BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    1/23

    BAB IIDUALISME PENELITIAN HUKUM

    Telah diketahui bersama bahwa perbedaan pemahaman para ahli

    mengenai eksistensi dari ilmu hukum menimbulkan perdebatan yang

    berkepanjangan. Perdebatan itu didasari oleh perbedaan menganai batasan

    definisi hukum itu sendiri, mazhab yang dianut, sejarah perkembangannya,

    hingga pengkategorian ilmu hukum termasuk dalam ilmu sosial atau berdiri

    sendiri sebagai ilmu hukum.

    Para penganut faham positivisme (kaum legisme formal) selalu

    mengatakan bahwa ilmu hukum adalah ilmu yang mendasarkan pada sistem

    norma yang eksklusif (paham normatif). Hukum sebagai sistem norma

    berlaku universal dan tidak terkait dengan kondisi sosial di sekitarnya.

    Hukum diperuntukan hanya untuk memberikan justifikasi tentang benar atau

    salah atas suatu duduk perkara atau kasus hukum yang terjadi. Hukum

    hanya berfungsi teknis untuk menyelesaikan perkara-perkara hukum oleh

    para juris ataupun lawyer di dalam pergaulan masyarakat. Proses berpikir

    yang digunakan para Juris atau lawyer selalu menggunakan logika deduktif,

    yaitu berangkat pada norma hukum sebagai premis mayor dan melihat

    duduk perkara sebagai premis minor.Sementara para ahli yuridis sosiologis maupun para sosioloog

    beranggapan bahwa hukum tidak bisa lepas dari keberadaannya di

    masyarakat (paham empiris). Hukum mengalami proses interaksi dengan

    masyarakat secara empiris materialis (nyata) pada proses penciptaan

    maupun ketika diterapkan dalam masyarakat. Selain itu, hukum bisa pula

    dimaknai sebagai gejala sosial dalam bentuk perilaku masyarakat yang ajeg

    dan berulang-ulang.

    Sebelum dibahas lebih lanjut secara detil, alangkah baiknya, guna

    memudahkan pemahaman, maka disepakati saja bahwa kedua pendapat di

    atas adalah benar semuanya. Bahwa terjadinya perbedaan tersebut timbul

    disebabkan karena sisi pandang yang berbeda. Kebenaran tersebut bisa

    dilihat manfaatnya bahwa masing-masing cara pandang para ahli dengan

    aliran yang dianut memberikan kontribusi bagi pembangunan dan

    perkembangan ilmu hukum, termasuk bagi para penstudi atau praktisi

    hukum.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    2/23

    23

    Namun demikian harus pula disadari bahwa, hal ini berakibat juga

    pada persoalan metode penelitiannya, bahan atau data yang digunakan, alat-

    alat dalam penelitian, dan teori yang digunakan, hingga proses analisisnya.

    Tetapi untuk memudahkan dalam mempelajari, maka harus dipahami

    masing-masing secara komprehensif. Ini bisa diibaratkan ketika orang akan

    memasak makanan.

    Memasak nasi goreng memerlukan bahan seperti nasi, minyak, telur

    dan cabe sementara memasak soup ayam membutuhkan bahan air (kuah),

    potongan daging ayam dan sayuran wortel, loncang, kol. Begitu pula alat-alat

    yang digunakan juga berbeda, memasak nasi goreng memerlukan

    penggorengan (wajan) sementara memasak soup ayam memerlukan panci.

    Tahap-tahap memasukan bahan ke dalam ramuan masakan untuk nasi

    goreng dan soup ayam juga berbeda. Jika prosedur yang berbeda ini

    dilanggar maka akan tersaji masakan yang tidak jelas rasanya dan pasti tidak

    enak. Pernahkan membayangkan nasi goreng di masak dalam panci dengan

    menggunakan air yang banyak? Apa jadinya jika orang memasak soup ayam

    menggunakan penggorengan dengan cabe dan minyak sawit? Bisa saja orang

    tetap ngotot bahwa itu bisa saja dilakukan, namun prosedur yang dipaksakan

    tersebut jelas akan menyajikan masakan yang tidak jelas nama dan rasanya.Begitu pula dengan penelitian yang mendasarkan pada paham

    normatif akan berbeda dengan yang empiris. Bahan, teori, alat dan proses

    analisisnya masing-masing mempunyai ketentuan menu sendiri-sendiri.

    Tetapi orang harus yakin bahwa jika prosedur dan tata caranya diikuti secara

    konsiten maka akan tersaji hasil penelitian yang enak dan lezat untuk

    dinikmati. Akhirnya, secara dikotomi tidak bisa mengatakan bahwa nasi

    goreng itu lebih enak dari soup ayam atau normatif itu lebih baik dari

    empiris, masing-masing punya cita rasa dan memberikan kelezatan yang

    tidak bisa dibandingkan satu dan lainnya.

    A. Penelitian Hukum NormatifPenelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

    hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

    dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan

    perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    3/23

    24

    Peter Mahmud Marzuki menjelaskan penelitian hukum normatif

    adalah:

    ... suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum , prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab

    permasalahan hukum yang dihadapi. ... Penelitian hukum normatifdilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep barusebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 1.

    Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji2 memberikan pendapat

    penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan

    dengan cara meneliti bahan kepustakaan (data sekunder) yang mencakup

    :

    a.Penelitian terhadap asas-asas hokum, yaitu penelitiian terhadapunsur-unsur hukum baik unsur ideal (normwissenschaft /

    sollenwissenschaft) yang menghasilkan kaidah-kaidah hukum

    melalui filsafat hukum dan unsur real (tatsachenwissenschaft /

    seinwissenschaft) yang menghasilkan tata hukum tertentu

    (tertulis).

    b. Penelitian terhadap sistematika hukum, yaitu mengadakanidentifikasi terhadap pengertian pokok dalam hukum seperti subyek

    hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dalam peraturan

    perundangan.

    c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, yaitumeneliti keserasian hukum positif (peraturan perundagan) agar

    tidak bertentangan berdasarkan hierarki perundang-undangan

    (stufenbau theory).

    d. Perbandingan hukum, yaitu membangun pengetahuan umummengenai hukum positif dengan membandingkan sistem hukum di

    satu negara dengan sistem hukum di negara lainnya

    e. Sejarah hukum, yaitu meneliti perkembangan hukum positif(peraturan perundagan) dalam kurun waktu tertentu (misalnya

    hukum tanah, perkawinan, perpajakan perusahaan dsb).

