.
Keobsesiannya terkadang dapat merusak dan merugikan orang lain atau
fasilitas umum. Hal ini disebut “deviant” ini biasanya sekedar merusak
suasana dan mengganggu keamanan. Keberadaan tipe ini yang merusak citra
penggemar yang sesungguhnya. Masyarakat memandang mereka sebagai
kelompok yang radikal, ekstrim dalam berperilaku, tidak disiplin, tidak dapat
mengendalikan diri dan perusak lingkungan masyarakat. Mereka dianggap
13
masyarakat sebagi penggemar juga, sehingga timbullah stigma bahwa
penggemar adalah perusak atau perusuh.
2.2.1.6 Jenis Musik dan Perilaku Penggemar
Pada umumnya lirik musik secara tidak langsung dapat memancing
keantusiasan perilaku dan perasaan emosional si pendengarnya, hal ini tampak dari
perilaku penggemar yang berteriak histeris atau menangis karena terpesona dengan
penampilan atau lagu yang dinyanyikan oleh sang penyanyi pujaan itu. Jenis music
seperti Rock ‘n’ Roll yang memiliki kecenderungan untuk membuat seseorang
yang mendengarkannya menjadi lebih agresif dan meningkatkan emosional
seseorang. Penampilan para bintang ini terkadang membuat keantusiasan penonton
yang berlebihan yang menimbulkan perilaku-perilaku diluar control, seperti saling
berdesakan dan saling mendorong sehingga timbul kericuhan yang dapat menelan
korban jiwa.
Kericuhan di suatu konser dapat disebabkan karena pihak penyelenggara
yang kurang siap, kurangnya jumlah pihak keamanan yang dikerahkan, pintu
tempat konser sedikit sehingga sulit untuk keluar dari tempat diadakannya konser
tersebut kurang memadai yang menyebabkan penonton mengalami sesak nafas.
14
2.2.2 Slank
Slank adalah sebuah kelompok musik (band) yang berdiri pada tanggal 26 Desember
1983. Pada saat didirikan, band ini adalah sebuah band sekolah bernama Cikini Stone
Complex (CSC), yang terdiri dari siswa SMA Perguruan Cikini dengan personelnya Bimo
Setiawan (drummer), Bongky (guitarist), Kiki (guitarist), Deni BDN (bassist), Erwan
(vocalist). Band ini biasanya bermain membawakan lagu-lagu dari Rolling Stone sebagai
ekspresi rasa suka terhadap grup idola mereka tersebut. Aktifitas band CSC kemudian
terhenti karena kejenuhan para personilnya. Beberapa tahun setelah terhentinya aktifitas
CSC, Bimo Setiawan yang akrab disapa Bimbim, beserta kedua saudaranya, Denny dan
Erwan, kemudian berinisiatif membentuk band baru yang diberi nama Red Evil. Band
inilah yang kemudian berubah menjadi Slank dengan formasi Bimbim (drummer), Erwan
(vocalist), Bongky (guitarist), Denny (bassist), dan Kiki (keyboardist). Nama “Slank”
sendiri diambil dari istilah slengean yang merupakan ciri khas penampilan Slank di atas
panggung yang terkesan cuek, asal-asalan dan urakan. Konsep Slank dalam bermusik
berbeda dari sebelumnya, Slank mulai membawakan lagu-lagunya sendiri pada setiap
penampilannya.
Slank memiliki makas yang berada di Jl. Potlot III/14 Duren Tiga Jakarta Selatan,
yang merupakan rumah orang tua Bimbim, yaitu pasangan Bapak Sidharta dan istrinya
yang akrab disapa Bunda Iffet, Jalan Potlot terbilang jalan yang kecil, sehingga sering
juga disebut Gang Potlot. Gang Potlot lalu berkembang menjadi sebuah tempat
berkumpul bagi komunitas anak muda yang merasa kreatif. Slank juga membuka
15
penyewaan studio musik untuk latihan walaupun hanya dengan peralatan musik yang
sederhana, yaitu peralatan musik biasa yang terdiri dari masing-masing satu unit gitar,
drum, bas, keyboard, dan microphone.
Semenjak resmi berdiri pada tanggal 26 Desember 1983, dalam perjalanannya Slank
sering berganti-ganti formasi. Akhirnya pada formasi yang ke-13 di tahun 1989, Slank
menemukan karakter musik yang dirasa cocok oleh para personilnya dan begitu berciri
khas, mereka menyebutnya “musik Slank”. Formasi tersebut yakni diisi oleh Bim-bim
(drummer), Kaka (Vokalis), Bongky (Bassist), Pay (Gitaris) dan Indra (Keyboardist).
