132
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2010 - 2015 II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS II.1.1. KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terletak di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur atau tepatnya berada diantara 7° 9'- 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan Kabupaten Gresik di sebelah Barat. Secara topografi, sebagian besar (25.919,04 Ha) merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut pada kemiringan kurang dari 3 persen, sebagian lagi pada sebelah barat (12,77 persen) dan sebelah selatan (6,52 persen) merupakan daerah perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan 5 – 15 persen. Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedangkan jenis tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan). Sebagaimana daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar maksimum 30° C dan minimum 25° C. Secara geografis, Kota Surabaya terletak di hilir sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang bermuara di Selat Madura. Beberapa sungai besar yang berfungsi membawa dan menyalurkan banjir yang berasal dari hulu mengalir melintasi Kota Surabaya, antara lain Kali Surabaya dengan Q rata2 = 26,70 m3/detik, Kali Mas dengan Q rata2 = 6,26 m3/detik dan Kali Jagir dengan Qrata2 = 7,06 m3/detik. Sebagai daerah hilir, Kota Surabaya dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 1

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS

II.1.1. KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH

Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terletak

di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur atau tepatnya berada

diantara 7° 9'- 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur

Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah

Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan

Kabupaten Gresik di sebelah Barat.

Secara topografi, sebagian besar (25.919,04 Ha)

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas

permukaan laut pada kemiringan kurang dari 3 persen, sebagian

lagi pada sebelah barat (12,77 persen) dan sebelah selatan (6,52

persen) merupakan daerah perbukitan landai dengan ketinggian

25 - 50 meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan 5 – 15

persen.

Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada

dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedangkan jenis

tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial, selebihnya tanah

dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan). Sebagaimana

daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim

hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan

temperatur berkisar maksimum 30° C dan minimum 25° C.

Secara geografis, Kota Surabaya terletak di hilir sebuah

Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang bermuara di Selat

Madura. Beberapa sungai besar yang berfungsi membawa dan

menyalurkan banjir yang berasal dari hulu mengalir melintasi Kota

Surabaya, antara lain Kali Surabaya dengan Q rata2 = 26,70

m3/detik, Kali Mas dengan Q rata2 = 6,26 m3/detik dan Kali Jagir

dengan Qrata2 = 7,06 m3/detik. Sebagai daerah hilir, Kota

Surabaya dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 2

dari sungai yang melintas dan mengakibatkan terjadinya banjir pada

musim penghujan.

Secara administrasi pemerintahan Kota Surabaya dikepalai

oleh Walikota yang juga membawahi koordinasi atas wilayah

administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Jumlah

kecamatan yang ada di Kota Surabaya sebanyak 31 kecamatan

dan jumlah kelurahan sebanyak 160 kelurahan dan terbagi lagi

menjadi 1.405 Rukun Warga (RW) dan 9.271 Rukun Tetangga

(RT).

II.1.2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH

Kota Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur

memiliki peran strategis pada skala nasional sebagai pusat

pelayanan kegiatan Indonesia Timur, dan pada skala regional

sebagai kota perdagangan dan jasa yang pada simpul transportasi

(darat, udara dan laut) nasional dan internasional sehingga

memberi peluang bagi Kota Surabaya untuk meningkatkan

perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Dalam kaitannya

dengan kondisi tersebut, Kota Surabaya memiliki kawasan strategis

yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan untuk mendukung

eksistensi pengembangan wilayah dimasa mendatang, diantaranya

adalah:

a. Kawasan Pertahanan Dan Keamanan

Kawasan pertahanan dan keamanan/militer yang ada

di Kota Surabaya adalah:

• Kawasan Bumi Marinir TNI-AL di Karang Pilang Surabaya.

• Kawasan Basis Armada Timur dan KODIKAL dan

LANTAMAL di Tanjung Perak.

• Kawasan Kodam Brawijaya dan Batalyon Infantri (YONIF)

di Kawasan Gunungsari.

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 3

b. Kawasan Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi adalah:

• Kawasan Industri dan Pergudangan

Ditinjau dari aksesbilitas karena letaknya berdekatan

dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol Sidoarjo -

Surabaya – Gresik, Kawasan industri dan pergudangan

Margomulyo merupakan kawasan strategis untuk

dioptimalisasi dan dikembangkan dengan orientasi pada

industry smart and clean dengan didukung oleh

infrastruktur yang memadai.

• Kawasan Segi Empat EmasTunjungan dan sekitarnya

Sebagai kawasan pusat perdagangan dan perkantoran,

kawasan Segi Empat Emas Tunjungan memerlukan

penanganan dan pengelolaan yang optimal untuk

mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Kota

Surabaya.

• Kawasan Kaki Jembatan Wilayah Suramadu - Pantai

Kenjeran

Merupakan kawasan strategis ditinjau dari lokasinya yang

berada l di persimpangan kaki jembatan dan rencana jalan

lingkar luar timur. Disamping itu, kawasan ini memiliki

potensi sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala

regional. Keberadaan Jembatan Suramadu memberikan

peningkatan potensi dan peran Kota Surabaya, sebagai

pusat kegiatan regional, tidak hanya dalam lingkup

Kawasan Gerbangkertosusila (Kabupaten Gresik,

Kabupaten Bangkalan, kabupaten dan Kota Mojokerto,

Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten

Lamongan), namun juga hingga kawasan kepulauan

madura secara keseluruhan (Kabupaten Bangkalan,

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 4

Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan

Kabupaten Sumenep).

• Kawasan Waterfront city yang terintegrasi dengan rencana

pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong Kawasan ini akan dikembangkan dengan konsep mixed

use antara hunian dan komersial yang didukung oleh

rancang kota yang baik yang terintegrasi dengan rencana

pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong. Kedepannya

kawasan pelabuhan dan waterfront city dapat terintegrasi

dalam konteks sebuah kesatuan kawasan strategis

• Kawasan Terpadu Surabaya Barat

Kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan

terpadu yang pusatnya akan dikembangkan di Stadion

Bung Tomo sebagai kawasan pusat olahraga berskala

nasional yang akan terintegrasi dengan pengembangan

kawasan perdagangan dan jasa di sekitarnya.

c. Kawasan Pengembangan Sosial Budaya

Kawasan yang dikembangkan dari sudut kepentingan

sosial dan budaya adalah kawasan adat tertentu, kawasan dan

konservasi warisan budaya. Kawasan strategis sosial-budaya

yang ada di Kota Surabaya adalah :

• Kawasan Religi Makam Sunan Ampel

Merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki karakter

dan daya tarik kuat sebagai obyek wisata ziarah di

Indonesia yang berkembang tidak hanya sebagai

kampung budaya yang khas dengan beragam aktivitasnya

tetapi juga memiliki kultur religi yang kuat.

• Kawasan Kota Lama Surabaya, Kawasan Bangunan dan

Lingkungan Cagar Budaya

Kawasan kota lama merupakan kawasan yang pada era

kolonial terdelienasi sebagai kawasan eropa, kawasan

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 5

arab dan kawasan cina yang tersebar di Kecamatan

Krembangan, Kecamatan Pabean Cantian, Kecamatan

Semampir dan Kecamatan Bubutan, sedangkan kawasan

bangunan dan lingkungan cagar budaya merupakan

kawasan bangunan dan lingkungan pada kawasan Darmo-

Diponegoro serta kawasan kampung lama Tunjungan di

Kecamatan Tegalsari. Seiring dengan waktu, pemanfaatan

bangunan yang tidak serasi dangan karakter awal

kawasan kota lama dan kampung lama membuat kawasan

ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan, sehingga

perlu penetapan sebagai kawasan cagar budaya yang

berkarakter untuk mengendalikan pembangunan di

kawasan ini.

d. Kawasan Pendukung Lingkungan Hidup

Kawasan yang dikembangkan untuk meningkatkan

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang ada di Kota

Surabaya adalah:

• Kebun Binatang Surabaya (KBS)

Merupakan hutan kota di kawasan Wonokromo yang

berfungsi sebagai tempat perlindungan satwa, hutan kota

dan rekreasi alam di dalam Kota Surabaya. Sebagai

kawasan hijau yang masih di tengah Kota, Kebun

Binatang Surabaya sangat berperan dalam mengatur iklim

mikro di Kota Surabaya. Melihat nilai strategis sebagai

kawasan wisata dalam kota, maka keberadaan KBS harus

dipertahankan dan dijaga kelestariannya.

• Hutan Mangrove Pantai Timur Surabaya.

Merupakan kawasan lindung alam berupa vegetasi

mangrove yang berada di pesisir timur Kota Surabaya.

Kawasan Mangrove Pamurbaya sangat berperan penting

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 6

dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan

sebagai barier alami dari proses abrasi dan intrusi air laut.

• Kawasan Sempadan Sungai

Kota Surabaya dilalui oleh sungai yang sangat

berpengaruh pada ketersediaan air baku dan sistem

utama drainase kota. Beberapa sungai tersebut adalah

Kali Surabaya, Kali Wonokromo, Kalimas dan Kali

Makmur. Semua aliran air permukaan dan air buangan

bermuara di sungai-sungai tersebut, sehingga akan

berpengaruh pada kualitas air baku. Mengingat populasi

penduduk Kota Surabaya semakin tinggi yang berdampak

pada semakin meningkatnya kebutuhan air bersih dan air

buangan, maka perlu adanya pengelolaan kawasan

daerah aliran sungai untuk mendukung fungsinya sebagai

kawasan lindung.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 7

Gambar 2.1 Lokasi dan Peran Kota Surabaya

e. Kawasan Strategis Pendayagunaan SDA dan Teknolog i

Tinggi

Kawasan strategis dari sudut kepentingan

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

Posisi Surabaya dalam konteks Nasional &

internasional

Surabaya dalam GERBANGKERTOSUSILA

Surabaya dalam SMA

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 8

adalah penghasil sumberdaya alam yang sangat potensial

untuk kepentingan masyarakat beserta perangkat atau

instalasi pengolahannya atau kawasan khusus untuk

pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara

dan kepentingan umum. kawasan strategis SDA dan Teknologi

Tinggi di Kota Surabaya adalah:

• Industri Pengembangan Perkapalan

Merupakan salah satu kawasan yang digunakan dalam

pengembangan teknologi perkapalan tingkat nasional.

Sebagai industri perkapalan nasional, kawasan industri ini

memiliki nilai strategis dan diperlukan upaya dalam

menjaga dan meningkatkan nilai atau potensi kawasan

tersebut.

• Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).

Merupakan kawasan industri dan pergudangan yang telah

lama berdiri di Kota Surabaya. Mengingat Kota Surabaya

sebagai kota jasa dan perdagangan,maka kegiatan

industri dialihkan ke luar wilayah Kota Surabaya.

Sedangkan kawasan SIER, kegiatan industrinya diarahkan

menjadi industri dengan teknologi tinggi yang ramah

lingkungan.

• Kawasan Depo dan Pengolahan BBM .

Merupakan kawasan di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak

yang memiliki fungsi sebagai penyimpanan bahan bakar

minyak. Pengelolaan BBM juga dilakukan pada lokasi

tersebut, sehingga nilai strategis dalam kaitanya dengan

sistem energi di Kota surabaya dan sekitarnya bergantung

pada kawasan ini.

• Kawasan TPA Benowo.

Merupakan kawasan yang digunakan untuk pemrosesan

akhir sampah di Kota Surabaya. Mengingat semakin

meningkatnya timbunan sampah di Kota Surabaya dan

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 9

teknik open dumping yang tidak efektif dalam mengolah

sampah, maka untuk kedepannya pengolahan sampah

akan diarahkan dengan menggunakan teknologi

pengolahan sampah yang lebih modern dan dalam jangka

panjang akan dikembangkan dengan konsep: “Waste to

Energy”.

Selain potensi pengembangan kawasan strategis,

perkembangan Kota Surabaya juga didukung oleh

pengembangan dan pembangunan infrastruktur yang

meliputi:

1. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak untuk Terminal

Peti Kemas/Reklamasi di Teluk Lamong.

2. Pengembangan jaringan jalan arteri yang menghubungkan

antar pusat utama kota dengan pusat kota di kabupaten

yang berbatasan langsung.

3. Pengembangan jalur komuter / kereta api double track

serta angkutan massal dan prasarana pendukungnya yang

menghubungkan pusat-pusat pelayanan kota.

4. Pengembangan dan normalisasi saluran drainase kota.

II.1.3. WILAYAH RAWAN BENCANA

Secara geografis Kota Surabaya tidak termasuk daerah

rawan bencana karena letaknya jauh dari gunung berapi aktif dan

tidak dilalui oleh sungai-sungai besar. Kejadian bencana yang

umum terjadi di Kota Surabaya adalah banjir dan kebakaran.

Beberapa wilayah di Kota Surabaya mengalami genangan dengan

ketinggian yang bervariasi mulai dari 10–70 cm dengan waktu

genangan paling lama sekitar 6 jam.

Jenis bencana lainnya adalah kebakaran. Kejadian

kebakaran adalah jenis bencana yang tidak dapat diprediksi akan

tetapi dapat dicegah. Penentuan daerah rawan kebakaran di Kota

Surabaya didasarkan atas kepadatan penduduk, kepadatan

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 10

bangunan, data kejadian kebakaran, kondisi bangunan dan proporsi

kegiatan terbangun dengan luas lahan. Berdasarkan pertimbangan

tersebut, maka kecamatan yang tergolong tingkat kerawanan

sangat tinggi adalah Kecamatan Simokerto, Kecamatan

Tambaksari, dan Kecamatan Sawahan. Kecamatan yang

tergolong tingkat kerawanan tinggi adalah Kecamatan Tegalsari,

Kecamatan Bubutan, Kecamatan Semampir, Kecamatan

Krembangan, Kecamatan Gubeng, Kecamatan Wonokromo,

Kecamatan Sukomanunggal. Sedangkan kecamatan lain yang

tidak tergolong tingkat kerawanan sangat tinggi maupun tinggi harus

tetap diwaspadai dan diperhatikan.

Kawasan rawan banjir di Kota Surabaya seperti dalam gambar peta sebagai berikut :

Gambar 2.2

Peta Kawasan Rawan Bencana Banjir Di Kota Surabaya

Sumber : Review RTRW Kota Surabaya, Bappeko 2009

Sedangkan genangan terjadi disebabkan tertundanya air

hujan masuk ke saluran pematusan selama beberapa saat.

Kawasan rawan atau berpotensi terjadi genangan di Kota

Surabaya seperti dalam gambar sebagai berikut :

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 11

Gambar 2.3

Peta Kawasan Rawan Genangan Di Kota Surabaya

Sumber : Review RTRW Kota Surabaya, Bappeko 2009

Sedangkan bencana lainnya yang umum terjadi adalah

bencana kebakaran terutama di kawasan permukiman padat dan

kawasan industri. Kawasan rawan bencana kebakaran disebabkan

oleh beberapa hal seperti kepadatan penduduk, kondisi bangunan,

tingkat kepadatan bangunan, kejadian kebakaran dan proporsi

kegiatan terbangun dengan luas lahan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka daerah dengan

tingkat kerawanan sangat tinggi yang memerlukan penanganan dan

perhatian terdapat pada Kecamatan Simokerto, Kecamatan

Tambaksari, Kecamatan Sawahan, dan daerah dengan tingkat

kerawanan tinggi meliputi Kecamatan Tegalsari, Kecamatan

Bubutan, Kecamatan Semampir, Kecamatan Krembangan,

Kecamatan Gubeng, Kecamatan Wonokromo, Kecamatan

Sukomanunggal. Kawasan rawan bencana kebakaran tersebut

dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 12

Gambar 2.4

Peta Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Di Kota Suraba ya

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana yang harus dilakukan oleh semua komponen,

baik masyarakat, pemerintah, maupun pengusaha. Mitigasi juga

harus dilakukan dengan memperhatikan bagaimana upaya

pencegahan bencana, minimalisasi dampak dan upaya pemulihan

daerah yang terkena bencana.

Mitigasi bencana banjir dan genangan dapat dilakukan

dengan pelestarian/konservasi daerah pesisir secara intensif dan

pengendalian kawasan sempadan sungai dan saluran pematusan di

Kota Surabaya. Sedangkan mitigasi untuk bencana kebakaran

dapat dilakukan dengan meningkatkan keandalan sistem proteksi

kebakaran baik pada bangunan maupun pada lingkungan serta

meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 13

II.1.4. KONDISI DEMOGRAFIS

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil, Kota Surabaya memiliki penduduk hingga akhir tahun 2010

sebanyak 2.929.528 orang dengan komposisi yang relative

seimbang antara laki-laki dengan perempuan yaitu terdiri dari 50,18

persen Laki-laki dan 49,82 persen perempuan. Dengan luas wilayah

yang seluas 33.048 Ha maka tingkat kepadatan Kota Surabaya

sebesar 8.864 jiwa / km2.

Jika dilihat berdasarkan struktur usianya, penduduk Kota

Surabaya lebih banyak berusia produktif yaitu 35 tahun sampai 54

tahun atau sebesar 32,98 persen dari total penduduk, selanjutnya

pada usia 15 tahun sampai 34 tahun atau sebesar 32,95 persen.

Sedangkan pada proporsi penduduk usia tua hanya 14,89 persen

dan sisanya proporsi penduduk usia muda atau anak-anak yaitu

usia kurang dari 14 tahun yaitu 19,19 persen.

Gambar 2.5. Piramida Penduduk KotaSurabaya Tahun 20 10

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya, diolah

Berdasarkan data sensus penduduk, tingkat pertumbuhan

penduduk Kota Surabaya dari tahun 1980 sampai 1990 mencapai

2,06 persen, selanjutnya sampai tahun 2000 tingkat pertumbuhan

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 14

Tidak/Belum

Sekolah

19%

Belum

Tamat SD

Sederajat

4%

Tamat SD

Sederajat

22%

SLTP

Sederajat

13%

SLTA

SEDERAJAT

29%

Perguruan

Tinggi

13%

penduduk menjadi 0,5 persen. Dalam lima tahun terakhir,

berdasarkan hasil registrasi penduduk rata-rata tingkat

pertumbuhan penduduk Kota Surabaya meningkat 1,76 persen.

Meningkatnya pertumbuhan tersebut terutama sebagai akibat dari

tingkat kelahiran dan urbanisasi diiringi dengan meningkatnya usia

harapan hidup penduduk Kota Surabaya.

Komposisi penduduk Kota Surabaya dtinjau dari aspek

pendidikan (di atas umur 10 Tahun), persentase jumlah penduduk

yang manamatkan pendidikan minimal SLTP sebesar 35%,

sedangkan jumlah penduduk yang sudah mengenyam pendidikan

minimal SMU sederajat sebanyak 29 %. Dibanding kabupaten/kota

yang ada di Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki profil pendidikan

penduduk yang relatif baik. Secara rinci profil pendidikan penduduk

Kota surabaya tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6

Profil Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Pendidika n Tertinggi

yang Ditamatkan Tahun 2010

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya,

diolah

Komposisi Penduduk Kota Surabaya ditinjau menurut agama

yang dipeluk menunjukkan bahwa penduduk Kota Surabaya

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 15

mayoritas memeluk agama Islam. Pada tahun 2010, penduduk

Surabaya yang memeluk agama islam sebanyak 84,79 persen,

selanjutnya pemeluk agama Kristen sebanyak 9,82 persen,

kemudian pemeluk agama Katholik sebanyak 4,21% persen

sedangkan penduduk yang memeluk agama Hindu, Budha dan

lainnya, masing masing 0,33,1,76 dan 0,01 persen. Komposisi

penduduk Kota Surabaya berdasarkan agama yang dipeluk untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Profil Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Agama

Agama 2008 2009 2010

Islam 82.31% 84.86% 84.79%

Kristen 10.06% 9.99% 9.82%

Katholik 4.50% 4.21% 4.21%

Hindu 0.83% 0.34% 0.33%

Budha 2.29% 1.82% 1.76%

Lainnya 0.00% 0.01% 0.01%

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya,

diolah

II.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT II.2.1. KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

a. Kondisi Makro Ekonomi Surabaya

Perkembangan ekonomi Surabaya relatif tinggi

dibanding pertumbuhan rata-rata Nasional (5,74%) maupun

Jawa Timur (5,90%) pada tahun 2006 – 2010. Pertumbuhan

ekonomi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sektor tersier

khususnya pertumbuhan di sektor perdagangan, jasa dan

komunikasi yang pertumbuhan rata-ratanya berkisar antara 6%

hingga 7% per tahun.

Surabaya sebagai ibukota provinsi, sangat diuntungkan

dengan adanya infrastruktur penunjang ekonomi seperti

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 16

Terminal Purabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara

Internasional Juanda dan Stasiun Kereta Api Gubeng, yang

mempunyai peran cukup strategis dan diperhitungkan dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi Provinsi

Jawa Timur. Kekuatan ekonomi dan segala aktivitas ekonomi

yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi

Jawa Timur. Hal ini tercermin dari output Surabaya yang

memberikan kontribusi paling besar dibanding kabupaten/ kota

lain di Jawa Timur yang mencapai 26,35% terhadap

perekonomian Jawa Timur (diukur dengan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) ADHB Surabaya 2010).

Letak Kota Surabaya yang cukup strategis untuk

perdagangan, ekspor dan impor relatif kondusif dapat

menghasilkan iklim perekonomian yang cukup stabil dan

bergairah. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi

Surabaya yang relatif tinggi di tahun 2010 mencapai 7,09% dan

juga pertumbuhan positif pada sub sektor pengangkutan dan

komunikasi (9,41%) dan sub sektor perdagangan, hotel dan

restoran (8,47%).

Perkembangan ekonomi daerah berdasarkan PDRB

Kota Surabaya selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010

relatif cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai PDRB berdasarkan

harga berlaku mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun

2006 sebesar Rp 125,36 trilyun meningkat menjadi Rp 162,83

trilyun tahun 2008 dan menjadi Rp 205,16 trilyun pada tahun

2010. Demikian juga dengan perkembangan nilai PDRB

berdasarkan harga konstan, dari tahun 2006 sebesar Rp 68,82

trilyun meningkat menjadi Rp 77,72 trilyun tahun 2008 dan

menjadi Rp 87,83 trilyun pada tahun 2010. Secara rinci PDRB

kota Surabaya tahun 2006 sampai dengan 2010, berdasarkan

harga berlaku dan konstan dapat dilihat pada Tabel 2.2

dan 2.3:

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.2

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2006 s .d 2010

Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surabaya (dalam Milya r Rupiah dan %) SEKTOR 2006 % 2007 % 2008 % 2009 % 2010 %

SEKTOR PRIMER 154,25 0,13 153,82 0,11 162,61 0,10 176,2 0,10 189,63 0,10

I. PERTANIAN 145,01 0,12 145,48 0,10 153,00 0,09 165,89 0,09 178,30 0,09

II. PERTAMBANGAN

& PENGGALIAN 9,24 0,01 8,35 0,01 9,61 0,01 10,31 0,01 11,32 0,01

SEKTOR SEKUNDER 44.024.48 35,11 49.487,24 34,61 55.703,03 34,23 60.188,42 33,71 67.048,51 32,68

III. INDUSTRI

PENGOLAHAN 30.932,36 24,67 34.469,36 24,11 38.594,05 23,70 41.277,02 23,12 45.508,52 22,18

IV. LISTRIK, GAS

DAN AIR 3.401,38 2,71 4.687,04 3,28 5.795,78 3,56 6.662,81 3,73 7.453,10 3,63

V. KONSTRUKSI 9.690,74 7,73 10.330,84 7,23 11.340,19 6,96 12.248,59 6,86 14.086,89 6,87

SEKTOR TERSIER 81.181,78 64,76 93.345,25 65,28 106.940,73 65,67 118.194,35 66,19 137.923,33 67,23

VI.

PERDAGANGAN,

HOTEL DAN

RESTORAN

51.834,98 41,35 60.156,31 42,07 69.721,73 42,82 76.354,51 42,76 88.851,24 43,31

VII. PENGANGKUTAN

& KOMUNIKASI 12.137,90 9,68 13.619,06 9,52 15.015,84 9,22 17.099,70 9,58 20.230,54 9,86

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

SEKTOR 2006 % 2007 % 2008 % 2009 % 2010 %

VIII

.