    1

    Peter Mahmud Marzuki,2005, Penelitian Hukum, Kencana., hlm. 35.2 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1995, Penelitian Hukum Normatif , Suatu

    Tinjauan Singkat, RajaGrafindo , hlm. 15.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    4/23

    25

    Sementara itu Sutadnyo Wigyosubroto memberikan istilah

    penelitian hukum normatif dengan istilah penelitian doktrinal, yaitu

    penelitian terhadap hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas

    dasar doktrin yang dianut sang pengkonsep atau sang pengembangnya.3

    Penelitian hukum doktrinal tersebut oleh beliau dibagi menjadi 3

    bagian, yaitu:

    a. Penelitian doktrinal yang mengkaji hukum yang dikonsepkansebagai asas hukum alam dalam sistem moral menurut doktrin

    hukum alam.

    b. Penelitian doktrinal yang mengkaji hukum yang dikonsepkansebagai kaidah perundang-undangan menurut doktrin

    positivisme

    c. Penelitian doktrinal yang mengkaji hukum yang dikonsepkansebagai keputusan hakim in concreto menurut doktrin realisme

    1. Objek penelitian hukum normatifPenelitian hukum normatif selalu mengambil isu dari hukum

    sebagai sistem norma yang digunakan untuk memeberikan

    justifikasi preskriptif tentang suatu peristiwa hukum. Sehinggapenelitian hukum normatif menjadikan sistem norma sebagai pusat

    kajiannya. Sistem norma dalam arti yang sederhana adalah sistem

    kaidah atau aturan.4 Sehingga peneilitian hukum normatif adalah

    penelitian yang mempunyai objek kajian tentang kaidah atau

    aturan hukum. Penelitian hukum normatif meneiliti kaidah atau

    aturan hukum sebagai suatu bangunan sistem yang terkait dengan

    suatu peristiwa hukum. Penelitian ini dilakukan dengan maksud

    untuk memberikan argumentasi hukum sebagai dasar penentu

    apakah susatu peristiwa sudah benar atau salah serta bagaimana

    sebaiknya peristiwa itu menurut hukum .

    Sehingga apabila orang akan melakukan penelitian hukum

    normatif, maka ia akan memulai dari suatu peristiwa hukum dan

    selanjutnya akan dicari rujukan pada sistem norma, seperti

    peraturan perundangan, asas-asas hukum maupun doktrin-doktrin

    3 Sutandyo Wigyosubroto, Op.cit, hlm. 147-160.4 Ranuhandoko, 2003, Terminologi Hukum, Jakarta, Grafika. hlm. 419.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    5/23

    26

    hukum yang diajarkan para ahli untuk mencari konstruksi hukum

    maupun hubungan hukumnya.

    Misalkan orang tertarik pada fenomena otonomi daerah,

    fenomena ini akan diuraikan satu persatu berdasarkan ketentuan

    peraturan perundangan yang ada (UU Otonomi Daerah). Ternyata

    banyak hal bisa didapatkan mengenai persoalan hukum dari aturan

    perundagan mengenai peristiwa tersebut. Dari tata cara pemilihan

    pemerintah daerah melalui PILKADAL, fungsi pengawasan DPRD

    terhadap Pemerintah Daerah, Penganggaran Daerah, retribusi

    daerah dan sebagainya. Persoalan di atas tinggal ditentukan secara

    spesifik mana yang akan dibahas lebih lanjut. Apakah aturan

    tentang penganggaran daerah misalnya, telah sesuai dengan

    ketentuan perundangan yang lebih tinggi. Apakah tata cara

    pengwasan oleh DPRD terhadap pemerintah daerah telah mampu

    mewujudkan prinsip good governance dan sebagainya.

    Peneitian normatif hanya berhenti pada lingkup konsepsi

    hukum, asas hukum dan kaidah peraturan saja. Tidak sampai pada

    perilaku manusia yang menerapkan peraturan tersebut. Sehingga

    tidak perlu mengkaji apakah anggota DPRD menjalankan ketentuantentang fungsi pengawasan kepada pemerintah daerah dengan

    baik atau tidak. Di samping itu juga tidak perlu meneliti dengan

    seksama tentang perilaku para politisi dalam mengikuti PILKADAL.

    Contoh lainnya, apabila oang tertarik dengan investasi asing

    di Indonesia cukup mengakaji mengenai segala ketentuan tentang

    fenomena tersebut. Segala aturan perundangan dari proses

    perijinan, pengiriman masuknya peralatan, pembuatan kontrak

    karya, kontrak tenaga kerja asing dan lokal, hingga pembutan

    perusahaan joint venture. Apakah semua ketentuan dan kontrak

    tersebut telah sesuai dengan prinsip dan asas hukum serta

    peraturan perundangan yang ada baik secara vertikal ataupun

    horisontal? Orang tidak perlu meneliti perilaku dari para tenaga

    kerja asing ketika bekerja di Indonesia atau mempertanyakan

    mengenai perilaku para investor asing yang seringkali angkuh

    dalam proses negosiasi pembuatanjoint venture agreementdenganpengusaha Indonesia. Juga tidak perlu meneliti mengenai perilaku

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    6/23

    27

    investor asing yang suka menyuap para birokrat dalam proses

    mengurus perijinan.

    Penelitian hukum normative menempatkan sistem norma

    sebagai objek kajiannya. Sistem norma yang dimaksud sebagai

    objek kajian adalah seluruh unsur-unsur dari norma hukum yang

    berisi nilai-nilai tentang bagaimana seharusnya manusia

    bertingkah-laku. Unsur-unsur tersebut adalah :

    a. Norma dasar (basic norm)b. Asas-asas hukumc. Kitab Undang Undang atau Perundang-undangand. Doktrin atau ajaran hukume. Dokumen Perjanjian (kontrak)f. Keputusan Pengadilang. Keputusan Birokrasih. Segala bentuk dokumen hukum yang dibuat secara formal dan

    mempunyai kekuatan mengikat

    Penelitian hukum normatif akan menkaji objek tersbut dan

    dikaji dari sistematika berdasar ketaatan pada struktur hukumsecara hierarkis untuk memberikan sebuah pendapat hukum dalam

    bentuk justifikasi (preskriptif) terhadap sebuah peristiwa hukum.

