36
28 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Geografis Geografis suatu daerah sangat mempengaruhi mata pencaharian, karakter, dan pola pikir suatu masyarakat. Daerah Tabanan di Bali Selatan merupakan daerah yang terdiri dari dataran yang cukup luas dan banyak sungai mengalir sebagai sarana pengairan dan memberikan perkembangan bagi masyarakat untuk bercocok tanam. Kehidupan masyarakat petani di Tabanan, khususnya di Desa Belimbing dan ditunjang oleh beberapa faktor antara lain : (1) Struktur tanah dan (2) iklim. Struktur tanah, berupa bentuk tanah dari bagian utara (daerah pegunungan), hingga ke selatan daerah dataran rendah (daerah persawahan), dari tanah yang berposisi kurang datar, sehingga yang datar. Bagi yang tanah yang letaknya agak miring, maka tanaman disesuaikan dengan keadaan lahan. Keanekaragaman lahan membuat heterogen hasil pertanian yang dihasilkan penduduk. 1 Iklim juga menentukan dan sangat berpengaruh terhadap suatu daerah. Iklim di daerah Belimbing khususnya di Tabanan umumnya secara global dipengaruhi oleh angin muson yang menyebabkan adanya dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selain angin musim pegunungan Bali yang membentang dari barat sampai ke timur Bali, membagi Bali secara geografi yaitu Bali Utara dan Bali Selatan. Kedua daerah ini mempunyai iklim 1 I Gusti Gde Raka, Monografi Pulau Bali. (Djakarta:Pusat Djawatan Pertanian Rakyat 1955), p.25.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Geografis II.pdf · 28 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Geografis Geografis suatu daerah sangat mempengaruhi mata pencaharian,

Embed Size (px)

Citation preview

28

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Geografis

Geografis suatu daerah sangat mempengaruhi mata pencaharian,

karakter, dan pola pikir suatu masyarakat. Daerah Tabanan di Bali Selatan

merupakan daerah yang terdiri dari dataran yang cukup luas dan banyak

sungai mengalir sebagai sarana pengairan dan memberikan perkembangan

bagi masyarakat untuk bercocok tanam. Kehidupan masyarakat petani di

Tabanan, khususnya di Desa Belimbing dan ditunjang oleh beberapa faktor

antara lain : (1) Struktur tanah dan (2) iklim. Struktur tanah, berupa bentuk

tanah dari bagian utara (daerah pegunungan), hingga ke selatan daerah dataran

rendah (daerah persawahan), dari tanah yang berposisi kurang datar, sehingga

yang datar. Bagi yang tanah yang letaknya agak miring, maka tanaman

disesuaikan dengan keadaan lahan. Keanekaragaman lahan membuat

heterogen hasil pertanian yang dihasilkan penduduk.1

Iklim juga menentukan dan sangat berpengaruh terhadap suatu

daerah. Iklim di daerah Belimbing khususnya di Tabanan umumnya secara

global dipengaruhi oleh angin muson yang menyebabkan adanya dua musim,

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selain angin musim pegunungan Bali

yang membentang dari barat sampai ke timur Bali, membagi Bali secara

geografi yaitu Bali Utara dan Bali Selatan. Kedua daerah ini mempunyai iklim

1 I Gusti Gde Raka, Monografi Pulau Bali. (Djakarta:Pusat Djawatan Pertanian Rakyat 1955), p.25.

29

yang berbeda dan tentunya juga tergantung dari mana datangnya angin.

Daerah Bali Selatan memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Pada musim

kemarau yang sebenarnya kering, namun curah hujan di Bali Selatan masih

cukup tinggi, terutama di Tabanan bagian utara, menyebabkan musim

kemarau seolah-olah tidak dirasakan.2

Dataran rendah di Bali Selatan, khususnya di Tabanan lebih luas dari

dataran rendah di Bali Utara. Disamping curah hujan yang cukup tinggi,

sungai-sungai yang mengalir ke Bali Selatan lebih panjang dari sungai-sungai

yang mengalir di Bali Utara. Dari bulan Desember sampai bulan Februari

angin bertiup dari barat dan barat laut. Sedangkan pada bulan Juni sampai

Agustus angin bertiup dari Timur dan Tenggara. Pada bulan Maret sampai

Mei angin bertiup berubah arah. Kelembaban udara di Tabanan berkisar antara

60-90%, pada musim hujan mencapai 100%, sedangkan pada musim kering

mencapai 60%. Suhu udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, tetapi

rata-rata suhu di Bali Selatan berkisar antara 28-30oC.3

Daerah penelitian di Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, meskipun

Desa sebagian kecil tanahnya sangat subur dan terletak pada dataran rendah,

banyak sungai yang mengalir memudahkan bagi petani untuk mengairi padi

sawah. Daerah Desa Belimbing juga mempunyai wilayah dataran tinggi yang

merupakan bagian tengah pegunungan Bali. Daerahnya sangat cocok untuk

perkebunan seperti cengkeh, kopi. Perkebunan rakyat di Desa Belimbing

merupakan usaha penduduk setelah padi sawah.

2Ibid, p.4. 3Data Bali Membangun, (Denpasar : Bapeda Tk. I Bali,1988), pp.1-3.

30

Secara geografis daerah penelitian meliputi geografis masyarakatnya,

berbeda, yaitu profil masyarakat pertanian penduduk sudah di profil

masyarakat perkebunan. Kedua profil masyarakat sangat menunjang

kehidupan masyarakat dalam arti kebutuhan akan bahan makanan akan

disuplai oleh pertanian penduduk sawah. Sebaliknya tanaman cash roof, yang

bisa diperjual belikan didukung oleh perkebunan rakyat yang sudah ada sejak

jaman dahulu.4

Desa Belimbing merupakan desa yang memiliki organisasi subak,

tidak ada bedanya dengan Desa-desa lainnya di Bali. Kabupaten Tabanan

merupakan lumbung berasnya daerah Bali. Desa Belimbing adalah salah satu

penghasil beras itu. Desa Belimbing terletak dalam wilayah Kecamatan

Pupuan, Kabupaten Tabanan. Dilihat secara formal administrative desa dinas

Desa Belimbing memiliki luas 2.508,66 ha dengan perincian 544,60 ha areal

sawah, 1.700,56 ha areal kebun, 18,00 ha areal pemukiman, 225,00 areal tanah

adat, 20,00 ha areal hutan dan 0,50 ha adalah areal perkantoran. Wilayahnya

terbagi dalam 8 dusun/banjar yakni :

1. Br. Dinas Pemudungan

2. Br. Dinas Desa Belimbing Tegal

3. Br. Dinas Desa Belimbing Anyar

4. Br. Dinas Beniti

5. Br. Dinas Desa Belimbing Desa

6. Br. Dinas Belantibah

4Profil Desa Belimbing Tahun 2007.

