23
BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. Sejarah Desa Sagarahiang Desa Sagarahiang merupakan salah satu desa tertua di Kuningan dengan usia sekitar 642 tahun. Nama Sagarahiang, asal kata dari “sagara” dan “hiang”. Sagara adalah lautan, dan hiang adalah dewa atau yang ghaib. Jadi, Sagarahiang adalah lautan para dewa. Penamaan desa tersebut diambil dari sejarah akan situs Sanghiang dan Lingga yang menjadi tempat para dewa. 1 Desa Sagarahiang pertama kali dipimpin oleh Bapak Bewu, yang memiliki garis keturunan dengan Sang Maharesi Demunawan atau Prabu Seuweukarma, atau juga disebut Rahiyangtang Kuku. 2 Seuweukarma 3 itu sendiri, berasal dari keturunan Galuh. Sewaktu masih kecil ia bernama Demunawan. Beliau menganut agama Sanghiang (agama Hindu) dan memiliki Ajian Dangiang Kuning yang ia amalkan dengan baik. Ajian Dangiang Kuning tersebut berisi perihal ajaran Keparamartaraan yaitu kebenaran tertinggi yang dicapai dibidang kerohanian/kebathinan, dan mengenai kasih sayang kepada sesama manusia. 4 Hingga akhirnya Seuweukarma diangkat dan dinobatkan menjadi pemegang kekuasaan Kerajaan Saunggalah di Kuningan pada tahun 732 Masehi. 5 Selain dikenal sebagai Demunawan ia pun mendapati julukan nama lain yakni Rahiyangtang Kuku. Sebagaimana pernyataan tersebut tertuang dalam naskah Carita Parahiangan, bahwa : “Sang Seuweukarma jadi Tohaan di Kuningan, lahirna di patapan, enya eta Rahiang Sempakwaja. Sakitu mulyana, ieu tangtu Rahiang Sempakwaja. Ayeuna caritakeun Rahiangtang Kuku, indit ka Arile, 1 Hasil wawancara dengan Pak Tablo pada tanggal 01 Mei 2014 2 Hasil wawancara dengan Pak Tablo pada tanggal 01 Mei 2014 3 Sang Seuweukarma merupakan anak dari Sempakwaja dan Nay Pwahaci Rababu dan ia memiliki saudara bernama Purbasora. Sang Seuweukarma juga sebagai cicit dari Sang Wretikandayun- pendiri Kerajaan Galuh. 4 Wawan Hermawan. Op.Cit. Hlm. 30-31 5 Pendirian Kerajaan Saunggalah hampir bersamaan dengan masa awal pemerintahan Sanjaya di Kerajaan Galuh, yakni sekitar abad ke-8 Masehi.

BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

BAB II

DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG

A. Sejarah Desa Sagarahiang

Desa Sagarahiang merupakan salah satu desa tertua di Kuningan dengan

usia sekitar 642 tahun. Nama Sagarahiang, asal kata dari “sagara” dan “hiang”.

Sagara adalah lautan, dan hiang adalah dewa atau yang ghaib. Jadi, Sagarahiang

adalah lautan para dewa. Penamaan desa tersebut diambil dari sejarah akan situs

Sanghiang dan Lingga yang menjadi tempat para dewa.1

Desa Sagarahiang pertama kali dipimpin oleh Bapak Bewu, yang memiliki

garis keturunan dengan Sang Maharesi Demunawan atau Prabu Seuweukarma,

atau juga disebut Rahiyangtang Kuku.2

Seuweukarma3 itu sendiri, berasal dari keturunan Galuh. Sewaktu masih

kecil ia bernama Demunawan. Beliau menganut agama Sanghiang (agama Hindu)

dan memiliki Ajian Dangiang Kuning yang ia amalkan dengan baik. Ajian

Dangiang Kuning tersebut berisi perihal ajaran Keparamartaraan yaitu kebenaran

tertinggi yang dicapai dibidang kerohanian/kebathinan, dan mengenai kasih

sayang kepada sesama manusia.4 Hingga akhirnya Seuweukarma diangkat dan

dinobatkan menjadi pemegang kekuasaan Kerajaan Saunggalah di Kuningan pada

tahun 732 Masehi.5

Selain dikenal sebagai Demunawan ia pun mendapati julukan nama lain

yakni Rahiyangtang Kuku. Sebagaimana pernyataan tersebut tertuang dalam

naskah Carita Parahiangan, bahwa :

“Sang Seuweukarma jadi Tohaan di Kuningan, lahirna di patapan, enya

eta Rahiang Sempakwaja. Sakitu mulyana, ieu tangtu Rahiang

Sempakwaja. Ayeuna caritakeun Rahiangtang Kuku, indit ka Arile,

1 Hasil wawancara dengan Pak Tablo pada tanggal 01 Mei 2014 2 Hasil wawancara dengan Pak Tablo pada tanggal 01 Mei 2014 3 Sang Seuweukarma merupakan anak dari Sempakwaja dan Nay Pwahaci Rababu dan ia

memiliki saudara bernama Purbasora. Sang Seuweukarma juga sebagai cicit dari Sang

Wretikandayun- pendiri Kerajaan Galuh. 4 Wawan Hermawan. Op.Cit. Hlm. 30-31 5 Pendirian Kerajaan Saunggalah hampir bersamaan dengan masa awal pemerintahan

Sanjaya di Kerajaan Galuh, yakni sekitar abad ke-8 Masehi.

Page 2: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

ngababakan di Kuningan. Kasohor Rahiangtang Kuku, nya eta Sang

Seuweukarma, ngadeg di Kuningan, anakna Rahiang Sempakwaja”.6

Selain mendapat julukan Rahiyangtang Kuku, ia juga seorang Resi Guru

yang mempunyai daerah pengaruh yang luas,7 sehingga daerah-daerah

kekuasaannya dapat dijadikan andalan dalam kekuatan politik.8

Penobatan penguasa Kerajaan Saunggalah yang diberikan kepada

Seuweukarma terjadi karena adanya pertikaian perebutan tahta kerajaan di

lingkungan keturunan Wretikandayun,9 serta adanya permintaan dari Sang

Sanjaya kepada Sempakwaja untuk merestui pengangkatan Sang Seuweukarma

menjadi pemegang pemerintahan di Galuh.10

Namun, permintaan tersebut ditolak

oleh Danghiyang Guru Sempakwaja dengan berbagai pertimbangan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:11

a. Ketakutan dan kecurigaannya bahwa hal itu merupakan siasat sang

Sanjaya untuk membinasakan Sang Seuweukarma.

