BAB II Expostfacto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian teori kreativitas dan bakat akademik

Citation preview

1

61

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Kajian Pustaka1. Bakat Akademik Khusus a. Pengertian bakat Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau masih laten, bakat memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud (Utami Munandar, 1992). Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan. Bakat juga berbada dengan kapasitas (capacity) dengan sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila latihan dilakukan secara optimal (Conny Semiawan, 1987).Bakat adalah mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupannya, yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecakapan dan keterampilan khusustertentu.bakatbersifat laten potensial sepanjang hidup manusia dan dapat di aktifkan potensinya. (Kartini kartono, 1979). Bakat sebagai benih dari suatu sifat, yang baru akan nampak nyata jika mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang. (Suganda purbakawatja, 1982) 11

Bakat adalah suatu kondisi atau serangkaian karakteristik dari kemampuan seseorang untuk mencapai sesuatu dengan sedikit latihan (khusus) mengenai pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon. (Dyke Bingham dalam Ny.Moesono, 1989). Bakat adalah kondisi dalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus. (Sarlito Wirawan Sarwono, 1979)MenurutU.S Office Of Educationanak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang professional. Dimana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol dapat memberikan potensi yang tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil seminar nasional alternatif pendidikan anak berbakat tahun 1981 adalah mereka yang oleh orang-orang profesional dianggap sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan baik secara optimal maupun yang telah nyata meliputi: kemampuan intelektual umum, akademik akademik, berfikir kreatif produktif, dan kemampuan psikomotor (seperti dalam olahraga).Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu. (Tedjasaputra,2003). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. (Gardner,1993) mengganti istilah bakat dengan kecerdasan yang berupa kecerdasan umum maupun kecerdasan khusus. Sedikitnya ada sembilan kecerdasan atau bakat yang mungkin dimiliki seseorang, yakni logical mathematical, linguistic/verbal, visual spatial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, natural, dan moral/ spiritual. Teori Gardner ini menjadi pegangan bahwa setiap orang memiliki bakat unik dan berbeda. Orang tidak dapat dipaksa berprestasi di luar bakat bakat khusus yang dimilikinya.1. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:2. Bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.3. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar, dan memiliki ciri khusus.4. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.5. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi, termasuk inteligensi, interes (minat), kepribadian, dan keterampilan khusus. Bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu. Arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang.Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat akademik (Conny Semiawan, 1987). Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara umum, sedangkan bakat akademik apabila kemampuan bersifat akademik. Misalnya bakat akademik, social, dan seni kinestetik. Bakat akademik biasanya disebut talent sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted. Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu, demikian menurut Tedjasaputra dalam (Conny, 1987). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. Disamping itu Mariond (Utami Munandar, 2004) mengemukakan bahwa anak-anak berbakat adalah mereka yang di identifikasi oleh para ahli sebagai anak yang mempunyai potensi dan prestasi unggul. Anak-anak ini memerlukan program dan layanan pendidikan yang berbeda dengan yang di laksanakan di sekolah regular agar mereka dapat memberikan nasihat bagi diri sendiri dan masyarakatnya.b. Bakat Akademik Khusus Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, potensi yang dimiliki individu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat akademik. Intelegensi merupakan kemampuan umum, sedangkan kemampauan akademik mengacu pada bakat yang dimiliki oleh individu. Bakat akademik (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi akademik dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuanReven (Conny Semiawan, 1987) dalam tes bakat differensial (differential aptitude test) mengelompokan bakat pemahaman mekanik, bakat kerani, tilikan (pandangan) ruang atau berfikir tiga dimensi, danbakat bahasa.Ny. Moesono (1979) bahwa bakat dapat dikelompokan menjadi 2 bagian sebagai berikut:1. Bakat kemahiran atau kemapuan mengenai bidang pekerjaan yang akademik seperti bakat musik, menari, olahraga,dan sebagainya.2. Bakat akademik tertentu yang memerlukan perantara untuk merealisaikan kemampuan tertentu, contoh bakat insinyur, bakat berhitung menjadi ahali statistik atau akuntansi.Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat akademik, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang:1. Bakat akademik khusus, merupakan kemampuan bawaan akademik yang dimiliki seseorang yang cenderung pada arah akademis, misalnya seseorang tersebut mempunyai kemampuan dalam ilmu matematika, fisika, kimia, bahasa, olahraga dan lain sebagainya2. Bakat kreatif produktif, merupakan kemampuan bawaan akademikseseorang yang mampu berkarya dan menciptakan sesuatu yang baru seperti menghasilkan rancangan arsitektur atau membuat teknologi baru.3. Bakat seni, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang cenderung kearah hiburan atau seni. Misalnya seseorang tersebut pandai melukis, bernyanyi, bermain musik, dan lain sebagainya.4. Bakat kinestik/psikomotorik, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang cenderung pada kinerja seseorang. Misalnya seseorang tersebut pandai bermain basket, menembak, dan lain sebagainya.5. Bakat sosial, merupakan kemampuan seseorang yang dimiliki seseorang yang cenderung mengarah pada interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, misalnya individu tersebut pandai bergaul, pandai berkomunikasi dan lain sebagainya.Utami Munandar (1992) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud, yaitu keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana, dan prasarana yang tersedia. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, tempat tinggal (di daerah perkotaan atau di daerah pedesaan), dan sebagainya. Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa bakat harus didukung oleh lingkungansosial dimana seseorang tinggal atau berada. Jika lingkungan seseorang tidak mendukung, seberapa besar pun bakat seseorang tersebut, tidak akan pernah terwujud. Tetapi hal ini dapat diantisipasi dengan mencari lingkungan yang sangat kondusif sehingga perkembangan bakat anak dapat diharapkan lebih optimal.Conny semiawan (1987) dan Utami Munandar (1992) menegaskan bahwa berbeda dengan kemampuan yang menunjukkan pada suatu kinerja (perfomance) yang dilakukan sekarang. Bakat sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja dapat dilakukakan pada masa yang akan datang. Ada sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan bakat akademik yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Utami Munandar, 1992).Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu Faktor faktor tersebut adalah:1. Interes atau minat. Minat seseorang akan berpengaruh terhadap pengembangan bakatnya. Seseorang yang berminat terhadap hitung menghitung, berpotensi menjadi ahli matematika. 2. Berkembang atau tidak menonjol. Motivasi berkaitan dengan tujuan. Jika kurang motivasi,sedikit saja ada halangan, sudah cukup untuk menghilangkan semangat berlatih.3. Value yaitu bagaimana seseorang memberi arti terhadap pekerjaan itu. Misalnya bila seseorang memberi arti negatif terhadap pekerjaan masih kurang dihargai, maka bakat itu juga terhambat berkembangnya.4. Kepribadian. Anak yang berkembang sesuai bakatnya akan memiliki kepribadian yang lebih positif dibandingkan dengan anak yang tidak sesuai bakatnya. Keadaan ini disebabkan oleh sukses-sukses yang dialaminya, serta penggunaan bakatnya mempengaruhi penyesuaian emosionalnya.5. Konsep diri, ada pengaruh timbal balik antara kepribadian dengan konsep diri.Terdapat sejumlah factor lingkungan yang mempengaruhi berkembangnya bakat pada diri seseorang. Factor-faktor tersebut adalah Faktor faktor tersebut adalah:1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memfasilitasi dalam mengekspresikan bakat yang dimiliki siswa, misalnya untuk bakat olahraga yaitu lapangan bermain, bakat musik yaitu alat musik, dan sejenisnya.2. Lingkungan sosial melalui proses sosialisasi misalnya kebudayaan tertentu membentuk tingkah laku tertentu. Misalnya di Iran mungkin tidak dapat berkembang bakat seni musik, tari, dll. Karena disana misalnya tidak dibolehkan bernyanyi. Jadi kesempatan untuk mengekspresikan bakat tersebut sangat sedikit.3. Lingkungan edukasi, pengembangannya melalui pendidikan formal seperti sebagaimana diajarkan di sekolah.4. Besar atau banyaknya latihan, pengembangan bakat melalui proses training atau latihan.5. Hambatan-hambatan yang ada dalam lingkungan misalnya kemiskinan, cara pengasuhan anak yang khusus, dan sebagainya.6. Kemungkinan untuk mengekspresikan atau mengutarakan bakat misalnya apakah diberikan kesempatan latihan yang cukup, apakah tersedia alat, dsb.Individu yang memiliki bakat akademik dan memperoleh dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat akademiknya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat akademik, maka akan muncul kemampuan berprestasi.Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah prestasi (Utami Munandar, 1992), karena bakat dan kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika diprediksi mampu mencapai prestsi yang menonjol dalam bidang matematika. Prestasi yang menonjol merupakan cerminan dari bakat akademik.Bakat akademik yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat terealisasi dalam bentuk prestasi unggul. Contoh konkret bakat yang tidak memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang dilaporkan dalam hasil penelitian Yaumil Agoes Achir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% peserta didik SD dan SLTP menjadi anak yang Underachiever. Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi. Bakat memang sangat menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang menentukan.Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam aspek bakat akademik, setiap individu memiliki bakat akademiknya masing-masing secara berbeda.Perbedaan bakat akademik ini bisa terletak pada jenisnya dan juga pada kualitasnya. Perbedaan dalam jenisnya terlihat dari kemampuan yang ditunjukkan. Misalnya, seseorang memiliki bakat akademik bekerja dengan angka (numerical aptitude), yang lain lebih menonjol dalam berbahasa (verbal aptitude), sementara yang lainnya memiliki bakat yang menonjol dalam bidang musik.Sedangkan perbedaan dalam kualitasnya mengandung makna bahwa di antara individu satu dengan yang lain memiliki bakat akademik yang sama, tetapi kualitasnya berbeda. Misalnya antara orang yang sama-sama memiliki bakat akademik bekerja dibidang angka. Orang pertama mimiliki kemampuan yang lebih unggul dibanding kemampuan orang kedua. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kecerdasan antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh gen dari orang tua mereka masing-masing. Berikut daftar tabel tingkat kecerdasan / intelegensi Wechsler:IQDESKRIPSIPRESNTASE

130 ke-atas120 129110 11985 10970 8455 6940 5425 - 39Di bawah 25Very superiorSuperiorBright normalAverageBorderlineMidly mentally retarderdModerate mentally retarderdSeverely mentally retarderdProfoundly mentally retarderd2.26.716.150.016.12.10.10.0030.0000005