31

7. Br. Dinas Durentaluh

8. Br. Dinas Suradadi5

Territorial Desa mencakup wilayah yang terbukti, memiliki banyak

sungai, dan berada di kaki bukit Gunung Batukaru dengan ketinggian 500 –

600 km diatas permukaan laut, wilayah Desa Belimbing memiliki batas-batas

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sunda dan Hutan Batukaru;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karyasari dan Desa Wanagiri

Kauh;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tiying Gading dan Desa Angkah

; dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jelijih Punggang

Desa Belimbing berjarak 30 Km dari Kota Kabupaten Tabanan, dan

60 Km dari Kota Denpasar sebagai kota Provinsi daerah tingkat I Bali.

Dilihat dari tradisi Adat Desa Belimbing terdiri dari 3 Desa Adat,

yaitu :

1. Desa Adat Desa Belimbing;

2. Desa Adat Duren Taluh;

3. Desa Adat Suradadi6

Seperti juga Desa-desa yang lain di Bali, keadaan iklimnya adalah

beriklim tropis, dengan musim kemarau dan musim hujan yang panjang.

Curah hujan yang tinggi dalam jangka waktu setahun adalah yaitu sekitar 5000

5 Profil Desa Belimbing Tahun 2007. 6Potensi Desa Belimbing,2013.

32

mm/tahun, dengan kisaran antara 7 – 8 bulan saja, yaitu bulan Oktober,

November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April, sedangkan dari

bulan Mei sampai September adalah musim kemarau. Keadaan ini

memberikan ciri pada kehidupan hutan subtropics di kaki Gunung Batukaru

sedangkan persawahan terletak dekat dibalik bukit tersebut. Hal itu

menyebabkan sebagian warga Desa Adat mengerjakan atau mengolah sawah,

maka dikerjakan oleh pemilik sawah sendiri. Tanah sawah yang ada sebagian

besar adalah milik para petani sendiri. Orang di luar Desa dilarang membeli,

menggadai, serta menyewa.7

Hasil sawah dari tegal milik Desa dipergunakan untuk berbagai

keperluan upacara adat dan agama. Selain tanah milik desa adat masih ada

tanah yang dimiliki oleh pribadi, dan tanah laba pura. Tanah milik desa adat

sebagian besar digarap oleh warga Desa Belimbing (bukan orang lain/warga

pendatang).8

Sawah milik Desa dan perorangan yang terletak dibalik bukit,

pengairannya diatur oleh organisasi pengairan sawah yang dinamakan subak,

seperti yang biasa terdapat di Desa-desa lainnya di wilayah Bali. Beberapa

organisai subak yang mengatur pengairan sawah tersebut, yaitu : subak Mas,

subak Gemuh, subak Teben Telabah, subakNyangglad, subak Durentaluh,

subak Suradadi, dan subak Abian. Keadaan geografis Desa Belimbing

khususnya menyangkut wilayah administrasi dan pengolahan tanah tersebut

7 Wawancara dengan Bapak I Gusti Putu Suanda, Kelian Adat Desa

Beniti, wawancara pada tanggal 1 April 2014. 8 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Belimbing

2010-2015.

33

diatas, diharapkan menjadi salah satu faktor yang menjamin kehidupan

warganya dalam hidup bermasyarakat.

2.2 Sejarah Desa Belimbing

Desa Belimbing mempunyai latar belakang sejarah yang panjang

dalam konteks sejarah Bali. Hal ini disebabkan karena Desa ini sangat

strategis dan terletak di persimpangan jalan di tengah-tengah Bali. Desa ini

terletak antara pusat-pusat kekuasaan lama di Bali yaitu :Kerajaan Tabanan,

Kerajaan Badung, Kerajaan Gianyar, dan Kerajaan Buleleng. Lagi pula desa

ini cukup subur sebagai daerah pertanian dan perkebunan dengan sumber air

yang berlimpah. Perkebunan kopi rakyat sudah terkenal sejak abad ke-17.

Daerah Desa Belimbing dan Pupuan terkenal sebagai penghasil kopi utama di

Bali pada abad 18-19.9 Dengan demikian desa ini sangat cocok untuk daerah

pemukiman dan menarik beberapa penduduk dari berbagai daerah di Bali

untuk mengembangkan kehidupan.

Sebagai bukti bahwa Desa ini sudah lama umurnya dengan adanya

Pura Mekori yang merupakan pura yang cukup tua umurnya. Pura ini juga

disungsung atau diempon oleh umat Hindu seluruh Bali yang dikelompokkan

menjadi Pura Kahyangan Jagat. Kekunoan Pura ini dapat dibuktikan bahwa

pura ini sejaman dengan Pura Puakan di Desa Puakan, Tegalalang Gianyar.