6 Aji Bratasenawa. 2012. Naksah

Parahiyangan.http://ajibratasenawa14blogspot.in/2013/10/naskah-carita-parahyangan-basa-

sunda.html?m=!. Diunduh pada hari Selasa, 11 November 2014 jam 13.00 WIB. 7 Daerah-daerah kekuasaan Seuweukarma tersebut meliputi Layuwatang, Kajaron,

Kalanggara, Pagerwesi, Rahasea, Kahuripan, Sumajajah, Pasugihan, Padurungan, Darongdong,

Pagergunung, Muladarma, dan Batutihang. 8 Yoseph Iskandar. Op.Cit. Hlm. 138-139 9 Pertikaian tersebut terjadi karena pengangkatan Sang Sena-anak perselingkuhan antara

Mandiminyak (Adik kandung Sempakwaja) dan Pohaci Rababu (istri sah Sempakwaja) dengan

Sang Purbasora (anak sulung Sang Sempakwaja). Sang Purbasora tidak rela dengan keputusan

tersebut sehingga ia berniat ingin menyingkirkan Sang Sena dengan melakukan penyerangan

terhadap kerajaannya. Namun, Sang Sena sudah mengetehui siasat Sang Purbasora dan akhirnya ia

meminta bantuan kepada kerajaan Sunda namun hal itu gagal karena prajurit yang dipimpin Sang

Purbasora datang lebih awal, hingga akhirnya Sang Sena meloloskan diri meninggalkan keraton

menuju Jawa Tengah, karena ia pun seorang putra mahkota kerajaan Bumi Mataram.

Kedatangan Sang Sena ke kerajaan Mataram dengan status terusir, membuat Sang

Sanjaya (putera Sena-Sannaha) sangat marah dan memutuskan untuk merebut kembali kekuasaan

Sang ayahnya. Hal itu berhasil dilakukannya dalam jangka waktu satu hari satu malam dan

membuat Sang Purbasora gugur dalam usia 80 tahun. Sehingga Kerajaan pindah ke tangan Sang

Sanjaya. (Ibid. Hlm. 119-135) 10 Saleh Dansasmita. 2014. Menemukan Kerajaan Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Hlm. 24 11 Yoseph Iskandar. Op.Cit. Hlm. 136

Page 3: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

b. Ketidakrelaannya melihat anak kandungnya menjadi raja di bawah

Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Purbasora anak sulungnya.

c. Mengingat perjuangan ayahnya (Sang Wretikandayun) saat

memperjuangkan kerajaan Galuh sebagai negara yang merdeka dari

Kerajaan Tarumanegara.

Namun, sebagai petapa tua yang tersohor akan kebaikan dan kebijakannya,

ia pun tidak mengungkapkan pertimbangan tersebut, melainkan Sang Sempakwaja

memberikan kebijakan dengan sindiran, bahwa Sang Sanjaya harus bisa

menaklukan Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawaraja untuk melihat

kekuatan yang dimiliki oleh Sanjaya. Sang Wulan, Tumanggal dan Pandawa ini

menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi, yang pada waktu itu bertindak

sebagai Sang Rama (Sang Wulan, Raja Kajaron), Sang Resi ( Sang Tumanggal,

Raja Tumanggal di Balamoha) dan Sang Ratu (Sang Pandawa atau Sang

Wiragati, Raja Kuningan).12

Pada akhirnya, Sempakwaja mengeluarkan kebijakan lain dengan

membagi kerajaan kecil yang diawali dengan mengangkat Sang Pandawa13

menjadi guruhaji (resiguru) di Layuwatang,14

sedangkan kedudukannya di

Kerajaan Kuningan (Saunggalah) digantikan oleh Demunawan (menantu

Pandawa) dengan gelar Rahiyangtang Kuku. Kemudian Wilayah kerajaannya

ditambah dengan Galunggung, sehingga meliputi 13 daerah yakni Layuwatang,

Kajaron, Kalanggara, Pagerwesi, Rahasea, Kahuripan, Sumajajah, Pasugihan,

12 Sang Rama, bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang

kepala agama, dan Sang Ratu sebagai kepala pemerinntah. Dengan dikuasai oleh “Triumvirat”

tersebut, Kerajaan Kuningan mengalami suasana yang gemah ripah lohjinawi, tentrem kerta

raharja. 13 Sebelumnya sang Pandawa merupakan pemimpin (Raja) di Kerajaan Kuningan. Ia

memiliki nama lain yakni Sang Wiragati. Raja ini memerintah sezaman dengan masa

pemerintahan Sang Wretikandayun (612-702 M) pendiri kerajaan Galuh. Sang Pandawa

mempunyai puteri wanita bernama Sangkari. Pada tahun 671 ia menikah dengan Demunawan,

salah satu putera Danghiyang Guru Sempakwaja seorang resiguru di Galunggung. 14 Guruhaji adalah jabatan kepala daerah yang bersifat kehormatan dan keagamaan. Tentu

layuwatang masih berlokasi di wilayah Kerajaan Kuningan dengan status mandala atau kabuyutan,

walaupun lokasinya belum dapat ditentukan.

Page 4: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Padurungan, Darongdong, Pagergunung, Muladarma, dan Batutihang.15

Pengangkatan tersebut terjadi karena Sempakwaja merupakan Batara Dangiang

Guru yang mampu menentukan siapa-siapa saja yang bisa menjadi raja di

Galunggung dan Saunggalah.16

Lokasi Kerajaan Saunggalah di dalam Naskah

Carita Parahiyangan terkadang disebutkan di Arile (Winduherang) dan terkadang

disebut di daerah Salia-Nusaherang, wilayah yang dekat dengan Desa

Sagarahiang.17

Desa Sagarahiang merupakan salah satu tempat yang telah lama dihuni

oleh para penduduk zaman agama Hindu.18

Dengan ditemukannya peninggalan

kebudayaan-kebudayaan Hindu-Budha di Desa Sagarahiang, lebih tepatnya

terletak di Situs Sanghiyang, diketahui telah terwujud suatu kekuatan politik dan

menjadi letak pusat Kota Kuningan pada masa pemerintahan Seuweukarma

berkuasa di Saunggalah.19

Meskipun Kuningan merupakan kerajaan kecil, namun kedudukannya

cukup kuat dan kekuatan militernya cukup tangguh. Hal itu terbukti dengan

kekalahan yang diderita oleh pasukan Sanjaya (raja Galuh) ketika menyerang

Kuningan.20

Kedatangan Sanjaya beserta pasukannya ke Kuningan dikalahkan

oleh “Tritunggal: Pandawa-Wulan-Tumanggal” salah satu andalan Danghiyang

Guru Sempakwaja.21

Hal tersebut ditunjukan untuk memberi pelajaran terhadap

Sanjaya yang bersikap pongah dan merasa diri paling kuat. Sanjaya adalah cicit

Sang Wretikandayun, melalui puteranya sang Mandiminyak. Sang Sanjaya yang

15 Edi S. Ekadjati. 2003. Sejarah kuningan dari masa prasejarah hingga terbentuknya

kabupaten. Bandung: Kiblat Buku Utama. Hlm. 37 16 Saleh Danasasmita. 2012. Nyucruk Pakuan pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Bandung:

Kiblat Buku Utama. Cit.III. Hlm. 99 17Ibid. Hlm. 100 18 Dading Abiding Anwar. 2008. Kuningan dalam kenangan remaja-pemuda, dari masa

ke masa. Jakarta: Pustaka Nawaitu. Hlm. 28 19 Wawan Hermawan. Op.Cit. Hlm. 30 20 Edi S. Ekadjati. Sejarah kuningan dari masa prasejarah hingga terbentuknya

kabupaten. Op.Cit. Hlm 36-37 21 Yoseph Iskandar. Op.Cit. Hlm. 137

Page 5: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

memerintah Sunda dan Galuh (723-732 Masehi) serta Kalingga (sejak 732

Masehi) di Jawa Tengah.22

Ketika kekuasaan dipegang oleh Seuweukarma suasana gemah ripah

lohjinawi pun dirasakan kembali. Hal ini terjadi karena ajaran-ajaran Resiguru

Demunawan atau Seuweukarma yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning.

Seuweukarma berkuasa selama 42 tahun, dan wafat pada tahun 774 Masehi.23

Setelah kekuasaan Sang Seuweukarma, Kerajaan Saunggalah tidak

terdengar lagi ceritannya di dalam naskah ataupun cerita rakyat. Namun,

kemudian keberadaan Saunggalah sebagai pusat pemerintahan terungkap lagi

tatkala Rakeyan Dharmasiksa memerintah di Kerajaan Saunggalah selama 12

tahun (1163-1175 Masehi). Ia adalah putera Prabu Dharmakusuma (1157-1175

Masehi), Raja Sunda yang berkedudukan di Kawali-Ciamis. Rakeyan

Dharmasiksa memerintah di Saunggalah menggantikan mertuanya, karena ia

menikah dengan puteri Saunggalah. Selanjutnya, ia diangkat menjadi raja sunda

dengan gelar Prabu Dharmasiksa (1175-1297 Masehi). Ia menggantikan ayahnya

yang wafat tahun 1175 Mahesi dan dikebumikan di Windurja (sekarang nama

desa dekat Kecamatan Kawali, sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Ciamis).

Kedudukan Rakeyan Dharmasiksa sebagai penguasa Saunggalah digantikan oleh

salah seorang putera yang bernama Ragasuci atau Raja putera. Sebagai penguasa

Saunggalah, Ragasuci dijuluki Rahiyang Saunggalah (1297-1303 Masehi).

Ragasuci memperistri Dara Puspa, putera Raja Melayu. Dengan demikian,

Saunggalah menjalin hubungan keluarga dengan penguasa Kerajaan Melayu di

Sumatera.24

Dengan terungkapnya Saunggalah yang dikuasai oleh Darmasiksa alias Sri

Jayabupati, muncul pendapat lain mengenai lokasi keberadaan Saunggalah,

dimana dalam Koropak 406 disebutkan bahwa letak Saunggalah berada di

Saunggede-Pasawahan, Kecamatan Singaparna. Hal ini terjadi karena adanya

22Edi S. Ekadjati. Sejarah Kuningan dari masa prasejarah hingga terbentuknya

kabupaten. Op.Cit. Hlm 36-37 23 Yoseph Iskandar. Op.Cit. Hlm. 156 24 Edi S. Ekadjati. Sejarah Kuningan dari masa prasejarah hingga terbentuknya

kabupaten Op.Cit. Hlm. 37-38

Page 6: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

perpindahan puser Kerajaan Kawali dari Saunggalah, kemudian Kerajaan Kawali

pindah lagi ke Pakuan.25

Hingga akhirnya kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda

menyatu menjadi Kerajaan Pajajaran.

B. Situs Sagarahiang

Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mendapat pengaruh budaya

India. Pengaruh tersebut “terefleksikan” dalam Agama Hindu dan Budha yang

dalam banyak hal melebur menjadi tradisi berbagai unsur budaya di berbagai

tempat.26

Hal itu terjadi karena pada abad ke-4 berdiri Kerajaan Tarumanegara

yang bercorak Hindu-Budha. Kemudian disusul dengan berdirinya Kerajaan

Sunda yang mempertahankan kehindu-buddhaanya. Pengaruh budaya India

tersebut kemudian masuk ke Kuningan dengan ditemukannya benda-benda

peninggalan zaman Hindu-Budha di Situs Sanghiyang, dimana situs tersebut

kemungkinan merupakan letak keberadaan Kerajaan Saunggalah yang dipimpin

oleh Sang Seuweukarma.

Dari sumber lisan masyarakat di sana, lahirnya situs tersebut dipercayai

bahwa, di Gunung Ciremai terdapat Kerajan Margatapa, Raden Mulas, dan Nyi

Pellet. Disitulah pertama ada pemukiman. Seiring berjalannya waktu, kehidupan

di Gunung Ciremai semakin turun yaitu ke daerah gunung Gegerhalang,

peninggalan dari Arya Geger, Arya Paksa dan Arya Paksi. Kemudian kehidupan

turun lagi ke Gunung Pucuk peninggalan Mak Jamrong yang berada di daerah

Majalengka. Adapun daerahnya yaitu Kampung Ciinjuk, Gunung Manik, Kencana

dan Cipulas. Untuk di daerah Kuningannya turun ke daerah Gunung Lingga yaitu

peninggalan dari Ki Buyut Jaya Raksa, Ki Buyut Kratakau, Ki Buyut Raden

PurbaLingga dan Ki Buyut Caritan.

Dari kerajaan Ki Buyut Jaya Raksa, lahirlah kerajaan Pasir Batang yang

dikuasai oleh Lutung Kasarung. Gelar Lutung Kasarung diperoleh karena pada

masa perjalanannya dahulu beliau mengikuti ajaran nenek moyangnya yaitu

25 Saleh Danasasmita. Nyucruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Op.Cit.

Hlm. 101 26 Nina, H. Lubis. 2003. Sejarah Tatar Sunda Jilid 1. Bandung: Lembaga Penelitian

Universitas Padjajaran. Hlm. 46

Page 7: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

agama Wisnu kemudian, kemudian beliau pindah agama ke agama Siwa, dari

agama Siwa pindah lagi ke agama nenek moyangnya lagi yaitu Wisnu, dari situlah

beliau mendapat gelar Lutung Kasarung.27

Agama Budha Mahesa dan agama Sanghiang Widudarma lahir dari kisah

Lutung Kasarung. Kemudian dari keturunan Sanghiang itu barulah lahir Situs

Sanghiang.