Pada tahun itu pula Slank menggebrak dengan album perdana berjudul “Suit-suit … He
He He (Gadis Sexy)”. Tampil dengan cuek, musik seadanya, lirik spontan, memakai
bahasa slengean anak muda Jakarta, mengangkat tema sederhana dan penampilan personil
yang apa adanya, justru membuat album ini laris dan menciptakan wabah penggemar
Slank di seluruh Indonesia.
Keberhasilan Slank dengan warna “musik Slank”-nya yang sangat berciri khas
merupakan sebuah angin segar bagi Industri musik di Indonesia yang saat itu masih
didominasi oleh musik pop mendayu-dayu dan rock hingar bingar. Musik Slank yang
berciri rock n roll dengan berbagai kekhasanya, adalah alternatif bagi pencinta musik
Indonesia, khususnya pemuda. Perlahan tapi pasti Slank menebar pengaruh di kalangan
anak muda khususnya pencinta musik Rock. Slank menawarkan tema alternatif dalam
lirik dan lagunya, walaupun pada saai itu, musik yang ada cenderung kompromistis dari
artis lain dengan selera pasar. Gebrakan pertama Slank pada Album “Suit-suit … He He
16
He (Gadis Sexy)” ternyata mendapatkan sambutan yang baik dari pencinta musik di
Indonesia, terbukti dengan diraihnya penghargaan dari BASF sebagai Best Selling Album
1990-1991 kategori musik Rock.
Meroketnya jumlah album perdana Slank, Gang Potlot pun menjadi semakin ramai.
Para Slanker (sebutan untuk penggemar Slank) mulai banyak berkumpul di tempat
tersebut. Bahkan sejumlah musisi muda terlahir dan dibesarkan di lingkungan gang
Potlot, diantaranya Imanez (almarhum), Andi Liani (almarhum), Oppie Andaresta, dan
Anang.
Tahun 1991 Slank meluncurkan album kedua yang berjudul “ Kampungan “. Album
ini juga laku keras dan Slank kembali mendapatkan penghargaan BASF Best Selling
Album 1991 – 1992 kategori Rock. Pada tahun berikutnya, Slank meluncurkan album
dengan judul “Piss” yang kembali meraih piala BASF Best Selling Album 1992-1993
kategori Rock Alternatif. Namun seiring dengan kesuksesan yang diraih Slank, terjadi
keretakan dengan manajer Slank, Budhi Soesatio. Hal ini ditindak lanjuti Slank dengan
mendirikan Pulau Biru Production.
Pulau Biru Production adalah nama yang dipilih untuk rumah produksi milik Slank.
Pulau Biru Production resmi berdiri sekitar pertengahan tahun 1994. Pulau Biru
Production ini juga ditujukan untuk menjadi wadah bagi orang-orang yang memiliki
obsesi dan mimpi untuk maju. Berbagai aktifitas dan kreatifitas Slank diatur dan
17
diwujudkan melalui rumah produksi ini. Mulai dari urusan kontak artis, fans club,
merchandise, hingga ke urusan manajemen lainnya.
Tahun 1994 album “Generasi Biru” diluncurkan dan meraih BASF Double Platinum
Album untuk penjualan terlaris tahun 1994-1995. Album ini diproduksi oleh Piss Records
yang merupakan bagian dari Pulau Biru Production. Di tahun 1997, Piss Records berganti
nama menjadi Slank Record. Sedangkan untuk pendistribusian kaset diserahkan kepada
Virgo Ramayana yang merupakan distributor untuk kaset-kaset Slank sebelumnya. Slank
juga membangun studio rekaman sendiri yang mereka beri nama “Parah Studio”, yang
berada satu area markas Slank di Potlot.
Album kelima Slank yaitu “Minoritas” dirilis pada tahun 1994. Cukup di sayangkan
karena albun ini adalah album terakhir yang dirilis Slank bersama tiga orang anggota
Slank yaitu Bongky, Indra, dan Pay. Ketiga personil ini menunjukkan tanda-tanda
ketidakkompakkan dengan mulai jarang berada di Potlot. Pada September 1996 Slank
memutuskan untuk vakum dari aktifitas bermusik selama setahun. Benar saja,
penggarapan album Slank selanjutnya diwarnai situasi yang menyedihkan, tiga personil
Slank, Bongky, Indra, Pay pada akhirnya keluar dari jajaran formasi Slank ke tiga belas.