Tabel 2.1. Tingkat Kecerdasan / Intelegensi WechslerDari sekian banyak peserta didik jika kemampuan individualnya dituangkan kedalam kurva normal, akan membentuk distribusi normal. Artinya, sebagian besar berada pada kemampuan rata-rata, sebagian kecil berda dibawah rata-rata, dan sebagian kecil lagi berada diatas rata-rata. Dilihat dari perspektif ini, peserta didik yang memiliki bakat akademik berada didalam kelompok diatas rata-rata. Agar dapat mewujudkan bakat akademiknya secara optimal mereka memerlukan progam pendidikan akademik sesuai dengan bakatnya yang biasa dikenal dengan istilah pendidikan berdiferensi. Selain dengan progam tersebut, individu yang memiliki bakat akademik juga memerlukan dukungan secara optimal dari lingkungan untuk mengembangkan bakat akademiknya tersebut.Ada sejumlah cara dan langkah yang perlu dilakukan umtuk mengembangkan bakat akademik individu, yaitu sebagai berikut:1. Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan bakat akademiknya.2. Berupaya menumbuh kembangkan minat dan motif berprestasi tinggi dikalangan anak remaja, baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.3. Meningkatkan kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan.4. Mengembangkan program pendidikan berdiferensi disekolah guna memberikan pelayanan yang lebih efektif.5. Perlu keberanian, berani memulai, berani gagal, berani berkorban (perasaan, waktu, tenaga, pikiran, dsb), berani bertarung. Keberanian akan membuat kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala.6. Perlu didukung latihan, Bakat perlu selalu diasah, latihan adalah kunci keberhasilan.7. Perlu didukung lingkungan Lingkungan disini termasuk manusia, fasilitas, biaya, dan kondisi sosial yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat.8. Perlu memahami hambatan dan mengatasinya, maksudnya disini perlu mengidentifikasi dengan baik kendala kendala yang ada, kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasinya.Bila semua aspek diatas dapat terpenuhi maka, pengembangan anak yang mempunyai bakat akademik akan bisa berkembang secara optimal, dan memberikan prestasi yang memuaskan terhadap orang tua, lingkungan sosial serta lingkungan pendidikan2. Tes Bakat Akademik ( Tes TPA/ Tes Potensi Akademik )a. Tinjauan Umum Tes Bakat Tes bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di berbagai area minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan atau pekerjaan.Melalui tes bakat diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan dan minat seseorang. Hasil tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak pekerjaan atau karir apa yang harus dijalani, juga tidak untuk menjawab pertanyaan yang sangat khusus, misalnya Apakah saya dapat menjadi seorang sekretaris?Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Test bakat dibedakan dengan 2 (dua) kelompok yaitu:1. Kelompok Single Test. Tes bakat yang terdiri dari satu jenis tes dan pada umumnya mengungkap kemampuan akademik yang dimiliki seseorang, antara lain: tes sensori, tes artistik, tes klerikal, tes kreativitas, tes Kraepelin dan tes Pauli.2. Kelompok Baterai Tes. Tes bakat yang terdiri dari rangkaian bermacam-macam tes yang masing-masing tes dapat berdiri sendiri, artinya tidak harus digunakan secara keseluruhan. Misalnya: FACT, DAT, TPA dan GATB. Dengan munculnya teknis analisis faktor dalam berbagai penelitian yang berdasarkan teori kecemasan, terutama teori kecerdasan, kelompok faktor dan struktur intelek, yang hasilnya mempunyai pengaruh besar dalam penyusunan tes bakat, termasuk tes multiple bakat. Tes Seri Multiple Bakat adalah sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam bakat. Jenis tes ini tidak hanya mengukur satu macam bakat saja, tetapi dapat menjaring berbagai macam bakat pada banyak subjek. Ada bermacam macam tes seri multiple bakat, diantaranya :1. Differential Aptitudes Test (DAT)2. General Aptitude Test Battery (GATB)3. Falanagan Aptitude Clasification Test (FACT)4. Academic Promise Test (APT)5. Flanagan Industri Test (FIT)6. Guilford Zimmerman Aptitude SurveyPada penelitian ini, jenis tes yang akan digunakan adalah tes TPA, yang merupakan subtes dari tes DAT, yang terdiri atas tes penalaran verbal (verbal aptitude), kemampuan bilangan (numerical ability), penalaran logis (logical reasoning) dan penalaran abstrak (abstract reasoning) yang merupakan jenis tes untuk mengukur bakat akademik peserta didik. Dalam perkembangan tes DAT diketemukan bahwa kombinasi skor tes berpikir verbal, kemampuan numerical, penalaran abstrak kemudian berdasarkan perkembangannya ditambah penalaran logis dapat memprediksi kemampuan akademik akademik peserta didik (Anastasi, 1992). Oleh sebab itu, gabungan keempat subtes tersebut dikenal pula sebagai tes Bakat Skolastik atau tes Potensi Akademik. Berkaitan dengan kemampuan akademik ini, subtes Berpikir Verbal Kemampuan Numerikal, Penalaran Logis dan Penalaran Abstrak dapat digunakan untuk menyeleksi anak programkeberbakatan (gifted). Demikian juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang akan melanjutkan ke pendidikan dan pelatihan yang lebih tinggi. Interprestasi hasil tes Bakat Diferensial dinyatakan dalam angka persentil, sedangkan norma untuk menentukan persentil selalu diperbaharui dari waktu ke waktu.b. Deskripsi Tes Potensi Akademik (TPA)Menurut. Yul Iskandar, Director of Institute of Cognitive Research, Tes Potensi Akademik (TPA), adalah tes untuk mengukur kemungkinan keberhasilan siswa, seandainya siswa diterima di Perguruan Tinggi.Artinya, kalau siswa lulus TPA dengan skor tertentu, berarti siswa ini bisa menyelesaikan studi dengan baik selama kuliah di Perguruan Tinggi, kata Yul Iskandar.Tes Potensi Akademik atau yang biasa disingkat menjadi TPA merupakan tes yang mengukur kemampuan berpikir siswa, meliputi kemampuan pemahaman dan penalarannya saat ini. Tingkat kemampuan berpikir siswa ditentukan oleh kapasitas berpikir dan pengalamannya di dalam maupun luar sekolah, dan kemampuan berpikir ini berkembang sejak ia lahir hingga saat ini. TPA mengukur kemampuan berpikir siswa dari tiga aspek, yaitu verbal, numerikal, logis dan spasial. TPA bertujuan untuk mengukur kapasitas berpikir siswa, sehingga hasil tes ini dapat memprediksi apakah seorang siswa akan lebih berhasil dalam prestasi belajarnya di jenjang yang lebih tinggi, dan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalamistressdengan tuntutan belajar di sekolah nantinya.Siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi akan memiliki proses berpikir danstrategipemecahan masalah yang efektif dan efisien yang membuatnya lebih mudah mempelajari mata pelajaran di sekolah dan menyelesaikan persoalan, sehingga dia tidak mudah untuk mengalami kecemasan dalam belajar dan akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.Hasil dari nilai TPA dapat pula digunakan sebagaiprofilkemampuan berfikir siswa (berfikir dengan bahasa, angka, atau gambar) yang dapat dipergunakan oleh guru dan sekolah untuk mengembangkan proses pembelajaran di sekolah tersebut atau membantu siswa secara individual. Sehingga, proses pembelajaran siswa akan lebih efektif dan optimal karena siswa dapat memaksimalkan