Menurut arkeologi I Gusti Ngurah Tara Wiguna, sejarah berdirinya Pura

Mekori hampir sama dengan sejarah dengan Pura Puakan. Pada mulanya tidak

ada pelinggih dalam pura ini, yang dipuja pada mulanya adalah gundukan batu

9 Lauts, Bali en Balienezen,1848. p.25.

34

dan pohon. Pelinggih “di tanah” kan yang sering disebut Mretiwi. Pura ini

diperkirakan ada sejak abad 16 setelah Rsi Markandeya menanam Panca Datu

di Besakih. Rombongan Rsi Markandeya bergerak ke Barat dan meneruskan

perjalanan dan membangun pemukiman10. Sekarang di Pura Mekori tidak ada

istilah Mretiwi, karena sudah dibangun pelinggih. Menurut informasi

Pemangku Pura Mekori, pura ini diperkirakan berdiri tahun 1700 an.11

Berbagai klen (soroh) menempati Desa ini, menunjukkan bahwa Desa

ini menarik dan menjanjikan para warga dari seluruh Bali untuk mendiami

Desa ini untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Kehidupan heterogen

Desa ini menjadi menarik dan jarang ada Desa di Bali yang seheterogen Desa

Belimbing. Migrasi dari berbagai sorohmewarnai kehidupan desa ini dan

dapat dilihat sampai sekarang. Terdapat kelompok Pasek,

Bendesa,Kebayan,Triwangsa dan warga lainnya yang tidak jelas sorohnya dan

mungkin menyembunyikan kewangsaannya.12

Kapan terjadinya migrasi penduduk ke Desa Belimbing, tidak ada data

yang pasti, sehingga kita bisa berasumsi. Sekitar tahun 1700 an ada

perpindahan warga dari daerah Selemadeg yang dikelompokkan dalam klan

atau soroh Pasek Tohjiwo. Sebelumnya sudah ada kelompok yang menghuni

Desa Belimbing yaitu Pasek Margetelu. Rupanya Pasek Margetelu kalah

10Wawancara dengan I Gusti Ngurah Tarawiguna Dosen Fakultas Sastra

dan Budaya Unud, bertempat di Kampus Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, pada tanggal 20 September 2015.

11Wawancara dengan I Wayan Gatra, umur 70 Tahun, Bendesa Adat Duren Taluh, bertempat di rumah Bendesa Adat Duren, wawancara pada tanggal 2 April 2014.

12Akibat Perang, Orang sering menyembunyikan identitasnya, Lihat Ida Bagus Sidemen, Sejarah Keluarga. Denpasar. Pp. 1-17.

35

dominan dan dikalahkan oleh Pasek Tok Jiwo. Kelompok Pasek Tohjiwo

kemudian dapat menguasai Desa dan seterusnya memerintah Desa Belimbing

sampai saat ini. Kelompok Pasek Tohjiwo menjadi pemangku Pura Desa

(Pura Bale Agung), Pura Pasek dan Pura Dalem. Pemangku Pura Mekori juga

berasal dari Pasek Toh Jiwo. Kawitan PasekTohjiwo sekarang terletak di

Selemadeg Timur. Sebelum menempati Desa Belimbing, PasekTohjiwo

menetap di Desa Wangaya Gde Tabanan.13

Menurut beberapa informan, fase berikutnya datang kelompok lain

dari Buleleng yang dikelompokkan dalam sorohPasek Gelgel. Masuk akal,

karena kerajaan Buleleng dibawah Panji Sakti abad 17-18 pernah besar dan

menguasai sampai Bali Selatan dan Pegunungan Bali Selatan. Raja Panji Sakti

pernah bersekutu dengan kerajaan Mengwi pada abad 17-18. Kelompok Pasek

Gelgel sebelum masuk ke Desa Belimbing berdiam di daerah Pegunungan

sekitar Pupuan yang lebih dekat dengan daerah Buleleng. Kawitan atau

merajanPasek Gelgel terdapat di Desa Wanagiri Buleleng.

Kemudian datang sorohtri wangsa yakni keturunan Arya Kepakisan

yang diperkirakan pada akhir abad ke-17 akhir atau awal abad ke-18. Menurut

informasi dan data sejarah yang ada kedatangan soroh Kepakisan setelah

perang Gelgel, yaitu setelah pemberontakan I Gusti Agung Marti akhir abad

ke-17. Keturunan ini membangun kawitan atau merajan agung di Desa

Belimbing dan tidak mempunyai kawitan di tempat lain. Menarik sekali

bahwa apabila ktia melihat atau mempelajari pemberontakan I Gusti Agung

13Wawancara dengan Tokoh Desa I Gusti Ketut Retu, Pekerjaan Petani,

alamat Br. Beniti, wawancara pada tanggal 2 April 2014.

36

Maruti, setelah kalah dan terusir dari Gelgel, Maruti dan keturunannya sulit

dilacak tempatnya. Dalam sejarah Mengwi tulisan Henk Schulte Nordholt,

Maruti mendapat perlindungan di Mengwi.14 Tetapi datanya tidak cukup kuat.

Ternyata keturunan I Gusti Agung Maruti masak ke Desa Belimbing dan

kemudian membangun Merajan Agung. Memang setelah menghilang karena

kekalahannya, tidak ada informasi akurat tentang I Gusti Agung Maruti dan

keturunannya. Masuk akal mereka masuk ke Desa Belimbing karena Desa ini

terletak di pedalaman dan sulit ditemukan.15 Tetapi mereka dapat membangun

kehidupan baru karena Desa ini cukup menjanjikan yaitu cukup subur dan

luas.

Salah seorang keturunan I Gusti Agung Maruti adalah I Gusti Ketut

Kamasan meneruskan kehidupan di Desa Belimbing. Kamasan adalah nama

Desa dekat Blahbatuh Gianyar tempat pelarian pertama I Gusti Agung Maruti.

I Gusti Ketut Kamasan juga membawa kelompok kebayan sebagai pengikut,

warga keturunan I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Ketut Kamasan dengan

para Kebayan kemudian membangun kehidupan di Desa Belimbing.

Kelompok ini membangun banjar baru yang disebut Banjar Anyar, sedangkan

Banjar para Pasek adalah Banjar Desa.

Kelompok Tri Wangsa yang lain juga datang ke Desa Belimbing,

diantaranya datang dari Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri, Tabanan.

Kelompok ini umum disebutsoroh Arya Belog atau Arya Tan Wikan. Soroh ini

14Henk Schulte Nordhold, Tentang Kerajaan Mengwi. 15Lihat Suada. Pebalik, I Gusti Agung Maruti. Skripsi Jurusan Sejarah

Unud. Belum diterbitkan.

