Upload
phamminh
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RENSTRA 2016-2021 II - 12
08 Fall
BAB II GAMBARAN PELAYANAN DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA
08 Fall
DINAS PERTANIAN
2016-2021
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 13
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas
Secara umum pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun
2011-2015 diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya petani melalui tiga tujuan utama, yaitu pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pembangunan dan kelestarian sumber daya. Berdasarkan
tujuan tersebut dan dengan mempertimbangkan kondisi, potensi
sumberdaya serta peluang yang dimiliki, maka dibuatlan rencana strategis
pembangunan pertanian di kabupaten Bandung. Tingginya permintaan
kebutuhan pangan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat baik tingkat
Kabupaten Bandung maupun regional dan nasional, dituntutan adanya
perbaikan mutu serta konsistensi ketersediaan produk dalam menghadapi
persaingan dengan wilayah produsen pertanian lainnya. Guna
menghadapi peluang tersebut dituntut untuk terus memacu produktifitas
dan kinerja sektor pertaniannya melalui perwujudan agribisnis dan
agroindustri.
Menindaklanjuti perubahan aturan hukum terkini, Dinas Pertanian
Kabupaten Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 12 tahun 2016 tentang “Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Bandung” dimana Dinas Pertanian fokus
menangani pembangunan Urusan Pertanian. Dalam menjalankan
tupoksinya operasional pelaksanaan pembangunan pertanian pada Dinas
Pertanian dilaksanakan oleh 6 Bidang, yaitu Bidang Tanaman Pangan,
Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Kesehatan Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner, serta Bidang Prasarana dan Penyuluhan. Adapun
dalam pelaksanaan tugas pelayanan teknis di tingkat lapangan, dibantu
dengan keberadaan 14 Unit Pelayanan Teknis, yaitu UPT
Pengembangan Usaha Tani, Pembibitan Tanaman, Perbibitan Ternak,
Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unggas, Pasar Hewan,
Puskeswan dan Laboratorium, serta UPT Pelaksana Program Penyuluhan
(di 8 wilayah binaan).
Struktur Dinas Pertanian dapat digambarkan sebagai berikut:
RENSTRA 2016-2021 II - 14
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian
RENSTRA 2016-2021 II - 15
Tugas pokok Dinas Pertanian berdasarkan Perbup Kabupaten Bandung
No. 94 tahun 2016 adalah merumuskan kebijakan teknis operasional di
bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan penyuluhan yang meliputi
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, Peternakan,
Kesehatan hewan dan Kesmavet serta melaksanakan ketatausahaan
Dinas.
Tugas Pokok dan Fungsi Bidang-bidang dalam Dinas Pertanian,:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas
di bidang Tanaman Pangan.
Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang tanaman pangan, meliputi serealia, aneka kacang dan
umbi, sarana dan perlindungan tanaman pangan
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang tanaman pangan,
meliputi serealia, aneka kacang dan umbi, sarana dan
perlindungan tanaman pangan;
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang tanaman pangan, meliputi serealia, aneka
kacang dan umbi, sarana dan perlindungan tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura
Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di bidang
Hortikultura.
Fungsi Bidang Hortikultura adalah :
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang hortikultura, meliputi produksi sayuran, produksi buah-
buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan, sarana dan
perlindungan tanaman hortikultura
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang Hortikultura, meliputi
produksi sayuran, produksi buah-buahan, tanaman hias dan
tanaman obat-obatan, sarana dan perlindungan tanaman
hortikultura;
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang Hortikultura, meliputi produksi sayuran, produksi
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 16
buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan, sarana
dan perlindungan tanaman hortikultura.
3. Bidang Perkebunan
Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di bidang
Perkebunan.
Fungsi Bidang Perkebunan adalah :
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang perkebunan, meliputi pengembangan dan pengendalian,
produksi, pasca panen usaha perkebunan
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang Perkebunan, meliputi
pengembangan dan pengendalian, produksi, pasca panen
usaha perkebunan;
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang Perkebunan, meliputi pengembangan dan
pengendalian, produksi, pasca panen usaha perkebunan
4. Bidang Peternakan
Tugas pokok Kepala Bidang Peternakan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di bidang
Peternakan.
Fungsi Bidang Peternakan adalah :
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang peternakan, meliputi pembibitan ternak, pengembangan
peternakan dan produksi peternakan.
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang peternakan, meliputi
pembibitan ternak, pengembangan peternakan dan produksi
peternakan.
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang peternakan, meliputi pembibitan ternak,
pengembangan peternakan dan produksi peternakan.
5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Tugas pokok Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner adalah memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di bidang Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Fungsi Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner adalah :
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 17
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,
meliputi pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan,
kesehatan masyarakat veteriner, sarana dan pelayanan
kesehatan hewan
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner, meliputi pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan, kesehatan masyarakat
veteriner, sarana dan pelayanan kesehatan hewan.
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, meliputi pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan, kesehatan masyarakat veteriner, sarana dan pelayanan
kesehatan hewan.
6. Bidang Prasarana Dan Penyuluhan
Tugas Pokok Kepala Bidang Prasarana dan Penyuluhan
mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di Bidang Prasarana dan
Penyuluhan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
Bidang Prasarana dan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi :
a) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional
bidang Prasarana dan Penyuluhan, meliputi prasarana, sumber
daya penyuluhan dan kelembagaan serta metoda dan
informasi;
b) penyelenggaraan rencana kerja bidang Prasarana dan
Penyuluhan, meliputi prasarana, sumber daya penyuluhan dan
kelembagaan serta metoda dan informasi;
c) penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d) penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian
kinerja bidang Prasarana dan Penyuluhan, meliputi seksi
prasarana, seksi sumber daya penyuluhan dan kelembagaan
serta seksi metoda dan informasi;
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 18
2.2 Unit Pelaksana Teknis
Guna membantu Tupoksi Dinas Pertanian, dibantu oleh 14 Unit Pelaksana
Teknis yang secara langsung melaksanakan tugas pelayanan di
masyarakat. Adapun Tugas dan Fungsi UPT tersebut yaitu:
1. UPT PENGEMBANGAN USAHA TANI
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan
pengembangan usaha tani
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Pengembangan Usaha Tani, menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengembangan usaha tani;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengembangan usaha tani;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
2. UPT PERBIBITAN TANAMAN
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pengelolaan
perbibitan tanaman.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudKepala
UPT Pembibitan Tanaman, menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan perbibitan
tanaman;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan perbibitan
tanaman;
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 19
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
.
3. UPT PERBIBITAN TERNAK
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pengelolaan
perbibitan ternak.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Perbibitan Ternak, menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan perbibitan ternak;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan perbibitan ternak;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
4. UPT RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA DAN UNGGAS
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan
pengendalian rumah potong hewan ruminansia dan unggas
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unggas,
menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pelayanan dan pengendalian
rumah potong hewan ruminansia dan unggas;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pelayanan dan pengendalian
rumah potong hewan ruminansia dan unggas;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 20
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
5. UPT PASAR HEWAN
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pengelolaan pasar
hewan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Pasar Hewan, menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan pasar hewan;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan pasar hewan;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
6. UPT PUSAT KESEHATAN HEWAN DAN LABORATORIUM
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pengelolaan pusat
kesehatan hewan dan laboratorium.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Puskeswan dan Laboratorium, menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan dan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan pusat kesehatan
hewan dan laboratorium;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengelolaan pusat kesehatan
hewan dan laboratorium;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 21
7. UPT PELAKSANA PROGRAM PENYULUHAN (8 Wilayah
Binaan)
Tugas Pokok :
memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan program dan
pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang bidang pengendalian
program penyuluhan;
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kepala
UPT Pelaksana Program Penyuluhan , menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulandan pengolahan bahan penyusunan rencana
operasional pembinaan, pengembangan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengendalian program
penyuluhan;
b. pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian
terhadap pelaksanaan program pengendalian program
penyuluhan
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
2.3 Sumberdaya SKPD
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap
mental dan moral yang baik. Sampai dengan Bulan 2016, jumlah personil
di Dinas Pertanian Kabupaten Bandung berjumlah 214 orang dengan
perincian pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sumber daya Aparatur/Petugas Pertanian 2016
GOLONGAN JUMLAH PEGAWAI
Golongan IV 34
Golongan III 128
Golongan II 48
Golongan I 4
Jumlah 214
Berdasarkan jabatan, dari 214 orang pegawai Dinas Pertanian
tersebut terbagi ke dalam:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 22
- Jabatan Struktural sebanyak 57 orang Struktural
- Jabatan Fungsional Umum sebanyak 67 orang
- Jabatan Fungsional Tertentu sebanyak 90 orang.
2.4. Analisis Kinerja Urusan Pertanian
2.4.1. Analisis Kinerja Ekonomi Sektor Pertanian.
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)
perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten
Bandung khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat
melalui perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti
kontribusinya dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan
perdagangan, disamping itu perkembangan sektor pertanian juga dapat
dilihat dari kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan
pangan, dan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Bandung.
Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun
sampai dengan tahun 2015, secara nyata memberikan konstribusi
terhadap Produk Domestik Regional (PDRB) pada tahun 2015 mencapai
Rp 5.227.820,55 juta bila dibandingkan dengan realisasi pencapaian
PDRB sektor pertanian pada tahun 2010 sebesar Rp3.007.028,13 juta
(berdasarkan harga berlaku).
Tabel 2.2 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku No Lapangan Usaha
PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
2010 2011 2012 2013 2014 2015
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
3,007,028.13 3,452,210.59 3,939,399.23 4,550,897.00 4.907.635,28 5.227.820,55
1 Pertanian 3,471,661.92 3,978,936.25 4,518,784.28 5,171,870.00 5.672.739,51 6.096.809,16
2 Pertambangan dan Penggalian 580,783.81 642,359.10 686,014.49 673,133.71 657.379,05 714.839,97
3 Industri pengolahan 27,471,535.02 30,116,379.01 32,915,231.13 36,721,871.46 40.595.513,08 44.208.777,89
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 741,188.33 824,630.98 954,918.90 1,166,432.32 1.282.638,54 1.405.950,27
5 Bangunan/Kontruksi 764,990.68 852,508.61 947,236.94 1,143,674.37 1.294.611,80 1.447.356,56
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,796,200.55 8,920,233.69 10,436,027.24 11,795,595.18 14.326.868,98 16.615.938,52
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,933,148.22 2,159,485.64 2,374,097.92 2,659,942.03 3.046.424,06 3.469.128,60
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 898,354.49 990,504.14 1,123,606.62 1,217,604.86 1.337.369,83 1.471.507,11
9 Jasa-jasa 2,434,375.72 2,806,725.22 3,115,489.15 3,783,648.37 4.731.802,72 5.322.478,89
PDRB Tanpa Migas 45,586,296.79 50,735,042.57 56,484,180.32 63,759,934.76 72.945.347,59 80.752.786,97
PDRB dengan Migas 46,092,238.72 51,291,762.65 57,071,406.68 64,333,772.50 72.384.593,19 80.140.267,37
Tabel 2.3 PDRB berdasarkan harga konstan No Lapangan Usaha
PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
2010 2011 2012 2013 2014 2015
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
1,379,154.21 1,445,611.39 1,536,322.36 1,618,127.00 1.627.319,16 1.616.247,88
1 Pertanian 1,602,050.01 1,688,263.14 1,787,255.22 1,875,353.00 1.917.297,12 1.930.048,59
2 Pertambangan dan Penggalian 282,922.47 291,397.20 286,309.40 274,200.00 267.532,18 273.631,52
3 Industri pengolahan 13,173,587.93 13,857,488.88 14,605,911.06 15,340,747.00 16.115.189,76 16.811.418,81
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 396,026.30 428,521.96 482,230.40 521,716.00 450.910,38 476.322,25
5 Bangunan/Kontruksi 381,103.63 411,973.98 432,749.38 471,553.00 519.076,89 557.926,08
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,474,795.78 3,748,625.24 4,073,645.70 4,444,168.00 4.897.376,79 5.337.415,56
7 Pengangkutan dan Komunikasi 892,448.05 960,418.42 1,036,304.54 1,103,080.00 1.192.305,82 1.302.939,43
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 474,864.56 508,799.47 550,913.19 572,224.00 608.133,47 657.267,06
9 Jasa-jasa 1,056,862.46 1,130,748.84 1,187,903.28 1,298,130.00 1.471.892,96 1.590.439,03
PDRB Tanpa Migas 21,495,196.73 22,782,763.18 24,208,462.46 25,676,876.00 27.435.715.37 28.937.408.32
PDRB dengan Migas 21,734,661.19 23,026,237.14 24,443,222.17 25,901,172.00 27.215.195.03 28.708.846.05
Tabel 2.4 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung Atas Dasar
Harga Berlaku No Lapangan Usaha Distribusi Persentase PDRB (%)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 23
2010 2011 2012 2013 2014 2015
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
6.52 6.73 6.90 7.07 6.74 6.47
1 Pertanian 7.53 7.76 7.92 8.04 7.78 7.55
2 Pertambangan dan Penggalian 1.26 1.25 1.20 1.05 0.90 0.89
3 Industri pengolahan 59.60 58.72 57.67 57.08 55.65 54.75
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.61 1.61 1.67 1.81 1.76 1.74
5 Bangunan/Kontruksi 1.66 1.66 1.66 1.78 1.77 1.79
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.91 17.39 18.29 18.33 19.64 20.58
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.19 4.21 4.16 4.13 4.18 4.30
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.95 1.93 1.97 1.89 1.83 1.82
9 Jasa-jasa 5.28 5.47 5,46 5.88 6.49 6.59
PDRB Tanpa Migas 98.90 98.91 98.97 99.11 100.00 100.00
PDRB dengan Migas 100.00 100.00 100.00 100.00 99.23 99.24 Sumber : Produk Domestik regional Bruto semesteran Kabupaten bandung 2015, BPS Kabupaten Bandung (*Angka
Sementara).
