Upload
lytruc
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Sulawesi Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa yang
beribukota di Amurang.
Kabupaten Minahasa Selatan terbentuk secara resmi pada tanggal 4
Agustus 2003 dengan ditetapkannya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota
Tomohon. Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten
di Propinsi Sulawesi Utara dengan jarak dari Amurang ke Manado ± 64
km. Peta Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2
2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai batas-batas :
Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa
Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow
dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Barat : Berbatasan dengan Laut Sulawesi
Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai luas 1.484,47
km², yang berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintah
daerah dibagi dalam 17 (tujuh belas) kecamatan, 167 desa dan 10
kelurahan. Status kelurahan hanya ada pada Kecamatan Amurang,
Amurang Timur dan Amurang Barat, dimana sebagian besar wilayah
Minahasa Selatan memiliki topografi bergunung-gunung yang
membentang dari utara ke selatan dengan jumlah penduduk pada
tahun 2015 204.983 jiwa seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
No Nama
Kecamatan
Luas
(Km²) Desa Kelurahan
1. Modoinding 46,98 10 -
2. Tompaso Baru 129,48 10 -
3. Maesaan 143,98 12 -
4. Ranoyapo 102,44 12 -
5. Motoling 15,11 7 -
6. Kumelembuai 37,89 8 -
7. Motoling Barat 128,40 8 -
8. Motoling Timur 50,44 8 -
9. Sinonsayang 104,58 13 -
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 3
10 Tenga 125,39 18 -
11 Amurang 69,45 2 6
12 Amurang Barat 103,40 8 2
13. Amurang Timur 152,73 8 2
14. Tareran 51,91 13 -
15. Suluun Tareran 35,84 9 -
16. Tumpaan 78,26 10 -
17. Tatapaan 108,19 11 -
J u m l a h 1.484,47 167 10
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Gambar 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2015
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis
Posisi Astronomi
Secara geografis, Kabupaten Minahasa Selatan terletak antara 0,47’
- 1,24’ Lintang Utara dan 124,18’ - 12445’ Bujur Timur.
Posisi geostrategis
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 4
Hal ini menyebabkan letak geografis kabupaten Minahasa Selatan
berada pada posisi strategis karena berada pada jalur lintas darat trans
sulawesi yang menghubungkan jalur jalan seluruh provinsi di Pulau
Sulawesi. Pada pesisir jalur laut bagian utara merupakan daerah yang
strategis untuk pengembangan produksi perikanan di Kawasan Timur
Indonesia serta daerah perlintasan (transit) sekaligus stop over arus
penumpang, barang dan jasa pada kawasan Indonesia tengah dan
kawasan Indonesia timur bahkan untuk kawasan Asia Pasifik. Hal ini
disebabkan letak geografis Minahasa Selatan yang berada pada ALKI II
(alur laut kepulauan Indonesia) sehingga membuat Minahasa Selatan
menjadi daerah yang strategis dari sisi perhubungan laut.
Posisi Minahasa Selatan juga sangat dekat dengan Ibu Kota
Provinsi yaitu Kota Manado sebagai pusat di Sulawesi Utara dan Kota
Bitung sebagai pusat industri dan pelabuhan Internasional (IHP,
international hub port). Hal ini akan sangat menunjang pada penetapan
Minahasa Selatan sebagai kawasan cepat tumbuh.
Kondisi/Kawasan
1. Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang
laut yang besar secara tiba-tiba, yakni berada di pesisir pantai
Kecamatan Tatapaan, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan
Amurang Barat, Kecamatan Amurang, Kecamatan Tenga dan
Kecamatan Sinonsayang, dengan luas keseluruhan ± 17.598 Ha dan
dengan panjang garis pantai 168 km.
2. Kawasan Pegunungan
Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah
berupa bukit-bukit/pegunungan, berpantai dan sebagian kecil
dataran bergelombang dengan posisi dari daerah pantai (0 meter)
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 5
sampai pada ketinggian 1.500m dari permukaan laut. Beberapa
gunung yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan yaitu :
a. Gunung Soputan dengan ketinggian (1.780m) dan luas 7936,59
Ha (di Kecamatan Amurang Timur)
b. Gunung Torout dengan luas 557 Ha (di Kecamatan
Tompasobaru)
c. Gunung Poopotelu dengan luas 412,82 Ha (di Kecamatan
Sinonsayang)
d. Gunung Simbalang dengan luas 3793 Ha (di Kecamatan
Modoinding dan Tompasobaru)
e. Gunung Lolombulan dengan luas 1200 Ha (di Kecamatan
Sinonsayang, Tenga, Kumelembuai dan Motoling)
Namun, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Selatan
memiliki topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara
ke selatan. Dimana 167 desa yang ada di Kabupaten Minahasa
Selatan, ada 80 desa yang memiliki topografi berbukit-bukit,
sedangkan sisanya 87 desa memiliki topografi yang datar, yaitu di
daerah lembah dan sebagian di daerah pantai.
2.1.1.3 Topografi
Berdasarkan peta morfologi dapat diterangkan bahwa wilayah
datar terdiri dari Beting Pantai dan cekungan antara beting panatai
(B82), Dasar lembah kecil diantara bukit bukit , Dataran lakustrin
(A44), Dataran lava basa berbulit kecil (V51), Dataran lumpur antar
pasang surut dibawah halofit (B63), Dataran tufa vulkanik sedang
sampai basa yang berbukit kecil (V88), Dataran tufa vulkanik sedang
sampai basa yang bergelombang (V83), Dataran vulkanik basa yang
berombak sampai bergelombang (V83), Kipas aluvial vulkanik yang
melereng sangat landai (A27), dan Kipas aluvial vulkanik yang
melereng sedang (A27) dengan total luas wilayah datar ini sebesar
31.840 Ha. Sedangkan wilayah bergelombang hingga bergunung
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 6
terdapat pada morfologi yang berupa Krucut kecil vulkanik muda
basa/ sedang (V97); Punggung bukit linier yang terjal diatas tufa
sedang/basa (M72); Punggung bukit sejajar diatas tufa vulkanik
sedang/basa (H42); Punggung bukit yang sangat curam di atas
vulkanik basa (V52); Punggung gunung yang tak teratur diatas batuan
vulkanik; Teras teras laut teroreh dengan singkapan singkapan
batuan; Gunung berapi setrato muda berasal dari vulkanik basa (V32);
dan Bukit yang agak curam diatas kerucut vulkanik basa (V97). Untuk
daerah yang bukan dataran ini mempunyai total luas sebesar 116.877
Ha.
Gambar 2.3 Peta Morfologi Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
a. Kemiringan Lahan
Minahasa Selatan memiliki lereng yang bervariasi dari datar
sampai sangat curam. Lereng datar menempati daerah sekitar 13 %
dari luas total daerah perencanaan dan tersebar di pesisir
kecamatan Tatapaan, Tumpaan, Amurang Barat, Tenga dan
Sinonsayang. Selain itu juga tersebar di Kecamatan Ranoyapo,
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 7
Tompaso Baru, Maesaan dan Modoinding. Lereng datar banyak
diusahakan secara intensif untuk kegiatan pertanian seperti sawah,
tegalan/hortikultura dan perkebunan kelapa. Daerah yang memiliki
kemiringan sebesar 15-25 % menempati sekitar 32 % dari luas total
sedangkan kemiringan 25-40 % menempati areal sekitar 30 % dan
tersebar hampir di seluruh daerah perencanaan. Daerah dengan
kemiringan > 40 % menempati luas sekitar 20 % dari luas total.
Penyebarannya di kecamatan-kecamatan: Ranoyapo, Tompaso Baru,
Maesaan, Motoling, Sinonsayang, Tenga, Tatapaan dan Tumpaan.
Daerah ini sulit untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian,
sehingga sebagian besar lahannya termasuk dalam kawasan hutan.
Peta lereng Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada Gambar
2.4
Gambar 2.4 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Minahasa
Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Hampir 25 % lahan di Minahasa Selatan berada di kemiringan
lereng diatas 40 %. Ini menunjukkan bahwa banyak lahan berada
pada kemiringan yang cukup curam.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 8
Tabel 2.2.
Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Minahasa Selatan
Kelas Lereng Luas (Ha) Persen
Lereng 0 -8% 8,675.14 5.85
Lereng 8 -15% 17,863.22 12.04
Lereng 15-25% 42,652.60 28.74
Lereng 25-40% 43,490.50 29.31
Lereng > 40% 35,719.42 24.07
Unidentified 3.11 0.00
Total 148,403.98 100
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll–203l
Secara garis besar, kesesuaian potensi lahan terhadap kemiringan
lereng atas tanaman lahan basah, tanaman pangan lahan kering dan
tanaman pangan keras (tahunan) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng
Kemiringan
lereng
Kesesuaian Lahan
Cakupan wilayah
0 – 8 %
Sesuai untuk
tanaman lahan
basah (lahan
basah).
5,85 % dari luas daratan
wilayah Kabupaten
Minahasa Selatan
8- 15 % hingga 15-
25%
Sesuai untuk
tanaman pangan
lahan kering.
12.04 % wilayah
Kabupaten Minahasa
Selatan lereng 8-15% dan
15-25 % seluas hampir
40.78 % dari luas
kabupaten
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Hanya 5.85 % lahan di Minahasa Selatan memiliki potensi untuk
pengembangan tanaman lahan basa (padi padian). Walaupun kecil
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 9
namun jika digunakan metode pertanian yang modern maka hasil
bisa maksimal.
b. Ketinggian Lahan
Dataran rendah dan dataran tinggi secara potensial mempunyai
nilai ekonomi bagi daerah. Ada beberapa dataran yang terdapat di
kabupaten Minahasa Selatan antara lain : Modoinding (2.350 ha),
Tompaso Baru (2.587 ha).
2.1.1.4 Geologi
1. Struktur dan Karakteristik
Berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 tahun 1996. Geologi
batuan penyusun wilayah Kabupaten Minahasa Selatan sangat
bervariasi, antara lain berisi formasi : Qal yaitu batuan aluvium yang
terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung. Qs Endapan
danau dan sungai. Formasi ini terdiri dari pasir, lanau, konglomerat
dan lempung napalan. Perselingan lapisan pasir lepas dan lanau,
lapisan berangsur, setempat silang siur, konglomerat tersusun dari
batuan kasar menyudut tanggung, lempung napalan hitam
mengandung muluska. Satuan ini membentuk undak dengan
permukaan menggelombang.
Ql = batu gamping terumbu koral, kebanyakan terdapat di
daerah pasang surut di barat kampung Amurang. Batuan ini adalah
hasil pengangkatan. Qv = batuan gunung api muda, satuan batuan ini
terdiri dari Lava, bom, lapili dan abu volkanik membentuk gunung api
strato muda antara lain Gunung Soputan, Lokon dan Mahawu. Khusus
Gunung Soputan terdiri dari materil pasir. Qtv dan Qtvl = Adalah Tufa
Tondano terdiri dari klastika kasar gunung api dengan komposisi
andesit, dengan komponen menyudut hingga menyudut tanggung,
banyak mengandung batu apung, batu apung lapili, breksi ignimbrit
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 10
sangat padat. Formasi hasil dari hasil letusan hebat pada waktu
pembentukan Kaldera Tondano.
Tmv dan Tmvl = Batuan Gunung api. Tersusun dari breksi, lava
dan tuf. Aliran lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai basal.
Tmvl adalah lava dasit. Pada sebagian formasi ini ada telah mengalami
mineralisasi termasuk emas dan perak terdapat dalam urat kuarsa
sungai dekat Kampung Paslaten. Tmts : Formasi Tapadaka terdiri dari
Batupasir, grewake, batupasir terkersikkan dan serpih. Batupasir
berwarna kelabu muda hingga tua dan hijau, berbutir halus sampai
kasar, mengandung batuan gunung api hijau dan serpih merah,
setempat-setempat gampingan. Batupasir yang tcrsingkap di S.
Tapadaka mengandung urat kalsit 0,5 – 1 m. Grewake berbutir halus
sampai kasar, bersudut sampai membulat tanggung, pejal, tersusun
oleh plagioklas, augit. kuarsa, dan sedikit hematit dan
magnetit.Batupasir yang tersingkap di sebelah selatan Macia
terkersikkan, hijau, kompak, mengandung feldpar scna sedikit pirit dan
kalkopirit. Di daerah sebelah selatan Dumisili ditemukan batupasir
yang ke arah samping berganti menjadi batugamping (Tmtsl). Serpih
berwarna kelabu sampai hitam. mengandung fosil Spaerodinella
subdehiscens. S. seminulina am Globorotalia acostensis sehingga
umumya adalah berumur Miosen Awal Miosen Akhir.
Tms = Batuan Sedimen, terdiri dari Batupasir kasar, greawk,
batugamping napalan dan batugamping, batu pasirnya tersusun dari
andesit dan setempat bersifat gampingan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 11
Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Sedangkan menurut peta REPPROT jenis tanah yang ada di wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari :
Tabel 2.4 Jenis Tanah Kabupaten Minahasa Selatan
Jenis Tanah dan Textur Luas (Ha)
Dystropepts Agak halus/agak
halus
50,201.87
Dystropepts Agak halus/halus 8,106.29
Dystropepts Kasar/ agak kasar 6,802.04
Dystropepts halus/halus 40,546.88
Eutrandepts Agak halus/halus 6,930.53
Eutrandepts halus/halus 6,350.93
Eutropepts 3.25
Eutropepts Agak halus/halus 189.90
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12
Eutropepts halus/halus 10,294.80
Humitropepts Sedang/agak
halus
10,146.30
Sulfaquents halus/halus 1,109.69
Tropalquepts agak halus/agak
halus
1,272.24
Tropaquepts halus/halus 876.76
Tropopsamments halus/halus 110.66
Tropudalfs halus/halus 5,775.36
Sumber : Peta Repprot
Menurut karakteristik tanahnya wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan mempunyai tingkat kerentanan erosi mulai dari sangat rendah
hingga tinggi. Adapun Peta tanah dapat dilihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6
Peta Jenis Tanah Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 13
2.1.1.5 Hidrologi
Sebagian besar kondisi hidrologi dipengaruhi juga oleh :
a. Air permukaan
b. Air tanah
c. Sumber daya mineral/bahan galian
d. Bencana alam
Di Minahasa Selatan, keadaan hidrologi dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain curah hujan, kandungan air tanah, dan
keadaan sungai. Untuk curah hujan terbanyak di Amurang terjadi
pada bulan bulan Desember, Januari, februari dan Maret. Memang
terdapat korelasi yang positif antara curah hujan, kecepatan angin,
kecepatan arus permukaan dan tinggi gelombang.
Kondisi Sungai
Selain curah hujan, karakteristik hidrologi di pengaruhi oleh
keberadaan beberapa sungai yang melintasi wilayahnya. Untuk
kawasan perkotaan amurang dilintasi oleh sungai Ranoyapo, sungai
Ranowangko, sungai Ranomea dan Sungai Alar. Khusus untuk
kecamatan Tumpaan dilintasi oleh sungai Ranotana dan waleimbang.
Sungai-sungai yang melintasi ini digunakan sebagai drainage dan
sewerage, akan tetapi apabila tiba musim penghujan kadang-kadang
mengakibatkan ada beberapa daerah yang tergenang karena luapan air
dari sungai.
Sungai besar adalah sungai Ranoyapo dengan karakteristik
sebagai berikut ( Pokaton dkk, 2013, Perencanaan Jetty di Muara
Sungai Ranoyapo Amurang, Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013
(434-443) Berdasarkan survey yang dilakukan, dapat diketahui
bahwa permasalahan yang terjadi di sekitar muara sungai Ranoyapo
adalah sering mengalami pengendapan pasir. Karena lokasi penelitian
termasuk pantai berpasir, penutupan muara mengakibatkan terjadinya
lidah pasir (sand spit) di muara. Dari hasil perhitungan yang diperoleh
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 14
besarnya angkutan sedimen sejajar pantai adalah sebesar 205837,7
m3/tahun dengan laju angkutan sedimen tegak lurus pantai adalah
sebesar 677915,27 m3/tahun.
Untuk sempadan sungai mencakup dataran sepanjang tepian
sungai selebar 50 meter di kanan-kiri sungai besar dan kawasan
selebar 25 meter di kanan-kiri sungai kecil. Sempadan sungai ini
terdapat di kanan dan di kiri sungai-sungai dalam DAS Ranoyapo, DAS
Poigar, DAS Ranowangko, Sub DAS Nimanga, Sub DAS Pentu, Sub
DAS Ranotuana, Sub DAS Sendowan, Sub DAS Molinow, Sub DAS
Sidate, Sub DAS Sosogian, Sub DAS Ranomea, Sub DAS Worotican
dengan luas keseluruhan ± 1790 hektar.
Biota-biota yang hidup di sungai yang ada di Sungai - Sungai
Minahasa Selatan, tidak terlalu bervariasi, yang terdiri dari beberapa
jenis ikan dan kepiting serta udang.
Kondisi air tanah di Minahasa Selatan masih sangat bagus
kualitas airnya dan menjadi sumber air yang digunakan penduduk
sebagai MCK dan memasak. Penduduk menggunakan sumber air
tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya disamping PDAM.
Kondisi Sekitar Danau
Kawasan sekitar danau meliputi dataran sekeliling danau yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya minimal 50
m dari titik pasang tertinggi kearah darat. Kawasan sekitar danau ini
meliputi Danau Mokobang (11,01 Ha), danau Moat (15,19 Ha) dan
Danau Iloloy (2,02 Ha) semuanya Di Kecamatan Modoinding dengan
luas keseluruhan ± 28,02 hektar.
Kondisi Sekitar Sempadan pantai
Sempadan pantai yang dimaksud meliputi dataran sepanjang
tepian laut yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 15
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai. Kawasan ini terletak di sepanjang pantai Utara Kabupaten
Minahasa Selatan, dengan luas keseluruhan + 1027,29 Ha. (lebih jelas
lihat Tabel berikut)
Tabel 2.5
Kawasan Sempadan Pantai
Kecamatan Luas (Ha)
Tatapaan 29,414
Amurang 32,686
Amurang Barat 158,211
Amurang Timur 46,622
Ranoyapo 0
Sinonsayang 245,098
Tatapaan 273,82
Tenga 187,139
Tumpaan 54,306
1027,296
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Kondisi kawasan resapan Air
Kawasan resapan air, didefinisikan sebagai kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan
banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang
bersangkutan. Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah
hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan
bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 16
besaran. Penetapan kawasan resapan air ditetapkan sebagai ruang
hijau kota atau hutan kota.
Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang
cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan
penyedian kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik
untuk kawasan bawahannya maupan kawasan yang bersangkutan.
Kawasan Resapan Air ini tersebar di beberapa Kecamatan (lihat tabel
berikut) dengan luas keseluruhan ± 25.613,9 hektar;
Tabel 2.6 Kawasan Resapan Air
Kecamatan Luas (Ha)
Tatapaan 1123,332
Tumpaan 142,356
Amurang 912,812
Amurang Timur 8288,335
Sulta 921,776
Tareran 3183,31
Motoling Barat 838,284
Sinonsayang 1019,044
Motoling 0,029
Kumelembuai 37,842
Motoling 275,686
Motoling Barat 2174,246
Sinonsayang 936,877
Tenga 605,223
Tenga 760,484
Maesaan 1285,762
Maesaan 0,017
Motoling Barat 20,769
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 17
Ranoyapo 22,29
Tompaso Baru 1474,207
Ranoyapo 931,179
Tompaso Baru 173,411
Amurang Barat 327,695
Kumelembuai 24,705
Motoling Timur 134,237
Total 25613,908
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
2.1.1.6 Klimatologi
Jumlah hari hujan tertinggi adalah pada bulan Januari
(sebanyak 29 hari hujan) dengan curah hujan terbesar 866 mm.
Menurut data hasil pengukuran, diperoleh angka suhu udara rata-rata
minimum bervariasi antara 17 s/d 23 derajat celcius, sedangkan suhu
rata-rata maksimum berkisar antara 29 s/d 35 derajat celcius. Hal ini
menunjukkan bahwa di Kota Amurang (Kab. Minahasa Selatan) suhu
udara cenderung lebih panas dari kawasan perkotaan lainnya. Tekanan
udara rata- rata berkisar antara 1000 s/d 1012 mb. Kelembaban rata-
rata per bulan adalah berkisar antara 50 s/d 90 %. Kecepatan angin
rata-rata bulanan berkisar antara 1.0 s/d 9.0 m/s, dengan angka
maksimum terjadi pada bulan Agustus (30.00 m/s). Angka kecepatan
angin tersebut dipadukan dengan keadaan suhu rata – rata, dari segi
kenyamanan, belum dapat memberi angka kenyamanan fisiologis
manusia pada posisi “netral” atau “nyaman”, tetapi masih cenderung
terasa panas. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan berada pada daerah pesisir pantai. Tingkat penyinaran
matahari berkisar antara 20 s/d 89 %, dimana keadaan penyinaran
minimum terjadi pada bulan Maret, sedangkan keadaan maksimum
terjadi pada bulan Juli. (sumber: RTRW Kab. Minsel 2011-2031)
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 18
Untuk kondisi angin secara rata rata, bulan Juli, Agustus dan
September adalah bulan-bulan dengan tiupan angin rata-rata yang
lebih kencang dibanding bulan lainnya. Namun kecepatan angin
maksimum berada di bulan Maret, Agustus, Januari dan November.
Sedangkan untuk curah hujan terbesar di bulan Desember, Januari,
Pebruari.
Kondisi Arus dan Gelombang laut di Teluk Amurang
Untuk kondisi arus dan gelombang laut oleh BMKG Stasiun
Meteorologi Maritim Bitung dengan menggunakan analisis model
Windwaves-05 diperoleh data arus (arah dan kecepatan) dan gelombang
/ ombak (tinggi rata rata dan tinggi maksimum gelombang/ombak).
Untuk kecepatan arus laut di Amurang, tertinggi pada bulan
bulan Desember, Januari, Pebruari dan Maret. Walaupun statusnya
belum sangat membahayakan bagi dunia pelayaran (moderat/
menengah). Demikian juga dengan tinggi gelombang, belum mencapai
>2.5 meter (catatan biasanya BMKG akan mengeluarkan peringatan
dini jika ombak >2.5 meter) namun pada bulan bulan Desember,
Januari, Pebruari dan Maret, ombak cukup tinggi untuk kapal kapal
tradisional, sedangkan kapal besar, tidak terlalu signifikan untuk
ombak dan arus. Ini menunjukkan laut Amurang sangat baik untuk
lalu lintas pelayaran.
Dari kombinasi aspek klimatologi maka daerah Minahasa
Selatan, cukup nyaman untuk tempat hunian. Juga dengan kondisi
laut yang relatif tenang maka komoditas laut dapat dioptimalkan
penangkapannya. Cuma masalah utama adalah pada alat tangkap
nelayan yang masih tradisional yang tidak sanggup untuk gelombang
diatas 2 meter serta untuk kedalaman laut yang lebih dalam.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 19
2.1.1.7 Penggunaan Lahan
a. Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung yang dimaksud ialah yang memiliki sifat
mampu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan
menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersedian unsur
hara, air tanah dan air permukaan.
Kawasan Lindung Nasional yang berada di kawasan Kabupaten
Minahasa Selatan adalah Taman Nasional Laut Bunaken (Kecamatan
Tumpaan dan Tatapaan). Kawasan Lindung Provinsi yang berada di
Kabupaten Minahasa Selatan adalah Hutan Lindung Gunung Soputan,
Gunung Poopotelu-Gunung Tapawanga, Gunung Lolombulan, Gunung
Using-using. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Minahasa Selatan
terdiri atas : Hutan Lindung Gunung Lolombulan (Sinonsayang, Tenga,
Kemelembuai dan Motoling) luas 1200 Ha, gunung Simbalang
(Modoinding dan Tompaso Baru) luas 3793 Ha, gunung poopotelu
(Sinonsayang) luas 412, 82 Ha, gunung Torout (Tompaso Baru) luas
557 Ha, Gunung Soputan (Kota Menara Kecamatan Amurang Timur )
luas 10650 Ha.
Kebijakan Menyangkut Kawasan Lindung
Berdasarkan RTRW Minahasa Selatan maka kebijakan
pengelolaan kawasan Lindung adalah :
a. Pemantapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No.32 Th.1990
melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan
untuk memudahkan pengendaliannya;
b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama
dalam kawasan hutan lindung;
c. Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah
mengalami kerusakan dengan reboisasi;
d. Percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai
dengan fungsi lindung;
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 20
e. Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui
tindakan pencegahan pengrusakan dan upaya pengembalian pada
rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada;
f. Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan
lindung agar tidak mengganggu hutan lindung.
Secara detail pola pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk
mencegah kerusakan fungsi lingkungan. Berikut ini arahan
pengelolaan masing-masing kawasan lindung yang ada di Kabupaten
Minahasa Selatan.
Arahan pengelolaan Kawasan yang Memberikan Perlindungan
Kawasan Bawahannya
Arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya yaitu :
a. Mencegah timbulnya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan
menjaga fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung sehingga
ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan dapat
terjamin.
b. Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada
kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Pengembangan Kawasan Hutan Lindung terkait dengan kebutuhan
kawasan resapan air, yang diarahkan pada wilayah yang mempunyai
kemiringan lereng > 15 %, sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan
lindung untuk daerah tangkapan air dan pensuplai air permukaan
sebagai sumber air baku.
Penetapan kawasan resapan air yang kondisinya belum difungsikan
sebagai hutan lindung ditetapkan sebagai ruang hijau kota atau hutan
kota. Lingkup area dibuat dengan jarak 1.000 meter dari sempadan
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 21
danau / waduk di luar kawasan sempadan danau / waduk. Fungsi
kawasan resapan air yang merupakan kawasan penyangga waduk, dan
diantaranya sebagai daerah resapan air / tangkapan air hujan untuk di
salurkan dan diendapkan di kolam penampung sebelum disalurkan ke
danau / waduk, sehingga menghindari terjadinya sedimentasi di danau
/ waduk akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan. Kolam-kolam
penampung ini dimaksudkan untuk menyaring lumpur / limbah agar
dapat dicegah terjadinya sedimentasi di danau / waduk yang ada
dijadikan sebagai sumber air baku.
Khusus pada daerah-daerah resapan air yang telah berkembang
menjadi kawasan budidaya, upaya perlindungan dapat dilakukan
dengan menyesuaikan kawasan sempadan waduk pada daerah yang
belum terbangun sedangkan daerah yang sudah terbangun dan
memiliki ijin tetap diijinkan berdiri hingga habis masa ijinnya dan diberi
kewajiban untuk ikut menjaga sempadan waduk yang ada di
sekitarnya, atau dengan mengembalikan fungsi kawasan sempadan
waduk pada daerah terbangun yang tidak memiliki ijin untuk
difungsikan kembali sebagai hutan lindung. Ini dikarenakan kawasan
sempadan waduk merupakan daerah tertutup bagi segala kegiatan
dengan jarak 100 meter dari pinggir waduk pada saat air pasang. Di
daerah ini tidak diperbolehkan ada tanah terbuka tanpa tumbuhan
penutup. Daerah sempadan waduk diberi batas yang jelas, misalnya
dengan jenis tanaman pembatas tertentu. Jenis tanaman yang dipilih
berupa tanaman tahunan yang cepat tumbuh serta memiliki
karakteristik akar yang kuat sehingga sulit tergerus, dapat tumbuh
saling berdekatan, berbatang keras, serta tahan terhadap genangan dan
kekeringan.
Arahan pengelolaan Kawasan yang Memberikan Perlindungan
Arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya yaitu :
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 22
1) Arahan Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat
a. Menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari
kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
b. Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran
sungai.
c. Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi
danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau
d. Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari
dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak
kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.
e. Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan
kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan
manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta
mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat
flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan
dan kenyamanan kehidupan di kota.
2) Arahan Pengelolaan Kawasan Suaka dan Cagar / Pelestarian
Alam
Arahan pengelolaan Kawasan Suaka Alam yaitu memberi
perlindungan terhadap keanekaragaman biota, tipe ekosistem,
gejala keunikan alam di kawasan suaka alam dan kawasan suaka
alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan plasma nutfah,
keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya.
Arahan pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam yaitu
melestarikan fungsi lindung dan tatanan lingkungan kawasan
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 23
pelestarian alam yang terdiri dari taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam untuk pengembangan pendidikan,
rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan
sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.
Pemantapan fungsi lindung dari kawasan suaka alam, harus
memperhatikan wilayah jelajah atau sebaran vegetasi dan satwa
yang akan dilindungi. Arahan pengelolaan Kawasan Suaka Alam
yaitu memberi perlindungan terhadap keanekaragaman biota, tipe
ekosistem, gejala keunikan alam di kawasan suaka alam dan
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan
plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya.
Pemantapan suaka alam bertujuan untuk melestarikan
lingkungan dan melindungi ekosistem lingkungan, sehingga
perlunya upaya-upaya :
a. Pemantapan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka
margasatwa, hutan wisata) sesuai dengan tujuan
perlindungannya masing-masing;
b. Peningkatan pengelolaan suaka alam yang telah ada, serta
melakukan pelarangan kegiatan budidaya di kawasan tersebut,
kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta
ekosistem alami yang ada;
c. Pelestarian hutan-hutan suaka alam dan hutan bakau;
d. Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan
budidaya yang telah ada di dalam kawasan suaka alam dan
hutan bakau agar tidak mengganggu akan fungsi suaka alam
tersebut;
e. Pengembangan dan pengelolaan Taman Nasional maupun yang
dicalonkan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 24
Rincian Kawasan Suaka Alam dan Cagar Alam ialah :
Kawasan suaka alam dan cagar alam sebagaimana yang
dimaksudkan di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan meliputi :
1. Suaka margasatwa;
2. Kawasan pantai berhutan bakau;
3. Cagar alam;
4. Taman nasional dan taman nasional laut;
a. Kawasan Suaka Margasatwa
Pemantapan fungsi lindung dari kawasan suaka margasatwa,
harus memperhatikan wilayah jelajah atau sebaran vegetasi dan
satwa yang akan dilindungi. Arahan pengelolaan Kawasan Suaka
margasatwa yaitu memberi perlindungan terhadap keanekaragaman
biota, tipe ekosistem, gejala keunikan alam di kawasan suaka
margasatwa dan kawasan suaka margasatwa laut dan perairan
lainnya untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata,
ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan suaka margasatwa yang dimaksud berada di desa
Popareng, Paslaten, Sondaken, Bajo, Wawontulap, Sulu, Wawona
dan Rap Rap Kecamatan Tatapaan luas 4543,60 Ha dan desa Munte
dan Desa Lelema di Kecamatan Tumpaan luas 850,92 Ha dengan
luas keseluruhan diperkirakan 5394,52 hektar.
Rencana pengelolaan kawasan suaka margasatwa adalah
sebagai berikut :
a. Pemantapan kawasan suaka margasatwa sesuai dengan tujuan
perlindungannya;
b. Peningkatan pengelolaan suaka margasatwa yang telah ada, serta
melakukan pelarangan kegiatan budidaya di kawasan tersebut,
kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 25
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta
ekosistem alami yang ada;
c. Pelestarian hutan-hutan suaka margasatwa;
d. Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan
budidaya yang telah ada di dalam kawasan suaka margasatwa
dan hutan bakau agar tidak mengganggu akan fungsi suaka
margasatwa tersebut;
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan Pantai Berhutan Bakau yang dimaksud adalah
kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau
yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai
dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat
berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan
pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah
koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai
rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan,
diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Pantai berhutan
bakau berada di Rap-rap, Sondaken, Wawontulap, Bajo, Popareng,
Paslaten di Kecamatan Tatapaan dan Kelurahan Kawangkoan
Bawah, Desa Teep dan Desa Kapitu di Kecamatan Amurang Barat,
kemudian desa Sapa, Radey di Kecamatan Tenga, kemudian desa
Blongko dan desa Boyong pante, desa Ongkaw 2, desa aergale dan
desa Tanamon di Kecamatan Sinonsayang, dengan luas
keseluruhan ± 1.682,2 hektar;
Rencana pengelolaan pantai berhutan bakau dapat berupa
sebuah penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPPL)
yang mencakup perlindungan dan pengawasan hutan bakau serta
perlindungan terhadap komunitas terumbu karang yang berada
disekitarnya. Selain perlindungan juga dapat dilakukan usaha
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 26
penanaman kembali mangrove pada lokasi-lokasi yang telah
mengalami penurunan luas hutan mangrove-nya.
c. Kawasan cagar Alam
Kawasan Cagar Alam yang dimaksud berada di desa Mokobang
(Modoinding), Raraatean (Tompaso Baru) dan Temboan (Maesaan)
dengan luas keseluruhan diperkirakan + 3271,38 hektar. Rencana
pengelolaan kawasan cagar alam adalah sebagai berikut :
a. Melestarikan dan melindungi kawasan cagar alam dan kawasan
historis dari alih fungsi.
b. Melestarikan dan merevitalisasi kawasan waruga, bangunan tua,
bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta
potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah.
c. Melakukan Perlindungan Kawasan Bersejarah dan Budaya Kota
(Historical District and Cultural Heritage).
d. Pengalian Benda – benda bersejarah harus seijin pemerintah daerah.
d. Kawasan Taman Nasional (Laut) Bunaken;
Taman Nasional (Laut) Bunaken yang dimaksud adalah
pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional (Laut) Bunaken
berada di Kecamatan Tatapaan dan sekitarnya (desa Rap Rap,
Sondaken, Wawontulap dan Popareng) dengan luas keseluruhan ±
8.554,96 ha (Keputusan Menteri Kehutanan No. 730/Kpts-II/1991
tanggal 15 Oktober 1991). Rencana pengelolaan Taman Nasional (Laut)
Bunaken adalah :
a. Mengoptimalkan sumber daya alam dan kondisi alam yang ada
sebagai areal wisata (ecoturism), kawasan penelitian dan
pendidikan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 27
b. Meningkatkan kualitas lingkungan dan perlindungan dari
pencemaran.
c. Melengkapi prasarana dan sarana yang memadai untuk
mendukung fungsinya.
d. Pemberdayaan masyarakat di lingkungan kawasan Taman
Nasional (Laut) Bunaken.
e. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya meliputi kawasan permukiman, perdagangan,
sawah, kebun, resapan air, dan kawasan untuk prasarana dan sarana
wilayah. Ruang kegiatan budidaya adalah ruang yang disediakan
bukan untuk kawasan lindung. Namun demikian didalam ruang
budidaya terdapat ruang-ruang hijau seperti RTH. Ruang fungsi
lindung di Kabupaten Minahasa Selatan adalah seluas 43.135,42 Ha
Atau sebesar 29 % terhadap keseluruhan luas wilayah kota. Sehingga
daya tampung global untuk fungsi budidaya adalah 106.528,25 Ha
atau 71 % dari total luas kota. Pemanfaatan ruang pada kawasan ini
didasarkan pada tujuan utama pengembangan kawasan budidaya,
yaitu mengembangkan areal (kawasan budidaya) sesuai dengan potensi
yang ada.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi
wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan
dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 28
Gambar 2.7
Peta Rencana Kawasan Strategis Ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Gambar 2.8
Pola Ruang Kabupaten Minahasa Selatan
Jasa, Perdagangan & Perkantoran
0,03%
Industri dan pergudangan
1%
Ruang Hijau: Taman Kota, Pemakaman, Hutan
Kota, Jalur Hijau, Lapangan Olah Raga
2%
Sawah (Pertanian)
2%
Perkebunan Rakyat
37%
Permukiman (Perumahan dan Fasos:
Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)
5%
Pariwisata
5%
Hutan Produksi
12%
Hutan Produksi terbatas
0,40%
Non Budidaya
26%
Fungsi Lindung
10%
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 29
Gambar 2.9
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Kawasan-kawasan tersebut diatas memiliki potensi pengembangan
dan penggunaan yang sangat besar. Untuk itu pemerintah Minahasa
Selatan berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan kawasan-kawasan
ini dengan berpatokan pada RTRW Minahasa Selatan dan peraturan
peraturan yang mendukung pada pembangunan yang berkelanjutan,
ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.