KEUAGAN,

PERSEWAAN &

JS. PERUS

7.214,88 5,76 8.382,02 5,86 9.630,01 5,91 10.879,17 6,09 12.388,90 6,04

IX. JASA-JASA 9.994,02 7,97 11.187,87 7,82 12.573,15 7,72 13.860,96 7,76 16.452,65 8,02

TOTAL PDRB

SURABAYA

125.360,5

1 100 142.986,31 100 162.833,38 100 178.558,97 100 205.161,47 100

Sumber: BPS Kota Surabaya

Tabel 2.3 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB ta hun 2006 s.d 2010

Atas Dasar Harga Konstan Kota Surabaya (dalam Milya r Rupiah dan %) SEKTOR 2006 % 2007 % 2008 % 2009 % 2010 %

SEKTOR PRIMER 97,68 0,14 89,23 0,12 82,9 0,11 84,44 0,11 85,53 0,10

I. PERTANIAN 90,9 0,13 83,22 0,11 76,80 0,10 78,24 0,10 79,17 0,09

II. PERTAMBANGAN

& PENGGALIAN 6,78 0,01 6,01 0,01 6,1 0,01 6,2 0,01 6,35 0,01

SEKTOR SEKUNDER 23.086,62 33,55 24.260,71 33,16 25.176,36 32,39 26.034,28 31,74 27.195,58 30,96

III. INDUSTRI

PENGOLAHAN 16.579,63 24,09 17.331,93 23,69 17.995,48 23,15 18.542,20 22,61 19.225,16 21,89

IV. LISTRIK, GAS

DAN AIR 1.391,38 2,02 1.763,95 2,41 1.836,59 2,36 1.962,34 2,39 2.080,13 2,37

V. KONSTRUKSI 5.115,61 7,43 5.164,82 7,06 5.344,29 6,88 5.529,74 6,74 5.890,30 6,71

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

SEKTOR 2006 % 2007 % 2008 % 2009 % 2010 %

SEKTOR TERSIER 45.632,75 66,31 48.810,10 66,72 52.458,60 67,50 55.895,99 68,15 60.547,73 68,94

VI.

PERDAGANGAN,

HOTEL DAN

RESTORAN

27.579,09 40,08 29.647,74 40,52 32.308,31 41,57 34.135,78 41,62 37.025,58 42,16

VII. PENGANGKUTAN

& KOMUNIKASI 7.534,56 10,95 7.959,69 10,88 8.346,24 10,74 9.215,35 11,24 10.082,26 11,48

VIII.

KEUAGAN,

PERSEWAAN &

JS. PERUS

4.462,07 6,48 4.801,35 6,56 5.037,07 6,48 5.368,47 6,55 5.745,70 6,54

IX. JASA-JASA 6.057,04 8,80 6.401,31 8,75 6.766,98 8,71 7.176,39 8,75 7.694,19 8,76

TOTAL PDRB SURABAYA 68.817,06 100 73.160,03 100 77.717,87 100 82.014,71 100 87.828,84 100

Sumber : BPS kota Surabaya

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 20

b. Struktur Ekonomi Kota Surabaya

Struktur ekonomi Surabaya yang dicerminkan dari data

PDRB ditentukan oleh 9 sektor lapangan usaha yang terbagi

dalam sub sektor lapangan usaha. Perubahan makro ekonomi

Surabaya yang terjadi, baik dari sisi pengeluaran atau produksi

masing-masing sektor lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi,

stabilitas harga, dapat dijelaskan dan diukur dengan

menggunakan PDRB atas dasar harga konstan. Dari analisis

peran masing-masing lapangan usaha akan diketahui

pergeseran struktur ekonomi Kota Surabaya sehingga dapat

diperkirakan arah dan rencana pembangunan kota, antar

lapangan usaha pada waktu mendatang.

Dari sisi penawaran, kontribusi sektoral terhadap PDRB

Surabaya selama 5 tahun (2006-2010) didominasi oleh sektor

tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa) sedangkan sektor primer

(sektor pertanian dan sektor pertambangan) mempunyai

kontribusi yang paling rendah jika dibandingkan sektor sekunder

dan tersier. Kondisi ini mencerminkan ekonomi Kota Surabaya

berkembang ke arah ekonomi yang digerakkan oleh sektor

perdagangan dan jasa, sebagaimana terjadi pada kota-kota lain

di dunia. Dalam struktur ekonomi Kota Surabaya, dalam kurun

waktu 5 tahun belakangan ini, sektor perdagangan dan jasa atau

yang tergabung dalam sektor tersier memegang peran besar

dalam membentuk ekonomi di wilayah ini.

Perkembangan peran sektor primer dan sektor sekunder

dalam kurun waktu 5 tahun secara signifikan terus mengalami

penurunan, dan sebaliknya peran sektor tersier secara signifikan

terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2006

perannya sebesar 66,31% dan pada tahun 2010 peran sektor ini

mencapai 68,94%. Pada sektor sekunder, sektor yang paling

banyak mengalami penurunan cukup besar adalah sektor

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 21

industri pengolahan. Hal ini dikarenakan sektor industri yang ada

di kota Surabaya selama beberapa tahun terakhir

pertumbuhannya stagnan, sedangkan dua sektor yang lainnya

seperti sektor utilitas (listrik, gas dan air bersih) dan sektor

konstruksi perannya dalam tiga tahun terakhir terus mengalami

peningkatan secara signifikan. Hal ini dikarenakan pada

beberapa tahun terakhir pembangunan mall, pertokoan,

perkantoran dan ruko-ruko baru banyak bermunculan. Kenaikan

pada sektor konstruksi ini tentunya mempengaruhi permintaan

sektor utilitas, sehingga sektor listrik, gas dan air bersih ikut

mengalami peningkatan.

Untuk sektor tersier, maraknya pangsa pasar

perdagangan yang menimbulkan permintaan fasilitas

perdagangan baru seperti mall, pertokoan, perkantoran dan

ruko-ruko baru banyak bermunculan. Pada 2 tahun terakhir,

beberapa pusat perdagangan baru sudah mulai beroperasi,

sehingga berdampak pada peningkatan output sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang pada akhirnya

meningkatnya peran sektor tersebut dalam struktur ekonomi

Surabaya. Peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran

tentunya menimbulkan dampak berganda (multiplier effect) pada

lainnya yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang selama ini

sebagai pendukung pada sektor perdagangan.

c. Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya

Kegiatan ekonomi Surabaya terkait dengan kegiatan

ekonomi Jawa Timur yang juga terkait dengan kegiatan

perekonomian secara nasional. Dalam perkembanganya,

pertumbuhan ekonomi Surabaya semakin mantap, hal ini

tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang sejak tahun

2006 selalu lebih tinggi dari Jawa Timur bahkan Nasional.

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 22

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 tumbuh sebesar

7,09%, cukup tinggi dibandingkan tahun 2009 yang mencapai

5,53%. Untuk sektor primer terus mengalami penurunan. Hal

bisa dimaklumi mengingat Surabaya saat ini berkembang

sebagai kota metropolitan, sehingga karakteristik ekonomi yang

melingkupinya lebih cenderung mengarah pada sektor non

primer khususnya semakin berkembangnya sektor tersier.

Sedangkan sektor sekunder dan sektor tersier terus mengalami

pertumbuhan walaupun sektor sekunder pertumbuhannya relatif

lebih rendah dibanding sektor tersier namun sektor sekunder

masih mempunyai andil yang cukup besar dalam menyumbang

pertumbuhan ekonomi Surabaya, sebagaimana tertera pada

tabel berikut :

Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya

Berdasarkan Sektoral Tahun 2006 – 2010

URAIAN 2006(%) 2007(%) 2008(%) 2009(%) 2010(%)

1. Pertanian 3,21 -8,45 -7,71 1,87 1,19

2. Pertambangan dan

Penggalian -5,79 -11,44 1,57 1,65 2,42

SEKTOR PRIMER 2,53 -8,65 -7,09 1,85 1,29

3. Industri Pengolahan 5,83 4,54 3,83 3,04 3,68

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 19,67 26,78 4,12 6,85 6,00

5. Konstruksi -2,71 0,96 3,47 3,47 6,52

SEKTOR SEKUNDER 3,84 5,09 3,77 3,41 4,46

6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran 7,67 7,50 8,97 5,66 8,47

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 7,23 5,64 4,86 10,41 9,41

8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 6,04 7,60 4,91 6,58 7,03

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 23

URAIAN 2006(%) 2007(%) 2008(%) 2009(%) 2010(%)

9. Jasa-jasa 6,71 5,68 5,71 6,05 7,22

SEKTOR TERSIER 8,08 6,96 7,47 6,55 8,32

PDRB KOTA

SURABAYA 6,35 6,31 6,23 5,53 7,09

Sumber : PDRB ADHK tahun 2000, BPS kota Surabaya

Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya, Jawa Timur

dan Nasional Tahun 2006 – 2010

WILAYAH 2006(%) 2007(%) 2008(%) 2009(%) 2010(%)

SURABAYA 6,35 6,31 6,23 5,53 7,09

JAWA TIMUR 5,8 6,11 5,9 5,01 6,68

INDONESIA 5,48 6,28 6,10 4,63 6,20

Pada kelompok sektor sekunder, sektor yang

pertumbuhannya relatif tinggi pada tahun 2010 adalah sektor

konstruksi di mana pada tahun 2009 sektor ini tumbuh sebesar

3,47% dan tumbuh mencapai 6,52% (2010). Hal ini disebabkan

oleh banyaknya pembangunan mall, ruko-ruko, gedung

perkantoran serta infrastruktur baru lainya. Sedangkan sektor

industri yang juga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhanya relatif kecil yaitu 3,68%. Relatif kecilnya

pertumbuhan di sektor ini lebih di sebabkan stagnannya investasi

pada sektor industri pengolahan, sehingga pertumbuhan yang

terjadi lebih disebabkan oleh peningkatan produktivitas.

Sektor tersier pada tahun 2010 tumbuh sebesar 8,32%,

lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang mencapai pertumbuhan

sebesar 6,55%. Pada kelompok sektor tersier ini, sektor

pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang

paling tinggi yaitu 9,41%, diikuti dengan pertumbuhan di sektor

pedagangan, hotel dan restoran, dimana pada tahun 2010

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 24

mencapai 8,47%. Tingginya pertumbuhan pada sektor

pengangkutan dan komunikasi dikarenakan tumbuh pesatnya

bisnis telekomunikasi akibat meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan penggunaan media komunikasi. Demikian

halnya dengan pertumbuhan yang cukup tinggi pada sub sektor

perdagangan salah satunya disebabkan oleh masuknya

investasi di unit usaha perdagangan.

d. Tingkat Inflasi

Salah satu indikator perekonomian makro adalah angka

inflasi di suatu daerah. Selama kurun waktu tahun 2006-2010

inflasi di Kota Surabaya rata-rata 6,49% per tahun. Tingkat inflasi

sebesar ini masih dalam kategori low inflation atau disebut juga

inflasi satu digit. Meskipun tergolong lemah, inflasi di Kota

Surabaya telah menyebabkan berbagai permasalahan ekonomi

bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dalam

pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan transportasi.

Perkembangan inflasi di Surabaya pada tahun 2006 sebesar

6,71%, tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebesar

6,27%, tahun 2008 meningkat sebesar 8,73% kemudian tahun

2009 mengalami penurunan sebesar 3,39%, dan semakin

meningkat pada tahun 2010 sebesar 7,33%. Berikut tabel angka

inflasi Kota Surabaya tahun 2006 - 2010:

Tabel 2.6 Realisasi Inflasi Kota Surabaya

Tahun 2006 – 2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata

inflasi 2006-2010

Inflasi 6,71% 6,27 % 8,73 % 3,39 % 7,33 % 6,49%

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 25

Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh angka inflasi

Provinsi dan Nasional, yang cenderung berfluktuasi per

tahunnya. Hal ini dikarenakan inflasi baik di tingkat nasional

maupun regional masih terpengaruh oleh kondisi perekonomian

global, yang akhir-akhir ini sedang mengalami krisis keuangan.

Selain itu, faktor perubahan iklim juga menjadi salah satu

penyebab mengapa tingkat inflasi yang ada relatif naik turun.

e. PDRB Perkapita

Peningkatan laju pertumbuhan PDRB diikuti dengan

kenaikan pendapatan per kapita. Selama periode tahun 2006-

2010, PDRB perkapita Kota Surabaya mengalami pertumbuhan

yang positif. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada

tahun 2006 sebesar Rp 46.139.805,- meningkat pada tahun

2007 menjadi sebesar Rp 52.627.084 ,- dan pada tahun 2008

sebesar Rp 59.140.503,- kemudian meningkat lagi pada tahun

2009 menjadi sebesar Rp 64.516.504,-. Selanjutnya pada tahun

2010 nilai PDRB perkapita ADHB menjadi sebesar Rp

70.032.261,- atau meningkat 8,55 % dari tahun 2009. Gambar

2.7 menunjukkan perkembangan PDRB perkapita Kota

Surabaya dalam periode lima tahun terakhir.

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 26

Gambar 2.7 Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar H arga

Berlaku dan Konstan Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Sumber : BPS Kota Surabaya

PDRB perkapita atas dasar harga konstan dari tahun ke

tahun juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar

Rp 25.328.594,- meningkat menjadi Rp 26.927.047,- pada tahun

2007 dan Rp 28.226.855,- di tahun 2008. Peningkatan kembali

terjadi di tahun 2009 dan 2010 di mana PDRB perkapitanya

tumbuh tipis sebesar 1,17 % dari Rp 29.633.362,- (2009)

menjadi Rp 29.980.544,- (2010).

f. Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Nilai ICOR Kota Surabaya untuk beberapa tahun terahir

mengalami banyak perubahan. Tahun 2006 nilai ICOR Kota

Surabaya sebesar 3,46 dan menurun ke tingkat 3,23 di tahun

2007. Nilai ini kemudian meningkat kembali di tahun 2008 (3,48)

dan meningkat kembali mencapai 3,77 (2009) dan terakhir di

angka 3,43 pada tahun 2010. Secara umum, nilai ICOR yang

menurun menandakan performa ekonomi yang relatif baik,

dikarenakan dengan nilai investasi yang sama dapat

menghasilkan output yang lebih besar.

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 27

Gambar 2.8

Perkembangan ICOR Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

II.2.2. KESEJAHTERAAN SOSIAL

Gambaran secara makro pencapaian pembangunan

kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah satu tolok

ukur indikator kualitas hidup manusia. Dalam lima tahun terakhir,

IPM Kota Surabaya mengalami peningkatan setiap tahunnya,

hingga pada tahun 2011 telah mencapai 77,61. Menurut kriteria

UNDP, angka tersebut termasuk dalam kategori menengah atas

(66-79,99). Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di

Jawa Timur, angka IPM Kota Surabaya tergolong tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa pembangunan Surabaya telah memberikan

dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas SDM, sehingga

mengalami perkembangan yang positif.

Peningkatan IPM terutama ditopang oleh meningkatnya

angka harapan hidup (life expectancy of birth), angka melek huruf

(adult literacy rate), rata-rata lama sekolah (mean years of

schooling), dan daya beli masyarakat (puschasing power parity).

Selama tahun 2006-2011, angka harapan hidup cenderung

meningkat, yaitu dari 69,8 pada tahun 2006 meningkat menjadi

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 28

70,71 pada tahun 2009, 70,97 pada tahun 2010 dan pada tahun

2011 mencapai 71,24. Fakta ini merupakan salah satu bentuk

keberhasilan pemerintah Kota Surabaya dalam membenahi faktor

kesehatan penduduk Kota Surabaya serta mencerminkan adanya

peningkatan kemampuan penduduk dalam upaya memperbaiki

kualitas hidupnya.

Paritas daya beli masyarakat Kota Surabaya dalam rentang

tahun 2006-2011 pun mengalami peningkatan walaupun relatif kecil

yaitu dari 1.810 ribu per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi

1.823,54 ribu kapita per tahun pada tahun 2011. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat Kota

Surabaya semakin meningkat pula seiring dengan inflasi barang

dan jasa.

Gambar 2. 9

IPM dan Komponennya Kota Surabaya Tahu n 2006-2011

Sumber : BPS Kota Surabaya – Diolah,

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 29

Tabel 2.7

Komponen Pembentuk IPM Tahun 2006-2011

No Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Angka Harapan

Hidup (tahun) 69,80 70,16 70,40 70,71 70,97 71,24

2. Angka Melek

Huruf (%) 94,40 95,72 95,77 96,05 96,45 96,69

3. Rata2 Lama

Sekolah (tahun) 10,34 10,49 10,49 10,52 10,57 10,59

4. Paritas Daya Beli

(rupiah)

1.810

.431

1.812.

465

1.816

.965

1.819

.518

1.820

.816

1.823

.547

IPM 75,11 75,87 76,36 76,82 77,18 77,61

Sumber: BPS Kota Surabaya

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan

dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Semakin baik

tingkat pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Semakin baik kualitas sumber daya manusia

menjadikan semakin baik pula kualitas hidup masyarakat.

Tingkat pendidikan masyarakat di Kota Surabaya setiap

tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2000 penduduk

dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 8,55

persen dan terus mengalami peningkatan sampai pada tahun

2007 bertambah menjadi 13,31 persen. Sedangkan penduduk

dengan pendidikan terakhir setara SLTA sebanyak 36,1 persen,

angka ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2006, akan

tetapi jika dibandingkan 7 tahun yang lalu mengalami

peningkatan sebesar 2,48 persen.

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 30

Tabel 2.8 Perkembangan Angka Melek Huruf

Kota Surabaya Tahun 2006-2011

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Angka Melek

Huruf 94,40 95,72 95,77 96,05 96,45 96,69

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG Kota

Surabaya Tahun 2010

Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah pun

mengalami peningkatan dalam rentang tahun 2006-2011. Pada

tahun 2006, angka melek huruf mencapai 94,40 persen

meningkat menjadi 96,45 persen pada tahun 2010 demikian

halnya dengan rata-rata lama sekolah yang meningkat dari 10,34

tahun pada tahun 2006 menjadi 10,57 tahun pada tahun 2010.

Keduanya menunjukkan keberhasilan pemerintah kota dalam

upaya peningkatan pendidikan dasar.

Tabel 2.9

Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan di Kota Surabay a

Tahun 2009-2010

No. Kecamatan Angka Melek Huruf

2009 2010

1 Karangpilang 98.74 99.73

2 Jambangan 95.44 96.39

3 Gayungan 99.05 100.00

4 Wonocolo 97.67 98.65

5 TenggilisMejoyo 97.98 98.96

6 Gunung Anyar 97.02 97.99

7 Rungkut 96.48 97.44

Page 31: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 31

No. Kecamatan Angka Melek Huruf

2009 2010

8 Sukolilo 96.8 97.77

9 Mulyorejo 95.46 96.41

10 Gubeng 97.3 98.27

11 Wonokromo 96.35 98.12

12 Dukuh Pakis 97.28 98.25

13 Wiyung 96.81 97.78

14 Lakarsantri 91.88 92.8

15 Sambi Kerep 97.37 98.34

16 Tandes 96.46 97.42

17 Sukomanunggal 94.48 95.42

18 Sawahan 97.15 98.25

19 Tegalsari 99.93 100

20 Genteng 100.00 100

21 Tambaksari 98.74 99.73

22 Kenjeran 89.78 92.15

23 Bulak 89.29 90.18

24 Simokerto 92.75 93.68

25 Semampir 96.19 97.15

26 PabeanCantian 93.29 94.22

27 Bubutan 92.8 93.73

28 Krembangan 97.56 98.54

29 Asemrowo 96.26 97.22

30 Benowo 97.14 98.11

31 Pakal 96.78 98.15

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG

Kota Surabaya Tahun 2009 dan 2010

Page 32: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 32

Berdasarkan Angka Melek Huruf menurut kecamatan

menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki

angka melek huruf tinggi di Kota Surabaya dari tahun 2009-

2010 antara lain kecamatan Gayungan, Tegalsari dan Genteng.

Sebaliknya kecamatan-kecamatan yang memiliki Angka Melek

Huruf yang rendah antara lain kecamatan Kenjeran dan Bulak.

Tabel 2.10

Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kecamata n di Kota

Surabaya Tahun 2009-2010

No Kecamatan Rata-Rata Lama Sekolah

2009 2010

1 Karangpilang 10.54 10.65

2 Jambangan 9.5 9.6

3 Gayungan 11.74 11.86

4 Wonocolo 11.07 11.18

5 TenggilisMejoyo 11.22 11.33

6 Gunung Anyar 8.12 8.2

7 Rungkut 9.02 9.11

8 Sukolilo 10.45 10.55

9 Mulyorejo 9.63 9.73

10 Gubeng 10.71 11.74

11 Wonokromo 10.59 10.76

12 Dukuh Pakis 8.81 8.9

13 Wiyung 11.62 11.74

14 Lakarsantri 7.85 7.93

15 Sambikerep 8.35 8.77

16 Tandes 10.08 10.18

17 Sukomanunggal 8.53 8.62

18 Sawahan 9.68 10.76

19 Tegalsari 11.97 12.09

Page 33: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 33

No Kecamatan Rata-Rata Lama Sekolah

2009 2010

20 Genteng 12.2 12.12

21 Tambaksari 9.44 9.53

22 Kenjeran 8.19 9.25

23 Bulak 7.38 9.05

24 Simokerto 8.71 8.8

25 Semampir 8.97 9.06

26 Pabean Cantian 9.08 9.17

27 Bubutan 8.94 9.03

28 Krembangan 9.9 10

29 Asemrowo 8.98 9.07

30 Benowo 8.93 9.02

31 Pakal 9.07 9.16

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG Kota

Surabaya Tahun 2010

Berdasarkan Rata-Rata Lama Sekolah menurut

kecamatan menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang

memiliki Rata-Rata Lama Sekolah tinggi di Kota Surabaya dari

tahun 2009-2010 antara lain kecamatan Genteng, Tegalsari dan

Gayungan. Sebaliknya kecamatan-kecamatan yang yang

memiliki Angka Melek Huruf yang rendah antara lain kecamatan

Lakarsantri dan Gunung Anyar.

b. Kesehatan

Sebagaimana pendidikan, kesehatan merupakan salah

satu aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

kesehatan lingkungan dan dirinya maka semakin baik tinggi

derajat kesehatan masyarakat. Semakin rendahnya Angka

Page 34: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 34

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Status Gizi

Buruk masyarakat maka semakin tinggi derajat kesehatan

masyarakat.

Dalam rentang tahun 2006 sampai 2010, AKB di Kota

Surabaya cenderung mengalami penurunan dari 25,05 kematian

bayi dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi

sekitar 7.84 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup pada

tahun 2010. Kematian bayi ini banyak disebabkan oleh Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR), Gangguan Fungsi Multi Organ,

Bronkopneomoni, Gizi Buruk, Asfiksia, Kelainan Kongenital,

Tetanus Neonatorum, Infeksi, Trauma Lahir. Menurunnya AKB

tersebut menunjukkan bahwa derajat kesehatan bayi semakin

meningkat.

Adapun perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI)

selama tahun 2006 sampai 2009 yaitu pada tahun 2006 tercatat

sebesar 199 per 100.000 persalinan hidup, pada tahun 2007

menurun menjadi 99,28 per 100.000 persalinan hidup. Angka

tersebut juga dicapai pada tahun 2008, dan pada tahun 2010

mengalami penurunan yaitu menjadi 71.07 per 100.000 kelahiran

hidup. Perkembangan AKI tersebut relatif mengalami penurunan.

Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan terhadap ibu

hamil dan melahirkan semakin meningkat.

Peningkatan derajat kesehatan yang terlihat melalui

AKB dan AKI tersebut juga mengindikasikan semakin

meningkatnya pelayanan kesehatan yang dapat dibuktikan

dengan indikator persentase penangan persalinan. Persentase

penangan persalinan oleh tenaga medis tercatat sebanyak 79,04

persen pada tahun 2006, kemudian meningkat menjadi 81,11

persen pada tahun 2007, pada tahun 2008 juga meningkat

menjadi 89,10 persen dan pada tahun 2009 meningkat menjadi

95,6 persen. Dengan demikian perkembangan persentase

penanganan persalinan oleh tenaga medis terus meningkat

setiap tahunnya.

Page 35: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 35

Pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

Kematian Ibu (AKI) dan persentase penanganan persalinan oleh

tenaga medis pada tahun 2009 tersebut, telah mencapai target

MDGs Indonesia, yaitu masing-masing ditargetkan 23 per 1000

kelahiran hidup, 102 per 100.000 persalinan hidup dan

meningkatnya persentase persalinan oleh tenaga medis.

Pada tahun 2006 terdapat 1.617 anak balita yang

memiliki status gizi buruk atau 2,09 persen dari keseluruhan

jumlah anak balita sebanyak 77.368 anak, pada tahun 2007

tercatat lebih banyak yaitu sebanyak 2.239 anak balita yang

memiliki status gizi buruk, namun presentasenya menurun

menjadi 1,96 persen dari keseluruhan jumlah anak balita

sebanyak 114.401 anak, pada tahun 2008 tercatat sebanyak

2.068 anak balita yang memiliki status gizi buruk atau 1,81

persen dari keseluruhan jumlah anak balita sebanyak 114.108

anak dan pada tahun 2009 tercatat 1.888 anak balita yang

memiliki status gizi buruk atau 1,39 persen dari keseluruhan

jumlah anak balita sebanyak 136.155 anak dan pada tahun 2010

menurun menjadi 0.95 persen. Dengan demikian, angka balita

dengan status gizi buruk cenderung menurun dan telah

mencapai target yang telah ditetapkan.

Masih adanya angka balita dengan status gizi buruk di

Kota Surabaya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

• Faktor Intern balita yaitu adanya penyakit bawaan (jantung

congenital) dan penyakit infeksi ( diare, pneumoni,TBC,

kecacingan dan lain-lain ) yang dapat berpengaruh pada

status gizi balita.