potensi kemampuan berpikirnya (dengan bahasa, angka, atau gambar) dalam belajar.Contoh, seorang siswa yang mempunyai profil kemampuan berfikir yang menunjukkan kekuatan kemampuan berfikir dengan gambar dibandingkan dengan kemampuan dalam berfikir bahasa dan angka, maka anak sebaiknya diminta untuk membuat sketsa-sketsa gambar untuk memahami pelajaran yang bermuatan bahasa yang tinggi.Skor yang ditetapkan sebagai alat ukur keberhasilan TPA pada masing-masing penyelenggara berbeda-beda. Skor yang biasa digunakan dan diakui secara Internasinonal adalah yang diselenggarakan OTO BAPPENAS bekerja sama dengan beberapa PTN, yakni antara 200 800. Siswa dianggap mempunyai kemampuan rata-rata, kalau mampu mencapai skor 500. Hasil penelitian para ahli, siswa yang mempunyai skor TPA lebih tinggi pada umumnya menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang mempunyai skor yang lebih rendah. Materi soal TPA biasanya terdiri atas 4 subtes, yaitu:1) Tes Kemampuan Verbal Kemampuan berpikir verbal penting sekali dalam kegiatan pengajaran baik yang bersifat akademik maupun yang tidak bersifat akademik. Jika kita terpaksa hanya mempunyai kesempatan untuk dapat mengetahui atau mengukur suatu kemampuan akademik atau bakat saja, maka kemampuan berpikir verbal ini akan merupakan prediktor yang paling baik tetntang seberapa baik anak dapat menyelesaikan tugas -tugas disekolah, terutama yang bersifat akademik (Anastasi, 1992). Oleh karena itu, jika anak mempunyai kemampuan berpikir verbal yang tinggi, kemungkinan besar akan berhasil belajar di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi, jika tidak bermaksud melanjutkan ke perguruan tinggi, ia dapat mempersiapkan dirinya pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kemampuan verbal. Anak yang rendah nilainya dalan tes ini sebaiknya merencanakan memasuki pekerjaan yang menuntut lebih sedikit kemampuan verbal. Mungkin anak-anak itu dapat berhasil menyelesaikan tugas-tugas administrasi kantor tanpa mengharapkan menjadi kepala bagian/kantor.; atau mungkin berhasil dalam menyelesaikan pekerjaan pada bagian produksi dalam suatu perusahaan tanpa mengharapkan menjadi menajer atau kepala bagian produksi itu.2) Tes Kemampuan NumerikalKemampuan numerikal penting terutama bagi mata pelajaran di sekolah lanjutan seperti matematika, ilmu alam, dan ilmu kimia. Anak-anak yang memperoleh skor tinggi dalam tes Kemampuan Numerikal ini mungkin juga akan bekerja dengan baik dalam berhitung, dan juga mengukur kemampuan yang diperlukan dikantor-kantor dagang, perusahaan-perusahaan dan toko-toko, yang pekerjaannya memerlukan hitung-menghitung atau tugas-tugas yang berhubungan dengan angka. Skor dalam tes ini, pada derajat tertentu, diharapkan dapat memprediksikan keberhasilan hampir dalam semua mata pelajaran di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Kemampuan Numerikal adalah salah satu elemen dari keseluruhan kemampuan untuk menguasai tugas-tugas akademik (Anastesi, 1992).3) Tes Kemampuan Spasial Tes ini mengungkap sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda yang konkret melalui visualisasi. Hasil tes dapat mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat hanya dengan melihat rencana-rencana di atas kertas yang rata (flat paper plans), dan bagaimana baiknya seseorang berpikir dalam tiga dimensi.Tes ini akan mengungkap kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan permukaan-permukaan suatu objek yang telah selesai sebelum dibangun, hanya dengan melihat gambar-gambar yang akan digunakan sebagai penuntun (Dewa Ketut, 2009).3. KreativitasKreativitas belajar berasal dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar. Jika dilihat dari segi etimologi kreativitas berasal dari bahasa inggris creativity yang mempunyai arti daya cipta dan dalam kamus besar bahasa Indonesia kreativitas yaitu kemampuan untuk mencipta. Kreativitas juga diartikan kegiatan yang mendatangkan hasil dengan sifat baru, bermanfaat da bisa dimengerti.Belajar adalah perubahan dari yang belum sempurna menjadi suatu kesempurnaan yang akhirnya menghasilkan pengalaman, pengetahuan atau ketrampilan. Jadi bisa disimpulkan bahwa kreativitas belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk membantu memecahkan suatu masalah dalam hal belajar. Orang kreatif akan berhasil mencapai gagasan, ide, pemecahan masalah, hal baru, cara kerja. Untuk mencapainya, terkadang harus melewati beberapa tahap. 1. Tahap pertama adalah tahap persiapan yang merupakan latar belakang perkara dan problematikanya.2. Tahap keduaadalah konsentrasi yaitu proses untuk memikirkan dan menyersap perkara yang dihadapi. 3. Tahap ketiga adalah inkubasi yaitu mencari aktivitas untuk melepaskan diri dari pikiran tentang masalah yang di hadapi.4. Tahap keempat adalah iluminasi yaitu mendapatkan ide gagasan, penyelesaian, cara kerja dan jawaban baru. 5. Tahap yang kelima atau yang terakhir adalah verifikasi/ produksi. Tahap ini adalah tahap untuk menghadapi dan memecahkan masalah praktis yang berhubungan dengan perwujudan gagasan, ide, penyelesaian, pemecahan, cara kerj dan jawaban baru.Penting untuk memupuk kreativitas dan dikembangkan pada diri seorang anak karena dengan berkreasi seseorang bisa mewujudkan dirinya menjadi lebih baik. Perwujudan diri ini merupakan salah satu kebutuhan pokok didalam hidup manusia. Sebuah kreativitas adalah kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan tentang penyelesaian akan suatu permasalahan. Suatu kreatifitas tidak hanya berguna namun juga memberikan kepuasan bagi seseorang.Sebuah kreativitas memberi kemungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Karakteristik pemikiran yang kreatif berkaitan erat dengan lima ciri kemampuan dalam berfikir yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, penguraian, perumusan dan kembali. Seseorang bisa disebut mempunyai pemikiran yang kreatif apabila mempunyai semua atau sebagian karakteristik tersebut.Nana Syaodih (2005) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu sesuatu yang sama sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Jadi hal baru itu sesuatu yang sifatnya inovatif. Utami Munandar dalam Nana Syaodih (2005) memberikan rumusan tentang kreativitas sebagai berikut: Kreativitas adalah kemampuan: a) untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c) yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.