37

diperkirakan datang pada sekitar abad ke-18 untuk mencari kehidupan yang

lebih baik, karena tanah dan hutan masih cukup tersedia. Kelompok Tri

Wangsa lain yang mewarnai kehidupan Desa Belimbing berikutnya yaitu

soroh AryaKenceng Tegeh Kori dari Benculuk Badung. Soroh ini

dikelompokkan menjadi Arya KencengTegeh Kori. Sebagai bukti ikatan

sejarah mereka, soroh ini mempunyai Merajan di Benculuk-Badung (dekat

Denpasar). Arya Kenceng adalah pendiri kerajaan Tabanan, sehingga masuk

akal keturunannya ada menetap di Desa Belimbing.

Kelompok-kelompok pendatang ini kemudian mewarnai kehidupan

Desa Belimbing yang memang subur dan menjanjikan. Mereka

mengembangkan pertanian dan perkebunan. Masyarakat pendatang ini

kemudian membangun kelompok yang sampai sekarang menjadi Banjar

Tegal, karena mengembangkan perkebunan. Banjar Tegal melengkapi banjar

yang sebelumnya ada yaitu banjar Desa. Banjar Desa adalah Banjar pertama

yang ada di Desa Belimbing, yaitu kumpulan dari warga Pasek, Bendesa dan

yang lain. Kelompok Tri Wangsa dari keturunan I Gusti Agung Maruti dan I

Gusti Ketut Kamasan membangun Banjar Anyar bersama pengikutnya dari

kelompok Kebayan.

Kelompok lain yang lebih kecil berasal dari Desa Sidatapa Buleleng

dan kelompok Blambangan juga dari Buleleng, tetapi sudah lama masuk

Tabanan. Masuk akal, karena kerajaan Buleleng pernah menguasai kerajaan

Bali Selatan. Terdapat pula soroh Bendesa Mas yang berasal dari Desa Mas

Gianyar. Keberadaan Bendesa Mas diperkirakan akhir abad ke-18 tepatnya

38

setelah terjadi perang Nambangan tahun 177616. Perang Nambangan adalah

perang antara Pangeran Mas (Bendesa Mas) melawan kerajaan Sukawati-

Gianyar. Pihak Bendesa Mas mengalami kekalahan dan terusir dari Desa Mas.

Banyak diantara mereka mengungsi ke Desa-desa di Bali dan menyebar untuk

menghilangkan jejak, boleh jadi soroh Bendesa Mas menyebar setelah perang

Nambangan dan masuk ke desa Belimbing.

Seterusnya pada jaman kerajaan periode abad 19, Desa Belimbing

tidak pernah disebut-sebut, karena kehidupan pedesaan luput dari peristiwa-

peristiwa politik dan kenegaraan pada jaman kerajaan. Memang warga Desa

Belimbing mayoritas adalah pelarian politik, sehingga mereka berusaha

menyembunyikan identitasnya. Pada awal abad ke-20 ketika Belanda

menjajah Bali, daerah pegunungan Pupuan termasuk Desa Belimbing disebut-

sebut sebagai penghasil kopi utama di Bali. Pada tahun 1931 berdiri pula

Sekolah Rakyat atau Sekolah Desa di Belimbing yang sekarang menjadi

Sekolah Dasar. Tanaman kopi juga mulai dikembangkan oleh rakyat karena

laku keras dalam pasaran kopi sampai ke Jawa, kopi kemudian menjadi denyut

nadi perekonomian Desa Belimbing.

Pada jaman Jepang dan Revolusi 1945-1950 Desa Belimbing juga

bergerak untuk menyambut perjuangan. Terjadi perjuangan bersenjata

melawan Jepang dan kemudian melawan Belanda. Pada waktu Puputan Marga

20 Nopember 1946 beberapa pejuang dari Desa Belimbing mengambil bagian

dan gugur dalam pertempuran. Tercatat dalam sejarah yang dimakamkan di

16Babad Bendesa Manik Mas.

39

Taman Makam Pahlawan Margarana yaitu : I Gamit, Pan Sembrog, Nang

Gileh. Aktifitas masyarakat Desa Belimbing dalam revolusi disamping itu

berperang mengangkat senjata, juga banyak memasak makanan bagi pejuang.

Desa ini aman untuk para gerilya karena daerahnya yang masih berhutan lebat.

Banyak warga Desa Belimbing yang mendapat predikat pahlawan dan Veteran

pejuang meskipun saat ini sebagian besar telah meninggal.

Pada masa kehidupan partai-partai politik tahun 1950 smapai 1960 an

terjadi juga pergolakan. Pada tahun 1955 masuk Partai Sosialis Indonesia(PSI)

sehingga terjadi pergolakan dan perpecahan di Desa karena di Desa Belimbing

mayoritas pengikut Partai Nasional Indonesial (PNI). Pada tahun 1960 an

masuk juga Partai Komunis Indonesia(PKI) ke Desa Belimbing, sehingga

kehidupan masyarakat penuh dengan ketegangan dan permusuhan. Puncaknya

pada tahun 1965 tokoh-tokoh PKI banyak yang ditangkap dan dibunuh.

Pergolakan dan ketegangan politik terus berlanjut sampai tahun 1971, ketika

terjadi pengelompokan secara paksa oleh orde baru. Masyarakat Desa

Belimbing yang mayoritas PNI tidak bisa menerima penuh masuk Golkar.

Aksi kekerasan terus berlangsung sampai menghancurkan rumah-rumah tokoh

PNI. Pada tahun 1998 saat jatuhnya orde baru dengan Golkar, masyarakat

Desa Belimbing melembagai PDIP sebagai reprensi partai nasionalis sampai

sekarang.

40

2.3 Kependudukan, Mata Pencaharian, Pendidikan & Kesehatan

2.3.1 Kependudukan

Berdasarkan data statistik tahun 2014, jumlah penduduk Desa

Belimbing tercatat 4.589 jiwa yang terdiri dari 1.263 kepala keluarga. Namun

demikian dari jumlah penduduk yang tercatat tersebut tidak seluruhnya

tinggal di Desa Belimbing. Walaupun tercatat sebagai penduduk Desa

Belimbing, namun banyak warga yang tinggal di luar lingkungan Desa

Belimbing. Salah satu penyebab adalah mencari pekerjaan di luar lingkungan

Desa atau melanjutkan sekolah di kota-kota besar. Walaupun Desa Belimbing

cukup luas dan cukup bisa menampung pertumbuhan penduduk, tetapi karena

kepentingan mencari pekerjaan dan kebutuhan pendidikan, menyebabkan

banyak penduduk Desa Belimbing yang hidup di luar desa. Untuk lebih

jelasnya dalam tabel berikut dideskripsikan komposisi penduduk Desa

Belimbing berdasarkan golongan umur, jenis kelamin.