PDRB sektor pertanian berkontstribusi paling tinggi terhadap PDRB
Kabupaten Bandung Pada Tahun 2013 sebesar 8,00 (Angka Perbaikan),
jika sub sektor peternakan dan perikanan dikeluarkan, maka konstribusi
menjadi 7.01 (Angka Perbaikan Bhn Makanan, Perkebunan dan
Kehutanan). Sedangkan Konstribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap
PDRB Kabupaten Bandung pada Tahun 2014 sebesar 7.78 (Angka
Sementara), jika sub sektor peternakan dan perikanan dikeluarkan, maka
konstribusi menjadi 6.74 (Angka SementaraBhn Makanan, Perkebunan
dan Kehutanan). Pada Tahun 2015 Konstribusi PDRB Sektor Pertanian
Terhadap PDRB Kabupaten Bandung sebesar 7.55 (Angka Sangat
Sementara), jika sub sektor peternakan dan perikanan dikeluarkan, maka
konstribusi menjadi 6.47 (Angka Sangat SementaraBhn Makanan,
Perkebunan dan Kehutanan). Sampai saat akhir tahun 2015, penyumbang
terbesar terhadap PDRB Sektor Pertanian (harga berlaku) di Kabupaten
Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh
produksi perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi
kehutanan, dan PDRB Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan dan Sektor Pertanian masih tetap menempati
posisi ketiga terbesar dibawah Sektor Industri Pengolahan serta Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Gambar 2.2.Grafik PDRB Per Sektor Kabupaten Bandung Tahun 2015
Pertanian
Pertambangan danPenggalian
Industri pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 24
Lainnya
Hasil Sensus Pertanian 2013. BPS Kabupaten Bandung)
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber
matapencaharian, tercatat bahwa 141.747 rumah tangga usaha pertanian
pengguna lahan dan rumah tangga usaha pertanian gurem sebanyak
114.213 rumah tangga, sisanya didominasi oleh kegiatan industri, buruh
dan perdagangan. Informasi ini menunjukkan peran dominan kegiatan
pertanian dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan
pertumbuhan perkonomian daerah. Namun demikian pada tahun 2013
tercatat bahwa jumlah petani di Kabupaten Bandung turun kurang lebih
24% dari hasil sensus 2003. Jumlah petani terbanyak ada di Kecamatan
Pangalengan dan Pacet masing-masing sebanyak 12.309 dan 13.019
orang (ST 2003), dan pada tahun 2013 ini jumlah petani di Pangalengan
meningkat 3,5% menjadi 12.740 orang serdangkan di Pacet menurun 17%
menjadi 10.695 orang, dan ternyata jumlah petani gurem paling banyak
ada di Kecamatan Pacet yaitu sebanyak 11.435 orang dan sekarang
hanya 9.300 orang
Di sisi lain, besarnya jumlah petani Kabupaten Bandung merupakan
beban tersendiri yang cukup berat dalam pembangunan pertanian, hal ini
dikarenakan walaupun di Jawa Barat jumlahnya menurun namun hampir
setengahnya dari jumlah RT petani di Kabupaten Bandung adalah petani
dengan kepemilikan lahan kurang dari 1.000m² (Sensus Pertanian BPS
Prov. Jabar, 2013)
Gambar 2.3. Proporsi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama Tahun 2015
Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian
pada tahun 2013, yang ditandai dengan adanya akserelasi LPE sektor
pertanian, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk
berdasarkan lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda
2013), sektor pertanian mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja
535.120
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 25
bagi 20,66 % penduduk Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sektor pertanian pun
terbukti relatif paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor
lainnya.
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor
pertanian masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi
core bisnis di Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun
merupakan sektor yang cukup stategis yang harus didukung
keberlangsungannya sebagai faktor pendorong paling utama dalam
percepatan pembangunan perdesaan.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang
pertanian adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sector
pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung yang ditandai dengan
meningkat, menurun atau tetap sebagai hubungan timbal balik antara nilai
PDRB dengan konstribusi kinerja Urusan Pertanian. Pada Tahun 2013
terjadi kondisi iklim yang ekstreem sehingga curah hujan menjadi sangat
sedikit juga masih terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan
bencana alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan
ternyata LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan pada tahun 2010
sampai tahun 2013 terus mengalami peningkatan walapun masih
mengalami akserelasi laju pertumbuhannya.
Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung Tahun
2010-2015
No Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan
Tahun (Persen) Atas Dasar Harga
Berlaku
2011 2012 2013 2014* 2015** 2011 2012 2013 2014 2015**
1 Pertanian 5.38 5.23 4.93 2.24 0.67 7,76 7,92 8 7,78 7,55
2
Pertambangan dan
Penggalian 3.00 - - 0.00 2.28 1,25 1,2 1,04 0,9 0,89
3 Industri pengolahan 5.19 5.40 5.03 5.05 4.32 58,72 57,67 56,79 55,65 54,75
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8.21 12.53 8.19 0.00 5.64 1,61 1,67 1,8 1,76 1,74
5 Bangunan/Kontruksi 8.10 5.04 8.97 9.23 8.32 1,66 1,66 1,77 1,77 1,79
6 Perdagangan, Hotel dan 7.88 8.86 9.10 10.20 8.99 17,39 18,29 18,75 19,64 20,58
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 26
Restoran
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 7.62 7.90 6.44 8.09 9.28 4,21 4,16 4,11 4,18 4,3
8
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 7.15 9.09 3.87 6.28 8.08 1,93 1,97 1,88 1,83 1,82
9 Jasa-jasa 6.99 5.05 9.28 13.39 8.05 5,47 5,46 5,85 6,49 6,59
PDRB Tanpa Migas 5.88 5.94 6.15 6.07 5.49 98.91 98,97 99,11 99,23 99,24
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor,
sektor pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok
utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah
bagi daerah perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal baik di Kota Bandung, ataupun di
Kabupaten Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung
sendiri.
Bagi Jawa Barat, Kabupaten Bandung merupakan salah satu lumbung beras yang cukup penting di wilayah Priangan. Saat ini kontribusi Kabupaten Bandung terhadap produksi padi Jawa Barat kurang lebih mencapai 7% setiap tahunnya, dan lebih kurang memasok 50-70 ton per hari ke pasar induk beras Cipinang Jakarta.
Produksi padi Kabupaten Bandung pada tahun 2015 adalah sebesar 546.594 ton setara produksi beras 342.933 ton (konversi dari 62,74 % X Produksi GKG) yang diperoleh dari realisasi areal panen seluas 85.613 hektar.
Untuk memenuhi konsumsi kebutuhan penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 3.415.700 jiwa (KBDA BPS 2014) adalah sebesar 297.968 ton beras/kapita/tahun (konsumsi beras 87,235; sumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2008-2012
2.4.2. Analisis Capaian Kinerja Sasaran
Sebagai gambaran pelayanan Urusan Pertanian dalam kurun
dilakukan evaluasi yang bersifat komprehensif terhadap sasaran dan
target yang telah ditetapkandalam waktu 5 tahun (2010-2015) guna
menggambarkan hasil kinerja Dinas. Sebelum penerapan Perda Nomor 12
Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah, pelayanan pada
Urusan Pertanian dilaksanakan oleh 3 SKPD, yaitu Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan; Dinas Peternakan dan Perikanan; serta
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan.
A. Evaluasi Subsektor Tanaman Pangan
Sub sektor Tanaman Pangan merupakan salah satu subsektor
yang menangani pencapaian sasaran strategis “Meningkatkan
swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan
komoditas pangan unggulan lokal”. Salah satu sasaran strategis
pembangunan pertanian adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 27
kebijakan pemantapan dan kemandirian pangan. Ketahanan pangan ini
dicirikan antara lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi
konsumsi pangan yang tercermindari tersedianya berbagai komoditas
pangan, baik produk segar maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah
tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai
usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain
itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam
desiminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-
farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran
seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta
yang ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan
pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung,apabila
dibandingkan dengan tahun 2015 maupun terhadap sasaran/target yang
telah ditentukan,ataupun juga terhadap realisasi pencapaian dalam
pelaksanaan kegiatan pada tahun 2016 ini.
Tabel 2.6 Pengukuran sasaran kinerja tahunan 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
Meningkatkan Ketahanan Pangan
1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
527.771
546.594
- Jagung (Ton) 77.515 43.494
- Ubi Kayu (Ton) 121.578 105.724
2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha)
64.56
63.84
- Jagung (kui/ha) 65,54 66.45
- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 198.51
Tabel 2.6 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang
diindikasikan oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami
pertumbuhan positif dan melebihi target kinerja yang telah ditetapkan.
Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai Desember 2015 ini
mencapai 546.594 ton GKG atau dengan peningkatan Produksi sebesar
103.57 dari target dengan produktivitas sebesar 63.84 kuintal/hektar.
Pencapaian ini melebihi target yang telah ditetapkan yang disebabkan
oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase
kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 28
Sedangkan realisasi produksi jagung lebih rendah dari target
sebesar 43,89% dengan produksi sebesar 43.494 Ton pipilan kering. Hasil
panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen
muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2015 ini panen
jagung pipilan kering ternyata cukup rendah bila dibandingkan dengan
tahun tahuns sebelumnya, sedangkan panen jagung mudanya sangat
besar karena budidaya jagung muda ternyata dianggap petani dari segi
ekonomi lebih menguntungkan daripada pipilan kering apalagi dari segi
waktu budidaya yang cukup singkat serta sedikit/minimalnya perlakuann
terhadap jagung yang dipanen muda. Demikian juga kenaikan harga
jagung muda akan meningkat sangat pesat pada waktu-waktu tertentu,
terutama pada libur panjang (pergantian tahu, natal dan hari perayaan
lain).
Dalam Tabel 2.7 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di
Kabupaten Bandung tahun 2015 ini terjadi dalam peningkatan produksi
bila dibandingkan dengan realisasi MT. 2013/2014 dan MT. 2014 dan
target tahun 2015. Hal ini dikarenakan kondisi iklim pada MT. 2015 lebih
bersahabat untuk membudidayakan padi/ tanaman pangan lainnya,
walaupun pada beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat
kekeringan. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas
tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP
tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi
dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan
demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian
jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa
diminimalisasi melalui peningkatan produktivitas komoditas, peningkatan
IP melalui perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi, penyediaan
rumah pompa disamping pengendalian OPT secara bersama-
sama/sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Tabel 2.7 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2015
No Uraian Komoditi Realisasi
2013
Realisasi
2014
Target/
Sasaran
2015
Realisasi
2015
Perkemb
angan
Realisasi
Thdp
Target
2015
A PADI
1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 89.069 86.651 79.354 83.836
105,65
Luas panen (ha) 86.499 81.759 75.386 82.727
109,74
Produksi (ton) 570.703 524.355 486.694 535.475
110,02
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 29
No Uraian Komoditi Realisasi
2013
Realisasi
2014
Target/
Sasaran
2015
Realisasi
2015
Perkemb
angan
Realisasi
Thdp
Target
2015
Produktivitas (kwt/ha) 65,98 64,13 64,56 64,73
100,26
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 5.093 2.810 6.077 2.961
48,72
Luas panen (ha) 5.646 4.622 5.773 2.561
44,36
Produksi (ton) 22.079 18.723 21.547 11.119
51,60
Produktivitas (kwt/ha) 39,11 40,51 37,32 43,42
116,33
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 94.162 89.461 85.431 86.797
101,60
Luas panen (ha) 92.145 86.381 81.159 85.613
105,49
Produksi (ton) 592.782 543.078 508.241 546.594
107,55
Produktivitas (kwt/ha) 64,33 62,87 62,62 63,84
101,95
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2015
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan
lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan
unggulan lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi
pangan adalah
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk,
pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi
teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu; (3) penggunaan pupuk berimbang.
4. Pengembangan komoditas alternatif pangan non beras: sorgum,
ganyong, dan talas jepang.
5. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
6. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas
pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam
pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di
Kabupaten Bandung. Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 30
menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009, kemudian
1,98 di tahun 2011 dan menjadi 2,01 pada Tahun 2012 dan meningkat
0,26 pada tahun 2013 menjadi 2,27 dan meningkat lagi di tahun 2014
menjadi 2.51 dan di tahun 2015 menjadi 2.43. Demikian juga dengan
produktivitas padi meningkat dari 55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi
61,20 kuintal/ha di tahun 2011, 63,66 kuintal/ha pada tahun 2012 dan
64,34 kuintal/hektar pada Tahun 2013, menurun menjadi 62.87
kuintal/hektar pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi 63.84
kuintal/hektar pada tahun 2015.