Peristiwa keluarnya ketiga personil Slank ini, banyak melahirkan ramalan dari berbagai
pihak dan pengamat musik di tanah air bahwa akan terjadi kehancuran Slank. Berbagai
tekanan dan ancaman kemudian muncul dari para penggemar fanatik Slank. Alih-alih
terpuruk dan hancur, kedua personil yang tersisa yaitu Bim-bim dan Kaka melanjutkan
eksistensi Slank dengan mengajak Ivan dan Reynold, yang saat itu masih menjadi
18
personil band Otto Jam. Alhasil album ke enam bisa Slank keluarkan, dan pada album ini
Slank memberi judul albumnya “Lagi Sedih”. Budhi Susanto pun di minta untuk menjadi
konsultan dalam pembuatan album ini. Di tengah kekalutan yang dialami Slank tersebut,
album “Lagi Sedih” berhasil membuktikan eksistensi Slank kepada seluruh
penggemarnya dan umumnya pencinta musik Indonesia.
Kekhawatiran sempat membayangi Slank dan manajemennya dengan formasi Slank
yang baru ini. Meskipun demikian Slank terus berkarya, dan untungnya banyak diantara
Slankers yang memang tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang menggantikan
formasi yang lama. Bagi Slankers yang terpenting adalah Slank tetap ada. Formasi baru
yang sempat dikhawatirkan akan menurunkan pamor Slank ternyata terbukti salah besar.
Faktanya, dimanapun Slank tampil, Slankers menyambutnya dengan antusias dan histeria,
walaupun kadang wujudnya sudah pada taraf menggangu, seperti yang terjadi pada
konser Slank di Tangerang pada tahun 1997. Konser Slank di Tangerang ini menyisakan
sebuah berita yang tidak sedap didengar, yaitu terjadi kerusuhan yang cukup parah
diantara para penonton.
Selang beberapa hari dari konser di Tangerang, Reynold terpaksa harus
mengundurkan diri karena alasan ketidakcocokan, hal yang memang lazim dialami oleh
sebuah band. Pengunduran diri Ronald sangat disayangkan karena pada saat itu Slank
masih memiliki jadwal konser di Bandung. Sebagai solusinya, Ivan mengajak Abdee
Negara, teman semasa di band Flash, band terdahulunya. Pada saat yang sama, Lulu
Ratna yang pernah menjadi Road Manager Slank mengajak Ridho Hafiedz untuk mengisi
19
kekosongan personil. Dengan Formasi percobaan inilah Slank pada akhirnya
menyelesaikan pertunjukan di Bandung pada tahun 1997.
Pertunjuan konser di Bandung membuktikan adanya kecocokan dalam penampilan
Slank. Akhirnya pada tahun 1997 Slank menetapkan formasi baru dengan 3 personil baru,
yaitu Ivan (bassist), Abdee (gitaris), dan Ridho (Gitar). Formasi ini sukses membidik
pasar baru yang lebih luas, kaum remaja atau Anak Baru Gede (ABG) yang tidak selalu
membutuhkan musik keras.
Formasi baru Slank kemudian mewujudkan kekompakannya dengan merilis album
ketujuh Slank yang diberi judul “Tujuh” pada tahun 1997, sekaligus menebus kegagalan
album Slank sebelumnya. Pada album ini warna musik Slank tidak berubah sebelumnya,
Slank juga tetep berpenampilan cuek dan apa adanya, namun tetap memainkan harmoni
dan kerapian bermusik. Album ini mencatat rekor penjualan album sebesar 600.000 kopi.
Formasi ini menjadi formasi tetap semenjak tahun 1997 hingga kini.
Selain dikenal dengan prestasinya, kelompok musik Slank juga pernah dikenal
sebagai pencandu narkoba. Para personil Slank sendiri memang mengakui bahwa mereka
pernah mengkonsumsi narkoba, bahkan menjadi pecandu, terutama Bimbim dan Kaka.
Pada tahun 1997 dengan formasi baru, Slank mulai berusaha untuk lepas dari
ketergantungannya terhadap narkoba. Mulai tahun 1998, personil Slank yang merupakan
pecandu narkoba mulai melakukan usaha-usaha rehabilitasi dengan dukungan penuh dari
Bunda Iffet sampai akhirnya berhasil sembuh. Seiring dengan kesembuhan dan manfaat
20
positif yang dirasakan Slank setelah terlepas dari kecanduannya, Slank mulai
mengkampanyekan perang terhadap narkoba. Diakui Bunda Iffet, usaha untuk benar-
benar bersih dari narkoba ini bukanlah hal yang mudah. Segala cara dilakukan Bunda,
sebagai manajer dan sebagai orang tua personil Slank untuk membantu anak-anaknya
terbebas dari narkoba. Personil Slank yang saat itu mengkonsumsi narkoba ialah Bimbim,
Kaka, dan Ivan, sementara Abdee dan Ridho memang tidak pernah menjadi pecandu
narkoba.