Komposisi Penduduk Desa Belimbingan Berdasarkan Golongan Umur

dan Jenis Kelamin

No. Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0 – 4 Th 103 109 212

2. 5 – 9 Th 126 143 269

3. 10 – 14 Th 114 121 235

4. 15 – 19 Th 132 150 282

5. 20 – 24 Th 157 192 349

41

6. 25 – 29 Th 155 156 211

7. 30 – 34 Th 201 202 411

8. 35 – 39 Th 203 178 381

9. 40 – 44 Th 199 185 384

10. 45 – 49 Th 180 182 362

11. 50 – 54 Th 219 204 423

12. 55 – 59 Th 126 150 276

13. 60 keatas 284 247 531

2.207 2.319 4.526

Sumber: Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan.

Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa penduduk yang termasuk

kedalam usia non produktif yang berada pada usia 0 – 14 Tahun berjumlah

716 orang dan yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 531 orang. Dengan

demikian penduduk yang masuk dalam usia produktif lebih dominan.

Kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan terus

mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari catatan penduduk yang pernah

dan sedang menempuh pendidikan formal terus mengalami peningkatan. Hal

ini terlihat dari sebagian besar penduduk Desa Belimbing telah menempuh

pendidikan. Bagi mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal

hanya menempati prosesntase paling kecil dari keseluruhan jumlah penduduk.

Meningkatnya kesadaran penduduk untuk memberikan pendidikan yang baik

bagi warga Desa didukung oleh kesediaan sarana pendidikan yang memadai.

Demikian juga tingkat perekonomian penduduk relatif baik tersedianya biaya

42

untuk menempuh pendidikan sampai di luar desa yaitu ke tempat Kecamatan

maupun Kabupaten yang ada. Di Desa Belimbing tersedia lembaga

pendidikan sampai tingkat SMP, di tingkat Kecamatan sampai tingkat SMA.

Sedangkan tingkat Perguruan Tinggi dilanjutkan di tingkat Provinsi.

Mobilitas penduduk cukup tinggi. Terbukti para pemudanya banyak

yang pergi ke berbagai kota di Bali, bahkan ke luar Bali seperti ke Jawa.

Adapun kepentingannya bermacam-macam antara lain untuk melanjutkan

sekolah, untuk bekerja pada instansi pemerintah dan swasta, untuk berjualan

dan berdagang.

Lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Belimbing adalah

Taman Kanak-Kanak (TK) yang berjumlah 1 (satu) buah. Sekolah Dasar (SD)

yang berjumlah 4 (empat) buah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang

berjumlah 1 buah. Sedangkan SMA Negeri ada di Kecamatan Pupuan.

Dari segi pendidikan, dapat dikelompokkan taraf pendidikan

masyarakat Desa Belimbing sebagai berikut :

No Tingkatan Penduduk Jumblah Penduduk

1 SD 2.373 Jiwa

2 SMP 984 Jiwa

3 SMA 477 Jiwa

4 DIPLOMA 7 Jiwa

5 SARJANA 36 Jiwa

6 BUTA HURUF 491 Jiwa

Sumber : Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan

43

Dari tabel 2 diatas, tingkat pendidikan di Desa Belimbing cukup maju,

hanya tingkat buta huruf masih sedikit itupun kelompok usia tua, sedangkan

mereka yang berpendidikan menengah sampai sarjana cukup banyak.

Penduduk yang masih dan telah lulus sekolah menengah dan sarjana

jumlahnya cukup banyak. Seiring dengan pertumbuhan usianya, maka jumlah

penduduk yang memperoleh pendidikan formal cukup meningkat (2.373)

orang. Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran warga akan pentingnya

pendidikan bagi putra-putrinya sangat tergolong baik.

Pada masa sekarang ini tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang

sangat berpengaruh terhadap peluangnya dalam meraih lapangan pekerjaan.

Hal ini juga membawa pengaruh pada perubahan pola pikir orang tua dalam

memberikan pendidikan pada putra-putrinya. Banyak orang tua di Tabanan,

khususnya di Desa Belimbing yang mengarahkan anak-anaknya untuk

menuntut ilmu sampai jenjang yang lebih tinggi dengan harapan agar anaknya

mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik dan mampu memperbaiki tingkat

perekonomian keluarga.

Menurut Direktur Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa seperti

yang dikutip oleh Darma Suteja17, bahwa tingkat pendidikan pada masyarakat

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : tingkat pendidikan rendah, apabila

penduduk yang menamatkan SD keatas kurang dari 30%. Tingkat pendidikan

sedang, apabila tamat SD diatas 30% (30-60%). Tingkat pendidikan tinggi,

apabila yang menamatkan SD keatas lebih dari 60%. Apabila diamati tingkat

17Darma Suteja,“Hubungan Keragaman Etnis dan Agama di Bali” dalam

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional No. 25, 2006, p.34.

44

pendidikan masyarakat Desa Belimbing berada pada level menengah

mendekati tinggi.

2.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian hidup adalah merupakan suatu faktor yang selalu

ada dalam kehidupan manusia dan tidak bisa lepas dari penduduk itu sendiri.

Mata pencaharian hidup merupakan suatu kebutuhan dasar (basic need) bagi

manusia demi mempertahankan hidupnya. Mata pencaharian hidup sudah ada

semenjak adanya manusia. Karena ada proses perubahan yang dialami oleh

makhluk hidup, maka mata pencahariaan hidup ini mengarahkan adanya

perubahan, terkadang perubahan mata pencaharian seperti sangat lambat, ada

halnya perubahan cepat yang disebut perubahan sosial.

Mata pencaharian penduduk Desa Belimbing mayoritas adalah petani,

baik petani pemilik sawah maupun petani penggarap. Demikian juga

penduduk juga mengusahakan perkebunan, peternakan dan dalam bidang

pariwisata sebagai karyawan Bungalow. Banyak juga sebagai karyawan

swasta, pedagang, pegawai negeri / ABRI.