    Beberapa contoh berikut ini mungkin bisa menjelaskan diskripsi di

    atas:

    a. Misalnya akan meneliti mengenai hubungan buruh dan majikandalam hukum ketenagakerjaan, maka bisa diamati hubungan

    hukum yang dibuat dalam perjanjian kerja tersebut, apakah

    didasarkan pada sebuah kontrak kerja yang benar menurut

    ketentuan perundangan yang ada?, atau apakah peraturan

    perundangan yang mengatur ketenagakerjaan telah sesuai

    dengan asas-asas hukum ketenagakerjaan seperti no work no

    pay, dan apakah asas-asas tersebut telah sesuai dengan nilai-

    nilai keadilan sosial yang terdapat dalam Pancasila sebagai

    norma dasar sistem hukum di Indonesia?

    b. Jika mengamati Perda sebuah Kabupaten yang mengaturtentang pungutan dan retribusi misalnya, apakah Perda tersebut

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    7/23

    28

    tidak bertentang dengan peraturan perundangan di atasnya

    seperti Keputusan Menteri, Instruksi Presiden dan Undang-

    undang yang terkait dengan pungutan dan atau kewenangan

    daerah?

    c. Dalam Hukum perusahaan misalnya, Apakah kontrak kerjasamayang dibuat antara satu perusahaan dengan perusahaan lain

    sudah sesuai dengan asas hukum perjanjian serta tidak

    melanggar keputusan direksi dan Putusan Rapat Umum

    Pemegang Saham atau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

    Tangga perusahaan serta peraturan perundagan yang terkait?

    d. Dapat juga diamati apakah mahalnya biaya sekolah yangditetapkan oleh Keputusan Rektor sebuah Perguruan Tinggi

    sudah sesuai dengan hak atas pendidikan bagi warga negara

    dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional?

    e. Dalam sebuah penelitian yang mengkaji tentang apakah prinsipuntuk kepentingan umum dari fungsi sosial atas tanah dalam

    rumusan peraturan perundangan tidak melanggar asas

    kepastian hukum dalam perlindungan hak milik perseorangan?

    f.

    Dalam dunia peradilan misalnya, apakah putusan hakim dalamkasus mega korupsi sudah sesuai dengan nilai keadilan

    berdasarkan Undang Undang Anti Korupsi dan Kitab Undang

    Undang Hukum Pidana?

    Objek Kajian dari penelitian hukum normatif selalu

    bersumber dari sistem norma yang seluruh bahannya dianggap

    telah tersedia, sehingga tidak perlu untuk mencari informasi

    tambahan yang bukan dari sumber tersebut. Hal ini perlu dijadikan

    pedoman untuk dijadikan batasan yang jelas.

    Hal yang seringkali bisa menimbulkan kesalahan bagi peneliti

    ketika melakukan penelitian adalah mencampuradukan antara

    norma dengan perilaku. Intinya penelitian hukum normatif

    berhenti pada penelitian mengenai sistem norma saja dan tidak

    mengkaji mengenai perilaku seseorang atau lembaga dalam

    melaksanakan atau menjalankan norma tersebut.

    Skema Objek Kajian Penelitian Hukum Normatif

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    8/23

    29

    2. Hasil dan Manfaat Penelitian Hukum NormatifBeberapa hasil dan manfaat dari penelitian hukum normatif

    adalah :

    a. Menentukan hubungan dan status hukum para pihak dalamsebuah peristiwa hukum

    b. Memberikan penilaian (justifikasi) hukum terhadap suatuperistiwa hukum. Apakah salah ,benar atau apa yang sebaiknya

    menurut hukum

    c. Meluruskan dan menjaga konsistensi dari sistem normaterhadap , norma dasar, asas-asas,doktrin, kontrak serta

    peraturan perundangan yang berlaku atau yang akan

    diberlakukan

    3. Bahan Hukum dalam Penelitian Hukum NormatifDalam penelitian selalu diperlukan bahan atau data yang akan

    dicari kemudian diolah dan selanjutnya dianalisis untuk mencari

    jawaban dari permasalahan penelitian yang diajukan.

    Beberapa ahli berbeda pendapat dalam penggunaan kata untuk

    memberikan peristilahan terhadap materi tersebut. Soerjono Soekanto

    menggunakan istilah data sekunder atau data kepustakaan yang didalamnya mengandung bahan hukum, sementara Peter Mahmud tidak

    aturan perundanganmengenai suatu

    peristiwa hukum

    Undang

    aturan perundanganyang dibawahnya

    aturan yang

    sederajad

    Dokumen

    Kontrak

    Basic Norm

    Asas asas

    DoktrinHukum

    Putusan

    Pengadilan

    UUD 1945

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    9/23

    30

    menggunakan istilah data, namun langsung mengatakan sebagai

    bahan hukum. Pemilihan peristilahan ini bukannya tanpa alasan,

    menurut beliau memang harus dibedakan antara bahan dengan data,

    yaitu:

    a. Istilah bahan adalah terjemahan dari bahasa Inggris yangdisebut material. Sementara data lebih bersifat informasi. Dalam

    penelitian normatif, sistem hukum dianggap telah mempunyai

    seluruh material/bahan, sehingga tidak perlu dicari keluar dari

    sistem norma tersebut. Sedangkan data adalah informasi yang

    harus dicari ke luar dari sistem

    b. Bahan digunakan untuk istilah bagi sesuatu yang normatifdokumentatif, bahan penelitian hukum dicari dengan cara

    penelitian kepustakaan (temasuk wawancara dengan

    narasumber), sementara data digunakan untuk sesuatu yang

    informatif empiris dalam penelitian yuridis empiris yang harus

    dicari melalui pengamatan atau observasi ke dunia nyata.

