49
63 BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum Latvia 2.1.1. Latvia Sebelum Berbentuk Negara Latvia merupakan salah satu negara yang terletak di Kawasan Baltik dan berbatasan langsung dengan Rusia serta pernah menjadi bagian dari Rusia. Penduduk asli Latvia disebut sebagai Balts Proper Latvian atau Letts. 1 Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa lainnya yang masih eksis hingga saat ini, Bahasa Latvia lebih memiliki beragam jenis suara dan bentuk kuno. Oleh karena itu, Bahasa Latvia dijadikan sebagai salah satu Sanskrit Eropa. 2 Berbeda dengan orang Rusia, orang-orang Latvia lebih rajin dan ambisius. Bahkan ketika masa Kekaisaran Tsar, orang-orang Latvia yang bekerja di Rusia cenderung mendapatkan pekerjaan yang baik seperti di bank, manajer perkebunan ataupun perusahaan asuransi. 3 Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya orang-orang Latvia merupakan bangsa yang rajin dan pekerja keras. Selain itu, sejak zaman pra-sejarah wanita Latvia telah memilki kesetaraan dengan laki-laki. 4 Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kesetaraan di Latvia bukan terbentuk karena reformasi, namun merupakan fitur karakter nasional mereka yang diwariskan oleh nenek moyang. 1 Professor Dr. Arveds Schwabe, The Story of Latvia (Stockholm: NLF, 1949), hal. 3. 2 Ibid 3 Ibid. 4 Ibid.

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

63

BAB II

DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA

2.1. Sejarah Umum Latvia

2.1.1. Latvia Sebelum Berbentuk Negara

Latvia merupakan salah satu negara yang terletak di Kawasan Baltik dan

berbatasan langsung dengan Rusia serta pernah menjadi bagian dari Rusia.

Penduduk asli Latvia disebut sebagai Balts Proper Latvian atau Letts.1

Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa lainnya yang masih eksis hingga saat

ini, Bahasa Latvia lebih memiliki beragam jenis suara dan bentuk kuno. Oleh

karena itu, Bahasa Latvia dijadikan sebagai salah satu Sanskrit Eropa.2 Berbeda

dengan orang Rusia, orang-orang Latvia lebih rajin dan ambisius. Bahkan ketika

masa Kekaisaran Tsar, orang-orang Latvia yang bekerja di Rusia cenderung

mendapatkan pekerjaan yang baik seperti di bank, manajer perkebunan ataupun

perusahaan asuransi.3 Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya orang-orang

Latvia merupakan bangsa yang rajin dan pekerja keras. Selain itu, sejak zaman

pra-sejarah wanita Latvia telah memilki kesetaraan dengan laki-laki.4 Keadaan

tersebut menunjukkan bahwa kesetaraan di Latvia bukan terbentuk karena

reformasi, namun merupakan fitur karakter nasional mereka yang diwariskan oleh

nenek moyang.

1 Professor Dr. Arveds Schwabe, The Story of Latvia (Stockholm: NLF, 1949), hal. 3. 2 Ibid 3 Ibid. 4 Ibid.

Page 2: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

64

Gambar 1. Peta Wilayah Latvia

(Sumber:https://20012009.state.gov/p/eur/ci/lg/87008.htm)

Latvia baru menjadi negara dan muncul dalam peta Eropa setelah Perang

Dunia I, walaupun nenek moyangnya telah ada sejak zaman dahulu.5 Nenek

Moyang bangsa Latvia datang ke wilayah Baltik diperkirakan pada 2000 tahun

sebelum masehi.6 Pada Zaman Besi Romawi (0-400 Masehi), Orang Baltik

memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan pusat Kekaisaran Romawi

karena pertaniannya yang hebat. Pada era itu dijelaskan bahwa Orang Balts

mengekspor ambar yang saat itu dinilai lebih mahal dibanding emas dan bulu

mahal dan Orang Romawi memberikan manufaktur dan koin sebagai timbal

baliknya.7 Pada masa ini pula Balt Timur terpecah menjadi Lithuania dan Latvia.

Pada era berikutnya yaitu Era Invasi Barbar tahun 400-800 Masehi, Suku Balt

5 The Latvian Institute, From Tribe to Nation (Riga: The Latvian Institute, 2014), hal. 5. 6 Ph.D. Valters Nollendorfs, History of Latvia, The Latvian Institute, 2000. 7 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 6.

Page 3: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

65

menghuni wilayah yang sangat luas dan menutupi White Ruthenia.8 Daerah

tersebut merupakan daerah yang dilalui oleh Sungai Dnieper, Oka, Volga, dan

Daugava. Wilayah ini merupakan wilayah yang lebih luas dibandingkan era

modern, karena membentang hingga Moskow. Akibat tekanan dari Slays Timur

(Rusia) salah satu suku Balt yaitu Latgale akhirnya pindah dengan menyusuri

Sungai Daugava dan tinggal dengan kerabat mereka di Latvia.

Pada Zaman Viking (800-1150 Masehi), Skandinavia melakukan

peningkatan ekspansi dan berhasil menguasai wilayah Voga, Laut Kaspia, Laut

Hitam dan Bizantium.9 Pada akhir ekspansinya, Skandinavia melakukan adopsi

terhadap peradaban Kristen. Pada zaman ini, Bangsa Viking menguasai Rusia dan

menjadi pemimpin di Rusia. Selama Rusia dikuasai oleh Viking, mereka terus

melakukan agresi terhadap wilayah Baltik, namun serangan tersebut tidak pernah

berhasil. Hal tersebut disebabkan Orang-orang Baltik telah belajar penggunaan

senjata dan pengorganisasian militer yang lebih baik dari Skandinavia.10 Serangan

yang dilakukan oleh Orang Rusia dari Polotzk ke Zemgale yang merupakan

Kerajaan Latvia telah membuat 9.00011 pasukan mereka meninggal. Pada periode

ini, Orang-Orang Baltik melakukan perjalanan jauh ke arah Selatan yaitu

Kekhalifahan Arab dan Iran serta ke arah barat laut, sehingga mereka

8 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 6. 9 Ibid, hal. 7. 10 Ibid. 11 Ibid.

Page 4: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

66

mendapatkan pengetahuan mengenai Anglo-Saxon.12 Pada periode ini pula

diketahui bahwa Orang-orang Baltik telah memiliki sistem moneter sendiri yang

disebut dengan osering. Mereka juga memiliki sistem bobot dan ukuran sendiri,

memiliki hukum pidana sendiri, memiliki kerajaan sendiri, memiliki sistem

administrasi dan perpajakan sendiri. Sistem-sistem tersebut sebagian besar

diadopsi dari Kristen Ortodoks.13 Di Era Perang Salib, Orang Latvia telah

menganggap bahwa Rusia adalah musuh mereka yang ditunjukkan dengan dari

320 istana benteng Latvia, 158-nya didirikan untuk menjaga perbatasan timur

Latvia.14

Setelah terjadi penyerangan oleh Bangsa Viking untuk menguasai Baltik

pada abad 9-11 M, pada abad 12 Masehi Bangsa Jerman datang ke wilayah Baltik

dengan misi untuk mengkristenkan wilayah tersebut.15 Pada awal tahun 1198

menyusul kedatangan Bangsa Jerman ke wilayah Baltik, terjadi perang salib di

wilayah Baltik untuk mengkristenkan masyarakat Baltik. Kedatangan Bangsa

Jerman tersebut dilakukan dengan bertahap. Tahap pertama mereka mengirimkan

pedagang, lalu datang pemimpin agama dengan salib, dan terakhir ksatria dengan

membawa pedang.16 Sekitar tahun 1200 Masehi, Jerman memulai penyerangan ke

Latvia yang dibantu secara finansial oleh perusahaan perdagangan Jerman dan

militer oleh Orde Ksatria Teutonik yang mengalami kekalahan di Palestina lalu

12 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 7. 13 Ibid. 14 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 11. 15 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 16 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 11.

Page 5: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

67

mengalihkan sasarannya pada Baltik.17 Sedangkan Rusia saat itu berada dalam

kehancuran akibat penguasaan Jenghis Khan dan Denmark. Latvia yang menolak

kemerdekaan Borus (Prusia Kuno) memberi jalan bagi Jerman untuk memasuki

Latvia. Tahun 1201 Kota Riga didirikan dan menjadi pusat perdagangan utama

saat itu, serta menjadi pusat penaklukan Baltik yang dilakukan oleh Brothers of the

Sword.18

Pada tahun 1209, Raja Latvia Timur Visvaldis yang memiliki Gereja

Ortodoks mengalihkan pandanganya ke barat dan diangkat menjadi Adipati

Jerman. Hal tersebut lalu diikuti oleh Dinasti Talivaldis yang merupakan penguasa

Latvia Utara.19 Hal tersebut menunjukkan kemenangan Jerman atas Latvia,

sehingga Jerman melakukan agresi terhadap Latvia untuk menguasai wilayahnya.

Bahkan nama Latvia diganti dengan Livonian. Ordo Teutonik terus melakukan

pembantaian terhadap raja-raja Latvia, sehingga pada akhir tahun 1299 M, Raja

Zemgale mengutus duta besar ke Roma untuk meminta perlindungan. Namun,

Roma tidak berdaya sehingga tidak dapat melakukan apapun. Perang Livonian

berlangsung selama 25 tahun dari 1558 M hingga 1582 M.20 Hal tersebut terjadi

karena Ordo Teutonik ingin menguasai Livonian seperti Prusia dan mengontrol

perdagangan di Laut Baltik. Hingga tahun 1561, Livonian merupakan konfederasi

17 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 11. 18 Brothers of the Sword merupakan ordo militer yang dibentuk oleh Uskup Albert pada tahun 1202

setelah masuknya Jerman ke Latvia dan merubah namanya menjadi Livonian. Namun, ordo ini

dikalahkan oleh Lithuania dalam Pertempuran Saule tahun 1236. 19 Ibid, hal. 15. 20 Ibid, hal. 12.

Page 6: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

68

dari 5 Negara gerejawi dengan 4 keuskupan dan negara bagian Ordo Teutonik.21

Pada abad ke-15, ordo ini kehilangan posisi dominannya saat Roma menerapkan

kebijakan balkanisasi dan menerima kekalahan telak dengan Lithuania dan

Polandia.22 Sejak saat itu Latvia Timur berada di bawah kekuasaan Polandia.

2.1.2. Latvia Pada Masa Kekaisaran Rusia

Setelah perang dari tahun 1600, tepatnya pada tahun 1621 Riga ditaklukan

oleh Swedia yang dipimpin oleh Gustavus Adolphus, walau begitu wilayah Latvia

Timur tetap menjadi bagian Polandia.23 Pada tahun 1700 hingga tahun 1721 terjadi

Perang Utara antara Rusia yang dipimpin oleh Tsar Peter I dengan Latvia. Namun

pada akhirnya Riga menyerah dan Latvia Utara menjadi wilayah Rusia dan dikenal

sebagai Vidzeme. Rusia juga menggabungkan wilayah Estonia Selatan dan Latvia

Utara menjadi Provinsi Livonia Rusia.24 Saat pemisahan persemakmuran Polandia

yang pertama dilakukan oleh Kekaisaran Rusia, Prusia, Habsburg, Austria, dan

Latvia Timur menjadi bagian dari Provinsi Rusia.25 Saat partisi ketiga Polandia

pada 1795, Kadipaten Courland berhasil menjadi bagian Rusia. Sejak menjadi

bagian dari Kekaisaran Rusia, perbudakan yang sebelumnya ada di Provinsi

Courland, Latgale, dan Livonia dihapuskan. Selain itu, petani Latvia mendapatkan

kebebasan namun kehilangan tanah mereka dan hanya beberapa orang yang dapat

21 Professor Dr. Arveds Schwabe, Op. cit., hal. 17. 22 Ibid. 23 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit. 24 Ibid. 25 The Latvian Institute, Op. cit, hal. 9.