1. Situs Sanghiyang Ciarca

Sebelum masuk pada isi dari Situs Sanghiang, mari kita telaah makna dari

nama Situs terlebih dahulu. Kata “Sanghiang” merupakan kata sandang untuk

benda-benda atau tempat-tempat yang dianggap suci.“Sang” adalah kata sandang

untuk tokoh atau arwah terkemuka, dan “hiang” adalah sebutan untuk makhluk

ghaib yang sederajat dengan dewa-dewi.28

Lantas, ada benda-benda apa saja

sehingga dinamakan Situs Sanghiang?

Situs Sanghiang yang masih alami terletak disalah satu puncak bukit

sebelah timur Gunung Ciremai dalam ketinggian 1.027 meter di atas permukaan

laut. Di sebelah selatan mengalir sungai Ciguranteng, sedangkan teras pertama

berbatasan langsung dengan jurang yang mengelilinginya.29

Untuk mencapai

lokasi tersebut dari perkampungan penduduk (Desa Sagarahiang) kita harus

menelusuri jalan setapak kurang lebih 750 meter. Lazimnya sebuah situs biasanya

selalu dekat dengan sumber air yakni mengalir sungai Cijambi dengan lahan

pertanian masyarakat setempat yang cocok ditanami dengan padi gogo30

dan

sayuran seperti bawang daun, kubis, wortel, serta kacang-kacangan. Kawasan ini

merupakan kawasan hutan lindung yang ditumbuhi semak belukar serta pohon-

pohon besar seperti: Saninten, Huru, Kopi, Rambutan, Kijangkar, Beringin, Aren

27 Hasil wawancara Pak Tablo pada tanggal 01 Mei 2014 pada pukul 08.00 WIB di

kediamannya. 28 J. Noordyyn. t.t. Three old Sundanese Poems. Diterj. Hawè Setiwan. Jakarta: Pustaka

Jaya. Hlm. 211 29 Nina H.Lubbis. Sejarah Tatar Sunda Jilid 1.Op.Cit. Hlm. 149. 30 Padi Gogo (Padi huma) ialah padi yang ditanam di tanah tegalan atau disebut juga padi

tegalan. Tegalan ialah tanah kering yang terletak di daerah sekitar pemukiman (desa), yang karena

keadaannya sehingga tidak dapat diubah menjadi sawah. Penanaman padi tegalan banyak di

jumpai di Pulau Jawa dan Madura.

Page 8: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

(Kawung), Hanjuang, Handeuleum, Kijanitri, Bingbin (Palm Hijau), serta

tumbuh-tumbuhan lainnya.

Situs ini dinyatakan sebagai tinggalan purbakala yang memenuhi kriteria

sebagai Cagar Budaya Tingkat Provinsi Jawa Barat berdasarkan Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan telah terdaftar pada Balai

Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kuningan dan Provinsi Jawa Barat.31

Di arah Selatan pohon besar

terdapat benda-benda purbakala berupa Lingga, Arca Nandi (Sapi), Yoni, Menhir

dan batu-batu yang berserakan lainnya, namun pohon besar tersebut sekarang

sudah tumbang. Situs Sanghiyang Ciarca merupakan peninggalan Sangiang

Sangga Winata, Nyi Mas Boros Ngora, Nyi Mas Bokor Kancana, Nyi Mas

Ringgit Galing, Nyi Mas Pucuk Ning Ati, Nyi Mas Dangiang Panganten, Nyi

Mas Saunggalah.

Ciri kehinduannya terlihat pada sebaran menhir, beberapa diantaranya

telah diperhalus menjadi Lingga, fragmen arca Nandi yang terletak diantara semak

belukar.32

Di bawah ini merupakan deskripsimengenai lingga Yoni, dan arca

Nandi (patung Sapi) yang terdapat di Situs Sanghiyang Ciarca.

a. Lingga-Yoni

Lingga dianggap sebagai lambang Siwa, biasanya berdiri di atas yoni yang

berbentuk segi empat. Lingga yang mempunyai bentuk seperti tiang batu dibuat

menjadi tiga bagian. Bagian bawah lingga berbentuk segi empat, bagian tengah

segi delapan dan bagian atas atau puncak berbentuk bulat, memanjang seperti

silinder.33

Bentuk Lingga di situs Sagarahiang tidak sempurna karena bagian atas

lingga tampak patah. Susunan silang dengan ukuran tinggi 37 cm, lebar bawah 17

cm dan lebar atas 11cm. Lingga tersebut merupakan pasangan dari batu Yoniserta

31 Pemda Kuningan. 2014. Selayang Pandang Hasil Pendataan Situs di Kabupaten

Kuningan. Kuningan: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Hlm. 102 32Nina H. Lubbis. Sejarah Tatar Sunda Jilid I. Op.cit. Hlm. 148-149 33 Bambang Suwondo, dkk, 1981, Sejarah Jawa Barat, Jakarta: Proyek Penelitian dan

Pencatatan Kebudayaan Daerah-Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan

kebudayaan. Hlm. 66

Page 9: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

melambangkan kesuburan laki-laki dan perempuan. Batu Yoni mengarah ke

Timur Barat Daya, berukuran 70 x 70 x 28 cm, di tengah terdapat sebuah lubang

berbentuk persegi empat yang tembus ke bawah dengan ukuran 25 cm x 25 cm

dan Yoni tersebut mempunyai pelepit, lubang di tengah pas ukuran batu lingga.