    Bahan hukum atau data sekunder diperinci dalam

    berbagai macam tingkatan, yaitu:5

    a.Bahan hukum primer, bahan hukum yang terdiri atasperaturan perundangan, risalah resmi, putusan pengadilan

    dan dokumen resmi negara

    b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang terdiri atas bukuatau jurnal hukum yang berisi mengenai prinsip- prinsip

    dasar (asas hukum), pandangan para ahli hukum (doktrin),

    hasil penelitian hukum, kamus hukum dan ensiklopedia

    hukum. Wawancara dengan nara sumber seorang ahli hukum

    untuk memberikan pendapat hukum tentang suatu fenomena

    bisa diartikan sebagai bahan hukum sekunder. Namun

    demikian perlu dilihat kapasitas keilmuan dan seyogyanya

    tidak terlibat dengan kejadian tersebut agar komentar yang

    diberikan menjadi obyektif.

    c. Bahan non hukum adalah bahan penelitian yang terdiri atasbuku teks bukan hukum yang terkait dengan penelitian

    5 Peter Mahmud Marzuki, Op.cit., hlm. 141169.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    10/23

    31

    seperti buku politik, buku ekonomi, data sensus, laporan

    tahunan perusahaan, kamus bahasa dan ensiklopedia umum.

    Bahan ini menjadi penting karena mendukung dalam proses

    analisis hukumnya. Misalnya dalam penelitian mengenai

    hukum perusahaan, akan lebih baik orang juga belajar

    mengenai buku manajemen perusahaan, standarisasi laporan

    keuangan dan program kepemimpinan.

    Baberapa ahli menggunakan istilah bahan hukum tersier,

    yaitu bahan hukum yang terdiri atas kamus dan ensiklopedia.

    Tetapi sangat dianjurkan untuk sebaiknya menggunakan

    istilah bahan hukum primer, sekunder dan bahan non hukum

    seperti di atas, karena lebih jelas perbedaan atas kualitas dan

    muatannya.

    B. Penelitian Hukum EmpirisUntuk mendukung perkembangan ilmu hukum, tidak cukup hanya

    dilakukan dengan melakukan studi mengenai sistem norma saja. Hukum

    yang pada kenyataannya dibuat dan diterapkan oleh manusia yang hidup

    dalam masyarakat. Artinya, keberadaan hukum tidak bisa dilepaskan darikeadaan sosial masyarakat serta perilaku manusia yang terkait dengan

    lembaga hukum tersebut. Seperti halnya, seorang dokter yang baik

    diharapkan tidak hanya mampu bekerja untuk menyembuhkan pasien dari

    serangan penyakit, namun sekaligus bisa memberi nasehat bagi pasien

    untuk menjaga keseimbangan makanan serta kebersihan lingkungan

    hidupnya agar tidak terjangkit penyakit lagi.

    Begitu pula seorang penstudi dan praktisi hukum, pada saat tertentu

    diharapkan mampu memberikan penilaian normatif tentang mana yang

    salah dan mana yang benar (atau apa yang seyogyanya) terhadap suatu

    kasus. Ahli hukum secara teknis dan praktis diharapkan mampu membuat

    surat gugatan, memberikan pendapat hukum secara analitis, membuat

    kontrak dan memberikan rujukan mengenai peraturan perundangan yang

    terkait dalam suatu persoalan hukum. Namun di sisi lain, ahli hukum harus

    mampu memberikan penjelasan mengenai proses penegakan hukum yang

    sering kali berjalan lambat, atau mengapa masyarakat tidak menaati hukum

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    11/23

    32

    serta menjelaskan hubungan antara banyaknya pengangguran dengan

    tingkat kriminalitas di masyarakat.

    Perihal ini memang tidak bisa dijelaskan hanya dengan sudut

    pandang normatif saja, ahli hukum sebaiknya juga memahami kondisi dan

    situasi sosial kemasyarakatan dimana hukum itu diterapkan. Oleh karena itu

    penstudi dan praktisi hukum juga perlu melakukan penelitian hukum secara

    sosiologis empiris. Satjipto Raharjo mengatakan bahwa untuk mampu

    memahami hukum lalulintas tidak bisa hanya membaca undang-undang

    laluintas saja, tapi juga harus turun dan mengamati langsung apa yang

    terjadi di jalan raya 6

    Hal ini selain akan memberikan pemahaman yang utuh terhadap

    hukum dalam konteks norma maupun ketika diterapkan dalam konteks

    sosial. Selain itu juga akan memudahkan bagi para penstudi hukum untuk

    mendorong perkembangan ilmu hukum yang mempunyai nilai guna bagi

    masyarakat, begitu pula akan bermanfaat bagi para praktisi dan para

    legislator dalam merumuskan peraturan perundangan agar bisa melindungi

    kepentingan masyarakat banyak sesuai dengan perkembangan jaman.

    Banyak kritikan pedas dari kaum positivis yang mengatakan bahwa

    mempelajari hukum secara sosiologis empiris hanya akan membuang-buangwaktu saja, sebab ilmu tersebut tidak bisa digunakan untuk kepentingan

    praktis penyelesaian kasus hukum yang dihadapi. Argumentasi ini memang

    betul dan tak terbantahkan. Tetapi perlu diingat kalau saja para legislator

    dalam merumuskan peraturan perundangan tidak disertai pertimbangan

    sosiologis maka produk perundangan yang dihasilkan tidak bisa bekerja

    secara maksimal di dalam masyarakat, atau ketika ahli hukum merumuskan

    draft kontrak tanpa melihat kenyataan di lapangan tentang kepentingan

    para pihak sebagai faktor yang perlu dijadikan pertimbangan, maka niscaya

    kontrak tersebut akan banyak diselewengkan pada waktu diberlakukan.

    Bagi hakim yang memeriksa perkara tanpa mempertimbangkan faktor

    sosiologis dalam putusannya, maka putusan terebut akan jauh dari rasa

    keadilan yang hidup dalam masyarakat.

    Untuk itu, tanpa mengurangi rasa hormat para ahli hukum yang

    berpandangan positivis normatif maupun para ahli hukum yang mengusung

    6 Satjipto Raharjo,2006, Sisi lain dari hukum di Indonesia, Jakarta, Kompas.

    hlm. 96.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    12/23

    33

    paham sosiologis empiris, agar melihat sisi positif dari masing-masing aliran

    untuk kemudian diambil manfaatnya bagi perkembangan ilmu hukum.