Page 7: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

69

membeli tanah.26 Akibatnya mereka seakan-akan menjadi pelayan Rusia. Pada

akhir abad 19, terjadi kebangkitan nasional dan modernisasi masyarakat di Latvia.

Akibat dari kebangkitan tersebut kemandirian ekonomi menjadi meningkat,

tingkat pendidikan meningkat, terjadi migrasi dari satu kota ke kota lain,

kebangkitan kelas pekerja, dan berkembangnya kesadaran mengenai budaya dan

politik serta munculnya identitas nasional Latvia modern.27

Pada saat Perang Dunia I, tepatnya tahun 1915-1917 pasukan Jerman

hampir menduduki setengah wilayah Latvia. Hal tersebut membuat pertempuran

sengit terjadi antara pasukan Latvia dan pasukan Jerman pada tahun 1918.28 Pada

tahun 1915, Latvia mendirikan unit militer nasional yang diberi nama Batalyon

Latvian Riflemen. Unit militer tersebut dengan bantuan Rusia berhasil

mengalahkan Jerman, sehingga atas bantuan tersebut Latvia bergabung dengan

Revolusi Komunis. Tanggal 17 Desember 1918, Republik Soviet Sosialis Latvia

resmi didirikan dengan dipimpin oleh Pēteris Stučka yang kejam dan otoriter.29

Namun pada tanggal 3 Januari 1919, Riga dikuasai oleh tentara merah yang

membuat unit militer Latvia dan pemerintahan sementara terpaksa mundur ke

Liepāja di daerah barat daya Latvia. Hal tersebut membuat pemerintah terpaksa

untuk menerima bantuan dari Jerman sembari tetap mencari bantuan dari kekuatan

26 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 27 Ibid. 28 Ibid. 29 Ibid.

Page 8: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

70

Entente.30 Pada tanggal 22 Mei Jerman berhasil mengambil alih Riga dari tentara

merah, namun bukannya melawan Soviet, Jerman justru melawan tentara Estonia

dan Latvia di Latvia Utara. Namun, pasukan Latvia dan Estonia berhasil

mengalahkan Jerman dan membuat pemerintahan proxy Jerman runtuh.

Pada tanggal 13 Januari 1920, pemerintahan Komunis Latvia resmi

dibubarkan.31 Pada tanggal 11 Agustus 1920, Soviet Rusia resmi mengakui

kemerdekaan dan kedaulatan Latvia dan tanggal 22 September 1920 Latvia resmi

bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa. Walaupun telah diakui secara resmi,

namun Latvia tidak begitu saja bebas dari penderitaan. Hal tersebut dikarenakan

pada tanggal 15 Mei terjadi kudeta tak berdarah yang dilakukan oleh Perdana

Menteri Kārlis Ulmanis sehingga membuat Saeima diberhentikan dan dilarangnya

semua partai politik untuk beroperasi.32 Kārlis Ulmanis membuat Latvia menjadi

negara yang otoriter dengan dilarangnya perbedaan pendapat saat itu.

2.1.3. Latvia Pada Masa Pendudukan Pertama Uni Soviet (1940-1941)

Pada tanggal 30 November 1939, Stalin membuat teror besar terhadap

Latvia. Soviet menutup seluruh organisasi dan lembaga budaya di Latvia, serta

melakukan penangkapan massal terhadap orang-orang Latvia yang di curigai

sebagai agen asing. Setidaknya terdapat 25.000 orang yang ditangkap dan 16.500

30 Ibid. 31 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 32 Ibid.

Page 9: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

71

orang dieksekusi.33 Tanggal 16 Juni 1940, Rusia memberikan ultimatum terhadap

Latvia dengan menuduh bahwa Latvia telah melanggar Pakta 5 Oktober 1939 dan

mengajukan tuntutan sebagai berikut :

1. Untuk membentuk tanpa penundaan pemerintah di Latvia yang akan mampu

dan menjamin implementasi yang benar dari Pakta Bantuan Bersama Uni

Soviet-Latvia;

2. Untuk menjamin tanpa penundaan masuknya pasukan Soviet tanpa

hambatan ke dalam wilayah Latvia untuk ditempatkan di pusat paling

penting Latvia dalam jumlah yang memadai untuk memastikan implementasi

Pakta Bantuan Bersama USSR-Latvia dan untuk mencegah kemungkinan

tindakan provokasi terhadap pasukan Soviet di Latvia;

3. Pemerintah Soviet akan mengharapkan balasan dari pemerintah Latvia pada

16 Juni pukul 23.00. Kegagalan pemerintah Latvia untuk mengirim balasan

oleh batas waktu yang ditetapkan akan dianggap sebagai penolakan untuk

memenuhi persyaratan yang disebutkan diatas.34

Teks surat tersebut dibacakan oleh Ketua Dewan Komisariat Rakyat Uni Soviet,

Vyancheslav Molotov pada tanggal 16 Juni pukul 14.00 kepada Duta Besar Latvia

di Moskow, Fricis Kociņš.35 Menanggapi ultimatum yang diberikan oleh Rusia,

33 Ibid. 34 Irēne Šneidere, The Hidden and Forbidden History of Latvia Under Soviet and Nazi Occupations

1940-1991:The Occupation of Latvia in June 1940: A Few Aspect of the Technology of Soviet

Aggression (Riga: Institute of the History of Latvia, 2005), hal. 44. 35 Ibid.

Page 10: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

72

Pemerintah Latvia memutuskan untuk memenuhi tuntutan tersebut tanpa syarat.

Hasil dari keputusan tersebut disampaikan oleh Duta Besar Kociņš kepada

Molotov pada pukul 22.30.36

Pada tanggal 17 Juni 1940 pasukan Uni Soviet termasuk Tentara Merah

mulai menduduki Latvia.37 Tentara Merah dengan cepat merebut semua kota besar

tanpa ada perlawanan sedikitpun. Hal tersebut telah membuktikn bahwa Latvia

kalah telak dalam pendudukan Soviet ini. Proses kedatangan Tentara Merah

tersebut dideskripsikan secara rinci oleh Duta Besar USSR di Latvia, Vladimir

Derevyansky melalui telegramnya ke Moskow. Isi telegram tersebut berbunyi :

“At about 1 pm the advance tank units began arriving in Rīga and quickly took

over the city and its most important facilities. The authorities had not expected an

such an immediate arrival and action, for at 12.30 Ulmanis was still traveling

unperturbed through the city. [...] We allowed radio broadcasts on the condition

that henceforth the content of the broadcasts would be coordinated with us and

that no disloyal statements vis-à-vis the USSR and the Red Army would be

tolerated.[...] We required a special authority to be set up for the provision of our

troops with everything necessary; the authority was established under the

leadership of General Hartmanis. The President and Ministers so far remain in

their positions.”38

Pada tanggal 18 Juni 1940, Vyancheslav Molotov dan Wakil Pertama Komisariat

Rakyat Luar Negeri Soviet, Andrei Vyshinsky berhasil tiba di Riga.39 Kedatangan

Vyshinsky di Latvia bertujuan untuk mengendalikan pemenuhan ketentuan

36 Ibid. 37 Irēne Šneidere, The Hidden and Forbidden History of Latvia Under Soviet and Nazi Occupations

1940-1991: The First Soviet Occupation Period in Latvia 1940–1941 (Riga: Institute of the History of

Latvia, 2005), hal. 35. 38 Ibid. 39 Ibid., hal. 46.

Page 11: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

73

ultimatum tersebut. Namun begitu, sebenarnya sejak tahun 1939 Vyshinsky ingin

mewujudkan aneksasi di Latvia. 40

Menyusul kedatangan Tentara Merah, ribuan provokator komunis tiba di

Latvia.41 Tujuan kedatangan mereka adalah untuk membuat demonstrasi yang

dibuat seolah menjadi gelombang revolusi di Latvia. Tujuan demonstrasi tersebut

adalah untuk menggulingkan pemerintahan Ulmanis.42 Akibat demonstrasi

tersebut, pada tanggal 21 Juni 1940, pemerintahan baru dibentuk dengan

komposisi yang disetujui oleh Moskow. Vyshinsky, menyediakan teks deklarasai

dengan suara bulat yang disahkan oleh pemerintahan baru yang dipimpin oleh

Augusts Kirhenšteins.43 Sejak saat itu, pemerintahan baru terus melaksanakan

perintah dari Kedutaan Besar Uni Soviet. Pendudukan pertama Uni Soviet di

Latvia berlangsung selama setahun, lalu digantikan oleh Nazi Jerman pada awal

Juli 1941.44 Pendudukan Uni Soviet tersebut membuat Latvia dijadikan negara

bagian Soviet pada tanggal 21 Juli 1940.45 Pada tanggal 5 Agustus 1940, Uni

Soviet meresmikan Latvia sebagai negara bagian ke-15 Soviet.46 Namun hal

tersebut tidak diakui oleh barat dan hukum internasional, sehingga negara-negara

barat masih menganggap bahwa hukum dan kedaulatan Latvia masih eksis. Selain

40 Ibid., hal. 46. 41 Valters Nollendorfs, et. al, The Three Occupations of Latvia 1940-1991 (Riga: okupåcijas muzeja

fonds, 2005), hal. 14. 42 Ibid, hal. 15. 43 Ibid., hal. 47. 44 Ibid. 45 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 46 Ibid.

Page 12: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

74

itu, pada minggu pertama kehadirannya, Tentara Merah memerintahkan untuk

mengadakan perlucutan senjata terhadap militer Latvia yang bernama Aizsargi.47

Karlis Umanis juga dipaksa untuk menandatangani penghapusan militer Latvia.

Uni Soviet lalu mendirikan Distrik Militer Baltik Uni Soviet di Latvia yang

dinamai People’s Army dan dimasukkan ke dalam Tentara Merah sebagai Korps

Teritorial 24.48 Uni Soviet juga melakukan deportasi ke Kamp GULAG ataupun

eksekusi terhadap Perwira Senior Latvia.

Selama pendudukan Soviet tersebut, masyarakat Latvia hidup menderita

akibat menjadi korban pemerintahan Komunis selama satu tahun. Penderitaan

tersebut diakibatkan oleh tindakan represif yang dilakukan pemerintahan Soviet

terhadap masyarakat Latvia. Uni Soviet juga melakukan penindasan terhadap

tempat-tempat ibadah dan menghapuskan hari libur perayaan agama dan pelajaran

agama di sekolah maupun universitas.49 Sebagai gantinya, Uni Soviet melakukan

propaganda atheis dan melarang beroperasinya sekolah kegamaan serta pernikahan

secara hukum. Upaya Sovietisation lain yang dilakukan oleh Uni Soviet adalah

dengan memasukkan ajaran Marx, Engels, Lenin, dan Stalin ke dalam kurikulum

pendidikan serta memaksa anak-anak sekolah untuk mengikuti demonstrasi

komunis.50 Hal ini dilakukan oleh Uni Soviet dengan tujuan untuk membentuk

Pemuda Komunis. Hal terparah yang dilakukan Soviet selama pendudukan

47 Valters Nollendorfs, et. al, Op. cit., hal. 17. 48 Ibid. 49Valters Nollendorfs, et. al, Op. cit., hal. 18. 50 Ibid, hal. 20.