Saat ini Pemerintah Daerah Minahasa Selatan sementara
membentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang Investasi Daerah yang
nantinya akan menjadi payung utama dalam pengembangan iklim
investasi yang kondusif di Kabupaten Minahasa Selatan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 30
Tabel 2.7
Potensi Pengembangan Wilayah di Kab. Minahasa Selatan
No. Potensi Lokasi
1 Kawasan Perindustrian & Pergudangan Kel. Kawangkoan Bawah, Desa Teep & Desa Kapitu Kec.
Ambar, Desa Tawaang, Desa radey & Desa Sapa Kec.
Tenga
2 Kawasan Pelabuhan Ferry, Laut, Umum &
Perikanan
Kel. Kawangkoan Bawah Kec. Amurang Barat
3 Kawasan Tumbuh Cepat TUANGTIBA Kec. Tumpaan, Kec. Amg, Kec. Amg Timur & Kec. Ambar
4 Kawasan Agropolitan Kec. Tenga & Kec. Modoinding, Kec. Motoling, Kec. Tenga
& Kec. Sinonsayang
5 Kawasan Minapolitan Kec. Tatapaan & Kec. Ambar
6 Kawasan Rencana Bandar Udara skala
Pengumpul Primer
Desa Rap-Rap Kec. Tatapaan & Alternatif di Kec. Tenga
7 Kawasan Rencana Terminal dan Pasar Desa Kapitu Kec. Ambar
8 Kawasan Pasar Tradisional Kec. Tumpaan & Kec. Amg
9 Kawasan Pertokoan Modern Kec. Tumpaan & Kec. Amg
10 Rencana Kawasan Kuliner Kel. Ranoyapo, Kec. Amg & Kel. Pondang Kec. Amg Timur
11 Kawasan Benteng Portugis Amurang Kel. Uwuran Satu Kec. Amg
12 Kawasan yang memiliki potensi panas Kec. Modoinding & Kec. Tompaso Baru
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 31
bumi untuk kepentingan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU)
13 Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) Poigar II
Desa Mokobang Kec. Modoinding
14 Kawasan Konservasi Hutan Lindung Hutan Lindung Lolongbulan (Kec. Sinonsayang, Tenga,
Kumelembuai & Motoling), Gunung Simbalang (Kec.
Modoinding & Tompaso Baru), Gunung Poopotelu (Kec.
Sinonsayang), Gunung Torout (Kec. Tompaso Baru),
Gunung Manembo-Nembo (Kec. Tatapaan & Tumpaan)
15 Daerah Perlindungan Laut (DPL) Blongko Desa Blongko Kec. Sinonsayang
16 Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Tanamon & Desa Ongkaw Kec. Sinonsayang
17 Taman Nasional Bunaken Bagian Selatan Desa Wawontulap, desa Sondaken & Desa Rap-Rap di Kec.
Tatapaan
18 Kawasan Banjir, Abrasi Pantai & Tsunami Kel.Ranoyapo & Kel. Buyungon, Kel. Uwuran Satu &
Uwuran Dua di Kec. Amg, Kel. Bitung, Ranomea &
Pondang sepanjang Teluk Amurang
19 Kawasan Sesar/Patahan Minahasa
Selatan
Kel. Ranoyapo & Kel. Buyungon di Kec. Amurang
20 Kawasan Pemerintahan Kel. Pondang Kec. Amg Timur & Sub Pusat Pemerintahan
di Desa Teep & Desa Teep Trans Kecamatan Ambar
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 32
21 Kawasan Pariwisata Semua Potensi Kawasan Pariwisata di Kab. Minahasa
Selatan
22 Kawasan Pendidikan Desa Tumpaan Kec. Tumpaan, Desa Tawaang Kec. Tenga
& Desa Lopana Kec. Amg Timur
23 Kawasan Rencana Jalan Lingkar Amurang
By Pass Kapitu-Tumpaan
Tumpaan – Worotican
24 Kawasan Resting Area meliputi Area
Rencana Jalan Lingkar Amurang By Pass
Kapitu-Tumpaan
(Tumpaan-Worotican), Kec. Sinonsayang & Kec. Tenga
25 Kawasan Batas Wilayah Desa Munte di Kab. Minahasa Selatan & Desa Senduk di
Kab. Minsel, Desa Durian di Kab. Minahasa Selatan &
Desa Poigar di Kab. Bolmong, Desa Lansot di Kab.
Minahasa Selatan & Desa Tombasian Bawah di Kab.
Minahasa Selatan, Desa Ranoketang Tua di Kab. Minahasa
Selatan & Desa Lobu di Kab. Mitra, Desa Sinisir &
Kakenturan di Kab. Minahasa Selatan & Goan di Kab.
Bolmong & Kab. Boltim, Desa Rap-Rap di Kab. Minahasa
Selatan & Desa Pinasungkulan di Kab. Minahasa Selatan
Sumber: Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 2031
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 33
2.1.2.1 Kawasan Hutan Produksi
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas
dimana eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan
tanam. Ditinjau dari kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan,
kawasan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas (HPT),
hutan produksi biasa (HPB) dan hutan produksi konversi (HPK). Hutan
produksi terbatas hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang habis,
serta dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI). Hutan produksi
konversi, pada dasarnya dapat dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan
lain di luar sektor kehutanan.
Kawasan peruntukan hutan produksi di wilayah Kabupaten
Minahasa Selatan adalah kawasan hutan produksi Biasa yang terdapat
di Kecamatan Amurang Barat (1014,13 Ha), Kecamatan Maesaan
(2686,92 Ha), Kecamatan Modoinding (169,07 Ha), Kec. Motoling barat
(2.773,33 Ha), Kec. Motoling Timur (2334,77 Ha), Kec. Ranoyapo
(1799,74 Ha), Kec. Sinonsayang (63,37 Ha) dan Kec. Tompaso Baru
(3081,97 Ha) dengan Luas ± 13.923,31 Ha, dan Hutan Produksi
Terbatas pada Kecamatan Amurang Barat (701,22 Ha), Kec.
Kumelembuai (216,38 Ha), Kec. Maesaan (2816,55 Ha), Kec.
Modoinding (127,06 Ha), Kec. Motoling (352,05 Ha), Kec. Motoling barat
(3468,92 Ha), Kec. Ranoyapo (2488,14 Ha), Kec. Tenga (1214,02 Ha),
Kec. Tompaso Baru (4259,63 Ha) dan Kec. Tumpaan (718,64 Ha)
dengan luas keseluruhan ± 16.362,61 hektar.
2.1.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud di
wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas.
Jenis kegiatan budidaya perdesaan non terbangun berupa kegiatan
pertanian dalam arti luas, yang berdasar SK Mentan No
683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan
pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 34
pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan
atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan,
dan perikanan.
Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kabupaten Minahasa
Selatan terdapat lahan yang sesuai bagi pengembangan pertanian dan
secara operasional, strategi pengembangannya adalah memanfaatkan
secara optimal kawasan budidaya untuk pengembangan pertanian
yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam tata ruang Kabupaten
Minahasa Selatan lokasi atau penyebaran kawasan budidaya pertanian
tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih
lokasi untuk masing-masing usaha pertanian.
Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan
diarahkan untuk budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman
pangan lahan kering, perkebunan/ tanaman tahunan, holtikultura,
peternakan dan perikanan.
Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kabupaten Minahasa
Selatan dialokasikan bagi kegiatan :
Ekstensifikasi
Areal ekstensifikasi umumnya bukan termasuk dalam kriteria
fungsi mintakat/ zona kawasan hutan dan areal yang telah
diperuntukan bagi pembangunan serta lokasi transmigrasi.
Penggunaan lahan di wilayah ini pada umumnya adalah hutan atau
semak belukar dengan kemiringan tanahnya <40%. Pada areal yang
pada kemiringan tanahnya <15% diarahkan untuk tanaman pangan
sedangkan pada areal kemiringan antara 15-40% diarahkan untuk
perkebunan dengan syarat-syarat kultur teknis tertentu untuk
mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan air.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 35
Intensifikasi
Pemanfaatan lahan di Kabupaten Minahasa Selatan relatif masih
belum intensif. Masalah utama pengembangan sawah di daerah ini
adalah sistem irigasi dan drainase. Namun, untuk pengembangan
lahan kering berupa umbi-umbian mempunyai potensi untuk
dikembangkan secara lebih intensif. Oleh karena itu untuk
peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang harus
ditempuh adalah intensifikasi, peremajaan karet-karet rakyat yang
sudah tua dan perbaikan drainase. Khusus untuk kegiatan
intensifikasi terutama dilakukan pada pertanian sawah, karena sisipan
tanah yang ada dominasinya merupakan jenis tanah podzolik merah
kuning dan sangat jelek dalam menahan air lebih lama, tergenang,
kurang subur dan bersifat masam.
Rehabilitasi Tanaman Tahunan
Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman
karet berumur tua. Tanaman tersebut kurang produktif atau sama
sekali tidak produktif lagi atau yang dikenal dengan lahan tidur. Selain
itu penanaman karet di daerah ini umumnya masih tradisional dan
belum mengenal kultur teknis yang baik yaitu tanaman dipaksa untuk
memberi produksi tanpa memperhitungkan kemampuan dan
kesehatan tanaman karet sehingga banyak tanaman yang rusak. Untuk
meningkatkan produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upaya-
upaya rehabilitasi tanaman karet tua dengan tanaman baru dan
dengan menggunakan bibit unggul.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 36
Tabel 2.8 Sasaran Produksi Padi Sawah Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Padi Sawah
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 864 753 5,137 3.868,2
2 Suluun Tareran 81 89 5,015 446,3
3 Tumpaan 903 811 5,365 4.351,0
4 Tatapaan 1.119 1.074 5,365 5.762,0
5 Amurang Timur 470 451 5,000 2.255,0
6 Amurang 78 60 5,000 300,0
7 Amurang Barat 42 34 5,000 170,0
8 Tenga 1.687 1.447 5,365 7.763,2
9 Sinonsayang 599 484 5,365 2.596,7
10 Kumelembuai 92 66 5,001 330,1
11 Motoling 259 220 5,006 1.101,3
12 Motoling Timur 0 0 5,006 0,0
13 Motoling Barat 264 199 5,006 996,2
14 Ranoyapo 2.838 2.641 5,365 14.169,0
15 Tompaso Baru 2.140 2.165 5,365 11.615,2
16 Maesaan 2.082 1.938 5,410 10.484,6
17 Modoinding 0 0 - 0,0
Jumlah 13.518 12.432 5,326 66.209
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 37
Tabel 2.9 Sasaran Produksi Komoditi Padi Ladang Tahun 2016 Kabupaten Minahasa
Selatan
No Kecamatan
Total Padi Ladang
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 20 0 2,612 0,0
2 Suluun Tareran 0 0 -
3 Tumpaan 0 0 2,612 0,0
4 Tatapaan 630 403 2,612 1.052,6
5 Amurang Timur 22 39 - 0,0
6 Amurang 0 0 - 0,0
7 Amurang Barat 150 0 - 0,0
8 Tenga 630 323 2,612 843,7
9 Sinonsayang 180 66 2,612 172,4
10 Kumelembuai 25 0 - 0,0
11 Motoling 0 0 - 0,0
12 Motoling Timur 0 0 - 0,0
13 Motoling Barat 0 0 - 0,0
14 Ranoyapo 0 0 - 0,0
15 Tompaso Baru 25 0 - 0,0
16 Maesaan 25 0 - 0,0
17 Modoinding 0 0 - 0,0
Jumlah 1.707 831 2,489 2.069
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 38
Tabel 2.10 Sasaran Produksi Komoditi Jagung Tahun 2016
Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Jagung
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 715 698 3,931 2.743,8
2 Suluun Tareran 624 597 3,931 2.346,8
3 Tumpaan 711 634 3,938 2.496,7
4 Tatapaan 1.720 1.487 3,945 5.866,2
5 Amurang Timur 776 643 3,930 2.527,0
6 Amurang 900 657 3,921 2.576,1
7 Amurang Barat 2.515 2.030 3,935 7.988,1
8 Tenga 1.925 1.911 3,952 7.552,3
9 Sinonsayang 1.525 1.555 3,947 6.137,6
10 Kumelembuai 765 515 3,935 2.026,5
11 Motoling 980 685 3,935 2.695,5
12 Motoling Timur 685 562 3,935 2.211,5
13 Motoling Barat 1.115 859 3,935 3.380,2
14 Ranoyapo 2.345 1.733 3,942 6.831,5
15 Tompaso Baru 2.435 2.164 3,956 8.560,8
16 Maesaan 2.251 2.073 3,956 8.200,8
17 Modoinding 480 355 3,955 1.404,0
Jumlah 22.467 19.158 3,943 75.545,3
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 39
Tabel 2.11 Sasaran Produksi komoditi kedelai tahun 2016
Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Kedelai
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 160 107 1,462 156,43
2 SuluunTareran 200 136 1,462 198,83
3 Tumpaan 100 74 1,462 108,19
4 Tatapaan 120 88 1,462 128,66
5 Amurang Timur 110 86 1,462 125,73
6 Amurang 140 99 1,462 144,74
7 Amurang Barat 150 99 1,462 144,74
8 Tenga 200 136 1,462 198,83
9 Sinonsayang 150 99 1,462 144,74
10 Kumelembuai 110 82 1,462 119,88
11 Motoling 190 133 1,462 194,45
12 Motoling Timur - - 1,462 -
13 Motoling Barat 190 130 1,462 190,06
14 Ranoyapo 260 172 1,462 251,46
15 Tompaso Baru 400 275 1,462 402,05
16 Maesaan 520 303 1,462 442,99
17 Modoinding - - 1,462 -
Jumlah 3.000 2.019 1,462 2.951,78
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 40
Tabel 2.12 Sasaran Produksi Komoditi Kacang Tanah Tahun 2016
Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Kacang Tanah
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 15 9 1,400 12,6
2 Suluun Tareran 7 7 1,400 9,8
3 Tumpaan 16 10 1,396 14,0
4 Tatapaan 39 35 1,496 52,4
5 Amurang Timur 73 99 1,435 142,1
6 Amurang 16 6 1,400 8,4
7 Amurang Barat 18 14 1,400 19,6
8 Tenga 22 19 1,400 26,6
9 Sinonsayang 20 15 1,405 21,1
10 Kumelembuai 7 5 1,380 6,9
11 Motoling 6 7 1,380 9,7
12 Motoling Timur 5 3 1,380 4,1
13 Motoling Barat 9 6 1,380 8,3
14 Ranoyapo 28 19 1,400 26,6
15 Tompaso Baru 29 20 1,425 28,5
16 Maesaan 135 88 1,433 126,1
17 Modoinding 31 23 1,415 32,5
Jumlah 476 385 1,426 549,2
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 41
Tabel 2.13 Sasaran Produksi Komoditi Kacang Hijau Tahun 2016
Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Kacang Hijau
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran
-
-
- -
2 Suluun Tareran
-
-
- -
3 Tumpaan
-
-
- -
4 Tatapaan
-
-
- -
5 Amurang Timur
-
-
- -
6 Amurang
-
-
- -
7 Amurang Barat 18 15 1,304 19,56
8 Tenga 9 5 1,305 6,53
9 Sinonsayang 11 7 1,305 9,14
10 Kumelembuai - - - -
11 Motoling - - - -
12 Motoling Timur - - - -
13 Motoling Barat - - - -
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 42
14 Ranoyapo - - - -
15 Tompaso Baru - - - -
16 Maesaan 9 4 1,304 5,22
17 Modoinding - -
-
Jumlah 47 31 1,304 40,44
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
Tabel 2.14 Sasaran Produksi Komoditi Ubi Kayu Tahun 2016
Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Ubi Kayu
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 15 9 13,12 118,1
2 Suluun Tareran 12 10 13,17 131,7
3 Tumpaan 21 10 13,19 131,9
4 Tatapaan 26 13 13,29 172,8
5 Amurang Timur 18 12 13,29 159,5
6 Amurang 14 9 13,29 119,6
7 Amurang Barat 22 16 13,29 212,6
8 Tenga 26 14 13,38 187,3
9 Sinonsayang 22 14 13,38 187,3
10 Kumelembuai 10 4 13,28 53,1
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 43
11 Motoling 14 10 13,29 132,9
12 Motoling Timur 8 4 13,27 53,1
13 Motoling Barat 10 6 13,27 79,6
14 Ranoyapo 5 1 13,27 13,3
15 Tompaso Baru 20 13 13,39 174,1
16 Maesaan 26 13 13,39 174,1
17 Modoinding - - - -
Jumlah 269 158 13,30 2.101,0
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
Tabel 2.15
Sasaran Produksi Komoditi Ubi Jalar Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan
No Kecamatan
Total Ubi Jalar
LT LP Prov Prod
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)
1 Tareran 12 6 9,736 58,4
2 Suluun
Tareran 7 4 9,735 38,9
3 Tumpaan 12 6 9,735 58,4
4 Tatapaan 15 8 9,735 77,9
5 Amurang
Timur 6 7 9,735 68,1
6 Amurang 12 7 9,735 68,1
7 Amurang Barat 17 7 9,730 68,1
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 44
8 Tenga 13 9 9,730 87,6
9 Sinonsayang 10 6 9,725 58,4
10 Kumelembuai 7 5 9,725 48,6
11 Motoling 8 4 9,725 38,9
12 Motoling Timur 11 8 9,730 77,8
13 Motoling Barat 8 7 9,730 68,1
14 Ranoyapo 7 5 9,732 48,7
15 Tompaso Baru 14 10 9,732 97,3
16 Maesaan 13 10 9,732 97,3
17 Modoinding 28 22 9,733 214,1
Jumlah 200 131 9,732 1.274,9
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
Tabel 2.16
Sasaran Produksi Komoditi Hortikultura Sayuran Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan
No Komoditi LT LP Prov Prod
1. Bawang Merah 12 11 8 88
2. Bawang Daun 2.850 2.825 20 56.500
3. Kentang 3.750 3.726 20 74.520
4. Kubis 1140 1139 30 34.170
5. Petsay/Sawi 800 790 18 14.220
6. Wortel 1201 989 18 17.802
7. Kacang Merah 300 292 2 584
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 45
8. Kacang
Panjang 30 28 2 56
9. Cabe Besar 65 179 3 537
10. Cabe Rawit 300 580 3 1.740
11. Tomat 1.486 1.473 18 26.514
12. Terung 33 31 20 620
13. Buncis 80 78 15 1.170
14. Ketimun 90 97 20 1.940
15. Labu Siam 55 52 20 1.040
16. Kangkung 36 87 14 1.218
17. Bayam 15 13 2 26
18. Labu Kuning 340 336 20 6.720
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
2.1.2.3 Kawasan Pertanian Lahan Basah
Lokasi pertanian tanaman pangan terdiri dari pertanian tanaman
lahan basah dan pertanian tanaman lahan kering. Areal tanaman
lahan basah merupakan areal pertanian yang memerlukan air terus-
menerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman
utama padi, terutama pada areal sawah. Sedangkan pada lahan basah
yang bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi
perkembangan perikanan air tawar atau perairan umum.