• Faktor Ekstern balita yaitu faktor ekonomi yang berpengaruh

langsung pada kemampuan dan tingkat daya beli masyarakat

yang pasti akan berpengaruh pada pola konsumsi pangan

dan faktor sosial yaitu tingkat pengetahuan ibu yang

berpengaruh pada perilaku ibu, yang pasti juga akan

mempengaruhi pola asuh dan pola konsumsi pangan.

Page 36: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 36

c. Seni budaya dan olah raga

Pembangunan seni budaya dan olahraga tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan dan sekaligus merupakan kebutuhan

manusia. Oleh karena itu, pembangunan seni, budaya dan

olahraga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari

pembinaan dan pembangunan bangsa dalam rangka

peningkatan kualitas Sumber Daya Insani, terutama diarahkan

pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani, serta untuk

membentuk watak dan kepribadian yang memiliki disiplin dan

sportivitas yang tinggi. Di samping itu, pembangunan seni,

budaya dan olahraga juga dijadikan sebagai alat untuk

memperlihatkan eksistensi bangsa melalui pembinaan prestasi

yang setinggi - tingginya. Untuk melaksanakan pembangunan

seni, budaya dan olahraga, perlu dilakukan berbagai upaya

penggalangan dan penggalian terhadap potensi yang ada, baik

dalam bidang sistem pembinaan, lembaga/organisasi, maupun

adanya landasan hukum yang digunakan sebagai dasar

pembangunan seni, budaya dan keolahragaan.

Dasar pembangunan seni budaya tentu adalah minat

masyarakat kota Surabaya terhadap seni budaya itu sendiri,

terutama minat akan budaya lokal. Minat masyarakat kota

Surabaya akan budaya lokal menunjukkan perkembangan dari

waktu ke waktu. Jumlah kelompok kesenian yang telah

mendapat pembinaan dari Pemerintah Kota Surabaya juga

menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada

tahun 2010 jumlah kelompok kesenian yang telah dibina

mencapai 162 kelompok meningkat dari tahun sebelumnya

sebanyak 147 kelompok.

Bidang keolahragaan di Kota Surabaya secara

organisasi ditangani oleh KONI (Komite Olahraga Nasional

Indonesia) Kota Surabaya. Berdasarkan data dari KONI

Surabaya pada tahun 2009 terdapat 38 cabang olahraga yang

Page 37: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 37

dibina oleh KONI Surabaya. Diantara beberapa cabang olahraga

yang telah dibina tersebut seperti cabang olahraga panahan,

panjat tebing, dayung, karate, pencak silat telah mengukir

prestasi dalam event nasional maupun internasional dengan

menyumbangkan emas pada tahun 2006 sampai dengan tahun

2008.

Untuk menumbuhkan dan menciptakan budaya olahraga

yang sehat, diperlukan penyediaan sarana dan prasarana

olahraga yang memadai baik di lingkungan sekolah, pekerjaan

maupun pemukiman sehingga memungkinkan segenap lapisan

warga masyarakat melakukan olahraga dan berbagai aktivitas

jasmani. Sehingga sampai dengan tahun 2010, berdasarkan

data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga telah tercatat sebanyak

69 lapangan olahraga seperti lapangan bola volley, bulutangkis,

sepak bola, bola basket, tenis lapangan futsal dan lain-lain yang

tersebar di beberapa kecamatan di kota Surabaya.

Tabel 2.11

Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga

di Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Capaian Pembangunan 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Grup Kesenian 51 96 67 147 162

Jumlah Cabang olahraga yang

berprestasi

22 27 28 38 41

Jumlah Lapangan Olahraga 69 69 69 69 79

Jumlah Gedung Olahraga 2 2 2 2 3

Jumlah Organisasi/pemuda yang

berprestasi

4 16 30 164 212

Sumber data : Bappeko diolah

d. Ketenagakerjaan

Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan

memberikan dampak positif baik langsung maupun tidak

Page 38: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 38

langsung terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan.

Peningkatan kesempatan kerja yang diikuti dengan peningkatan

produktivitas diharapkan mampu menambah

penghasilan/pendapatan masyarakat yang pada gilirannya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan semakin bertambahnya penduduk maka tidak

bisa dipungkiri bahwa jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja)

dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan tenaga

kerja di Kota Surabaya selama lima tahun terakhir (Tahun 2005-

2009) terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 1,42 persen per

tahun. Penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja

(pekerja dan pencari kerja) mengalami penambahan setiap

tahunnya rata-rata 0,69 persen, sedangkan peningkatan

penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan (pekerja)

rata-rata sebesar 89,77 persen per tahun dengan tingkat

pengangguran terbuka pada Tahun 2009 sebesar 8,63 persen.

Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di

Surabaya masih relatif tinggi dibandingkan Propinsi Jawa Timur,

Pada tahun 2006 Tingkat Pengangguran terbuka sebesar

9,68%, tahun 2007 naik menjadi 11,59%, tahun 2008 naik

kembali menjadi 11,84%, sedangkan pada tahun 2009 kembali

turun menjadi 8,63%. Tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka

pada tahun 2007 dan 2008 tersebut tidak lepas dari kondisi

makro ekonomi dimana pada tahun 2007 terjadi krisis global

yang menyebabkan turunnya tingkat penyerapan tenaga kerja di

Surabaya. Hal lain yang menyebabkan angka pengangguran

Kota Surabaya tinggi adalah semakin menyempitnya pasar kerja

formal yang ada dimana tidak lebih 30 persen lapangan kerja

yang di sediakan di sektor formal. Fenomena ini terjadi salah

satunya dipicu oleh melemahnya kinerja sektor riil dan daya

saing produk-produk domestik baik di tingkat internasional

maupun di pasar domestik khususnya melemahnya sektor

industri dan produksi manufaktur. Pelemahan ini bisa dilihat dari

Page 39: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 39

semakin mengecilnya proporsi sektor industri dalam

pembentukan PDRB Kota Surabaya serta tingkat

pertumbuhannya dari tahun ke tahun yang terus menurun.

II.3. PELAYANAN UMUM

II.3.1. FOKUS URUSAN WAJIB

a. Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, pembangunan pendidikan Kota Surabaya di arahkan

pada perluasan dan pemerataan pendidikan. Hal ini dapat

dijelaskan antara lain melalui Angka Partisipasi Kasar (APK),

Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Kelulusan (AL) dan

Angka Putus Sekolah (APS).

Dalam rentang tahun 2006-2010, APK pada jenjang

SD/MI menunjukkan angka 105,2% kecuali pada tahun 2008

yang sempat mengalami lonjakan hingga 112,42% sehingga

rata-rata keberhasilan pencapaian target yang diharapkan

sebesar 101,37% per tahun. Sementara pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi yaitu SMP/MTs, menunjukkan nilai APK

sebesar 99,31% pada tahun 2006, 99,51% pada tahun 2007,

99,61% pada tahun 2008, 99,80% pada tahun 2009, dan

meningkat tajam menjadi 105,0% pada tahun 2010 . Rata-rata

pencapaian APK SMP/MTs ini 101,04% per tahun. Sedangkan

APK SMA/SMK/MA pada tahun 2006-2009 sebesar 108,11%

dan tahun 2010 menjadi 105,00%, sehingga rata-rata

pencapaiannya sebesar 99,42% per tahun.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) juga merupakan

indikator cakupan penduduk dalam mengenyam pendidikan,

bedanya APS dapat melihat partisipasi penduduk kelompok usia

standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar

tersebut.

Page 40: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 40

APS pada jenjang SD/MI dari tahun 2006-2010

mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2006 APS

SD/MI mencapai 107,74% tahun 2007 meningkat menjadi

92,92%, tahun 2008 meningkat tajam menjadi 99,31%, tahun

2009 dan 2010 masing-masing sebesar 92,93% dan 92,95%.

Dibandingkan dengan target yang diterapkan, capian APS SD/MI

dari tahun 2006-2010 masih di atas target. Sedangkan APS

SMP/MTs menunjukkan angka yang cenderung meningkat

setiap tahunnya, pada tahun 2006 sebesar 79,67%, pada tahun

2007 sebesar 78,58%, pada tahun 2008 sebesar 79,65%, pada

tahun 2009 sebesar 79,89% dan pada tahun 2010 sebesar

90,0% . Dibanding dengan target yang diterapkan, capian APS

SMA/SMK/MA dari tahun 2006-2010 masih diatas target yang

telah di tetapkan.

Tabel 2.12

Angka Partisipasi Sekolah Kota Surabaya Tahun 2006- 2010

NO. JENJANG

PENDIDIKAN 2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI

1.1 Jumlah Murid usia

7 – 12 tahun

270,084 263,341 221,304 253,503 231,052

1.2 Jumlah penduduk

kelompok usia

7 – 12 tahun

250,692 283,406 222,842 272,777 248,583

1.3 APS SD/MI 92.82 92.92 99.31 92.93 92.95

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Murid usia

13 – 15 tahun

91,501 90,045 87,195 92,572 88,700

2.2 Jumlah penduduk

kelompok usia

13 – 15 tahun

114,850 114,591 109,473 115,880 98,552

2.3 APS SMP/MTs 79.67 78.58 79.65 79.89 90.00

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Page 41: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 41

Menurut Angka Partisipasi Sekolah tingkat kecamatan

menunjukkan bahwa kecamatan dengan APS yang tertinggi

untuk SD/MI adalah kecamatan Tambaksari dengan nilai 424,90

dan yang terendah adalah kecamatan Asemrowo dengan nilai

23,28 sedangkan untuk tingkat SMP/MTs Genteng menjadi

kecamatan dengan nilai tertinggi untuk APS tingkat SMP/MTs

dengan nilai 1.174,16 dan Tenggilis Mejoyo menjadi kecamatan

dengan nilai APS Terendah untuk tingkat SMP/MTs dengan nilai

19,24. Angka Partisipasi Sekolah menurut kecamatan di Kota

Surabaya Tahun 2010 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 2.13.

Page 42: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.13

Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2010

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah murid

usia 7 – 12 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 7

– 12 tahun

APS SD/MI

Jumlah Murid

usia 13 -15 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 13

– 15 tahun

APS SMP/MTs

1. Karang Pilang 6,842 10,650 64.24 2,917 4,116 70.87

2. Jambangan 3,157 10,005 31.55 2,403 4,065 59.11

3. Gayungan 5,929 10,632 55.77 1,529 4,271 35.80

4. Wonocolo 7,478 6,053 123.54 3,112 2,117 147.00

5. Tenggilis Mejoyo 5,091 19,225 26.48 1,632 8,484 19.24

6. Gunung Anyar 3,706 8,402 44.11 1,207 3,283 36.77

7. Rungkut 8,947 6,360 140.68 4,503 4,799 93.83

8. Sukolilo 8,872 12,347 71.86 4,221 5,177 81.53

9. Mulyorejo 7,046 3,493 201.72 2,721 755 360.40

10. Gubeng 12,811 13,844 92.54 3,586 5,781 62.03

11. Wonokromo 10,820 23,299 46.44 6,313 8,846 71.37

12. Dukuh Pakis 5,305 9,023 58.79 1,922 3,543 54.25

13. Wiyung 4,963 7,072 70.18 1,169 2,616 44.69

Page 43: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah murid usia

7 – 12 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 7

– 12 tahun

APS SD/MI

Jumlah Murid usia

13 -15 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 13

– 15 tahun

APS SMP/MTs

14. Lakarsantri 4,634 8,519 54.4 2,685 3,327 80.70

15. Tandes 8,423 5,029 167.49 2,252 1,628 138.33

16. Sukomanunggal 9,096 4,504 201.95 1,911 1,237 154.49

17. Sawahan 13,897 17,452 79.63 3,346 7,105 47.09

18. Tegalsari 9,305 9,223 100.89 3,095 8,131 38.06

19. Genteng 6,379 4,022 158.6 4,180 356 1,174.16

20. Tambaksari 16,125 3,795 424.9 4,909 985 498.38

21. Kenjeran 11,034 3,875 284.75 6,598 1,018 647.50

22. Simokerto 5,949 3,805 156.35 1,147 2,485 46.16

23. Semampir 12,011 4,664 257.53 2,595 601 431.78

24. Pabean Cantian 3,746 5,336 70.2 2,019 1,710 118.07

25. Bubutan 7,608 8,409 90.47 1,723 3,191 54.00

26. Krembangan 11,549 3,919 294.69 6,784 1,015 668.37

27. Asemrowo 1,930 8,289 23.28 1,132 3,288 34.43

28. Benowo 4,632 4,210 110.02 968 1,092 88.64

Page 44: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah murid usia

7 – 12 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 7

– 12 tahun

APS SD/MI

Jumlah Murid usia

13 -15 tahun

Jumlah

penduduk kelompok usia 13

– 15 tahun

APS SMP/MTs

29. Bulak 5,093 3,847 132.39 1,641 928 176.83

30. Pakal 4,985 4,401 113.27 2,624 1,151 227.98

31. Sambikerep 3,689 4,879 75.61 1,856 1,450 128.00

Jumlah 231,052 248,583 92.9476 88700 98,552 90.00

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Page 45: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 45

Berdasarkan pencapaian keberhasilan angka APK

maupun APS menunjukkan bahwa penduduk usia sekolah baik

pada jenjang sekolah dasar, SMP dan SMA telah memperoleh

kemudahan akses dalam hal pendidikan dan tentunya

menunjukkan bahwa pelaksanaan program Wajib Belajar 9

tahun dan program pendidikan menengah telah mencapai target

pemerintah Kota Surabaya.

Angka kelulusan pada tingkat SD/MI tahun 2006-2010

terus mengalami peningkatan pencapaian dan selalu melampaui

target yang ditentukan. Pada tahun 2006 angka kelulusan

pencapaian sebesar 99,18%, tahun 2007 sebesar 99,30%, tahun

2008 sebesar 99,38%, tahun 2009 dan 2010 naik menjadi

sebesar 100%. Sementara pada tingkat SMP/MTs angka

kelulusan di tahun pada tahun 2006 sebesar 99,83%, tahun

2007 meningkat menjadi 99,86%, tahun 2008 meningkat lagi

menjadi 99,88%, tahun 2009 turun menjadi 98,80% dan tahun

2010 turun lagi menjadi 98,58%.

Sedangkan angka kelulusan pada Tingkat

SMA/SMK/MA tahun 2006-2010 cenderung mengalami naik tiap

tahunnya, pada tahun 2006 angka kelulusan sebesar 97,95%,

pada tahun 2007 meningkat menjadi 98,24%, pada tahun 2008

meningkat menjadi 98,52%, tahun 2009 mengalami sedikit

penurunan menjadi 98,43%, dan tahun 2010 meningkat lagi

menjadi 99,67%.

Berdasarkan pencapaian angka kelulusan (AL) tersebut

menunjukkan bahwa pengelolaan pendidikan baik pada jenjang

sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah

menengah atas telah dilakukan secara optimal dalam rangka

peningkatan standar pelayanan minimal pendidikan di Kota

Surabaya.

Angka Putus Sekolah (APS) di Kota Surabaya dalam

rentang tahun 2006 sampai 2009 menunjukkan kecenderungan

yang menurun baik pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs

Page 46: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 46

ataupun SMA/SMK/MA, seperti yang tersaji dalam Gambar 2.10.

Penyebab utama adanya anak putus sekolah disebabkan oleh

ketidakmampuan orang tua dalam membiayai sekolah anaknya,

tetapi dengan adanya program biaya operasional sekolah, biaya

pendidikan semakin menurun sehingga diharapkan lebih mudah

terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan masih adanya anak

putus sekolah yang disebabkan oleh faktor biaya maka salah

satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Surabaya

untuk mengatasinya adalah melalui penyediaan dana Bantuan

Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) kepada siswa jenjang

SD/MI sampai dengan jenjang SMA/SMK/MA.

Gambar 2. 10 Angka Putus Sekolah (AP S)

Sumber Data: Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2010

Terlihat pula bahwa persentase APS terendah pada

tingkat SD/MI kemudian pada tingkat SMP/MTs dan terbesar

pada tingkat SMA/SMK/MA, namun pada tahun 2009 persentase

APS tingkat SMA/SMK/MA masih lebih rendah dibanding tingkat

SMP/MTs. Hal ini mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat

akan pendidikan semakin meningkat. Selain itu, hal ini juga

memperlihatkan keberhasilan upaya yang telah dilakukan

Page 47: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 47

pemerintah Kota Surabaya melalui kegiatan Penyediaan Biaya

Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Untuk Siswa Kurang

Mampu Tingkat SMA serta siswa SMKN.

Dengan adanya program BOPDA maka jumlah SD/MI

dan SMP/MTs Negeri yang telah membebaskan SPP dan uang

pangkal sebanyak 612 sekolah pada tahun 2006, 602 sekolah

pada tahun 2007, 589 sekolah pada tahun 2008 serta 554

sekolah pada tahun 2009. Terdapat beberapa sekolah negeri

yang mengalami merger maupun penambahan jumlah

kelembagaan pada tahun 2009 sehingga menjadi 554 sekolah

yang terdiri dari 491 Sekolah Dasar Negeri, 2 Madrasah

Ibtidaiyah Negeri, 45 SMP Negeri, 12 SMPN Terbuka, dan 4

Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dapat disampaikan bahwa 554

sekolah Negeri penyelenggara pendidikan dasar tersebut telah

membebaskan SPP dan uang pangkal seluruhnya.

Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

merupakan relevansi pendidikan atas kebutuhan dunia kerja

yang membutuhkan lulusan jenjang pendidikan menengah yang

lebih terampil. Indikasi keberhasilan SMK dalam meningkatkan

kualitas dan relevansi pendidikan terhadap dunia kerja

diantaranya dapat dilihat dari persentase siswa kejuruan yang

diterima bekerja. Pada tahun 2006 siswa kejuruan yang diterima

bekerja mencapai 62% dari total siswa kejuruan yang lulus pada

tahun tersebut. Pada tahun 2007 meningkat menjdi 64,03%.

Pada tahun 2008 menunjukkan peningkatan kembali menjadi

66,07 persen. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar

2,04 point. Namun pada tahun 2009, siswa kejuruan yang

diterima bekerja sekitar 62% sehingga rata-rata pencapaian

keberhasilan dari target yang diharapkan mulai tahun 2006

sampai 2009 sekitar 97,83%. Berdasarkan indikasi-indikasi

tersebut, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kejuruan

semakin berbenah dan mampu menghasilkan lulusan yang siap

kerja.

Page 48: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 48

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan juga

merupakan faktor penting dalam upaya pemerataan dan

perluasan pendidikan, baik dari ketersediaan sekolah, kelas

ataupun guru. Dengan demikian ketersediaan ruang kelas dan

guru pengajar masih kurang memadai sehingga masih

membutuhkan perhatian untuk memperlancar proses belajar

mengajar pada tingkat pendidikan dasar.

Tabel 2.14

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah

di Kota Surabaya Tahun 2006-2010

No Jenjang

Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI

1.1 Jumlah Gedung

Sekolah

1.034 977 945 953 897

1.2 Jumlah

penduduk

kelompok usia

7-12 tahun

270.084 283.406 222.842 272.777 248.583

1.3 Rasio 1 : 261 1 : 290 1 : 236 1 : 286 1 : 277

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Gedung

Sekolah

360 396 369 303 310

2.2 Jumlah

penduduk

kelompok usia

13-15 tahun

114.850 114.591 109.473 115.880 98.552

2.3 Rasio 1 : 319 1 : 289 1 : 297 1 : 382 1 : 318

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Ketersediaan terhadap sarana sekolah juga termasuk

salah satu faktor yang berpengaruh dalam terciptanya iklim

pendidikan yang sehat. Rasio antara Jumlah penduduk

dibandingkan dengan jumlah gedung sekolah dari tahun 2006

sampai tahun 2010 menunjukkan trend yang fluktuatif baik itu

Page 49: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 49

tingkat SD/MI maupun tingkat SMP/MTs. Pada Tingkat SD/MI

misalnya, pada tahun 2006 rasio antara Jumlah penduduk

dibandingkan dengan jumlah gedung sekolah menunjukkan rasio

1:261 dimana rata-rata 1 SD/MI menampung 261 siswa jumlah

ini mengalami trend yang fluktuatif hingga pada tahun 2010

menunjukkan rasio 1:277 dimana rata-rata 1 SD/MI menampung

277 siswa. Sedangkan keadaan yang hampir sama juga

ditunjukkan untuk tingkat SMP/MTs, pada tahun 2006 rasio

antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah gedung

sekolah menunjukkan nilai rasio 1:319 dimana rata-rata 1

SMP/MTs menampung 319 siswa dan pada tahun 2010 rasio

tersebut menjadi 1:319 dimana rata-rata 1 SMP/MTs

menampung 319 siswa.

Rasio antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan

jumlah gedung sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya

pada tahun 2010 menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI,

kecamatan yang memiliki rasio terbesar adalah kecamatan

Tenggilis Mejoyo dengan nilai rasio sebesar 1:961 dimana rata-

rata 1 SD/MI di kecamatan Tenggilis Mejoyo menampung 961

siswa sebaliknya kecamatan yang memiliki rasio terkecil adalah

kecamatan Tambaksari dengan nilai rasio sebesar 1:70 dimana

rata-rata 1 SD/MI di kecamatan Tambaksari menampung 70

siswa. Pada tingkat SMP/MTs kecamatan Asemrowo memiliki

rasio tertinggi yaitu 1:1096 dimana 1 SMP/MTs di Asemrowo

rata-rata menampung 1096 siswa dan kecamatan Semampir

merupakan kecamatan dengan rasio terendah yaitu 1:35 dimana

1 SMP/MTs di Semampir rata-rata menampung 35 siswa. Rasio

antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah gedung

sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 50: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.15 Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk Usia S ekolah

di Kota Surabaya Menurut Kecamatan

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah Gedung

Jumlah

penduduk kelompok usia 7-

12 tahun

Rasio Jumlah Gedung

Jumlah

penduduk kelompok usia

13-15 tahun

Rasio

1 Karang Pilang 23 10.650 1:463 10 4.116 1:412

2 Jambangan 14 10.005 1:715 4 4.065 1:1016

3 Gayungan 21 10.632 1:506 6 4.271 1:712

4 Wonocolo 28 6.053 1:216 8 2.117 1:265

5 Tenggilis Mejoyo 20 19.225 1:961 6 8.484 1: 1414

6 Gunung Anyar 9 8.402 1:934 4 3.283 1:821

7 Rungkut 25 6.360 1:254 12 4.799 1:400

8 Sukolilo 34 12.347 1:363 15 5.177 1:345

9 Mulyorejo 25 3.493 1: 140 13 755 1:58

10 Gubeng 51 13.844 1:271 16 5.781 1:361

Page 51: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

Gedung

Jumlah penduduk

kelompok usia 7-

12 tahun

Rasio Jumlah

Gedung

Jumlah penduduk

kelompok usia

13-15 tahun

Rasio

11 Wonokromo 50 23.299 1:466 19 8.846 1:466

12 Dukuh Pakls 25 9.023 1:361 7 3.543 1:506

13 Wiyung 18 7.072 1:393 5 2.616 1:523

14 Lakarsantri 20 8.519 1:426 8 3.327 1:416

15 Tandes 30 5.029 1:168 14 1.628 1:116

16 Sukomanunggal 31 4.504 1:145 12 1.237 1:103

17 Sawahan 56 17.452 1:312 16 7.105 1:444

18 Tegalsari 43 9.223 1:214 10 8.131 1:813

19 Genteng 22 4.022 1:183 9 356 1:40

20 Tambaksari 54 3.795 1:70 18 985 1:55

21 Kenjeran 33 3.875 1:117 12 1.019 1:85

22 Simokerto 30 3.805 1:127 9 2.485 1:276

Page 52: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

Gedung

Jumlah penduduk

kelompok usia 7-

12 tahun

Rasio Jumlah

Gedung

Jumlah penduduk

kelompok usia

13-15 tahun

Rasio

23 Semampir 50 4.664 1:93 17 601 1:35

24 Pabean Cantian 22 5.336 1:243 7 1.710 1:244

25 Bubutan 38 8.409 1:221 9 3.191 1:355

26 Krembangan 41 3.919 1:96 18 1.015 1:56

27 Asemrowo 9 8.289 1:921 3 3.288 1:1096

28 Benowo 16 4.210 1:263 4 1.092 1:273

29 Bulak 21 3.847 1:183 5 928 1:186

30 Pakal 22 4.401 1:200 7 1.151 1:164

31 Sambikerep 16 4.879 1:305 7 1.450 1:207

Jumlah 897 248.583 1:277 310 98.552 1:318

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Page 53: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 53

Kebutuhan guru yang memenuhi kualifikasi menjadi

sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas dan

pemerataan pendidikan di semua jenjang pendidikan. Dengan

pendidikan guru yang sesuai dengan standar kualifikasi maka

diharapkan akan mampu menghasilkan kualitas siswa didik yang

lebih berkualitas pula. Dan tentunya juga dibutuhkan

ketersediaan guru yang berkompetensi di setiap sekolah.