Page 13: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

75

pertama selain tindakan represifnya adalah deportasi masyarakat Latvia ke tempat

yang jauh dari Uni Soviet. Deportasi skala besar pertama terjadi pada tanggal 14

Juni 1941.51 Setidaknya selama pemerintahan tersebut lebih dari 15.000

masyarakat Latvia telah dideportasi atas perintah Moskow. Para pria dipisahkan

dari keluarga mereka dan diadili serta terdapat pula yang dipenjara di kamp kerja

paksa GULAG. Tindakan Uni Soviet tersebut membuat tingkat kematian Latvia

tinggi, terutama kalangan orang tua dan anak-anak.52

2.1.4. Latvia Pada Masa Pendudukan NAZI Jerman (1941-1944)

Tanggal 22 Juni 1941 tentara Nazi memasuki Latvia dan berhasil

menduduki Latvia pada tanggal 7 Juli 1941. Serangan yang dilakukan oleh tentara

Nazi tersebut membuat Tentara Merah mundur. Pada tanggal 7 Juli 1941, Jerman

membentuk pasukan khusus yang bertugas untuk mengawasi wilayah Latvia dan

Kota Riga menjadi pusat administrasi.53 Saat pendudukan Jerman, yaitu pada

rentang Bulan Juli hingga Desember 1941, Badan Operasional Kelompok

Keamanan Jerman menghasut dan memandu pemusnahan masyarakat Yahudi

Latvia. Akibatnya 70.000 dari 94.000 orang Yahudi terbunuh dalam peristiwa

Holocaust.54 Pada tanggal 23 Januari 1943 di Riga terbentuk organisasi pertahanan

nasional dengan Konstantīns Čakste sebagai pemimpinnya. Tanggal 13 Agustus

1943, diadakan pertemuan oleh Perdana Menteri Inggris, Presiden Amerika

51 Ibid, hal. 23. 52 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 53 The Latvian Institute, Op. cit, hal. 21 54 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit

Page 14: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

76

Serikat, dan Pemimpin Soviet untuk melakukan negosiasi mengenai hak untuk

menduduki Eropa Timur secara bebas.55 Untuk pertama kalinya pada tanggal 28

November 1943 Divisi Legiun Latvia bersama Tentara Nazi melawan Pasukan

Soviet dalam pertempuran di Sungan Velikaya.56

Selama pendudukan Jerman di Latvia, Jerman gencar melakukan

propaganda dengan menyalahkan Amerika Serikat dan Inggris. Propaganda

tersebut disebarkan melalui radio, televisi, maupun surat kabar. Kekejaman Nazi

saat menduduki Latvia tergambar dalam peristiwa Holocaust Latvia. Bagian

Holocaust yang paling mengerikan adalah pembunuhan terhadap 25.000 orang di

Rumbula pada tanggal 30 November dan 8 Desember 1941.57 Sistem Holocaust ini

pertama dibentuk Jerman dengan mengeluarkan hukum anti Yahudi dan

mengancam dengan keras hukuman atas pelanggaran tersebut. Pada Bulan Juli

1941, Komandan Riga dan Komandan Liepaja mengeluarkan Ordo anti-Yahudi.58

Pemusnahan Orang Yahudi pertama terjadi di Grobina yang dilakukan oleh

anggota Teilokomando 1a dari Einsatzgruppe A dengan membunuh 6 orang

Yahudi. Sedangkan pembunuhan terhadap wanita dan anak-anak baru dimulai

pada akhir musim panas tahun 1941.59 Pada awalnya Etnis Latvia tidak pernah

mengambil peran dalam pembantaian Etnis Yahudi. Namun, Jerman membuat

55 The Latvian Institute, Op. cit, hal. 21 56 Ibid. 57 Aivars Stranga, The Hidden and Forbidden History of Latvia Under Soviet and Nazi Occupations

1940-1991: The Holocaust in Occupied Latvia: 1941-1945 (Riga: Institute of the History of Latvia,

2005), hal. 163. 58 Ibid, hal. 164. 59 Ibid.

Page 15: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

77

Etnis Latvia menjadi terlibat dengan membentuk unit bela diri atau Selbstschutz di

seluruh Latvia. Jerman juga membentuk Polisi Bantu Latvia atau Hilfspolize untuk

terlibat dalam pendaftaran orang-orang Yahudi.60 Metode tersebut digunakan oleh

Nazi untuk memaksa Etnis Latvia terlibat dalam pembantaian etnis mereka sendiri.

2.1.5. Latvia Pada Masa Pendudukan Kedua Uni Soviet (1944-1991)

Bulan Juli 1944, pasukan tentara merah mencoba kembali untuk memasuki

wilayah Latvia. Tanggal 6 Oktober 1944 Moskow memerintahkan Latvia untuk

menyerahkan Kota Abrene yang sekarang bernama Pitalova beserta enam kota

praja ke Soviet Rusia.61 Selanjutnya, Uni Soviet berusaha untuk menguasai Riga

dan berhasil pada tanggal 13 Oktober 1944. Pendudukan Riga tersebut berhasil

membuat Latvia kembali menjadi bagian dari Uni Soviet. Hal tersebut membuat

tentara Jerman melarikan diri ke Latvia Barat tepatnya di Kurzeme.62 Setelah

pendudukan Uni Soviet tersebut, perang demi perangpun terjadi di tanah Latvia.

Hingga akhir dari perang tersebut membuat sepertiga populasi Latvia menghilang

serta 120.000 orang di Latvia Barat lebih memilih untuk menetap di Kanada,

Inggris, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara lain.63 Selama pendudukan

kedua Uni Soviet ini, Riga dijadikan sebagai markas Militer Baltik. Selain itu,

wilayah Latvia menjadi kamp tentara, pangkalan roket nuklir, rentang

60 Ibid, hal. 167. 61 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 62 Ibid. 63 Ibid.

Page 16: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

78

pengeboman dan artileri, tempat pembuangan amunisi, lapangan udara, dan

instalasi angkatan laut.64

Pada tanggal 25 Maret 1949 terjadi deportasi massal kedua, sekitar 44.000

orang di deportasi.65 Setelah itu, Uni Soviet melakukan rekayasa etnis penduduk

dengan melakukan migrasi terhadap Etnis Rusia ke Latvia. Etnis Rusia yang hanya

10% sebelum pendudukan Uni Soviet, menjadi 34% dari total populasi setelah

pendudukan Uni Soviet.66 Sementara Etnis Latvia yang awalanya sebesar 75%

menjadi 52% dari total populasi.67 Namun, saat kematian Stalin tahun 1953 mereka

yang telah dideportasi diizinkan untuk kembali ke Latvia. Tanggal 4 Juni 1987,

Kelompok Hak Asasi Manusia yang bernama Helsinki-86 mengorganisir

peringatan korban deportasi oleh Uni Soviet yang menelan banyak orang.68 Setelah

sidang khusus yang dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 2 Juni 1988, untuk

pertama kalinya aneksasi Latvia oleh Uni Soviet pada tanggal 17 Juni 1940

dinyatakan sebagai penjajahan. Selain itu, untuk pertama kalinya juga masyarakat

Latvia dapat dengan bebas membawa bendera Latvia serta menyanyikan lagu

kebangsaan mereka.69 Pada Bulan Oktober 1988, Front Populer Latvia (FPL)

didirikan dan berhasil memenangkan pemilu tanggal 4 Mei 1990. Pada tanggal

yang sama Dewan Tertinggi mengeluarkan Undang-Undang yang memperbaharui

64 Valters Nollendorfs, et. al, Op. cit., hal. 32. 65 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 66 Valters Nollendorfs, et. al, Op. cit., hal. 37. 67 Ibid. 68 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 69 Ibid.

Page 17: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

79

Republik Latvia dan mengembalikan undang-undang sebelumnya. Namun, Uni

Soviet mencoba untuk menekan gerakan kemerdekaan tersebut dengan melakukan

ancaman dan boikot ekonomi. Sehingga membuat meletusnya pertumpahan darah

pada tanggal 13 Januari 1991 ketika pasukan Uni Soviet menyerang pemerintahan

penting di Vilnius, Lithuania.70 Untuk menghalau pasaukan Soviet tersebut,

Orang-orang Latvia mendirikan barikade di Riga untuk melindungi gedung-

gedung penting. Sekitar 100.000 orang terjun dalam barikade tersebut. Pada

tanggal 21 Agustus 1991 Dewan Tertinggi Latvia mendeklarasikan kemerdekaan

dan kedaulatan penuh Latvia.71 Pada tanggal 31 Agustus 1994 pasukan tentara

Rusia meninggalkan wilayah Latvia dan hal tersebut membuat pertama kalinya

Latvia bebas dari kekuatan asing.72 Tanggal 29 Maret 2004 Latvia dengan resmi

bergabung dengan NATO.73

2.1.6. Latvia Pasca Runtuhnya Uni Soviet

Pasca Uni Soviet runtuh, Latvia lebih banyak berfokus untuk membangun

kekuatan negaranya dan membangun relasi dengan negara-negara dengan power

yang besar, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. Disamping itu, hubungan

Latvia dan Rusia masih terus dipenuhi dengan konflik akibat perbatasan dan

diskriminasi minoritas Rusia di Latvia. Oleh karena itu, pada sub-bab ini penulis

70 Valters Nollendorfs, et. al, Op. cit., hal. 39. 71 Ibid. 72 Ph.D. Valters Nollendorfs, Loc. cit 73 Ibid.

Page 18: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

80

akan membagi pembahasan menjadi dua bagian yaitu kondisi internal dan

eksternal Latvia pasca Uni Soviet runtuh.

a. Kondisi Internal

Pasca berakhirnya masa pendudukan Uni Soviet di Latvia, Etnis Rusia

menjadi etnis non-Latvia terbesar yang ada di Latvia. Pada tahun 1998, komposisi

etnis terbesar Latvia terdiri dari Etnis Latvia sebesar 55,5% dan Etnis Rusia

sebesar 32,4%.74 Bahkan hal tersebut masih berlanjut hingga saat ini. Berdasarkan

data yang didapatkan dari Biro Statistika Latvia, pada tahun 2020 komposisi etnis

di Latvia terdiri dari Etnis Latvia sebesar 62,5%, Etnis Rusia sebesar 24,7%, Etnis

Belarusia sebesar 3,2%, Etnis Ukraina sebesar 2,3%, Etnis Polandia sebesar 2%,

Etnis Lithuania sebesar 1,1%, Etnis Romania sebesar 0,3%, Etnis Yahudi sebesar

0,2%, Etnis Jerman sebesar 0,1%, Etnis Estonia sebesar 0,1%, dan etnis lain

sebesar 3,5%.75 Data tersebut menunjukkan bahwa di Latvia masih terdapat Etnis

Rusia yang cukup besar, walaupun telah terdapat peningkatan Etnis Latvia

dibandingkan pasca runtuhnya Uni Soviet.

Setelah berhasil melepaskan diri dari pendudukan Uni Soviet pada tahun

1991, Latvia langsung melakukan pembenahan terhadap negaranya baik dari segi

politik, sosial, ekonomi, maupun keamanan. Berbagai upaya transformasi

dilakukan Latvia tidak hanya untuk memperbaiki kekacauan negaranya, namun

74 Pēteris Zvidriŋš, Change of Ethnic Structure and Characteristics of Minorities in Latvia, Centre of

Demography University of Latvia, 1998, hal. 10. 75 Centrālā Statistikas Pārvalde, Demogrāfija 2020 (Riga: Centrālā Statistikas Pārvalde, 2020), hal. 33.