Permanfaatan ruang pertanian lahan basah bertujuan untuk
mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan
pengembangan perekonomian wilayah.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 46
2.1.2.4 Kawasan Perkebunan
Kawasan pertanian tanaman tahunan / perkebunan merupakan
kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman
tahunan / perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa aneka
buah-buahan dan hasil perkebunan lain yang memiliki nilai ekonomis
tinggi dan pangsa pasar yang baik, yang dikembangkan terutama pada
daerah-daerah yang masih kosong sebagai kegiatan sambilan. Pada
tanaman areal tahunan ini diutamakan tanaman buah-buahan,
perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Agar jenis tanaman ini
mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan
teknologi pertanian, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi
banding.
Kawasan perkebunan/tanaman tahunan sebagaimana dimaksud
di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan/tanaman
tahunan, tersebar di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas
keseluruhan ± 89.817,4 hektar.
Tabel 2.17
Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Minahasa Selatan
No Komoditi 2016 2017 2018 2019 2020
(ribu) ton
1 Kelapa 51.798,49 51.898,49 52.098,49 52.348,49 52.648,49
2 Cengkih 55,35 57,00 60,52 65,80 70,15
3 Kopi 28,30 33,75 42,00 49,40 58,50
4 Kakao 1.139,17 1.144,30 1.156,75 1.178,10 1.202,50
5 Pala 55,29 55,52 56,08 56,73 57,30
6 Aren 1.394,84 1.405,30 1.419,21 1.431,75 1.453,88
Sumber: Dinas Perkebunan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 47
2.1.2.5 Kawasan Perikanan
Kegiatan perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan selama ini
didominasi oleh perikanan laut dibandingkan perikanan darat.
Aktivitas kegiatan ini mempunyai prospek cukup baik. Secara umum
kondisi perairan dan laut hampir sebagian besar berpotensi sebagai
kawasan pemanfaatan ikan tangkap. Berdasarkan potensi yang
dimiliki, maka batasan aktivitas yang tidak diperbolehkan di kawasan
penangkapan ikan adalah tidak boleh menggunakan cara-cara yang
dapat merusak lingkungan (peledakan karang, pukat harimau, dan
lain-lain) serta tidak dilakukan pada saat-saat ikan memijah/matang
kelamin.
Untuk meningkatkan produksi perikanan, maka kegiatan
penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan sebaiknya
menggunakan peralatan yang lebih baik, dengan memanfaatkan
teknologi maju yang menunjang pengembangan perikanan, dengan
jenis ikan yang mempunyai harga jual tinggi. Ikan-ikan tangkapan
yang terlalu kecil dapat dibudidayakan dengan menggunakan keramba.
Agar tingkat penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan
dapat mencapai daya jelajah yang cukup jauh dengan produksi tinggi,
maka harus didukung peralatan yang memadai, seperti besarnya kapal
motor yang digunakan serta pemanfaatan teknologi maju yang
menunjang pengembangan usaha perikanan.
Selain kegiatan penangkapan ikan, pengembangan kegiatan
perikanan dapat juga dilakukan melalui kegiatan pembudidayaan ikan
laut. Rencana pengembangan kawasan budidaya perikanan laut
bertujuan untuk :
a. Mengembangkan dan melestarikan jenis ekosistem laut dan pesisir
yang sifatnya berkelanjutan
b. Menjamin ketersediaan stok perikanan dan sumberdaya lainnya
secara berkelanjutan yang berbasis budidaya
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 48
c. Sebagai alternatif usaha bagi masyarakat selain mata pencaharian
pokok seperti sebagai nelayan atau petani.
Usaha budidaya ikan laut yang berkembang saat ini masih relatif
rendah tingkat pengelolaan dan produktifitasnya karena masih belum
dikuasainya teknologi budidayanya serta adanya kebiasaan
penangkapan ikan secara langsung di lautan. Untuk pengembangan
kegiatan budidaya perikanan laut di masa mendatang, terutama yang
dilakukan oleh masyarakat dapat lebih diarahkan dengan melalui cara
pembudidayaan perikanan air laut yang mempunyai nilai jual tinggi.
Adapun kawasan pengembangan kegiatan budidaya perikanan
diarahkan pengalokasiannya pada kawasan-kawasan yang tidak dilalui
jalur pelayaran, perairan sekitar pulau-pulau kecil yang berada di luar
jalur pelayaran, di perairan yang belum tercemar atau di perairan yang
sesuai untuk perikanan yang merupakan habitat berkembangbiaknya
ikan, serta di perairan yang diidentifikasi memiliki potensi
pengembangan, yaitu di daerah sekitar pulau-pulau yang memiliki
pantai berhutan bakau. Pengembangan kegiatan budidaya perikanan
skala besar oleh pihak swasta sebaiknya pihak swasta diharuskan
untuk bermitra dengan masyarakat nelayan setempat, terutama dalam
hal pengembangan teknologi budidaya ikan guna meningkatkan
produksi perikanan, pemodalan dan distribusi pemasarannya.
Rincian kawasan peruntukan Perikanan :
Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara
teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :
a. Perikanan darat;
b. Perikanan air payau;
c. Perikanan air laut; dan
d. Budi daya perikanan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 49
a. Perikanan darat
Kawasan perikanan darat adalah kawasan yang secara teknis sesuai
untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar di sawah, kolam dan
perairan umum, tersebar di Kecamatan dengan luas keseluruhan ±
1.416,55 Ha;
b. Perikanan air payau
Kawasan perikanan air payau sebagaimana yang dimaksud adalah
kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budi daya
perikanan air payau di tambak sepanjang pantai tersebar di Desa Bajo dan
Desa Poparen Kecamatan Tatapaan dengan luas keseluruhan + 391,8 Ha
c. Perikanan air laut
Kawasan peruntukkan perikanan air laut sebagaimana di wilayah
Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan kegiatan :
a. Perikanan tangkap;
b. Perikanan budidaya;
c. Perikanan sentra pengolahan; dan
Kawasan perikanan laut sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan
yang secara teknis sesuai untuk pengembangan kegiatan budi daya
perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan tangkap. Kawasan ini
terdapat di kecamatan Tatapaan, dan di Amurang. Rencana pengembangan
kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan mengacu
kepada UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan UU No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau – pulau kecil;
b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah
(Perda) yang mengatur wilayah pesisir dan laut dalam hal pengelolaan
dan pemanfaatannya, pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
yang berbasis ramah lingkungan;
c. Penetapan sentra-sentra pendaratan hasil perikanan (PPI), pengelolaan,
budidaya air tawar, laut dan payau;
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 50
d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL), daerah
perlindungan mangrove (DPM) dan kawasan konservasi ikan langka.
d. Budidaya perikanan
Budidaya perikanan terdapat dan diarahkan di Kecamatan Tatapaan.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai
berikut :
a. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan
perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada UU No.31 Tahun 2004
tentang Perikanan;
b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah
(Perda) yang mengatur berbagai aktivitas di daerah pesisir dan laut yang
berhubungan dengan pengelolaan/pemanfaatan sumberdaya hayati dan
nir hayati di lingkungan tersebut secara terpadu dan berkelanjutan.
Termasuk di dalamnya yang mengatur/mengelola/ mengawasi
penggunaan/pengoperasian alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,
pengeboman, pembiusan, dan kegiatan lain yang merugikan, serta
kerjasama yang bersifat regional maupun internasional;
c. Penetapan sentra-sentra PKNT dan SBP. PKNT (Pusat Kegiatan Nelayan
Tangkap) meliputi wilayah yang berhubungan dengan spesifikasi /
karakteristik sumberdaya ikan dan SBP (Sentra Budidaya Perikanan)
dengan pertimbangan kesesuaian lingkungan untuk budidaya perikanan;
d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL) mencakup
perlindungan dan pengawasan hutan bakau yang tersebar Dengan
demikian hal ini akan merupakan suatu komitmen ekologis untuk
memelihara, melindungi dan melestarikan ekosistem wilayah pesisir dan
laut yang dikelola secara berkelanjutan.
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud di
wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah kawasan hutan produksi
biasa yang terdapat di Kecamatan Amurang Barat (1014,13 Ha),
Kecamatan Maesaan (2686,92 Ha), Kecamatan Modoinding (169,07 Ha),
Kec. Motoling barat (2.773,33 Ha), Kec. Motoling Timur (2334,77 Ha), Kec.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 51
Ranoyapo (1799,74 Ha), Kec. Sinonsayang (63,37 Ha) dan Kec. Tompaso
Baru (3081,97 Ha) dengan Luas ± 13.923,31 Ha, dan Hutan Produksi
Terbatas pada Kecamatan Amurang Barat (701,22 Ha), Kec. Kumelembuai
(216,38 Ha), Kec. Maesaan (2816,55 Ha), Kec. Modoinding (127,06 Ha),
Kec. Motoling (352,05 Ha), Kec. Motoling barat (3468,92 Ha), Kec.
Ranoyapo (2488,14 Ha), Kec. Tenga (1214,02 Ha), Kec. Tompaso Baru
(4259,63 Ha) dan Kec. Tumpaan (718,64 Ha) dengan luas keseluruhan ±
16.362,61 hektar.
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah sebagaimana
dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis sesuai
dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan
basah yang didukung prasarana irigasi, tersebar di beberapa Kecamatan,
dengan luas keseluruhan ± 10.363,68 hektar. (lebih jelas lihat tabel
berikut).
Tabel 2.18
Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kecamatan Luas (Ha)
Amurang Barat 465,76
Amurang 125,37
Amurang Timur 506,367
Maesaan 0,354
Motoling Barat 52,715
Ranoyapo 1672,34
Sinonsayang 738,629
Tatapaan 2249,788
Tenga 2936,338
Tompaso Baru 574,503
Tumpaan 1041,513
Total 10363,68
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 52
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering sebagaimana
dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan
kering/hortikultura, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas
keseluruhan ± 27.879,94 hektar. (lebih jelas lihat tabel berikut).
Tabel 2.19 Kawasan Pertanian Lahan Kering
Kecamatan Luas (Ha)
Amurang 2110,969
Amurang Barat 3191,81
Amurang Timur 3188,602
Kumelembuai 1282,985
Maesaan 327,51
Modoinding 368,458
Motoling 1084,678
Motoling Barat 1347,068
Motoling Timur 1329,743
Ranoyapo 1768,883
Sinonsayang 1260,581
Sulta 2225,277
Tareran 2163,163
Tatapaan 1010,092
Tenga 2202,597
Tompaso Baru 710,143
Tumpaan 2307,378
Total 27879,94
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Kawasan perkebunan/tanaman tahunan sebagaimana dimaksud di
wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan/tanaman tahunan,
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 53
tersebar di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas keseluruhan ±
89.817,4 hektar. (lebih jelas lihat tabel berikut)
Tabel 2.20 Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kecamatan Luas (Ha)
Amurang 4629,371
Amurang Barat 8439,725
Amurang Timur 10509,137
Kumelembuai 2612,881
Maesaan 3783,312
Motoling 2193,904
Motoling Barat 6917,03
Motoling Timur 4977,926
Ranoyapo 5058,444
Sinonsayang 6943,659
Sulta 2879,919
Tareran 5565,688
Tatapaan 6571,85
Tenga 9851,483
Tompaso Baru 2175,956
Tumpaan 6707,118
Total 89817,4
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten
adalah kawasan yang secara teknis dapat di manfaatkan untuk
pengembangan kegiatan peternakan dengan meminimalisir dampak
pencemaraan yaitu minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat,
tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan sama
dengan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering yaitu ±
27.879,94 hektar.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 54
Kawasan pertambangan adalah kawasan yang secara teknis-geologis
memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya
pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang
rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun
belum, yang berada di luar kawasan lindung, untuk emas tersebar di
wilayah Kecamatan Motoling (+ 2000 Ha), Tompaso Baru (+ 3500 Ha),
Tatapaan (1450 Ha), Ranoyapo (+ 2000 Ha), Kumelembuai (+ 3500 Ha),
Amurang Barat (+ 1500 Ha), unutk Belerang Tompaso Baru dan
Kumelembuai (3714375 M3), Tenga (250 ha), Untuk Batu Kapur di
Kecamatan Sinonsayang (50 Ha), untuk pasir Besi di Kecamatan
Sinonsayang (3978000 M2), Kecamatan Tenga (4127000 M2), untuk batu
pasir terdapat dikecamatan Sinosayang (225 Ha), Tenga (250 Ha),
Amurang (2000 Ha), Amurang Timur (50 Ha) dan Tumpaan (750 Ha).
Kawasan peruntukkan industri di wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan adalah kawasan yang diperuntukkan pengembangannya bagi
pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun
industri manufaktur yang terletak di wilayah Kecamatan Amurang Barat,
Tenga dan Kecamatan Modoinding. Kegiatan pergudangan terbatas dan
terkendali terletak di Kecamatan Amurang Barat dan di kawasan yang
diperuntukkan untuk kegiatan industri dengan luas keseluruhan +
1148,07 hektar.
Ruang fasilitas perniagaan meliputi ruang untuk kegiatan
perdagangan dan jasa-jasa yang berhubungan dengan perniagaan.
Kebutuhan ruang untuk fasilitas pertokoan, pusat perbelanjaan (shoping
center), pasar, maupun pusat perkantoran swasta, adalah yang termasuk
dalam kelompok ini. Kebutuhan ruang untuk fasilitas tersebut perlu
dipertimbangkan untuk dipersiapkan menghadapi kebutuhan sampai 20
tahun kedepan. Kondisi eksiting tahun 2010, di Kabupaten Minahasa
Selatan menunjukkan adanya pusat pertokoan dan pusat perbelanjaan
yang dilengkapi pasar lingkungan di Kecamatan Tumpaan (Desa
Tumpaan), Amurang (Kelurahan Ranoyapo) dan Amurang Timur
(Kelurahan Lewet). Kawasan tersebut menjadi pusat tujuan belanja bagu
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 55
penduduk di seluruh wilayah Kecamatan, sehingga di Kabupaten
Minahasa Selatan hanya terjadi satu titik pemusatan pertumbuhan dan
keramaian Kabupaten. Keadaan inilah yang menyebabkan resiko
kemacetan lalu lintas dan berdampak pada ketidakseimbangan
perkembangan Kabupaten, karena tidak ada pusat-pusat sejenis di
Kecamatan lainnya. Menuju pembangunan ruang Kabupaten sampai
tahun 2030, dialokasikan penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan
perdagangan di pusat-pusat Kecamatan dan Kelurahan. Perhitungan
kebutuhan jumlah dan luasan mengacu pada standar yang berlaku, yang
khususnya berdasarkan acuan jumlah penduduk yang berkembang
sampai tahun 2030 dan tersebar di kecamatan-kecamatan. Tabel-tabel di
halaman berikut, menunjukkan hasil perhitungan kebutuhan jenis dan
angka luasan fasilitas perniagaan dan jasa di wilayah kota
Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten
Minahasa Selatan adalah kawasan yang memiliki potensi objek dan daya
tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik
yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi dan
objek wisata alam terdapat di Tatapaan, Amurang Timur, Tenga dan
Tumpaan. Potensi dan objek wisata budaya terdapat di Kawasan
bersejarah benteng Portugis Kecamatan Amurang Kelurahan Ranoyapo.