Gambar 1. Kondisi Lingga Yoni dan Proses Pengukuran pada saat penelitian berlangsung

Sumber: Dokumentasi pribadi pada tanggal 23 Maret 2014

b. Arca Nandi (Sapi)

Arca Nandi yang terletak diantara susunan batu pipih sebagai pondasi arca

nandi tersebut berukuran kecil. Konon kepala nandi pernah hilang, setelah itu

ditemukan kembali dan dilakukan konservasi kepala nandi disambungkan

kembali. Patung sapi tersebut dalam posisi duduk, keempat kakinya terlipat

disebelah kiri. Sedangkan ekornya terlipat ke sebelah kanan, Arca Nandi tersebut

duduk di atas lapik (tatakan). Berbentuk persegi panjang dengan ukuran 55 x 27 x

3 cm. Patung ini bentuknya seperti seekor lembu, hewan pilihan yang menjadi

kendaraan dewa Siwa. Pada candi Cangkuang misalnya terdapat patung Siwa

yang sedang menaiki nandi. Sehingga Candi Cangkuang digolongkan kepada

candi Siwa.34

34Ibid. Hlm. 66-68

Lingga

Yoni

Page 10: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Gambar 2. Arca Nandi dilihat dari depan

Sumber: Dokumentasi Tim DisParBud Kuningan.

c. Menhir

Kata Menhir berasal dari bahasa Breton (Prancis Utara) „men‟ berarti

tegak (berdiri).Jadi, Menhir adalah sebuah batu tegak, yang sudah atau belum

dikerjakan dan diletakkan dengan sengaja di suatu tempat, untuk memperingati

orang yang telah mati.35

Di Situs Sagarahiang terdapat tiga buah Menhir (Batu

Tegak) di sebelah Timur Yoni, kedua menhir berdampingan, yang satunya

terletak terpisah di sebelah Selatan.

Gambar 3. Menhir samping Arca Nandi dan Selatan

Sumber: Dokumtasi DisParBud Kuningan

35 Nina H. Lubbis. Sejarah Tatar Sunda Jilid I.Op.Cit. Hlm. 456

Arca Nandi

Menhir samping arca Nandi Menhir samping Lingga Yoni

Page 11: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

d. Dolmen

Dolmen merupakan salah satu komponen sakral, biasanya merupakan meja

persajian atau alas arca utama yang di anggap hidup sebagai dewa tertinggi bagi

penganut agama Hindu ketika upacara keagamaan berlangsung.

Adapun Altar terletak persis dibawah pohon sebelah barat Arca Nandi.

Diperkirakan analisa dari data temuan yang ada di Situs Sanghiang yakni

kesinambungan peradaban dari Masa Pra Sejarah ke Masa Klasik Hindu.

Gambar 4. Batu Dolmen

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 23 Maret 2014

Menurut badan Arkeologi Serang, bahwa benda arkeologis di Situs ini

dapat diperkirakan berusia 2000 Sebelum Masehi. Hal itu terungkap dari „kapak

batu” yang ditemukan oleh warga desa tersebut di Situs Sanghiang, namun untuk

lingga, yoni, serta arca Nandi itu di perkirakan pada paruh abad ke-8 Masehi.

Jika dilihat dari kelengkapan benda peninggalan Hindu-Budha, dapat di

katakan bahwa Situs Sanghiang adalah tempat berkumpulnya para penganut

Hindu yang memuja Dewa Siwa dan Dewa Wisnu36

dan menjadi tempat

pemakaman para leluhur zaman dahulu yang dinamakan moksa37

yaitu mulih

36 Hal ini terlihat dari peletakan lingga yoni di pusat atau di tengah-tengah bangunan dan

arca nandi dan dolmen di sebelah utara (Made Susila Patra. 1985. Hubungan Seni Bangunan

Dengan Hiasan Dalam Rumag Tinggal Adati Bali. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hlm. 20) 37 Moksa berasal dari bahasa Sansekerta dari kata muc yang berarti membebaskan atau

melepaskan. Dengan demikian moksa berarti kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi serta

putaran reingkarnasi. Definisi lain menyebutkan bahwa Moksa adalah persatuan Atma (roh)

dengan Brahman (Tuhan) dengan meninggalkan mayat. Dalam agama Hindu, moksa merupakan

jalan untuk mencapai persatuan Atma dan Brahman yang dikenal atau disebut dengan Catur

Page 12: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

kajati mulang ka asal, tetapi para leluhur yang dimakamkan di Situs tidak mau

meninggalkan jasadnya.

Lingga, Yoni, dan Arca Nandi memang bukan hanya ditemukan di Situs

Sanghiyang saja melainkan ada banyak Situs-situs di Jawa Barat yang

ditemukannya benda yang serupa. Namun sejatinya, jarang sekali di dalam Situs

ditemukan benda-benda yang lengkap seperti halnya di Situs Sanghiyang.

Contohnya saja di Kampung Pasir Banteng, Desa Cihanjawar, Kecamatan Bojong,

Kabupaten Purwakarta hanya ditemukan sebuah Lingga saja yang kondisinya

masih utuh. Lingga tersebut digunakan sebagai ciri atas pemakaman Mbah

Dengkun, dimana letak Lingga tersebut tepat di atas Makam Mbah Dengkun.38

Letaknya berada di lereng barat laut Gunung Burangrang.

Kemudian fragmen arca Nandi ditemukan bersama bagian tubuh candi dan

antefik, pada saat pemugaran di Situs Bojongmenje (Situs Candi) di Desa

Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Diperkirakan berada

pada kisaran abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Letak candi tersebut ditemukan di lereng

utara Gunung Sunda.39

Kelengkapan benda-benda tinggalan agama Hindu di Situs Sanghiang,

merupakan salah satu bukti bahwa kemungkinan Situs Sanghiang merupakan

salah satu “Candi” dari Kerajaan Kuningan.

Di dalam buku Nina H. Lubbis dijelaskan bahwa, faktor tidak

ditemukannya Candi yang lengkap di tatar Sunda dapat diketahui dengan melihat

proses pembuatan bangunan suci (Candi), berikut ini.40

1. Dimana proses pembangunan candi diawali dengan memilih dan

menentukan bidang tanah (site) untuk bangunan dan halaman

bangunannya. Bidang tanah yang dipilih adalah tanah yang berlempung

Marga. (Petir Abimanyu. 2014. Ajaran-ajaran Emas Ramayana-Mahabharata. Cet. I.

Yogyakarta: Laksana. Hlm. 100) 38 Mbah Dengkun atau disebut juga eyang Pidarahma, ia adalah keturunan wali

penyebaran islam di wilayah tersebut. 39 Nanang, Saptono. 2012. Kalpataru Majalah Arkeologi. Jakarta: Puslitbang Arkeologi

Nasional. Vol. 21 No.1. Hlm. 31-36 40 Nina H.Lubbis. Sejarah Tatar Sunda Jilid I.Op.Cit. Hlm. 150-152

Page 13: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

(memiliki partikel tanah liat), bertekstur kasar, padat, dan tidak berkristal,

berabu, atau berkrikil.

2. Bangunan suci juga harus berada di tempat-tempat yang berdekatan

dengan air (tirtha), dekat dengan atau di puncak gunung, hutan atau jurang

(ksetra).

3. Setelah penetapan bidang tanah selesai, kemudian bidang tanah disiapkan

melalui berbagai upacara dan pengujian, yakni upacara garbhadana,

dengan meletakkan garbhapatra41

pada tempat yang sudah ditetapkan

dibagian brahmasthana42

dalam diagram vastupurusamandala43

.