Page 19: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

81

juga untuk memnuhi syarat agar dapat bergabung dengan Uni Eropa. Pasca

kemerdekaannya, Latvia langsung memulai perbaikan terhadap kesejahteraan

masyarakatnya dengan cara memperkuat peraturan kesehatan, perumahan,

pendidikan, penggunaan lahan dan air, dan penanganan terhadap pengangguran.76

Pada kurun tahun 1990-1993, Latvia telah berhasil melakukan perbaikan pada

permasalahan bahasa nasional yang kemudian digunakan dalam pendidikan,

peluncuran program privatisasi perusahaan, dan undang-undang naturalisasi.77

Pada bidang politik, dua tahun setelah kemerdekaannya, Latvia mendirikan

badan legislatif baru yang bernama The Fifth Saeima yang berisikan 100 anggota

yang dipilih melalui pemilihan umum.78 Namun dalam hal ini yang boleh

mengikuti pemilihan umum adalah masyarakat Latvia yang telah ada di Latvia

sejak sebelum tahun 1940. Aturan ini menyebabkan Etnis Rusia maupun etnis

yang memasuki Latvia setelah tahun 1940 tidak memiliki hak mengikuti pemilihan

umum. Setelah pembentukannya, The Fifth Saeima melakukan tugas pertamanya

yaitu untuk menyetujui Konstitusi Latvia 1922 secara keseluruhan, sebelum

pemilihan presiden dilakukan. Presiden di Latvia memiliki hak untuk menunjuk

perdana menteri, meratifikasi perjanjian internasional, mengangkat dan menerima

diplomat, memprakarsai undang-undang, merujuk undang-undang ke Saeima

76 Zeffry Alkatiri, Transisi Demokrasi Di Eropa Timur (Baltik, Jerman Timur, Rumania, & Balkan)

(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), hal. 95. 77 Ibid, hal. 94. 78 Viola Olga King, Latvia’s Unique Path Toward Independence: The Challenges Associated With The

Transition From A Soviet Republic to an Independent State, International Social Science Review, Vol.

87 No.3/4, 2012, hal. 127-154.

Page 20: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

82

untuk pembacaan kedua, dan dapat menyerukan pembubaran Saeima asalkan

mendapatkan dukungan minimal 50% dari jumlah populasi.79 Presiden pertama

yang terpilih oleh masyarakat Latvia adalah Guntis Ulmanis dengan jumlah suara

sebanyak 53%. Namun, terpilihnya Ulmani banyak mendapatkan pertentangan dari

kelompok kanan, nasionalis radikal, dan gerakan kemerdekaan karena Ulmani

pernah menjadi anggota Partai Komunis selama dua tahun.80

Di bidang ekonomi, meskipun pada awal kemerdekaannya Latvia

mengalami kemerosotan ekonomi dengan PDB pada kurun tahun 1990-1993

menurun hingga lebih dari 49%.81 Namun begitu, Latvia akhirnya berhasil dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan ekonomi di negaranya. Usaha-usaha yang

dilakukan Latvia dimulai dengan memberlakukan liberalisasi harga seluruh

barang. Lalu Latvia memberlakukan perubahan mengenai aturan perpajakan,

jaminan sosial, anti-monopoli dan bankruptcy law, serta mendirikan sistem

perbankan dua tingkat.82 Selanjutnya, Latvia merubah mata uang Rubel Rusia

menjadi Rubel Latvia untuk digunakan sebagai mata uang resmi. Latvia juga

melakukan privatisasi yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama privatisasi

dilakukan terhadap usaha-usaha menengah dan kecil seperti restoran. Lalu,

privatisasi tahap kedua dilakukan untuk perusahaan-perusahaan besar.83

79 Ibid. 80 Ibid. 81 Peterson Institute for International Economics, Latvia’s Post-Soviet Transition, Peterson Institute for

International Economics, hal. 5. 82 Maris G. Martinsons dan Krisjanis Valdemars, Post-Soviet Reform in Latvia: Early Progress and

Future Prospects, Journal of Economic Studies, Vol. 9 No. 6, 2006, hal. 33-56. 83 Ibid.

Page 21: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

83

Selanjutnya yang menyebabkan konflik paling besar dalam internal Latvia

adalah permasalahan kewarganegaraan. Dimana kewarganegaraan Latvia

diberikan otomatis kepada mereka atau orang tuanya pernah menjadi warga

negara Latvia sebelum tahun 1940. Sedangkan pendatang yang masuk Latvia

setelah tahun 1940 menjadi tidak memiliki kewarganegaraan. Orang-orang yang

tidak memiliki kewarganegaraan ini selanjutnya akan dibatasi hak sosial dan

ekonomi mereka seperti hak menerima tunjangan sosial dan hak untuk bekerja.84

Hal inilah yang kemudian membuat Latvia mendapatkan banyak protes dari dalam

maupun luar, yang kemudian membuat Latvia merumuskan undang-undang

naturalisasi. Namun, peraturan naturalisasi yang dibuat oleh Latvia menimbulkan

ketidakpuasan dan protes dari Etnis Rusia di Lavia. Protes tersebut dikarenakan di

dalam peraturan naturalisasi disebutkan bahwa terdapat ketentuan kuota yang

ketat, persyaratan tinggal 16 tahun, dan kemampuan berbahasa Latvia yang

tinggi.85

Selanjutnya, Latvia memberlakukan hukum baru naturalisasi dengan

persyaratan yaitu persyaratan tinggal 5 tahun, kemampuan berbahasa Latvia,

mengetahui prinsip dasar Konstitusi Latvia, mengetahui lagu nasional dan sejarah

negara, memiliki sumber pendapatan yang legal, melakukan sumpah setia kepada

Latvia, serta melepaskan kewarganegaan sebelumnya.86 Walaupun hukum

naturalisasi telah diperbarui, namun masih banyak Etnis Rusia yang gagal

84 Viola Olga King, Loc. cit. 85 Ibid. 86 Ibid.

Page 22: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

84

mendapatkan kewarganegaraan Latvia karena kemampuan berbahasa Latvia yang

rendah. Selain berfokus untuk memperbaiki internal negara, Latvia juga berusaha

untuk membangun hubungan eksternal walaupun masih terlibat beberapa konflik

dengan Rusia.

b. Kondisi Eksternal

Pasca runtuhnya Uni Soviet, secara eksternal Latvia masih terus

menghadapi beberapa konflik dengan Rusia, yaitu konflik perbatasan dan

diskriminasi minoritas Rusia. Konflik perbatasan terjadi antara Latvia dan Rusia

karena sebelum menjadi negara yang merdeka, Latvia dan Rusia tidak pernah

menetapkan perbatasan diantara kedua negara. Pasca kemerdekaan Latvia pada

tahun 1991, Rusia dan Latvia baru memulai untuk menegosiasikan perbatasan di

antara mereka.87 Konflik antara kedua negara terjadi akibat klaim yang dilakukan

oleh Latvia terhadap salah satu distrik di Rusia. Distrik tersebut merupakan Distrik

Pytalovo yang terdapat di Oblast Pskov yang sebelumnya merupakan Kota

Abrene.88 Wilayah ini pernah menjadi bagian dari Latvia sebelum terjadinya

Perang Dunia II. Klaim ini dilakukan Latvia dengan mengadopsi resolusi “on the

non-recognition of the annexation of the town Abrene and its six oblast” pada

Bulan Februari 1992.89 Latvia melakukan adopsi terhadap resolusi ini untuk

87 Karina Oborune, Paper on Specific Case Study of Latvia (EU)/Russia Border, L ‘Institut d’ Etudes

Politiques de Lille, 2007, hal. 2. 88 Ibid. 89 Claes Levinsson, The Long Shadow of History: Post-Soviet Border Disputes- The Case of Estonia,

Latvia, and Russia, Connections, Vol. 5 No. 2, 2006, hal. 98-110.

Page 23: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

85

menegaskan kepatuhannya terhadap perbatasan yang telah ditetapkan melalui Riga

Peace Treaty 1920.

Klaim Latvia terhadap Kota Abrene tersebut kemudian ditentang oleh

Rusia karena dianggap tidak sesuai dengan latar belakang historis dan identitas

masyarakat Kota Abrene yang mana mayoritas penduduknya merupakan Etnis

Rusia. Walaupun sebenarnya mayoritas Etnis Rusia di Kota Abrene diciptakan

oleh Rusia melalui penukaran komposisi etnis Latvia dengan Rusia pada masa

pendudukan Uni Soviet yang kedua. Pada tahun 1938, komposisi penduduk Kota

Abrene terdiri dari 55% Etnis Latvia, 41,7% Etnis Rusia, dan 3,3% etnis lain.90

Namun, setelah pendudukan kedua Uni Soviet yaitu tahun 1945, komposisi etnis

Kota Abrene menjadi 85,5% Etnis Rusia, 12,5% Etnis Latvia, dan 2% etnis lain.91

Penolakan Rusia terhadap klaim Latvia ini yang kemudian menjadi konflik

perbatasan antara kedua negara. Normalisasi hubungan antara kedua negara mulai

dilakukan pada tahun 1993. Namun, upaya pertama negosiasi perbatasan

dilakukan pada tahun 1996 yang akhirnya gagal karena oposisi kedua negara.92

Setelah Latvia menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2004, permasalahan

batas negara antara Latvia dan Rusia menjadi konflik perbatasan antara Uni Eropa

dan Rusia. Oleh karena itu, Uni Eropa meminta agar kedua negara segera

90 Ibid. 91 Ibid. 92 Karina Oborune, Op.cit., hal. 3.

Page 24: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

86

menandatangani perjanjian perbatasan yang telah diinisiasikan pada tahun 1997.93.

Akhirnya pada tanggal 10 Mei 2005, Uni Eropa mendesak Latvia dan Rusia untuk

menandatangani perjanjian perbatasan. Namun, penandatanganan perjanjian ini

menjadi batal karena Latvia mendeklarasikan Riga Peace Treaty 1920 yang

mengakibatkan Rusia tidak mau menandatangani perjanjian tersebut.94 Perjanjian

perbatasan tersebut akhirnya benar-benar ditandatangani pada 27 Maret 2007.95

Hal ini terjadi karena sebelumnya yaitu pada tanggal 6 Maret 2007 Latvia

membatalkan deklarasi Riga Peace Treaty, dengan alasan untuk menghormati The

Organization for Security and Co-operation in Europe (OCSE) agar tidak merubah

perbatasan setelah Perang Dunia II.96 Walaupun sebenarnya penandatangan

perbatasan ini juga terdapat penolakan dari beberapa masyarakat Latvia, karena

mereka menganggap menandatangani perjanjian perbatasan tersebut sama saja

dengan menyetujui pendudukan Uni Soviet di Latvia.97

Selain memiliki konflik perbatasan, hubungan Latvia-Rusia juga dipenuhi

oleh konflik diskriminasi minoritas Rusia yang tidak benar-benar selesai hingga

saat ini. Keputusan Latvia untuk memarginalkan Etnis Rusia dengan alasan agar

Rusia tidak menguasai negara mereka kembali, justru menjadi boomerang

93 Patrick Lannin, “Russia, Latvia Finally Seal Border Treaty” yang diakses melalui

https://www.reuters.com/article/us-russia-latvia-idUSL185044920071218 pada tanggal 24 Juni 2021

pukul 21.30 WIB. 94 Karina Oborune,Loc. cit. 95 Reporter Radio Free Europe Radio Liberty, “NATO, EU Welcome Latvia-Russia Border Treaty” yang diakses melalui https://www.rferl.org/a/1075521.html pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 21.50 WIB. 96 Karina Oborune,Loc. cit. 97 Laura Sheeter, “Latvia, Russia Sign Border Deal” yang diakses melalui

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6498049.stm pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 22.00 WIB.