Potensi dan objek wisata agro terdapat di Bukit Kuntung Ramoy
Kecamatan Modoinding. Potensi dan objek wisata lainnya terdapat
Kecamatan Sinonsayang, dan Amurang Timur. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 56
Tabel 2.21
Sebaran Atraksi wisata di Kabupaten Minahasa Selatan
No Objek Wisata Daya Tarik Kegiatan Lokasi
Desa/Kelurahan Lokasi Kecamatan
1 Taman Nasional Laut Bunaken
Bagian Selatan Keindahan Terumbu Karang
Diving/menyelam
dan rekreasi
Desa Wawontulap,
Desa Sondaken dan
Desa Rap-rap
Tatapaan
2 Gua Taruna Kapitu Peninggalan sejarah
Austronesia Wisata sejarah Desa Kapitu Amurang
3 Makam Penginjil IZG-KARL
Tragot Herman Nilai budaya Wisata sejarah Kelurahan Ranoyapo Amurang
4 Gereja GMIM Syalom Sentrum
Amurang Nilai sejarah Wisata sejarah Kelurahan Uwuran I Amurang
5 Daerah Perlindungan laut
Blongko
Keindahan Terumbu Karang
dan pemandangan alam Diving/menyelam Desa Blongko Sinonsayang
6 Pantai Moinit Pemandangan alam, air
panas di perairan laut Rekreasi dan mandi Desa Tawaang Tenga
7 Sungai Maruasey Arus Sungai Arung jeram Desa Tangkuney Tumpaan
8 Batu Dinding batu yang curam (ketinggian
70 m) Panjat Tebing Kilometer Tiga Amurang
9 Danau Iloloy Pemandangan Alam Rekreasi Desa Temboan Modoinding
10 Bukit Doa Kakenturan Pemandangan alam dan
sentuhan religius Rekreasi Desa Kakenturan Modoinding
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 57
11 Bukit Doa Pinaling Pemandangan alam dan
12sentuhan religius Rekreasi Desa Pinaling Amurang Timur
12 Agro Modoinding dan bukit doa
Kuntung Ramoy
Ha13mparan Tanaman
Holtikultura dan danau moat Rekreasi Desa Mokobang Modoinding
13 Pantai Alar Pemandangan alam dan
rataan Terumbu Rekreasi Desa Lopana Amurang Timur
14 Benteng Portugis Benteng Peninggalan
portugis Wisata pendidikan Kelurahan Uwuran I Amurang
15 Pantai Ben-ben Pemandangan alam Rekreasi dan mandi Desa Wawontulap Tatapaan
16 Wisata Bajo Pemandangan alam Rekreasi Desa Bajo Tatapaan
17 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Desa Kapoya Suluun Tareran
18 Pantai popareng Pemandangan alam Rekreasi dan mandi Desa Popareng Tatapaan
19 Air Terjun Popontolen Air terjun dan pemandangan
alam Rekreasi dan mandi Desa Popontolen Tumpaan
20 Watu Konimpis Nilai budaya Wisata sejarah Desa Wiau Lapi Tareran
21 Mata Air Masalosat Mata air dan pemandangan Wisata alam Desa Kumelembuai
Satu Kumelembuai
22 Makam Penginjil NZG-Sibold
Ulvers Nilai budaya Wisata sejarah
Desa Kumelembuai
Satu Kumelembuai
23 Makam Penginjil NZG-SDE
VELDEN Cappellen Nilai budaya Wisata sejarah Desa Lansot Tareran
24 Pusat Budaya Desa Pontak Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Pontak Ranoyapo
25 Taman Purbakala Niatakan Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Pinaesaan Tompaso Baru
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 58
26 Lumpang Batu Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Tondey Motoling Barat
27 Lumpang Batu dan Batu Datar Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Motoling Mawale Motoling
28 Veilbox Bangunan sejarah Wisata sejarah Desa Tumpaan Satu Tumpaan
29 Waruga & Watu Tumotowa Nilai budaya Wisata Waruga Desa Lelema Tumpaan
30 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Kelurahan Rumoong
Bawah Amurang Barat
31 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Desa Lelema Tumpaan
32 Air Terjun Sendowan Air terjun dan pemandangan
alam Rekreasi dan mandi Desa Lopana Amurang Timur
33 Batu Kapal Pemandangan Alam Rekreasi Desa Sapa Tenga
34 Pantai Teletabies Pemandangan Alam Rekreasi Desa Boyong Pante Sinonsayang
35 Pantai Paser Putih Wawontulap Pemandangan Alam Rekreasi Desa Wawontulap Tatapaan
36 Pantai Tambelang Pemandangan Alam Rekreasi Desa Popareng Tatapaan
37 Air Terjun Lelema Air terjun dan pemandangan
alam Rekreasi dan mandi Desa Lelema Tumpaan
38 Objek Wisata Bukit Sasayaban Pemandangan Wisata Rohani Kelurahan Buyungon Amurang
Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 59
Arahan Neraca Lahan
Berdasarkan penataan keseimbangan antara pemanfaatan ruang
untuk kawasan budidaya dengan kawasan non budidaya, sebagai
perwujudan dari arah pengembangan yang telah dinyatakan sebelumnya
bahawa merencanakan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
kelestarian lingkungan, maka disusunlah program necara lahan.
Tabel 2.22 Neraca penggunaan Lahan di Minahasa Selatan
Pemanfaatan Ha %
Budidaya 106.528,25 71,18%
Jasa, Perdagangan & Perkantoran
44,39 0,03%
Industri dan pergudangan
978,51 0,65%
Ruang Hijau: Taman Kota, Pemakaman,
Hutan Kota, Jalur Hijau, Lapangan
Olah Raga
2.622,07 1,75%
Sawah (Pertanian)
3.659,28 2,45%
Perkebunan Rakyat
62.042,59 41,45%
Permukiman (Perumahan dan Fasos:
Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)
7.717,34 5,16%
Pariwisata
8.569,96 5,73%
Hutan Produksi
20.298,19 13,56%
Hutan Produksi terbatas
595,91 0,40%
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 60
Non Budidaya
43.135,42 28,82%
Fungsi Lindung
17.616,30 11,77%
Lindung Lainnya
25.519,12 17,05%
Jumlah
149.663,67 100%
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan atau
pemanfaatan lahan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan adalah perkebunan (perkebunan campuran). Hal ini sejalan
dengan kenyataan dimana saat ini lebih dari 50% penduduknya bekerja
di sektor tersebut, yang akan bertahan sampai sekitar 30% pada akhir
tahun perencanaan. Penyediaan ruang bagi pengembangan sektor ini
cukup penting dilakukan mengingat sektor inilah yang selama ini menjadi
ciri budaya penduduk. Namun untuk kebutuhan perkembangan
mendatang, maka sektor ini akan didorong untuk dikembangkan dalam
peran menuju sektor sekunder yakni industri pertanian untuk membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga sasaran pembangunan di
Kabupaten ini dapat dicapai. Kebutuhan keberadaan sawah sebagai
neraca lingkungan cadangan air di areal cekungan juga patut
dipertahankan, sekaligus sebagai areal pengendali banjir.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan atau
pemanfaatan lahan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan adalah sektor produktif yang terdiri dari perkebunan rakyat dan
kawasan lindung. Penyediaan ruang bagi pengembangan sektor ini
penting dilakukan mengingat sektor inilah yang akan mendorong
pertumbuhan ekonomi sehingga sasaran pembangunan di Kabupaten ini
dapat dicapai.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 61
Tabel 2.23
Kawasan Strategis bagi Kabupaten Minahasa Selatan Jenis Kawasan
Strategis Peran dan Fungsi Lokasi
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis dari
sudut
kepentingan
ekonomi
Kawasan Strategis
perindustrian dan
pergudangan
1. Kelurahan Kawangkoan bawah Kecamatan
Amurang Barat
2. Desa Teep dan Desa Kapitu Kecamatan
Amurang Barat
Kawasan Pelabuhan
Ferry, Laut umum dan
Perikanan
1. Desa Kawangkoan Bawah Kecamatan Amurang
Barat
Kawasan Tumbuh cepat
TUANGTIBA
1. Tumpaan – Amurang – Amurang Timur -
Amurang Barat
Kawasan Agropolitan
1. Kecamatan Modoinding
2. Kecamatam Tenga
3. Kecamatan Sinonsayang
4. Kecamatan Motoling
Kawasan Minapolitan
1. Kecamatan Tatapaan
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis dari
sudut
kepentingan sosial
budaya
Benteng Peninggalan
Portugis
2. Kelurahan Ranoyapo Kecamatan Amurang
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis
pendayagunaan
sumber daya alam
dan/atau
teknologi tinggi di
wilayah
Kabupaten
Area potensi panas
bumi, untuk
kepentingan PLTU
dengan sektor strategis
energi dan kelistrikan
1. Desa Tawaang, Kecamatan Tenga
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis dari
Hutan Lindung Gunung Lolombulan
(Sinonsayang, Tenga, Kemelembuai dan Motoling),
gunung Simbalang (Modoinding dan Tompaso
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 62
sudut
kepentingan
fungsi dan daya
dukung
lingkungan hidup
Daerah konservasi
hutan lindung
Baru), gunung poopotelu (Sinonsayang), gunung
Torout (Tompaso Baru), gunung Manembo-nembo
(Tumpaan).
Daerah Perlindungan
laut Blongko Desa Blongko kecamatan Sinonsayang
Taman Nasional Laut
Bunaken Bagian
Selatan
Desa Wawontulap, Desa Sondaken dan Desa Rap-
rap (Kecamatam Tatapaan)
Kawasan Rawan Banjir,
Abrasi Pantai dan
Tsunami
Kelurahan Ranoyapo dan kelurahan Buyungon di
Kecamatan Amurang
Kawasan Strategis
Sesar/Patahan
Minahasa Selatan
Kelurahan Ranoyapo dan kelurahan Buyungon di
Kecamatan Amurang Timur
Kawasan Strategis
Pemerintahan
(Strategis lainnya)
Sebagai kawasan Pusat
Pemerintahan
1. Pusat Utama di Kelurahan Pondang
Kecamatan Amurang Timur
2. Sub Pusat di Desa Teep Kecamatan
Amurang Barat
Kawasan Strategis
Pariwisata
(Strategis lainnya)
Pantai Moinit Desa Tawaang, Kecamatan Tenga
Sungai Maruasey Desa Tangkuney, Kecamatan Tumpaan
Batu Dinding Desa Kilometer Tiga, Kecamatan Amurang
Bukit Doa Pinaling Desa Pinaling, Kecamatan Amurang Timur
Agro Modoinding dan
bukit doa Kuntung
Ramoy Desa Mokobang, Kecamatan Modoinding
Pantai Alar Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur
Pantai Ben-ben Desa Wawontulap, Kecamatan Tatapaan
Wisata Bajo Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan
Pantai popareng Desa Popareng, Kecamatan Tatapaan
Air Terjun Popontolen Desa Popontolen, Kecamatan Tumpaan
Kawasan Strategis
Pendidikan
(Strategis lainnya)
Sebagai pusat
pendidikan tinggi Desa Tumpaan Kecamatan Tumpaan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 63
Kawasan-kawasan strategis perlu didukung oleh rencana
penataan ruang agar dapat mengakomodasikan perkembangan sektor
strategis yang diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah yang
lebih luas.
Tabel 2.24 Potensi Desa Wisata Kabupaten Minahasa Selatan
NO DESA KECAMATAN POTENSI KET
1 Mokobang Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
2 Wulurmaatus Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
3 Palelon Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
4 Makaaroyen Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
5 Pinasungkulan Utara Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
6 Pinasungkulan Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
7 Sinisir Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
8 Kakenturan Barat Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
9 Kakenturan Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
10 Linelean Modoinding Agrowisata /
Ekowisata
11 Kilometer Tiga Amurang Wisata Alam Batu
Dinding
12 Tawaang Timur Tenga Wisata Bahari
13 Sapa Barat Tenga Wisata Alam Batu
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 64
Kapal / Bahari
14 Wawontulap Tatapaan Wisata Bahari
15 Bajo Tatapaan Wisata Bahari
16 Pinaesaan Tompaso Baru Wisata Alam /
Budaya Rumah
Batu
17 Temboan Maesaan Wisata Alam
18 Lowian Maesaan Wisata Alam Air
Terjun / Air
Panas
19 Toyopon Motoling Barat Wisata Air Terjun
20 Talaitad Suluun Tareran Wisata Air Terjun
21 Pinaling Amurang Timur Wisata Air Terjun
22 Lopana Amurang Timur Wisata Air Terjun
23 Tumpaan Dua Tumpaan Wisata Bahari
24 Kapitu Amurang Barat Wisata Kuliner
25 Tangkuney Tumpaan Wisata Minat
Khusus Arung
Jeram
26 Blongko Sinonsayang Wisata Bahari /
Hutan Bakau
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2016
Tabel 2.25
Hotel dan Penginapan di Kabupaten Minahasa Selatan
No Nama Alamat
1 Prince hotel amurang Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.
Amurang timur, telp. 0430-22297
2 Sierra villa & restaurant Kelurahan bitung, kec. Amurang (belakang SMP
N 1
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 65
amurang) telp. 0430-23113
3 Kambiow beach hotel Amurang
Kelurahan bitung, kec. Amurang (belakang SMP N 1
amurang)
4 Amurang indah hotel Kelurahan ranoyapo, kec. Amurang
5 Hossana cottage Kelurahan bitung, kec. Amurang
6 Penginapan
anggrek/sumampow inn
Kelurahan bitung, kec. Amurang, telp. 0430-
21355
7 Penginapan mcm
pinaling
Desa pinaling, kec. Amurang timur
8 Penginapan gusnar Jl. Trans sulawesi, kelurahan kawangkoan bawah,
kec. Amurang barat (mobongo) telp.
085395666207
9 Sutan raja hotel Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.
Amurang timur
Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025
Tabel 2.26 Restaurant/Rumah Makan
Di Minahasa Selatan
No Nama Alamat
1 Texas chicken amurang Jl. Trans sulawesi, kelurahan buyungon, lt. 3 sakuramart
amurang
2 R.M turangga Jl. Trans sulawesi, desa matani, kec. Tumpaan
3 Moniq boulevard
restaurant
Jl. Boulevard pantai alar, kelurahan pondang,
kec. Amurang Timur
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 66
Amurang timur
4 R.M pondok nathan Jl. Trans sulawesi, desa lelema, kec. Tumpaan
5 R.M kemurahan Jl. Trans sulawesi, desa tumpaan, kec.
Tumpaan
6 R.M bintang timur Jl. Trans sulawesi, desa tumpaan, kec.
Tumpaan
7 R.M pondok bambu Batik
Jl. Trans sulawesi, desa lopana, kec. Amurang
timur
8 R.M libra Jl. Boulevard pantai alar, kelurahan pondang,
kec. Amurang timur
9 R.M triple r Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.
Amurang timur
Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025
2.1.2.6 Wilayah Rawan Bencana
a. Kawasan rawan bencana pada jalur sesar;
Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan yang
dimaksud adalah berada di sepanjang garis sesar desa Matani,
Popontolen, Lelema dan Munte (Kecamatan Tumpaan) dan Kelurahan
Buyungon, Lewet, Rumoong Bawah dan Ranoketang Tua (Kecamatan
Amurang) kemudian desa Tondey 1, Ranaan Baru 1 dan desa Toyopon
(Kecamatan Motoling Barat), Desa Mokobang (Modoinding), desa
Temboan (Maesaan), desa Raraatean, Sion, Pinaesaan (Tompaso Baru)
dengan luas keseluruhan ± 2094,21 hektar.
b. Kawasan rawan gerakan tanah/longsor ;
Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang dimaksud
ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 67
terhadap perpindahan material berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran. Lahan yang memiliki kemiringan
lereng > 40% sangat berpotensi untuk terjadinya longsor. Kawasan
rawan longsor di Kabupaten Minahasa Selatan tersebar pada
kecamatan Tatapaan (Desa Rap-rap, Sondaken, Wawona, Popareng,
Wawontulap dan Paslaten), Kecamatan Tumpaan (Desa Munte, Lelema
dan Tangkuney), Kecamatam Tareran (wiau Lapi dan Lansot),
Kecamatan Amurang (Buyungon, dan Ranoketang Tua), Kecamatan
Amurang Barat (Rumoong Bawah, Elusan, Wakan dan Tewasen),
Kecamatan Motoling Timur, Kecamatan Tenga, Kecamatan
Kumelembuai, Kecamatan Sinonsayang, Kecamatan Motoling Barat,
Kecamatan Motoling, Kecamatan Tompaso Baru, Kecamatan Ranoyapo,
Kecamatan Maesaan, Kecamatan Modoinding totalnya + 35593 Ha
c. Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami;
Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami yang dimaksud adalah
kawasan di pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang laut
yang besar secara tiba-tiba. Kawasan ini berada di pesisir pantai di
Kecamatan Tatapaan, Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang
Barat, kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang, Kecamatan
Tenga dan Kecamatan Sinonsayang dengan luas keseluruhan ± 17.598
hektar. Untuk Sarana Evakuasi terletak di Desa Kapitu Kecamatan
Amurang Barat.
d. Kawasan rawan banjir;
Kawasan rawan banjir yang dimaksud adalah banjir yang dapat
terjadi selama atau setelah hujan lebat. Kawasan rawan banjir tersebar
di dataran rendah di muara sungai di Desa Poigar (Kecamatan
Sinonsayang), Buyungon (Kec. Amurang) dan Pondang, Ranomea,
Bitung, Uwuran satu (Kecamatan Amurang Timur), Desa Kawangkoan
Bawah (Kec. Amurang Barat), Desa Popontolen dan Bajo (Kec. Tatapan)
dengan luas keseluruhan diperkirakan ± 591,65 hektar;
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 68
2.1.3 Aspek Demografi
2.1.4.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2015
sebanyak 204.983 jiwa, jumlah ini mencakup tempat tinggal tetap maupun
sementara.
Berdasarkan dari data komposisi penduduk menurut jenis kelamin
per kecamatan, maka jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan
Amurang dan paling sedikit Kecamatan Kumelembuai, sedangkan jumlah
penduduk Laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan
dengan perkembangannya pada Tahun 2011 penduduk laki-laki sebanyak
51,83% dan perempuan 48,17%, pada tahun 2012 penduduk laki-laki
sebanyak 51,42% dan perempuan 48,58%, pada tahun 2013 penduduk
laki-laki sebanyak 51,10% dan perempuan 48,90%, pada tahun 2014
penduduk laki-laki sebanyak 51,37% dan perempuan 48,63%.
Demikian juga halnya dengan jumlah Kepala Keluarga, setiap tahun
bertambah, dimana pada tahun 2011 sebanyak 62.895 KK dengan jumlah
terbesar di Kecamatan Tenga dan terkecil di Kecamatan Motoling, pada
tahun 2012 sebanyak 69.175 KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan
Tenga dan terkecil di Kecamatan Kumelembuai, pada tahun 2013
sebanyak 79.067 KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan Tenga dan
terkecil di Kecamatan Kumelembuai, pada tahun 2014 sebanyak 80.675
KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan Tenga dan terkecil di Kecamatan
Kumelembuai.
Tabel 2.27 Data Kependudukan
Uraian 2013 2014
Jumlah penduduk (jiwa) 200.072 203.317
Kepadatan penduduk
(jiwa/km2)
134,78 136,96
Sex rasio (L/P) % 106,69 106,59
Prosentase penduduk menurut
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 69
kelompok umur
0 - 14 tahun 26,45 26,18
15 – 64 tahun 66,38 66,51
> 65 tahun 7,17 7,31
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB
Nilai PDRB Kabupaten Minahasa Selatan terus meningkat seiring
dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian di Kabupaten
ini. Pada tahun 2010 nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku sama
dengan harga konstannya yaitu sebesar 3,65 triliun rupiah.