Di Desa ini disamping bapak-bapak bekerja, maka kaum wanita tak

mau ketinggalan. Kaum ibu membantu para suaminya atau bagi yang belum

bersuami membantu orang tuanya bagi janda bekerja bagi keluarganya.

Mereka bekerja hanya untuk keluarga. Para wanita bekerja pada umumnya

dalam sektor pertanian walaupun ada yang bekerja di sektor lain seperti

menjahit, berdagang dan guru. Usia para wanita yang bekerja rata-rata di atas

usia 20 tahun. Akan tetapi anak-anak perempuan yang membantu bekerja ada

45

yang masih berusia 10 tahun (usia sekolah). Mereka hanya membantu dalam

arti membuatkan nasi (menanak nasi), membersihkan rumput di sawah dan

sebagainya. Ini dilakukan setelah mereka pulang sekolah, sehingga tidak

mengganggu kelancaran sekolah mereka. Ada pula anak usia 15 tahun yang

putus sekolah dan mereka membantu orang tuanya, akan tetapi jumlahnya

relatif kecil.

Masyarakat Desa Belimbing ada beberapa yang bekerja atau pencari

ilmu di kota. Mereka itu baik pria maupun wanita dan anak-anak, ada yang

ngelaju ke kota, yaitu berangkat pagi hari dan pulang pada sore hari.

Transportasi yang mereka pakai adalah kendaraan umum dan ojek. Bagi anak-

anak yang bersekolah di SMP Pupuan memakai sepeda motor. Bagi

mahasiswa dan anak-anak SMA yang bersekolah di Tabanan dan Denpasar

ada yang kost dan ada pula yang ngelaju.

Masyarakat Desa Belimbing ada juga migran secara musim yaitu

apabila setelah selesai tanam padi mereka pergi ke kota untuk bekerja sebagai

buruh dan pedagang dan setelah masa panen, mereka pulang ke kampung

kembali. Jadi hanya dalam bulan-bulan tertentu saja mereka migrasi ke kota.

Sedangkan mereka yang migrasi secara permanen ada beberapa yang memiliki

pekerjaan dan tempat tinggal tetap di kota dan pulang kampung hanya pada

hari-hari raya seperti Galungan, Nyepi dan lainnya.

Kehidupan masyarakat Desa Belimbing tidak jauh berbeda dengan

kehidupan masyarakat lainnya di Bali, bahwa berlaku juga bermacam-macam

usaha untuk bertahan hidup atau adanya beraneka ragam mata pencaharian.

46

Sebagian besar penduduk Desa Belimbing mempunyai mata pencaharian

sebagai petani, mereka hidup dari hasil bercocok tanam baik sebagai pemilik

(mereka sebagian besar tinggal di Desa Belimbing), maupun sebagai

penggarap (banyak berasal dari Dusun Suradadi, Durentaluh dan Desa

Belimbing, yang tinggal di puncak lereng bukit serta beberapa desa sekitar)

tanah pertanian. Berdasarkan keadaan geografis jelas bahwa masyarakat Desa

Belimbing adalah masyarakat agraris, hal ini terlihat jelas dari perbandingan

penggunaan tanah oleh masyarakat. Selain itu dapat pula dilihat dari

perbandingan penggunaan tanah oleh masyarakat. Selain itu dapat pula dilihat

dari jumlah keseluruhan penduduk, dimana 80% merupakan bermata

pencaharian sebagai petani. Tanah pertanian di Desa Belimbing sebagai atas

sawah, tanah tegal dan perkebunan. Tanah tegal dan perkebunan berlokasi di

kawasan perbukitan barat, utara dan timur Desa, sedangkan tanah sawah

terletak di sebelah timur dari bukit timur.

Disini terdapat pula hewan peliharaan, yang dimaksud hewan

peliharaan adalah hewan yang dapat digunakan sebagai alat upacara seperti

kerbau, ayam, itik, kambing, babi, dan angsa. Ternak sapi umumnya

digunakan sebagai ternak pembantu untuk mengerjakan sawah, berdasarkan

data diatas sebenarnya Desa Belimbing dapat dimasukkan ke dalam Desa yang

mempunyai potensi cukup tinggi dan tergolong Desa Swakarya.

Setelah Desa Belimbing berkembang menjadi daerah pariwisata, maka

pencarian penduduk itu berkembang pula, sebagian penduduk mempunyai

kegiatan potensi dalam menunjang bidang pariwisata. Hal tersebut sekaligus

47

membuka lahan pekerjaan baru, khususnya dalam bidang pariwisata, beberapa

lahan baru tersebut seperti : pengrajin, pelukis, pemahat, pedagang cindera

mata, serta jasa industri pariwisata lainnya. Secara tidak langsung

berkembangnya mata pencaharian penduduk itu mengakibatkan bertambah

pula penghasilan penduduk, yang pada akhirnya dapat pula meningkatkan taraf

hidupnya.

Untuk mengetahui jenis-jenis mata pencaharian penduduk Desa

Belimbing dapat dilihat dari tabel berikut :

Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Blimbing

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1. Petani 1539 orang 1.350 orang

2. Buruh tani 109 orang 91 orang

3. PNS 90 orang 25 orang

4. Peternak 70 orang -

5. Bengkel 15 orang -

6. TNI / Polri 22 orang 1 orang

7. Pensiunan 3 orang 1 orang

8. Pengusaha 10 orang -

9. Karyawan 25 orang 20 orang

10. Pedagang 56 orang -

11. Wiraswasta 64 orang -

12. Pariwisata 18 orang 12 orang

13. Tukang 80 orang -

Sumber: Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan.

48

Dari tabel 3 terlihat bahwa mata pencaharian terbesar adalah sebagai

petani, dan sejak tahun 2000 hingga 2014 jumlahnya terus menurun, hal itu

terlihat prosentase peningkatan yang negatif khususnya sebagai petani

penggarap hal itu disebabkan oleh karena beragamnya mata pencaharian di

luar sektor pertanian. Dalam pihak terlihat jelas peningkatan jumlah penduduk

yang bermata pencaharian sebagai pedagang atau wiraswasta dan pengrajin,

hal itu sejalan sebagai pedagang atau wiraswasta dan pengrajin, hal itu sejalan

dengan berkembangnya dunia pariwisata di Desa Belimbing. Perubahan pada

sektor lain tidaklah begitu terlihat bahkan dapat dikatakan berjalan statis.