Page 25: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

87

terhadap Latvia. Rusia menganggap bahwa tindakan Latvia ini merupakan sebuah

tindakan diskriminasi terhadap etnisnya. Bentuk dari diskriminasi tersebut adalah

dipersulitnya Etnis Rusia untuk mendapatkan kewarganegaraan. Hal ini dilakukan

oleh Latvia untuk mempersulit proses naturalisasi Etnis Rusia dan membuat

mereka pergi dari Latvia. Etnis Rusia harus mengikuti serangkaian tes yang ketat

dan diuji kemampuan berbahasa Latvia. Hal inilah yang membuat banyak Etnis

Rusia gagal melalui tes ini. Selain itu, Etnis Rusia juga tidak memiliki hak politik

sebagai masyarakat yang tinggdal di wilayah Latvia. Diskriminasi juga terjadi

pada bidang ekonomi dan pendidikan. Dalam bidang ekonomi, Etnis Rusia tidak

diperbolehkan untuk bekerja dalam sektor pemerintahan. Dalam bidang

pendidikan, diskriminasi terjadi dalam bentuk bahasa penutur dalam kegiatan

belajar mengajar, dimana sebagian besar materi diajarkan dalam Bahasa Latvia

yang sulit dipahami oleh Etnis Rusia. Hal ini yang kemudian membuat banyak

Etnis Rusia yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah bahkan putus

sekolah.98 Hal inilah yang kemudian membuat Rusia menuntut Latvia terhadap

tindakan-tindakan diskriminatif yang dilakukannya terhadap Etnis Rusia.

Walaupun hubungan antara Latvia dan Rusia tetap dipenuhi dengan

konflik, disisi lain Latvia juga tengah membangun hubungan dengan kekuatan-

kekuatan besar seperti Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat untuk memperkuat

98 Aidan Simardone, “Not Georgia, Not Crimea: Ethnic Russian Discrimination in Estonia and Latvia”

yang diakses melalui https://theowp.org/not-georgia-not-crimea-ethnic-russian-discrimination-in-

estonia-and-latvia/ pada tanggal 25 Maret 2020 pukul 13.19 WIB.

Page 26: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

88

posisi negaranya. Hubungan antara Latvia dan Uni Eropa dimulai saat Uni Eropa

mengakui kemerdekaan Latvia pada tahun 1991.99 Sejak saat itu Latvia berusaha

untuk dapat menjadi bagian dari Uni Eropa. Usaha-usaha tersebut dilakukan

dengan membuat negaranya sesuai dengan kriteria-kriteria anggota Uni Eropa,

salah satunya adalah memiliki keadaan politik dan ekonomi yang stabil. Pada

Bulan Juni 1993, Latvia disetujui untuk menjadi bagian dari Copenhagen States

dan pada tanggal 19 Juli 1994 Latvia dan Uni Eropa menandatangani perjanjian

Free Trade and Trade Related Matters.100 Pada tanggal 13 Oktober 1995 menjadi

langkah yang baik bagi Latvia untuk menjadi anggota Uni Eropa karena pada saat

itu Uni Eropa dan Latvia menandatangani official application Latvia untuk

bergabung dengan Uni Eropa. Setelah serangkaian usaha yang dilakukan oleh

Latvia, pada akhirnya tanggal 1 Mei 2004 Latvia secara resmi menjadi anggota

Uni Eropa. Hal ini kemudian dapat memperkuat posisi Latvia sebagai sebuah

negara, setelah sebelumnya berada dalam pendudukan Uni Soviet.

Hubungan Latvia dengan NATO dimulai sejak Latvia memulai

pengembangan sistem pertahanannya yaitu pasca bebasnya Latvia dari Uni Soviet

tahun 1991. Mulainya hubungan mereka ditandai dengan partisipasi Latvia dalam

North Atalantic Cooperation Council (NACC) yang didirikan NATO pada tanggal

99 Ministry of Foreign Affairs of The Republic of Latvia, “Latvia and The European Union Chronology of Events” yang diakses melalui https://www.mfa.gov.lv/en/policy/european-union/history/latvia-and-the-eu-chronology-of-relations pada tanggal 25 Juni 2021 pukul 19.30 WIB. 100 Ibid.

Page 27: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

89

20 Desember 1991.101 Sejak saat itu hubungan antara NATO dan Latvia menjadi

lebih intens. Hal ini terbukti dengan turut berpartisipasinya Latvia pada

Partnership for Peace tahun 1944, dimana dengan berpartisipasi dalam kerjasama

ini Latvia akan mendapatkan dukungan dan bantuan NATO untuk

mengembangkan pertahanan mereka. Pada tahun 1945, Latvia juga berpartisipasi

dalam program yang sama sehingga Latvia dapat terlibat dalam proses

perencanaan dan peninjauan NATO.102 Selanjutnya, pada tanggal 21 November

2002 Latvia diundang dalam pertemuan Kepala Negara NATO di Praha, Ceko

agar dapat bergabung dengan NATO. Akhirnya pada tanggal 29 Maret 2004

Latvia secara resmi menjadi anggota NATO.103 Setelah menjadi anggota resmi

NATO, Latvia dapat berpartisipasi langsung dalm program-program yang

dilaksanakan oleh NATO. Latvia dapat terlibat dalam proses pengambilan

keputusan di NATO dan dapat merepresentasikan kepentingan negaranya terhadap

NATO.104 Selain itu, Latvia juga terlibat dalam transformasi NATO melalui

penguatan kapasitas dan operasi internasional. Dibangunnya hubungan Latvia

dengan NATO bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas militer dan pertahanan

Latvia agar siap jika mendapatkan ancaman dari musuh. Salah satu keuntungan

dengan menjadi anggota NATO yang didapatkan Latvia adalah keberadaan

101 Aizsardzibas Ministrija, “Latvia and NATO” yang diakses melalui https://www.mod.gov.lv/en/node/306/latvia-and-nato pada tanggal 26 Juni 2021 pukul 19.53 WIB. 102 Ibid. 103 Ibid. 104 U.S Embassy in Latvia, “NATO Engagement” yang diakses melalui https://lv.usembassy.gov/our-relationship/policy-history/nato/ pada tanggal 26 Juni 2021 pukul 20.00 WIB.

Page 28: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

90

pasukan NATO di wilayah Latvia dan patroli udara yang dilakukan oleh NATO di

wilayah Latvia. Hal inilah yang membuat Latvia membangun hubungan dengan

NATO. Selain dapat meningkatkan posisi negaranya, Latvia juga mendapatkan

bantuan keamanan dan militer dari NATO.

Latvia juga memulai hubungan dengan Amerika Serikat guna memperkuat

posisi negaranya. Hubungan antara Latvia dan Amerika Serikat sebenarnya telah

terbangun sejak 1922 saat Latvia mengumumkan kemerderdekaannya pasca

Perang Dunia I.105 Pada dasarnya Amerika Serikat tidak pernah mengakui

pendudukan Uni Soviet terhadap Latvia. Oleh karena itu, Amerika Serikat selalu

menggap bahwa Latvia adalah negara yang merdeka. Amerika Serikat telah

banyak membantu Latvia. Amerika Serikat juga memberikan security assistant

kepada Latvia dalam bentuk pendanaan Foreign Military Financing (FMF) dan

International Military Education and Training (IMET). Pada tahun 2020, Amerika

Serikat menyediakan dana sekitar 19 juta dolar untuk keperluan security assistant

Latvia.106 Dalam bidang ekonomi, selain menjalin kerjasama, Latvia juga

bergabung dalam program visa waiver Amerika Serikat yang membuat masyarakat

Latvia mendapatkan bebas visa selama 90 hari untuk kepentingan bisnis atau

pariwisata.107 Hubungan dengan Amerika Serikat ini membuat Latvia memiliki

105 U.S Department of State, “U.S. Relations With Latvia” yang diakses melalui

https://www.state.gov/u-s-relations-with-latvia/ pada tanggal 25 Juni 2021 pukul 21.40 WIB. 106 Ibid. 107 Ibid.

Page 29: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

91

kekuatan militer yang baik. Hal ini juga dapat membuat Latvia memperkuat posisi

negaranya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Latvia memiliki fokus

untuk memperbaiki kondisi negaranya baik dari segi politik, ekonomi, pendidikan

dan sebagainya. Latvia juga berusaha untuk memperkuat posisi negaranya dengan

membangun hubungan dengan Uni Eropa, NATO, maupun Amerika Serikat.

Berbeda dengan Rusia yang ingin mengembalikan kejayaannya seperti pada masa

Uni Soviet. Melalui kebijakan luar negeri Russian World-nya, Vladimir Putin

berusaha untuk mengambil alih kembali negara-negara yang sebelumnya pernah

menjadi bagian dari Uni Soviet. Hal ini kemudian dapat menjelaskan tindakan

aneksasi yang dilakukannya terhadap Krimea. Oleh karena itu, pada sub-bab

selanjutnya penulis akan membahas mengenai strategi Hybrid Warfare yang

digunakan Rusia dan proses Aneksasi Krimea oleh Rusia.

2.2. Aneksasi Krimea Oleh Rusia

Krimea merupakan sebuah wilayah yang terletak di pantai utara Laut Hitam

dan pantai barat Laut Azov yang berbatasan langsung dengan wilayah Ukraina

Utara.108 Masyarakat Krimea dalam kehidupan sehari-harinya lebih sering

menggunakan Bahasa Rusia, walaupun sebenarnya bahasa resminya adalah Bahasa

Ukraina.109 Hal tersebut dikarenakan masyarakat Krimea memiliki ikatan budaya dan

108 Irvand Sahir, Loc. cit. 109 Ibid.

Page 30: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

92

sejarah yang kuat dengan Rusia. Dalam sejarahnya, Krimea menjadi wilayah

independen hanya kurang dari empat dekade dan lebih sering berada dalam

penguasaan negara lain.110 Negara-negara yang pernah menguasai Krimea adalah

bangsa Yunani, Bulgaria, Scythians, Romawi, Gots, Hun, Khazars, Kievan Rus,

Kekaisaran Bizantium, Venesia, Genoa, Kipchaks, Mongol Golden Horde,

Kekaisaran Ottoman, Kekaisaran Rusia, Uni Soviet, Nazi Jerman, dan Ukraina.111

Krimea berada dalam penguasaan Rusia pada tahun 1783, setelah melakukan

berbagai upaya penyerangan terhadap Kekaisaran Ottoman.112 Pada tahun 1930-an

terjadi peristiwa deportasi massal yang menyebabkan Etnis Tatar dipindahkan ke

Siberia dan Republik Asia Tengah Soviet seperti Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan,

dan beberapa wilayah lainnya. Sedangkan wilayah Krimea diisi dengan Etnis Slavia

atau Rusia, sehingga mempengaruhi keseimbangan etnis di wilayah tersebut.113

Depotasi massal tersebut merupakan kebijakan Stalin untuk menghilangkan Etnis

Tatar yang membuat Krimea menjadi multikultural. Pada tahun 1954, Wilayah

Krimea ditransfer menjadi milik Ukraina untuk merayakan 300 tahun Perjanjian

Perevaslav yang ditandatangani oleh Ukraina dan Tsar Rusia.114 Pada Bulan Februari

1954, Rusia mengeluarkan petisi kepada Uni Soviet untuk menyetujui transfer

wilayah tersebut, namun dekrit pemindahan wilayah tersebut baru di setujui oleh

110 Lintank Wahyu Sudibyo, Loc. cit. 111 Ibid. 112 Indriana Kartini, Loc. cit. 113 Ibid. 114 Ibid.

Page 31: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

93

hukum pada 26 April 1954 oleh Kruschev.115 Namun, hal tersebut justru mendorong

ketegangan etnis di Krimea. Menurut Elena Mizrokhi setidaknya terdapat tiga faktor

yang mendorong ketegangan etnis di Krimea, yaitu :

• Etnis Tatar menganggap bahwa Krimea merupakan tanah air mereka dan

merekalah satu-satunya penduduk asli Krimea yang dibuktikan melalui

keberadaannya sejak abad ke-15 hingga abad ke-18;

• Rusia menganggap bahwa Krimea merupakan wilayah mereka karena

Krimea merupakan bukti kejayaan Cathrine Agung dan Kekaisaran Tsar

Rusia, sedangkan Etnis Tatar merupakan bagian dari invasi dan kolaborator

asing;

• Ukraina menganggap Krimea merupakan wilayahnya karena faktor

kedekatan geografis, budaya dan etnisitas.116

Ketiga pandangan yang berbeda tersebut membuat ketegangan di Krimea mejadi

semakin memanas. Hingga akhirnya melahirkan tiga kelompok berbeda yaitu

kelompok yang pro Rusia, Kelompok Komunis dan kelompok yang pro terhadap

Ukraina.