Gambar 2.4 perkembangan produktivitas padi Kabupaten Bandung
Gambar 2.5 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung
Produktifivitas (kuintal/hektar),
2011, 61,20
Produktifivitas (kuintal/hektar),
2012, 64,25
Produktifivitas (kuintal/hektar),
2013, 64,33
Produktifivitas (kuintal/hektar),
2014, 62,87
Produktifivitas (kuintal/hektar),
2015, 63,84
61,00
61,50
62,00
62,50
63,00
63,50
64,00
64,50
65,00
2010,5 2011 2011,5 2012 2012,5 2013 2013,5 2014 2014,5 2015 2015,5
Produktivitas (kuintal/hektar)
IP, 2011, 2,06 IP, 2012, 2,20
IP, 2013, 2,50 IP, 2014, 2,43 IP, 2015, 2,36
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2010,5 2011 2011,5 2012 2012,5 2013 2013,5 2014 2014,5 2015 2015,5
Indeks Pertanaman (IP)
2011 2012 2013 2014 2015
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 31
Sampai dengan tahun 2015, selain meningkatkan produktivitas
padi, program/kegiatan ditujukan pula untuk mengidentifikasi komoditi-
komoditi lain selain padi sebagai pangan alternatif. Ubi kayu, sorgum,
ganyong, dan talas menjadi komoditi alternatif yang akan dikembangkan.
Ubi kayu dikembangkan di daerah cileunyi, cilengkrang, Cikancung,
Nagreg, dan Cicalengka. Sorgum seluas 20 ha di Kecamatan
Pameungpeuk dan Bojongsoang. Ganyong seluas 5 ha dikembangkan di
Kecamatan Kertasari dan Baleendah. Lebih lanjut, uji coba talas jepang
juga dibudidayakan di Kecamatan Cikancung, Pasirjambu, dan Kertasari
untuk total luas 2,5 ha. Pada Tahun 2015 kegiatan peningkatan Indeks
Pertanaman didorong dengan dilakukannya rehabilitasi jaringan irigasi,
pembangunan jaringan irigasi baru, pembangunan rumah pompa dan
stimulasi alat mesin pertanian baik melalui anggaran APBD Kabupaten
Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat maupun APBN Perubahan.
Secara garis besar, pengembangan komoditi tersebut dievaluasi
cukup memberikan hasil yang positif terutama untuk komoditi ubi kayu,
sorgum, dan ganyong. Namun, talas jepang dianggap belum dapat
dievaluasi dikarenakan penanaman baru dilaksanakan triwulan akhir
2013. Selain itu, kelompok usaha pengolahan sorgum dan ganyong telah
banyak dan telah memiliki spesifik pasar, walaupun masih skala rumah
tangga. Ubi kayu di Kecamatan Cimenyan menjadi produk olahan populer
yaitu tape singkong.
Sayuran dataran rendah dialokasikan untuk mengganti tanaman
padi pada periode kering sebagai upaya untuk mengurangi dampak
negatif kekeringan pada petani. Sehingga dapat memberikan multifier
effects bagi petani itu sendiri. Komoditi yang dikembangkan terutama
kangkung, mentimun, dan bayam. Hal tersebut juga dilakukan sampai
dengan akhir 2015, mengingat sebagai antisipasi periode kering yang
berlanjut dari tahun 2013.
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih
serta sarana dan prasarana lainnya
1. Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan
kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap
tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan
masyarakat, akan tetapi seperti halnya pada tahun sebelumnya, Tahun
2013 merupakan periode mengurangi penggunaan pupuk kimia mulai
dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 32
kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara
sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-
sifat fisik, biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan
otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman
menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan
perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara
mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk
organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah
terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang
berimbang antara pupuk an organik dan pupuk organik. Realisasi
penyaluran pupuk tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.
Lebih lanjut, sebagai upaya penerapan pupuk organik,
pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah
kompos menjadi prioritas. Disamping mensosialisasikan penggunaan
kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui
pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan
alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah
strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2013, adalah:
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-
alat pengolahan pupuk organik.
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten
Bandung (KP3)
Fasilitasi pengembangan unit pengolahan pupuk organik yang telah
dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 dapat mendongkrak
pertumbungan
penggunaan pupuk
organik. Salah satunya
melalui upaya
pengembangan Unit
Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP)
“Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan
Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang lebih 7.000
Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari
Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang, juga
telah bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai
pasar/pengguna produk. Sampai dengan tahun 2015 telah dilakukan
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 33
berbagai upaya dalam mendorong pertumbuhan penggunaan pupuk
organik sebagai berikut:
1. Fasilitasi alat pengolahan pupuk organik sebanyak 8 unit di
Kecamatan Cicalengka, Cimenyan, Pasirjambu, Pameungpeuk,
Kertasari, Ibun
2. Fasilitasi rumah kemasan padi organik 1 Paket
3. Bimbingan Teknis pengembangan dan pemanfaatan Pupuk
Organik 1 kali
4. Mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk organik 1 kali
5. Stimulasi pupuk organik untuk kegiatan penanaman, baik
komoditas perkebunan, hortikultura, kehutanan dan tanaman
pangan.
Tabel 2.8 Realisasi Jumlah Penggunaan Pupuk di Kabupaten Bandung Tahun 2015
Jenis Sarana
Produksi
Realisasi Tahun % Realisasi-
Sasaran 2015 2011 2012 2013 2014 2015
Urea 39.489 26.289 24.701 24.864 22.501 90,50
SP-36
(Superphos) 5.445 3.638 5.929 4.113 4.692 114,09
ZA 5.885 5.152 6.534 3.859 4.660 120,76
NPK (Ponska
dan Kujang) 13.678 13.739 18.239 16.751 17.145 102,35
Organik 1.310 1.076 1.300 787 1.024 130,11
Penggunaan pupuk pada semua jenis pupuk menunjukan bahwa
antara bulan januari-Desember dan April-Juni terjadi
pemakaian/penggunaan pupuk cukup tinggi, ini menandakan terjadinya
pemakaian yang cukup tinggi pada bulan tersebut yang menandakan
bahwa pada rentang bulan tersebut terjadi fase pertanaman yang cukup
tinggi pula. Hal tersebut terlihat pada Gambar 2.6 di bawah.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 34
Gambar 2.6 Perkembangan Penggunaan Pupuk Kabupaten Bandung
2. Pengelolaan Benih
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan
pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih.
Selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di
Solokan Jeruk dan Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau
penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Sampai dengan Tahun
2015, Pada tahun 2012 telah dapat menyalurkan benih padi sebanyak
421.25 Ton dan 20.25 Ton benih jagung yang terdiri dari 35 Ton APBD
Kabupaten Bandung sebagai Cadangan Benih Daerah (CBD) seimulan
bencana alam dan pengembangan untuk 1.400 hektar dan dari BLBU dan
CBN sebanyak 262.5 Ton untuk SL-PTT padi non hibrida; 93,75 Ton SL-
PTT padi ladang; 30 ton untuk SL-PTT padi hibrida; dan 20,25 ton untuk
SL-PTT Jagung, sedangkan pada tahun 2013 telah dapat menyalurkan
benih padi sebanyak 525 Ton untuk kegiatan SLPTT dan 20,20 Ton benih
jagung. Disamping itu, 13,5 Ton benih kedelai disalurkan sebagai upaya
uji coba budidaya kedelai di Kabupaten Bandung guna mendukung
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
UREA SP-36 ZA NPK (Kujang + Ponska) ORGANIK
MT. 2013/2014 MT. 2014/2015
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 35
tercapainya swasembada kedelai nasional. Cadangan Benih Daerah dan
Bantuan Penggantian Bencana sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten
Bandung. Pada tahun 2015 telah disalurkan Cadangan Benih Daerah
(CBD) stimulasi dampak bencana alam sebesar 23.5 Ton
Selama kurun waktu 5 tahun sampai dengan tahun 2015, pada
tahun 2013, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah melakukan
penjajakan kerjasama dengan BATAN untuk melakukan pelepasan
varietas padi lokal Kabupaten Bandung, yakni varietas Jembar. Kerjasama
tersebut di mulai dengan uji multi lokasi dan uji adaptasi di beberapa titik
di Kabupaten Bandung dan beberapa titik di luar Kabupaten Bandung,
yang langkah selanjutnya akan dilaksanakan pada Tahun 2013.
Disamping itu pula dalam upaya mengejar penyerapan teknologi
pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih
berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah
kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel
yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung
ini adalah Varietas Ciherang (60%), Sintanur (3%), Mekongga (17%), IR-
64 (10%) dan benih Lokal sebanyak 10%.
Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti
hortikultura, perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan
dikontrol dan dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi
benih/bibit tersebut. Penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan
adaptasi sehingga tidak berdampak negative terhadap pertanaman
lainnya di lapangan.
Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati
prioritas target kinerja. Pada tahun 2013, beberapa komoditi unggulan
kabupaten dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama
dengan balai penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan
Kecamatan Cileunyi menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini
memiliki spesifik unik. Krisan dan tanaman hias lainnya dilaksanakan
melalui pengembangan kebun percobaan. 1,5 hektar dengan berbagai
sarana prasarana telag dibangun untuk menunjang pengembangan
penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias di Kecamatan
Pasirjambu. Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola secara
intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali
dan Pasirjambu. Pada tahun 2015 juga tetap dikembangkan benih
varietas yang cocok dengan wilayah Kabupaten Bandung diantaranya
adalah benih ciherang, Inpari 14, Inpari 30 dan Sintanur, hasil test
menunjukkan bahwa varietas ciherang dan inpari 14 lolos dan dapat
dijadikan benih berlabel, sedangkan untuk varietas inpari 30 dan sintanur
hasil tes daya tumbuh tidak lolos, sehingga hasil panen varietas sintaur
dan inpari 30 dijual untuk konsumsi.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 36
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan
mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan
kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara
manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan
operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat
maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten.
Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu
terus dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di
pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas
pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap
mutu dan kualitas produk pertanian. Sampai dengan Tahun 2015 jumlah
alat mesin pertanian yang diberikan ke tingkat petani mengalami
peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2011, Alat
dan mesin pertanian mengalai lonjakan ditahun 2014 dan tahun 2015 baik
dengan anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung, APBD
Provinsi Jawa Barat maupun APBN .
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat
berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani,
pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus
bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis
pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para
generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur
dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam
merajut masa depan keluarga.
Sampai dengan tahun 2015, sebagai langkah strategis dalam
mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan Unit Pelayanan Jasa
Alsintan yang bertujuan untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin
pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-
kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang
penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan
efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah
pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa
setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai
penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa
alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian
yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 37
menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan
kepemilikan alsintan secara individu yang kurang menguntungkan.
Tabel 2.9 Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten
Bandung Sampai Dengan Tahun 2015
Jika dibandingkan dengan tahun 2012, maka terdapat peningkatan cukup
signifikan jumlah dari Alat Pertanian dan Mesin yang telah dicapai pada
tahun 2015, seperti traktor terjadi peningkatan 60.32% dari 504 unit
menjadi 808 unit dengan prosentase kerusakan berat selama 4 tahun
sebanyak 54 unit atau 14 unit rusak per tahun.
Strategi lainnya, pengembangan bengkel keliling kabupaten
menjadi target utama disamping penataan ulang unit-unit PJA. Tujuan dari
bengkel keliling tersebut adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat tani dalam merenovasi/memperbaiki alat mesin pertanian
Kondisi Baik/Rusak
Ringan *)
(1) (3) (4)
754 54
- -
11 -
- -
7.799 1.098
15 -
635 206
8.782 184
4 Pompa Air 486 35
6.684 267
1 -
5 -
- -
16 -
795 84
87 4
24 1
- -
13 -
7 Pembersih Gabah / Winower 1 -
9 1
b. Pengering tipe vertikal / Continuosus Dryer 1 1
591 19
b. Penggilingan Padi Menengah / Medium Rice Mill 78 8
40 1
10 Penyimpanan Hasil Tanaman Pangan (Silo) - 1
11 253 14
a. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) - -
b. Kelompok Tani (POKTAN) - -
c. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) - -
d. Koperasi Unit Desa (KUD) /Koperasi Tani - -
e. Kios Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN) - -
f. Kelompok Penangkar Benih - -
g. Regu Pengendali Hama - -
Keterangan : Soreang, 31 Desember 2015
*) Rusak ringan : yang masih dapat diperbaiki
**) Rusak berat ; tidak dapat digunakan lagi (secara ekonomi tidak layak diperbaiki
Penggilingan padi kecil (Small Rice Mill) Kapasitas < 500 kg gabah/jam
Penggilingan padi sedang (Medium Rice Mill) : kapasitas giling antara 500 - 1500 kg gabah/jam
Penggilingan padi besar : (Large Rice Mill) : kapasitas giling > 1500 kg gabah/jam
NoJenis Alat / Mesin dan Kelembagaan
Rusak Berat **)Jumlah
Pertanian (3) + (4)
(2) (5)
1 Pengolahan Lahana.Traktor Roda Dua 808
b.Traktor Roda Empat -
2 Penanamana.Tanam Padi (Transplanter) 11
b. Tanam Biji-bijjian (Seeder) -
3 Pengendalian OPT
a. Penyemprot (Hand Sprayer dan Power Sprayer) 8.897
b. Pengabut Pestisida (Swing - Fog) 15
c. Emposan Tikus 841
d. Pembersih Gulma 8.966
Pengairan 521
5 Pemanenan
a.Sabit Bergerigi 6.951
b. Pemotong padi tipe gunting (Reaper) 1
c.Pemotong Padi Tipe Gendong (Paddy Mower) 5
d. Stripper -
e. Combine Harvester 16
f. Pengungkit ubi kayu / ubi jalar 879
6 Perontokan/Pemipilan
a. Perontok Padi / Thrasher 91
b. Pemipl Jagung / Cornshller 25
c. Perontok Kedelai / Thrasher -
d. Perontok Multi Guna ( Padi, Jagung, Kedelai) 13
c. Penggilingan Padi Besar / Large Rice Mill 41
Pembersihan 1
8 Pengeringana. Pengering tipe datar Flat Bed Dryer 10
2
9 Penggilingan
a. Penggilingan Padi Kecil / Small Rice Mill 610
86
12 Kelembagaan Pertanian
25
1.533
201
36
137
11
89
Penyimpanan 1
Pembuatan Pupuk Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO)/Kompos 267
Sumber: Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2015.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 38
yang mengalami kerusakan. Operasionalisasi bengkel keliling akan
dibangun kerjasama antara dinas, BKPPP, dan swasta sebagai supplier
spare part.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah
pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif
dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun
menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam
meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh
serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan
Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten
Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan
secara cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang
bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan
produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh
serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas
Pengendali OPT (POPT) dinas dan para petani di desa dan kecamatan
se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera
ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur
koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah
dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen
hayati.