Tabel 2.16 Jumlah Guru dan Mur id Jenjang

Pendidikan Dasar

No Jenjang

Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

1 SD/MI

1.1 Jumlah Guru 13.560 13.532 13.807 12.841 13.809

1.2 Jumlah murid 284.128 298.143 250.519 286.951 261.509

1.3 Rasio 1 : 21 1 : 22 1 : 18 1 :22 1 : 19

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah guru 9.172 8.923 9.763 9.331 7.399

2.2 Jumlah murid 114.058 114.030 109.046 115.331 103.480

2.3 Rasio 1 : 12 1 : 13 1 : 11 1 : 12 1 : 14

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Rasio antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah

guru dari tahun 2006 sampai tahun 2010 menunjukkan trend

yang fluktuatif baik itu tingkat SD/MI maupun tingkat SMP/MTs.

Pada Tingkat SD/MI misalnya, pada tahun 2006 rasio antara

jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru menunjukkan 1:

21 dimana rata-rata 1 guru di Surabaya menangani 21 siswa.

Jumlah ini mengalami trend yang fluktuatif hingga pada tahun

2010 menunjukkan nilai rasio 1:19 dimana rata-rata 1 guru

menangani 19 siswa. Sedangkan keadaan yang hampir sama

juga ditunjukkan untuk tingkat SMP/MTs, pada tahun 2006 rasio

antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru

Page 54: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 54

menunjukkan 1:12 dimana rata-rata 1 guru menangani 12 siswa

dan pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 1: 14

dimana rata-rata 1 guru menangani 14 siswa.

Rasio antara jumlah murid dibandingkan dengan jumlah

guru menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010

menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI, kecamatan yang

memiliki rasio terbesar adalah kecamatan Gununganyar dengan

rasio 1 : 25 dimana rata-rata 1 guru SD/MI di Gununganyar

menangani 25 siswa sebaliknya kecamatan yang memiliki rasio

terkecil adalah kecamatan Mulyorejo dengan nilai rasio sebesar

1 : 14 dimana rata-rata 1 guru SD/MI di Mulyorejo menangani 14

siswa. Pada tingkat SMP/MTs kecamatan Asemrowo memiliki

rasio tertinggi yaitu 1 : 22 dimana 1 guru SMP/MTs di Asemrowo

rata-rata menangani 22 siswa dan kecamatan Simokerto

merupakan kecamatan dengan rasio terendah yaitu 1 : 8 dimana

1 guru SMP/MTs di Simokerto rata-rata menangani 8 siswa.

Rasio antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru

sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 55: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.17

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menu rut Kecamatan

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio

1 Karang Pilang 333 7.767 1: 23 295 3.723 1 : 13

2 Jambangan 191 3.439 1 : 18 187 2.792 1 : 15

3 Gayungan 450 6.751 1 : 15 122 1.441 1 : 12

4 Wonocolo 414 8.383 1 : 20 216 3.546 1 : 16

5 Tenggilis Mejoyo 292 5.549 1 : 19 105 1.659 1 : 16

6 Gununganyar 158 4.009 1 : 25 62 1.018 1 : 16

7 Rungkut 447 9.961 1 : 22 430 5.287 1 : 12

8 Sukolilo 674 10.094 1 : 15 359 5.328 1 : 15

9 Mulyorejo 557 8.013 1 : 14 323 3.915 1 : 12

10 Gubeng 875 14.653 1 : 17 380 4.054 1 : 11

Page 56: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio

11 Wonokromo 688 12.461 1 : 18 553 8.153 1 : 15

12 Dukuh Pakis 391 6.078 1 : 16 168 2.068 1 : 12

13 Wiyung 361 5.591 1 : 15 68 1.028 1 : 15

14 Lakarsantri 269 5.325 1 : 20 254 3.272 1 : 13

15 Tandes 451 9.629 1 : 21 173 2.393 1 : 14

16 Sukomanunggal 563 10.271 1 : 18 105 1.895 1 : 18

17 Sawahan 733 16.039 1 : 22 277 4.067 1 : 15

18 Tegal Sari 571 10.665 1 : 19 180 3.390 1 : 19

19 Genteng 400 7.201 1 : 18 349 5.267 1 : 15

20 Tambaksari 835 18.031 1 : 22 438 6.405 1 : 15

21 Kenjeran 487 12.097 1 : 25 382 7.384 1 : 19

Page 57: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio

22 Simokerto 387 6.763 1 : 17 167 1.392 1 : 8

23 Semampir 673 13.692 1 : 20 309 2.959 1 : 10

24 Pabean Cantian 231 4.272 1 : 18 173 2.242 1: 13

25 Bubutan 521 8.739 1 : 17 176 1.824 1: 10

26 Krembangan 644 13.327 1 : 21 515 8.471 1 : 16

27 Asemrowo 107 2.125 1 : 20 52 1.127 1 : 22

28 Benowo 245 5.191 1 : 21 60 764 1 : 13

29 Bulak 293 5.651 1 : 19 157 1.666 1: 11

30 Pakal 331 5.671 1 : 17 177 2.880 1 : 16

31 Sambi Kerep 237 4.071 1 : 17 187 2.070 1: 11

Jumlah 13.809 261.509 1 : 19 7.399 103.480 1 : 14

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Page 58: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 58

Dalam upaya meningkatkan minat dan budaya gemar

membaca masyarakat Kota Surabaya dan meningkatkan akses

dan kualitas perpustakaan, pemerintah Kota Surabaya berupaya

dengan menyediakan perpustakaan daerah, perpustakaan

keliling yang menggunakan sarana angkutan bis keliling yang

melayani di sekolah-sekolah dan taman, menyediakan Taman

Bacaan Masyarakat (TBM) di kelurahan dan kecamatan, bahkan

ada pula ditempat-tempat pelayanan publik lainnya seperti

puskesmas, taman-taman kota, balai RW, Rusun dan Liponsos.

Kondisi jumlah pengunjung perpustakaan daerah setiap

tahunnya mengalami peningkatan yaitu 93.335 pengunjung pada

tahun 2006, 140.232 pengunjung pada tahun 2007, 315.432

pengunjung pada tahun 2008, 343.271 pengunjung pada tahun

2009, dan 1.292.388 pada tahun 2010. Demikian pula dengan

Koleksi buku setiap tahunnya selalu ditambah untuk

memperkaya perpustakaan-perpustakaan tersebut sehingga

semakin menambah minat baca masyarakat. Keberadaan

koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah setiap

tahunnya terus meningkat, pada tahun 2006 tercatat sebanyak

10.000 buku dengan 7.935 judul buku dan menjadi 96.520 buku

dengan 10.358 judul buku pada tahun 2010. Distribusi koleksi

buku tersebut sebagian besar berada di Taman Bacaan

Masyarakat (TBM) Kecamatan, Kelurahan dan Balai RW yaitu

44.36 persen atau 42.817 buku, kemudian terdapat di

perpustakaan sekolah 17.61 persen atau 17.000, di

perpustakaan umum 10.81 persen atau 10.436, di PAUD 9.84

persen atau 9.500 buku, untuk bis keliling Taman Bungkul,

Taman Prestasi, dan TBM Kebun Bibit 5.83 persen atau 5.628

buku, di TBM Rumah Susun 4.12 persen atau 3.978 buku,

layanan paket 3.46 persen atau 3.341 buku, di TBM Liponsos

1.99 persen atau 1.920 buku, sudut baca di Puskesmas 1.35

Page 59: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 59

persen atau 1300 buku, Masjid Muhajirin 0.52 % atau 500 buku,

dan RS. Bhakti Dharma Husada 0.10 persen atau 100 buku.

Atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam

meningkatkan pelayanan perpustakaan dan minat baca

masyarakat, Pemerintah Kota Surabaya berhasil mendapatkan

penghargaan Unit Kerja/Kantor Pelayanan Masyarakat

Percontohan Jawa Timur Tahun 2010 oleh Gubernur Jawa Timur

pada tahun 2010.

b. Kesehatan

Arah pembangunan kesehatan di kota Surabaya selama

tahun 2006-2010 secara umum adalah untuk mewujudkan

kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat

kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang

lingkungan sehat dan perilaku sehat.

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan

merupakan faktor penting dalam pelayanan kesehatan

masyarakat. Jumlah fasilitas kesehatan di Kota Surabaya dalam

rentang tahun 2005-2010 relatif menunjukkan adanya

peningkatan. Pada tahun 2005 tercatat terdapat 43 Rumah Sakit

meningkat menjadi 50 Rumah Sakit pada tahun 2010. Jika

dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka rasio rumah

sakit dengan jumlah penduduk adalah sekitar 1:78.470. Menurut

standar pelayanan minimal, setiap rumah sakit dapat melayani

240.000 penduduk. Dengan demikian keberadaan rumah sakit di

Kota Surabaya dapat dikatakan sudah memadai.

Sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat,

Puskesmas di Kota Surabaya tercatat sebanyak 53 unit pada

tahun 2010. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka

rasio antara Puskesmas dengan penduduk adalah 154.781,

sementara menurut standar pelayanan minimal kesehatan,

setiap puskesmas minimal melayani sekitar 30.000 penduduk.

Sehingga secara rasio masih terdapat kekurangan saranan

Page 60: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 60

kesehatan dasar/ puskesmas di Kota Surabaya. Namun

demikian, untuk mengatasi kekurangan tersebut, setiap

Puskesmas di Kota Surabaya ini memiliki puskesmas pembantu

(Pustu) masing-masing sekitar 1-2 unit sehingga sampai dengan

tahun 2010 tercatat terdapat 69 Pustu. Ditambah lagi dengan

keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar

hampir di setiap Rukun Warga (RW) sehingga tercatat sebanyak

2,794 unit. Selain itu, untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat, terdapat 38 Puskesmas yang memberikan

pelayanan diluar jam kerja yaitu pada hari Senin sampai dengan

Sabtu, pukul 14.00 – 19.00 WIB serta puskesmas dengan

layanan spesialis sebanyak 25 unit. Ketersediaan dokter atau

tenaga medis merupakan salah satu faktor yang menentukan

dalam terciptanya keseimbangan dalam dunia kesehatan.

Jumlah dokter yang ada di Kota Surabaya dari tahun 2005-2010

terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah dokter

yang tercatat adalah sebanyak 2.398 dokter dan pada tahun

2010 sudah meningkat sebanyak 3.899 dokter. Jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk maka rasio antara

jumlah dokter dengan jumlah penduduk adalah 1:753 dimana 1

dokter menangani sekitar 753 penduduk kota Surabaya pada

tahun 2010. Selain itu terlihat peran yang semakin besar oleh

pihak swasta dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan

memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, hal ini

telihat dari semakin meningkatnya jumlah klinik kesehatan yang

dikelola oleh pihak swasta. Dengan demikian dapat dikatakan

jumlah fasilitas kesehatan di Kota Surabaya relatif sudah lebih

baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Namun demikian pemerintah Kota Surabaya harus

tetap mempertimbangkan pertumbuhan penduduk yang tentunya

secara otomakebutuhan fasilitas kesehatan akan bertambah.

Dari data di atas diperoleh gambaran bahwa cakupan

pelayanan kesehatan masyarakat semakin meluas melalui

Page 61: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 61

pengembangan sarana dan prasarana serta tenaga medis dan

paramedis disamping semakin meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan bagi

dirinya dan keluarganya. Namun demikian masih dialami kasus-

kasus penyakit menular yang terjadi di Kota Surabaya seperti

demam berdarah, infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA),

diare, dan HIV/AIDS.

Atas berbagai upaya yang telah dilakukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan akses serta

mutu pelayanan kesehatan tersebut, Pemerintah Kota

mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain yaitu

Pemenang Otonomi Award 2009 Special Category (Region in an

inovative brekthrough on health service) dari JPIP (the jawa pos

institute of pro-otonomi) kepada Kota Surabaya dan Manggala

Karya Bhakti Husada Arutala dari Menteri Kesehatan RI kepada

Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2009.

c. Pekerjaan Umum

c.1. Sarana Prasarana Jalan dan Jembatan

Sistem jaringan jalan di kota Surabaya membentuk

pola grade dengan pusat-pusat pertumbuhan primer dan

sekunder saat ini tersebar di koridor Utara dan Selatan serta

Timur dan Barat Kota. Panjang ruas jalan di kota Surabaya

pada tahun 2010 sepanjang 1.911,34 km yang terdiri atas

ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota. Terkait

kondisi jalan saat ini, dari total 11,021 ruas jalan di Surabaya

terdapat 9,632 ruas jalan masih layak, 1,374 ruas jalan yang

harus diperbaiki, dan 15 ruas masih dalam perbaikan.

Adapun masalah utama pada sistem jaringan jalan di

Surabaya adalah sebagai berikut :

• Kemacetan dan rendahnya tingkat aksesibilitas ke

beberapa wilayah di kota Surabaya. Masalah kemacetan

yang terjadi di koridor Utara-Selatan saat ini disebabkan

Page 62: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 62

karena koridor tersebut secara alami telah terbentuk dan

akses koridor terhubung dengan sempurna sehingga

pusat pusat kegiatan primer dan sekunder lebih dahulu

tumbuh dengan pesat pada wilayah koridor ini dari pada

wilayah yang dihubungkan oleh koridor Timur-Barat.

Pada wilayah koridor Timur-Barat Surabaya saat ini

mulai tumbuh dengan pesat namun masih belum

didukung oleh akses yang sempurna untuk

menghubungkan kedua wilayah tersebut sehingga

apabila pergerakan menuju wilayah Timur atau wilayah

Barat harus melewati pusat kota dan pada akhirnya lalu

lintas akan menumpuk pada koridor Utara-Selatan Kota.

Isu lain yang menjadi pendorong terjadinya masalah

kemacetan adalah terdapatnya ruas jalan yang

berbentuk bottle neck sehingga menghambat arus lalu

lintas serta adanya persimpangan yang sebidang

dengan rel kereta.

• Volume kendaraan yang semakin meningkat

mengakibatkan kapasitas jalan menjadi semakin kecil

jika tidak diimbangi dengan peningkatan jaringan dan

kapasitas jalan. Tabel 2.18 dibawah mengindikasikan

bahwa sistem jaringan jalan Kota Surabaya secara

mayoritas sudah tidak sanggup lagi mengimbangi

pertumbuhan volume kendaraan. Hal ini juga terlihat dari

tingkat pelayanan jaringan jalan berdasarkan angka

rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas ruas jalan

(V/C ratio) berkisar pada angka 0,7.

Page 63: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 63

Volume Kapasitas DS Volume Kapasitas DS Volume Kapasitas DS Volume Kapasitas DS

(smp/jam) (smp/jam) (smp/jam) (smp/jam) (smp/jam) (smp/jam) (smp/jam) (smp/jam)

1 A. Yani (Polda) 8,757 9,742 0.90 8,757 9,742 0.90 8,757 9,742 0.90 8,757 9,742 0.90

2 A. Yani (Waru) 11,034 9,742 1.13 11,034 9,742 1.13 11,034 9,742 1.13 11,034 9,742 1.13

3 Bubutan 5,006 6,215 0.81 5,006 6,215 0.81 5,006 6,215 0.81 5,006 6,215 0.81

4 Darmahusada 3,706 5,078 0.73 3,706 5,078 0.73 3,706 5,078 0.73 3,706 5,078 0.73

5 Darmawangsa 2,966 6,105 0.49 2,966 6,105 0.49 2,966 6,105 0.49 2,966 6,105 0.49

6 Diponegoro 4,206 9,810 0.43 4,000 9,810 0.41 4,000 9,810 0.41 4,000 9,810 0.41

7 Dupak 4,265 9,810 0.43 4,265 9,810 0.43 4,265 9,810 0.43 4,265 9,810 0.43

8 Embong Malang 5,112 7,453 0.69 4,650 7,453 0.62 4,650 7,453 0.62 4,650 7,453 0.62

9 Gresik 2,343 3,603 0.65 2,343 3,603 0.65 2,343 3,603 0.57 2,343 4,103 0.57

10 Gubeng 5,627 6,539 0.86 5,120 6,539 0.78 5,120 6,539 0.78 5,120 6,539 0.78

11 Gunungsari 5,003 5,483 0.91 4,852 5,483 0.88 4,852 5,483 0.88 4,852 5,483 0.88

12 HR. Muhammad 4,902 9,384 0.52 4,902 9,384 0.52 4,902 9,384 0.50 4,902 9,884 0.50

13 Mastrip 1,516 2,770 0.55 1,516 2,770 0.55 1,516 2,770 0.55 1,516 2,770 0.55

14 Mayjen Sungkono 7,690 8,744 0.88 7,690 8,744 0.88 7,690 8,744 0.88 7,960 8,744 0.88

15 Menganti 1,674 2,371 0.71 1,674 2,371 0.71 1,674 2,371 0.71 1,674 2,371 0.71

16 Ngagel 2,891 5,792 0.50 2,891 5,792 0.50 2,891 5,792 0.50 2,891 5,792 0.50

17 Nginden 5,564 9,504 0.59 5,564 9,504 0.59 5,564 9,504 0.59 5,564 9,504 0.59

18 Oso Wilangun 1,610 3,293 0.49 1,610 3,293 0.49 1,610 3,293 0.49 1,610 3,293 0.49

19 Pahlawan 5,240 12,055 0.43 5,240 12,055 0.43 5,240 12,055 0.43 5,240 12,055 0.43

20 Panglima Sudirman 6,965 8,234 0.85 6,965 8,234 0.85 6,965 8,234 0.85 6,965 8,234 0.85

21 Prof. Dr. Moestopo 5,783 10,137 0.57 5,783 10,137 0.57 5,783 10,137 0.57 5,783 10,137 0.57

22 Rajawali 3,187 7,913 0.40 3,187 7,913 0.40 3,187 7,913 0.40 3,187 7,913 0.40

23 Raja Rungkut 3,566 5,504 0.65 3,586 5,504 0.65 3,586 5,504 0.65 3,586 5,504 0.65

24 Raya Wonokromo 9,724 9,181 1.06 9,724 9,181 1.06 9,724 9,181 1.06 9,724 9,181 1.06

25 Rungkut Industri 5,461 8,997 0.61 5,461 8,997 0.61 5,461 8,997 0.61 5,461 8,997 0.61

26 Rungkut Menanggal 2,383 2,386 1.00 2,383 2,386 1.00 2,383 2,386 1.00 2,383 2,386 1.00

27 Semarang 2,307 2,986 0.77 2,307 2,986 0.77 2,307 2,986 0.77 2,307 2,986 0.77

28 Tandes 3,025 3,127 0.97 3,025 3,127 0.97 3,025 3,127 0.97 3,025 3,127 0.97

29 Tunjungan 5,926 7,499 0.79 5,926 7,499 0.79 5,926 7,499 0.79 5,926 7,499 0.79

30 Urip Sumoharjo 10,421 10,002 1.04 10,421 10,002 1.04 10,421 10,002 1.04 10,421 10,002 1.04

31 Wiyung 2,435 2,589 0.94 2,435 2,589 0.94 2,435 2,589 0.94 2,435 2,589 0.94

32 Banyu Urip 1,360 2,350 0.58

33 Semolowaru 1,465 2,350 0.62

34 Menur 0 2,350 0.00

35 Frontage Road A.Yani 3,285 3,425 0.96

22.35 22.15 22.05 24.20

0.72 0.71 0.71 0.69

J U M L A H

RATA - RATA

No. Nama Ruas Jalan

J U M L A H

RATA - RATA

2009200820072006

J U M L A H

RATA - RATA

J U M L A H

RATA - RATA

Tabel 2.18

Data V/C Ratio di Beberapa Ruas Jalan SurabayaTahun 2006 – 2009

Sumber : Hasil Survey Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, 2009

Page 64: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 64

c.2. Pematusan Kota

Banjir dan genangan di jalan berakibat pada

gangguan terhadap mobilisasi penduduk karena

menyebabkan/meningkatkan kemacetan lalu lintas dan

beresiko terhadap penurunan kesehatan masyarakat apabila

permukiman terjangkit wabah penyakit akibat banjir. Upaya

yang telah dilakukan adalah pengembangan sistem drainase.

Secara administrasi Kota Surabaya memiliki luas area 33.048

ha, namun untuk rencana pengembangan sistem drainase

perlu ditambahkan sekitar 3.000 ha di bagian Barat

(Kabupaten Gresik) dan Selatan kota (Kabupaten Sidoarjo)

serta 500 ha tanah reklamasi di pantai Timur. Sistem drainase

Kota Surabaya dibagi dalam 5 (lima) wilayah rayon, yaitu

rayon Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes

dengan total luas wilayah pematusan kurang lebih sebesar

36.396,46 ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.19

Luas Wilayah Pematusan Berdasarkan Rayon

Rayon Pematusan Luas Wilayah

Pematusan (ha)

Genteng 3.841

Gubeng 7.123

Jambangan 7.421

Wiyung 7.290,27

Tandes 10.721,19

Total 36.396,46

Sumber: Surabaya Drainage Master Plan 2018, Review

Berdasarkan sejarah pengembangan drainase

perkotaan di Surabaya, beberapa dari saluran-saluran yang

dulu dirancang untuk penyediaan irigasi sekarang beralih

Page 65: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 65

fungsi sebagai saluran drainase seiring dengan pesatnya

pertumbuhan kawasan terbangun. Dalam peralihan fungsi

saluran irigasi menjadi saluran drainase diperlukan banyak

perbaikan dan penggalian pada elevasi yang lebih rendah

karena adanya prinsip konstruksi saluran irigasi yang berbeda

dengan prinsip konstruksi saluran drainase dimana saluran

irigasi umumnya menyempit di bagian hilir. Upaya-upaya

yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah

mengubah irigasi menjadi drainase beberapa saluran antara

lain: Saluran Menur sepanjang 572 meter, Saluran

Semolowaru sepanjang 649 meter dan Saluran Gunungsari

(Banyuurip) sepanjang 2.878 meter yang dilakukan secara

bertahap pada tahun 2009 - 2010 mulai Jl. Girilaya sampai

dengan Jl. Simojawar. Upaya perubahan fungsi saluran irigasi

ini diharapkan dapat terus berlanjut agar dapat memperbaiki

kondisi drainase di Kota Surabaya. Untuk mengurangi

genangan yang terjadi pada musim hujan, dilakukan

pengerukan saluran secara rutin, rehabilitasi dan

pembangunan saluran serta peningkatan kapasitas pompa

banjir. Sampai dengan tahun 2010 Kota Surabaya memiliki 42

rumah pompa yang melayani areal seluas 32 sampai 1.500

ha (lihat tabel 2.20). Sementara untuk melindungi daerah

rendah di pesisir dari genangan air selama pasang tertinggi

dan mencegah terjadinya back water, maka dibangun tanggul

dan pintu-pintu laut pada saluran primer. Terkait dengan hal

tersebut, upaya penambahan pompa dan pintu laut di muara-

muara saluran masih sangat diperlukan.

Page 66: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 66

Tabel 2.20

Rumah Pompa Eksisting di Kota Surabaya Tahun 2010

No Lokasi No Lokasi No Lokasi

1 PA. Kalikepiting 15 PA. Flores 29 PA. Balong

2 PA. Dharmahusada 16 PA. Bratang

(Boezem) 30 PA. Kalibokor

3 PA. Mulyorejo

(Galaxy) 17 PA. Semolowaru I 31 PA. Pandugo

4 PA. Kalidami Screw 18 PA. Grahadi 32 PA. Kalirungkut

5 PA. Pesapen 19 PA. Kutisari 33 PA. Kebon agung

6 PA. Simolawang 20 PA. Kalidami

Boezem I 34

PA. Wonorejo

(boezem)

7 PA. Kenari 21 PA. Kenjeran 35 PA. Kedung Asem

8 PA. Dinoyo 22 PA. Gunungsari II 36 PA. Jemur

Andayani

9 PA. Darmokali 23 PA. Semolowaru II 37 PA. Mulyosari

Ring Road ITS

10 PA. Tidar 24 PA. Kalisari 38 PA. Kalidami

Boezem II

11 PA. Jagir/Kalimir 25 PA. Kalijudan 39 PA. Jeblokan

12 PA. Gunungsari I 26 PA. Dupak

Bandarejo 40 PA. Tambakwedi

13 PA. Keputran 27 PA. Asem Jaya 41 PA. Boezem

Morokrembangan

14 PA. Wonorejo I 28 PA. Greges 42 PA. Medokan

Semampir

Kondisi topografi Kota Surabaya terdiri atas perbukitan

di bagian barat, relatif rendah di pantai sisi utara dan timur

serta daerah datar di sisi selatan. Oleh karenanya

pengendalian banjir di kota ini tidak cukup hanya dengan

penambahan kapasitas saluran dan pompa banjir saja,

namun juga perlu ditambah dengan kolam

Page 67: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 67

penampungan/boezem/waduk. Pembangunan boezem di hilir

dimaksudkan untuk menampung aliran dari catchment area

sebelum pada akhirnya dipompa ke laut. Saat ini Kota

Surabaya didukung oleh 5 boezem utama yaitu boezem

Morokrembangan, Kedurus, Kalidami, Bratang dan Wonorejo.

Dalam rangka penerapan sistem drainase

berwawasan lingkungan dan mewujudkan upaya konservasi

serta pelestarian air, maka perlu juga dilakukan

pembangunan waduk di daerah hulu. Tujuannya antara lain

untuk menahan air di daratan selama mungkin sehingga

dapat mengurangi laju aliran air permukaan ke hilir dan

menstabilkan permukaan air tanah pada musim kemarau.