Berdasarkan harga berlaku nilai PDRB tersebut meningkat menjadi
6,07 triliun rupiah pada tahun 2015. Sementara itu, PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2010 yang secara umum menggambarkan
dinamika produksi seluruh aktifitas perekonomian di Kabupaten
Minahasa Selatan, pada tahun 2015 bernilai 4,86 triliun rupiah. Nilai
tersebut lebih tinggi 6,21 persen dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 4,58 triliun rupiah.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 70
Tabel 2.28
Nilai Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010
Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) %
A
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.389.267,0 1.369.084,50 (1,45)
1.449.116,10 5,85 1.526.568,00 5,34 1.586.512,30 3,93 1.641.844,90 3,49
B Pertambangan dan Penggalian 333.281,4 353.408,40 6,04 368.895,90 4,38 387.915,40 5,16 408.560,20 5,32 437.853,80 7,17
C Industri Pengolahan 409.722,4 441.426,90 7,74 476.414,70 7,93 515.359,70 8,17 563.535,70 9,35 603.772,80 7,14
D Pengadaan Listrik dan Gas 3.195,2 2.958,20 (7,42) 3.104,70 4,95 3.362,10 8,29 3.554,00 5,71 3.844,10 8,16
E
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah 2.691,9 2.797,403,92
2.908,70 3,98 3.064,20 5,35 3.193,00 4,20 3.398,60 6,44
F Konstruksi 457.340,1 487.583,40 6,61 522.784,70 7,22 566.610,10 8,38 624.094,40 10,15 678.678,70 8,75
G
Perdagaangan Besar dan Eceran:
Reparasi Motor 281.145,7 301.509,907,24
314678,6 4,37 336.328,10 6,88 360.150,80 7,08 387.238,30 7,52
H Transportasi dan Pergudangan 254.915,4 273.814,90 7,41 287.574,90 5,03 305.383,30 6,19 334.630,40 9,58 362.102,00 8,21
I
Penyediaan Akomodasi dan
Makanan dan Minuman 12.861,8 13.803,907,32
14.918,00 8,07 15.903,20 6,60 16.845,60 5,93 17.985,80 6,77
J Informasi dan Komunikasi 60.774,5 65.824,80 8,31 71.337,10 8,37 77.455,10 8,58 82.238,40 6,18 88.339,50 7,42
K Jasa Keuangan dan Asuransi 35.008,2 37.263,30 6,44 39.110,50 4,96 41.798,40 6,87 43.717,90 4,59 45.187,10 3,36
L Real Estate 116.854,5 125.554,30 7,44 133.431,90 6,27 143.053,00 7,21 151415,8 5,85 159.511,80 5,35
M,N Jasa Perusahaan 542,8 582,8 7,37 626,90 7,57 666,6 6,33 712 6,81 764,2 7,33
O
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Keamanan 140.015,0 149.970,107,11
160.885,50 7,28 173.077,20 7,58 188.371,50 8,84 203.767,70 8,17
P Jasa Pendidikan 42.919,7 45.239,50 5,40 46.175,60 2,07 48.951,70 6,01 52.567,10 7,39 56.746,20 7,95
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 95.727,4 104.431,50 9,09 114.694,40 9,83 125.355,20 9,29 137.179,30 9,43 149.115,70 8,70
R,S,T,U Jasa Lainnya 13.678,1 14.502,80 6,03 15.426,70 6,37 16.942,00 9,82 17.592,80 3,84 18.834,50 7,06
PDRB 3.649.941,1 3.789.756,70 3,83 4.022.084,80 6,13 4.287.793,60 6,61 4.574.871,20 6,70 4.858.985,50 6,21
PDRB TANPA MIGAS 3.649.941,1 3.789.756,70 3,83 4.022.084,80 6,13 4.287.793,60 6,61 4.574.871,20 6,70 4.858.985,50 6,21
2014 2015No Sektor 2010
2011 2012 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 71
Tabel 2.29
Nilai Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010
No. Sektor 2011 2012 2013 2014 2015
Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) %
A Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.378.412,5
(0,8) 1.515.541,3
9,95
1.683.986,2 11,11
1.857.248,0
10,29
2.116.039,8
13,93
B Pertambangan dan
Penggalian 353.910,2 6,19 368,962,2
4,25
422.209,0 14,43
470.327,5
11,40
525.624,7 11,76
C Industri Pengolahan 453.942,3 10,79 494.938,9 9,03
545.887,4
10,29
604.340,9 10,71
691.258,8 14,38
D Pengadaan Listrik dan Gas 2.984,8 -6,58 2.988,2 0,11 3.164,1 5,89 3.476,9 9,89 4.123,0 18,58
E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah 2.891,0 7,40 3.097,8 7,15 3.379,0 9,08 3.659,3 8,30
4.087,6 11,70
F Konstruksi 508.872,2 11,27 571.013,4 12,21 632.382,9 10,75 659.899,4 4,35 773.099,6 17,15
G
Perdagaangan Besar dan
Eceran: Reparasi Motor 310.574,9 10,47 340,366,1 9,59 373.887,1 9,85 412.638,1 10,36
476.615,1 15,50
H Transportasi dan
Pergudangan 280.047,6 9,86 311,911,4 11,38 360.452,6 15,56 436.143,6 21,00
528.957,4 21,28
I Penyediaan Akomodasi dan
Makanan dan Minuman 14.229,1 10,63 16.032,5 12,67 17.492,2 9,10 19.349,7 10,62
22.178,5 14,62
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 72
J Informasi dan Komunikasi 67.858,9 11,66 75.911,5 11,87 82.601,3 8,81 90.401,4 9,44
100.014,5
10,63
K Jasa Keuangan dan
Asuransi 39.992,5 14,24 45.611,0 14,05 50.132,8 9,91 54.498,0 8,71
58.781,0 7,86
L Real Estate 129.488,4 10,81 144.697,2 11,75 160.197,4 10,71 177.591,2 10,86 194.088,0 9,29
M,N Jasa Perusahaan 615,8 13,45 701,0 13,84 781,1 11,43 863,6 10,56 985,4 14,10
O Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Keamanan 161.833,5 15,58 187.425,6 15,81 219.917,6 17,34 262.758,0 19,48
298.113,2 13,46
P Jasa Pendidikan 45.811,3 6,74 50.341,6 9,89 56.849,9 12,93 67.136,9 18,10 76.405,7 13,81
Q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 108.983,2 13,85 123.033,1 12,89 140.564,6 14,25 159.001,0 13,12
176.064,1 10,73
R,S,T,U Jasa Lainnya 15.015,0 9,77 16.636,8 10,80 19.329,6 16,19 20.830,8 7,77 23291,6 11,81
PDRB 3.875.463,1 6,18 4.269.209,7 10,16 4.773.214,7 11,81 5.300.164,3 11,04 6.069.728,0 14,52
PDRB TANPA MIGAS 3.875.463,1 6,18 4.269.209,7 10,16 4.773.214,7 11,81 5.300.164,3 11,04 6.069.728,0 14,52
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 73
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor
yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Minahasa
Selatan. Nilai Kontribusinya tahun 2011 sebesar 35.57 persen atas
dasar harga konstan dan pada tahun 2015 sebesar 34,86 persen.
Sektor Konstruksi adalah sektor yang memberi kontribusi
terbesar kedua setelah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Nilai kontribusi sektor Konstruksi tahun 2011 sebesar 13,13 persen
dan sepanjang tahun 2012 s.d 2015 kontribusi sektor konstruksi
terhadap PDRB Kabupaten Minahasa Selatan cenderung stabil dimana
pada tahun 2015 nilai kontrbusinya meningkat sebesar 12,74 persen.
Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang memberi
kontribusi terbesar ke tiga setelah sektor pertanian, kehutan , perikanan
dan sektor konstruksi. Nilai kontribusi sektor industri pengolahan
tahun 2011 sebesar 11,71 persen. Kontribusi sektor industri
pengolahan selama tahun 2012 s.d tahun 2015 cenderung stabil
dengan kontribusi tahun 2015 sebesar 11,39 persen.
Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang
memberi kontribusi terbesar keempat setelah sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, konstruksi, industri pengolahan. Tahun 2011
Sektor ini memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Minahasa
Selatan sebesar 9,13 persen sampai akhir 2015 cenderung stabil dengan
kotribusi sebesar 8,66 persen
Sektor Perdagangan besar, eceran dan reparasi motor merupakan
sektor yang memberi kontribusi terbesar kelima setelah sektor
pertanian, kehutanan , perikanan, sektor konstruksi dan sektor industri
pengolahan Nilai kontribusi sektor perdagangan, eceran dan reparasi
motor tahun 2011 sebesar 8,01 persen. Kontribusi sektor ini selama
tahun 2012 s.d tahun 2015 cukup stabil dengan kontribusi tahun
2015 sebesar 7,85 persen.
Sektor yang memberi kontribusi terbesar keenam adalah sektor
Transportasi dan Pergudangan. Sektor ini tahun 2011 memberi
kontribusi sebesar 7,23 persen yang terus meningkat setiap tahun
sampai tahun 2015 sebesar 8,71 persen.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 74
Tabel 2.30
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s/d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
Kabupaten Minahasa Selatan
No Sektor 2011 2012 2013 2014 2015
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 35,57 36,13 35,50 36,03
35,28
35,60
35,04
34,68
34,86
33,79
B Pertambangan dan Penggalian 9,13 9,33 8,64 9,17
8,85
9,05
8,87
8,93
8,66
9,01
C Industri Pengolahan 11,71 11,65 11,59
11,84 11,44 12,02 11,40 12,32 11,39 12,43
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
F Konstruksi 13,13 12,87 13,38
13,00 13,25 13,21 12,45 13,64 12,74 13,97
G
Perdagangan Besar dan Eceran:
Reparasi Motor 8,01 7,96
7,97
7,82 7,83 7,84 7,79 7,87 7,85 7,97
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 75
H Transportasi dan Pergudangan 7,23 7,23 7,31 7,15 7,55 7,12 8,23 7,31 8,71 7,45
I Penyediaan Akomodasi dan Makanan
dan Minuman
0,37 0,36 0,38 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37
J Informasi dan Komunikasi 1,75 1,74 1,78 1,77 1,73 1,81 1,71 1,80 1,65 1,82
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,03 0,98 1,07 0,97 1,05 0,97 1,03 0,96 0,97 0,93
L Real Estate 3,34 3,31 3,39 3,32 3,36 3,34 3,35 3,31 3,20 3,28
M,N Jasa Perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
O Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Keamanan
4,18 3,96 4,39 4,00 4,61 4,04 4,96 4,12 4,91 4,19
P Jasa Pendidikan 1,18 1,19 1,18 1,15 1,19 1,14 1,27 1,15 1,26 1,17
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,81 2,76 2,88 2,85 2,94 2,92 3,00 3,00 2,90 3,07
R,S,T,U Jasa Lainnya 0,39 0,38 0,39 0,38 0,40 0,40 0,39 0,38 0,38 0,39
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 76
Sektor-sektor yang memberi kontribusi terhadap PDRB
Minahasa Selatan dibawah 5 persen pada tahun 2015 antara lain sektor
administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan (4,91), sektor
real estate (3,20), sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (2,90),
sektor Informasi dan Komunikasi (1,65) sektor Jasa Pendidikan (1,26),
Jasa Keuangan dan Asuransi (0,97), sektor jasa lainnya (0,38), sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makanan dan Minuman (0,37), Pengadaan
Listrik dan Gas (0,07), Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
(0,07) dan sektor jasa perusahaan (0,02).
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 77
Tabel 2.31
Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasa Harga Berlaku (Hb) Dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015
Kabupaten Minahasa Selatan
No Sektor Pertumbuhan
Hb Hk
% %
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 8,90 3,43
B Pertambangan dan Penggalian 9,61 5,61
C Industri Pengolahan 11,04 8,07
D Pengadaan Listrik dan Gas 5,58 3,94
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 8,73 4,78
F Konstruksi 11,15 8,22
G Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Motor 11,16 6,62
H Transportasi dan Pergudangan 15,82 7,28
I Penyediaan Akomodasi dan Makanan dan Minuman 11,53 6,94
J Informasi dan Komunikasi 10,48 7,77
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 78
K Jasa Keuangan dan Asuransi 10,95 5,24
L Real Estate 10,68 6,42
M,N Jasa Perusahaan 12,68 7,08
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan 16,33 7,80
P Jasa Pendidikan 12,29 5,76
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,97 9,27
R,S,T,U Jasa Lainnya 11,27 6,62
PDRB 10,74 5,89
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 79
Perekonomian Minahasa Selatan pada tahun 2015 sebesar 6,21
persen, mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2014 sebesar
6,70 persen. Walaupun mengalami penurunan tetapi ada beberapa
sektor mencatat pertumbuhan yang positif di tahun 2015. Adapun
sektor yang mempengaruhi penurunan yaitu sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
pangadaan air, pengelolaan sampah, limbah, sektor transportasi dan
pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate,
sektor administrasi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Besarnya sumbangan masing-masing kategori lapangan usaha
setiap sektor dalam laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015
menarik pula dicermati. Lapangan usaha yang nilai nominal PDRB atas
dasar harga konstannya besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar
bagi laju pertumbuhan ekonomi, walaupun laju pertumbuhan lapangan
usaha tersebut bukan yang terbesar.
Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan misalnya, walaupun
bukan merupakan kategori yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu
sebesar 3,87 persen namun mampu memberikan kontribusi laju
pertumbuhan terbesar yaitu 1,38 persen terhadap total pertumbuhan.
Sebaliknya kategori konstruksi walupun laju pertumbuhannya tertinggi
yaitu sebesar 10,15 persen, namun hanya mampu memberikan
konstribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,34 persen. Penyumbang
terbesar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Minahasa Selatan tahun
2014 selain kategori pertanian, kehutunan dan perikanan adalah
kategori konstruksi sebesar 1,34 persen, kemudian diikuti oleh kategori
industri pengolahan sebesar 1,12 persen dan kategori transportasi dan
pergudangan sebesar 0,68 persen.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 80
Tabel 2.32
PDRB Perkapita Minahasa Selatan Tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
Uraian ADHB ADHK
Nilai (juta) 25,99 22,50
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
2.2.1.2 Laju Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga -
harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas (mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan
dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan
memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara
bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap
beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur dengan
IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 6 kelompok pengeluaran
(berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose -
COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 81
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
Inflasi di Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 – 2015 mengalami
fluktuasi. Faktor penyebab perubahan inflasi antara lain disebabkan
oleh adanya kebijakan pemerintah pusat terkait dengan kenaikan harga
kebutuhan pokok, kenaikan BBM/Gas dan kenaikan tarif dasar listrik
serta kondisi perekonomian nasional secara global. Perkembangan
tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan dalam kurun
waktu tahun 2011 - 2015 sebagai berikut :
Gambar 2.10 Tingkat Inflasi di Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010 - 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016.
Perkembangan harga berbagai komoditas pada tahun 2015 secara
umum menunjukkan adanya kenaikan terutama pada bulan Desember.
Kota Manado adalah salah satu kota yang dijadikan patokan dalam
pengukuran inflasi bagi Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi
Utara karena sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara dimana arus
barang dan jasa terpusat di Kota Manado. Pada tahun 2015 inflasi
sebesar 1,74% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari
123,06 pada bulan November 2015 menjadi 125,20 pada bulan
Desember 2015. Inflasi tahun kalender (Desember 2015 terhadap
Desember 2014) nilainya sama dengan inflasi “year on year” (Desember
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 82
2015 terhadap Desember 2014) yaitu sebesar 5,56%. Inflasi terjadi
karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok pengeluaran
yaitu kelompok bahan makanan sebesar 5,93% kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,79%; kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,40%, kelompok sandang
sebesar 0,38%; kelompok kesehatan sebesar 0,30%; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,35%; dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29%.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,
bawang merah, beras, tomat sayur, minuman ringan, pisang, tarif listrik,
telur ayam ras, semen, lemon dan lain - lain. Sedangkan komoditas yang
mengalami penurunan harga antara lain tindarung, cakalang/sisik, ekor
kuning, daun bawang, anggur, apel, minyak goreng, sawi hijau,
selada/daun selada, ketimun dan lain-lain.
Sumbangan/andil inflasi masing - masing kelompok pengeluaran
pada bulan Desember 2015 yaitu kelompok bahan makanan sebesar
1,3981%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,1268%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar sebesar 0,1143%, kelompok sandang sebesar 0,0201%; kelompok
kesehatan sebesar 0,0119%; kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga sebesar 0,0225%; dan kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 0,0457%. Pada tahun 2011 inflasi tertinggi pada
kelompok bahan makanan sebesar 22,02%; dan terendah pada
kelompok kesehatan sebesar 0,60%. Pada tahun 2011 inflasi tertinggi
pada kelompok bahan sandang sebesar 5,63%; dan pada tahun 2012
inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 7,07% dan
terendah pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 1,18%. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi pada kelompok bahan
makanan sebesar 12,89% dan terendah pada kelompok sandang sebesar
0,33% Pada tahun 2015 indeks harga konsumen mengalami inflasi
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 83
tertinggi di bahan makanan sebesar 13,91% selengkapnya pada tabel
berikut :
Tabel 2.33
Inflasi Kabupaten Minahasa Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010 – 2015
No Kelompok Pengeluaran
Tingkat Inflasi (%)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bahan Makanan 22,02 1,97 7,07 12,89 7,85 13,91
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
6,50 5,19 6,72 8,48 4,35 5,03
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
6,23 3,02 3,90 5,41 6,16 2,22
4 Sandang 5,84 5,63 2,63 0,33 3,11 2,19
5 Kesehatan 0,60 5,58 1,44 2,24 3,50 3,12
6 Pendidikan, Rekreasi, dan
Olah Raga
3,63 0,94 1,32 1,20 2,16 3,78
7 Transportasi, jasa dan
Komunikasi
2,26 2,12 1,18 12,09 8,41 2,77
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab.Minahasa Selatan, Tahun 2015
2.2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan pembangunan baik ditingkat nasional maupun daerah
senantiasa berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu strategi penting dalam rangka proses pembangunan adalah berupaya
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan memacu pertumbuhan
sektor-sektor dominan. Hal ini dilakukan dengan asumsi “proses perembesan
kebawah “(trickle down effect)” akan terjadi, sehingga kesejahteraan
masyarakat dengan sendirinya akan tercapai. Kemajuan ekonomi secara
makro seringkali banyak dilihat dari besaran Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan ekonominya. Secara konsepsi, PDRB
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 84
menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (tingkat
produktifitas ekonomi) di suatu wilayah, yang di hitung sebagai akumulasi
dari pencapaian nilai transaksi dari berbagai sektor ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata
hasil aktifitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan
ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan
ekonomi.