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama
dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah
untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan
brigade proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif
dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan
keadaan puso. Berikut stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian
OPT, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Tabel 2.10 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015
No Sarana Volume
1. Sarana pengendali agen hayati
a. Trichogaamma sp
b. metharizium sp
c. Beauveria sp
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 20 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT
a. Rodentisida anti oagulan
b. Insektisida
250 kg
230 kg
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 39
No Sarana Volume
c. Fungisida
d. Rodentisida/pengasapan
200 kg
170 kg Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Berpedoman pada Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA
dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi
mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi
tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa
(JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A)
sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan
rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa
menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota
yang menangani urusan pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten
Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya
dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila
ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai
(SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3
macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan Rendah. Potensi
sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air
dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut
telah dibangun bangunan pengambilan utama berupa bendungan,
embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini
dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit
tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang
ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.11 di bawah ini.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 40
Tabel 2.11 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten
Bandung
No Lokasi Nama Sungai/
DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
16 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program
pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi
tersier yang ada melalui pengembangan jaringan irigasi dan pembuatan
cek dam/dam parit, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim
kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur
pantek serta embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi
ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2)
mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya
pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD
Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.
Sampai dengan tahun 2015, ada beberapa kegiatan pengelolaan
air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung,
yakni kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi, pembangunan embung; dan
revitalisasi kelembagaan pengelolaan air irigasi - P3A mitra cai -. Alokasi
anggaran dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, dan
APBN Kementerian Pertanian.
Pada tahun 2011 dilaksanakan pengelolaan air melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Stimulasi pompa air 6” sebanyak 7 unit di kecamatan ciparay,
Rancaekek, Majalaya, Arjasari, Kutawaringin dan Bojongsoang.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 41
2. Rehabilitasi Jaringan Irigasi (JITUT) mengcover seluas 155 ha di
Kecamatan Katapang (40 ha), Cimaung (35 ha), Margaasih (80 ha) dan
Solokanjeruk (40 ha)
3. Rehabilitasi Jaringan Irigasi (JIDES) mencover seluar 130 Ha di
Kecamatan Solokanjeruk (45 ha), Majalaya (45 ha), Cilengkrang (40
ha).
4. Pengadaan Sumur Pantek di Kecamatan Katapang, Cikancung,
Kutawaringin, Margaasih dan Baleendah sebanyak 5 Unit
5. Terlaksananya Forum Komunikasi Petani Pemakai Air di 6
Kecamatanan
6. Terlaksananya pembangunan rumah pompa sebanyak 3 unit di
Kecamatan Solokanjeruk, Nagreg dan Arjasari.
Pada tahun 2012 dilaksanakan pengelolaan air melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Jaringan Irigasi (JITUT) mengcover seluas 60 ha di
kecamatan cileunyi.
2. Rehabilitasi Jaringan Irigasi (JIDES) mengcover seluas 25 ha di
kecamatan solokanjeruk.
3. Terlaksananya antisipasi kekeringan melalui kegiatan irigasi air
permukaan (rumah poma) di 4 lokasi di Kecamatan Baleendah,
Cikancung, Ciparay dan Rancaekek
Pada tahun 2013 dilaksanakan pengelolaan air melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Pengembangan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi seluas 2.500 hektar di
Kecamatan Solokanjeruk, Majalaya, Cicalengka, Rancaekek, Pacet,
Baleendah, Kutawaringin, Ibun, Cikancung, Cimenyan, Cileunyi,
Cimaung, Pasirjambu, Arjasari, Bojongsoang, Cangkuang, dan Paseh. 2. Pembangunan jaringan irigasi air permukaan, berupa rumah pompa
dan jaringannya sebanyak 25 paket di Kecamatan Cicalengka,
Bojongsoang, Solokanjeruk, Rancaekek, Ibun, Paseh, Pacet,
Kutawaringin, Baleendah, Cikancung, Ciparay, dan Majalaya; 3. Stimulan pompa air sebanyak 57 unit; 4. Revitalisasi P3A Mitra Cai di Kecamatan Pangalengan, Ciparay,
Pasirjambu, Rancabali, Cikancung, Rancaekek, dan Cikancung. 5. Pembuatan cek dam/dam parit sebanyak 8 paket di Kecamatan
Cimenyan, Arjasari, Cicalengka, Cangkuang, Cimaung, dan Nagreg. Pada tahun 2015 dilaksanakan pengelolaan air melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Pembangunan irigasi air permukaan sebanyak 29 paket di 13
kecamatan
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 42
2. Pipanisasi sebanyak 9 unit di kecamatan Cimaung, Ciparay, paseh,
Nagreg dan pangalengan
3. Pembangunan DAM Parit sebanyak 19 Unit di 10 kecamatan
4. Stimulasi pompa air 2”, 3” dan 4” sebanyak 41 unit di 18 Kecamatan
Perbaikan jaringangan irigasi dan pengeloaan air tersebut
berdampaknya nyata dengan meningkatnya Indeks Pertanaman dari
tahun 2011 sebesar 2.03 menjadi 2.36 di tahun 2015
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan
bagi pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan, sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan
berproduktif. Lebih lanjut, pengotimalisasi lahan tersebut termasuk
pembangunan infrastruktur dasar – jalan, optimalisasi, konservasi –.
Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk
menjaga dan mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah
strategis yang dilakukan bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan
APBN Kementerian Pertanian, yang meliputi:
i. Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani
Pada tahun 2011 dilaksanakan rehabilitasi jalan usaha tani di
Nagreg sepanjang 1 Km.
Pada tahun 2012 dilaksanakan rehabilitasi jalan usaha tani di
Pacet sepanjang 1 Km.
Pada Tahun 2013, rehabilitasi jalan usaha tani dilaksanakan
sepanjang 21 km di Kecamatan Katapang, Ciparay, Rancaekek,
Arjasari, Kutawaringin, Nagreg, Ibun, Cikancung, Paseh,
Cicalengka, Ciparay, Katapang.
ii. Optimalisasi lahan tidak produktif, yang dilaksanakan seluas 1.060 hektar dengan mengembangkan budidaya pertanian tanaman pangan alternatif, seperti ubi kayu yang dilaksanakan di Kecamatan Kutawaringin, Bojongsoang, Baleendah, Cimaung, Cicalengkaa, Paseh, Soreang, Margaasih, Cangkuang, Pacet, Katapang, Rancaekek, Solokanjeruk, Cikancung, Ibun, Cileunyi, Dayeuhkolot, Cilengkrang, Arjasari, dan Margahayu.
Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada
tahun 2015 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan
perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 43
dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal
pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang
ada, tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2011 dalam
penanganan pasca panen mencapai 11,15% dan pada tahun 2012 ini
menurun 0,75% menjadi 10,75% dan menjadi 10,47% pada tahun 2013.
Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil tahun 2010
sebesar 4,20% menurun menjadi 4,17% pada tahun 2012 (turun 0,03%)
dan pada tahun 2015 mencapai 10.02% , sehingga bila dihitung dari tahun
2011 awal dari RPJMD sampai dengan akhir periode 2015 progress
penurunan nilai kehilangan dapat mencapai 11.13%. Nilai-nilai penurunan
kehilangan hasil tersebut diukur pada kelompok tani yang mendapatkan
intervensi bantuan.
Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya
penggunaan alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat
kesadaran petani dan ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan
dengan upaya pembinaan yang cukup intensif dari Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung.
Sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Bandung yang
didukung oleh anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian
Pertanian dan APBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan stimulan
barang dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil sebagai upaya dalam pengembangan dan
pemberdayaan kelompok-kelompok pengolahan hasil berbasis komoditas
tanaman pangan, berupa:
1. Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 11 unit
di Kecamatan Kutawaringin, Cangkuang, Banjaran, Solokanjeruk,
dan Soreang;
2. Mesin Parut ubi kayu sebanyak 2 unit di Kecamatan Cicalengka
dan Pacet;
3. Mesin pemipil jagung sebanyak 1 unit di Kecamatan Soreang dan
chipper sebanyak 1 unit di Kecamatan Cimenyan;
4. Combine harvester sebanyak 1 unit di Kecamatan Solokanjeruk;
5. Mesin pengolahan hasil 1 paket di Kecamatan Kertasari dan sarana
pengemasan sebanyak 1 paket di Kecamatan Ciparay.
6. Stimulan unit pasca panen dan pengolahan hasil sebanyak 1 paket
di Kecamatan Solokanjeruk yang terdiri dari bangunan, sepaket alat
pasca panen dan pengolahan hasil padi.
7. Terlaksananya Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil
8. Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi
rumah kemasan padi organik.
9. Terlaksananya pengadaan stimulan alat pasca panen padi (Terpal,
Power thresser, Polisher)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 44
10. Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan jagung
Bintek pasca panen
11. Terlaksananya fasilitas pasca panen dan pengolahan jagung
stimulan alat pasca panen jagung (corn Sheller)
12. Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan ubi kayu
stimulan alat pengolahan Tanaman Pangan
13. Terlaksananya stimulan alat pengolahan Tanaman Pangan
14. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen
B. Evaluasi Subsektor Hortikultura dan Perkebunan
Subsektor ini diarahkan dalam pelayanan pemenuhan sasaran
strategis ”Meningkatnya keunggulan komparatif dan kompetitif produk
pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi
pertanian”.Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan
kelompok-kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura
dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura
dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan
tertentu.Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi
desa-desa dengan memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam
lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan
kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah
menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan
perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan
didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang
memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran
strategis 2 seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari
berbagai fakta yang ada, baik berupa keberhasilan maupun
kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung, apabila dibandingkan dengan tahun terhadap sasaran/target
maupun realisasipada tahun tahun sebelumnya.
Tabel 2.12 Pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi %
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan
a. Jumlah rata-rata capaian produktivitas komoditas unggulan: - Sayuran (kui/ha) - Buah-buahan (kui/Ha) - Biofarmaka (Kg/m2)
216,50 104.00 3,25
414,29 137,55 4,52
191,36 13,26 139,08
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 45
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi %
agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
- Tan. Hias (tangkai/ M2)
- Kopi (ton/ha) - Teh (ton/ha) - Cengkeh (ton/ha) - Tembakau (ton/ha)
17,48 1,195 2,500 0,220 1,000
15,00 1,030 2,150 0,220 0,890
85,81 86,19 86,00 100,00 89,00
b. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebunHortikultura (kel)
40
60
89,00
Keterangan: *) data sampai dengan triwulan II (Juni 2013)
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan
Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya
komoditas hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten
Bandung tahun 2015 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan
walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan
alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain
iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga
dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga
umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan
pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan
internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan
tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan
lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura
berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah
kentang, tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas
tersebut mengalami peningkatan dalam hal produksi dan produktivitas.
Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan
eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan
pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika,
dan sayuran eksklusif jepang. Komoditas tersebut tersebar di Kecamatan
Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
Penetapan Kabupaten Bandung sebagai kabupaten stroberi pada
Tahun 2012 membawa perubahan terhadap fokus strategis pembanganun
hortikultura. Pada Tahun 2013, stroberi menjadi prioritas pengembangan
yang diimplementasikan ke dalam beberapa program/kegiatan, yaitu (1)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 46
pengembangan penangkaran stroberi yang tersebar di Kecamatan
Rancabali dan Pasirjambu. Identifikasi benih/bibit unggul stroberi
merupakan salah satu langkah aksi untuk menghasilkan benih/bibit
spesifik local Kabupaten Bandung.
Tahun 2013 melalui kerjasama sister city dengan pemerintah Korea
Selatan berupaya mengadopsi benih stroberi yang berasal dari Korea ke
Kabupaten Bandung; (2) Pengembangan intensifikasi dan ekstensifikasi
stroberi melalui fasilitas green house, benih/bibit, dan sarana pengairan
menuju stroberi organik; dan (3) fasilitasi pengembangan pasca panen
dan pengolahan hasil stroberi termasuk rumah kemasan stroberi.
Perkembangan yang cukup signifikan diperlihatkan dengan pencapaian
jumlah produksi sebanyak 151.959 ton dari luas areal 451 hektar.