Revitalisasi waduk-waduk BTKD di daerah Surabaya barat

dan pemanfaatan fasum fasos milik pengembang sangat

berpotensi untuk menambah resapan di hulu.

Selama 5 tahun terakhir telah dapat diturunkan area

genangan seluas 832,93 ha dari luas area genangan semula

3.016 ha pada tahun 2005 menjadi 2.183,07 ha pada tahun

2009. Waktu genangan 6 jam pada tahun 2005 dapat

diturunkan menjadi 0,98 jam pada tahun 2009. Begitu pula

dengan tinggi genangan, semula 40 cm pada tahun 2005

menjadi 20,36 cm pada tahun 2009. Capaian tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.11, Gambar 2.12 dan Gambar 2.13

dibawah ini.

Page 68: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 68

Gambar 2. 11 Luas Area Genangan Kota Surabaya (2005 – 2009)

2183,07

3016 2931

2825,22411,7

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2005 2006 2007 2008 2009

Lua

s (h

a)

Gambar 2.12 Waktu Genangan Kota Surabaya (2005 – 20 09)

0,98

6

3,25

2,5

1,5

0

1

2

3

4

5

6

7

2005 2006 2007 2008 2009

Wa

ktu

(ja

m)

Gambar 2.13 Tinggi Genangan Kota Surabaya (2005 – 2 009)

20,36

40

2127 25,58

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2005 2006 2007 2008 2009

Tin

ggi (c

m)

Page 69: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 69

d. Perumahan

Kawasan perumahan adalah kawasan yang

pemanfaatannya sebagai perumahan serta berfungsi sebagai

tempat tinggal yang dilengkapi dengan penyediaan sarana dan

prasarana lingkungan. Kawasan perumahan di Kota Surabaya

tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya dengan distribusi

kawasan perumahan terbesar di Kota Surabaya terdapat di

wilayah Surabaya Timur dengan persentase 12 persen dari

luas wilayah Kota Surabaya. Sedangkan untuk kawasan

Surabaya Barat distribusi perumahannya paling sedikit yaitu 2

persen. Secara keseluruhan luasan kawasan perumahan di

Surabaya sebesar 38,14 persen dari luas wilayah Kota

Surabaya.

Gambar 2.14

Persebaran Perumahan dan Permukiman di Kota Suraba ya

Sumber : RP4D Kota Surabaya, 2008

Page 70: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 70

Jenis perumahan yang ada di Kota Surabaya

terklasifikasi dalam perumahan formal dan informal.

Perumahan formal yaitu jenis perumahan yang didirikan oleh

pengembang dan/atau pemerintah, seperti real estate di

wilayah Perumahan Galaxy, Pakuwon, Citraland, dan

perumahan militer. Dan sampai dengan tahun 2011, terdapat

128 pengembang real estate yang ada di Kota Surabaya

dengan luas total 4.983.61 Ha. Sedangkan perumahan

informal adalah perumahan yang dibangun dengan swadaya

masyarakat seperti rumah perkampungan, yang dimaksudkan

dengan kampung di sini adalah perumahan dan permukiman

legal di kota yang berkembang atas inisiatif dan kemampuan

masyarakat secara mandiri. Karakter yang tampak pada

penduduk di perkampungan adalah adanya homogenitas dan

nilai kebersamaan yang lebih kental karena telah lama tinggal

berkelompok pada satu wilayah.

Daya tarik Kota Surabaya telah mengakibatkan

tumbuhnya penduduk kota dalam jumlah besar yang

diakibatkan tingginya angka urbanisasi ke kota. Kondisi ini

menyebabkan dibutuhkannya keseimbangan antara

penambahan rumah tangga dengan penyediaan rumah.

Perkembangan harga lahan dan perkembangan biaya

mendirikan bangunan menyebabkan harga rumah di Kota

Surabaya semakin meningkat dan menyebabkan banyaknya

penduduk yang tidak mampu menjangkau harga rumah.

Munculnya rumah-rumah kumuh dan rumah-rumah

illegal memberikan indikasi adanya ketidakseimbangan antara

jumlah perumahan dengan jumlah penduduk. Jumlah

bangunan rumah (vertikal dan horisontal) yang ada di Kota

Surabaya saat ini adalah ± 678.058 unit rumah. Jumlah

penduduk sebesar 2.947.003 jiwa. Dengan asumsi rata-rata

anggota KK adalah 4 jiwa, maka seharusnya jumlah rumah

yang ada di kota Surabaya adalah 736.751 unit. Berdasarkan

Page 71: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 71

kondisi tersebut, maka selisih antara kebutuhan akan rumah

dengan jumlah rumah yang ada/ tersedia, menjadi nilai

kekurangan/backlog kuantitas rumah di Kota Surabaya saat

ini, yaitu sebesar 58.693 unit.

Pemerintah kota telah mengupayakan penyediaan

lahan bagi terbangunnya rumah sederhana layak huni yang

memiliki konsep pembangunan vertikal dengan dukungan

dana dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Di

Kota Surabaya terdapat beberapa 8 rusun yang dikelola oleh

Pemerintah Kota Surabaya (Lihat tabel 2.21).

Tabel 2.21

Rusun di Kota Surabaya

No Nama

Rusun Lokasi

Tipe

(m2)

Jum lah

Blok

Jum

lah Unit

Luas Lahan

(m2)

Jum lah

Lantai

1. Dupak

Bangun

Rejo

Kel. Dupak

Kec.

Krembangan

18 6 150 3.000 4

2. Sombo Kel.Simolawan

g Kec.

Simokerto

18 10 618 25.000 4

3. Urip

Sumo

harjo

Kel. Embong

kaliasin

Kec. Genteng

21 3 120 3.500 4

4. - Penjari

ngan Sari

I

Kel. Penjari

ngan Sari

Kec. Rungkut

18 3 250 9.000 4

- Penjari

ngan Sari

II

21 6 288 9.000 4

- Penjaring

an Sari III

24 2 96 6.000 4

5. - Wonorejo

I

Kel. Wonorejo

Kec.

21 2 96 2.500

4

Page 72: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 72

No Nama Rusun

Lokasi Tipe (m2)

Jum

lah Blok

Jum lah Unit

Luas

Lahan (m2)

Jum

lah Lantai

- Wonorejo

II

KarangPilang 21 4 192 4

6. Waru

Gunung

Kel. Waru

Gunung Kec.

Karang Pilang

21 10 480 29.845 4

92 unit

usaha

28 unit

fasum

7. Randu Kel. Sidotopo

Wetan Kec.

Kenjeran

21 6 288 6.800 5

8. - Tanah

Merah I

Kel. Tanah

Kalikedinding

Kec. Kenjeran

21 4 192 6.000 5

- Tanah

Merah II

24 4 192 6.000 5

TOTAL (m 2) 56 2.520 106.645

TOTAL (ha) 10,664

Gambar 2. 15 Luasan Total Rusunawa yang dikelola P emkot

Surabaya 10,664 Ha

Page 73: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 73

Selain mengupayakan konsep pembangunan rumah

sederhana layak huni vertikal, Pemerintah Kota Surabaya juga

mengupayakan perbaikan sarana prasarana di lingkungan

permukiman kumuh melalui kegiatan Perbaikan Kampung

Terpadu (KIP Komprehensif) pada tahun 2002-2006,

Pembenahan Lingkungan Perkampungan (PLP) pada tahun

2006-2008, dan NUSSP (Neigborhood Upgrading and Shelter

Sector Program) pada tahun 2011.

Program perumahan dan permukiman yang telah

dilaksanakan untuk RPJMD Kota Surabaya tahun 2006-2010,

ditujukan bagi masyarakat miskin di perkotaan khususnya

yang terkait dengan ketidakterjangkauan finansial masyarakat

guna memperoleh perumahan yang layak serta kemampuan

meningkatkan sarana prasarana lingkungan permukimannya

sedangkan sasaran programnya adalah terciptanya

kelengkapan standar sanitasi maupun utilitas umum.

Pembangunan dibidang perumahan dan permukiman tidak

berarti hanya membangun perumahan atau permukiman baru,

akan tetapi juga menjaga kualitas sarana prasarana

permukiman itu menjadi lebih baik, lebih sehat dan tidak

kumuh. Pemerintah Kota Surabaya sangat menaruh perhatian

pada ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan

permukiman ini, utamanya kawasan kumuh karena pada

umumnya sarana prasarana yang tersedia kurang memadai

khususnya dalam hal penyediaan sanitasi sehingga berakibat

pada rendahnya kualitas kesehatan masyarakat.

Terkait dengan, ketersediaan sarana dan prasarana

dasar lingkungan permukiman di Kota Surabaya seperti listrik,

air bersih dan sanitasi yang layak, dapat di ketahui pada tahun

2009 jumlah pelanggan listrik rumah tangga di Kota Surabaya

telh mencapai 726,405 Rumah Tangga (RT) (Sumber :

Surabaya Dalam Angka 2010). Sedangkan layanan air bersih

bagi masyarakat Kota Surabaya, hampir sebagian besar

Page 74: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 74

perumahan baik perumahan formal maupun perumahan

kampung di Kota Surabaya di layani sambungan air minum

oleh PDAM, dan setiap tahun jumlah pelanggan PDAM

kategori rumah tangga terus meningkat, dari tahun 2007

sebanyak 342.509 RT yang terlayani, tahun 2008 meningkat

menjadi 355.799 (RT) dan meningkat lagi menjadi 367.456

RT dan meningkat lagi menjadi 367.456 RT (Sumber : PDAM

Surya Sembada Online, 2011).

Untuk memenuhi kebutuhan prasarana sanitasi bagi

perumahan di Kota Surabaya saat ini belum terdapat jaringan

pembuangan limbah. Sebagian besar perumahan di Kota

Surabaya mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site)

terutama untuk pembuangan limbah manusia. Sistem sanitasi

tersebut meliputi tangki septik, sumur resapan, serta jamban.

Berdasarkan hasil pengambilan sampel jamban keluarga di

wilayah Kota Surabaya, dapat diketahui bahwa dari 693.986

KK yang telah memiliki jamban keluarga sebesar 86,64%

Sebagian besar perumahan telah memiliki fasilitas ini

pada masing-masing rumah tangga tetapi pada perumahan

kampung padat fasilitas tersebut bersifat komunal atau

digunakan untuk sekelompok keluarga. Penyediaan sistem

sanitasi pengolahan limbah domestik terpusat (off site system)

diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas lingkungan

hidup. Secara bertahap sistem sanitasi tersebut akan

ditingkatkan menjadi sistem komunal yang terintegrasi dengan

sistem sanitasi pengolahan limbah domestik perkotaan.

e. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan

tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Untuk

mencapai target-target tahunan yang telah ditetapkan di dalam

Page 75: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 75

RPJMD diperlukan instrumen kebijakan yang berisi satu atau

lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD.

Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur

pencapaian kinerja peningkatan efektifitas perencanaan dan

pembangunan adalah prosentase Ketepatan Waktu

Penyusunan Dokumen Perencanaan. Yang dimaksud

Ketepatan Waktu Penyusunan Dokumen Perencanaan adalah

jumlah dokumen perencanaan yang tepat waktu dibanding

dengan jumlah dokumen perencanaan. Pada tahun 2010

jumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan

Pemerintah Kota sebanyak 1.789 kegiatan. Dari seluruh

kegiatan tersebut, realisasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan

sesuai waktu dan target perencanaan sebanyak 1.770

kegiatan.

Gambar 2.16 Ketepatan Waktu Kegiatan 2006-2010

Sumber Data: Bagian Bina Program Kota Surabaya, 2010

Page 76: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 76

f. Perhubungan

Sebagai urat nadi pembangunan, transportasi memiliki

fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang

pembangunan. Beberapa aturan mendasari program ini yaitu:

Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

KM 14 Tahun 2006 tentang manajemen dan rekayasa lalu

lintas: Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya.

Kondisi umum lalu lintas di kota Surabaya hampir

sama dengan kota–kota besar lainnya di Indonesia.

Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama sepeda motor

sangat tinggi sehingga menimbulkan dampak kemacetan yang

sering terjadi di sebagian ruas jalan di kota Surabaya. Dari

data dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2008 laju

pertumbuhan pengguna sepeda motor adalah 10-13 persen

per tahun. Selain kemacetan lalu lintas dampak lain yang

mengikuti adalah polusi udara. Isu kemacetan di kota

Surabaya bukan hanya disebabkan oleh tingginya laju

pertumbuhan kendaraan saja, namun beberapa hal lain yang

ikut berperan adalah rendahnya tingkat layanan angkutan

umum sehingga pengguna kendaraan pribadi enggan beralih

moda menggunakan angkutan umum, kurangnya integrasi

antar moda transportasi yang dikarenakan masih belum

optimalnya fasilitas alih moda serta simpul-simpul transportasi

yang ada, aksesibilitas wilayah yang belum optimal

dikarenakan jaringan jalan masih ada yang belum terbentuk

sempurna, belum adanya kebijakan pembatasan terhadap

kendaraan pribadi, masih terpusatnya pusat-pusat kegiatan

primer dan sekunder di kawasan-kawasan tertentu sehingga

menimbulkan tarikan yg besar, pemanfaatan jalan diluar

fungsinya serta belum signifikannya penambahahan kapasitas

jalan.

Page 77: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 77

Gambar 2.17 Jumlah Kendaraan di kota Surabaya

Sumber: Polwiltabes Surabaya, 2010

Dari data tersebut diatas, pada tahun 2009 total

jumlah kendaraan yang berada di kota Surabaya sebesar

3.723.886 sedangkan jumlah angkutan umum yang ada

(Mikrolet dan Bus Kota) sesuai data dari Dinas Perhubungan

sebagaimana dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.22 Jumlah Mikrolet dan Bus kota 2005 - 2009

No Jenis

angkutan

2005 2006 2007 2008 2009

(kendaraan)

1 Mikrolet 5.261 5.291 5.291 5.233 5.016

2 Bus kota 359 359 359 270 270

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010

Tabel data di atas menunjukkan bahwa jumlah

angkutan umum tahun 2009 sebesar 5.286 kendaraan terdiri

atas 19 trayek untuk bis kota dan 58 trayek untuk angkutan

kota atau 0.14 persen dari jumlah kendaraan di kota Surabaya.

Selain itu tabel di atas juga menunjukkan bahwa layanan

Page 78: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 78

angkutan umum dari sisi kuantitas mengalami penurunan

sebesar -1,17 persen untuk mikrolet dan -6,20 persen untuk

bis kota, dengan rasio ijin trayek sebesar nol, atau bisa

dikatakan dari tahun ke tahun tidak mengalami pertumbuhan.

Adapun jumlah arus penumpang angkutan umum di 2 terminal

tipe A yaitu Terminal Purabaya dan Terminal Tambak

Osowilangun meliputi penumpang datang dan berangkat pada

jalur AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Antar Kota

Dalam Propinsi) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.23 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di Terminal

Purabaya dan Terminal Tambak Osowilangun

No Lokasi 2006 2007 2008 2009 2010

Orang

1

Terminal

Pura

baya

18.679.700 14.296.412 22.380.262 21.250.961 21.080.342

2

Terminal

Tambak

Oso

Wilangun

2.098.965 1.928.629 1.888.267 1.914.343 1.916.742

Sumber : UPTD Terminal Purabaya dan UPTD Terminal Tambak Oso Wilangun, Dinas

Perhubungan Kota Surabaya, 2010

Dari data yang terdapat di dalam tabel 2.23 .pada

kurun waktu 2008 – 2010 terjadi penurunan arus penumpang

angkutan umum. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa

angkutan umum yang ada saat ini mengalami kesulitan dalam

hal biaya operasional dikarenakan semakin menurunnya

jumlah pengguna angkutan umum. Ketertarikan masyarakat

untuk menggunakan angkutan umum tersebut berkurang

dikarenakan tingkat layanan angkutan umum yang ada saat ini

masih rendah serta salah satu dampak yang diakibatkannya

yaitu polusi udara. Maka beberapa upaya ke depan adalah

Page 79: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 79

dengan meningkatan layanan angkutan umum dengan

mengoperasionalkan angkutan massal perkotaan maupun

regional, memperbaiki sistem kelembagaan angkutan umum

serta mulai menerapkan sistem transportasi yang

berkelanjutan (sustainable transportation) dan kebijakan sisi

permintaan lalu lintas (traffic demand management) untuk

membatasi jumlah pengguna kendaraan pribadi yang ada di

kota Surabaya.

Dalam hal peningkatan keselamatan lalu lintas,

Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai upaya

yaitu melalui pemeriksaan kelaikan kendaraan baik angkutan

umum maupun pribadi yang meliputi angkutan penumpang

dan barang di Pengujian Kendaraan Bermotor, yang dilakukan

secara berkala dengan jumlah kendaraan yang lulus uji

terdapat pada tabel berikut :

Tabel 2.24 Jumlah Kendaraan Lulus Uji KIR

No. Lokasi Pengujian 2006 2007 2008 2009 2010

Kendaraan

1 UPTD PKB Tandes 84.070 85.191 77.891 72.629 84.332

2 UPTD PKB Wiyung 76.362 76.084 81.735 79.317 73.411

Sumber : UPTD PKB, Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010

Selain itu upaya lain peningkatan keselamatan lalu

lintas adalah dengan pemasangan rambu jalan baik rambu

peringatan, rambu larangan, rambu perintah maupun rambu

petunjuk, yang mana sampai dengan tahun 2010 telah

terpasang 7421 buah rambu dengan jumlah eksisting pada

tahun 2006 adalah 5.062 buah.

Page 80: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 80

Tabel 2.25 Pemasangan Rambu

NO Jenis Rambu

Tahun Total

sampai dengan

2010

Sampai

dengan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Rambu Peringatan 772 133 15 84 99 1103

2 Rambu Larangan 2216 327 287 349 378 3557

3 Rambu Perintah 1154 92 45 56 141 1488

4 Rambu Petunjuk 920 79 47 94 133 1273

Jumlah 5062 631 394 583 751 7421

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010

g. Lingkungan Hidup

1. Pengendalian dan Pelestarian Kualitas Udara

Upaya pengendalian terhadap pencemaran

udara terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya

untuk menjamin keberlanjutan kualitas udara bersih

serta mengurangi timbulnya dampak negatif pencemaran

udara bagi kesehatan manusia, hewan, tanaman dan

materi. Dampak negatif tersebut antara lain semakin

menipisnya lapisan ozon, berkurangnya oksidasi

atmosfer serta pemanasan global. Berdasarkan evaluasi

hasil pemantauan kualitas udara ambien, PM10 dan

ozon telah menjadi parameter kritis di Kota Surabaya.

Hasil pemantauan kondisi kualitas udara di Kota

Surabaya berdasarkan data Indeks Standar Pencemar

Udara (ISPU) selama periode 2006-2010, menunjukkan

perkembangan sebagai berikut :

Dari data tabel 2.26 menunjukkan bahwa dalam

setiap tahun terjadi peningkatan jumlah hari udara baik

sebesar 0.18 persen, penurunan jumlah hari udara

sedang sebesar 0.82 persen dan peningkatan jumlah

Page 81: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 81

hari udara tidak sehat sebesar 0.65 persen.

Perkembangan kondisi kualitas udara diatas

menunjukkan kualitas udara yang layak hirup adalah 360

hari atau 98,63 persen dari 365 hari dalam setahun pada

tahun 2006, 360 hari atau 98,63 persen dari 365 hari

dalam setahun pada tahun 2007, 358 hari atau 97,81

persen dari 366 hari dalam setahun pada tahun 2008

dan 335 hari atau 91,78 persen dari 365 hari dalam

setahun pada tahun 2009, 336 hari atau 98.82 persen

dari 340 tiap hari dalam setahun pada tahun 2010.

Tabel 2.26

Persentase Hari Tiap Kategori ISPU

Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010

Udara baik 7,12 16,44 23,50 6,58 12,94

Udara sedang 91,51 82,19 74,32 85,21 85,88

Udara tidak sehat 1,37 1,37 2,19 8,22 1,18

total % 100 100 100 100 100

Terkait dengan pengukuran tersebut sepanjang

tahun 2006-2010 kondisi kualitas udara kota masih

dalam batas yang relatif sehat, tercermin dari rata-rata

tahunan sepanjang tahun 2006-2010 kondisi baik

sebesar 13,32%, sedang 83,82% dan tidak sehat

sebesar 2,86%. Jumlah hari, udara yang tidak sehat

paling banyak pada tahun 2009 dan pada tahun 2010

mengalami pekembangan yang lebih baik dimana jumlah

hari udara tidak sehat terjadi hanya 1,18 persen hari

yang terukur.

Page 82: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 82

2. Pengendalian dan Pelestarian Kualitas Air

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan

kesesuaian atau kecocokan air dalam penggunaan

tertentu, misalnya: air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.

Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang

biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji

kenampakan. Adapun perkembangan kualitas air sumur

di Kota Surabaya selama tahun 2006 - 2010 adalah

sebagai berikut :

• Pada Tahun 2009 yang memenuhi kualitas baku

mutu adalah sebesar 20,70 persen dari sampel air.

• Pada Tahun 2010 yang memenuhi kualitas baku

mutu adalah sebesar 20.90 persen dari sampel air.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.18

dimana setiap kualitas air di Kota Surabaya cenderung

mengalami peningkatan.

Gambar 2. 18

Perkembangan Kualitas Air di Kota Surabaya Tahun 20 06-2010

Sumber data: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2010

Page 83: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 83

3. Pengelolaan sampah

Perkembangan lingkungan permukiman di

daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju

pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor

pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena

faktor urbanisasi. Selain itu, akibat dari semakin

bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta

aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang

dihasilkan. Limbah tersebut menjadi permasalahan

lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya

dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.

Rata-rata per orang per hari menghasilkan sampah 0,7

kg, dan akan terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup

masyarakat.

Pengelolaan sampah perkotaan meliputi 4

(empat) kegiatan utama yaitu pewadahan, pengumpulan,

pengangkutan dan pengolahan sementara di TPS,

sedangkan tempat pengangkutan dan pengolahan akhir

di TPA. Jumlah TPS di Surabaya dari tahun 2006

sampai 2009 terus mengalami peningkatan, dari yang

awalnya berjumlah 141 TPS pada tahun 2006 hingga

mencapai 168 pada tahun 2009. Berikut adalah data

volume sampah yang ditampung di TPS selama tahun

2005 sampai dengan tahun 2009.

Page 84: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 84

950

750

512

205.2

0

200

400

600

800

1000

2006 2007 2008 2009

Volume Tumpukan Sampah di TPS 2006 - 2009

Gambar 2.19

Volume Sampah yang ditampung di TPS

Tempat Pengolahan Akhir (TPA) dari sampah

Kota Surabaya adalah TPA Benowo dengan jumlah

sampah yang masuk ke TPA Benowo selama kurun

waktu 2005 – 2009.

Gambar 2.20

Volume Sampah yang ditampung di TPA Benowo

Page 85: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 85

Volume tumpukan sampah di TPS per hari dari

tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami penurunan.

Bila pada tahun 2006, volume tumpukan sampah di TPS

mencapai 950 m3 per hari, maka pada tahun 2009 turun

hingga 205,5 m3 per hari. Sedangkan volume tumpukan

sampah yang ditampung di TPA per hari juga semakin

tahun semakin menurun. Pada tahun 2005 volume

sampah yang masuk di TPA adalah 1819 Ton/Hari terus

menurun tiap tahunnya hingga menjadi 1229,43 Ton/Hari

pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa

penanganan sampah secara mandiri di masyarakat

sudah mulai baik.

Kondisi dan letak lahan TPA Benowo yang dekat

dengan kegiatan tambak-tambak penduduk, juga kurang

memenuhi syarat dari segi lingkungan.Dari hal tersebut

maka ketersediaan TPA baru di Kota Surabaya ke depan

memerlukan pemikiran kembali agar keseluruhan kriteria

yang ditetapkan dapat tercapai dan tidak menimbulkan

permasalahan-permasalahan di masyarakat. Disamping

itu upaya pemrosesan sampah di TPA juga tetap

dilakukan sebagai upaya alternatif pemusnahan dan

pemanfaatan sampah.

4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang kota

yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota,

kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota,

kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian,

kawasan jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan yang

pemanfaatannya lebih bersifat pada pembudiyaan

tanaman secara alamiah maupun buatan. Dalam konsep

pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan

kehidupan yang seimbang baik secara fisik, ekologis,

Page 86: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 86

maupun sosial bagi warga kota maka keberadaan RTH

di perkotaan sangat diperlukan, Karena kebutuhan kota

terhadap RTH tersebut maka penyediaan RTH harus

dilakukan secara proporsional terhadap pembangunan

infrastruktur fisik kota. Rendahnya kualitas lingkungan

dan penyediaan ruang terbuka publik secara psikologis

dapat menyebabkan kondisi mental dan kualitas sosial

masyarakat perkotaan makin buruk dan tertekan.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, proporsi RTH yang harus

dipenuhi minimal adalah sebesar 30 persen dari luas

kota dimana 20 persen luasan RTH berupa RTH publik

dan 10 persen berupa RTH privat. Selama periode

tahun 2002 - 2009, Pemerintah Kota Surabaya telah

melakukan penghijauan kota dalam bentuk penanaman

pohon secara mandiri dengan menggerakkan

masyarakat bersama sama dalam kegiatan green and

clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan

lindung berhutan bakau, pembangunan taman-taman

kota dan hutan kota, mempertahankan dan

merevitalisasi RTH berupa lapangan, waduk dan makam

yang merupakan aset pemerintah Kota, merevitalisasi

fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan sungai,

sempadan rel KA, median-median jalan dan jalur hijau

pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-

buffer sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri

dengan penggunaan lain di sekitarnya.