Selain kaya akan prestasi dalam bermusik, Slank juga memilik komitmen untuk
menyebarkan nilai-nilai positif kepada Slankers di seluruh Indonesia. Selain semboyan
Piss dan PLUR yang menjadi ciri khas Slank, Slank juga memiliki “13 Ajaran Tidak
Sempurna” yang disebut Slankissme. Ajaran ini memuat 13 ciri yang diharapkan muncul
dari seorang Slanker, yaitu :
1. Kita harus kritis.
2. Berjiwa sosial
3. Penuh solidaritas
4. Saling setia
5. Selalu merdeka
6. Hidup sederhana
21
7. Mencintai alam
8. Manusiawi
9. Berani untuk beda
10. Menjunjung persahabatan
11. Punya angan yang tinggi
12. Menjadi diri sendiri
13. Membuka hati dan otak kita
Ketigabelas ajaran ini merupakan penjabaran dari PLUR (Peace, Love, Unity and
Respect). Nilai utama yang ingin ditularkan Slank kepada Slankers adalah solidaritas dan
kebersamaan. Mereka mengakui sebagai band yang berdiri di atas semua golongan. Hal ini
juga tergambar dari logo Slank yang menyerupai kupu-kupu. Selain berarti bahwa Slank
mengalami proses metamorfosis seperti kupu-kupu untuk mencapai kesuksesan, logo itu juga
berarti bahwa Slank berdiri di semua golongan.
22
2.2.2.1 Personil Slank
Gambar 2.1
Nama: Akhadi Wira Satriaji (Kaka)
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 10 Maret 1974
Posisi : Vokal
Gambar 2.2
Nama: Bimo Setiawan Almachzumi (Bimbim)
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 25 Desember 1966
Posisi : Drummer
23
Gambar 2.3
Nama: Abdee Negara
Tempat, tanggal lahir: Donggala, 28 Juni 1968
Posisi : Gitaris
Gambar 2.4
Nama: Mohammad Ridwan Hafiedz (Ridho)
Tempat, tanggal lahir: Ambon, 03 September 1973
Posisi : Gitaris
24
Gambar 2.5
Nama: Ivan Kurniawan Arifin (Ivanka)
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 09 Desember 1971
Posisi : Bassis
2.2.2.2 Diskografi Slank dan Penghargaan
ALBUM DISKOGRAFI
1 Suit-Suit Hehe/Gadis Sexy (Desember 1990)
2 Kampungan (Desember 1991)
3 Piss (Desember 1993)
4 Generasi Biru (Desember 1994)
5 Minoritas (Januari 1996)
6 Lagi Sedih (Februari 1997)
7 Tujuh (Januari 1998)
25
8 Mata Hati Reformasi (Mei 1998)
9 999 + 09 (Double Album) (Oktober 1999)
10 Virus (September 2001)
11 Satu Satu (Maret 2003)
12 Road to Peace (Mei 2004)
13 PLUR (Desember 2004)
14 Slankissme (Desember 2005)
15 Slow But Sure (Maret 2007)
16 Original Sound Track Get Married (Oktober 2007)
17 The Big Hip (Juni 2008)
18 Slank Original Sound Track Generasi Biru (Feb 2009)
INTERNATIONAL
1 Since 1983 (Malaysia) (Februari 2006)
2 VCD Karaoke Slow But Sure (Juli 2007)
3 The Big Hit’s (Juni 2008)
3 Anthem For The Broken Hearted (USA) (September 2008)
LIVE DISKOGRAFI
1 Konser piss 30 kota (Live Album) (November 1998)
2 Slank Virus Road Show (Live Album) (February 2002)
3 Slank Bajakan (Kompilasi Live) (Oktober 2003)
26
BEST DISKOGRAFI
1 The Best 1
2 The Best 2
3 The Best 3
4 The Best 4
5 The Best 5
6 de’ Bestnya Slank
7 The Best 7
8 The Best 8
9 The Best 9
AUDIO / VISUAL :
1 VCD Karaoke X-1 dan X-2
2 VCD Virus Road Show
3 VCD Road To Peace
4 DVD Road To Peace
5 VCD Reborn Republic
REPACKAGE
SLANKOGRAPHY November 2006
27
Repackage album-album Slank
1 Slankography (Suit-Suit Hehe/Gadis Sexy)
2 Slankography (Kampungan)
3 Slankography (Piss)
4 Slankography (Generasi Biru)
5 Slankography (Minoritas)
6 Slankography (Lagi Sedih)
7 Slankography (Tujuh)
8 Slankography (Mata Hati Reformasi)
9 Slankography (999 + 09 (Double Album))
10 Slankography (Virus)
11 Slankography (Satu Satu)
Repackage Best Album
1 Slankography (The Best 1)
2 Slankography (The Best 2)
3 Slankography (The Best 3)
4 Slankography (The Best 4)
5 Slankography (The Best 5)
6 Slankography (de’ Bestnya Slank)
7 Slankography (The Best 7 (Low))
28
8 Slankography (The Best 8 (Mid))