Tabel 2.13 Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung
Tahun 2015
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015
Realisasi Th.2015
thdp Th.2014
1 2 4 5 6 7 9
1 Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 3.086 2.377 53,18
Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 3.027 3.254 96,70
Produksi (ton) 20.887 39.222 31.699 32.770 39.566 1.097,15
Produktivitas (kwt/ha) 116,1 120,13 108,74 108 121,59 113,46
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 4.380 2.253 51,44
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 4.676 3.464 74,08
Produksi (ton) 110.793 131.007 108.832 93.968 705.986 751,30
Produktivitas (kwt/ha) 207,25 186,19 202,59 201 203,81 101,42
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 4.457 1.941 43,55
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 4.683 2.790 59,58
Produksi (ton) 109.326 125.606 100.150 107.192 645.313 602.016,01
Produktivitas (kwt/ha) 238,08 239,61 231,24 229 231,29 101,05
4* Cabe
Luas Tanam (ha) 787 226 718 753 422 56,04
Luas panen (ha) 740 691 596 702 892 127,07
Produksi (ton) 20.682 20.376 17.598 17.579 208.047 1.183,50
Produktivitas (kwt/ha) 27,95 29,49 295,26 250 233,24 93,14
5* Tomat
Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 1.125 842 74,84
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 1.105 1.376 124,52
Produksi (ton) 94.124 94.486 67.900 22.755 483.887 972,66
Produktivitas (kwt/ha) 702,95 861,31 229,15 206 351,66 78,11
6 Bawang Daun
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 47
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015
Realisasi Th.2015
thdp Th.2014
1 2 4 5 6 7 9
Luas Tanam (ha) 3.147 3.549 1.189 4.117 2.418 58,73
Luas panen (ha) 2.969 3.512 1.215 4.112 2.632 64,01
Produksi (ton) 49.570 54.115 67.900 68.401 386.480 565.020,98
Produktivitas (kwt/ha) 166,96 154,086 229,15 166 146,84 88,28
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 466 512 575 592 278 46,96
Luas panen (ha) 418 511 602 573 293 51,13
Produksi (ton) 8.091 9.958 9.777 11.258 56.997 506,28
Produktivitas (kwt/ha) 193,56 194,88 162,40 196 194,53 99,01
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3.128 3.176 3.635 2.938 1.882 64,06
Luas panen (ha) 3.015 3.218 3.476 3.145 2.032 64,61
Produksi (ton) 61.396 67.581 71.079 66.486 436.750 656,91
Produktivitas (kwt/ha) 203,63 210,01 204,48 211 214,94 101,67
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 2.131 1.745 2.212 1.914 1.056 55,17
Luas panen (ha) 2.006 1.796 2.003 1.924 1.214 63,10
Produksi (ton) 42.524 40.316 42.507 40.950 275.306 672,30
Produktivitas (kwt/ha) 211,99 224,48 212,22 213 226,78 106,55
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 376 306 643 504 277 54,96
Luas panen (ha) 360 313 512 493 308 62,47
Produksi (ton) 8.027 7.228 10.977 10.798 69.404 642,75
Produktivitas (kwt/ha) 222,96 230,91 214,39 219 225,34 102,88
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.547 1.690 1.421 1.837 450 24,50
Luas panen (ha) 1.191 1.538 1.684 1.795 1.411 78,61
Produksi (ton) 10.835 9.833 16.150 18.663 141.037 755,70
Produktivitas (kwt/ha) 90,97 63,93 95,90 104 99,96 96,14
12* Kacang Panjang
Luas Tanam (ha) 179 119 116 142 47 33,10
Luas panen (ha) 139 156 145 127 135 106,30
Produksi (ton) 2.786 3.620 3.538 3.050
22.216 728,39
Produktivitas (kwt/ha) 117,59 232,03 243,97 240 164,56 68,53
13* Jamur
Luas Tanam (m2) 8.971 11.413 12.715 48.979 33.660 68,72
Luas panen (m2) 8.689 20.205 12.749 41.565 68.324 164,38
Produksi (ku) 15.643 29.530 232.460 44.113 395.664 896,93
Produktivitas (kg/m2) 18 14,62 18,23 11 5,79 54,58
14* Terung
Luas Tanam (ha) 173 160 176 214 60 28,04
Luas panen (ha) 143 186 157 202 168 83,17
Produksi (ton) 4.673 4.964 4.475 6.801 37.936 557,80
Produktivitas (kwt/ha) 135,05 266,89 285,04 337 225,81 67,07
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 48
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015
Realisasi Th.2015
thdp Th.2014
1 2 4 5 6 7 9
15* Buncis
Luas Tanam (ha) 696 850 749 654 398 60,86
Luas panen (ha) 639 789 786 660 639 96,82
Produksi (ton) 14.857 18.279 18.230 8.390 126.841 765,39
Produktivitas (kwt/ha) 128,27 231,68 231,94 127 198,50 79,06
16* Ketimun
Luas Tanam (ha) 561 460 471 554 277 50,00
Luas panen (ha) 524 538 460 525 546 104,00
Produksi (ton) 24.388 18.164 17.340 12.919 170.980 898,05
Produktivitas (kwt/ha) 207,8 337,62 213,96 246 313,15 86,35
17* Labu Siam
Luas Tanam (ha) 55 87 73 37 5 13,51
Luas panen (ha) 62 69 78 42 753 1.792,86
Produksi (ton) 66.493 60.089 59.990 6.040 416.640 675,64
Produktivitas (kwt/ha) 10.724,68 8.708,49 830,59 1.438 553,31 3,77
18* Kangkung
Luas Tanam (ha) 266 260 457 408 231 56,62
Luas panen (ha) 242 255 473 384 313 81,51
Produksi (ton) 9.092 9.495 9.326 4.909 64.044 934,13
Produktivitas (kwt/ha) 135,91 372,37 126,50 128 204,61 114,61
19* Bayam
Luas Tanam (ha) 153 259 206 156 97 62,18
Luas panen (ha) 128 267 212 159 114 71,70
Produksi (ton) 1.250 2.953 2.124 1.542 14.090 856,53
Produktivitas (kwt/ha) 97,64 110,61 92,90 97 123,60 119,47
20* Seledri
Luas Tanam (ha) 1.560 1.516 1.692 1.902 1.130 59,41
Luas panen (ha) 1.596 1.441 1.565 1.842 1.137 61,73
Produksi (ton) 30.479 28.516 30.099 36.890 246.427 662,60
Produktivitas (kwt/ha) 190,97 197,89 191,82 200 216,73 101,87
21* Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 432 282 398 530 141 26,60
Luas panen (ha) 424 324 331 452 688 152,21
Produksi (ton) 11.943 8.150 8.142 3.214 104.055 841,66
Produktivitas (kwt/ha) 68,45 251,54 75,37 71 151,24 55,30
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 40.671 42.877 43.170 30.428 49.506 162,69
Luas panen (ha) 36.361 52.449 43.523 30.773 92.156 299,47
Produksi (ton) 717.859 783.488 927.418 6.821.105 5.367.636 78,69
Produktivitas (kwt/ha) 19,74 14,94 213,09 2.217 58,25 2,63
22* Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 172 148 94 214 105 49,07
Luas panen (ha) 188 141 91 108 869 804,63
Produksi (ton) 35.342 151.959 154.316 4.361 417.735 584,71
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 49
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015
Realisasi Th.2015
thdp Th.2014
1 2 4 5 6 7 9
Produktivitas (kwt/ha) 179,93 10.777,21 1.918,16 404 480,71 7,27
* = Provitas nya adalah Produksi Total (Produksi habis panen + Produksi belum habis panen) dibagi dengan Total Panen habis/dibongkar
Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian
dan strawberry di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 umumnya dapat
melampaui target serta memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2012,tetapi ada juga yang tidak bisa
melampaui realisasi tahun 2012, ini disebabkan oleh kondisi alam yang
cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan pembuahan
tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman itu
sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua
dan tidak produktif lagi serta tanaman muda sebagai penggatinya belum
produktif menghasilkan buah. Kondisi yang hampir sama ditemui pada
produksi di tahun 2015. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi,
dapat dilihat pada Tabel 2.14 di bawah ini.
Tabel 2.14 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten
Bandung Tahun 2015 *)
KOMODITAS Produksi (Kuintal) 2015
2011 2012 2013 2014 Tanam (Pohon)
Tan yg Menghasilkan
(Pohon) Produksi
(Ku) Alpukat 8.576 9.107 6.996 638.481 5.970 122.217 109.960 Belimbing 3.236 3.143 6.183 18.062 347 9.791 6.567 Jeruk Besar 9.833 7.671 7.850 9.990 48 9.076 3.567 Pepaya 9.981 9.011 8.257 29.715 1.606 23.557 4.696 Anggur 4 - 2 - - - - Durian 12.067 8.722 8.556 61.648 5.189 20.462 18.161 Duku 140 352 384 372 - 940 419 Mangga 27.508 14.466 43.626 95.782 7.634 73.273 23.402 Sawo 3.453 3.747 5.021 28.311 184 8.262 8.426 Melinjo 7.321 4.862 5.075 29.889 60 16.969 5.799 Pisang 150.041 149.856 122.958 2.108.844 68.568 420.536 111.854 Jambu Biji 25.458 17.774 30.848 202.526 44.471 64.646 28.540 Manggis 118 316 112 992 2.278 3.351 2.479 Markisa 132 88 2.314 200 1.500 1.137 281 Petai 20.086 9.781 10.932 54.173 256 37.565 19.450 Rambutan 4.975 4.598 3.272 109.198 261 17.515 14.298 Jambu Air 10.384 4.866 12.441 58.167 2.038 29.111 15.486 Nangka 34.810 35.340 36.922 422.307 1.889 56.009 35.716 Sirsak 3.957 3.907 2.963 5.748 153 11.172 3.563
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 50
Jengkol 2.400 1.231 2.164 107.142 0 4.906 4.138 Salak 249 321 156 1.133 50 6.068 404 Jeruk Siam 3.283 3.111 4.490 32.464 3.482 15.456 6.960 Nenas 18 16 30 86 488 1.751 98 Sukun 25.847 15.324 15.537 99.883 1.649 40.633 31.679
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tahun 2015 menjadi ajang untuk menciptakan kawasan buah-
buahan lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk
menjadi komoditi unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan
dalam pengembangan alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat
hingga pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu
produsen jeruk besar di Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil
bibit spesifik lokal melalui jeruk besar cikoneng. Stimulan green house,
bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Cimaung dan Banjaran
dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji.Pada tahun 2015
ada inisiatif untuk mengembangkan jeruk varietas DN, sehingga telah
dimulai dari perencanaan utuk 2016.
Bila dilihat dari potensi tanaman hias. Kabupaten Bandung
merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias di tingkat Provinsi
Jawa Barat dan Nasional. Produksi komoditas tanaman hias dan obat-
obatan unggulan seperti Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera. Krisan
menjadi primadona pengembangan tanaman hias. Kawasan 3.000 m2
diperuntukan bagi pengembangan krisan. Penangkaran benih,
intensifikasi, dan ekstensifikasi merupakan langkah strategis. Pada Tahun
2013, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan
kebun percobaan yang diperuntukan khusus sebagai laboratorium
lapangan tanaman hias. Adopsi teknologi dan adaptasi benih/bibit
tanaman hias baru di Kabupaten Bandung diujicobakan di kebun
percobaan tersebut. Dengan luas kurang lebih 1 hektar yang berlokasi di
Kecamatan Pasirjambu, berbagai tanaman hias dikembangkan.
Disamping itu, komoditas tanaman obat di Kabupaten Bandung
tahun 2013 yaitu diantaranya jahe, lengkuas, kencur, kunyit umumnya
memperlihatkan realisasi produksi yang sedikit menurun dibanding target
dan realisasi tahun 2012 ini dikarenakan cuaca/iklim yang cenderung
kemarau basah sehingga daya dukung terhadap pertumbuhan tanaman
hias dan biofarmaka berkurang, dan dilapangan banyak petani yang lebih
banyak menanam palawija. Realisasi produksi tanaman hias tersaji pada
tabel 2.15.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 51
Tabel 2.15 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung
Tahun 2015
Komoditas Realisasi Produksi (Tangkai) Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 Anggrek
70.215
117.115
58.538
98.938
4.958
Anthurium Bunga 3.797
4.640
3.082
850
152
Gladiul 444
1.532
371
320
390 Helicania
1.704
4.221
5.303
2.425
739
Krisan 183.482
860.237
431.558
748.174
530.166
Mawar
8.577
23.257
32.661
11.299
1.577
Melati 4.257
2.075
2.274
116
202
Palem
155
8.952
1.774
114
7.948
Sedap Malem 82.614
40.624
62.519
107.248
19.105
Gerbera 3.981
4.689
11.893
3.326
927 Anyelir
1.649
3.106
11.192
641
286
Dracaena -
-
34
-
- Sumber : Bid. Hortikultura (s.d Tri. II), DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tabel 2.16 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2015 *)
Komoditas Produksi (Kg)
2011 2012 2013 2014 2015 Jahe 206.754 75.700 269.910 828.002 902.489 Lengkuas 48.287 25.213 101.729 489.199 37.741 Kencur 43.988 17.436 38.892 35.276 10.008 Kunyit 63.428 33.510 104.213 157.556 130.452 Lempuyang 1.094 865 8.756 8.029 21.104 Temulawak 10.944 5.600 11.963 19.857 69.164 Temu Ireng 2.666 275 1.628 3.495 153 Kaji Beling 1.060 292 2.462 242 10.124 Kapulaga 745 12.294 11.691 41.439 117.277 Sambiloto 434 146 725 3.689 1.800 Mengkudu/Pace 11.318 13.275 25.891 763 39.236
Jumlah 390.718 184.606 577.860 1.587.547 1.339.548
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tanaman Perkebunan
Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas
(Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam
rangka optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 52
supaya terjadi peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama
produksi tanaman perkebunan unggulan Kabupaten Bandung.