Luasan RTH publik Kota Surabaya yang telah

direkapitulasi mencapai 20,18 persen dari luas total kota

Surabaya atau sebesar 6,670.42 ha yang meliputi RTH

makam, RTH lapangan dan stadion, RTH

telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan fasum dan

fasos, RTH kawasan lindung, RTH hutan kota, RTH

Page 87: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 87

taman dan jalur hijau. Secara rinci luasan RTH publik

dapat dilihat pada Tabel 2.27 berikut.

Tabel 2.27

Distribusi Ruang Terbuka Hijau Publik Tahun 2009

No. Jenis RTH PUBLIK Luas (Ha)

1. RTH makam 178,45

2. RTH lapangan dan stadion 220,68

3. RTH telaga/waduk/boezem 144,33

4. RTH dari penyerahan fasum dan fasos permukiman 108,15

5. RTH kawasan lindung(Pamurbaya, Benowo, Pakal, Waru

Gunung) 4.115,90

6. RTH hutan kota di (Pakal, Lakarsantri, Balas Klumprik,

KBS) 41,16

7. RTH tsmsn fsn jslur hijsu (JH) 1.861,74

Jumlah Luasan RTH Publik total 6.670,41

Luas Kota Surabaya 33.048,00

Prosentase Luas RTH Publik terhadap Luas Kota 20,18

Secara kuantitas, proporsi dan jumlah RTH

publik di Kota Surabaya telah memenuhi standar

minimum kebutuhan RTH publik suatu kota, namun

sebagian besar dari RTH publik tersebut masih belum

dimanfaatkan atau berfungsi secara optimal sebagai

paru-paru kota, sehingga program RTH secara umum

diarahkan pada pengoptimalan fungsi, kualitas dan

distribusi RTH publik secara proporsional di seluruh Kota

Surabaya.

h. Kependudukan dan Catatan Sipil

Kependudukan dan Catatan Sipil diarahkan pada

Peningkatan Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil

sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan kependudukan

bagi masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan proses

cepat serta terkendalinya mobilitas penduduk.

Page 88: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 88

Tabel 2.28

Pengurusan KK, KTP dan Akte Kelahiran

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

KK

Jumlah Keluarga 926.936 952.557 967.503 813,595 818.595

Penduduk ber-KK 715.690 752.279 820.957 813,595 818.595

Prosentase 77 79 85 100 100

KTP

Penduduk Wajib KTP 2.139.448 2.197.348 2.242.837 2.243.893 2.232.046

Penduduk ber – KTP 1.818.650 1.865.014 1.919.717 1.921.368 1.924.283

Prosentase 85 85 86 86 86

Akte Kel ahiran

Laporan Kelahiran 47.984 41.699 41.091 14.137 21.180

Yang mengurus Akte

Kelahiran

14.388 40.796 37.917 14.025 18.765

Prosentase 30 98 92 99,208 88,60

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Presentase Penduduk yang memiliki Kartu Keluarga

dalam rentang tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan angka

yang meningkat, demikian halnya dengan prosentase

penduduk yang mempunyai KTP dan presentase pengurusan

Akte Kelahiran juga cenderung meningkat. Secara detail,

disajikan dalam Tabel 2.28 Terlepas dari meningkatnya jumlah

penduduk, data tersebut memberikan indikasi akan adanya

kesadaran masyarakat untuk tertib terhadap administrasi

kependudukan.

Jumlah laporan kematian dari kecamatan sebanyak

14.482 pada tahun 2007, 14.548 pada tahun 2008, sebanyak

8.858 pada tahun 2009 dan 12.151 pada tahun 2010 sehingga

sampai dengan akhir 2010 jumlah laporan kematian dari

Page 89: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 89

kecamatan sebanyak 50.039, sedangkan yang mengurus akte

kematian sebanyak 1.690 orang atau hanya 13.10 persen pada

tahun 2006, 1.942 orang atau hanya 13.40 persen pada tahun

2007, 1.776 orang atau hanya 12.20 persen pada tahun 2008,

2.792 orang atau hanya 31.52 persen pada tahun 2009 dan

4.634 orang atau hanya 38.13 persen pada tahun 2010

sehingga sampai dengan akhir 2010 yang mengurus akte

kematian sebanyak 12.834 orang atau hanya 25.65 persen. Hal

ini menunjukkan bahwa kesadaran warga Kota Surabaya

dalam mengurus akte kematian masih rendah, karena pada

umumnya yang mengurus akte kematian hanya masyarakat

tertentu yang memiliki kepentingan/tujuan tertentu misalnya

untuk kepentingan pengurusan warisan. Dalam meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap masalah tersebut, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil telah melaksanakan

sosialisasi mengenai pelayanan kependudukan dari

Pencatatan Sipil kepada masyarakat melalui Camat dan Lurah.

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

diukur berdasarkan kecepatan waktu pelayanan pengurusan

KTP, KK, akte kelahiran dan akte kematian Rata-rata tenggang

waktu penyelesaian pengurusan KTP telah mencapai 1 hari.

Sehingga kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus

KTP mulai dari memasukkan surat pengantar di Kecamatan

hingga tercetaknya KTP sudah sesuai dengan target yang

diharapkan. Demikian halnya dengan pengurusan Kartu

Keluarga, Akte Kelahiran, dan Akte kematian, apabila semua

persyaratan sudah lengkap maka masing–masing telah mampu

mencapai target waktu yang telah ditetapkan, yaitu 5 (lima)

hari untuk pengurusan Kartu Keluarga serta 6 (enam) hari

untuk pengurusan Akte Kelahiran dan Akte Kematian.

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

sebagaimana dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor

5 tahun 2011 menyatakan bahwa setiap penduduk berhak

Page 90: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 90

mendapatkan pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

diarahkan pada Peningkatan Pelayanan Kependudukan dan

Pencatatan Sipil sehingga dapat meningkatkan kualitas

layanan kependudukan bagi masyarakat secara mudah, cepat,

dekat dan dengan biaya yang terjangkau.

Upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan

kemudahan layanan administrasi kependudukan selain layanan

yang dilakukan di 31 kecamatan dan 24 kelurahan adalah

layanan counter KTP di Mall, layanan mobil keliling dan

layanan di taman.

Pelayanan perpanjangan KTP dan akta kelahiran di

Mall pada bulan Juni sampai dengan Oktober tahun 2010 rata-

rata mencapai kurang lebih 2.998 pemohon. Sedangkan

pelayanan malam hari yang dilakukan pada 10 kecamatan

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.29

Pelayanan Perpanjangan KTP dan Akta Kelahiran

Pada Malam Hari di 10 Kecamatan

NO KECAMATAN PELAYANAN JAM 15.30 S/D 20.00

KTP KK Lain2 Total

1 Rungkut 8.301 1.024 1.865 11.190

2 Semampir 8.781 517 168 9.466

3 Sawahan 8.073 0 0 8.073

4 Bubutan 1.198 360 160 1.718

5 Tambaksari 6.850 0 0 6.850

6 Gubeng 5.880 0 0 5.880

7 Pabean Cantian 691 73 85 849

8 Tandes 6.322 0 0 6.322

9 Karang pilang 4.960 964 87 6.011

10 Wonokromo 6.073 29 0 6.102

Page 91: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 91

Selain upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah

Kota Surabaya, kesadaran masyarakat akan pentingnya

dokumen administrasi kependudukan juga merupakan faktor

yang mendukung. Berbeda dengan pengurusan dokumen

Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan Akte Kelahiran,

untuk pengurusan dokumen Akte Kematian bagi warga Kota

Surabaya masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan

beberapa warga Kota Surabaya mengurus Akte Kematian di

saat warga masyarakat tersebut memiliki kepentingan/tujuan

tertentu, misalnya untuk pengurusan warisan.

i. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kepedulian Pemerintah Kota Surabaya dalam

menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan

anak dapat tercermin dalam indikator jumlah penanganan

tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tindak

kekerasan terhadap perempuan dan anak umumnya adalah

tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), non KDRT dan

trafficking (perdagangan orang).

Jumlah kasus tindak kekerasan terhadap perempuan

dan anak sebanyak 150 kasus pada tahun 2006, 191 kasus

pada tahun 2007, 162 kasus pada tahun 2008, 202 kasus pada

tahun 2009 dan 229 kasus pada tahun 2010. Penanganan atas

tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut

dilakukan dengan tindakan Konseling; Medis berupa rujukan ke

Pusat Pelayanan Terpadu / Rumah Sakit, Hukum berupa

konsultasi hukum serta pendampingan ke Polisi, Pengadilan

Agama (PA) maupun Pengadilan Negeri (PN); Psikososial

meliputi identifikasi kasus, konseling, home visit, out reach,

sosialisasi serta reintegrasi (pelatihan ketrampilan) dan

pemberdayaan (bimbingan rohani, pemberian ketrampilan serta

pendampingan pemulangan); Shelter (Rumah Aman).

Page 92: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 92

Terkait dengan tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan di Surabaya ada perbaikan di mana pada tahun

2009 tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar

2,51 , pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,63. Ini

mengidikasikan semakin meningkatnya perempuan yang

beraktifitas bekerja.

j. Sosial

Penanggulangan Masalah Sosial bertujuan untuk dapat

meningkatkan kualitas hidup bagi penyandang masalah sosial

dengan sasaran meningkatnya pelayanan bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Jumlah Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tertangani

sebanyak 2.707 orang pada tahun 2006, 3.588 orang pada

tahun 2007, 5.333 orang pada tahun 2008 dan 10.203 orang

pada tahun 2009. Adapun penanganan PMKS pada tahun

2010 sebesar 15,699 orang atau 38.95 persen. Upaya yang

telah dilakukan Pemerintah Kota dalam penanganan PMKS

antara lain Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan

prasarana rehabilitasi sosial PMKS, Pembinaan dan pelatihan

ketrampilan bagi lanjut usia, Peningkatan kualitas SDM

keluarga miskin yang berprestasi, Pembinaan mental sosial

bagi PMKS, Pembinaan Tenaga Kerja Sosial Masyarakat serta

Bimbingan teknis penanganan PMKS dan Pendataan PMKS.

Banyaknya jumlah PMKS di Kota Surabaya

menunjukkan bahwa Kota Surabaya merupakan salah satu

daerah tujuan urbanisasi bagi PMKS, sehingga anggaran yang

dialokasikan Pemerintah Kota Surabaya untuk pelayanan

PMKS tidak akan optimal bilamana Pemerintah Propinsi dan

Kabupaten/Kota lain tidak melakukan upaya penanganan

sesuai dengan MoU antara Gubernur Jawa Timur dengan

Bupati/Walikota Se Jawa Timur Nomor: 120.1/037.012/2004

dan 462.1543.4/436.1.2/2004 tanggal 27 April 2004 tentang

Page 93: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 93

Kerjasama Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) khususnya anak jalanan, wanita tuna susila,

gelandangan, gelandangan psikotik dan pengemis bertempat di

Gedung Bank Jawa Timur Jl. Basuki Rachmad No. 98 - 104

Surabaya pukul 13.00 WIB disaksikan oleh Ketua DPRD

Kabupaten/ Kota Se Jawa Timur dan sejumlah pejabat di

Provinsi Jawa Timur dan ditindaklanjuti dengan Kesepakatan

Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan

Pemerintah Kota Surabaya tentang Kerjasama Pembangunan

Daerah dengan Nomor Surat 120.1/84/012/2009 dan

415.4/4167/436.2/2009 tanggal 1 September 2009.

k. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Mikro

k.1. Koperasi

Selain UKM, yang berperan dalam ekonomi

kerakyatan adalah Koperasi. Sebagai usaha ekonomi yang

tak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga

pada kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Dengan

demikian, maka keberadaan ekonomi perlu didukung agar

semakin diminati masyarakat.

Gambar 2. 21

Kondisi Eksisting Jumlah Koperasi Skor Baik di Sura baya

Page 94: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 94

Kota Surabaya merupakan kota yang sangat kondusif

bagi pertumbuhan koperasi, salah satu bukti nyata adalah

keberadaan Koperasi Wanita (Kopwan) terbesar ada di

Surabaya yang anggotanya mencapai lebih dari 4000 orang.

Angka tersebut belum ditambah jumlah ratusan koperasi lain

yang saat ini eksis di Surabaya. Secara detail perkembangan

jumlah koperasi yang ada di Surabaya pada periode 2006 –

2008 tersaji dalam Gambar 2.21.

Pertumbuhan jumlah koperasi di Surabaya tak lepas

dari intervensi pemerintahan, baik Kementrian Koperasi dan

UKMK maupun Dinas Koperasi di tingkat Daerah. Bentuk

intervensi yang dilakukan diantaranya melalui:

penyelenggaraan diklat perkoperasian bagi pengurus;

pendampingan RAT; Bantuan modal bergulir; bantuan

pemasaran; dan pendampingan usaha.

Diharapkan pada tahun-tahun berikutnya, perhatian

pemerintah terhadap pembinaan koperasi tetap serius seperti

tahun-tahun lalu, karena terbukti bahwa tanpa intervensi

pemerintah koperasi dan UKM tidak akan mampu menjadi

besar. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat inilah yang

dperlukan untuk memperkuat ekonomi rakyat.

k.2. Usaha Kecil dan Menengah

Kondisi mikro ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan

dengan sektor usaha informal, Usaha Kecil Menengah, dan

Koperasi. Ketiga sektor tersebut merupakan pilar ekonomi

kerakyatan. Kebutuhan akan eksistensi sektor informal

semakin tinggi, karena terbatasnya jumlah pekerjaan dalam

sektor formal dibandingkan dengan jumlah perkembangan

penduduk usia kerja di kota Surabaya.

Page 95: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 95

Gambar 2.22

Jumlah UKM Berdasarkan Ijin di Surabaya

Tahun 2006-2009

Selama 2006 - 2009 kondisi UKM berdasarkan ijin

menunjukkan bahwa sektor ini mengalami pertumbuhan,

seperti tersaji dalam Gambar 2.22. Hal tersebut tentu saja

merupakan capaian yang menggembirakan, karena kedepan

UKM inilah yang diharapkan menjadi penopang ekonomi di

kawasan-kawasan sub urban Surabaya.

k.3. Penataan Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima adalah sektor informal yang

jumlah eksistingnya paling banyak apabila dibandingkan

dengan sektor informal lain. Keberadaan PKL di Surabaya

tersebar hampir di seluruh titik kota, dengan konsentrasi

terpadat ada di daerah Surabaya Pusat. Para PKL tersebut

utamanya adalah penjual makanan dan minuman (78,1

persen). Penjual ma-min (makanan dan minuman) ini tentu

akan mencari daerah-daerah yang dekat dengan pusat

keramaian. Dan, Surabaya Pusat sebagai sentral dari

Page 96: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 96

kegiatan perekonomian dan pusat pemerintahan, sehingga

konsentrasi pedagang kaki lima di Surabaya Pusat tentu tak

terelakkan lagi. Berikut data jumlah PKL berdasarkan wilayah

administratifnya:

Tabel 2.30

Jumlah PKL Berdasarkan Wilayah Administratif

Wilayah Administratif Jumlah PKL

Surabaya Pusat 5.779

Surabaya Timur 3.986

Surabaya Barat 1.498

Surabaya Utara 2.834

Surabaya Selatan 4.776

Berdasarkan hasil riset, diketahui beberapa alasan

seseorang memilih untuk menjadi pedagang kaki lima, namun

tiga alasan terbanyak yang dikemukakan adalah sulitnya

mendapatkan pekerjaan di sektor formal (33,1 persen), tidak

mepunyai keahlian lain (22,3 persen), dan keinginan untuk

berwiraswasta (17 persen).

Dari motif-motif tersebut, tampak bahwa

permasalahan yang sebenarnya adalah terbatasnya

lowongan pekerjaan di sektor formal, kemudian yang kedua

adalah sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi

untuk mengisi ruang-ruang di sektor formal. Dengan kondisi

tersebut tentunya peran pemerintah dalam memberikan ruang

berusaha sangat di perlukan khususnya pada pola

pengembangan sektor informal seperti pembangunan sentra

PKL, sentra UKM, ataupun pengembangan industri kreatif.

PKL yang dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat

menjadi sebuah permasalahan kota, baik dari sisi keamanan,

kenyamana, dan keindahan. PKL menemati area-area public,

sehingga kebersihan area tersebut menjadi crowded dan

Page 97: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 97

kotor, belum lagi fasilitas umum yang mereka gunakan untuk

menggelar dagangannya, seperti trotoar, jalan, atau saluran.

PKL pun seolah-olah oleh sebagian masyarakat mengganggu

kenyamanan namun sebagian masyarakat beranggapan

keberadaan mereka juga menguntungkan untuk

mendapatkan makanan dan minuman yang murah dan cepat.

Guna mengatasi hal tersebut, maka Pemerintah Kota

Surabaya telah melakukan satu bentuk perencanaan

pengelolaan sentra PKL. Sentra-sentra tersebut akan

dibangun di beberapa titik yang menjadi titik konsentrasi PKL.

Sentra yang dibangun tentu saja telah memenuhi standar

kelayakan baik dari sisi kebersihan maupun keindahan dan

kenyamanan. Sentra tersebut diprioritaskan bagi PKL yang

ada disekitar lokasi sentra. Melalui manajemen pemgelolaan

sentra yang baik, diharapkan sentra-sentra PKL akan

berkembang menjadi potensi wisata tersendiri. Beberapa

sentra PKL yang telah terbentuk adalah Urip Sumoharjo,

Terminal Manukan, Bungkul, Rungkut Asri, Karah,

Dharmawangsa, Penjaringan, Sukomanunggal, Taman

Prestasi, Ketabang, Wiyung, Gayungan, Putroagung dan

Indrapura.

Pemerintah kota Surabaya juga telah memberikan

pembinaan pada PKL melalui pelatihan manajemen usaha,

sosialisasi tentang pentingnya kesehatan produk, masalah

perijinan, pemberian modal bergulir, pengelolaan limbah, dan

bantuan peralatan ringan.

l. Penanaman Modal dan Investasi

Nilai investasi yang mengalir ke Kota Surabaya pada

empat periode terakhir telah berjasa dalam meningkatkan

perekonomian Kota Surabaya. Perkembangan investasi dikota

Surabaya secara akumulatif sejak tahun 2006 hingga tahun

2010 dilihat dari angka persetujuan Penanaman Modal Asing

Page 98: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 98

(PMA) menunjukkan angka 264 (2006), 286 (2007), 323

(2008), 364 (2009) dan 437 (2010). Sementara, perkembangan

PMDN pada 2006 sampai 2010 di Kota Surabaya menunjukkan

angka persetujuan 353 (2006), 359 (2007), dan 367 (2008) ,

375 (2009) dan 385 (2010). Selama 5 tahun terakhir tercatat

angka persetujuan PMA 173 dan PMDN 32. Berikut

rekapitulasi perkembangan PMDN dan PMA di Surabaya yang

tersaji pada tabel 2.31 dibawah ini.

Tabel 2.31

Akumulasi Perkembangan Angka Persetujuan Investasi

PMDN dan PMA di Kota Surabaya

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

PMA 264 286 323 364 437

PMDN 353 359 367 375 385

Sumber : Badan koordinasi pelayanan dan Penanaman Modal

Tabel 2.32

Nilai Investasi di Kota Surabaya Tahun 2005-2008

Tahun Nilai Investasi

PMDN (Juta Rp) PMA (US$)

2005 366.456.835 157.611.742

2006 941.386.000 234.087.111

2007 275.075.540 397.436.992

2008 682.144.172 558.827.182

Total 2.265.062.547 1.347.963.027

Rata-Rata 566.265.637 336.990.757

Sumber, BPS, Jawa Timur dalam Angka, 2010

Pada tahun 2010 tercatat penambahan angka

persetujuan penanaman modal sebanyak 73 PMA dengan nilai

Page 99: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 99

Rp. 298.301.583.900 dan $93.516.647 dan 10 PMDN dengan

nilai investasi Rp 1.796.505.846.000. Dan total penambahan

angka persetujuan PMA dan PMDN pada tahun 2010

sebanyak 83 perusahaan atau meningkat sebesar 11,23%

dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebesar 5%.

Sedangkan jika dilihat dari besaran nilai investasi yang

telah terjadi di Kota Surabaya selama tahun 2005-2008.

Investasi PMDN mengalami fluktuatif, sedangkan untuk PMA

cenderung meningkat setiap tahunnya. Mesipun demikian

secara nilai nominalnya, investasi PMDN masih lebih besar

dibandingkan dengan PMA. Ini berarti bahwa baik investor lokal

maupun investor asing masing percaya bahwa Surabaya masih

merupakan alternatif wilayah terbaik untuk melakukan

investasi dan pengembangan usaha. Secara lengkap besarnya

investasi tahun 2005-2008 dapat dilihat pada tabel 2.32.

Perkembangan investasi sebagaimana digambarkan

diatas, setidaknya harus tetap menjadi perhatian bagi semua

pihak dalam hal kelengkapan infrastruktur yang memadai,

kesiapan SDM yang berkualitas, pemberian layanan perijinan

yang prima serta jaminan stabilitas keamanan yang mantap

serta peraturan daerah berikut aturan pendukungnya termasuk

dalam pengimplementasiannya, sudah tidak dapat ditawar –

tawar lagi dalam mendorong pertumbuhan investasi di Kota

Surabaya.

m. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Meningkatnya ketertiban dan ketentraman masyarakat

dapat dilihat dari persentase penertiban terhadap pelanggaran

Perda. Pada tahun 2006, jumlah pelanggaran Perda yang

terjadi di Kota Surabaya sebanyak 61.720 obyek, kemudian

pada tahun 2007 terdapat pelanggaran Perda sebanyak 59.907

obyek, pada tahun 2008 terdapat pelanggaran Perda sebanyak

62.439 obyek, pada tahun 2009 terdapat pelanggaran Perda

Page 100: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 100

sebanyak 61.714 obyek dan sampai dengan akhir tahun 2010

terdapat pelanggaran Perda sebanyak 68.647 obyek. Dari

seluruh obyek tersebut, pada tahun 2006 pelanggaran Perda

yang berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 43.574 obyek.

Pada tahun 2007 pelanggaran Perda yang berhasil

ditindaklanjuti adalah sebanyak 44.652 obyek, pada tahun

2008 pelanggaran Perda yang berhasil ditindaklanjuti adalah

sebanyak 54.440 penindakan, pada tahun 2009 pelanggaran

Perda yang berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 62.685

penindakan dan pada tahun 2010 pelanggaran Perda yang

berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 63.114 obyek.

n. Pemerintahan Umum

1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Kinerja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan

akuntabilitas dari instansi pemerintah kota serta

mendorong terwujudnya praktik kepemerintahan yang baik

dan bersih. Hal tersebut dapat dilihat dari pelanggaran

disiplin aparatur Pemerintah Kota Surabaya, dimana

selama tahun 2006- 2010 pelanggaran hukum dan disiplin

aparatur terus menurun mulai dari 382 pelanggaran

hukum dan disiplin aparatur menurun sampai 108

pelanggaran hukum dan disiplin aparatur. Penurunan

pelanggaran hukum dan disiplin aparatur Pemerintah Kota

Surabaya tersebut menunjukkan semakin efektifnya

pelaksanaan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas

kinerja pemerintah Kota Surabaya.

Page 101: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 101

Gambar 2. 23

Jumlah Sanksi Pelanggaran Hukum Dan Disiplin Aparat ur

Pemkot Surabaya

Sumber Data: Inspektorat Kota Surabaya, Tahun 2010

2. Peningkatan Kinerja Legislatif Meningkatnya kinerja DPRD Kota Surabaya dapat

terlihat dari Persentase rancangan produk hukum yang

dapat diselesaikan menjadi produk hukum, jumlah publik

hearing yang dilaksanakan dan persentase keluhan

masyarakat yang ditindaklanjuti.

Persentase rancangan produk hukum yang dapat

diselesaikan menjadi produk hukum dapat

menggambarkan tingkat produktivitas lembaga legislatif

dan Pemerintah Kota dalam menghasilkan produk hukum

berupa Peraturan Daerah. Dari tahun 2006 lembaga

legislatif dan Pemerintah Kota dapat menyelesaikan 17

buah raperda dari 22 raperda yang diproses, pada tahun

2007 dapat menyelesaikan 7 buah raperda dari 15

raperda yang diproses, tahun 2008 dapat menyelesaikan

12 buah raperda dari 16 raperda yang diproses, tahun

2009 dapat menyelesaikan 14 buah raperda dari 19

raperda yang diproses, dan pada akhir tahun 2010

Page 102: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 102

lembaga legislatif dan Pemerintah Kota dapat

menyelesaikan 24 raperda dari 27 raperda yang diproses.