9 Slankography (The Best 9 (High))
AWARDS / Nomination
BASF Award’s “Best Selling Album 1990/1991” for Rock category
BASF Award’s “Best Selling Album 1991/1992” for Pop Rock category
BASF Award’s “Best Selling Album 1993/1994” for Rock/Alternative category
BASF Award’s “Best Selling Album 1994/1995” for Rock category dengan
meraih predikat- Double Platinum Album Category
Video Klip Favorit dari VMI (Video Musik Indonesia) 1994/1995 untuk lagu
“Terbunuh Sepi”
Video Klip Terbaik Sepanjang Tahun 1995/1996 untuk lagu “Terbunuh Sepi”
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) Best Song & Best Selling Album &
Best- Pop/Rock Band – 1998
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) Best Rock Albums – 1999
MTV Indonesia Music Awards 2002, “Best Video Clip Model” & “Best Video
Clip Director”
SCTV Music Awards Nominator - 2003
MTV Asia Awards Nominator - 2003
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) Duo/ Group Rock Terbaik – 2003
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) Produser Album Rock Terbaik –
2003
29
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) Album Rock Terbaik – 2003
SCTV Music Awards Nominator - 2004
MTV Asia Awards Nominator - 2004
Anugerah Musik Indonesia (AMI Samsung Awards) Lagu Rock Terbaik –
2004
Anugerah Musik Indonesia (AMI Samsung Awards) Album Rock Terbaik –
2004
1st Indonesian MTV ICON - 2005
MTV Asia Aid, Bangkok (For Tsunami Relief) - Participant – 2005
Nomine Penata Musik Terpuji dalam film Get Married pada Festival Film
Bandung – 2008
Inspirator Anak Bangsa dari Pemerintah Republik Indonesia – Des 2008
Reform Award – Jan 2009
International Event
Slank Charity Concert For Maluku Conflict, Tokyo & Nagoya, Japan, 11 – 13
Februari 2000
Shout Asia, Soul, South Korea, 28 Juni 2003
Slank Charity Concert, Osaka & Nagoya, Japan, 14-15 Agustus 2004
MTV Asia Aid, Bangkok, Thaliand, 10 Februari 2005
Echo Asia Music Concert, Gwangju, South Korea, 7 Oktober 2005
30
Slank Winter Tour, Charity For Sumatera, Nagano, Japan 2 Januari 2006
Album Launch, Slank Since 1983, Malaysia, 20 Februari 2006
Slank America Tour 2006, LA, San Francisco, DC, New York, USA 4 -14
September 2006
Celebrate Concert Feat Slank, Kuala Lumpur, Malaysia, 5 Januari 2007
Participant on Independent Day of Timor Leste, 17 Mei 2008
Slank - The Big Hip Album Promo Tour, Nagoya,Tokyo, Japan, 3 – 7 Mei
2008
Europe Tour (Belanda, Inggris, Jerman, 21 – 31 Mei 2008)
Anthem for the Broken Hearted U.S Tour, 22 Oktober – 22 November 2008
2.2.3 Manajemen Slank
Keberhasilan Slank ini tidak dapat dipisahkan dari kerja keras manajemen
Slank. Manajemen Slank yang pertama dipegang oleh Budhi Soesatio dalam Proyek
Q. Dalam proyek ini, Budhi bertindak selaku manajer sekaligus produser Slank.
Kerjasama dengan Budhi hanya berlangsung sampai album ketiga, yaitu, Tiga/Piss.
Setelah itu, Slank membentuk manajemen sendiri bernama Pulau Biru Production.
Bertindak sebagai direktur adalah Denny A. Ramadhani. Namun, kedudukan Denny
sebagai manajer Slank akhirnya digantikan oleh Oche. Dari Oche, jabatan manajer
dipegang oleh Abi Rahmat Akbar. Lalu Abi digantikan oleh Ila, adik bungsu
31
Bimbim. Ila hanya sebentar bertindak sebagai manajer Slank, posisinya segera
digantikan oleh Lulu Ratna yang terlibat selama empat bulan (September sampai
Desember 1997). Tugas Lulu Ratna saat itu hanyalah menyelesaikan sisa kontrak
Slank antara bulan September hingga Desember 1997. Posisi manajer Slank
kemudian dipegang oleh Stevie, yang langsung membawahi Slank formasi XIV,
dimana Ridho dan Abdee sudah bergabung. Ternyata Stevie hanya bekerja selama
satu bulan karena tidak ada kecocokan cara kerja antara Stevie dengan gaya Slank.