Dikarenakan kondisi iklim yang kurang mendukung untuk terjadinya
proses pembuahan dan serangan OPT komoditi perkebunan seperti karat
daun (22,22% total area pertanaman kopi), hama Pbko (20,47% areal
terserang), embun jelaga (11,56% areal terserang) dan kutu dompolan
(12,87%) mengakibatkan produktivitas kopo tidak dapat mencapai target
walaupun telah dilaksankan pengendalian baik teknis, hayati, dan mekanis.
Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan (Perkebunan
Rakyat) tahun 2015 di Kabupaten Bandung adalah diantaranya sebagai
berikut:
Tabel 2.17 Realisasi produksi komoditi perkebunan
Jenis
Komoditi Produksi Olahan (Ton) Produksi Mentah (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
Cengkeh 46 116 110 118 125 185 464 440 474 501 Kopi 4.689 6.362 6.638 6.803 6.872 18.757 25.450 26.550 27.212 27.489 T e h 3.139 3.245 3.518 3.612 3.460 12.558 16.227 17.592 18.060 17.304 Tembakau 1.073 1.378 1.678 610 1.358 4.291 6.890 8.392 3.048 6.792 Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2015
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan
Perkebunan
Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,
pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi
sasaran dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Pengembangan agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan
kelembagaan petani. Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga
terjalin kerjasama/kemitraan bisnis di antara para pelaku usaha dalam
satu kesatuan system agribisnis, di mulai dari sistem off-farm hulu, on-
farm, on-farm hilir dan pasar.
Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan
agribisnis hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-
faktor yang mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi.
Pengembangan pupuk organik (UPPO), pembangunan/rehabilitasi
jaringan irigasi, dan pengembangan dan penyediaan sarana produksi
benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu. Pada Tahun
2013, kegiatan yang menunjang peningkatan kapasitas sub sistem off-
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 53
farm hulu dialokasikan dari anggaran yang bersumber dari APBD
Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, dan APBN Kementerian
Pertanian.
1. Alokasi Anggaran APBD Kabupaten Bandung
a. Pembangunan embung 6 unit di Kecamatan Cimenyan,
Pangalengan, Pasirjambu, Rancabali, Cimaung dan Kertasari;
b. Fasilitasi bibit hortikultura: sayuran, buah-buahan, tanaman
hias, dan biofarmaka (jahe) dan komoditas perkebunan: kopi,
teh, dan cengkeh di Kecamatan Cikancung, Kutawaringin,
Soreang, Pacet, Kertasari, Ciwidey, Cimaung, Cilengkrang,
Cimenyan, Pasirjambu, Pangalengan, Rancabali, Arjasari,
Cicalengka, dan Paseh;
c. Pengembangan jaringan irigasi;
d. Pembangunan/rehabilitasi jalan produksi dan jalan usaha tani;
e. Pengembangan rumah kompos/ unit pengolahan pupuk organik
2. Alokasi Anggaran APBN Kementerian Pertanian dan Bantuan
Provinsi Jawa Barat
a. Konservasi lahan untuk mendukung pengembangan komoditi
perkebunan seluas 100 hektar di Desa Cilengkrang Kecamatan
Cilengkrang.
b. Optimalisasi lahan di Kecamatan Cikancung, Pangalengan, dan
Pasirjambu untuk mendukung pengembangan hortikultura
seluas 80 hektar.
Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan
perkebunan tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil
mengembangkan unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil dalam
bentuk rumah kemasan (packing house) pada komoditas hortikultura dan
UPH pada komoditas perkebunan. Kelompok-kelompok tersebut telah
bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir, dan industry
pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari
Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk
hortikulturan – sayuran – organik. Pengembangan keberdayaan
kelembagaan pemasaran hasil hortikultura dan perkebunan dialokasikan
dalam anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan
APBN Kementerian Pertanian Tahun 2013.
Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan
diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi
telah digulirkan pada kelompok-kelompok usaha hortikultura dan
perkebunan. Peningkatan kapasitas pelaku usaha, stimulan mesin dan
alat pasca panen dan pengolahan hasil, dan pengembangan jaringan
kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di Kabupaten Bandung.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 54
Tabel 2.18 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung
No Unit Rumah
Kemasan Lokasi Komoditi
Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Jaya Alam Lestari Pasirjambu Sayuran Supermarket
2. Madani Pasirjambu Sayuran Lyco Farm
3. Lyco Farm Pasirjambu Sayuran Supermarket
4. Adi Farm Pangalengan Sayuran Alamandah
5. Barokah Tani Agro Pasirjambu Sayuran, Stroberi
Luar Bandung
6. Hataki Pasirjambu Sayuran
7. Abo Farm Ciwidey Sayuran Lyco Farm
8. Katata Pangalengan Sayuran
9. Al-ittifaq Rancabali Sayuran
10. Taruna Mulya Pangalengan Sayuran
11. Bongkor Cimenyan Sayuran
12. Patarema Pangalengan Kentang PT. MOU
13. Putra Sari Bumi Kertasari Sayuran
14. Mekartani Cikancung Sayuran MTJ
15. Mandalawangi Cikancung Sayuran
16. Muttaqin Cileunyi Sayuran
Keterangan: profil kelompok rumah kemasan bidang hortikultura, 2015
Tabel 2.19 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung
No UPH Lokasi Produksi Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Rahayu Pangalengan 612 Ton Luar Negeri
2. Trikarya Mandiri Ciwidey 360 Ton Luar negeri
3. Pancawargi Ibun 100 Ton Lokal
4. Mekar Saluyu Ciparay 612 Ton Lokal
5. Mekar Tani Kertasari 200 Ton Regional
6. Giri Senang Cilengkrang 84 Ton Regional
7. Margamulya Pangalengan 300 Ton Luar Negeri
Keterangan: profil unit pengolahan hasil kopi bidang perkebunan, 2015
Pada tahun 2013, kegiatan gebyar promosi kopi java preanger
Kabupaten Bandung memberikan dampak positif terhadap
pengembangan kemitraan pemasaran hasil kopi. Melalui unit pemasaran
Provinsi Jawa Barat, telah dilaksanakan kerjasama pemasaran kopi
dengan Negara Maroko untuk komoditi kopi java preanger Kabupaten
Bandung. Sebagai ekspor perdana telah dikirimkan produk kopi sebanyak
1 kontainer atau 20 Ton kopi berasan.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 55
Sasaran Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya
stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan
melalui 2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2)
pendekatan ekonomi dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan.
Kedua mekanisme tersebut saling berkesinambungan dan ketergantungan
satu dengan yang lainnya.
Tabel 2.20 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi %
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
1. Prosentase luas lahan kritis yang tertanami
59,94% 66,37% 121,8
2. Luas hutan rakyat 12.9250 ha 13.302 ha 102,92
3. Jumlah kelompok agroforestry
50 kel 50 Kel 105,75
4. Jumlah komoditi AUK yang diusahakan
4 4 100
Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah
satunya diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan
masyarakat/petani dan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah
perambah dan penjarah hutan serta mencegah terjadinya kembali
aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan melalui program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam
mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:
- Penyediaan bibit Kopi;
- Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi;
- Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,
Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina,
Mangga dan Mahoni Uganda.
- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram
- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan
untuk usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2
kelompok tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.
Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani/masyarakat disekitar hutan.
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 56
C. Evaluasi Sub Sektor Peternakan
Tercapainya Target Populasi ternak.
Sasaran tersebut ditetapkan untuk mengukur proses pembangunan
peternakan yang bersifat pengadaan ternak secara langsung, kegiatan
penunjang lainnya seperti penyediaan sarana manajemen,
penanggulangan penyakit serta kegiatan yang dapat menunjang
pencapaian populasi ternak yang sudah ditetapkan. Upaya yang dilakukan
untuk mendukung peningkatan populasi sapi perah adalah dengan
memberikan stimulan bantuan ternak dari sumber APBD.
Tabel 2.21 Stimulan ternak dari Disnakan tahun 2010-2015
Jenis ternak 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah
Sapi potong (ekor) 6 10 36 134 25 14 225
Sapi perah (ekor) 12 15 20 45 36 50 178
Domba (ekor) 163 125 360 415 306 497 1.866
Kambing (ekor) 20 36 165 53 10 22 306
Kelinci (ekor) 200 260 618 946 1.175 762 3.961
ayam buras (ekor) 100 1.600 5.405 300 1.760 210 9.375
Itik (ekor) 0 0 1.100 3.990 9.600 4.400 19.090
ayam pelung (ekor)
147 102 285 138 135 93 900
Sumber: DPA bidang Peternakan TA 2010-2015 diolah.
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa tiap tahunnya
stimulan ternak mengalami peningkatan. Khusus ternak itik akumulasi
tertinggi sampai tahun 2015 mencapai 19.090 ekor. Komoditas lainnya
yang mendapat alokasi anggaran cukup tinggi yaitu ternak sapi potong
dan ternak domba. Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak
ruminansia dapat dilihat pada Gambar berikut:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 57
Gambar 2.7 Data Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015
Sumber: Laporan Tahunan 2010-2014 dan Data Bidang Peternakan
2015 diolah.
Berdasarkan grafik di atasdisimpulkan bahwa pertumbuhan untuk
ternak ruminansia tertinggi pada ternak sapi potong yaitu mencapai
69,84% sedangkan pertumbuhan terendah dicapai pada ternak sapi perah
sebesar 13,88%. Adapun rata-rata pertumbuhan untuk ternak ruminansia
selama 5 tahun mencapai 31,61%.
Populasi ternak unggas, secara umum mengalami penurunan
populasi sebesar -0,70% pertahun. penurunan tersebut terutama
disumbang dari penurunan populasi ayam broiler dan ayam petelur
sebesar -0,57% dan -3,27% pertahunnya. Populasi ternak unggas lainnya
yaitu ternak ayam buras mengalami pertumbuhan sebesar 9.07%
pertahun.
Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
- 50.000
100.000 150.000 200.000 250.000 300.000
Sapi Perah Sapi Potong Domba Kambing
2010 29.702 16.658 223.437 20.542
2011 36.045 36.849 232.107 26.769
2012 31.937 28.067 234.795 24.979
2013 32.358 28.745 241.910 25.101
2014 33.643 28.198 251.099 26.301
2015 33.824 28.292 256.219 26.311
Po
pu
lasi
te
rnak
ru
min
ansi
a (e
kor)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 58
Gambar 2.8 Data Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015
Sumber: Data Bidang Peternakan 2010-2015 diolah.
Selain populasi ternak yang secara umum menunjukan peningkatan
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Indikator lain yang
menunjukan kinerja dari Dinas Peternakan dan Perikanan yaitu
peningkatan jumlah kelompok yang mendapat fasilitasi bantuan
peternakan. Adapun Perbandingan kelompok penerima bantuan selama 5
tahun dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :
- 500.000
1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000
Ayam Buras AyamPetelur
AyamPedaging
Itik
2010 1.373.201 501.917 4.383.865 438.561
2011 1.644.558 443.951 4.420.976 477.430
2012 1.863.970 414.129 2.443.390 389.739
2013 1.881.491 436.663 2.584.390 409.861
2014 1.990.142 453.832 3.484.907 435.591
2015 1.996.021 487.508 3.665.767 437.217
Po
pu
lasi
Un
ggas
(e
kor)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 59
Gambar 2.9 Perbandingan Target dan Realisasi Fasilitasi Kelompok Pembudidaya Peternakan Tahun 2011-2015
Sumber Data : Bidang Peternakan 2011-2015 (diolah)
Realisasi jumlah kelompok pembudidaya ternak yang mendapat
fasilitasi bantuan mulai Tahun 2014 dan 2015 cukup signifikan, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Peningkatan alokasi anggaran untuk kegiatan peningkatan kapasitas
kelompok pembudidaya ternak
2. Adanya alokasi anggaran dengan sumber anggaran dari APBD
Provinsi juga dari APBN
Tercapainya Produksi Peternakan
Beberapa indikator yang menggambarkan capaian dari sasaran
yang telah ditetapkan diuraikan sebagai berikut:
1) Jumlah Pemotongan di RPH
Jumlah pemotongan di RPH dipergunakan sebagai indikator untuk
mengukur kemampuan pelayanan dinas dalam proses pemotongan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Indikator ini juga
menunjukan kemampuan dinas dalam pemenuhan pendapatan asli
daerah (PAD). Capaian indikator tersebut sangat dipengaruhi oleh
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat mengenai impor sapi
karena sebagian besar sapi yang dipotong di RPH merupakan sapi impor.
Adapun perbandingan target dan realisasi pemotongan dari tahun
2010-2015 dapat digambarkan pada Grafik dibawah ini.
60 101
161
289
479
60 101
156
201 231
2011 2012 2013 2014 2015
Realisasi Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudiaya (kelompok)
Target Jumlah Fasilitasi Peternak Pembudiaya (kelompok)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 60
Gambar 2.10 Perbandingan Target dan Realisasi Pemotongan di RPH 2011-2015
Sumber Data: Laporan Tahunan UPTD RPH Tahun 2011-2015 diolah
Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan realisasi pemotongan di RPH berada jauh diatas target yang
telah ditetapkan. Capaian yang cukup tinggi ini merupakan dampak dari
peningkatan sarana prasarana pemotongan khususnya RPH Baleendah
yang secara terus-menerus sehingga dapat memenuhi standar
pemotongan untuk sapi impor. Selain itu, tarif pemotongan yang cukup
murah menjadi daya tarik tersendiri untuk para bandar memotong di RPH
Kabupaten Bandung.