Setelah kemerdekaan Ukraina pada tahun 1990, Krimea resmi menjadi

wilayah dari Ukraina. Namun, hal tersebut justru melahirkan gerakan separatisme di

Krimea. Terjadinya separatisme tersebut di dorong oleh dua faktor yaitu diskriminasi

115 Ibid. 116 Ibid.

Page 32: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

94

terhadap Etnis Muslim Tatar dan kehadiran minoritas Rusia.117 Pada tahun 1992

Duma Rusia menentang transfer wilayah Krimea pada Ukraina dan mendeklarasikan

bahwa transfer wilayah tersebut ilegal.118 Hal tersebut membuat hubungan antara

Rusia dan Ukraina makin memburuk. Terlebih lagi terdapat perselisihan antara

Ukraina dan Rusia mengenai penempatan armada kapal Rusia di Laut Hitam. Namun,

perselisihan tersebut berakhir dengan di tandatanganinya kesepakatan antara Rusia

dengan Ukraina mengenai penempatan armada Laut Hitam Rusia di Krimea hingga

tahun 2017.119 Kemudian perjanjian tersebut diperpanjang pada tahun 2010 dengan

perpanjangan masa sewa 25 tahun dimulai dari tahun 2017 dan tambahan 5 tahun

masa sewa. Kesepakan tersebut tertuang dalam perjanjian fleet for gas yang berisi

mengenai pertukaran antara perpanjangan masa sewa armada Laut Hitam Rusia dan

Ukraina mendapatkan potongan 30% untuk impor gas dari Rusia.120

Presiden Viktor Yanukovych pada masa kepemimpinannya menunjukkan

sikap yang pro terhadap Rusia dengan ditandai dengan di tandatanganinya perjanjian

fleet for gas. Sikap pro terhadap Rusia tersebut juga terlihat dengan keputusannya

untuk menolak perpanjangan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa. Hal tersebut

membuat masyarakat Ukraina marah karena banyaknya masyarakat Ukraina yang

ingin berintegrasi dengan Uni Eropa. Pada tanggal 21 November 2013 terjadi aksi

demonstrasi masyarakat yang menginginkan integrasi dengan Uni Eropa yang disebut

117 Ibid. 118 Ibid. 119 Radhitya Hadi Rahman, Loc. cit. 120 Indriana Kartini, Loc. cit.

Page 33: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

95

dengan gelombang Euromaidan atau Eurosquare.121 Gelombang tersebut

menyebabkan masyarakat Ukraina terpecah menjadi dua yaitu masyarakat yang

menginginkan integrasi dengan Eropa dan Rusia atau yang disebut dengan forward to

the west vs back to the USSR.122 Puncak aksi protes tersebut terjadi pada Februari

2014 ketika aparat polisi merespon protes tersebut dengan cara konfrontatif hingga

membuat gelombang demonstrasi semakin besar dan Presiden Viktor Yanukovych

meninggalkan ibukota negara pada tanggal 21 Februasi 2014.123

Sepeninggal Presiden Viktor Yanukovych, parlemen menunjuk presiden

sementara dan telah diakui oleh PPB dan Uni Eropa. Namun, presiden sementara

tersebut dianggap ilegal oleh Rusia dan dianggap sebagi bentuk kudeta. Bahkan Rusia

juga menuduh Amerika Serikat mendanai gerakan demonstrasi Ukraina dan

menganggap bahwa Presiden Viktor Yanukovych diberhentikan secara ilegal serta

masih menganggap bahwa Yanukovych merupakan presiden Ukraina.124 Pada tanggal

26 Februari 2014 pasukan Rusia mulai memasuki wilayah Krimea125 untuk

melakukan operasi. Operasi yang dilakukan militer Rusia berlangsung selama tiga

minggu tanpa perlawanan berarti dari militer Ukraina.126 Rusia dapat dengan mudah

menguasai Krimea dikarenakan beberapa faktor, yaitu pasukan Rusia yang telah

berada di Krimea, jarak yang dekat dengan lokasi-lokasi strategis, dan perintah dari

121 Ibid. 122 Ibid. 123 Ibid. 124 Ibid. 125 Ibid. 126 Devindra Ramkas Oktaviano, Kepentingan Rusia Me-Aneksasi Semenanjung Krimea Tahun 2014,

Jurnal Transnasional, Vol. 7 No. 1, 2015, hal. 1898-1913.

Page 34: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

96

Ukraina kepada pasukannya untuk tidak melakukan perlawanan.127 Setelah itu,

Krimea melakukan pemilihan umum untuk mengganti pemerintahan Krimea, Perdana

Menteri Krimea dan menyerukan referendum tentang otonomi Krimea.

Pada tanggal 16 Maret 2014 dilaksanakan referendum untuk bergabung

dengan Rusia dengan hasil perolehan suara dari Krimea sebesar 96,77% dan

Sevastopol 95,6%, namun ditentang oleh Ukraina, Etnis Tatar, Uni Eropa, dan

Amerika Serikat karena dianggap menyalahi aturan hukum internasional.128

Selanjutnya Krimea mendeklarasikan kemerdekaannya dan memilih bergabung

dengan Federasi Rusia pada tanggal 17 Maret 2014 dan disusul dengan

penandatangan perjanjian penggabungan Krimea dan Sevastopol ke dalam Federasi

Rusia pada tanggal 18 Maret 2014.129 Pada waktu yang sama, Perdana Menteri

Krimea, Ketua Parlemen Krimea, Ketua Dewan Sevastopol, dan Presiden Rusia

menandatangani rancangan undang-undang aneksasi Krimea yang dikenal sebagai

perjanjian aneksasi Krimea.130 Akibat peristiwa tersebut Majelis Umum PBB

mengeluarkan resolusi 68/262 yang menyatakan bahwa penggabungan Krimea dan

Sevastopol tidak valid dan ilegal dan dilanjutkan dengan pernyataan Ukraina bahwa

Krimea sedang dianeksasi oleh Rusia pada tanggal 15 April 2014.131 Untuk

meredamkan kekisruhan politik, Ukraina menggelar pemilu presiden pada tanggal 25

127 Ibid. 128 Indriana Kartini, Loc. cit. 129 Ibid. 130 Devindra Ramkas Oktaviano, Loc. cit. 131 Indriana Kartini, Loc. cit.

Page 35: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

97

Mei 2014 yang dimenangkan oleh Petro Poroshenko.132 Hal tersebut menandakan

bahwa secara sepihak Rusia telah memenangkan sengketa wilayah tersebut.

Pasca keberhasilan Rusia dalam melakukan aneksasi terhadap Krimea, Rusia

gencar untuk terus melakukan serangan disinformatif yang ditujukan kepada Negara-

negara Baltik, terutama Latvia. Selain melakukan serangan disinformatif, Rusia juga

menyerang Latvia dengan menggunakan cyber attack terhadap lembaga-lembaga

krusial Latvia. Salah satu serangan disinformatif yang dilakukan Rusia terhadap

Latvia adalah dengan cara menyebarkan isu separatism yang terjadi di Latgale.

Latgale sendiri merupakan wilayah yang paling timur Latvia yang berbatasan

langsung dengan Rusia. Latgale juga memiliki etnis minoritas Rusia terbesar

dibandingkan wilayah-wilayah lain di Latvia. Serangan ini cukup membuat Latvia

merasa terancam dan merasa curiga bahwa Rusia akan melakukan hal yang

dilakukannye kepada Krimea di Latgale. Selain itu, Rusia juga terus

mempermasalahkan diskriminasi Etnis Rusia yang terjadi di Latvia, walaupun Latvia

telah berusaha untuk menyamakan kedudukan Etnis Rusia dengan etnis asli Latvia.

Bahkan Rusia juga pernah melakukan embargo ekonomi terhadap Latvia akibat

adanya permasalahan diskriminasi etnis tersebut. Serangan-serangan ini terus terjadi

kepada Latvia pasca terjadinya aneksasi Krimea. Hal inilah yang kemudian membuat

Latvia menjadi merasa terancam terhadap serangan-serangan Rusia yang disebut

sebagai Hybrid Warfare.

132 Ibid.

Page 36: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

98

2.4 Pandangan Latvia dan Sekutu Terhadap Manuver Militer Rusia

Dalam sub-bab ini, penulis akan menunjukkan bahwa Latvia benar-benar

merasa terancam dengan strategi Hybrid Warfare Rusia dengan melakukan analisis

terhadap dua indikator yaitu artikulasi pembuat keputusan dan deskripsi pengamat

kontemporer. Kedua indikator ini pada dasarnya memiliki pembahasan yang sama

yaitu pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh para pembuat keputusan baik dari

Latvia ataupun sekutu Latvia yang melihat kondisi ancaman yang dirasakan oleh

Latvia. Untuk pernyataan pembuat keputusan yang berasal dari Latvia, pembuat

keputusannya dapat berupa diplomat, presiden, perdana menteri ataupun orang-orang

penting dalam negara tersebut yang memberikan pernyataan mengenai ancaman yang

dirasakan terhadap Hybrid War Rusia.

Salah satu pernyataan diberikan oleh Sekretaris Menteri Pertahanan Latvia yang

bernama Janis Garisons pada tanggal 12 Oktober 2017, beliau menyatakan bahwa

“Russia is exploiting our weaknesses”.133 Melalui pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa Latvia merasa Rusia sedang mengeksploitasi kelemahannya. Eksploitasi

tersebut dilakukan dengan memanfaatkan konflik diskriminasi Etnis Rusia di Latvia.

Rusia mendukung aksi-aksi protes yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pro-

Rusia yang melakukan demonstrasi di Latvia. Rusia mengirimkan disinformasi untuk

mempengaruhi kelompok-kelompok tersebut, sehingga mereka terprovokasi dengan

Rusia. Rusia juga memanfaatkan perbedaan bahasa, budaya maupun agama di

133 Reid Standish, “Russia’s Neighbors Respond to Putin’s ‘Hybrid War’” yang diakses melalui

https://foreignpolicy.com/2017/10/12/russias-neighbors-respond-to-putin-hybrid-warlatvia-estonia-

lithuania-finland/ pada tanggal 25 Maret 2020 pukul 20.26 WIB.