    Begitu pula dengan para penstudi dan praktisi hukum agar mencoba

    menerapkan kedua faham tersebut secara proposional dan melakukan

    penelitian dengan kedua macam aliran tersebut untuk mendapatkan

    pemahaman hukum yang utuh.

    1. Tipe Penelitian Hukum Empiris

    Secara umum kalau dibaca dalam buku-buku hukum yang

    ditulis para ahli hukum empiris, tidak begitu tampak adanya tipe-tipe

    penelitian di dalamnya. Tetapi kalau dipelajari lebih dalam, maka

    sesungguhnya ada dua tipe penelitian hukum empiris,7 yaitu (1)

    Penelitian hukum yuridis sosiologis dan (2) Penelitian sosiologi

    tentang hukum. Perbedaan kedua tipe penelitian ini akan membawa

    konsekuensi yang luas pada permasalahan yang diajukan, teori yang

    digunakan serta metode penelitian yang diterapkan

    Perbedaaan penelitian yurudis empiris (Sociological

    Jurisprudence) dan Penelitian sosiologi tentang hukum (Sociology of

    Law) adalah:Pertama: Penelitian yuridis sosiologis atau sering disebut

    penelitian hukum yang sosiologis berdasarkan mazhab sociological

    jurisprudence. Penelitian ini berbasis pada ilmu hukum normatif

    (peraturan perundangan) tetapi bukan mengkaji mengenai sistem

    norma dalam aturan perundangan, namun mengamati bagaimana

    reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di

    dalam masyarakat. Penelitian ini juga sering disebut sebagai

    penelitian bekerjanya hukum (law in action) yang mendasarkan pada

    doktrin para realis Amerika seperti Holmes, yaitu bahwa law is not

    just been logic but experience atau dari Roscou Pound tentang law

    as a tool of social engineering dan bukan seperti pandangan para

    positivis bahwa hukum adalah Law as it is written in books yang

    melihat hukum hanya pada aturan sistem norma perundang-

    undangan saja. Misalnya, jika pada penelitian normatif mengkaji dan

    7 Peristilahan ini dipilih oleh penulis untuk memeberikan pembatasan antara

    penelitian hukum yang sociological jurisprudence dan sociology of law

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    13/23

    34

    mencari jawaban tentang suatu kasus hukum berdasarkan aturan

    perundangan apa yang terkait. Kasus pencurian selalu akan dikaitkan

    dengan Pasal 3 KUHP, ganti kerugian dalam wanprestasi akan

    merujuk Pasal 1365 KUHPerdata, tanggung jawab Pemerintah Daerah

    akan dikaitkan dengan undang-undang otonomi Daerah, tidak

    membayar pajak akan dicari sanksinya dalam undang-undang

    perpajakan dan hak warga negara akan dicari rumusannya dalam

    Undang-Undang Dasar 1945.

    Dalam penelitian yuridis sosiologis, tugas peneliti adalah

    mengakaji tentang apa yang ada disebalik yang tampak dari

    penerapan peraturan perundangan (something behind the law ).

    Misalnya meneliti tentang ketaatan masyarakat dalam berlalulintas,

    menjelaskan mengapa para pelaku bisnis enggan membayar pajak,

    peran pemerintah daerah dalam mewujudkan prinsip good

    governance atau mencari jawaban mengapa para pelaku bisnis tidak

    menyelesaikan sengketa perdagangan melalui pengadilan.

    Sutandyo dalam hal ini masih mengatakan bahwa penelitian

    yuridis sosiologis masuk dalam kategori penelitian hukum doktrinal

    tentang hukum in concreto dan penelitian hukum normatif disebutpenelitian hukum in abstracto.8

    Sementara itu, penelitian sosiologi tentang hukum,

    mengharuskan orang untuk melihat hukum dari paradigma yang

    berbeda. Penelitian sosiologi tentang hukum mengkonstruksikan

    hukum bukan sebagai suatu sistem norma dalam bentuk peraturan

    perundangan yang selama ini dipahami, tetapi hukum

    dikonstruksikan sebagai sesuatu perilaku masyarakat yang ajeg, dan

    terlembagakan serta mendapatkan legitimasi secara sosial.9

    Pernahkan kita melihat peraturan perundagan yang mengatur

    bahwa seorang anak harus hormat dan patuh pada orang tua? atau

    ketentuan mengenai para pedagang sapi di pasar hewan Yogyakarta

    akan melakukan transaksi setiap lima hari sekali pada tempat yang

    sama? Pernahkah diperhatikan bahwa pemilihan ketua suku badui

    8 Baca Sutandyo Wigyosubroto, Op cit., hlm. 1471699

    Untuk lebih memahami secara lengkap silahkan baca buku buku sosiologihukum yang ditulis Surjono Sukanto, Satjipto Raharjo, Adam Podgorecki, Alvis S

    Johnson, Ronny Hanitiyo dan lain lain.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    14/23

    35

    dilaksanakan secara demokratis ? Perilaku perilaku masayrakat inilah

    yang dikonstruksikan oleh para sosiolog sebagai hukum yang hidup

    (living Law). Sepintas lalu fenomena ini dapat dikategorikan sebagai

    hukum adat. Pendapat ini memang tidak keliru, tetapi akan lebih baik

    dikatakan sebagai hukum kebiasaan, sebab akan memberi

    pemahaman yang lebih luas dan tidak di persepsikan pada perilaku

    masyarakat tradisionil saja, juga berlaku bagi semua perilaku dalam

    masyarakat modern.

    Kedua: Cara yang pandang yang berbeda terhadap hukum

    antara penelitian hukum sosiologis (sociological jurisprudence)

    dengan penelitian sosiologi tentang hukum (sociologi of law)

    disebabkan karena dasar pijak keilmuan yang berbeda. Penelitian

    hukum sosiologis berdasar pijak pada ilmu hukum sementara

    penelitian sosiologi tentang hukum berdasar pijak ilmu sosiologi.

    Aliran sociological jurisprudence tetap menempatkan system norma

    peraturan perundangan (ketika berinteraksi dengan masyarakat)

    sebagai objek kajiannya sedangkan aliran sociology of law

    menempatkan hukum sebagai perilaku sosial yang terlegitimasi.

    Konsepsi hukum yang berbeda tersebut berakibat padaperbedaaan teori-teori yang digunakan dalam proses analisis.