2) Jumlah Penyediaan Daging, Telur dan Susu (Ton)
Capaian penyediaan telur dan susu yang dapat melebihi target yang
ditetapkan ditunjang oleh beberapa hal yaitu:
- Semakin meningkatnya teknologi pakan sapi perah yang bisa
meningkatkan produktivitas
- Peran aktif peternak dalam peningkatan keahlian serta adanya
stimulan pakan berkualitas dari pemerintah
- Terjadinya peningkatan populasi ternak unggas terutama ayam
buras dan ternak itik sebagai penyumbang produksi telur utama di
wilayah Kabupaten Bandung.
9.200
23.200
37.480
52.046
66.903
9.526
22.486
37.316
61.495
83.455
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
2011 2012 2013 2014 2015
Target Pemotongan (ekor) Realisasi Pemotongan (ekor)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 61
Grafik data produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten Bandung
dari tahun 2010 sampai 2015 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 2.11 Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015
Sumber: Data Bidang Peternakan Tahun 2010-2015.
Pencapaian produksi daging khususnya tidak sesuai dengan target
yang ditetapkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
- Belum terdapatnya sentra pembibitan sapi potong di Kabupaten
Bandung
- Adanya kebijakan pusat yang menggangu perkembangan dan
pertumbuhan ternak penghasil daging, khususnya sapi
Upaya tindaklanjut yang perlu dilakukan pada masa yang akan
datang terutama untuk mengoreksi produksi diantaranya sebagai berikut:
- Merubah sistem pemeliharaan ternak penghasil daging dari sistem
penggemukan ke sistem penyediaan bibit dan bakalan dengan cara
memprioritaskan pengadaan ternak sapi potong bakalan ke sapi
potong betina.
- Meningkatkan penggemukan sapi perah jantan
- Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak.
- Peningkatan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan
- Peningkatan kualitas pakan ternak dengan introduksi jenis HMT baru
atau sumber pakan lainnya
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
Daging Telur Susu
2010 45.183 8.323 62.876
2011 57.356 7.823 67.429
2012 27.839 7.297 59.157
2013 28.799 7.639 59.937
2014 29.095 7.795 61.516
2015 26.761 8.819 71.602
Pro
du
ksi (
ton
)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 62
Tercapainya Kesehatan Hewan/ternak
1) Persentase Jumlah Penyakit Hewan Prioritas yang Tertanggulangi (%)
Berdasarkan keputusan menteri pertanian No
4026/kpts/OT.140/2013 tentang Penetapan Penyakit Hewan Menular
Strategis (PHMS), terdapat 25 jenis penyakit hewan dan ternak yang perlu
mendapatkan penanganan. Merujuk hasil surveillance di lapangan,
Kabupaten Bandung memprioritaskan kegiatan pengendalian untuk 8
PHMS yaitu: Anthrax, Rabies, Brucelossis, AI (HPAI dan LPAI), ND, IBR,
Helminthiasis, dan Parasit darah.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2015) selalu ada peningkatan
pada intervensi jenis penyakitpada setiap tahunnya. Adapun peningkatan
penanggulangan jenis penyakit tersebut dapat digambarkan pada grafik
dibawah ini :
Gambar 2.12 Peningkatan intervensi jenis penyakit ternak dan hewan di kabupaten Bandung tahun 2011-2015
Sumber data: Bidang Kesehatan Hewan 2011-2015 diolah
2) Persentase Peningkatan Status Kesehatan Hewan/ Ternak(%)
Uraian pencegahan dan penanggulangan penyakit yang
dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan
ialah sebagai berikut:
20 20
24
28
32
2011 2012 2013 2014 2015
PERKEMBANGAN PENYAKIT HEWAN PRIORITAS YANG TERTANGANI (%)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 63
Pengendalian AI dan ND
Penyakit AI dan ND merupakan penyakit yang menyerang pada
unggas yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Khusus
untuk penyakit AI (Avian Influenza) penyakit ini dapat menular pada
manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga berdasarkan hal
tersebut maka penting sekali dilakukan pencegahan dan penanggulangan
penyakit ini. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan dan
pengalaman terhadap penyakit ND sehingga kematian yang disebabkan
oleh penyakit AI masih dianggap disebabkan oleh penyakit ND. Fakta di
lapangan pun memperlihatkan bahwa kejadian AI dapat disertai dengan
penyakit ND sehingga pengendalian yang dilakukan tidak hanya untuk AI
tetapi juga untuk ND.
Pada tahun 2015 vaksinasi AI dan ND dilaksanakan di 18
kecamatan 34 desadengan pengulangan 1 bulan dan 3 bulan kemudian.
Pengendalian AI/ND ini dilakukan terutama pada wilayah yang
dikhawatirkan berpotensi terjadi penyakit tersebut seperti di Rancaekek,
Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Cikancung, Cicalengka dan lainnya.
Berdasarkan tabel vaksinasi unggas paling banyak dilakukan untuk
ternak itik sebanyak 19.882 ekor (47,75%), diikuti oleh ayam 19.672 ekor
(47,25%), entog 1.882 ekor (4,52%) angsa 113 ekor (0,27%) dan Burung
88 ekor (0,21%). Alokasi vaksin yang cukup tinggi untuk ternak itik
dikarenakan pada 2 tahun terakhir kasus AI paling banyak terjadi pada
ternak itik dibanding ternak unggas lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
mobilitas ternak itik yang cukup tinggi (terutama dengan sistem angon
yang berpindah-pindah (nomaden) dibandingkan dengan unggas lain
yang diam pada satu tempat.
Jumlah pelaksanaan vaksinasi sebagai upaya pengendalian AI dan
ND dari tahun 2010-2015dapat terlihat pada grafik dibawah ini:
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Ayam Itik Entog Angsa Burung
2012 2013 2014 2015
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 64
Gambar 2.13 Perkembangan Vaksinasi AI/ND di Kabupaten Bandung Tahun 2012-2015
Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2012-2015 diolah.
Berdasarkan grafik di atas, penurunan jumlah vaksinasi yang terjadi
setiap tahunnya dikarenakan target vaksinasi dilakukan pada daerah
kasus yang setiap tahunnya mengalami penurunan.
Sebagai upaya untuk mengontrol efektivitas vaksinasi AI yang telah
dilaksanakan maka dilakukan survailance dan monitoring pada penyakit
AI/ND. Hasil dari survailance ini menunjukan bahwa dari 250 sampel yang
diambil, jumlah sampel yang hasilnya positif AI sebanyak 35,6% dan
positif ND sebanyak 42%. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu
ditingkatkan higienitas/kebersihan yang meliputi pemeliharaan unggas
termasuk kandang (Good Farming Practice), lingkungan kandang dan
penjaga kandang. Hal yang tak kalah penting adalah metode vaksinasi
yang memperhatikan handling vaksin (dari mulai persiapan sampai
aplikasinya), ternak serta metode pengambilan sampelnya.
Pengendalian Brucellosis
Pengendalian brucellosis di Kabupaten Bandung sangat penting
untuk dilakukan terutama untuk ternak sapi perah mengingat Kabupaten
Bandung merupakan wilayah pengembangan ternak sapi perah. Penyakit
brucellosis ialah jenis penyakit yang menyerang pada sistem reproduksi
sapi yang dapat mengakibatkan keguguran pada sapi yang terkena
penyakit ini. Bahaya lain dari penyakit ini ialah dapat menular pada
manusia sehingga penyakit ini sangat strategis untuk dicegah dan
ditanggulangi.
Vaksinasibrucellosis pada tahun 2015 menurun dibandingkan tahun
2014 yang mencapai 3.268 ekor. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adanya beberapa kegiatan yang dilakukan secara
bersamaan, yaitu kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi dan
gertak birahi baik oleh Deptan maupun provinsi.
Adapun jika digambarkan vaksinasi selama 5 tahun maka terjadi
fluktuasi sesuai dengan kasus dan kejadian dari penyakit itu sendiri.
Perkembangan vaksinasi brucellosis dari tahun 2010-2015 dapat
digambarkan sebagai berikut:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 65
Gambar 2.14 Perkembangan Vaksinasi Brucellosis di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015
Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2010-2015
Berdasarkan grafik terlihat bahwa vaksinasi tertinggi dilakukan pada
tahun 2011 mencapai 2.817 ekor dan tahun 2014 sebanyak 3.268 ekor,
terendah pada tahun 2015.
Pengendalian Rabies
Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan
yang bisa menular ke manusia), yang sering disebut juga penyakit anjing
gila. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
bagi korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR).
Pada tahun 2015, daerah yang vaksinasi rabies adalah yang
memiliki resiko tinggi atau pernah ada laporan kasus penggigitan, daerah
perbatasan dengan Kabupaten/Kota yang resiko tinggi rabies dan
populasi HPR yang tinggi dan selama 3 tahun terakhir belum diintervensi
dengan kegiatan vaksinasi. Berdasarkan hasil kegiatan di tahun
sebelumnya dengan asumsi adanya penambahan populasi, maka target
vaksinasi rabies sebanyak 6.500 ekor HPR, namun terealisasi sebanyak
4.582 ekor yang dilakukan di 25 kecamatan, 86 desa. Realisasi vaksinasi
yang kurang dari target ternyata dipengaruhi oleh berkurangnya populasi
di daerah target karena dijual dan hilang.Adapunrekapitulasi kegiatan
vaksinasi dari tahun 2010-2015 dapat terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.22 Hasil Vaksinasi Rabies tahun 2010-2015
Tahun Jenis HPR Yang di Vaksin ( Ekor )
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah ternak sapi yangdivaksin
1074 2817 1696 1129 3268 946
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 66
Anjing Kucing
Lain-lain Kera, rubah,
dll Jumlah
2010 5.090 765 45 5.900
2011 4.314 681 5 5.000
2012 3.449 1.751 0 5.200
2013 2.941 2.059 0 5.000
2014 4.707 1.921 64 6.692
2015 3.354 1.202 26 4.582
Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2015
Selain vaksinasi, upaya pengendalian rabies dilakukan dengan
pengendalian populasi melalui eliminasi terhadap HPR (Hewan Pembawa
Rabies) dan pengendalian angka kelahiran melalui tindakan operatif
terhadap hewan tersebut (kastrasi pada hewan jantan). Pada tahun 2015
telah dilaksanakan eliminasi HPR yang dilakukan oleh masyarakat
(berdasarkan permintaan). Masyarakat mengajukan permohonan stichine
untuk diberikan kepada anjing liar yang biasa mengganggu sapi-sapi yang
baru beranak. Berdasarkan data permohonan dari masyarakat, terdapat
40 ekor anjing yang diklaim untuk dieliminasi, walaupun jumlah
sebenarnya yang mati karena dieliminasi tidak terlaporkan karena HPR
tersebut tidak ditemukan bangkainya. Adapun pelaksanaan kastrasi untuk
kucing telah dilaksanakan terhadap 50 ekor kucing-kucing liar. Jumlah
HPR yang dieliminasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.23 Eliminasi HPR dari tahun 2010-2015
Tahun Kec. Lokasi HPR yang dieliminasi Ekor) Total
(Ekor) Anjing Kucing Kera
2010 0 0 335 165 0 500
2011 17 29 241 9 0 250
2012 25 34 349 1 0 350
2013 8 16 193 87 0 280
2014 3 5 49 7 0 56
2015 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang kesehatan hewan 2015
Berdasarkan tabel di atas terlihat setiap tahunnya (2010 ke 2015)
jumlah eliminasi pada HPR ini mengalami penurunan, yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 67
- Terjadinya penurunan kasus penyakit ternak terutama pada tahun
2015 yang cukup signifikan
- Adanya pengalihan prioritas penanngulangan penyakit dari
pencegahan ke pencegahan penyakit ternak dan hewan.
Pengendalian Anthraks, IBR ,Helminthiasis dan Parasit Darah (
babesiosis )
Kabupaten Bandung merupakan daerah bebas anthraks sehingga
tindakan yangdilaksanakan adalah surveillance pada ternak yang masuk
ke Kabupaten Bandung terhadap kondisi fisik dan titer antibody yang
dimilikinya. Pada tanggal 21 September 2015 menjelang Idul Qurban
dimana lalu lintas ternak dari luar daerah meningkat. Sebanyak 60 sampel
darah diambil dari sapi dan diuji dengan metode elisa. Dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa 59 sampel titernya dibawah 60 yang
menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau terpapar
oleh bakteri anthraks sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara
maupun diperdagangkan sedangkan 1 sampel menunjukkan hasil positif
yang kemungkinan hewan tersebut pernah divaksin sebelumnya dan
hewan tidak menunjukkan gejala klinis sehingga secara umum, ternak
yang ada di wilayah Kabupaten Bandung aman dari penyakit anthraks
Begitu pula dengan pengendalian penyakit IBR dimana Kabupaten
Bandung berdasarkan surveillance dari laboratorium daerah di Kabupaten
Bandung menunjukkan adanya serologi positif namun laporan dan
peneguhan diagnosa adanya kasus IBR belum pernah terdata di
Kabupaten Bandung pada tahun 2014 sehingga surveillance dilakukan
pada 12 ternak yang beresiko terkena penyakit ini yaitu ternak-ternak
yang berada di sekitar ternak impor yang divaksin IBR sebelum ternak
tersebut masuk dan didapatkan data bahwa ternak tersebut sebanyak 10
ternak positif IBR dan 2 diantaranya negatif IBR. Dari 12 ekor ternak yang
positif tersebut tidak menunjukkan gejala klinis terserang IBR namun
karena merupakan ternak impor yang memungkinkan ada vaksinasi
sebelumnya dan masih menunjukkan kekebalan. Sementara 60 sampel
yang diambil dari lokasi ternak bukan impor menunjukkan hasil negative
yang menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau
terpapar oleh virus IBR sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara
maupun dikawinkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah
Kabupaten Bandung masih terbebas dari penyakit IBR.