Page 37: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

99

Latgale agar mereka dapat melakukan separatisme. Terlebih lagi Etnis Rusia

mendominasi wilayah tersebut sehingga lebih mudah lagi untuk Rusia memprovokasi

mereka. Rusia bahkan melakukan cyber attacks terhadap instansi pemerintahan

Latvia. Garisons juga mengatakan bahwa :

“Our aims is now to build societies that are resilient to these kinds of

threats”.134

Pernyataan tersebut mengartikan bahwa pemerintahan Latvia saat ini sedang berusaha

membuat masyarakatnya tidak terpengaruh dengan disinformasi yang disebarkan oleh

Rusia. Pemerintah Latvia juga berharap agar masyarakat tidak mudah percaya atas

berita-berita yang disebarkan oleh Rusia.

Pembuat keputusan lain juga menyatakan pandangannya bahwa ancaman saat ini

adalah perang informasi. Pandangan tersebut disampaikan oleh Menteri Dalam

Negeri Latvia yang bernama Rihards Kozlovskis. Melalui wawancara yang dilakukan

oleh pihak Reuters yang diterbitkan pada tanggal 12 Maret 2015, Kozlovskis

menyatakan bahwa :

“If we talk about domestic security, then one of the threats is the information

war………. in media.”135

Melalui pernyataan tersebut data diketahui bahwa perang informasi merupakan

ancaman terbesar bagi Latvia saat ini. Upaya cyber attack maupun penyebaran yang

disinformasi yang dilakukan oleh Rusia menjadi hal yang sangat bahaya bagi Latvia.

Melalui disinformasi tersebut, Rusia dapat melakukan provokasi terhadap minoritas

134 Ibid. 135 Aija Krutaine, “Latvia Minister Cites Threat From ‘Information War’ Over Russian Minority”

diakses melalui https://www.reuters.com/article/us-latvia-threat-idUSKBN0M823L20150312 pada

tanggal 25 Maret 2020 pukul 14.10 WIB.

Page 38: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

100

Rusia di Latvia sehingga mereka dapat membuat kekacauan bahkan gerakan

separatisme di Latvia. Hal tersebut menjadi ancaman berbahaya bagi Latvia saat ini.

Kozlovkis juga mengatakan bahwa :

“A number of organizations use funding from the Russian state to spread the idea

that Russian speakers are discriminated against and facism is resurging in

Latvia.”136

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Rusia telah memulai perang

disinformasinya terhadap Latvia. Serangan tersebut dilakukan dengan cara

menyebarkan disinformasi mengenai diskriminasi yang terjadi pada entitas berbahasa

Rusia di Latvia yang dilakukan oleh kelompok yang didanai oleh Rusia. Hal ini dapat

menyebabkan konflik jika Latvia tidak dapat mengatasi serangan disinformasi

tersebut.

Pada tahun 2012, Rusia juga pernah menyebarkan disinformasi berupa

referendum untuk menjadikan Bahasa Rusia sebagai bahasa kedua Latvia.137 Berita

disinformasi tersebut juga mengatakan bahwa 40% orang Latvia yang berbahasa

Rusia adalah warga negara kelas dua. Selain itu, juga mengatakan bahwa ekonomi

Latvia lebih buruk setelah bergabung engan Uni Eropa dan Amerika Serikat telah

mendikte kebijakan Latvia serta hubungan yang buruk dengan Rusia.138 Menanggapi

hal tersebut, Janis Sart seorang pejabat nomor dua di Kementerian Pertahanan Latvia

mengatakan bahwa :

136 Ibid. 137 Hal Foster, “#StrongerWithAllies: Meet the Latvian Who Leads NATO’s Fight Against Fake

News” yang diakses melalui https://atlanticcouncil.org/blogs/new-atlanticist/strongerwithallies-latvian-

leads-nato-s-fight-against-fake-news/ pada tanggal 8 April 2020 pukul 14.24 WIB. 138 Ibid.

Page 39: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

101

“It showed the magnitude of Russia’s hold on the information space in the

country”139

Pernyataan tersebut diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2019 oleh Atlantic Council.

Pernyataan Sart tersebut mengandung arti bahwa Rusia telah berhasil untuk

menguasai informasi di Latvia. Sehingga Rusia dapat menyebarkan berita

disinformasi kepada masyarakat, yang dapat mengarahkan opini masyarakat.

Selain itu, juga ada pernyataan oleh Kementerian Pertahanan Latvia mengenai

pengembangan nuklir dengan daya ledak kecil yang dilakukan oleh Rusia. Dikatakan

juga bahwa pasukan Rusia telah dilatih untuk operasi serangan kilat dengan

menggunakan senjata nuklir yang baru dikembangkan itu. Salah seorang pejabat

berperingkat dua di Kementerian Latvia, Janis Garisons, pada tanggal 5 Maret 2020

melalui Washington Examiner mengatakan bahwa :

“ That is probably the most dangerous scenario,” beliau melanjutkan “If you look

at Russian exercises, then you would see that they are exercising for such

scenario.”140

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa latihan Rusia tersebut merupakan suatu hal

yang berbahaya. Hal tersebut dikarenakan jika dilihat dari bentuk latihannya,

Garisons menilai bahwa terdapat skenario yang telah dirancang oleh Latvia. Skenario

tersebut bisa saja ditujukan kepada Latvia, terutama setelah perang disinformasi yang

dilakukan oleh Rusia terhadap Latvia. Oleh karena itu, latihan perang Rusia tersebut

139 Ibid. 140 Joel Gehrke, “Nuclear ‘blitzkrieg’: NATO Ally Latvia Fears Russia Will Stage Swift Invasin Using

Small Nukes” yang diakses melalui https://www.washingtonexaminer.com/policy/defense-national-

security/nuclear-blitzkrieg-nato-ally-latvia-fears-russia-will-stage-swift-invasion-using-small-nukes

pada tanggal 5 April 2020 pukul 18.25 WIB.

Page 40: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

102

dapat menjadi tambahan ancaman bagi Latvia. Selain itu, Garisons juga mengatakan

bahwa :

“If you look at the Crimea scenario that was recently conducted, it is about

actually the copy of the Nazi German Blitzkrieg, in Russion implementation, just,

during the Blitzkrieg, there were no nuclear weapon invented yet.”141

Hal tersebut menunjukkan bahwa skenario yang dilakukan oleh Rusia sama

seperti yang dilakukan oleh Nazi Jerman, hanya saja Jerman tidak menggunakan

nuklir pada saat itu. Jika diperhatikan lebih dalam lagi, kemungkinan skenario dalam

latihan perang Rusia tersebut ditujukan kepada Latvia lumayan besar. Hal tersebut

dikarenakan sebelumnya Rusia telah melancarkan perang disinformasi kepada Latvia

dan melakukan embargo ekonomi akibat diskriminasi terhadap entitas berbahasa

Rusia di Latvia. Latihan perang ini dapat menjadi agresi lanjutan yang akan dilakukan

oleh Rusia terhadap Latvia. Sehingga hal ini membuat posisi Latvia semakin

terancam.

Sekretaris Negara untuk Luar Negeri, Andrejs Pildegovics, mengatakan keadaan

Latvia pasca ancaman yang diberikan oleh Rusia. Melalui wawancara dengan Times

yang diterbitkan pada 3 Oktober 2014, Andrejs Pildegovics mengatakan bahwa :

“the largest crisis since the demise of the Soviet Union.”142

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ancaman yang diberikan oleh Rusia melalui

militer maupun disinformasi yang disebarkan untuk Etnis Rusia, maupun masalah

dugaan diskriminasi terhadap entitas berbahasa Rusia di Latvia menyebabkan Latvia

141 Ibid. 142 Charlotte Mcdonald-Gibson, “Latvia Wary of its Ethnic Russians as Tensions With Moscow

Rise” diakses melalui https://time.com/3456722/latvia-election-russia-ukraine/ pada tanggal 8 April

2020 pukul 15.40 WIB.

Page 41: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

103

mengalami krisis yang sebelumnya belum pernah dihadapi oleh Rusia. Krisis tersebut

paling utama disebabkan oleh tuduhan diskriminasi terhadap entitas berbahasa Rusia

terhadap Latvia oleh Rusia dan retorika yang Rusia ciptakan mengenai dugaan

diskriminasi tersebut. Krisis yang dimaksud disini adalah krisis penduduk yang

diakibatkan oleh tuduhan mengenai diskriminasi minoritas tersebut. Pildegovics juga

mengatakan melalui Times bahwa :

“We cannot repeat events of the 1940s or 1930s when many countries in Europe

lost independence because of illegal acts of big powers at that time, many bells

ring when we hear that a leader of a neighboring country is dismissing the

independent choice of the Ukrainian people… when we hear about the legitimate

right of Russian leaders to protect everyone who knows a word or a syllable in

Russian.”143

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa peristiwa aneksasi Krimea yang dilakukan

Rusia terhadap Krimea membuat Latvia merasa terancam. Hal tersebut dikarenakan

dalam peristiwa tersebut Rusia memanfaatkan retorika minoritas Rusia yang ada di

Ukraina. Latvia sebagai negara yang memiliki minoritas Rusia terbanyak di Baltik

dan memiliki wilayah dan sejarah yang sangat dekat dengan Rusia menjadi merasa

terancam dengan adanya peristiwa tersebut. Latvia tidak ingin peristiwa pada tahun

1940-an atau 1930-an terjadi lagi, karena hal tersebut membuat terjadinya banyak

kerusakan dan kesengsaraan di Latvia. Bagi sebuah bangsa yang merdeka, secara

otomatis mereka tidak lagi menginginkan adanya penjajahan. Melalui peristiwa yang

terjadi di Ukraina membuat Latvia menjadi was-was, terlebih lagi serangan

disinformatif telah masuk ke Latvia.

143 Ibid.

Page 42: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

104

Menteri Luar Negeri Latvia, Edgars Rinkevics juga mengatakan pendapatnya

terhadap ancaman Hybrid War Rusia. Beliau mengatakan bahwa strategi Rusia telah

berubah saat konflik dengan Ukraina dan saat ini Kremlin tidak hanya berusaha untuk

mempengaruhi entitas berbahasa Rusia, namun juga seluruh populasi asing.144 Dalam

wawancaranya dengan The Daily Beast Rinkevics yang diterbitkan pada tanggal 11

Juli 2017, beliau mengatakan bahwa :

“In Latvia they do not just focus on the Russian speakers, the so-called ‘Russian

information space,’ but also reach out to Latvian speakers trying to undermine the

political process, our government’s position on NATO, on the E.U. sanctions, on

the situation in Ukraine.”145

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Rusia tidak hanya memanfaatkan entitas

berbahasa Rusia di Latvia. Namun juga menyerang Etnis Latvia untuk merusak

proses politik maupun posisi Latvia di Nato dan Uni Eropa. Tindakan Rusia seperti

ini justru akan meningkatkan tensi ancaman yang diberikan terhadap Latvia.

Sehingga Latvia harus terus waspada terhadap ancaman Rusia yang terus datang.

Rinkevics juga mengatakan ke The Daily Beast bahwa :

“But we also have some useful idiots in our political class, They sound like agents

of influence. They say we should not care about what Russia does in Ukraine.