    Penelitian hukum sosiologis menggunakan teori-teori bekerjanya

    hukum dalam masyarakat seperti: teori efektivitas hukum atau teori

    hukum dan pembangunan yang banyak dikaji oleh para penggagas

    faham realisme, sedangkan penelitian sosiologi tentang hukum

    menggunakan teori-teori ilmu sosial seperti ; teori konflik;teori

    structural; teori peran dan lainnya yang memang dikaji oleh para ahli

    sosiologi bukan ahli hukum .

    Perbandingan penelitan hukum sosiologisdengan penelitian sosiologi tentang hukum

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    15/23

    36

    2.

    Obje

    k

    Kaji

    an

    Pen

    eliti

    an

    Huk

    um

    Emp

    iris

    S

    epert

    i telah diuraikan sedikit di atas, bahwa dalam penelitian hukum empiristerdapat dua tipe atau model yang bisa dilakukan. Model tersebut juga

    akan menempatkan objek kajian yang berbeda pula. Walaupun kedua

    model penelitian ini mengkaji mengenai perliku masyarakat, namun ada

    karakterisrik yang berbeda satu dengan lainnya. Kedua objek kajian

    dari penelitian hukum empiris akan dipaparkan dalam uraian berikut ini

    :

    a. Penelitian Hukum Yuridis SosiologisPenelitian hukum empiris dengan model penelitian yuridis

    sosiologis mempunyai objek kajian mengenai perilaku masyarakat.

    Perilaku masyarakat yang dikaji adalah perilaku yang timbul akibat

    berinteraksi dengan sistem norma yang ada. Interaksi itu mucul

    sebagai bentuk reaksi masyarakat atas diterapkannya sebuah

    ketentuan perundangan positif dan bisa pula dilihat dari perilaku

    Penelitian Yuridis Sosiologis(Sociological Jurisprudence)

    Penelitian Sosiologi tentanghukum (Sociology of Law)

    Berbasis pada ilmu hukum Isu penelitian yang diajukan

    selalu terkait dengan systemnorma atau peraturanperundangan ketika berinteraksidalam masyarakat (law inaction)

    Menggunakan teori teoribekerjanya hukum dalammasyarakat untuk melakukanproses analisis . contoh : teoriefektifitas hukum, hukum danpembangunan dsb

    Pendekatana yang digunakanbisa kualitatif maupunkuantitatif

    Berbasis pada ilmu social Isu penelitian adalah melihat

    hukum sebagai perilaku socialyang ajeg dan terlembagakan.Hukum diposisikan sebagaisesuatu yang hidup dalammasyarakat (living law)

    Menggunakan teori teori ilmusocial dalam proses analisis.Contoh : teori structuralfungsional , teori konflik dsb.

    Banana, pendekatan yangdigunakan adalah kualitatif

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    16/23

    37

    masyarakat sebagai bentuk aksi dalam mempengaruhi

    pembentukan sebuah ketentuan hukum positif10

    Berikiut ini adalah beberapa contoh mengenai objek kajian

    penelitian yuridis empiris :

    1) Misalkan akan mengamati hukum pertanahan tentangpendaftaran tanah. Kita bisa mulai dari aturan perundangan

    yang mengatur pertanahan dan selanjutnya kita amati

    bagaimana perilaku kesadaran masyarakat dalam hal

    pendaftaran tanah (atau sebaliknya). Apakah ada persoalan

    dalam sosialisasi sehingga masyarakat tidak menaati

    peraturan tersebut, atau prosedur yang terlalu berbelit-belit

    sehingga masyarakat enggan mendaftarkan tanahnya, atau

    mahalnya biaya pendaftaran ? .

    2) Jika ingin mengamati perilaku hakim berdasarkan jeniskelamin misalnya, apakah ada perbedaaan dalam

    pengambilan putusan antara hakim laki-laki dan perempuan

    untuk kasus-kasus perkosaan dan kejahatan seksual lainnya.

    3) Atau jika mengamati produk perundang-undangan yangdibuat oleh anggota legislatif, apakah ada hubungannyaantara ketentuan yang dibuat dengan keberadaan partai

    partai yang dominan di dalamnya?

    4) Hal lain yang bisa dikaji adalah mengenai pengaruh tingkatpendidikan dan ketaatan hukum masyarakat dalam

    membayar pajak misalnya dan sebagainnya

    Penelitian yuridis sosiologis bisa pula digunakan untuk meneliti

    efektifitas bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Beberapa ahli dalam

    buku-buku sosiologi hukum mencoba menjelaskan mengenai efektifias

    hukum sebagai bentuk interaksi anatar aturan perundagan (atau sistem

    norma lainnya) ketika dilaksanakan dalam masyarakat. Bentuk

    pelaksanaan sebagai perilaku masyarakat ini akan dipengaruhi oleh faktor

    faktor sosial yang ada dalam diri dan lingkungannya.

    10

    Hukum positif dalam berbagai bentuknya tersebut adalah sama dengan yangdimaksud dalam keterangan mengenai sistem norma pada bab penelitian hukum

    normatif.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    17/23

    38

    Dicoba merumuskan beberapa aspek sosial secara umum dan aspek

    hukum secara khusus yang mempengaruhi perilaku masyarakat ketika

    berinteraksi dengan peraturan perundangan.