Dari tiga tahapan itu, proses pembuatan vastupurusamandala yang lebih

penting dan utama sedangkan bangunannya tidak menjadi yang utama. Sehingga

dapat dipahami kenapa Candi secara utuh tidak ditemukan di Tanah Sunda.

Lain dengan pernyataan Reid, ketika melihat dengan mata geografisnya,

bahwa pembuatan bangunan-bangunan yang megah seperti Candi-candi, dan

keraton-keraton di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, itu dipengaruhi oleh keadaan

yang memiliki dataran rendah yang membuat “surplus” produksi beras cukup

besar dan memiliki banyak waktu luang, sehingga memungkinkan untuk

membangun bangunan megah. Berbeda dengan penduduk yang berada di

pegunungan.44

Terlepas dari percandian, ditemukannya benda Lingga-Yoni, dan arca

Nandi di kawasan pegunungan pedalaman, terlintas akan masyarakat Hindu

zaman Kerajaan Tarumanegara yang sekitar Abad ke-7 Masehi sedang mendapat

41Garbhapatra adalah sebuah bejana yang terbuat dari perunggu. Bejana itu dibagi

menjadi kotak-kotak berjumlah 9-25 kotak, berisi benda-benda yang berasal dari kekayaan tanah.

Masing-masing merupakan symbol dewa-dewa yang dipuja. 42Brahmasthana adalah bidang tanah, tempat terpusatnya potensi gaib yang menguasai

alam semesta atau tempat tersembunyinya tenaga cipta yang menjelmakan sesuatu. 43Vatupurusamandalai adalah diagram bujur sangkar yang dibagi dalam kotak-kotak

kecil berjumlah 64 atau 81 (pondasi). Meskipun diagram ini bukan denah bangunannya dan tidak

pula harus menjadi denah halamannya, namun digunakan sebagai dasar pengaturan suatu tempat

suci. 44 Onghokham. “Pengantar Ilmu Sejarah dan Kedudukan Sentralnya”, dalam Anthony

Reid. 2011. Asia Tenggara dalam kurun Niaga 1450-1680 Jilid 1:Tanah di Bawah Angin. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia (YOI). Hlm. xv

Page 14: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang menganut Agama Buddha. Tekanan

tersebut akhirnya membuat masyarakat yang menganut Agama Hindu pindah ke

daerah pedalaman.Perpindahannya ke daerah pedalaman dikarenakan tekanan

tersebut terjadi di daerah pesisir.

Bertahannya masyarakat penganut Agama Hindu ini terjadi hingga

melemahnya Sriwijaya.Hingga pada Abad ke-10 Masehi muncul kembali di

bawah kedaulatan Kerajaan Sunda yang ditandai dengan adanya prasasti Kebon

Kopi II atau prasasti Rakryan Juru Pangambat.45

e. Fungsi Lingga, Yoni, dan Arca Nandi

Batu monumen lingga merupakan unsur penting dalam peradaban

Hindu.Terkadang lingga didirikan sebagai penanda tempat pemukiman di mana

kekuasaan dikukuhkan secara ritual menurut kepercayaan Hindu.Dalam budaya

megalitik, lingga memiliki kesamaan dengan Menhir, bahkan, bukan tidak

mungkin pendirian Lingga dari menhir dan Yoni dari dolmen.46

Dari pemaparan di atas mungkin sepintas akan diketahui kegunaan dari

Lingga ataupun Yoni, namun di sini akan dipaparkan lebih jelas mengenai fungsi

akan benda-benda tersebut, antara lain:47

1. Fungsi Lingga

Sejak abad ke-8, dalam Prasasti Canggal telah menyebutkan bahwa

seorang rajamendirikan Lingga dan Yoni untuk mengukuhkan

kedudukannya sehingga diketahui kekuasaan Sanjaya atas Galuh,

Jawa Tengah, dan Jawa Timur hingga Bali serta Melayu.

Lingga yang didirikan juga untuk memperingati suatu peristiwa

penting, seperti menang dalam perang.

45Ibid. Hlm. 36-37 46 A. Bagoes P. Wiryomartono. 1995. Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia:

Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan elemen Fisik Kota sejak Peradaban Hindu-Budha, islam

hingga Sekarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 2 47 Dirgantara Samudra. 2011. Situs Bersejarah di Jawa

Barat.http://www.google.com/url?sa=SitussejarahJawabaratSamudraDirgantra. Di unduh pada

tanggal 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB.

Page 15: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

2. Fungsi Yoni

Yoni yang berpasangan dengan lingga disebut juga sang hyang

kulumpan dengan sang hyang susuk yang dipuja pada waktu

penetapan sima dan bahkan sebagai pusatnya.

Yoni yang berpasangan dengan lingga atau arca perwujudan

disebut juga pranala yang dipuja di dalam bangunan yang berfungsi

sebagai tempat untuk meletakkan lingga atau arca perwujudan.

3. Fungsi Arca Nandi

Sebagai kendaraan dari Dewa Siwa dalam Mitologi Hindu (candi

yang mempunyai arca nandi biasanya dikategorikan sebagai candi

untuk pemujaan agama Hindu Siwa).

Pemuliaan terhadap Lingga, Menhir, Yoni, dan Arca Nandi menandai

bahwa wilayah itu sudah bertuan dan dengan mendirikan bangunan Suci

(kabuyutan atau Candi) mungkin saja untuk memperkuat pembatasan wilayahnya.

2. Situs Lingga

Situs Lingga yang bersebelahan dengan situs Ciarca yang masih terletak

dikampung Sagarahyang, Desa Sagarahyang, Kecamatan Darma Kabupaten

Kuningan pada Ketinggian 1.088 meter, di atas permukaan laut. Di Situs Lingga

terdapat batu yang berundak-undak dan serpihan Menhir. Situs ini dilindungi oleh

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah

dan Nilai Tradisional Provinsi Jawa Barat.

Jarak untuk menempuh ke situs ini dari pemukiman warga sekitar 2

kilometer. Situs ini dikelilingi oleh semak-semak belukar, dan sering ditemukan

babi-babi hutan. Untuk mencapai lokasi tersebut kita harus menelusuri jalan

setapak, kemudian melewati perkebunan oncang48

dengan medan yang cukup

terjal. Sehingga jarang sekali orang yang berkunjung ke situs ini. Adapun keadaan

Situs Lingga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

48Oncang adalah salah satu Tanaman Daun bawang.