Penyakit hewan menular strategis lainnya yang dikendalikan adalah
helminthiasis.Surveilance dilakukan pada ternak yang dilayani oleh UPTD
Puskeswan dan laboratorium. Tindakan pengujian yang dilakukan untuk
memastikan bahwa tindakan pengobatan yang telah dilakukan telah
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 68
berhasil meng-eliminir cacing yang ada di tubuh ternak tersebut 100
sampel diambil untuk dilakukan pengujian yang sebelumnya telah
mendapatkan pengobatan dan 74% diantaranya sehat, dan 303 sampel
lainya yang diperiksa ternyata juga sebanyak 77% diantaranya
menunjukkan tidak terinfeksi dengan cacing. Sedangkan 100 sampel
lainnya yang diuji untuk dilakukan pengobatan kembali hanya
menunjukkan kesembuhan sebesar 43,1% sehingga dibutuhkan kembali
pengobatan lanjutan serta kontrol cara pemberian pakan terhadap individu
tersebut.
Surveilance identifikasi parasit darah yang dilakukanberdasarkan
hasil surveillance di Kecamatan Pangalengan Pada tahun 2014 ditemukan
adanya hasil positif parasit darah Theileriosis dan pada tahun yang sama
telah dilakukan kembali pengambilan sampel untuk lokasi yang sama
menunjukkan hasil negatif. Sedangkan Bulan Mei 2015 dilakukan
pengambilan sampel darah di Kecamatan Arjasari dan didapatkan pula
hasil positif theileriosis pada sapi-sapi perah maka pengendalian yang
dilakukan adalah dengan pengobatan dan pengendalian caplak melalui
penyemprotan. Surveilance juga dilakukan pada ternak sapi potong yang
datang dari wilayah timur Indonesia, dari 20 sampel yang diuji ternyata
tidak ditemukan parasit darah. Untuk hasil demikian maka dapat
direkomendasikan untuk dilakukan surveillance lanjutan di lokasi positif
untuk melihat keberhasilan pengendalian yang dilakukan dan juga pada
lokasi penampungan ternak yang dilalulintaskan dari daerah Indonesia
Timur (NTT, NTB maupun Madura) mengingat prevalensinya yang cukup
tinggi terhadap penyakit parasit darah (tripanosoma, babesiosis).
Selama 5 tahun jumlah pelayanan keswan mencapai kurang lebih
250 ribu ekor dimana pada setiap tahunnya pelayanan dan pencegahan
penyakit yang dilakukan berfluktuatif sesuai dengan jumlah kasus yang
terjadi. Adapun uraian jumlah pelayanan dan pencegahan penyakit
ternak/hewan dapat digambarkan pada grafik dibawah ini:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 69
Gambar 2.15 Peningkatan pelayanan dan pencegahan penyakit ternak/hewan tahun 2010-2015
Sumber data: Laporan Bidang Kesehatan Hewan 2011-2015 diolah.
Berdasarkan grafik peningkatan status kesehatan hewan tertinggi
dapat dicapai pada rentang tahun 2013-2014 dengan peningkatan
mencapai 3,65%. Sedangkan realisasi terendah dicapai pada rentang
tahun 2011-2013 yang hanya mencapai 1,25%. Hal ini tentunya
berbanding lurus jumlah pelayanan dan jumlah vaksinasi pada tahun
bersangkutan.
Tercapainya Kesehatan Masyarakat Veteriner Untuk Mendukung Jaminan Keamanan Pangan
1) Persentase Produk Pangan Asal Hewan yang HAUS (%)
Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam
menjamin penyediaan Pangan asal hewan yang sehat. Dimana komoditas
produk peternakan yang diukur terdiri dari daging ayam, telur ayam,
daging olahan, dan daging sapi. Adapaun jenis uji laboratorium yang
dilakukan ialah uji cemaran mikroba (slamonella, E. coli, Coliform,
Stahylococus dan TPC), Uji Boraks (pengawet), Elisa daging sapi, uji fisik
dan kimia produk. Adapun hasil uji akan produk peternakan yang
diperiksa ialah sebagai berikut:
55
60
65
70
20112012
20132014
2015
60 62,5
63,75
67,4 69,4
Peningkatan Status Kesehatan Hewan (%)
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 70
Tabel 2.24 Hasil Uji laboratorium Kesmavet Tahun 2015
Jenis Jumlah
Uji Mikroba Boraks
Elisa
daging
Babi
Uji Fisik dan
Kimia
Salmonella E.Coli Coliform Staphyloco
cus TPC
Bau, warna,
PH,
Konsistensi
Daging
sapi
6 0 66,7 33,3 66,7 50 0 0 0
Daging
ayam
37 0 10,8 10,8 8,1 42,9 0 0 0
Telur
Ayam
6 0 16,7 0 0 0 0 0 0
Daging
Olahan
8 0 0 0 12,5 62,5 0 0 0
Rata-rata 0 23,5 11,0 22,5 30,2 0 0
Sumber: Laporan Bidang Keswan 2015
Namun jika melihat hasil produk yang tidak sesuai standar sebanyak
17,4% maka tugas pemerintah Kabupaten Bandung melalui dinas
peternakan dan perikanan masih cukup berat untuk mengurangi produk
tersebut. Selain itu yang paling utama ialah peran aktif dan kesadaran
penjual produk peternakan untuk menjaga kualitas produk mereka agar
sesuai dengan standar. Berdasarkan hal tersebut maka keamanan produk
dan konsumen dapat terjaga.
Namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka
trend kualitas produk ini nampaknya meningkat walaupun secara
perlahan. Adapun gambaran peningkatan kualitas PAH yang HAUS
seperti tersaji pada Grafik dibawah ini:
Gambar 2.16 Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun 2012-2015
Sumber Data : laporan Bidang Keswan Tahun 2012-2015 diolah
2012 2013 2014 2015
Persen Kualitas PAHyang HAUS
62,5 70 72,6 82,6
62,5 70 72,6
82,6
Pe
rse
n
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 71
Berdasarkan Grafik maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan
rata-rata tiap tahun mencapai 3,8%. Dan peningkatan tertinggi terjadi
pada rentang tahun 2012 ke tahun 2013 dimana peningkatannya
mencapai 7,5%.
Tercapainya Peningkatan Penerapan Teknologi serta Pemanfaatan hasil ikutan Produksi Peternakan
Persentase Pemanfaatan Teknologi Peternakan dan Perikanan (%)
Indikator ini dibuat untuk menggambarkan pemanfaatan sarana
teknologi peternakan dan perikanan oleh peternak dan pembudidaya
perikanan. Pemakaian teknologi ini diharapkan dapat membuat usaha
yang dijalankan lebih efisiensi dan efektif sehingga peternak/pembudidaya
dapat memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh
peternak/pembudidaya.
Persentase fasilitasi teknologi peternakan dan perikanan merupakan
angka yang didapat dengan membagi jumlah RTP peternakan dan
perikanan yang mendapat bantuan teknologi sampai dengan tahun
bersangkutan dibagi jumlah RTP peternakan dan perikanan total yang ada
di kabupaten Bandung yaitu sebanyak 27.885 RTP. Sampai dengan 2015
dari tahun 2010 direncanakan sebanyak 847 satuan (2,78%) alat/sarana
teknologi peternakan dan perikanan didistribusikan ke peternak,
pembudidaya perikanan dan pengolah peternakan perikanan. Realisasi
pada tahun 2015 sebanyak 34 satuan sehingga realisasi sampai dengan
tahun 2015 mencapai 861 satuan (3,09% jika dibagi jumlah RTP
peternakan dan perikanan). Realisasi tersebut lebih tinggi sebanyak
0.05% dari target yang sudah di tetapkan sebesar 3,04%.
Khusus untuk tahun 2015 sendiri jumlah stimulan peralatan/sarana
yang diberikan kepada masyarakat peternakan dan perikanan Kabupaten
Bandung sebanyak 34 satuan alat/sarana dari target sebanyak 46 satuan,
sehingga realisasi hanya sebesar 73,91%. Realisasi tahun 2015 tidak
dapat mencapai target yang ditetapkan hal ini lebih dikarenakan oleh
adanya aturan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
pada Pasal 298 ayat (5) huruf d dinyatakan bahwa hibah diberikan kapada
badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka rencana bantuan
untuk kelompok pada APBD perubahan 2015 sebanyak 12 satuan tidak
dapat dilaksanakan.
Uraian stimulan peralatan yang diberikan pada tahun 2015 seperti
pada tabel dibawah ini:
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 72
Tabel 2.25 Fasilitasi teknologi berupa alat/sarana peternakan dan perikanan tahun 2015
NO JENIS BARANG VOLUME
1 Mesin tetas telur 6 Unit
2 Biogas 6 Buah
3 Alat dan bahan kompos 7 paket
5 Chopper 4 Unit
6 Mesin Pakan 1 Unit
7 Mesin Kompos APPO 1 Unit
8 Penanaman HMT 5 ha
10 Sarana pengolahan pakan silase 2 paket
11 Pompa air 2 unit
Jumlah 34 Satuan
Sumber: laporan Bidang Peternakan, Perikanan dan Binus diolah
Perbandingan bantuan sarana teknologi dari tahun 2010-2015
seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 2.17 Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan dan perikanan di Kabupaten Bandung 2011-2015
Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa kenaikan pada tiap
tahunnya sarana penerapan teknologi yang didistribusikan kepada pelaku
usaha peternakan dan perikanan cukup tinggi. Terutama pada tahun 2012
dan 2014 yang mengalami kenaikan sekitar 167 satuan dan 161 satuan.
Tercapainya Peningkatan produk olahan peternakan yang berdaya saing
1) Persentase peningkatan produksi olahan ternak (%)
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah stimulan teknologipeternakan dan perikanan
381 548 666 827 861
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
SATU
AN
TEK
NO
LOG
I
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 73
Indikator ini menggambarkan mengenai kinerja pemerintah dalam
memberikan fasilitasi dan pembinaan kepada pelaku pengolahan produk
peternakan. Adapun uraian produksi produk peternakan tahun 2011-2015
sebagaimana tersaji pada grafik dibawah ini:
Gambar 2.18 Produksi Produk Peternakan Tahun 2011-2015
Sumber laporan tahunan Binus 2011-2015 diolah
Berdasarkan grafikdalam kurun 5 tahun, 3 jenis produk olahan
peternakan terus mengalami peningkatan. Produk olahandaging
mengalami peningkatan produksi sebesar 128% (25,6% pertahun), olahan
susu 78% (15,7% pertahun) dan telur 81,98% (16,39% pertahun).
Peningkatan yang cukup signifikan ini dikarenakan oleh:
- Berkembangnya pelaku usaha pengolahan produk peternakan.
- Adanya diversifikasi usaha pengolah produk peternakan, dimana
munculnya varian beberapa olahan baru.
- Adanya stimulan sarana prasarana dari pemerintah membuat gairah
usaha pelaku usaha pengolahan cukup tinggi.
2.5 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Pertanian
Proses perencanaan yang tradisional biasanya menentukan
prioritas pembangunan dengan hanya mengandalkan historis kegiatan
yang sudah ada. Biasanya proses pembangunan tersebut tidak melihat
peluang dan tantangan sehingga setiap langkah proses pembangunan
cenderung monoton. Sebagai upaya untuk merubah paradigm tersebut
maka perlu dianalisis mengenai tantangan dan peluang dalam proses
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi olahan susu (Ton) 8051 11962 13378 14517 14403
Produksi olahan daging (Ton) 168 220 215 285 385
Produksi olahan telur (ribubutir)
1127 1200 1470 2024 2051
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000P
rod
uks
i Ola
han
te
rnak
GAMBARAN PELAYANAN
DAN EVALUASI INDIKATOR KINERJA
RENSTRA 2016-2021 II - 74
pengembangan pelayanan SKPD termasuk pada pelayanan Dinas
Pertanian. Adapun hasil analisis peluang dan tantangan yang dihadapi
oleh Dinas Pertanian sesuai dengan Tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya ialah sebagai berikut:
a. Peluang pengembangan pelayanan pada Dinas Pertanian
- Kebijakan MEA membuka pasar ekspor
- Masih tingginya permintaan masyarakat daerah lain terhadap
produk Pertanian
- Dibangunnya Tol Soroja memudahkan akses transportasi
barang
- Berkembangnya media sarana promosi produk unggulan
- Berkembangnya trend pelestarian lingkungan yang dikaitkan
dengan berbagai bidang
- Perkembangan ekonomi kab/kota berbatasan yang semakin
pesat turut memengaruhi perekonomian Kabupaten Bandung
khususnya yang berbatasan langsung
- Terdapat banyak investor yang telah menanamkan modalnya di
sektor hulu dan hilir
- Tingginya kunjungan wisatawan ke area agrowisata dari luar
Kabupaten Bandung tinggi
b. Tantangan pengembangan pelayanan pada Dinas Pertanian
- Masih tingginya ancaman Penyakit pada komoditas pertanian
khususnya peternakan
- Kebijakan pasar bebas Asean dapat menyebabkan
produk/pekerja luar negeri masuk ke Kabupaten Bandung
- Tingginya inflasi dan fluktuasi harga komponen usaha
pertanian
- Fluktuasi harga produk pertanian yang tinggi mengganggu
kelangsungan budidaya produk pertanian
- Alih fungsi lahan mengancam kelangsungan budidaya
- Daya saing wilayah lain sebagai lokasi investasi