Perhitungan pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan tahun dasar,
yang sebelumnya dihitung menggunakan tahun dasar 2000 dan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)1990 sekarang sudah menggunakan tahun
dasar 2010 dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) 2009. Jika
sebelumnya menggunakan tahun dasar 2000 perekonomian Minahasa
Selatan tumbuh dikisaran tujuh persen, namun dengan menggunakan tahun
dasar 2010 pertumbuhan ekonomi Minahasa Selatan pada kisaran enam
persen.
2.2.1.4 Kemiskinan
Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan
Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat
sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi
instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan
perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Kemiskinan merupakan
suatu fenomena masyarakat yang sudah lama terjadi dan dapat terjadi di
mana saja tanpa memperhatikan lokasi, sehingga sifatnya global.
Kemiskinan di suatu wilayah mempunyai hubungan dengan kondisi
wilayah dan pembangunan ekonomi wilayah.
Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi
kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan
antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin
dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Secara umum
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 85
kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Tabel 2.34
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010-2015
No Tahun Jumlah Penduduk
Miskin
Persesntase
(%)
1. 2010 21.970 10,74
2. 2011 18.855 9,48
3. 2012 17.300 8,61
4. 2013 20.400 10,08
5. 2014 20.027 9,85
6. 2015 19.719 9,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016
Berdasarkan Tabel 2.32, persentase penduduk miskin Kabupaten
Minahasa Selatan terus berfluktuatif selama lima tahun terakhir. Tetapi
di tahun 2013 mencapai 10,08 persen atau sekitar 20.400 jiwa terjadi
kenaikan oleh karena dampak kenaikan BBM sehingga mempengaruhi
kenaikan angka kemiskinan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 86
Gambar 2.11
Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Sulut Tahun 2016
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Minahasa
Selatan menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasar
penghitungan IPM dengan metode baru, pada tahun 2010 angka IPM
Minahasa Selatan adalah 66,11 kemudian meningkat menjadi 66,61
tahun 2011, 67,26 di tahun 2012 67,68 di tahun 2013 dan pada tahun
2014 IPM Minahasa Selatan kembali meningkat menjadi 68,36.
Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas hidup manusia yang di
ukur dari tiga pendekatan yaitu:
1. Umur panjang dan sehat
2. Pengetahuan yang memadai
3. Kehidupan yang layak di Minahasa Selatan mengalami perubahan
ke arah yang lebih baik.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 87
IPM yang meningkat ternyata juga diimbangi oleh jumlah
penduduk miskin yang semakin berkurang di tahun 2014.
Penduduk miskin di Minahasa Selatan telah turun dibanding tahun
sebelumnya baik secara jumlah maupun persentase. Jumlah
penduduk miskin tercatat sebanyak 20 ribu jiwa di tahun 2014
dengan persentase sebesar 9,83 persen dari total penduduk
Minahasa Selatan.
Tabel 2.35 IPM Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010-2015
Provinsi/Kabupaten IPM
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96 70,39
Minahasa Selatan 66,11 66,61 67,26 67,68 68,36 69,18
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016
Komponen Indeks Pembangunan Manusia:
a. Angka Harapan Hidup.
Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama
hidup.
b. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas
yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya
c. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal
d. Pengeluaran Riil Per kapita Yang disesuaikan
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 88
2.2.2 Fokus Seni Budaya dan Olahraga
2.2.3.1 Seni Budaya
Penyelenggaraan festifal seni dan budaya untuk Kabupaten Minahasa
Selatan yang diselenggarakan masih sangat minim karena masalah biaya
(dana). Dan sarana penyelenggaraan seni dan budaya belum dimiliki di
Minahasa Selatan. Untuk bidang olah raga, fasilitas olah raga masih sedikit
berupa lapangan olah raga yang masih tidak lengkap fasilitasnya.
Tabel 2.36
Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga Tahun 2011 s/d 2015
No. Capaian Pembangunan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Grup Kesenian
per 10.000 penduduk
0.0084 0.0101 0.0118 0.0135 0.0152
2 Jumlah Gedung
Kesenian per 10.000
penduduk
0.0024 0.0024 0.0029 0.0029 0.0032
3 Jumlah Club Olahraga
per 10.000 penduduk
0.0153 0.0153 0.0170 0.0170 0.0187
4 Jumlah Gedung
Olahraga per 10.000
penduduk
0.0026 0.0026 0.0028 0.0028 0.003
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Minahasa Selatan, 2016.
Budaya lokal yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai
kontribusi dalam pembangunan kepariwisataan. Kesenian daerah yang ada di
Kabupaten Minahasa Selatan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Tari Kabasaran
Tari Kabasaran adalah tari khas masyarakat Minahasa. Tari
Kabasaran adalah tarian perang yang menggambarkan masyarakat
Minahasa dengan gagah berani melakukan peperangan melawan
musuh. Saat ini tari kabasaran ditampilkan sebagai tari
penyambutan pada tamu-tamu kenegaraan atau acara budaya.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 89
b. Tari Maengket
Tari Maengket adalah tari leluhur masyarakat Minahasa yang
terdiri dari perpaduan antara tari dan suara penyanyinya. Tari
Maengket terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Maowey Kamberu atau
syukutan atas hasil panen, 2) Marambak atau syukuran atas
menempati rumah baru, 3) Lalayaan menceritakan tentang
pergaulan muda-mudi Minahasa. Tari Maengket biasanya
ditampilkan dalam acara resmi atau dalam kegiatan seni budaya
lainnya.
c. Tari Wolay/Wolay
Ma’wolay atau wolay berarti monyet, kera, yaki. Tari Mawolay
berasal dari desa Poopo Kecamatan Ranoyapo. Tarian ini
menceritakan bagaimana masyarakat yang tinggal di Ranoyapo
berusaha mencegah atau mengusir kera atau wolay yang mencuri
hasil pertanian masyarakat di perkebunan.
d. Tari Dodol
Tari Dodol adalah tarian kreasi baru yang menggambarkan proses
pembuatan dodol yang merupakan makanan khas Kabupaten
Minahasa Selatan
e. Tari Katrili
Masuknya bangsa Spanyol di Amurang sekitar tahun 1522
membawa pengaruh sosial budaya di masyarakat Minahasa
Selatan. Tarian Katrili adalah tarian dansa muda-mudi dengan
irama yang menyenangkan dengan busana ala Eropa turut menjadi
bagian bagi masyarakat Minahasa Selatan. Tari ini juga disebut
sebagai tarian pergaulan muda-mudi.
f. Tari Pete Padi
Tari Pete Padi adalah tarian kreasi baru yang menceritakan
proses penanaman padi sampai pada panennya. Tari ini biasa
ditampilkan dalam acara resmi atau pertunjukan budaya.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 90
g. Tari Kipas
Tari Kipas adalah tarian kreasi baru yang menceritakan
tentang pergaulan nona-nona di Minahasa Selatan. Tari ini biasa
ditampilkan dalam acara-acara resmi di Minahasa Selatan dan tarian
kreasi baru ini diciptakan oleh Ny. Vivi Kumaat, S.Pd.
2.2.3.2 Olah Raga
Salah satu bagian dari Pembinaan Pemuda yaitu melalui olahraga.
Prestasi olahraga dalam berbagai event sudah cukup baik, namun
masih perlu peningkatan kesadaran berolahraga dikalangan
masyarakat luas, pembibitan olahraga, dan peningkatan jumlah ruang
publik untuk olahraga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga
pendidikan masyarakat luas. Diharapkan dengan peningkatan ruang
publik untuk olahraga, pembibitan, dan penemuan bibit unggul daerah
dibidang olahraga bisa membudayakan olahraga dimasyarakat. Adapun
permasalahan yang masih dihadapi dibidang olahraga masih
rendahnya budaya berolahraga dikalangan masyarakat, serta
kurangnya pembibitan olahraga dan penyediaan ruang publik untuk
berolahraga.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 91
Tabel 2.37
Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga Tahun 2015
No. Kecamatan
Jumlah
Grup
Kesenian
per 10.000
penduduk
Jumlah
Gedung
Kesenian
per 10.000
penduduk
Jumlah
Club
Olahraga
per 10.000
penduduk
Jumlah
Gedung
Olahraga
per 10.000
penduduk
1. MODOINDING 0.0008 0.0001 0.0008 0.0001
2. MAESAAN 0.0009 0.0001 0.0009 0.0001
3. TOMPASO
BARU
0.001 0.0001 0.001 0.0001
4. RANOYAPO 0.0011 0.0001 0.0011 0.0001
5. MOTOLING 0.0007 0.0001 0.0007 0.0001
6. MOTOLING
BARAT
0.0007 0.0001 0.0007 0.0001
7. MOTOLING
TIMUR
0.0008 0.0001 0.0008 0.0001
8. KUMELEMBUAI 0.0007 0.0001 0.0007 0.0001
9. TENGA 0.0014 0.0002 0.0014 0.0001
10. SINONSAYANG 0.001 0.0002 0.001 0.0001
11. AMURANG
BARAT
0.0008 0.0002 0.0015 0.0001
12. AMURANG 0.0008 0.0004 0.002 0.0001
13. AMURANG
TIMUR
0.0008 0.0003 0.0018 0.0001
14. TUMPAAN 0.001 0.0002 0.0016 0.0001
15. TATAPAAN 0.0011 0.0002 0.0011 0.0001
16. SULUUN
TARERAN
0.0007 0.0004 0.0007 0.0001
17 TARERAN 0.0009 0.0003 0.0009 0.0001
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Minahasa Selatan, 2016.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 92
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan tanggungjawab semua pihak meski secara
khusus Pemerintah mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan
pendidikan. Oleh karena itu, peran institusi swasta baik BUMN, pihak
swasta, maupun organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk memajukan
pendidikan di Minahasa Selatan. Dengan peran serta lembaga-lembaga
terkait, diharapkan dapat membantu meringankan beban pemerintah
guna memajukan pendidikan di wilayah ini. Angka Partisipasi Sekolah
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah SD/MI jenjang pendidikan rata-rata dari tahun
2011 sebesar 94,60 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 99,35
sementara angka partisipasi sekolah SMP/MTs pada Tahun 2011 adalah
murid 90,15 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 101,96.
Tabel 2.38 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2011 s/d 2015
NO. JENJANG PENDIDIKAN 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1. Jumlah murid usia 7-12
tahun
26,003 26,263 24,289 22,061 23,024
1.2. Jumlah penduduk
kelompok usia 7-12 tahun
27,488 27,731 25,615 23,095 23,174
1.3. APS SD/MI Jenjang
pendidikan
94,60 94,71 94,82 95,52 99,35
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah murid usia 13-15
thn
10,419 10,389 10,971 11,167 10,894
2.2. Jumlah penduduk
kelompok usia 13-15
11,558 11,457 11,108 11,107 10,685
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 93
NO. JENJANG PENDIDIKAN 2011 2012 2013 2014 2015
tahun
2.3. APS SMP/MTs Jenjang
pendidikan 90,15 90,68 98,77 100,54
101,96
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa
Selatan, Tahun 2016
Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2015 menurut kecamatan
untuk SD/MI sebesar 99,77. Ada 8 kecamatan yang memiliki APS di
atas 100 yaitu Kecamatan Modoinding, Ranoyapo,Motoling Barat,
Tengah, Amurang dan Amurang Timur, Tumpaan dan Tapapaan, sisanya
sekitar 9 kecamatan memiliki APS SD/MI di bawah 100.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2015 menurut kecamatan
untuk SMP/MTs sebesar 99,34. Dari 17 Kecamatan di Kabupaten
Minahasa Selatan hanya Kecamatan Amurang yang meiliki APS di atss
100 sedangkan sisanya sebanyak 16 kecamatan memilki APS SMP/MTs
di bawah seratus.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 94
Tabel 2.39
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2015 Menurut Kecamatan
NO. Kecamatan
SD/MI SMP/MTs
Jumlah
murid
Usia 7-12
thn
Jumlah
penduduk
usia 7-12 th
APS
Jumlah
murid usia
13-15 thn
Jumlah
penduduk usia
13-15 th
APS
1 MODOINDING 1,396 1,392 100,29 681 689 98,84
2 MAESAAN 1,181 1,209 97,68 522 532 98,12
3 TOMPASO BARU 1.456 1,475 98,71 587 607 96,71
4 RANOYAPO 1,486 1,482 100,27 684 687 99,56
5 MOTOLING 1,017 1,041 97,69 632 634 99,68
6 MOTOLING BARAT 972 958 101,46 278 288 96,53
7 MOTOLING TIMUR 971 1,001 97,00 389 392 99,23
8 KUMELEMBUAI 753 778 96,79 394 396 99,49
9 TENGA 2,130 2,071 102,85 930 943 98,62
10 SINONSAYANG 1,812 1,857 97,58 886 912 97,15
11 AMURANG BARAT 1,625 1,663 97,71 392 399 98,25
12 AMURANG 1,835 1,793 102,34 1,619 1,543 104,93
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 95
13 AMURANG TIMUR 1,478 1,455 101,58 382 393 97,20
14 TUMPAAN 1,885 1,854 101,67 863 865 99,77
15 TATAPAAN 1,115 1,102 101,46 278 288 96,54
16 SULUUN TARERAN 510 515 99,03 389 392 99,23
17 TARERAN 1,498 1,528 98,04 573 577 99,77
Jumlah Total 23,120 23,174 99,77 10,614 10,685 99,34
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, Tahun 2016.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 96
b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Jumlah gedung sekolah SD/MI di Kabupaten Minahasa Selatan pada
tahun 2011 sebanyak 234 gedung, sedangkan jumlah penduduk
kelompok usia 7 -12 tahun yaitu 27.488 jiwa, dengan demikian diperoleh
rasio jumlah gedung terhadap rasio penduduk usia 70-12 tahun
sebesar 85,18. Tahun 2015 jumlah gedung sekolah meningkat menjadi
238, sementara jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun menurun
menjadi 23.174 dari 27.488 di tahun 2011.
Jumlah gedung sekolah SMP/MTs di Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 2011 berjumlah 79 sekolah dan jumlah penduduk kelompok umur
13-15 tahun sebesar 11.558 orang dan rasio jumlah gedung SMP/MTs
terhadap jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun adalah sebesar 68,35.
Pada tahun 2015 jumlah gedung sekolah SMP/MTs adalah sebanyak 86
gedung sekolah dengan jumlah penduduk Usia 13-15 tahun sebanyak
10.685 meningkat dari 11.558 di tahun 2011. Dengan demikian rasio
antara jumlah gedung sekolah terhadap jumlah penduduk usia 13-15
tahun sebesar 78,61.
Tabel 2.40
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2011 s/d 2015
No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung
sekolah 234 234 235 237 238
1.2. jumlah penduduk
kelompok usia 7-12
tahun
27,488 27,731 26,615 23,095 23,174
1.3. Rasio 85,13 84,38 91,74 102,62 102,70
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung 79 81 82 84 86
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 97
sekolah
2.2. jumlah penduduk
kelompok usia 13-15
tahun
11,558 11,457 11,108 11,107 10,685
2.3. Rasio 68,35 70,70 73,82 75,68 78,61
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa
Selatan, Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 98
Tabel 2.41
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2015 Menurut Kecamatan
NO. KECAMATAN
SD/MI SMP/MTs
Jumlah
gedung
sekolah
jumlah
penduduk
usia 7-12 th
Rasio
Jumlah
gedung
sekolah
jumlah
penduduk
usia 13-15 th
Rasio
(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)
1 MODOINDING 16 1,392 114,98 4 689 58,06
2 MAESAAN 16 1,209 132,34 6 532 112,78
3 TOMPASO BARU 16 1,475 108,47 6 607 98,85
4 RANOYAPO 15 1,482 101,21 5 687 72,78
5 MOTOLING 16 1,041 153,70 6 634 94,64
6 MOTOLING BARAT 11 958 114,82 4 288 138,89
7 MOTOLING TIMUR 19 1,001 189,81 7 421 166,27
8 KUMELEMBUAI 19 778 244,22 7 396 176,77
9 TENGA 9 2,071 43,46 4 943 42,42
10 SINONSAYANG 11 1,857 59,24 3 912 32,89
11 AMURANG BARAT 15 1,663 90,20 6 399 150,38
12 AMURANG 10 1,793 55,74 4 1,543 25,92
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 99
13 AMURANG TIMUR 15 1,455 103,09 4 393 101,78
14 TUMPAAN 8 1,854 43,15 3 865 34,68
15 TATAPAAN 14 1,102 127,04 5 407 122,85
16 SULUUN TARERAN 11 515 213,59 4 392 102,04
17 TARERAN 17 1,528 111,26 6 577 103,99
Jumlah 238 23,174 102,70 84 10,685 78,61
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 100
b. Rasio Guru / Murid
Rasio jumlah guru dan murid tahun 2011 s.d 2015 berada pada
kisaran 7,2 s.d 7,5 untuk tingkat SD/MI. Sedangkan rasio jumlah guru
dan murid tahun 2011 s,d 2015 berada pada kisaran 7,0 s.d 8,2.
Tabel 2.42 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2011 s/d 2015
NO Jenjang
Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 2,034 1,961 1,892 1,989 1,804
1.2. Jumlah Murid 26,831 27,004 26,604 24,077 24,713
1.3. Rasio 7,5808 7,2619 7,1117 8,2610 7,2998
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah Guru 833 797 885 917 954
2.2. Jumlah Murid 11,153 11,269 11,563 11,561 11,600
2.3. Rasio 7,4688 7,0725 7,6537 7,9318 8,2241
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa
Selatan, 2016
Rasio jumlah Guru terhadap jumlah murid di Minahasa Selatan
selama tahun 2011 s.d tahun 2015 cenderung menurun dari tahun ke
tahun . Pada tahun 2011 rasio jumlah guru terhadap jumlah murid
SD/MI sebesar 7,58 persen dan menurun menjadi 7,29 persen. Angka
ini menunjukkan rasio guru terhadap murid berada pada kondisi
ideal.