Rhodes yang dikutip dalam Utami Munandar (2002) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process), dorongan (press), dan produk (product). Rhodes menyebut keempat jenis definisi kreativitas ini sebagai Four Ps of Creativity. a. Definisi kreativitas menurut para ahlir: 1) Pribadi Menurut Hulbeck creativity is an imposing of ones own whole personality on the environment in a unique and characteristic way. Tindakan kreatif muncul dari keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tentang kreativitas yang juga menekankan aspek pribadi diberikan Sternberg dalam three facet model of creativity, yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. 2) Definisi Proses Kreatif Definisi tentang proses kreatif dari Torrance pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu: The process of (1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; (3 )evaluating and testing these guesses and hypotheses; (4) possibly revising and retesting them; and finally (5) communicating the results Definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Wallas (Nana Syaodih, 2005) mengemukakan ada 4 tahap perbuatan atau kegiatan kreatif, yaitu: 1) Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajagi kemungkinan-kemungkinan. 2) Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak. 3) Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan, kemudian merumuskan beberapa keputusan. 4) Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak.3) Definisi Produk Kreatif Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi dari Barron yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Definisi Haefele ini menekankan bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui dan bermakna. Amabile mendefinisikan kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. 4) Definisi Pendorong Kreativitas Definisi keempat menekankan kreativitas pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk menciptakan dan bersibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif yang dirumuskan sebagai the initiative that one manifers by his power to break away from the usual sequence of thought. Menurut Amabile kreativitas tidak hanya bergantung pada keterampilan dalam bidang dan berfikir kreatif, tetapi juga pada motivasi intrinsik (pendorong internal) untuk bersibuk diri dalam bekerja, dan pada lingkungan sosial yang kondusif (pendorong eksternal). D.N. Perkins dan R. Weber (Zaleha Izhab,2008 ) memberikan hasil kajian yang sangat menarik. Menurut hasil kajian tersebut ada aspek ketidaksengajaan yang ada di kalangan orang-orang yang dikatakan telah menciptakan, menemukan dan mewujudkan sesuatu dalam hidup mereka. Mereka menyimpulkan: 1. Semua bentuk ketidaksengajaan bisa saja ditemukan dalam proses kreatif 2. Penemu biasanya muncul dari kajian sistematis, taruhan yang adil, dan taruhan yang baik. 3. Jarang sekali akan muncul dari keberuntungan 4. Meskipun kadang-kadang muncul dari coba-coba, tetapi sangat jarang terjadi. 5. Taruhan yang aman dalam banyak usaha kreatif atau penemuan.Berdasarkan kajian di atas dapat dipahami bahwa suatu produk yang kreatif tidak dapat dilihat sebagai produk dari kebetulan saja, yaitu sesuatu yang ditemukan karena ketidaksengajaan. Menurut Zaleha Ishab (2008:54) produk yang kreatif adalah produk dari suatu usaha selama beberapa jam, hari atau bulan dalam berfikir dan merenung.D.N. Perkins (Zaleha Ishab, 2006) juga mengemukakan bahwa kreativitas tidak hanya bergantung pada satu sifat saja, tetapi melibatkan banyak komponen. Komponen tersebut antara lain: 1. Berpikir kreatif melibatkan sisi estetik dan standar praktis. 2. Berpikir kreatif bergantung pada perhatian terhadap tujuan dan hasil. 3. Berpikir kreatif lebih banyak bergantung kepada mobilitas daripada kepada kelancaran. 4. Berpikir kreatif tidak hanya objektif tetapi juga subjektif 5. Berpikir kreatif lebih banyak bergantung kepada motivasi intrinsik daripada motivasi ekstrinsik. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa kreativitas bukan saja berhubungan dengan penemuan yang bagus dan menarik, tetapi lebih banyak berhubungan dengan penemuan yang menunjukkan penerapan dan mungkin agak membosankan sehingga menjadikan aspek kreatifnya tidak terlihat. Dalam menjalani proses kreatif ini tidak bisa terpaku pada satu hal karena kaku dan terobsesi dengan kreativitas. Kadang-kadang diperlukan sikap subjektif dan memperhatikan pendapat yang berdasarkan perasaan. Selain itu, sikap proaktif dalam bertindak juga diperlukan dalam menjalani proses kreatif. b. Ciri-ciri Kreativitas1) Ciri-ciri kreativitas menurut Csikszentmihalyi Csikszentmihalyi dalam Utami Munandar (2002) mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepribadian kreatif, antara lain sebagai berikut: 1. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya. 2. Pribadi kreatif, cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Di satu pihak mereka mempunyai kebijakan (wisdom), tetapi juga bisa seperti anak-anak (childlike). Insight yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka dapat berfikir konfergen dan difergen. 3. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi. 4. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu. 5. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk dapat berkreasi, tetapi juga penting baginya untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain. 6. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap apa yang masih mereka lakukan. 7. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin feminin). Lepas dari kedudukan gender, mereka bisa sensitif dan asertif, dominan dan submisif pada saat yang sama.8. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif. Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan meninggalkan keterkaitan pada tradisi juga perlu. 9. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa semangat seseorang bisa kehilangan minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas, karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.10. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa. 2) Ciri-ciri kreativitas menurut Utami Munandar Utami Munandar (2002) menjabarkan ciri-ciri kreativitas ditinjau dari ranah aptitude (bwerpikir kreatif dan non aptitude ( sikap kreatif) sebagai berikut: 1. Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalahdari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3. Keterampilan berpikir rasional yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yangtidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atausituasi sehingga lebih menarik. 5. Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokanpenilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suaturencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya. 6. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang objek dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti. 7. Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan atau membayangkan halhal yang belum pernah terjadi, menggunakan khayalan dan kenyataan. 8. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. 9. Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi raguragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur.10. Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahandalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, mempunyai kegemaran dan menyukai aktivitas yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi. Kreativitas sangat penting dalam hidup, maka dari itu kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik. Utami Munandar (2002) mengemukakan alasan pentingnya kreativitas antara lain: 1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. 2. Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. 3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan sesuatu yang bermakna yaitu para seniman, ilmuwan dan para inventor, ternyata faktor kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari keuntungan material semata-mata. 4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitaas hidupnya. Dalam era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini. Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak factor antara lain sikap dan minat peserta didik, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990). Menurut Amabile (Utami Munandar, 2002) ada beberapa factor yang mempengaruhi kreativitas belajar peserta didik: a) Sikap orang tua terhadap kreativitas anak Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan teori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan tes psikologis kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka. Ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah: 1. Kebebasan .Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. 2. Aspek . Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka dan mengharagai keunikan anak 3. Kedekatan emosional. Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah.