Adanya kekosongan manajer ditambah lagi dengan terpuruknya Slank dalam jeratan
narkoba, membuat Bunda Iffet Veceha Sidharta memutuskan untuk mengisi posisi
manajer tersebut.
Sebagai manajemen Slank. Pulau Biru Production bertanggung jawab untuk
mengurus kontrak Slank, fans club, merchandise, sampai ke soal manajemen lainnya.
Namun sejak tahun 2002 Pulau Biru Production telah menjadi suatu divisi dibawah
bendera PT. Pulau Biru Indonesia. Bertindak sebagai General Manager PT Pulau
Biru Indonesia adalah Bunda Iffet dan sebagai Managing Director-nya adalah Denny
Ahmad Ramadhani, mantan bassis Slank 1983-1988 dan vokal 1987.
2.2.4 Pulau Biru Production
Pulau Biru Production bertanggung jawab mengurus manajemen Slank secara
keseluruhan, mulai dari kontrak artis, undangan-undangan wawancara atau acara-
32
acara lain, termasuk pula urusan merchandise dan fans club. Intinya. Pulau Biru
Production bertanggung jawab dalam menjaga citra Slank di masyarakat. Karena itu,
pihak manajemen akan menolak kegiatan-kegiatan yang akan membuat jelek nama
Slank, meskipun kegiatan itu hanya main-main saja. Untuk urusan citra merek ini,
pihak manajemen sering berdiskusi dengan para personil Slank, terutama Bimbim.
Segala kegiatan yang bersifat positif dan memberikan citra positif dimata masyarakat
pasti didukung sepenuhnya oleh manajemen.
2.2.5 Merchandise Slank
Merchandise merupakan suatu sarana yang digunakan oleh para artis untuk
mengikat kesetiaan penggemarnya. Para penggemar pun merasa senang jika bisa
mengoleksi merchandise yang bergambar artis idolanya dan bangga menunjukkan
kesenangan terhadap artis tersebut kepada orang lain. Hal ini tentu juga berlaku pada
Slank.
Untuk memenuhi hasrat para slankers dalam mengumpulkan merchandise yang
berlogo Slank, maka pihak manajemen menyediakan bagian khusus yang mengurusi
masalah merchandise. Meskipun begitu, pihak manajemen memberikan kebebasan
bagi setiap orang untuk membuat merchandise yang berlogo Slank, mulai dari foto,
poster, kaos, stiker, dan produk-produk lainnya yang menggunakan ikon logo kupu-
kupu Slank.
33
2.2.6 Slank Fans Club
Bagi para slankers, bukti kecintaan pada Slank diwujudkan salah satunya
melalui kepemilikan kartu anggota. Ada dua tipe keanggotaan fans club di Slank,
yang pertama, keanggotaan Slank Fans Club (SFC) Pusat. Dikatakan pusat karena
pendaftaran keanggotaan ini dilakukan langsung oleh manajemen Slank. Slankers
yang ingin menjadi anggota SFC Pusat harus mendaftar di markas Slank itu sendiri.
Keanggotaan kedua adalah Slank Fans Club (SFC) Daerah. Karena slankers tersebar
di seluruh Indonesia dan belum tentu mampu datang ke Jakarta untuk membuat kartu
anggota yang bersifat nasional, maka pihak manajemen membolehkan para slankers
tiap daerah untuk membentuk SFC Daerah asalkan memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pihak manajemen. Saat ini ada sekitar 50 SFC Daerah yang aktif.
Kategori aktif disini maksudnya sekretariat SFC Daerah bisa memberdayakan
anggotanya dan memiliki unit usaha sendiri. Beberapa SFC Daerah yang tergolong
aktif misalnya Malang, Makassar, Yogyakarta, dan Surabaya. Awalnya, pihak
manajemen Slank membolehkan pengurus SFC Daerah untuk membuat kartu
keanggotaan sendiri. Artinya, bentuk dan tampilan untuk kartu anggota regional
disesuaikan dengan kreatifitas SFC Daerah masing-masing. Namun sejak tanggal 2
Mei 2004, pihak manajemen mensyaratkan bahwa kartu tanda anggota (KTA) hanya
dikeluarkan oleh SFC Pusat dan SFC setingkat dibawahnya harus membeli dari
Pusat. Ini merupakan salah satu persyaratan Kepengurusan Slank Fans Club yang
tercantum dalam Kode Etik Slank Fans Club Indonesia.