3 raperda yang belum dapat disahkan menjadi peraturan

daerah yaitu Raperda tentang Pajak Daerah, Raperda

tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan,

Raperda tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu

Tanda Penduduk. Beberapa Raperda yang masuk belum

seluruhnya dapat disahkan menjadi peraturan daerah

disebabkan semakin komplek dan cepatnya

perkembangan permasalahan yang ada di masyarakat.

Upaya untuk menyelesaikan hambatan tersebut antara

lain adalah mengefektifkan koordinasi, komunikasi dan

sinkronisasi dalam menyikapi permasalahan yang ada di

masyarakat dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah

Propinsi dan Instansi terkait.

Tabel 2.33

Rekapitulasi Pemrosesan Raperda Menjadi Perda

Masuk 2006 2007 2008 2009 2010

Thn

berja

lan

Sisa

Thn

Lalu

Jum

lah

Sele

sai

Si

sa

Sel

esai

Si

sa

Sele

sai

Si

sa

Se

le

sai

Si

sa

Se

le

sai

Si

sa

2006 10 12 22 17 5 3

2007 10 5 15 7 8

2008 8 8 16 12 4

2009 15 4 19 14 5

2010 22 5 27 24 3

Persentase Penyelesaian 77,27% 46,67% 75% 73.68% 88,89%

Target RPJM 84% 85% 86% 87% 88%

Persentase Capaian 91,99% 54.91% 87,21% 84.69% 101%

Publik hearing dilaksanakan untuk menilai apakah

suara masyarakat telah cukup diakomodasi dalam

membuat suatu produk hukum/pengambilan keputusan.

Page 103: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 103

Rata-rata penyelenggaraan publik hearing sampai dengan

akhir tahun 2010 sebanyak 3 kali.

Persentase keluhan masyarakat yang

ditindaklanjuti menggambarkan tingkat responsifitas

lembaga legislatif dalam menanggapi dan

mengakomodasi keinginan/keluhan masyarakat. Jumlah

keluhan masyarakat yang diterima sebanyak 185 keluhan

pada tahun 2006, 320 keluhan pada tahun 2007, 207

keluhan pada tahun 2008 dan 135 keluhan pada tahun

2009 dan 152 keluhan pada tahun 2010, sehingga sampai

dengan akhir tahun 2010 jumlah keluhan masyarakat yang

diterima menjadi sebanyak 999 keluhan. Dari jumlah

tersebut, pada tahun 2006 telah ditindaklanjuti sebanyak

125 keluhan, 252 keluhan pada tahun 2007, 164 keluhan

pada tahun 2008 dan 68 keluhan pada tahun 2009, 125

keluhan pada tahun 2010.

3. Peningkatan Kualitas Pelayanan Perijinan

Meningkatnya pelayanan perijinan dapat

diindikasikan dari rata-rata tenggang waktu penyelesaian

ijin dan jumlah kecamatan yang menerapkan pelayanan

perijinan.

Untuk menilai dan mengevaluasi sampai sejauh

mana kecepatan birokrasi dalam melayani permohonan

perijinan maka dapat dilihat dari rata-rata tenggang

waktu penyelesaian ijin. Sampai dengan tahun 2009,

rata-rata penyelesaian perijinan untuk beberapa jenis

ijin/surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota

Surabaya adalah < 7 hari.

Berkaitan dengan pelayanan perijinan,

Manajemen Sistem Pelayanan Perizinan Perdagangan

dan Industri, dapat diinformasikan bahwa Pemerintah

Kota Surabaya telah mendapatkan sertifikasi ISO

Page 104: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 104

9001:2000 tahun 2003 atas pelayanan-pelayanan: Ijin

Mendirikan Bangunan, Surat Ijin Usaha Perdagangan,

Tanda Daftar Perdagangan, dan Uji Kir Kendaraan yang

berlaku 3 tahun dan telah diperpanjang masa

berlakunya.

Jumlah Kecamatan yang menerapkan

pelayanan perijinan. Pelayanan IMB telah

didesentralisasikan ke beberapa kecamatan. Hal ini

dimaksudkan agar mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat dan mempercepat pelayanan akibat tidak

terkonsentrasinya proses perijinan. Adapun perijinan

yang diterapkan di Kecamatan adalah Surat Keterangan

Rencana Kota (SKRK) dan atau IMB untuk bangunan

tempat tinggal satu lantai dengan luas tanah ≤ 200 m2,

mulai pemberkasan sampai dengan penerbitan IMB.

Sampai dengan akhir tahun 2009 semua kecamatan

Kota Surabaya yaitu 31 kecamatan telah menerapkan

pelayanan perijinan. Atas upaya-upaya yang telah

dilakukan dalam bidang perijinan, maka Pemerintah Kota

Surabaya berhasil mendapatkan penghargaan JPIP

Otonomi Award Regional in Leading Breakthrouht on

Publik Service di berikan oleh The Jawa Pos Institue of

Pro-Otonomi (JPIP) pada tahun 2009.

4. Pendayagunaan Sumber Daya Aparatur

Pendayagunaan sumber daya aparatur

dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas aparatur

Pemerintah Kota untuk dapat meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat sebaik-baiknya. Peningkatan

kapasitas dan kompetensi tersebut dilakukan melalui

berbagai cara, salah satunya adalah melalui Pendidikan

dan Pelatihan bagi Aparatur. Jenis Diklat bagi aparatur

yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya

Page 105: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 105

terhadap Aparatur adalah Diklat Teknis, Diklat Struktural,

dan Diklat Fungsional.

Pegawai yang mengikuti Diklat sebanyak 1.939

pegawai pada tahun 2006, 1.564 pegawai pada tahun

2007, 2.333 pegawai pada tahun 2008, 5.219 pegawai

pada tahun 2009,dan 2.971 pegawai pada tahun 2010.

Sehingga pada akhir tahun 2010, jumlah pegawai yang

mengikuti diklat menjadi sebanyak 14.026 pegawai.

Diklat tersebut terbagi menjadi Diklat teknis yang diikuti

oleh 12.411 pegawai serta Diklat struktural yang diikuti

oleh 1.503 pegawai serta diklat fungsional bagi PNS 112

pegawai. Peserta diklat yang telah melaksanakan tugas

sesuai dengan diklat yang diikuti sebanyak 1.939

pegawai (80%) pada tahun 2006, 1.380 pegawai

(88,24%) pada tahun 2007, 1.947 pegawai (83,45%)

pada tahun 2008 dan 4.869 pegawai (93,29%) pada

tahun 2009, dan 2719 pegawai tahun 2010

(91,52%).Sehingga sampai dengan akhir tahun 2010

peserta diklat yang telah melaksanakan tugas sesuai

dengan diklat yang diikuti menjadi sebanyak 12.854

(91,64%). Apabila dibandingkan dengan target yang

sudah ditetapkan maka capaiannya adalah 100% pada

tahun 2006, 110,30% pada tahun 2007, 104,31% pada

tahun 2008, 116,61% pada tahun 2009 dan 114,40%

pada tahun 2010.

Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

kinerja adalah memberi kesempatan kepada aparatur

yang memiliki kualitas dan kompetensi tertentu untuk

mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Struktural dan

Teknis, melaksanakan penyusunan formasi secara

cermat terhadap kebutuhan personil organisasi

berdasarkan kualifikasi, kualitas maupun kuantitasnya,

melaksanakan pembinaan pegawai, melaksanakan

Page 106: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 106

pelayanan administrasi kepegawaian yang prima,

melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan pegawai, serta melaksanakan mutasi

pegawai, promosi dan rotasi.

5. Kearsipan

Urusan kearsipan dilakukan melalui Program

penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan dengan

sasaran meningkatnya tertib administrasi pemerintahan.

Capaian sasaran program ini diukur melalui indikator

Persentase SKPD/unit kerja yang melaksanakan tertib

administrasi.

Menurut UU No. 43 Tahun 2009 menyatakan

bahwa Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa

dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

di buat dan diterima oleh lembaga Negara, Pemerintah

Daerah, Lembaga Pendidikan, perusahaan, organisasi

politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan

dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan

bertujuan untuk menyelamatkan, melestarikan dan

memperbaiki sistem administrasi kearsipan dengan

meningkatkan kapasitas penyimpanan arsip daerah.

Kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kota dalam

upaya melestarikan kearsipan adalah penataan dan

pendataan sistem kearsipan daerah, Pengadaan sarana

prasarana sistem penyimpanan, pengolahan,

pemeliharaan dan penyelamatan sistem kearsipan

daerah serta pembinaan sistem kearsipan.

Dari seluruh SKPD yang ada, pada tahun 2006

sebanyak 31 SKPD telah melaksanakan tertib

Page 107: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 107

administrasi, 9 SKPD pada tahun 2007,10 SKPD pada

tahun 2008, 18 SKPD pada tahun 2009 dan 3 SKPD

pada tahun 2010 sehingga sampai dengan akhir tahun

2010 SKPD yang telah melaksanakan tertib administrasi

sebanyak 71 SKPD. Maka terjadi peningkatan jumlah

SKPD yang telah melaksanakan tertib administrasi

sebanyak 44,29% pada tahun 2006, 57,14% pada tahun

2007, 71,42% pada tahun 2008, 95,77% pada tahun

2009 dan 100% pada tahun 2010.

Atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam

meningkatkan kualitas kearsipan, Pemerintah Kota

Surabaya berhasil mendapatkan penghargaan

penyelenggaraan dan pembinaan sistem kearsipan

sehingga terwujud peningkatan mutu penyelenggaraan

kearsipan pemerintah daerah Kota Surabaya dari Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tahun 2008.

II.3.2. FOKUS URUSAN PILIHAN

a. Perdagangan

Kegiatan perdagangan dalam Kota Surabaya terus

menunjukkan perkembangan ditunjukkan Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran yang memiliki kontribusi besar pada PDRB

dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Subsektor perdagangan

dalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh diatas

9% setiap tahun sejak tahun 2005 dengan peranan dalam Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 62,91% tahun 2005

menjadi 64,97% tahun 2008 menunjukkan aktivitas perdagangan

sangat besar di Kota Surabaya. Nilai tambah sub sektor

perdagangan yang semakin besar menunjukkan aktivitas

produksi di bidang perdagangan meningkat.

Page 108: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.34

Ekspor Impor Non Migas Kota Surabaya Tahun 2005-200 9

TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009

EKSPOR

NILAI (US$) 7.044.400.900 8.944.983.885 11.476.675.627 11.403.436.885 10.595.003.087

TINGKAT

PERUBAHAN

(persen)

46,08 26,98 28,3 -0,64 -7,09

Volume (Kg) 5.794.278.265 6.981.942.708 7.815.033.190 7.152.617.178 7.094.070.094

TINGKAT

PERUBAHAN

(persen)

11,54 20,5 11,93 -8,48 -0,82

IMPOR

NILAI (US$) 5.490.991.377 5.583.966.005 7.606.630.962 11.261.739.913 8.806.632.932

TINGKAT

PERUBAHAN

(persen)

17,61 1,69 36,22 48,05 -21,80

Volume (Kg) 11.574.632.864 11.018.958.649 12.933.365.479 14.451.552.160 12.508.082.078

TINGKAT

PERUBAHAN

(persen)

25,18 -4,8 17,37 11,74 -13,45

Sumber : Bank Indonesia, Surabaya

Page 109: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 109

Perdagangan luar negeri, realisasi nilai ekspor-impor

Kota Surabaya masih pada kondisi yang fluktuatif selama

periode 2005-2008. Dilihat dari sisi nilai maupun volume

ekspor belum menunjukkan kondisi yang optimal dan

cenderung menurun pada dua tahun terakhir. Nilai ekspor

Surabaya pada tahun 2005 mencapai US$ 7,044 millyar atau

mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 48,08%

dibandingkan tahun 2004. Tahun 2006 nilai ekspor

mengalami kenaikan sebesar 26,96% dibandingkan tahun

2005. Tahun 2007 meningkat lebih tinggi dibandingkan

kenaikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 28,30%. Tetapi

tahun 2008 tingkat kenaikan ekspor justru turun drastis

dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar -0,64% dan lebih

rendah lagi sebesar -7,09% pada tahun 2009.

Selama lima tahun terakhir rata-rata nilai ekspor

Surabaya sebesar US$ 9,892 milyar dengan volume ekspor

sebesar 6.967.588.287 kg. Turunnya nilai maupun volume

ekspor dimungkinkan karena krisis ekonomi global yang

melanda dunia pada tahun 2008 sampai dengan awal tahun

2009.

Sedangkan pada posisi impor Kota Surabaya, justru

nilai maupun impor meningkat dari tahun 2006-2008 dan

turun pada tahun 2009. Secara rata-rata selama lima tahun

terakhir nilai impor Kota Surabaya sebesar US$ 7.749 milyar

dengan volume impor sebesar 12.495.377.380,95 kg.

Demikian halnya nilai ekspor selama tahun 2005-2007

meningkat, namun tahun 2008 dan 2009 cenderung

menurun, namun tetap terjadi ekspor netto sebesar US$

1,803 milyar walaupun dari sisi volume justru minus sebesar

12,712 milyar kg.

Page 110: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 110

b. Pariwisata

Surabaya merupakan kota muliti etnis yang kaya

akan budaya, beragam etnis telah bermigrasi ke Surabaya.

Oleh karena itu sebagai kota yang telah cukup lama berdiri

dengan ragam sejarah dan budaya, tentunya terdapat banyak

potensi pariwisata di Kota Surabaya yang dapat dinikmati

oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Tempat - tempat yang sangat berpotensi yang dapat dijadikan

sebagai tempat wisata, mulai dari obyek–obyek wisata

bersejarah, sampai dengan pada obyek–obyek wisata yang

sebenarnya memiliki potensi kuat untuk dikunjungi sebagai

tempat wisata. Selain itu munculnya berbagai macam mall

dan fasilitas hiburan belanja yang beragam, dapat menambah

daya tarik terbesar bagi Surabaya untuk berubah menjadi

kota tujuan wisata dan hal ini seiring dengan perkembangan

surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa.

Semakin berkembangnya sektor pariwisata di kota

Surabaya berdampak pada meningkatnya kunjungan

wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke kota ini.

Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.35

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantar a

ke Kota Surabaya Tahun 2006 – 2010

NO. Wisatawan TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010

1. Wisatawan

Domestik

1.988.423 2.194.867 7.017.011 7.230.202 7.544.997

2. Wisatawan

Mancanegara

19.599 152.818 137.274 154.866 168.804

Page 111: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 111

c. Pertanian

Peran sektor pertanian dalam struktur ekonomi kota

surabaya relatif kecil dan cenderung menurun, yaitu sebesar

0.13 persen pada Tahun 2006 dan cenderung menurun pada

tahun berikutnya, yaitu 0.11 persen pada Tahun 2007 dan

0.10 persen pada Tahun 2008.

Ditinjau dari kontribusi terhadap Ruang Terbuka Hijau

(RTH), lahan pertanian merupakan sektor terbesar kedua

yang memberikan sumbangan terhadap Ruang Terbuka Hijau

(RTH) setelah lahan kosong, serta memiliki nilai tertinggi

dalam hal tingkat produktivitas dibandingkan dengan kategori

dalam RTH lainnya. Dengan demikian, selain untuk

kepentingan estetika dan perbaikan kualitas lingkungan,

pengembangan RTH di masa mendatang dapat diarahkan

untuk peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan

kontribusinya pada sektor ekonomi daerah.

Salah satu langkah meningkatkan ketahanan pangan

lokal, pemerintah daerah mengembangkan pertanian

perkotaan (urban farming). Untuk beberapa tahun ke depan,

program ini belum bisa diharapkan dalam meningkatkan

sumbangan sektor pertanian terhadap ekonomi daerah

karena membutuhkan waktu pengembangan dan

pemantapan program. Namun, target jangka pendek program

ini adalah untuk menekan social cost untuk kalangan

masyarakat miskin sehingga diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan mereka.

Adapun sub sektor pertanian yang dikembangkan

dalam urusan pilihan pertanian adalah pertanian tanaman

pangan dan peternakan.

Page 112: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 112

c.1. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Produksi terbesar hasil pertanian Kota Surabaya

adalah Tanaman pangan yaitu padi sedangkan produksi

lainnya adalah jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-

mayur dan buah-buahan. Untuk Kota Surabaya, kawasan

pertanian umumnya tersebar di daerah pinggiran yaitu

Kecamatan Jambangan, Wiyung, Gunung Anyar, Benowo,

Sukolilo, Lakarsantri, Karangpilang, Sambikerep dan Pakal

serta sebagian kecil di Kecamatan Wonocolo,

Mulyorejo,Kenjeran, Tandes, Rungkut dan Sukomanunggal.

Produktivitas padi terus mengalami peningkatan

pada tahun 2006 – 2010. Dengan pola tanam yang

bervariasi 1-3 kali dalam setahun, pada tahun 2006

produktivitas padi mencapai 51,18 Kw/Ha, tahun 2007

produktivitas padi 54,34 Kw/Ha, tahun 2008 produktivitas

padi 54,52 Kw/Ha, tahun 2009 produktivitas padi 54,55

Kw/Ha, serta pada tahun 2010 produktivitas padi mencapai

56,51 Kw/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke

tahun, produktivitas hasil pertanian (padi) terus mengalami

peningkatan.

c.2. Sub Sektor Peternakan

Peternakan, sebagai bagian dari usaha pertanian

masyarakat, masih diusahakan di sebagian wilayah kota,

terutama di wilayah yang masih memiliki lahan pertanian

yang cukup luas. Peternakan yang ada merupakan

peternakan tradisional yang diusahakan dalam skala kecil

oleh kelompok masyarakat petani. Hewan ternak yang

diawasi dan masih dikembangbiakkan di kota Surabaya

adalah sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam

kampung, ayam dan itik dan babi. Perkembangbiakan

hewan ternak berada di beberapa wilayah di Surabaya

Page 113: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 113

seperti Gayungan, Tandes, Pakal, Mulyorejo, Jambangan,

Karangpilang, Sambikerep, Lakarsantri, Benowo,

Gununganyar dan Kenjeran.

Tabel 2.36

Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya

di Kota SurabayaTahun 2005-2009

Jenis Ternak Populasi (ekor)

2005 2006 2007 2008 2009

Sapi 222 409 448 112 340

Sapi Perah 780 696 759 751 799

Kerbau 32 42 20 0 32

Kuda 24 28 16 0 0

Kambing 2,845 5,383 6,041 3,216 6,605

Domba 400 950 652 587 487

Itik 1,076 7,666 7,361 4,548 3,678

Ayam 17,034 83,720 84,260 45,178 27,989

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2009

Produksi peternakan baik berupa daging, telur dan

susu yang beredar dan dikonsumsi masyarakat Surabaya

sebagian besar berasal dari luar Surabaya, termasuk impor

dari luar negeri. Untuk melindungi masyarakat terhadap

potensi adanya penyakit, hasil peternakan yang masuk ke

Surabaya berupa daging hasil sembelihan maupun ternak

hidup yang disembelih di Rumah Pemotongan Hewan

maupun Tempat Pemotongan Unggas terus diawasi oleh

pemerintah. Berikut kondisi realisasi jumlah produk

peternakan yang diawasi di kota Surabaya tahun 2006-2010.

Berikut kondisi realisasi jumlah produk peternakan yang

diawasi di kota Surabaya tahun 2007-2010.

Page 114: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 114

Tabel 2.37

Realisasi Jumlah Produk Peternakan yang Diawa si Tahun

2007-2010

JENIS DAGING Thn 2007

(Ton)

Thn 2008

(Ton)

Thn 2009

(Ton)

Thn 2010

(Ton)

Sapi / Kerbau 16.572,19 15.095,80 13.527,30 14.991,80

Kambing/Domba 564,1 354,4 254,20 269,40

Babi 2.217,88 2.392,50 2.081,80 2.164,60

Unggas 28.457,52 38.783,20 43.104,60 48.799,00

Daging Import 3.490,60 658,9 1.047,50 927,50

Potongan Luar RPH 898 - - -

Potongan Idul Qurban 604,39 395,7 396,20 454,80

Daging dari luar Kota 955,22 330,9 1.133,70 1.345,90

JUMLAH 53.759,90 58.011,40 61.545,30 68.953,00

Sumber : Dinas pertanian, 2010

d. Kelautan dan Perikanan

Kota Surabaya yang secara geografis dikelilingi oleh

laut membuat sebagian warga kota bermata pencaharian dari

sektor perikanan dan kelautan. Daerah-daerah yang

perekonomiannya bergantung dari hasil laut adalah Gunung

Anyar, Rungkut, Mulyorejo, Bulak, Asemrowom, Benowo,

Krembangan, Kenjeran, dan Sukolilo. Adapun hasil produksi

ikan laut tersebut tampak pada tabel berikut:

Page 115: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

Tabel 2.38

Produksi Ikan Laut Menurut Daerah Asal Tahun 2006 – 2009

Kecamatan 2006 2007 2008 2009

Σ persen Σ persen Σ Persen Σ persen

Gn. Anyar 270,51 2,86 19,62 0,23 269,55 3,16 283,03 3,04 Rungkut 405,76 4,29 416,33 4,99 247,82 2,90 260,22 2,80 Mulyorejo 434,14 4,59 550,28 6,45 458,64 5,37 481,58 5,17 Bulak 4.653,50 49,20 4.767,35 55,88 1.893,82 22,19 1.988,56 21,37 Asemrowo 1.823,57 19,28 534,07 6,26 2.470,98 28,96 2.594,59 27,88 Benowo 787,88 8,33 856,55 10,04 391,65 4,59 411,24 4,42 Krembangan 461,57 4,88 493,12 5,78 239,63 2,81 251,62 2,70 Kenjeran 621,40 6,57 894,09 10,48 2.561,17 30,01 2.689,39 28,90 Sukolilo - - - - 330,34 3,87 346,87 3,73

Jumlah 9.458,33 8.531,41 8.863,60 9.307,01 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya

Page 116: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 116

Daerah Bulak sebagai daerah terbesar hasil produksi

lautnya, memiliki jumlah nelayan yang paling banyak pula

yaitu 647 orang, diikuti oleh kecamatan Asemrowo sebanyak

527 orang, dan Kenjeran 228 orang. Sebagian besar nelayan

menamatkan pendidikan hanya pada tingkat Sekolah Dasar.

Dengan jumlah produksi sebanyak 4 kali panen

selama setahun, pada tahun 2006 dengan luas areal

budidaya tambak 2.127,35 Ha produktivitas hasil perikanan

budidaya udang mencapai 773 kg/ha dan di tahun 2007

dengan areal 1.125,35 Ha mencapai 795,30 kg/Ha. Pada luas

areal budidaya yang sama yaitu sebesar 1.036,08 Ha, di

tahun 2008 produktivitas budidaya udang mencapai 814,72

kg/Ha, tahun 2009 mencapai 877,75 kg/Ha, serta pada tahun

2010 mencapai 864 kg/Ha.

II.4. DAYA SAING KOTA SURABAYA

II.4.1. FOKUS KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH

Daya Saing Kota Surabaya merupakan kemampuan

perekonomian Kota Surabaya dalam mencapai pertumbuhan

tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap

terbuka pada persaingan dengan provinsi Jawa Timur khususnya

dan Kabupaten/kota disekitar Kota Surabaya, Nasional ataupun

Internasional.

Surabaya yang tumbuh dan berkembang dengan kekuatan

ekonomi dan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah

satu penggerak utama ekonomi Jawa Timur. Hal ini tercermin dari

output Surabaya yang memberikan kontribusi paling besar

dibanding kabupaten kota yang lain di Jawa Timur, mencapai

22,54% terhadap perekonomian Jawa Timur (diukur dengan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB Surabaya

tahun 2009).

Letak Kota Surabaya yang cukup strategis untuk

perdagangan, ekspor dan impor dan sosial masyarakat relatif

kondusif, menghasilkan iklim perekonomian yang cukup stabil dan

Page 117: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 117

bergairah, seolah kota tIdak merasa krisis global yang terjadi tahun

akhir 2009, bahkan tidak sedikit mall-mall baru untuk menjawab

ramainya perdagangan di kota pahlawan ini. Budaya belanja

(shopping) dan budaya hidup praktis sangat menyuburkan sektor

perdagangan. Ini juga menunjukkan daya beli masyarakat relatif

stabil.

Ekonomi Surabaya berkembang ke arah ekonomi yang

digerakkan oleh sektor perdagangan dan jasa, sebagaimana

terjadi pada kota-kota lain di dunia. Potensi besar Kota Surabaya

tersebut dapat terlihat dari semakin dominannya kontribusi sektor

perdagangan dan jasa dalam PDRB. Peningkatan sektor

perdagangan dan jasa tentunya menimbulkan dampak multiplier

effect pada lainnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi

serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang

selama ini sebagai supporting pada sektor perdagangan dan jasa.