4. Prestasi. Prestasi bukanlah angka. Orang tua anak yang kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dalam menghasilkan karya-karya yang baik. 5. Menghargai Kreativitas . Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal- hal yang kreatif. b) Strategi mengajar guru Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan strategi akademik yang dapat meningkatkan kreativitas. Strategi tersebut meliputi: 1. Penilaian guru terhadap pekerjaan murid dapat dilakukan dengan cara:1. Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas2. Melibatkan peserta didik dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka 3. Penekanan terhadap apa yang telah kamu pelajari dan bukan pada bagaimana melakukannya. 2. Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan dan mempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan. 3. Pilihan sedapat mungkin berilah kesempatan kepada anak memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika guru membatasi pilihan peserta didik, maka guru dapat menghambat kreativitas peserta didik tersebut. Belajar kreatif telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Kreativitas merupakan salah satu ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 (satu) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 4. Tes Kreativitas Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif. Hasil tesnya dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ (creative quotient) yang analog dengan IQ (intellegence quotient) untuk inteligensi. Terdapat beberapa tes kreativitas, yaitu: alternate uses, test of divergent thinking, creativity test for children (Guilford, 1978), Torrance test of creative thinking (Torrance, 1974) creativity assessment packet (Williams, 1980), tes kreativitas verbal (Munandar, 1977). Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbalPerbedaan tes inteligensi dengan tes kreativitas, yaitu pada kriteria jawaban. Tes inteligensi menguji kemampuan berpikir memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar dan salah, sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan tidak ada jawaban benar atau salah.Pengukuran kreativitas peserta didik, dapat menggunakan salah satu jenis tes kreativitas, yaitu tes kreativitas verbal untuk kreativitas ranah kognitif, dan angket sikap kreatif untuk ranah afektif. Tes kreativitas verbal pertama kali digunakan di Indonesia oleh pakar psikologi pendidikan Prof.Dr. Utami Muanndar. Tes kreativitas verbal ini terdiri ats enam subtes yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen dengan dimensi verbal. Secara operasional, tes ini dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas berpikir. Keenam subtes kreativitas verbal itu adalah: 1. Permulaan Kata Subtes ini mengukur "kelancaran dengan kata", yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenulii persyaratan struktural tertentu. Subyek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsang. Contoh: Sa 2. Menyusun Kata Subtes ini, seperti halnya tes Permulaan Kata, mengukur "kelancaran kata", tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Subyek harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari suatu kata yang diberikan sebagai stimulus. Contoh: Proklamasi 3. Membentuk Kalimat Tiga Kata Subtes ini mengharuskan subyek menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsang, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga hunif tersebut boleh berbeda-beda, sesuai dengan kehendak subyek. Contoh: A - 1 - g 4. Sifat-sifat yang Sama Tes ini merupakan ukuran dari "kelancaran dalam memberikan gagas an", yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Subyek harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat seperti yang ditentukan. Contoh: Merah dan cair 5. Macam-macam Penggunaan. Tes ini merupakan ukuran dari "kelenturan dalam berpikir", karena dalam subtes ini subyek harus mampu melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja Subyek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini juga mengukur "orisinalitas dalam berpikir", yaitu dengan melihat kelangkaanjavvaban yang diberikan. Contoh: Pensil 6. Apa Akibatnya Subtes ini mengharuskan subyek untuk memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu hipotesis yang telah ditentukan sebagai stimulus. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, akan tetapi dalam hal ini subyek harus menguinpamakan, andaikata terjadi di sini, apa saja akibatnya? Tes ini mengukur "kelancaran dalam memberikan gagasan" yang digabung dengan "elaborasi", yang diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan, memperincinya, dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi. Contoh: Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti bulling? Keenam subtes tersebut mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi meiniliki perbedaan pada dimensi produk.5. Hasil Belajar a. Belajar Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan sebuah perilaku membuat hubungan antara stimulus dan respons, kemudian memperkuatnya. Dengan belajar akan menimbulkan suatu dorongan (stimulus) untuk berbuat sesuatu (respon) yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Pengertian dan pemahaman tidaklah penting karena stimilus dan respons dapat diperkuat dengan menghubungakannya secara berulangulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan perubahan yang diinginkan.Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajarProses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, proses mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam adpek kemampuan merasakan (afective), sedangkan belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric)Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri peserta didik dengan cara beinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek tersebut menjadi hasil dari proses belajar. Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar: 1. Perubahan terjadi secara sadar 2. Perubahan dalan belajar bersifat kontinu dan fungsional 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubahan dalam belajar betujuan atau terarah 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku b. Hasil belajar Hasil adalah sesuatu yangdiadakan(dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (Dedy Sugono, 2008:528). Sedangkan belajar sebagaimana telah diuraikan di atas adalah proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha merubah tingkahlaku.Hasil belajar sering orang menyebutnya prestasi belajar. Menurut Winkel, prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai (Winkel, 1986 :162). Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2000:7), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dankelas tertentu. Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rochmad Wahab (2009 : 24) membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap, dan motorik. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap melalui ujian tes atau ujian (Sudjana, 1996).Proses Belajar merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktifdengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Suprayekti, 2003: 4).Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008: 67). Benyamin Bloom (dalam Slameto, 2004) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah:1. Kognitif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu: Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (application), Analisis (analysis), Sintesis (syntesis),Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation). Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.2. Afektif.Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif, Valuing(menilai atau menghargai), Organization(mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)3. Psikomotorik. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2004) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian (3) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diutarakan di atas mengenai pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melalui suatu proses belajar, baik dari segi kognitifnya (pengetahuan), afektifnya (sikap) maupun dari segi psikomotoriknya (keterampilan). c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.1) Faktor kecerdasan Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Rumusan di atas menunjukkan kecerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya. 2) Faktor bakat Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang peserta didik, bakat bisa berbeda dengan peserta didik lain. Ada peserta didik yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang peserta didik yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki peserta didik tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Seorang peserta didik ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan. 3) Faktor minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang peserta didik menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, seorang peserta didik harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam pembelajaran. 4) Faktor motivasi Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau peserta didik mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Peserta didik yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya.

5) Faktor cara belajar Keberhasilan studi peserta didik dipengaruhi juga oleh cara belajar peserta didik. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien sebagai berikut: 1) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar. 2) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima. 3) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan sebaik-baiknya. 4) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal. 6) Faktor lingkungan keluarga Sebagian waktu seorang peserta didik berada di rumah. Orang tua, dan adik kakak peserta didik adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena. itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi peserta didik. Maka orang tua sudah sepatutnya mendorong, memberi semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak - anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Ha1-hal tersebut ikut mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. 7) Faktor sekolah Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi per orang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup memadai, peserta didik tertib disiplin. Maka, kondisi kondusif tersebut mendorong peserta didik saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar peserta didik akan lebih tinggi. Jadi, keberhasilan peserta didik mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi peserta didik dalam pembelajaran.d. Faktor Penghambat Hasil Belajar Peserta didik Masyarakat kita sekarang ini pada satu sisi adalah masyarakat pertanian, pada sisi lain sudah memasuki era globalisasi yang terdiri dari era industri, teknologi dan informasi. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya berlangsung cepat. Perubahan cepat ini membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat baik positif maupun negatif. Pola kehidupan positif adalah melihat perubahan itu sebagai sesuatu yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya ada hal-hal yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baik, memberi kemudahan dan kenyamanan serta peningkatan martabat hidup manusia. Manusia juga melihat adanya tantangan dan peluang bagi kemajuan hidup manusia. Oleh sebab itu, manusia membangun dan melengkapi diri dengan memperkuat keimanan, mental, budaya, disiplin, keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian, manusia mampu bertahan dan menghadapi gelombang perubahan yang cepat tersebut.Sementara pola kehidupan negatif adalah melihat perubahan itu sebagai ancaman yang membahayakan kehidupan. Menutupi diri terhadap perubahan akan tertinggal dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali diri secara positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati perubahan yang terjadi. Akan tetapi, hal itu membawa dampak negatif dalam sikap dan perilaku serta kehampaan batiniahnya. Oleh karena itu, para peserta didik pada masa sekarang ini, menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai dalam pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Selain hambatan dan tantangan tersebut, ada hal-hal lain yang dapat menghambat optimalisasi prestasi peserta didik. Menurut Sri Rahayu hambatan itu antara lain dapat berasal dari dalam dirinya, tetapi juga dari luar dirinya.(Kartini Kartono 1990:61-68). 1) Penghambat dari Dalam a) Faktor kesehatan. Peserta didik yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran. Prestasi peserta didik ini kemungkinan belum dapat optimal. Karena itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan anak-anaknya. Makanan yang bersih bergizi perlu mendapat perhatian. b) Faktor kecerdasan. Peserta didik yang tingkat kecerdasannya rendah akan menyebabkan kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat. Kalau dia berada dalam kelas yang rata-rata tingkat kecerdasannya tinggi, kemungkinan akan tercecer dalam pembelajaran. Hasil yang dicapainya pun belum sampai optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat / lambatnya kemajuan belajar peserta didik. c) Faktor perhatian. Perhatian di sini terdiri dari perhatian dalam belajar di rumah dan di sekolah. Perhatian belajar di rumah kerapkali terganggu oleh acara televisi, kondisi rumah dan kondisi keluarga. Perhatian belajar di sekolah terganggu oleh kondisi kelas dan suasana pembelajaran, serta lemahnya upaya diri berkonsentrasi. Perhatian yang kurang memadai tersebut akan berdampak kurang baik bagi hasil pembelajaran. d) Faktor minat. Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan oleh guru tidak menimbulkan minat peserta didik. Atau peserta didik sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran. Hal ini akan membuat peserta didik tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tidak optimal.e) Faktor bakat. Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti peserta didik tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi. 2) Penghambat dari Luar a) Faktor keluarga. Faktor ini dapat berupa faktor orang tua. Misalnya, cara orang tua mendidik anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang, hubungan orang tua dengan yang kurang baik. Kemudian, faktor suasana rumah. Misalnya, suasana rumah yang ramai, hubungan anggota keluarga kurang harmonis dan sering cekcok. Terakhir, faktor ekonomi keluarga. Ka1au ekonomi keluarga kurang, kebutuhan hidup dan perlengkapan belajar belum dapat dipenuhi dengan baik. Sebaliknya, bila ekonomi keluarga sudah baik, kebutuhan hidup dan belajar dapat dipenuhi serta dilengkapi bahkan melimpah. Dapat terjadi pula perhatian anak pada belajar menjadi berkurang, kecenderungan bermain dan santai meningkat. Ketiga faktor dalam keluarga tersebut kerap kali menjadi penghambat bagi prestasi belajar peserta didik. b) Faktor sekolah. Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran. Misalnya, metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan materi, monoton, kurang variatif, sehingga kurang menarik dan membosankan peserta didik. Faktor hubungan guru dengan murid kurang dekat. Biasanya kalau gurunya dibenci atau tidak disukai, hasil belajar peserta didik kurang baik. Faktor hubungan peserta didik dengan peserta didik. Apabila hubungan peserta didik kurang baik, hal itu akan mengganggu hasil belajar. Faktor guru, meliputi mengajar terlalu cepat, suara kurang keras, penguasaan materi kurang baik, penguasaan kelas rendah, motivasi rendah, dan terlalu banyak jam mengajar. Ha1 itu akan mengganggu hasil belajar peserta didik. Faktor sarana sekolah, misalnya gedung, ruangan, meja kursi, buku-buku, jika kurang memadai, akan mengganggu hasil belajar. Begitu pula dengan lingkungan yang ramai, misalnya pasar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, jalan raya. c) Faktor disiplin. Sekolah Bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar anak. Misalnya, peserta didik yang tidak disiplin dibiarkan, peserta didik yang disiplin dibiarkan juga. Akan timbul rasa ketidakadilan pada para peserta didik. d) Faktor masyarakat. Faktor media massa, misalnya acara televisi, radio, majalah, dapat mengganggu waktu belajar. Faktor teman gaul yang kurang baik, misalnya teman yang merokok, memakai obat-obat tropika, terlalu banyak bermain, merupakan yang paling banyak merusak prestasi belajar dan perilaku peserta didik. e) Faktor lingkungan, Tetangga Misalnya, banyak penganggur, berjudi, mencuri, minum-minum, cara berbicara kurang sopan. Lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. f) Faktor aktivitas. Organisasi Bila peserta didik sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar, dapat juga mengganggu hasil belajar apabila peserta didik tidak mengatur waktu dengan baik.B. Kerangka Pikir1. Pengaruh Bakat Akademik terhadap Hasil BelajarPerwujudan nyata dari bakat adalah prestasi (Utami Munandar 1992), karena bakat dan kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika diprediksi mampu mencapai prestasi yang menonjol dalam bidang matematika. Prestasi yang menonjol merupakan cerminan dari bakat akademik.Bakat akademik yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat terealisai dalam bentuk hasil belajar ataupun prestasi unggul. Contoh konkret bakat yang tidak memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang adalah hasil penelitian yaumil agoes akhir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% peserta didik SD dan SLTP menjadi anak yang Underachiever. Artinya, prestsi belajar yang mereka peroleh berada dibawah potensi atau bakat intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang sangat menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang menentukan.2. Pengaruh Kreativitas Terhadap Hasil BelajarKreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan intelegensi. Peserta didik yang kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, sehingga peluang memperoleh prestasi yang tinggi pun semakin besar, sedangkan peserta didik yang tingkat intelegensinya rendah biasanya kreativitasnya juga kurang, sehingga peluang untuk memperoleh hasil belajarpun rendah. Untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran, guru perlu menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep peserta didik sendiri. Prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai peserta didik, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Seseorang tidak dapat memiliki hasil belajar begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kreativitas. Penelitian Utami Munandar (1977) terhadap peserta didik SD dan SMP menunjukkan bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Pada umumnya orang beranggapan bahwa kimia dan kreativitas tidak ada kaitannya satu sama lain. Padahal jika kita melihat seorang kimiawan yang menghasilkan formula atau hasil baru dalam bidang kimia, maka tidak dapat diabaikan potensi kreatifnya. Kreatif bukanlah sebuah ciri yang hanya ditemukan pada seorang seniman, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kimia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, karena itu dalam pembelajaran kimia guru seharusnya tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, tetapi mendorong berkembangnya pemahaman terhadap nilai-nilai itu sendiri. Melalui cara ini daya imajinasi, kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, terbuka dan rasa ingin tahu dapat dikembangkan. 3. Pengaruh Bakat Akademik Khusus dan Kreativitas secara bersama terhadap Hasil belajar Kimia Pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) yang berpengaruh dalam penentuan bakat seseorang, yaitu: kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tanggung jawab terhadap tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang berbakat karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses pengembangan bakat. Bakat akademik yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat terealisai dalam bentuk prestasi unggul. Bakat yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi bakat seseorang, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan intelegensi. Peserta didik yang kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, sehingga peluang memperoleh prestasi yang tinggi pun semakin besar, sedangkan peserta didik yang tingkat intelegensinya rendah biasanya kreativitasnya juga kurang, sehingga peluang untuk memperoleh hasil belajarpun rendahUntuk memperjelas pelaksanaan penelitian sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan maka perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikutKreativitas Bakat akademik KhususHasil belajar kimia

Gambar 2.1. Desain Kerangka BerpikirC. HipotesisBerdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan pada BAB I, maka dapat dirumuskan hipotesis:1. Ada pengaruh bakat akademik khusus peserta didik terhadap hasil belajar kimia peserta didik kelas XI-IPA SMA Negeri di Kota Makassar 2. Ada pengaruh kreativitas peserta didik terhadap hasil belajar kimia peserta didik kelas XI-IPA SMA Negeri di Kota Makassar3. Ada pengaruh bakat akademik akademik khusus dan kreativitas secara bersama-sama terhadap hasil belajar kimia peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Makassar