2.3.3 Pendidikan dan Kesehatan

Di daerah Tabanan pada umumnya tingkat pendidikan sudah maju,

termasuk di Desa Belimbing. Dari catatan yang ada jumlah mereka masyarakat

Belimbing yang menentukan tingkat pendidikan sampai sarjana sampai tahun

2013 berjumlah 60 orang. Angka ini cukup baik, terdiri dari 25orang laki-laki

dan 35 orang perempuan. Ternyata perempuan lebih maju tingkat

pendidikannya. Mereka yang menamatkan pendidikan tingkat diploma

jumlahnya puluhan orang. Mereka yang menentukan pendidikan tingkat

sekolah menengah atas berjumlah 708 orang dan yang menamatkan

pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SLP) berjumlah 1.104 orang,

dan sisanya tamat Sekolah Dasar (SD). Hanya puluhan orang yang tidak tamat

Sekolah Dasar dan buta huruf hampir tidak ada.

Pada bagian kesehatan ini akan diuraikan tentang akseptor keluarga

berencana, penyakit, dan jumlah sanitasi. Dari bidang akseptor, jumlah

49

pasangan usia subur tahun 1998 ada 561 orang berkembang menjadi 575 orang

pada tahun 1999. Mengenai perkembangan pemakaian alat IUD meliputi 310

orang Oral Pill 115 orang, Kondom 32 orang, suntikan 28 orang, mop 3 orang,

dan 10 orang menggunakan Mow, (Monografi Desa). Penduduk menyadari

akan pentingnya kesehatan dan apabila menderita sakit telah ada kesadaran

untuk berobat ke Puskesmas. Adapun penyakit yang sering diderita oleh

penduduk berturut-turut sebagai berikut : gatal-gatal yang paling dominan

(132 orang), disusul dengan batuk/pilek, menertet-muntaber, malaria, dan TBC

pada tahun 1986 dijumpai 2 orang. Demikian juga program UPGK atau usaha

peningkatan gizi keluarga, dengan dibentuknya posyandu sebanyak 12 buah.

Tingkat kesehatan masyarakat juga cukup baik, kesadaran masyarakat

untuk berobat ke Puskesmas cukup tinggi. Di Desa Belimbing terdapat 3 (tiga)

orang dokter umum, satu dokter gigi dan seorang dokter praktek. Paramedic

tersedia sangat cukup yaitu 8 (delapan) orang paramedis, dan 7 (tujuh) orang

bidan desa. Terdapat sebuah Puskesmas dan satu buah Puskesmas pembantu

dan 8 (delapan) unit Posyandu.

2.4 Sistem Politik dan Pemerintahan

Setelah kemerdekaan, diberlakukan UUD 1945 sebagai acuan

konstitusi, dimana sesuai dengan pasal 186 ayat (2)18 yang berbunyi : Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hokum adat serta

hak-hak tradisional secara penuh dan sesuai dengan perkembangan masyarakat

dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan

18Lihat UUD 1945 yang telah diamandemen

50

Undang-undang. Demikian juga komunitas Adat dan Desa-desa di Bali

menyesuaikan dengan sistem politik dan pemerintahan daerah Bali.

Sistem pemerintahan Desa di Bali memiliki keunikan karena memiliki

kualitas sistem pemerintahan yaitu Desa Adat (Desa Pakraman) dan Desa

Dinas. 19 Desa Adat (Desa Pakraman) mengatur urusan agama, adat, dan

budaya. Desa dinas mengatur urusan pemerintahna dinas pada masa kini

seperti kependudukan, kesehatan dan sebagainya. Desa Adat mengurus adat

dan budaya, dan agama, ketiga unsur tersebut di Bali begitu menyatu dan sulit

dipisahkan. Kedua sistem pemerintahan Desa ini berjalan bersamaan walaupun

memiliki peran dan fungsi yang berbeda.

Begitu pula organisasi dibawah desa yaitu banjar atau dusun, selain

mengurusi pemerintahan dinas, juga mengurusi pemerintahan adat. Melihat

pengertiannya antara Desa dan Dusun (Banjar) memiliki pengertian yang

hampir sama, yang membedakan hanya ruang lingkup wilayah dan

kekuasaannya. Secara otoritas Desa (Kepala Desa), yang secara structural

berada dibawah Kecamatan, memiliki wilayah dan lingkup kekuasaan yang

lebih luas dibanding dengan Banjar (Dusun). Dengan demikian, berdasarkan

tingkat kewenangan, Dusun atau Banjar merupakan organisasi pemerintahan

yang berada di bawah pemerintahan Desa.

Selain kerjasama yang baik dari para warga, kemajuan sebuah

pemerintahan Desa juga sangat tergantung pada baik tidaknya kinerja

pemimpin dalam menjalankan lembaga yang dipimpinnya, baik tingkat Desa

19Lihat Perda Desa Pakraman No. 6/2001

51

maupun tingkat Banjar. Dalam menjalankan lembaga formal pemerintahan

Dusun (Banjar) yang dipimpin oleh Kepala Dusun / Kelian Banjar, dipilih

melalui sebuah pemilihan oleh para warga Banjar yang kemudian diangkat

melalui persetujuan dari Kepala Desa. Oleh sebab itu, Kepala Dusun dalam

menjalankan pemeirntahannya bertanggungjawab langsung kepada Kepala

Desa.

Seorang kepala dusun biasanya menduduki jabatan selama 5 (lima)

tahun dan setelah itu bisa dipilih kembali untuk satu periode masa jabatan lagi.

Artinya seseorang bisa menjabat sebagai kelian banjar dengan maksimal masa

jabatan dua periode pemerintahan. Seorang kepala dusun juga diharapkan

selalu bersikap pro aktif dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata

dalam pembangunan masyarakat. Kepala dusun sesungguhnya ujung tombak

dalam pembangunan yang partisipasif. Pembangunan partisipasif adalah

pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan,

sedangkan fungsi pemimpin dalam hal ini kelian bersifat sebagai motivator.