Some members of the Harmony party frequently visit Syria, Crimea. I do not know

who they are, but their narrative sounds very much the same as Russia’s

propaganda machine.”146

144 Anna Nemtsova, “The Baltics Try to Wall Out Russian Agent, But Mocow’s Message Still Comes

Through” yang diakses melalui https://www.thedailybeast.com/russias-fear-abroad-the-baltics-try-to-

wall-out-russian-agents-but-moscows-message-still-comes-through pada tanggal 8 April 2020 pukul

16.47 WIB. 145 Ibid. 146 Ibid.

Page 43: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

105

Hal tersebut menunjukkan bahwa golongan pro-Rusia bahkan telah ada yang

memasuki kursi pemerintahan Latvia. Keberadaan mereka bisa saja sebagai penyebar

propaganda agar Latvia tidak waspada terhadap Rusia. Dilihat dari pernyataan

tersebut, orang dari Partai Harmony tersebut bisa saja merupakan orang-orang yang

mendukung aneksasi Rusia terhadap Krimea. Jika hal tersebut memang benar, orang-

orang tersebut dapat menjadi ancaman bagi Latvia karena keberpihakannya atas

Rusia. Rusia juga bisa mengandalkan orang-orang tersebut sebagai agen untuk

menyebarkan propagandanya. Hal tersebut membuat kekhawatiran akan ancaman dari

Rusia semakin tinggi.

Ancaman-ancaman tersebut dirasakan sejak peristiwa aneksasi oleh Rusia

terhadap Krimea. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat timbul dikarenakan Latvia

memiliki entitas berbahasa Rusia yang begitu besar, sama halnya dengan Ukraina.

Terlebih lagi di Latvia terdapat tuduhan diskriminasi terhadap minoritas Rusia dan

serangan disnformasi yang telah dilancarkan oleh Rusia sejak tahun 2012. Selain itu,

Rusia juga melaksanakan latihan perang yang dianggap Latvia terdapat scenario di

dalamnya. Hal-hal tersebut membuat Latvia makin merasakan ancaman terhadap

Rusia. Pernyataan-pernyataan mengenai ancaman yang dirasakan oleh Latvia juga

diberikan pembuat keputusan ataupun pengamat politik dari sekutu Latvia dan

negara-negara lain. Hal tersebut dikarenakan mereka melihat bahwa ancaman yang

dirasakan oleh Latvia benar timbul karena aktivitas yang dilakukan oleh Rusia.

Page 44: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

106

Salah satu pernyataan diberikan oleh Menteri Pertahanan Inggris yang bernama

Michael Fallon, yang merasa prihatin dengan ancaman Rusia yang menyerang

Negara-negara Baltik, yang mana salah satunya adalah Latvia.147 Masalah yang

mengancam tersebut berupa Hybrid War, Cyber War, maupun ketegangan etnis.148

Pernyataan dari Menteri Pertahanan Inggris tersebut menunjukkan bahwa Latvia saat

ini sedang terancam dengan serangan-serangan yang dilakukan oleh Rusia. Fallon

merasa khawatir bahwa Vladimir Putin mengulangi kampanye rahasia yang

digunakan di Krimea dan Ukraina Timur terhadap negara-negara bekas Uni Soviet,

salah satunya adalah Latvia.149 Sekretaris Pertahanan Inggris, menyatakan bahwa

bahaya yang datang terhadap Latvia sebagai “real and present.”150 Hal tersebut

menunjukkan bahwa ancaman yang datang terhadap Latvia telah benar-benar terjadi.

Sekretaris Jendral NATO, Anders Fogh Rasmussen, menyatakan bahwa

kemungkinan besar Hybrid War yang dilakukan oleh Rusia bertujuan untuk

mengacaukan Negara-negara Baltik termasuk di dalamnya Latvia.151 Pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa ancaman Hybrid War terhadap Latvia memang benar

adanya.

147 Jakub Palowski, “British MoD Concerned About the Russian Threat in the Baltic Region” yang

diakses melalui https://www.defence24.com/british-mod-concerned-about-the-russian-threat-in-the-

baltic-region pada tanggal 8 April 2020 pukul 20.35 WIB. 148 Ibid. 149 Press Association, “Russia a Threat to Baltic States After Ukraine Conflict, Warns Michael Fallon”

yang diakses melalui https://www.theguardian.com/politics/2015/feb/19/russia-a-threat-to-baltic-

states-after-ukraine-conflict-warns-michael-fallon pada tanggal 8 April 2020 pukul 22.08 WIB. 150 Jakub Palowski, Loc. cit. 151 Ibid.

Page 45: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

107

Pengamat kontemporer lain yang memberikan pandangannya adalah mantan

Komandan Militer Inggris, Kolonel Rupert Wieloch. Pernyataan beliau diterbitkan

melalui Express pada tanggal 1 November 2016. Beliau mengatakan bahwa:

“ I have no doubt, that Russia had ambitions of invanding Estonia, Latvia, and

Lithuania.”152

Pernyataan tersebut menandakan bahwa mantan Komandan Militer Inggris tersebut

sangat percaya bahwa Rusia menjadi sebuah ancaman bagi Latvia. Beliau percaya

bahwa Rusia akan melakukan agresi terhadap Latvia. Beliau juga mengatakan bahwa:

“Because there’s no doubt that Russia is looking at Estonia, and Latvia and

Lithunia as potentially the same as what they did in Ukraine and Crimea.”153

Melalui pertanyaan tersebut Kolonel Rupert Wieloch menunjukkan bahwa Rusia

menganggap Latvia sebagai hal potensial sama seperti Krimea. Beliau sangat yakin

bahwa Rusia akan melakukan agresi terhadap Latvia. Hal tersebut menunjukkan

bahwa Rusia dapat menjadi ancaman terbesar bagi Latvia.

Badan Penelitian Pertahanan Swedia juga memberikan tanggapan terkait

ancaman Rusia terhadap Baltik yang mana salah satunya adalah Latvia. Robert Dalsjo

mengatakan bahwa :

“The official view is also that if any war does take place in the Baltic region, then

we will all be affected.”154

152 Ajay Nair, “Now NATO Responds to Putin: Military Drills on Russia’s Doorstep Sends Warning to

Moscow” yang diakses melalui https://www.express.co.uk/news/world/727525/nato-forces-respond-

russia-military-drills-latvia pada tanggal 8 April 2020 pukul 21.25 WIB. 153 Ibid.

Page 46: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

108

Peryataan tersebut diteribitkan oleh Euractiv pada tanggal 16 April 2019. Melalui

pernyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa jika Rusia melancarkan agresinya

terhadap Baltik akan berdampak ke negara lain termasuk Swedia. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ancaman Rusia ini memang benar-benar berbahaya. Pada

tanggal yang sama Euractiv menerbitkan pernyataan dari Menteri Pertahanan Swedia,

Peter Hultqvist kepada AFP. Beliau mengatakan bahwa :

“I don’t talk about the threat directly to Sweden, I talk about a security situation

that is worse today than 10 years ago.”155

Pernyataan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa keadaan keamanan saat ini

sangat buruk. Hal tersebut dikarenakan upaya Rusia yang ingin menciptakan Russian

World dengan memberikan ancaman terhadap negara-negara bekas Uni Soviet

terutama Baltik.

Pengamat kontemporer yang berasal dari Region Baltik juga memberikan

tanggapannya terhadap ancaman dari Rusia. Melalui terbitan New Yorks Times pada

tanggal 1 Januari 2017, Direktur Departemen Keamanan Lithuania, Darius Jaunikis

mengatakan bahwa :

“Here in the Baltics, we experience an avalanche of propaganda against our

states, its purpose is to subvert our political and social coherence, to spread

154 Reporter Euractiv dan AFP, “Amid Worries Over Russia, Sweden Returns Troops to Baltic Island”

yang diakses melalui https://www.euractiv.com/section/politics/news/amid-worries-over-russia-

sweden-returns-troops-to-baltic-island/ pada tanggal 25 April 2020 pukul 13.00 WIB. 155 Ibid.

Page 47: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

109

mistrust between state authorities and society, and even to disclaim our

statehood.”156

Pernyataan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa tujuan dari propaganda yang

dilakukan oleh Rusia terhadap Negara-negara Baltik termasuk Latvia adalah untuk

memunculkan ketidakpercayaan antara masyarakat dan pemerintahaan. Hal tersebut

juga dilakukan untuk menumbangkan koherensi politik di Latvia dan Negara-negara

Baltik lainnya. Sehingga Rusia dengan mudah masuk dan mengambil alih wilayah

Latvia dari pemerintahan sahnya.

Seorang senior di Atlantic Council sebuah lembaga riset yang berbasis di

Washington DC, Agnia Grigas mengatakan pendapatnya kepada Al Jazeera. Grigas

mengatakan bahwa Rusia mungkin tidak akan melakukan agresi langsung, namun hal

tersebut tidak berarti Latvia dan Negara-negara Baltik lain serta Polandia tidak

beresiko. Grigas mengatakan pada Al Jazeera yang diterbitkan pada 7 Juli 2016,

bahwa :

“Russia could resort to fomenting separatists, training local radicals or militants,

sending its own activists and volunteers over the border. Potential conflicts could

spill over the border so Russia’s frontier states are right to bolster their defences

when the security environment in Europe has been transformed.”157

Walaupun di dalam pernyataan tersebut Grigas tidak menyebutkan langsung bahwa

ancaman Rusia tersebut menyasarkan Latvia atau Negara-negara Baltik. Namun

156 Eric Schmitt, “U.S Lending Support to Baltic States Fearing Russia” yang diakses melalui

https://www.nytimes.com/2017/01/01/us/politics/us-baltic-russia.html pada tanggal 25 April 2020

pada pukul 13.41 WIB. 157 Jelena Solovjova, “Is Russia Really A Threat to Baltic States?” yang diakses melalui

https://www.aljazeera.com/indepth/features/2016/07/russia-threat-baltic-states-160707054916449.html

pada tanggal 25 April 2020 pukul 14.00 WIB.

Page 48: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

110

pernyataan tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa ancaman tersebut

ditujukan terhadap Negara-negara Baltik. Ancaman tersebut dapat berupa

pembentukan kelompok separatism ataupun pelatihan terhadap kelompok radikal

lokal. Melalui perang disinformasi yang telah dilancarkan oleh Rusia, bisa saja hal

tersebut menjadi langkah awal untuk membentuk kelompok separatisme di Latvia

terutama Latvia memiliki minoritas Rusia yang sangat banyak.

Pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh para pengamat kontemporer

tersebut menunjukkan bahwa mereka juga waspada terhadap ancaman yang diberikan

oleh Rusia. Selain itu, mereka juga merasa bahwa ancaman yang diberikan kepada

Latvia yang merupakan salah satu negara Baltik memang benar adanya. Walaupun

agresi Rusia tidak secara langsung, namun kemungkinan untuk itu selalu ada. Hal

tersebut dikarenakan perang disinformasi yang telah dilancarkan Rusia kepada Latvia

sejak lama yang bisa merujuk pada pembentukan kelompok separatisme di Latvia

dengan memanfaatkan situasi diskriminasi minoritas Rusia di Latvia. Hal-hal tersebut

menunjukkan bahwa Latvia benar-benar berada dalam ancaman Rusia dengan

intensitas yang semakin meninggi. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian

membuktikan bahwa Latvia benar-benar merasakan bahwa strategi Hybrid Warfare

Rusia sebagai sebuah ancaman. Latvia takut bahwa Rusia bisa saja melakukan apa

yang Rusia lakukan terhadap Krimea pada negaranya. Hal ini sesuai dengan yang

disebutkan oleh Cohen bahwa bukti sebuah negara merasakan negara lain sebagai

sebuah ancaman dapat dilihat dari pernyataan negara tersebut maupun sekutu negara

Page 49: BAB II DINAMIKA HUBUNGAN LATVIA-RUSIA 2.1. Sejarah Umum

111

tersebut yang menunjukkan bahwa mereka melihat negara tersebut terancam oleh

negara lain. Melalui ancaman-ancaman yang Latvia rasakan, Latvia pada akhirnya

berusaha untuk membuat respon-repson untuk melindungi negaranya. Respon-respon

Latvia ini, akan dijelaskan penulis pada bab selanjutnya.