34
2.2.7 Slankers
Slankers adalah sebutan bagi para penggemar Slank. Para slanker ini sering
berkumpul di markas Slank di Jalan Potlot III/14, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Setelah Slank melempar album pertamanya, orang-orang yang berkumpul disana
bukan slanker tapi juga musisi. Diantaranya almarhum Imanez, Andi Liani. Oppie
Andaresta, Thomas Ramdhan (Gigi), Armand Maulana (Gigi), dan Anang yang
membentuk band Kidnap Katrina sehingga terbentuklah komunitas. Namun saat ini,
hanya para slankers-lah yang masih sering berkumpul disana. Para slanker bangga
dengan ke-Slank-annya dan menunjukkannya kepada masyarakat umut. Sebagai
penggemar Slank, slankers juga mengumpulkan merchandise yang berhubungan
dengan Slank, mulai dari kaos, foto, stiker, poster, tas, bahkan gelang dan ikat
pinggang. Ada pula beberapa slanker yang menamai anaknya dengan nama-nama
personil Slank. Selain itu, slankers juga mengkuti tindakan para personil Slank.
Ketika personel Slank terlibat narkoba, slankers juga ikut memakai narkoba ketika
personel Slank berhasil lepas dari ketergantungan narkoba, para slanker pun
berusaha sembuh dari ketergantungan narkoba.
Jumlah slankers di seluruh Indonesia yang tercatat di SFC Pusat saat ini
mencapai 600.000 orang. Ada slanker yang masih duduk di sekolah dasar hingga
slanker yang sudah berkeluarga. Para slanker tidak hanya pria, wanita pun juga ikut
fanatik pada Slank.
35
2.2.8 Bidadari Penyelamat
Bidadari Penyelamat (BP) merupakan petugas keamanan khusus Slank. BP
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban dalam setiap acara yang diadakan oleh
manajemen Slank maupun SFC Daerah. Pembentukan Bidadari Penyelamat ini
dicetuskan oleh Dibo, Ketua SFC Jakarta. Sebelumnya, nama Bidadari Penyelamat
adalah “Kalau Aku Jadi Presiden”, sesuai dengan judul lagu Slank. Namun akhirnya
diubah menjadi Bidadari Penyelamat sesuai saran Bimbim. Saat ini jumlah BP yang
tercatat pada SFC Jakarta sudah mencapai 100 orang. Adapun persyaratan
dibentuknya BP sesuai dengan kode etik SFC Indonesia pasal 4 (1p) adalah sebagai
berikut:
- Memliki fisik yang kuat dan sehat
- Anggota sebanyak 20 orang
- Bertugas mengamankan setiap kegiatan
- Mengenakan seragam dan atribut dari Pusat.
Saat ini, BP tidak hanya dibentuk di SFC Jakarta saja, tetapi SFC Daerah
lainnya juga sudah memiliki BP sendiri. Hal ini juga merupakan salah satu
persyaratan Kepengurusan Fans Club yang tercantum dalam Kode Etik SFC
Indonesia.
36
2.2.9 Situs Resmi Slank
Di era teknologi saat ini, Slank juga ikut menggunakan fasilitas internet untuk
menjangkau para penggemarnya dimanapun slankers berada. Situs resmi Slank
adalah www.slank.com dan untuk Slank Fans Club adalah www.slankfansclub.com.
Melalui situs ini, para slankers dapat mengetahui perkembangan terbaru mengenai
artis idolanya, tukar-menukar informasi dengan sesame slankers dan mengeluarkan
kritikan kritikan di forum. Di situs ini juga disediakan sarana bagi para slankers yang
ingin menuliskan lirik-lirik lagu Slank.
2.3 Data Khusus
2.3.1 Positioning
2.3.2 Spesifikasi Buku
Berikut ini adalah rencana rancangan buku “ Slank : Metamorfosa
Sebuah Generasi “
Naskah : Slank dan Adri Prastowo
37
Penyelenggara : PT. Pulau Biru Indonesia
Desainer : Adri Prastowo
Fotografi : Adri Prastowo, Dokumentasi Slank, dan Ivo Sihombing
Penerbit : Red and White Publishing
Spesifikasi : 26 cm x 26 cm
26 cm x 52 cm (spread)
Hard cover dan Full Colour
Tebal : 144 halaman
Kerangka Buku :
a. Halaman judul dalam
b. Daftar isi
c. Intro / Abstraksi
d. Isi Buku :
1. Potlot III No. 14
2. Generasi Biru
38
3. Lagi Sedih
4. Slankissme
5. Slankers
e. Epilog
2.4 Target Sasaran
• Demografis
Seks : Laki-laki dan Perempuan
Usia : 18 – 28 Tahun
Pendidikan : SMA, Kuliah, Bekerja.