    Aspek-aspek sosial secara umum11:

    a. Aspek politikb. Aspek ekonomic. Aspek agama dan budayad. Aspek pendidikane. Aspek genderf. Aspek demografig. Aspek lingkunganAspek Hukum secara khusus 12

    a. Tekstual peraturan perundanganb. Nilai dan kepentingan masyarakat yang diaturc. Prosedur pelaksanaan peraturanPenelitian hukum yuridis sosiologis biasanya dianalisis secara

    diskriptif, yaitu memaparkan dan menjelaskan data yang ditemukan

    dalam penelitian. Penelitian ini tidak memberikan justifikasi hukum seperti

    halnya penelitian hukum normatif, mengenai apakah seuatu peristiwa itusalah atau benar menurut hukum tetapi hanya memaparkan fakta-fakta

    secara sistematis. Pemaparan fakta-fakta empiris yang disampaikan bisa

    dilakukan dengan pendekatan kualitatif ataupun pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan atau metode kualitatif adalah metode yang mengungkap

    fakta-fakta secara mendalam berdasar karateristik ilmiah dari individu

    atau kelompok untuk memahami dan mengungkap sesuatu di balik

    fenomena sedangkan pendekatan kuantitatif adalah metode analisis yang

    mendasarkan pada angka statistik atau bentuk hitungan lainnya sebagai

    pembuktian kebenaran 13

    Contoh sederhana untuk membedakan kedua metode di atas

    misalnya dalam kasus kesadaran hukum masyarakat pelaku Usaha kecil

    11 Baca buku dan tulisan para ahli sosiologi hukum seperti Satjipto Raharjo,Ronny Hanitiyo, Surjono Sukanto dll

    12 Antony Allot, 1981, The Effectiveness of Law ,Valparaiso University of Law

    Review Volume 15 Number 213

    Anslem Strauss, 2003,Dasar dasar Penelitian kualitatif, Pustaka Pelajar hlm4, Lihat juga Parsudi Suparlan, 1994, Metode Penelitian Kasus, Makalah Diskusi, Bandng,

    Yayasan AKATIGA.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    18/23

    39

    menegah terhadap Hak Atas Kekayaan Intelatual (Cipta, Paten, Desain

    Industri dn Merk);

    Dalam analisis dengan pendekatan atau metode kualitatif yang

    perlu diungkap dan dipaparkan adalah: mengapa masyarakat pelaku UKM

    tidak mendaftarkan merek, paten atau desain industrinya? Aspek-aspek

    sosial apa saja yang mempengaruhinya? Apakah prosedur dari

    pendaftaran mahal dan rumit yang menjadi sebab? atau mungkin

    sosialisasi dari undang-undang yang tidak bisa dipahami masyarakat

    dengan baik?

    Sementara dalam pendekatan kuantitatif hanya perlu mengetahui

    berapa banyak masyarakat pelaku UKM yang mendaftarkan dan yang

    tidak mendaftarkan, atau perbandingan berapa banyak merek dagang

    yang didaftarkan oleh pelaku UKM di Perkotaan dan di Pedesaan . Bisa

    pula meneliti statistik pelaku UKM yang setuju untuk diturunkannya harga

    pendaftaran paten dan yang tidak setuju.

    Hasil dan Manfaat Penelitian yuridis Sosiologis

    Hasil dari penelitian yuridis empiris dalam ilmu hukum adalah

    memberikan sumbangsih yang besar sekali namun setidaknya bisadisampaikan beberapa hal berikut ini :

    a. Memberikan gambaran dan masukan secara utuh bagi parapembuat kebijakan atau legislator mengenai bagaimana

    seharusnya sebuah ketentuan peraturan perundagan dibuat

    agar sesuai dan melindungi kepentingan masyarakat.

    b. Mengetahui hambatan-hamabatan mengenai prosedur dan tatacara sebuah ketentuan ketika masyarakat harus

    melaksanakannya supaya bisa dilakukan perbaikan yang lebih

    efektif dalam pemgembangan sistem hukum

    c. Mengetahui pengaruh diterapkannya sebuah ketentuan terhadapperilaku masyarakat, agar tercipta masyarakat yang tertib dan

    berdaya sesuai yang dikehendaki dalam proses pembangunan.

    Skema Objek kajian dalam penelitian yuridis sosiologis

    (Sociological Jurisprudence)

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    19/23

    40

    b. Penelitian Sosiologi Tentang Hukum

    Setelah dipahami mengenai penelitian yuridis sosiologis,

    maka bersama-sama akan membahas mengenai penelitian sosiologitentang hukum. Pada hakikatnya kedua penelitian tersebut

    mempunyai objek kajian yang sama yaitu perilaku masyarakat.

    Kalau penelitian yuridis sosiologis mengamati objek kajian tentang

    perilaku masyarakat ketika berinteraksi dengan sistem norma,

    sedangkan penelitian sosiologi tentang hukum ini mengamati

    bagaimana hukum yang hidup di dalam masyarakat.

    Hukum dalam konteks ini diberi makna dan konsepsi yang

    berbeda dengan hukum seperti halnya yang telah orang ketahui

    dan orang awam pahami. Hukum yang selama ini dikonsepsikan

    sebagai sistem norma berbeda dengan hukum menurut para

    pengamat sosiologi. Hukum menurut mazhab ini dikonsepsikan

    sebagai perilaku masyarakat yang ajeg dan terlembagakan serta

    mendapatkan legitimasi secara sosial dimana masyarakat taat dan

    tunduk kepada hukum tersebut. Perbedaan ini yang membuat

    objek kajian dari keduanya juga berbeda.

    Proses legislasi

    Peraturan

    perundangan

    Putusanpengadilan

    Perilaku Masyarakat

    Kontrak

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    20/23

    41

    Panelitian sosiologi tentang hukum mengamati apa yang

    menjadi karakteristik sebuah perilaku masyarakat di suatu wilayah

    dalam suatu aspek kehidupan sosial untuk selanjutnya dipaparkan

    dan dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mendapatkan

    gambaran yang utuh mengenai hubungan antara kepentingan-

    kepentingan dan segala nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh

    masyarakat tersebut. Nilai dan kepentingan merupakan cerminan

    keyakinan atau ideologi yang dianut masyarakat dalam segala

    aspek kehidupannya seperti aspek polotik, ekonomi, sosial, budaya

    dan agama yang memberi warna serta karateristik bagi kehidupan

    mereka.

    Misalkan kita mengamati aktivitas ekonomi dari masyarakat

    Jogja khususnya para pedagang hewan ternak. Hal yang menarik

    adalah mengapa mereka selalu menjual dagangnya hanya setiap

    lima hari sekali di pasar yang sama? Perilaku masyarakat dalam

    aspek sosial masyarakat jawa yaitu mereka tidak akan bepergian

    atau mengadakan acara pada hari selasa ( Selasa dibaca Seloso

    kependekan dari selo ning menungso: waktu sepi manusia). Begitu

    pula dengan kebiasaan masyarakat dalam menyelasaikan konfliksosial melalui musyawarah yang dihadiri tidak hanya para pengurus

    formal namun jaga para tokoh informal yang dihormati seperti kyai

    atau cerdik pandai. Bagaimana proses musyawarah itu dilakukan

    dan peran tokoh formal dan informal dalam merumusakan

    keputusannya?, serta apakah keputusan tadi mengikat dan ditaati

    oleh masyarakat dengan baik? Juga ketika mengamati kelompok

    masyarakat santri. Bagaimana keyakinan agama mereka

    berpengaruh pada sikap politik?, dan bagaimana pula peran kyai

    yang menjadi panutan bagi masayarakat dalam menetukan partai

    politik tertentu serta seberapa besar kekuatan mengikat dari

    petuah kyai terhadap para santrinya?