Daya saing ekonomi kota Surabaya dilihat dari daya beli

masyarakat nya, relatif paling tinggi di bandingkan kota atau

kabupaten yang ada di Jawa Timur, hal ini dapat di lihat dari data

SUSENAS yang di terbitkan oleh BPS, pada tahun 2009,

persentase penduduk surabaya yang berpengeluaran di atas Rp

500.000,- per bulan perkapita sebanyak 46,36 persen, sedangkan

dibanding seluruh penduduk Jawa Timur, hanya sebanyak

16,74% penduduk saja yang berpengeluaran di atas Rp 500.000,-

per bulan perkapita. Demikian juga dari sisi angka pengeluaran

konsumsi rumah tangga per kapita, rata-rata pengeluran penduduk

Surabayasebesar Rp 640.224,- perkapita per bulan. dengan

komposisi 55,96 % untuk konsumsi non makanan dan 44,04 %

untuk konsumsi makanan. Artinya dengan komposisi tersebut

menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat kota

Surabayarelatif cukup tinggi tercemin sebagian besar pengeluaran

rumah tangga penduduk Surabayadi gunakan untuk memenuhi

kebutuhan non pangan.

Page 118: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 118

II.4.2 FOKUS FASILITAS WILAYAH / INFRASTRUKTUR

Pembangunan Infrastruktur akan meningkatkan mobilitas

manusia dan barang antar daerah dan antar kabupaten/kota, yang

meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas

kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan dan fasilitas air

bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai

tambah bagi perwujudan pembangunan suatu kota.

a. Aksesbilitas Daerah

Surabaya selain sebagai sebuah kota pemerintahan

yang berdiri sendiri sebagai kota juga sebagai ibukota propinsi,

sehingga dengan posisi seperti ini Surabaya sangat diuntungkan

dengan adanya infrastruktur penunjang ekonomi seperti seperti

Terminal Purabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara

Internasional Juanda dan Stasiun Kereta Api Gubeng, yang

mempunyai peran cukup strategis dan diperhitungkan dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi Propinsi

Jawa Timur dan juga alur distribusi perdagangan wilayah

Indonesia khususnya Indonesia Timur. Beberapa aspek daya

saing dalam bidang aksebilitas daerah kota surabaya adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.39

Volume Bongkar/muat Antar Pulau dan Luar Negeri di Pelabuhan

Tanjung Perak

Tahun Bongkar muat Barang Bongkar muat Peti Kemas

Bongkar Muat Jumlah peti

kemas Tonase

2004 15.038.957 10.182.759 1.089.660 16.165.856

2005 6.948.637 6.874.140 1.042.175 13.642.506

2006 16.852.207 14.397.846 1.238.350 18.117.318

2007 18.502.143 14.648.097 1.363.480 20.255.331

2008 21.399.074 16.076.786 1.441.235 22.093.689

Sumber : BPS Kota Surabaya “ Surabaya Dalam Angka 2010”

Page 119: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 119

Tabel 2.40

Arus lalu lintas penumpang domestik dan Internasion al

Pelabuhan Udara Juanda

Tahun Penumpang Bagasi Banyaknya Cargo

Tiba Berangkat Tiba Berangkat Bongkar Muat

2004 4.316.495 3.767.985 28.281.801 26.035.562 23.970.355 22.710.786

2005 3.858.973 3.621.487 35.658.621 35.040.976 39.339.609 38.115.922

2006 4.166.300 3.923.156 36.286.913 35.583.885 27.642.604 29.983.292

2007 4.387.601 4.029.689 40.809.108 37.884.394 26.641.659 30.827.477

2008 4.310.587 3.999.303 39.719.201 34.302.157 27.016.562 30.548.062

2009 5.226.775 4.808.684 42.182.651 35.041.756 30.688.767 34.581.499

Sumber : BPS Kota Surabaya “ Surabaya Dalam Angka 2010”

b. Penataan wilayah

Sebagaimana renacana Tata Ruang wilayah kota

surabaya, Kota surabaya sebagai kota jasa dan perdagangan

maka penataan kawasan perdagangan dan jasa dalam penataan

dan pemanfaatan ruang wilayah Kota Surabaya dikembangkan

dalam skala pelayanan sebagai berikut :

• Internasional dan nasional dilakukan secara terintegrasi

melalui pengembangan kawasan Segiempat Emas Surabaya

yang meliputi : Unit Pengembangan VI Tunjungan yaitu di

kawasan Basuki Rahmat, Embong Malang, Blauran, Praban,

Bubutan, Pahlawan, Pasar Turi, Kapas Krampung, Tunjungan

dan di wilayah Unit Pengembangan V Tanjung Perak yaitu di

kawasan Jalan Perak Barat dan Timur, Jalan Jembatan

Merah dan Jalan Kembang Jepun.

• Regional dan kota meliputi pusat pengembangan di Unit

Pengembangan XI Tambak Oso Wilangun, Unit

Pengembangan VIII Satelit, dan Unit Pengembangan II

Kertajaya.

Page 120: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 120

• Unit pengembangan dan lingkungan tersebar pada setiap

pusat Unit Pengembangan dan pusat lingkungan perumahan.

Sementara Kawasan Budidaya Kota Surabaya yang

merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya

alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan Kota

Surabaya, sebagaimana ditetapkan dalam Review RTRW

adalah dengan meningkatkan kawasan perumahan; kawasan

perdagangan dan jasa; kawasan perkantoran;kawasan

industri;kawasan pariwisata;kawasan ruang terbuka non

hijau;kawasan ruang evakuasi bencana;kawasan peruntukan

ruang bagi kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan

lainnya; dan Kawasan budidaya wilayah laut.

Kawasan perumahan dilakukan dengan

mengembangkan dan menata kepadatan perumahan secara

proporsional dalam memenuhi kebutuhan vertikal seluruh

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan

kawasan perumahan, perluasan penyediaan perumahan vertikal,

serta pengembangan kawasan siap bangun/lingkungan siap

bangun. Dikembangkan pula kawasan perumahan baru yang

terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.

Kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan

mengembangkan dan merevitalisasi Pasar Tradisional,

mengembangkan pusat perbelanjaan secara terintegrasi dalam

skala UP, koridor dan kawasan;mengembangkan toko modern

yang terbatas hanya pada minimarket dalam tingkat unit

lingkungan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan;

mengembangkan pusat perdagangan dan jasa pada setiap Unit

Pengembangan maupun Unit Distrik secara berhierarki; dan

mengakomodasi penyediaan lahan bagi kegiatan sektor informal

pada setiap kawasan perdagangan.

Page 121: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 121

Kawasan perkantoran dilakukan dengan

mempertahankan fungsi perkantoran yang telah ada. Selain itu

dilakukan pula pemusatan layanan perkantoran

pemerintah/pemerintah provinsi/pemerintah daerah secara

berhirarki pada kawasan pelayanan publik dan pengembangan

perkantoran swasta pada pusat-pusat pelayanan kota.

Sementara Kawasan Industri yang merupakan salah

satu potensi ekonomi Kota Surabaya selain perdagangan dan

jasa, dikembangkan sebagai kawasan industri yang ramah

lingkungan. Dikembangkan buffer zone yaitu zona pembatas

atau penyangga kawasan yang berfungsi sebagai pembatas

aktivitas industri, dapat berupa jalur hijau, danau pada kawasan

industri besar dan menengah untuk upaya konservasi

lingkungan. Peran industri kecil dan industri rumah tanggapun

ditingkatkan sebagai sentra industri yang berbasis komunitas.

Pariwisata Kota Surabaya terintegrasi dengan berbagai

kawasan fungsional kota lainnya sehingga obyek wisata yang

dikembangkan adalah obyek wisata tematik terintegrasi sebagai

satu sistem kepariwisataan baik di dalam kota maupun sekitar

wilayah kota. Sebagai kota perdagangan dan jasa maka

disediakan area khusus untuk pameran produk wisata dan

pembangunan serta gelar event wisata. Obyek wisata potensial

yang juga akan dikembangkan adalah ODTW yang berbasis

bahari.

Kawasan ruang terbuka non hijau dikembangkan

sebagai satu kesatuan sistem yang menghubungkan sistem

jaringan dalam kawasan maupun antar kawasan budidaya dan

mengembangkan estetika dan kenyamanan pada setiap

kawasan ruang terbuka non hijau.

Pemerintah Kota telah melakukan penghijauan kota

dalam bentuk penanaman pohon secara mandiri dengan

menggerakkan masyarakat bersama sama dalam kegiatan

green and clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan

Page 122: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 122

lindung berhutan bakau, pembangunan hutan kota,

mempertahankan dan merevitalisasi RTH berupa lapangan,

waduk dan makam yang merupakan aset pemerintah Kota,

merevitalisasi fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan

sungai, sempadan rel KA, median-median jalan dan jalur hijau

pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-buffer

sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri dengan

penggunaan lain di sekitarnya. Luasan RTH yang telah

direkapitulasi mencapai 20,18 persen dari luas total kota

Surabaya yang meliputi RTH makam, RTH lapangan dan

stadion, RTH telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan

fasum dan fasos, RTH kawasan lindung, RTH hutan kota, RTH

taman dan jalur hijau.

Penyediaan kawasan ruang evakuasi bencana dilakukan

dengan menggunakan ruang terbuka hijau dan non hijau yang

ada pada setiap lingkungan dan Kecamatan untuk menampung

korban bencana; serta menggunakan ruang-ruang dan

bangunan lainnya yang dapat berubah menjadi tempat

pengungsian sementara.

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor

informal terintegrasi antara ruang untuk kegiatan sektor informal

dan sektor formal dalam satu kesatuan sistem. Diupayakan pula

untuk mendukung penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana

pendukung bagi kegiatan sektor informal.

Sedangkan kawasan peruntukan lainnya dimaksudkan

untuk mengembangkan kawasan pendidikan tinggi dan

mendistribusikan secara merata fasilitas pendidikan yang

berhierarki mengembangkan fasilitas peribadatan untuk tiap Unit

Pengembangan dan pemukiman baru,mengembangkan fasilitas

kesehatan yang berhierarki serta peningkatan pelayanan fasilitas

kesehatan yang bertaraf internasional,membatasi perkembangan

secara fisik pada sekitar kawasan militer dan depo Bahan Bakar

Page 123: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 123

Minyak dan mengembangkan kawasan pelabuhan yang

terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.

c. Ketersediaan air bersih

Air Bersih merupakan kebutuhan pokok manusia. Air

Bersih banyak dibutuhkan untuk keperluan sehari – hari seperti

minum, memasak, mandi dan sebagainya. Kebutuhan air bagi

warga kota tidak dapat dipisahkan dari PDAM, Karena PDAM

Surya Sembada Kota Surabaya merupakan usaha jasa milik

pemerintah kota Surabaya yang bergerak dalam bidang

penyediaan dan pendistribusian air bersih. Dengan demikian

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya bertanggungjawab

terhadap pendistribusian air minum yang memenuhi standart

kualitas baku mutu.

Jumlah pelanggan PDAM Surya Sembada Kota

Surabaya adalah 403.263 pelanggan pada tahun 2009 yang

terdiri atas perumahan/rumah Tangga, pemerintah,

perdagangan, industri, sosial dan pelabuhan. Dari total

pelanggan PDAM sebesar 403.263 pelanggan, didominasi oleh

pelanggan rumah tangga sebesar 367.456 pelanggan. Meskipun

demikian, pengguna rata-rata terbesar adalah pelanggan

pelabuhan, sosial khusus, industri dan Pemerintah dengan rata-

rata pemakaian diatas 5.000 m3. Data selengkapnya mengenai

jumlah pelanggan air bersih PDAM dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 124: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 124

Tabel 2.41

Pelanggan Air Bersih PDAM di Kota Surabaya Tahun 20 09

No Jenis Pelanggan Jumlah Pelanggan Pemakaian Air (m 3)

1 Perumahan 367.456 125.639.148

2 Pemerintah 1.199 6.583.547

3 Perdagangan 28.609 16.275.374

4 Industri 881 5.797.255

5 Sosial Umum 3.598 5.189.188

6 Sosial Khusus 1.516 10.988.951

7 Pelabuhan 4 383.994

Sumber data : PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Semua jenis pelanggan PDAM Surya Sembada Kota

Surabaya guna ketersedian air bersih disuplai dari 7 instalasi

pengolahan air minum, terdiri atas :

• Sumber Air

• Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel I

• Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel II

• Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel III

• Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang I

• Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang II

• Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang III

Tabel 2.42

Kapasitas Produksi PDAM

NO Instalasi Kapasitas (liter/detik) pada tahun

2008 2009 2010

1 Sumber Air 330 330 330

2 Ngagel I 1.800 1.800 1.800

3 Ngagel II 1.000 1.000 1.000

4 Ngagel III 1.750 1.750 1.750

Page 125: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 125

NO Instalasi Kapasitas (liter/detik) pada tahun

2008 2009 2010

5 Karangpilang I 1.450 1.450 1.450

6 Karangpilang II 2.500 2.500 2.500

7 Karangpilang III - - 2.000

Total 8.830 8.830 10.830

Sumber data : PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Jumlah produksi air di 7 instalasi pengolahan air

minum mengalami peningkatan kapasitas pada tahun

2010 sebesar 2.000 liter/detik dikarenakan telah

selesainya pembangunan IPAM Karangpilang III.

Kapasitas yang dihasilkan pada tahun 2008 sebesar 8.830

liter/detik, tahun 2009 sebesar 8.830 liter/detik dan tahun

2010 sebesar 10.830 liter/detik, dimana IPAM

Karangpilang II memberikan kontribusi terbesar yaitu

23,08 persen, IPAM Karangpilang III sebesar 18,47

persen, IPAM Ngagel I sebesar 16,62 persen, IPAM

Ngagel III sebesar 16,16 persen, IPAM Karangpilang I

sebesar 13,39 persen, IPAM Ngagel II sebesar 9,23

persen dan Sumber Air sebesar 3,05 persen.

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya pada

tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 telah memasang

pipa tersier sepanjang 356.929,41 m dan direncanakan 5

(lima) tahun kedepan telah mampu melampaui target

MDG’s Nasional.

d. Ketersediaan sarana Listrik

Sumber energi listrik merupakan kebutuhan dasar

perkotaan yang diperlukan bagi kebutuhan aktivitas produksi

pada setiap fungsi perkotaan baik hunian, jasa, perdagangan,

industri, transportasi dan sebagainya. Listrik sebagai kebutuhan

dasar kota ini di sediakan oleh PLN sebagai penyedia listrik

Page 126: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 126

resmi dari pemerintah. Kapasitas Listris terpasang untuk kota

surabaya berdasarkan data dari PT PLN Distribusi Jawa Timur

tahun 2007 sebesar 2.817.915 KVA, meningkat menjadi

2.929.962 KVA pada tahun 2008 dan pada tahun 2009

meningkat lagi menjadi 3.016.678 KVA. Konsumsi daya

terpasang listrik rata-rata ada pada kelompok/golongan indutri,

namun pada tahun 2009 lebih banyak pada kelompok/golongan

rumah tangga.

Tabel 2.43

Daya terpasang listrik menurut kelompok pelanggan PLN

Distribusi Jawa Timur untuk Kota Surabaya

Jumlah Daya terpasang menurut kelompok pelanggan P LN Distribusi Jawa

Timur untuk Kota Surabaya

(dlm KVA)

Tahun Rumah Tangga Industri Umum Usaha Jumlah

2006 910.026 998.888 179.557 605.959 2.694.430

2007 953.353 1.004.971 196.407 663.184 2.817.915

2008 994.031 1.014.831 212.006 709.114 2.929.962

2009 1.029.286 1.018.281 222.890 746.221 3.016.678

Sumber : BPS Kota Surabaya “ Surabaya Dalam Angka 2010”

Dilihat dari jumlah pelanggan listrik di kota Surabaya,

pelanggan mayoritas pelanggan pengguna PLN adalah

Kelompok Rumah Tangga lalu kelompok Usaha dan setiap

tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah pelanggan pada

jenis kelompok tersebut. Peningkatan ini salah satunya di

sebabkan tumbuhkan dan berkembangnya wilayah-wilayah

pemukiman dan tempat usaha baru di kota surabaya dalam

beberapa terakhir ini. Banyaknya pelanggan PLN menurut jenis

pelanggan di Surabaya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut

Page 127: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 127

Tabel 2.44

Banyaknya Pelanggan PLN Menurut Jenis Pelanggan

di Kota Surabaya

Banyaknya Pelanggan PLN Menurut jenis Pelanggan di Kota Surabaya

Tahun Rumah Tangga Industri Umum Usaha

2003 635,090 4,087 14,451 50,450

2004 655,474 4,099 15,083 53,091

2005 672,087 3,997 15,916 55,893

2006 685,551 3,950 16,774 57,595

2007 702,434 3,924 17,670 58,922

2008 721,369 3,888 18,730 60,441

2009 736,103 3,862 19,602 61,934

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur,”Surabaya Dalam Angka 2010”

II.4.3 FOKUS IKLIM INVESTASI

Daya tarik investasi untuk menanamkan modalnya sangat

dipengaruhi faktor-faktor seperti suku bunga, kebijakan

perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar

yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga

sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong

berkembangnya investasi antara lain fasilitas keamanan dan

ketertiban, kemudalah proses perijinan, dan ketersediaan sumber

daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. a. Keamanan dan ketertiban

Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai

dengan tahun 2009 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas

masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan

kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan mogok kerja yang

merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban

masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur

pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan

Page 128: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 128

keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan

partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan

lingkungannya.

Tabel 2.45 Angka Kriminalitas di Kota Surabaya

tahun 2005-2009

No Jenis Kriminal 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jumlah kasus narkoba 641 986 1,454 1,127 971

2 Jumlah kasus pembunuhan 23 28 22 22 28

3 Jumlah kejahatan seksual 48 57 48 28 21

4 Jumlah kasus penganiayan 857 794 797 1,016 919

5 Jumlah kasus pencurian 1,965 2,380 2,864 3,597 3,462

6 Jumlah kasus penipuan 1,322 1,417 1,384 1,662 1,554

7 Jumlah kasus penipuan uang 12 16 12 6 16 Sumber BPS Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2010

Jumlah kasus narkoba mulai tahun 2005 sampai 2007

terus meningkat dari tahun ke tahun. Kasus narkoba tahun 2005

mencapai 641 kasus dan pada tahun 2007 meningkat lebih dari

2 kali, mencapai 1454 kasus. Tetapi pada tahun 2008 dan 2009

kasus narkoba berangsur turun. Tahun 2008 turun menjadi 1127

kasus dan tahun 2009 menjadi 971 kasus. Jumlah kasus

pembunuhan di setiap tahun mencapai angka duapuluhan.

Kasus pembunuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2006 dan

2009, mencapai 28 kasus. Jumlah kejahatan seksual sebelum

tahun 2008 cukup tinggi. Pada tahun 2005 dan 2007, kasus

kejahatan seksual mencapai 48 kasus, sedangkan pada tahun

2007 mencapai 57 kasus. Penurunan terjadi pada tahun 2008

dan 2009, yang hanya mencapai 28 dan 21 kasus. Jumlah kasus

penganiayaan pada tahun 2005 mencapai 857 kasus. Pada

tahun 2006 dan 2007 sedikit berkurang menjadi 794 dan 797

kasus. Tahun 2008 meningkat lagi hingga 1016 kasus.

Sedangkan di tahun 2009 turun menjadi 919 kasus. Jumlah

Page 129: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 129

kasus pencurian setiap tahun meningkat. Pada tahun 2005

kasus pencurian mencapai 1965 kasus, dan pada tahun 2009

meningkat hampir 2 kali menjadi 3462 kasus. Jumlah kasus

penipuan pada tahun 2005 mencapai 1322 kasus. Pada tahun

2006 sedikit meningkat menjadi 1417 kasus. Tahun 2007

berkurang menjadi 1384 kasus. Sedangkan tahun 2008 dan

2009 kembali meningkat menjadi 1662 dan 1554 kasus. Kasus

penipuan yang bermoduskan uang dari tahun 2005-2007

berfluktuatif pada 12 dan 16 kasus, menurun drastic pada tahun

2008 menjadi 6 kasus tetapi juga meningkat lagi menjadi 16

kasus pada tahun 2009.

Tabel 2.46

Jumlah Demo Kota Surabaya tahun 2007 - 2010

No Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Bidang Politik 25 34 60 40

2 Ekonomi 54 64 59 54

3 Sosial Budaya 71 83 16 83

4 Jumlah Unjuk Rasa 160 181 135 177

Sumber : Bakesbangpol dan Linmas Kota Surabaya

Sedangkan untuk kasus aksi unjuk rasa, Berdasarkan

tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kejadian unjuk rasa/

demonstrasi yang terjadi di kota Surabaya cenderung mengalami

kenaikan dimana pada tahun 2007 jumlah

unjukrasa/demonstrasi sebanyak 160 kejadian dan pada tahun

2010 sebanyak 177 kejadian. Dari total unjukrasa/demonstrasi

yang terjadi sebagian besar mengenai permasalahan sosial

budaya dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa warga kota

Surabaya semakin kritis terhadap permasalahan-permasalahan

yang ada.

Page 130: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 130

b. Pelayanan Perijinan

Kemudahan Prosedur dan tata cara memperoleh

perijinan atau pengurusan ijin untuk berinvestasi merupakan

salah satu faktor pendukung minat investor untuk berinvestasi di

surabaya. Kecepatan birokrasi dalam melayani permohonan

perijinan Sampai dengan tahun 2009, rata-rata penyelesaian

perijinan untuk beberapa jenis ijin/surat yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kota Surabaya adalah < 7 hari .

Beberapa pelayanan perijinan bahkan sudah

mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 tahun 2003 atas

pelayanan-pelayanan: Ijin Mendirikan Bangunan, Surat Ijin

Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perdagangan, dan Uji Kir

Kendaraan yang berlaku 3 tahun dan telah diperpanjang masa

berlakunya.

Pelayanan perijinan ini akan terus disempunakan dan

diperbaiki oleh Pemerintah Kota Surabaya, sehingga terjamin

kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan serta pada

akhirnya akan memberi kenyamanan dan kemudahan investor

untuk berinvestasi di Surabaya.

II.4.4 FOKUS SUMBER DAYA MANUSIA

a. Kualitas tenaga kerja (rasio lulusan S1/S2/S3)

Tabel 2.47

Rasio lulusan S1/S2/S3 Kota Surabaya Tahun 2007- 20 11

No Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah Lulusan S1/ S2/ S3 252.652 273.574 277.610 301.079

2 Jumlah Penduduk 2.829.552 2.903.382 2.938.225 2.929.528

3 Rasio Lulusan S1/ S2/ S3

(4/5)

0.089 0.094 0.094 0.103

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan

dalam rangka pembangunan adalah menyangkut kualitas

sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat

Page 131: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 131

dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi

kesempatan kerja. Peningkatan kualitas SDM yang merupakan

hal penting, disebabkan adanya kesenjangan antara kualitas

tenaga kerja dengan yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri.

Seperti tampak pada data rasio kelulusan S1/S2/S3 Kota

Surabaya masih cukup rendah. Kesenjangan ini akan

menimbulkan dua akibat yaitu terjadinya pengangguran yang

terus meningkat dan rendahnya produktifitas.

Pada tahun 2007 telah ada peningkatan untuk penduduk

dengan kelulusan pendidikan sarjana dan pasca sarjana. Yaitu

dengan rasio 0,089 pada tahun 2007, 0.094 tahun 2008, 0.094

di tahun 2009 dan 0.103 pada tahun 2010. Fakta ini

mencerminkan bahwa sudah ada peningkatan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan tinggi dalam

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

b. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)

Table 2.48 Rasio Ketergantungan

No Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah Penduduk Usia < 15

tahun 603.762 648.629 605.861 562.189

2 Jumlah Penduduk Usia > 64

tahun 142.496 144.341 176.944 192.749

3 Jumlah Penduduk Usia

Tidak Produktif (1) & (2) 746.258 792.970 782.805 754.983

4 Jumlah Penduduk Usia 15-

64 tahun 2.083.294 2.110.412 2.155.420 2.174.545

5 Rasio ketergantungan (3) /

(4) 0.358 0.376 0.363 0.347

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah

perbandingan antara jumlah penduduk dan umur 0-14 tahun

Page 132: BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Ukuran A5 · pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara ... R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 II - 10

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 132

ditambah dengan jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas

dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Semakin tingginya rasio ketergantungan menunjukkan semakin

tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif

untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak

produktif, demikian pula sebaliknya. Dari data rasio

ketergantungan yang ada menunjukkan bahwa struktur umur

penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu (1) kelompok

umur muda, dibawah 15 tahun; (2) kelompok umur produktif,

usia 15-64 tahun; dan (3) kelompok umur tua, usia 64 tahun

keatas. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat

ketergantungan Kota Surabaya mengalami penurunan, hal ini

tercermin dari jumlah penduduk usia tidak produktif sebesar

782.805 di tahun 2009 dibandingkan dengan jumlah penduduk

usia produktif sebesar 2.155.420 sehingga rasio ketergantungan

sebesar 0.363 sedangkan untuk tahun 2010, rasio

ketergantungan Kota Surabaya sebesar 0.347 yaitu dari jumlah

penduduk usia tidak produktif sebesar 754.983 dibandingkan

dengan jumlah penduduk usia produktif yang mencapai

2.174.545. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang yang

berusia kerja mempunyai tanggungan sebanyak 34 orang yang

belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.