Page 16: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Gambar 5.Bagian tengah Situs Lingga Gambar 6.Bagian SampingKanan

Sumber: Dokumentasi pribadi, 23 Maret 2014

Situs Lingga berbentuk Bangunan teras berundak, diduga berjumlah lima

teras, berdenah persegi panjang, dan berorientasi barat laut-tenggara kearah

gunung Gegerhalang.49

Sesuai dengan namanya Hululingga “Kepala lingga”,

sangat mungkin situs ini pun dimaksudkan untuk memuja lingga (Dewa Siwa)

Selain itu, ditemukan pula peninggalan adat dari batu-batu besar dari

zaman Megalitikum.

a. Punden berundak

Gambar 7. Punden Berundak di Situs Lingga-Sagarahiang

Sumber: Dokumentasi pribadi, 23 Maret 2014

49Gunung Gegerhalang, nama gunung tersebutberawal karena keberadaannya di sisi kiri

yang menghalangi gunung Ciremai, sehingga gunung tersebut dinamakan Geger Halang. Dan

konon dulu pernah terjadi letusan dari gunung Ciremai namun karena ada gunung geger halang

tersebut lahar dari Gunung Ciremai tidak sampai ke daerah Sagarahiang.

Punden Berundak

Menhir

Page 17: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Batu punden atau punden berundak merupakan bangunan yang

terdiri dari susunan batu yang menyerupai teras piramid.Bangunan ini

disebut pula teras piramid.Biasanya dataran atasnya mengandung benda-

benda Megalitik atau makam seseorang yang dianggap tokoh yang

dikeramatkan dan berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungan

dengan pemujaan arwah nenek moyang.50

Bangunan Berundak yang terdapat di situs lingga juga ditemukan

di Situs Cipari atau Museum Purbakala Cipari, dimana situs taman

purbakala ini dahulunya tempat pemukiman masyarakat yang sudah

menetap disitu.

Gambar 8. Salah satu punden berundak di Situs Cipari

Sumber: Dokumentasi pribadi, 23 Maret 2014

b. Menhir

Gambar 9. Menhir

Sumber: Dokumentasi pribadi, tanggal 23 Maret 2014

50 Bambang Suwondo.Op.Cit. Hlm. 27

Punden Berundak

Menhir

Page 18: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Batu olahan ini menyerupai sebuah tugu yang ditanamkan di

dalam tanah.Kedudukan Menhir dianggap sebagai tugu peringatan.Juga

dianggap sebagai lambang orang yang telah meninggal.51

Ditemukannya Menhir dan Punden berundak di Situs Lingga menandai

bahwa berasal dari peninggalan zaman Pra-Sejarah yang menurut Arkelog

Internasional berusia 4000 Sebelum Masehi.

Jika, situs ini berusia 4000 tahun Sebelum Masehi, maka kemungkinan di

sini juga sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan. Sebelumnya

dinyatakan bahwa ±3500 Sebelum Masehi di daerah Kuningan sudah terdapat

kehidupan manusia dengan ditemukannya benda-benda zaman pra sejarah yakni

zaman Neolitikum dan Megalitikum di Situs Cipari alias Museum Purbakala

Cipari pada tahun 1972 yang menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali

masa pemukiman, yaitu masa akhir Neolitikum dan awal pengenal perunggu yang

berkisar pada tahun 1000 Sebelum Masehi sampai 500 Sebelum Masehi. Pada

waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan

berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme).

Sama halnya dengan peninggalan benda-benda arkeolog di Situs Pasir

Lulumpang-Garutyang merupakan peninggalan dari tradisi megalitik berupa

punden berundak yang dilengkapi lumpang-lumpang batu, hal ini merupakan satu

model bangunan punden yang sebelumnya belum pernah dijumpai.Lumpang-

lumpang batu itu seakan-akan menjadi pengganti menhir yang sering dijumpai

melengkapi bangunan-bangunan punden berundak seperti punden berundak Lebak

Cibedug, Pangguyangan (Cisolok).Lumpang-lumpang batu yang melengkapi

punden berundak di Situs Pasir Lulumpang kiranya merupakan artefak-artefak

simbolik dalam konteks yang berkaitan denagn sistem religi megalitik.52

Lumpang-lumpang batu di situs punden berundak Pasir Lulumpang

diperkirakan memiliki fungsi dalam kaitan pemujaan yang diselenggarakan oleh

51Ibid. Hlm. 26 52 Samudra, Dirgantara. 2011. Situs Bersejarah di Jawa

Barat.http://www.google.com/url?sa=Situs-sejarah-Jawa-barat-Samudra-Dirgantra Di unduh pada

tanggal 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB.

Page 19: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

komunitas-komunitas pendukungnya.Tujuan pemujaan dengan menggunakan

lumpang batu atau batu dakon sebagai media upacara diperkirakan berhubungan

dengan upacara-upacara kesuburan/pertanian untuk keberhasilan panen nantinya

atau sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen yang dicapai.

Upacara-upacara semacam ini masih biasa diselenggarakan oleh komunitas-

komunitas petani tradisional di daerah Jawa Barat, yang lazim disebut upacara

Hajat Bumi; ngalaksa; serentaun seperti yang masih dilakukan secara adat oleh

Cikondang, Subang, Sukabumi53

dan Cigugur.

Kedua Situs ini, diketemukan pada tahun 1983. Kemudian kabar akan

adanya situs tersebut pun semakin meluas yang menurut warga Desa Sagarahiang

sudah didatangi oleh peneliti dari luar Negeri, seperti Prancis, Singapur, dan lain-

lain.

3. Koin

Gambar 10. Koin yang ditemukan di Situs Lingga

Sumber: Dokumentasi pribadi, 22 April 2014

Koin yang ditemukan di sekitar Situs Lingga tersebut, tidak diketahui

siapa yang menemukannya dan sama sekali belum diteliti oleh badan Arkeolog.

Hingga, keterangan akan usia dari benda tersebut belum dapat dipastikan.

4. Dugaan Batu Prasasti

Pada tahap proyek pembuatan wisata alam di Curug Palengseran, dekat

Situs Sanghiyang Ciarca, pembuatan wisata alam tersebut dilakukan oleh pemuda-

pemuda masyarakat Desa Sagarahiang yang dipimpin oleh Pa Tablo (Juru Kunci

53Ibid.

Page 20: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Situs Sagarahiang). Namun ketika penggalian disekitar Curug Palengseran itu

ditemukan batu yang berbeda dengan batu lainnya. Dimana diperkirakan batu

tersebut kemungkinan bagian dari sebuah prasasti.

Gambar 11. Serpihan Prasasti

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 23 Maret 2014

Kurangnya, dukungan dari pemerintah daerah dan pusat, membuat kinerja

penggalian menjadi lambat. Selain itu, memerlukan pula penelitian dari bidang

arkeologi agar dapat diketahui jenis batu yang ditemukan tersebut.