    Skema

    Objek kajian Penelitian sosiologi tentang hukum

    (sociology of law)

    Aspek Politik Aspek Ekonomi

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    21/23

    42

    Penelitian sosiologi tentang hukum seringkali dilakukan dengan

    analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pendekatan

    kuatitatif jarang digunakan dalam penelitian tersebut. Pendekatan

    kualitatif ini digunakan untuk mengungkap apa yang ada di balik perilaku

    masyarakat yang tampak untuk memahami hukum yang hidup di

    dalamnya.

    Hasil dari penelitian Sosiologi tentang hukum

    Beberapa hal yang bisa dijadikan manfaat dari hasil penelitian

    sosiologi tentang hukum terhadap pengembangan ilmu hukum adalah:

    a. Memahami apa yang dimaksud hukum dalam suatumasyarakat dan hal-hal apa saja yang menjadi latar belakang

    masyarakat melakukan dan menaatinya.

    b. Mengetahui struktur dan kekuatan sosial yang ada dalammasyarakat sehingga masyarakat menjadi tertib.

    c. Mengungkap nilai nilai serta aspek sosial apa saja yangmelatarbelakangi dalam hal masyarakat menciptakan hukum

    dan menaatinya

    3. Data dalam penelitian hukum empiris

    Penelitian hukum empiris, baik secara yuridis sosiologis ataupunpenelitian sosiologi tentang hukum, kedua duanya menggunakan data

    Aspek Agamadan Budaya

    Aspek SosialLainnya

    HUKUM :

    Perilaku sosial yang ajeg danterlembagakan dan

    terlegitimasi secara sosial

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    22/23

    43

    primer sebagai sumber data yang utama selain data sekunder atau

    kepustakaan.

    Penggunaan data primer dalam penelitian hukum sosiologis ,

    menunjukkan bahwa penelitian ini harus dibangun dari fakta-fakta

    sosial yang terkait dengan bekerjan hukum yang nyata dihadapi oleh

    penulis. Pengamatan secara langsung bisa menggunakan beberpa cara

    yaitu observasi terlibat langsung ataupun melalui quesioner.

    Obersvasi terlibat langsung biasanya digunakan untuk

    mengetahui data secara kualitatif dengan melakukan penggalian

    fakta-fakta sosial tidak hanya yang tampak dipermukaan namun

    justru untuk menggali apa yang sesungguhnya terjadi di balik persitiwa

    nyata tersebut. Ukuran-ukuran tidak dibuat oleh peneliti, tetapi

    diserahkan seluruhnya pada hasil temuan di lapangan. Misalnya,

    bagaimana menjelaskan banyaknya kasus masyarakat tidak menaati

    peraturan lalu lintas atau peraturan tentang pertanahan? dan mengapa

    penegakan hukum menganai hak cipta tidak bisa berjalan dengan baik,

    sehingga masih banyak terjadi kasus pembajakan? Fakta-fakta ini perlu

    dikaji secara lebih dalam dengan menggali apa yang melatarbelakangi

    munculnya persoalan-persoalan di atas. Jelas ini bukan sekedarpersoalan mengenai undang-undangnya, tetapi lebih pada perilaku

    masyrakat yang didasarkan pada nilai-nilai atau kepentingan yang ada,

    tumbuh berkembang bersama masyarakat.

    Sementara cara quesioner biasanya digunakan untuk mengetahui

    data secara kuantitatif. Misalnya jumlah kejahatan, banyaknya

    pengangguran dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Kriteria atau

    ukuran-ukuran ditentukan oleh si peneliti, dan masyarakat sebagai

    responden tinggal menentukan pilihan-pilihan yang sudah tersedia

    dalam lembar pertanyaan. Kebenaran data dari cara quesioner ini

    merupakan kebenaran kuatitatif, sehingga yang menjadi persoalan

    adalah mengenai validitas dan realiabilitas dari pengukuran yang

    dibuat. Untuk lebih jelasnya mengenai tata cara dan cara penerapan

    teknis pencarian data dalam penelitian hukum sosiologis akan dibahas

    dalam bab tersendiri.

  • 7/16/2019 BAB II Dualisme Penelitian Hukum.pdf

    23/23

    44

    Penggunaan data sekunder biasanya digunakan sebagai data

    awal atau sebagai pembanding dalam penelitian hukum sosiologis.

    Peneliti berangkat dari fakta-fakta sosial yang dirujuk dari buku-buku,

    hasil penelitian dan jurnal ilmiah. Data sekunder ini selain disusun

    dalam latar belakang masalah juga digunakan sebagai data hasil

    penelitian yang mendukung data primer dalam proses pembahasan dan

    analisis. Pencarian data sekunder dilakukan melaui studi dokumen atau

    studi kepustakaan. Persoalan yang muncul dalam penggunaan data

    sekunder yaitu mengenai keterkaitan data dengan permasalahan yang

    diajukan dalam penenelitian. Menengenai hal ini akan dibahas dalam

    bab selanjutnya.

    C. Pertanyaan-pertanyaan

    1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif?

    2. Jelaskan obyek penelitian hukum normatif?

    3. Sebutkan unsur-unsur obyek penelitian hukum normatif?

    4. Jelaskan manfaat penelitian hukum normatif

    5. Jelaskan bahan-bahan hukum dalam penelitian hukum normatif?

    6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian hukum empiris?

    7. Jelaskan tipe-tipe penelitian hukm empiris?

    8. Jelaskan obyek penelitian hukum empiris?

    9. Jelaskan manfaat penelitian hukum empiris?

    10. Apakah penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris

    dapat dilaksanakan bersama-sama?