Selanjutnya rasio jumlah Guru terhadap jumlah murid pada
jenjang pendudukan SMP/MTs di Minahasa Selatan selama tahun 2011
s.d tahun 2015 cenderung menaik dari tahun ke tahun . Pada tahun
2011 rasio jumlah guru terhadap jumlah murid SM/MTs sebesar 7,47
persen dan meningkat menjadi 8,22 persen di tahun 2015. Angka ini
menunjukkan rasio guru terhadap murid SMP/MTs di Minahasa
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 101
Selatan masih berada pada kondisi ideal. Sungguhpun demikian
kondisi yang ada saat ini menunjukkan bahwa distribusi penempatan
tenaga guru di tingkat SD/MI dan tingkat SMP/MTs relatif belum
merata sehingga menyebabkan beberapa sekolah di kecamatan tertentu
masih kurang tenaga pengajarnya.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 102
Tabel 2.43
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2015
NO. KECAMATAN
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Jumlah
gedung
sekolah
jumlah
penduduk
usia 7-12
th
Rasio
Jumlah
gedung
sekolah
jumlah
penduduk
usia 13-15
th
Rasio
Jumlah
gedung
sekolah
jumlah
penduduk
usia 13-15
th
Rasio
(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7) (9) (10) (11=9/10)
1 MODOINDING 111 1,416 783,90 48 772 621,76 29 511 567,51
2 MAESAAN 98 1,259 778,40 53 602 880,40 31 362 856,35
3 TOMPASO BARU 110 1,526 720,84 48 724 662,98 9 498 180,72
4 RANOYAPO 124 1,557 796,40 71 703 1.009,96 4 61 655,74
5 MOTOLING 89 1,070 831,78 49 707 693,07 40 559 715,56
6 MOTOLING
BARAT 68 1,015 669,95 25 298 838,93 22 185 1.189,19
7 MOTOLING
TIMUR 89 1,014 877,71 48 481 997,92 39 422 924,17
8 KUMELEMBUAI 74 760 973,68 38 413 920,10 14 197 710,66
9 TENGA 154 2,243 686,58 79 973 811,92 31 494 627,53
10 SINONSAYANG 125 2,128 587,41 65 932 697,42 25 517 483,56
11 AMURANG 118 1,703 692,89 65 454 1.471,72 24 227 1.057,27
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 103
BARAT
12 AMURANG 105 2,155 487,24 108 1,781 606,40 77 2,780 276,98
13 AMURANG
TIMUR 127 1,526 832,24 40 390 1.024,64 21 145 1.448,28
14 TUMPAAN 108 1,989 542,99 73 908 805,74 48 620 774,19
15 TATAPAAN 69 1,178 585,74 33 434 760,47 19 150 1.266,67
16 SULUUN
TARERAN 74 608 1.217,11 35 408 857,84 14 88 1.590,91
17 TARERAN 161 1,566 1.028,10 76 622 1.221,86 71 578 1.228,37
Jumlah 1,804 24,713 729,98 954 11,600 822,41 518 8,394 617,11
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 104
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
2.3.2.1 Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Tabel 2.44 Jumlah Investor PMDN/PMA
Di Kabupaten Minahasa Selatan
Tahun Uraian PMDN PMA Total
2011 Jumlah Investor 10 3 13
2012 Jumlah Investor 10 3 13
2013 Jumlah Investor 10 3 13
2014 Jumlah Investor 11 3 14
2015 Jumlah Investor 11 3 14
Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
2.3.2.2 Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh investasi yang terealisasi
baik dalam rangka PMDN maupun PMA. Diharapakan dengan
meningkatnya investasi akan mendorong meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan
dapat memperluas lapangan kerja di semua sektor ekonomi sehingga
angka pengangguran dapat di turunkan dan kemiskinan dapat
dikurangi.
Jumlah investasi PMDN/PMA yang telah disetujui dan terealisasi di
kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 sebesar 189,276 miliar rupiah.
Kemudian pada tahun 2015 telah megalami kenaikan yang signifikan
dan tercatat sebesar 1,964 triliun dengan jumlah proyek tahun 2015
sebanyak 14 proyek.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 105
Tabel 2.45
Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2011 s/d 2015 menurut Kecamatan
Tahun
Persetujuan Realisasi
Jumlah
Proyek Nilai Investasi
Jumlah
Proyek Nilai Investasi
2011 13 189.276.218.000 13 189.276.218.000
2012 13 189.276.218.000 13 189.276.218.000
2013 13 326.997.664.000 13 326.997.664.000
2014 14 1.884.997.664.000 14 1.884.997.664.000
2015 14 1.964.541.611.000 14 1.964.541.611.000
Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
2.3.2.3 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA dan PMDN
di Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 2011-2015 cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2011 jumlah tenaga kerja
sebesar 1569 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 2242 atau
meningkat sebanyak 673 orang. Dengan meningkatnya pencari kerja di
Kabupaten Minahasa Selatan baik lulusan dari Perguruan Tinggi
maupun lulusan SMA/SMK maka pemerintah daerah perlu terus
menggalang iklim investasi daerah agar para investor baik dalam negeri
maupun luar negeri dapat tertarik untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Minahasa Selatan.
Tabel 2.46
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Tenaga Kerja yang
Bekerja pada Perusahaan
PMA/PMDN
1569 1569 1622 1837 2242
2. Jumlah seluruh PMA/PMDN 13 13 13 14 14
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 106
3. Rasio Daya Serap Tenaga
Kerja 120 120 124 131 160
Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
2.4.1.Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Nilai Tukar Petani (NTP)
Sesuai tabel dibawah ini menunjukan kecenderungan
menurunnya NTP setiap tahun yang mengakibatkan berkurangnya
insentif petani dalam meningkatkan produktifitas pertanian secara
optimal dalam jangka waktu panjang. Kondisi ini dapat mempengaruhi
laju peningkatan konsumsi daerah sehingga swasembada pangan
terutama beras akan mengalami penurunan.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 107
Tabel 2.47
Indeks yang Diterima, Indeks yang Dibayarkan dan Nilai Tukar Petani menurut Bulan 2012-2015
Bulan 2012 2013 2014 2015
Lt Lb NTP lt lb NTP lt lb NTP lt lb NTP
Januari 135,7 131,42 103,26 139,26 138,11 100,83 108,36 110,13 93,39 114,66 116,94 98,04
Februari 135,76 131,18 102,71 139,5 138,33 100,84 109,12 110 99,2 115,17 116,91 98,51
Maret 135,65 132,73 102,21 140,22 138,68 101,11 109,88 110,46 99,48 114,64 117,6 97,49
April 135,84 133,57 101,7 140,82 139,37 101,5 110,76 111,2 99,6 113,2 117,24 96,55
Mei 135,62 133,96 101,24 141,74 139,57 101,56 111,23 111,29 99,95 112,68 117,63 95,79
Juni 135,96 134,66 100,97 141,45 139,3 101,84 111,5 111,51 99,99 112,34 118,64 94,7
Juli 135,91 135,42 100,36 145,09 142,89 101,53 111,92 112,22 99,73 113,68 119,14 95,42
Agustus 136,55 136,03 100,38 145,03 145,13 99,93 111,56 111,84 99,75 114,36 120,25 95,11
September 137,3 135,76 101,14 144,06 145,57 98,96 112,01 112,16 99,87 116,33 121,32 95,89
Oktober 138,29 136,54 101,28 143,97 145,13 99,2 112,46 113,2 99,51 114,55 117,66 97,35
November 138,54 136,74 101,31 145,16 145,94 99,46 114,01 114,46 99,62 114,01 114,45 99,62
Desember 138,81 137,38 101,04 107,24 109,2 98,21 114,55 117,66 97,35 119,35 123,24 96,85
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 108
b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita (angka konsumsi
RT per kapita)
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita tahun 2011
sebesar Rp. 2.118 .000. Pengeluaran konsumsi RT per Kapita tahun
2012 s.d tahun 2015 mengalami penurunan. Tahun 2015 konsumsi
per kapita rumah tangga di Minahasa Selatan sebesar Rp, 1.191,000.
Tabel 2.48 Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pengeluaran
Per Kapita
Perbulan
Makanan
290.313 307.532 320.735 345.009 360.337
2. Pengeluaran
Per Kapita
Perbulan Non
Makanan
226.264 222.577 235.779 224.688 286.501
3. Pengeluaran
Per Kapita 516.578 530.108 556.514 569.697 646.837
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
Rasio pengeluaran RT per Kapita terhadap jumlah rumah tangga
tahun 2011 sebesar 3,603 persen. Selama tahun 2012-2015 rasio
pengeluaran RT per kapita cenderung menurun dimana tahun 2015
rasio pengeluaran per kapita RT hanya sebesar 1,90 persen. Penurunan
rasio ini dapat menunjukan rata-rata tingkat kesejahteraan Rumah
tangga yang diukur dari besarnya pengeluaran per kapita di
Minahasa Selatan mengalami penurunan yang signifikan. Kondisi ini
perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari pemerintah
daerah.
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 109
Tabel 2.49
Konsumsi RT Non Pangan Tahun 2011 s/d 2015
No. Tahun Pengeluaran Rata-
rata Non Makanan
Pengeluaran Rata-
rata RT Ket
1 2011 846.670 1.933.007
2 2012 814.043 1.938.798
3 2013 854.849 2.017.715
4 2014 838.816 2.126.818
5 2015 996.334 2.126.818
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
c. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita (Persentase Konsumsi RT
untuk Non Pangan)
Tabel 2.50 Persentase Konsumsi RT Non Pangan Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Total
Pengeluaran RT
Non Pangan
846.670 814.043 854.849 838.816 996.334
2. Total
Pengeluaran
1.933.00
7
1.938.79
8
2.017.715 2.126.818 2.249.439
3. Rasio 0,44 0,42 0,42 0.39 0,44
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
2.4.2.1Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
a. Luas Wilayah Produktif
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 110
Tabel 2.51
Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Luas Wilayah
Produktif 2911 2831 2745 2354 2273
2.
Luas Seluruh
Wilayah \
Budidaya
155.148 154.217 152.467 150.354 149.666
3. Rasio 0.0187 0.0183 0.01180 0.0156 0.0151
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
Tabel 2.52 Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2015 Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas Wilayah
Produktif (Ha)
Luas Seluruh
Wilayah
Budidaya (Ha)
Rasio
1 MODOINDING 214 7.169 0,0299
2 MAESAAN 134 15.185 0,0088
3 TOMPASO BARU 135 11.160 0,0121
4 RANOYAPO 121 3.101 0,0390
5 MOTOLING 80 13.991 0,0057
6 MOTOLING
BARAT 100 2.590 0,0386
7 MOTOLING
TIMUR 92 12.099 0,0076
8 KUMELEMBUAI 81 4.877 0,0166
9 TENGA 213 10.264 0,0208
10 SINONSAYANG 165 5.233 0,0315
11 AMURANG 181 2.967 0,0610
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 111
BARAT
12 AMURANG 173 10.466 0,0165
13 AMURANG
TIMUR 151 5.762 0,0262
14 TUMPAAN 141 13.423 0,0105
15 TATAPAAN 85 7.812 0,0109
16 SULUUN
TARERAN 74 12.564 0,0059
17 TARERAN 133 11.003 0,0121
Sumber : Buku RTRW dan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa
Selatan, 2016
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
2.4.3.1 Angka Kriminalitas
Kriminalitas merupakan salah satu indikator yang
menentukan tingkat keamanan dan ketertipan masyarakat. Angka
kriminalitas dapat dideteksi dari jumlah kasus narkoba, kasus
pembunuhan, kejahatan seksual, penganiayaan, pencurian,
penipuan, pemalsuan uang ,tindak kriminal. Tahun 2011 angka
kriminalitas sebesar 0,23 persen.Artinya sepanjang tahun 2011
telah terjadi sekitar 0,23 persen jumlah tindak kriminalitas dari
jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan yang sebesar
208.349 jiwa. Pada tahun 2015 angka kriminalitas mengalami
peningkatan sebesar 0,24 persen. Artinya sepanjang tahun 2015
telah terjadi 0,24 persen tindak kriminalitas dari jumlah penduduk
Kabupaten Minahasa Selatan yang sebesar 242.675 jiwa. Dapat
disimpulkan jumlah tindak kriminalitas di Minahasa selatan antara
tahun 2011 – 2015 meningkat hanya sebesar 0,02 persen.
Jumlah Kasus kriminalitas di Kabupaten Minahasa Selatan tertinggi
adalah kasus penganiayaan. Angka kasus kriminalitas sejak tahun
2011 s.d 2015 cenderung meningkat. Kasus kedua tertinggi adalah
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 112
kasus pencurian dimana tahun 2011 sebanyak 120 kasus. Tahun
2015 kasus pencurian mengalami penurunan menjadi 99 kasus.
Jumlah kasus penipuan di Kabupaten Minahasa Selatan tahun
2011 sebanyak 62 kasus dan kasus penipuan merupakan jumlah
kasus ketiga tertinggi setelah kasus penganiayaan dan pencurian
dan pada tahun 2015 kasus penipuan telah berkurang menjadi 53
kasus. Kasus kejahatan seksual menempati urutan ke empat
dengan jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 46 kasus dan
tahun 2015 kasus ini telah menurun menjadi 8 kasus.
Tabel 2.53 Angka Kriminalitas Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah kasus
narkoba 0 0 0 0 0
2. Jumlah kasus
pembunuhan 4 4 6 9 6
3. Jumlah kejahatan
seksual 46 35 20 28 8
4. Jumlah kasus
penganiayaan 235 215 420 414 424
5. Jumlah kasus
pencurian 120 125 111 72 99
6. Jumlah kasus
penipuan 62 68 70 48 53
7. Jumlah kasus
pemalsuan uang 0 0 0 0 0
8. Jumlah tindak
kriminal selama 1
tahun
476 447 627 562 590
9. Jumlah penduduk 208.349 219.653 235.231 241.862 242.675
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 113
10. Angka kriminalitas
(8/9) 22,84 20,35 26,65 23,23 24,31
Sumber : Badan Kesbangpol & Linmas Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
b. Jumlah Demonstrasi
Jumlah demonstrasi yang terjadi di Minahasa Selatan sepanjang tahun
2011 s.d 2015 cenderung kecil. Jumlah demo tertinggi terjadi pada
tahun 2012 sebanyak 6 kegiatan demo unjuk rasa. Kasus demo
dibidang politik menduduki urutan ke dua.
Relatif kecilnya jumlah demonstrasi warga masyarakat kepada
Pemerintah daerah menunjukkan bahwa pelayanan pemerintah daerah
kepada warga masyarakat relatif baik.
Tabel 2.54
Jumlah Demo Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Bidang Politik 1 5 0 1 3
2. Ekonomi 0 1 2 0 0
3. Kasus pemogokan kerja 0 0 0 0 0
4. Jumlah unjuk rasa 1 6 2 1 3
Sumber : Badan Kesbangpol & Linmas Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
a. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)
Tabel 2.55
Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah lulusan
S1/S2/S3 3.206 3.794 3.938 4.221 4.472
2. Jumlah 198.109 199.875 201.668 203.317 204.983
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 114
penduduk
3. Rasio lulusan
S1/S2/S3 (4/5) 61,79 52,68 51,21 0,021 0,022
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016 &
Dinsosnakertrans Kab. Minahasa Selatan, 2016, Sumber : Dinas
Pendidikan & Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, 2016
Jumlah lulusan sarjana S1,S2 dan S3 di Kabupaten Minahasa
Selatan sampai tahun 2015 sebanyak 4.472 orang. Rasio lulusan
Sarjana S1 s.d S3 tahun 2011 sebesar 1,618 persen dan meningkat
menjadi 3,798 persen pada tahun 2012, kemudian menurun kembali di
tahun 2013 menjadi 2,076 persen dan meningkat kembali di tahun 2015
sebear 2,182 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor biaya pendidikan
tinggi kemungkinan merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala
bagi para lulusan SMA/SMK untuk melanjutkan sekolah sampai ke
jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten
Minahasa Selatan perlu mengalokasikan bantuan pendidikan bagi para
lulusan SMA yang memiliki prestasi untuk dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi.
b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
Jumlah Penduduk usia produktif di Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 2015 sebesar 136.528 jiwa sedangkan jumlah penduduk usia
tidak produktif sebesar 68.455 jiwa. Artinya bahwa penduduk produktif
di Kabupaten Minahasa Selatan lebih besar dari penduduk usia tidak
produktif yaitu penduduk usia 0-14 tahun 22,59 persen dan > 65 tahun
tahun yang sebesar 8,16 persen.
Dari data tersebut terlihat bahwa ratio ketergantungan
(dependency ratio) penduduk produktif dengan penduduk tidak produktif
adalah 51 persen. Artinya setiap 100 penduduk berusia kerja (penduduk
produktif) mempunyai tanggungan sebesar 51 orang penduduk yang
belum produktif (usia 0-14 tahun) dan dianggap tidak produktif lagi (>
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]
BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 115
65 tahun). Dengan demikian Kabupaten Minahasa selatan telah
mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah keuntungan
yang diperoleh suatu negara atau daerah karena mempunyai jumlah
penduduk produktif yang jika masuk dalam pasar kerja dan bekerja
maka akan memberikan pendapatan. Dengan demikian pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan akan semakin meningkat yang
pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 2.56 Rasio Ketergantungan Tahun 2011 s/d 2015
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah
penduduk usia
< 15 tahun
53.462 53.416 53.346 53.228 53.097
2. Jumlah
penduduk usia
> 64 tahun
13.873 14.123 14.456 14.856 15.358
3. Jumlah
penduduk usia
tidak produktif
(1) & (2)
67.335 67.539 67.802 68.084 68.455
4. Jumlah
penduduk usia
15-64 tahun
130.774 132.336 133.866 135.233 136.528
5. Rasio
ketergantungan
(3)/(4)
0,51 0,51 0,51 0,50 0,50
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016naga
Kerja & Transmigrasi Kabupaten Minahasa Selatan, 2016