5. Penamaan Situs

Dari kedua Situs di atas, Situs Lingga dan Situs Sanghiang Ciarca, ketika

ditelisik dari nama dan benda-benda yang ada di dua Situs tersebut, mengalami

penamaan yang terbalik. Situs yang bernama Situs Lingga, biasanya nama situs

diambil karena terdapat lingga-yoni namun pada kenyataannya benda lingga-yoni

itu berada di Situs Sagarahiang atau Sangiang. Seharusnya Situs Sagarahianglah

yang bernama Situs Lingga.

Dilihat dari cerita lahirnya Situs tersebut yang telah dijelaskan di atas

bahwa adanya leluhur yang dikatakan “moksa”, sehingga situs tersebut dinamakan

Page 21: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

Sanghyang. Dimana kata Sang diartikan sebagai leluhur, dan Hyang diartikan

menghilang.

C. Pengaruh Situs terhadap masyarakat Desa Sagarahiang

Dalam pemaparan “Sejarah Desa Sagarahiang” di atas disebutkan bahwa

usia desa tersebut diambil dari adanya budaya babaritan yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Sagarahiang. Budaya tersebut diadakan ketika mapag panen

atau ulang tahun desa, tepatnya pada tanggal 10 Syuro. Waktu yang digunakan

dalam acara babaritan yakni pada pagi hari tepat pukul 07:00, dimulai dengan

berkunjung ke Situs lingga dan Sanghiyang dengan membawa makanan sebagai

penghormatan terhadap penghuni atau perintis Desa tersebut. Mengapa ke Situs

Sanghiyang?karena, keyakinan masyarakat di sana mengenai leluhur-leluhur Desa

Sagarahiang yang bertempat di Situs Sanghiyang.

Selain itu, hasil dari tim peneliti Sejarah Jawa Barat yang dipimpin oleh

Bambang Suwando menyatakan bahwa,

“masyarakat Jawa Barat pada zaman neolitik dan zaman logam telah

hidup menetap dan bercocok tanam. Kehidupan bercocok tanam lebih

mendekatkan manusia kepada adanya kepercayaan. Sebab selama mereka

mengerjakan tanam padi, tanam ubi-ubian dan tanam palawija, selalu

berharap agar tanamannya itu akan mendapat hasil yang baik. Harapan

itu ditujukan kepada roh atau arwah-arwah gaib, yaitu nenek moyang

yang dianggapnya selalu memberikan pertolongan dan kesejahteraan

kepada mereka apabila dimintanya. Langkah pertama dalam bercocok

tanam ialah, bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan jalannya

musim, agar roh nenek moyang tidak menjadi marah dan menurunkan

bencana kepada hasil panen yang sangat diharapkan. Langkah

selanjutnya diikuti dengan berbagai macam kurban. Pertumbuhan

manusia dari masa dalam kandungan, lalu lahir ke dunia, tumbuh menjadi

besar dan dewasa, kawin dan menjadi tua serta menderita sakit dan

akhirnya meninggal. Kesemuanya ini merupakan tahap-tahap perubahan.

Ini semua akan menyebakan terganggunya keserasian yang dapat

mendatangkan bencana. Untuk menghindarkan bencana tersebut orang

lalu mengadakan korban untuk menghormati arwah nenek moyang”.54

Hal tersebut terjadi karena masyarakat pada zaman prasejarah yang lebih

konkritnya zaman neolitik dan zaman logam, manusia sudah mengenail adanya

54 Bambang Suwondo. Op.Cit. Hlm. 31-32

Page 22: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

alam yang tak dapat dilihat oleh mata. Alam tersebut ialah “dunia gaib”. Dimana

di dalam dunia gaib tersebut terdapat arwah nenek moyang, hantu, syetan, jin,

peri, dan lain-lainnya.55

Hingga kemudian melahirkan kepercayaan bahwa arwah

nenek moyang khususnya arwah leluhur masih ada disekitar kita dengan alamnya

yang berbeda.

Biasanya orang yang telah meninggal, arwahnya, seperti arwah para

leluhur, dipercaya bersemayam di tempat-tempat tertentu seperti di atas punden

berundak, menhir,arca nandi, lingga-yoni, dan patung-patung lainnya.Benda-

benda tersebut dibuat sendiri untuk dijadikan tempat pengadaan upacara

kurban.56

Kiranya, Situs Sagarahiang yang memiliki benda-benda menhir, punden

berundak, arca nandi, dan lingga-yoni, hal ini lah yang kemudian melahirkan

budaya babaritan di Desa Sagarahiang.

Lazimnya, budaya babaritan diselenggarakan bukan hanya di Desa

Sagarahiang, di desa-desa yang lain pun ketika diteliti, memang ada yang

melakukannya. Seperti di Cigugur setiap tahun diadakan budaya Seren Taun, dan

di desa Jamberama, Kecamatan Selajambe-Kuningan yang setiap tahunnya selalu

diadakan budaya babaritan. Namun, dengan adanya arus globalisasi dan

penghujatan bahwa budaya tersebut dikatakan bid‟ah sehingga budaya babaritan

sudah jarang dilakukan oleh masyarakat.Terkecuali di Desa Sagarahiang, dimana

di desa ini budaya tersebut masih sering dilakukan.

Terlepas dari pengaruh Situs terhadap masyarakat Desa Sagarahiang, kita

“flashback” mengenai sejarah Situs yang dinyatakan adanya tokoh Lutung

Kasarung dan Nyi Pellet, meskipun tidak ditemukan bukti-bukti, bisa jadi ketika

meletusnya Gunung Ciremai pada tahun 1712 dan 180557

membuat bukti-bukti itu

ditelan bumi. Mungkin dalam benak kita akan muncul pertanyaan, kenapa benda-

benda di Sagarahiang masih tersisa? Ternyata setelah dilihat letak Situs yang

berorientasi barat laut-tenggara ke arah Gunung Gegerhalang yang berada di

depan Gunung Ciremai. Sehingga ketika Gunung Ciremai meletus, letusannya

55Ibid. Hlm. 31 56Ibid. Hlm 32 57Ibid. Hlm 47

Page 23: BAB II DESA SAGARAHIANG DAN SITUS SAGARAHIANG A. …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113150012.pdf · Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sang Sanjaya yang membunuh Sang

terhalangi oleh Gunung Gegerhalang, hingga akhirnya Desa Sagarahiang, daerah

sekitar Darma, dan Talaga tidak terkena lahar gunung Ciremai.

Dapat dilihat gambaran Gunung Gegerhalang yang menghalangi Gunung

Ciremai di lampiran.