Kelas Sosial : B, B+ dan A
• Geografis
Tempat tinggal : Kota-kota Besar atau Ibukota Propinsi
• Psikografis
Personality :
1. Memiliki Jiwa Eksperimental
39
2. Rebel / Memiliki Jiwa Pemberontak
3. Cenderung memiliki sifat emosi tinggi.
4. Suka terhadap tantangan baru
5. Suka bereksplorasi terhadap hal-hal baru
6. Ingin lain daripada yang lain.
Behaviour :
1. Suka hangout ke Mall / Café / Club untuk nongkrong dan bergaul
bersama teman-temannya.
2. Suka travelling di dalam ataupun ke luar negeri.
3. Suka mengumpulkan barang-barang aneh untuk dikoleksi (seperti
kaleng bekas, emblem, senjata mainan, action figure, dll.)
4. Suka browsing lewat internet untuk sekedar mencari informasi dan
juga memiliki banyak account dan juga aktif di social networking
community.
5. Suka membaca disaat-saat waktu senggangnya.
6. Memiliki hobi bermain musik dan memiliki grup band sendiri.
40
7. Suka begadang / tidur pada malam hari.
Lifestyle :
1. Memiliki mobil mewah.
2. Suka berganti-ganti handphone dan menganggap gadget elektronik
terbaru adalah hal yang wajib untuk dimiliki (seperti blackberry,
ipod, playstation 3, xbox, macbook pro, dll. )
3. Pakaiannya yang dimiliki adalah brand-brand terkenal ( Levi’s,
Evisu, Replay, 7, Ripcurl, Rusty, Nike, Adidas, dll.)
4. Merokok
5. Minum Bir
6. Memiliki Kamera Digital SLR atau Digicam
2.5 Analisa SWOT
• Strength
Slank adalah sebuah grup musik yang legendaris dengan komunitasnya
yang begitu besar, dan buku otobiografi ini adalah hal yang belum
pernah ada di Indonesia, karena kekayaan literatur di Indonesia
41
sangatlah kurang, termasuk untuk seorang tokoh atau komunitas.
Dengan hadirnya buku ini, semoga dapat memberikan tambahan
kasanah pengetahuan tentang budaya Indonesia itu sendiri khususnya di
bidang musik.
• Weakness
Slank memiliki masa lalu yang hitam sebagai pengonsumsi narkoba
Sering terjadi kericuhan yang disebabkan oleh para penggemar yang
merusak jalannya konser Slank.
Para personil Slank sudah semakin berumur, sehingga kesan anak muda
yang slenge’an semakin berkurang dan juga mempengaruhi warna
musik mereka yang sekarang.
• Opportunity
Belum ada grup musik yang mampu bertahan lama hingga 25 tahun
seperti grup musik Slank
Slank sudah mulai dikenal dan memiliki banyak penggemar di luar
negeri atau mancanegara.
42
Memiliki mayoritas penggemar hampir 20% dari masyarakat Indonesia
dari tua maupun muda.
• Threatment
Musik di Indonesia saat ini memiliki ciri khas yang hampir sama satu
sama lain, sehingga pangsa pasar cenderung memilih musik pop major
label dengan tema cinta, dibanding musik Slank yang memiliki unsur
lirik yang nakal, bebas dan kritis.
Generasi muda hampir mayoritas lebih memilih mendengarkan musik
luar negeri, khususnya untuk segmentasi dari kalangan menengah ke
atas.
2.6 Data Pembanding
Penulis telah melakukan riset, dan kesimpulan yang didapat adalah sangat
jarang bahkan hampir tidak ditemukannya buku otobiografi tentang seorang
grup musik Indonesia di toko-toko buku di Indonesia, maka dalam hal ini
pembanding akan memberikan contoh-contoh literatur sebuah otobiografi dari
sebuah grup musik ataupun musikus ternama di luar negeri. Buku-buku
otobiografi musisi luar negeri yang diterbitkan oleh penulis dari luar seperti :
43
Cobain Unseen by Charles R. Cross (2008), Heavier Than Heaven : A
Biography of Kurt Cobain (2002), Riders on the Storm : My Life with Jim
Morrison and The Doors ( 1991), The Beatles : The Biography by Bob Spitz
(2006), Touching from a distance : Ian Curtis and Joy Division (2007), Scars
of Sweet Paradise: The Life and Times of Janis Joplin by Alice Echols (2000),
Catch of Fire: The Life of Bob Marley (2006), Strange Fascination: David
Bowie the Definitive Story (2006), Zappa : a Biography by Barry Milles (2004),
dan John Lennon : the Life by Philip Norman (2008) adalah beberapa buku
otobiografi musisi dunia yang lebih digemari dibanding otobiografi musisi dari
Indonesia itu sendiri yang sebenarnya juga sudah melewati kualitas dan
kuantitas sebagai sebuah legenda di dunia musik tanah air.