Hak dan kewajiban kepala dusun adalah menjalankan rumah tangga dusun

yang meliputi penyelenggara dan penanggung jawab utama dalam bidang

pemerintahan wilayah dusun.

52

Bagan Struktur Organisasi Desa Belimbing Kabupaten Tabana

Sumber: Kantor Kepala Desa Belimbing Kabupaten Tabanan.

Wilayah Desa Belimbing terdiri dari 8 banjar dinas yaitu :

1. Banjar Dinas Pemudungan

2. Banjar Dinas Belimbing Tegal

3. Banjar Dinas Belimbing Anyar

4. Banjar Dinas Beniti

5. Banjar Dinas Belimbing Desa

6. Banjar Dinas Belantibah

7. Banjar Dinas Durentaluh

8. Banjar Dinas Suradadi

Hal yang unik di Bali seperti disebutkan didepan, antara Desa Dinas

dan Desa Adat sering terjadi tumpang tindih dari sudut wilayah kekuasaan dan

Kasi Pemerintahan

Kasi Pembangunan

Kasi Kesra

Kasi Keamanan & Ketertiban Kasir Umum

Kaur Administrasi

Perbekel (Kepala Desa) BPD

Kaur Keuangan

Sekretatis Desa

Kelian Dinas Kelian Dinas Kelian Dinas Kelian Dinas

53

jumlah warganya. Ada kalanya Desa dinas mewilayahi beberapa Desa Adat.

Sebaliknya sering pula Desa Adat mewilayahi beberapa Desa Dinas. Dalam

kasus Desa Belimbing, Desa Dinas Belimbing membawahi 3 (tiga) Desa Adat

yaitu :

1. Desa Adat Belimbing

2. Desa Adat Durentaluh

3. Desa Adat Suradadi

Program pembangunan dalam bidang pemerintahan secara umum

pada mulanya diatur dalam Undang-undang No. 5/1979 merupakan usaha

pemerintahan menyeragamkan sistem pemerintahan desa. Undang-undang ini

telah membawa perubahan pada pola hubungan antara perangkat Desa dengan

masyarakat. Ada kecenderungan bergesernya pola kekeluargaan atau tenggang

rasa menjadi pola instruktif, karena Kepala Desa pada umumnya dituntut oleh

atasan untuk mengejar pembaharuan ataupun modernisasi. Sekarang memang

akan dilaksanakan Undang-undang Desa Tahun 2014, tetapi hasilnya belum

dapat dilihat.

Penghargaan masyarakat kepada para pemimpin Desa sangat tinggi.

Suatu kehormatan besar apabila masyarakat yang punya kegiatan atau yang

mengundang didatangi oleh Kepala Desa atau Bendesa Adat. Menjadi Kepala

Desa atau Bendesa Adat menduduki status yang tinggi di masyarakat. Leluhur

yang mula-mula menduduki Desa dan keturunannya juga menduduki tempat

yang istimewa. Terbukti para pamong Desa, termasuk Bendesa, Kelian mereka

umumnya pewaris dari leluhur mereka, jadi sifatnya turun temurun.

54

Sedangkan pemimpin non formal, pengaruhnya masih berada dibawah Kepala

Desa. Mereka merupakan tokoh masyarakat yang menjadi aspirasi suara

rakyat, mereka diwadahi dalam suatu lembaga yang dulu disebut Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang bernama Badan

Permusyawaratan Desa(BPD), sejenis lembaga legislative di Desa. Kegiatan

lembaga-lembaga sosial di Desa Belimbing cukup banyak seperti PKK,

Posyandu, arisan dan sebagainya.

2.5 Sistem Sosial Budaya

Sistem sosial dan masyarakat merupakan gambaran dari aktivitas

manusia dalam hubungan melakukan interaksi antara manusia yang sat

dengan manusia yang lainnya. Sistem sosial suatu masyarakat terdiri atas

aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu

dengan lainnya yang mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata

kelakuan. Sistem sosial masyarakat erat kaitannya dengan sistem masyarakat

merupakan pencerminan dari sistem budaya suatu masyarakat. 20 Sistem

budaya yang menyatu dengan sistem sosial suatu masyarakat merupakan

nilai-nilai yang bersifat abstrak yang terdiri atas konsepsi-konsepsi yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal

yang dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal

yang dianggap bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya

biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia baik itu

20 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan

(Jakarta:TP Gramedia Pustaka Utama,1993),p.6.lihat juga Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta:PT Dian Rakyat,1985), pp.208-209.

55

berupa aturan-aturan, norma-norma dan adat kebiasaannya masyarakat.21 Jadi

pada intinya konsep sosial budaya mencakup sistem budaya, dimana sistem

sosial terfokus pada aspek prilaku manusia dengan elemen-elemen seperti :

status, peranan, organisasi sosial dan struktur sosial. Sedangkan sistem

budaya terfokus pada aspek ide dengan elemen-elemen yang merentang dari

sistem aturan, norma sampai sistem nilai budaya.22

Terkait dengan uraian tersebut diatas, aktivitas masyarakat Desa

Belimbing pada umumnya mempunyai sistem sosial budaya yang mengakar

dari warisan nenek moyangnya. Aktivitas sosial budayanya tercermin pula

dari kehidupan masyarakat yang secara keseluruhannya menggambarkan ciri-

ciri Desa Belimbing, antara lain23 :

1. Tradisi ngajak (gotong royong disawah / kebun)

2. Tradisi menekan (menyimpan padi di lumbung dengan berbagai

upacaranya)

3. Tradisi ulian (perayaan setelah galungan dengan membuat makanan entil

yang dibungkus dan lengkidi).

4. Tradisi nguncang/ngantang (pemukulan keuntungan pada saat

ngaben/nyepi).

21Ibid.,p.25. 22A.A. Bagus Wirawan (et.al) “Sistem Sosial Budaya dan Kesempatan

Kerja Pada Masyarakat Nelayan di Serangan dan Kusamba Bali”, Laporan Penelitian (Denpasar : Universitas Udayana, 1998), p.25.

23Wayan Griya, Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional Global (bunga rampai antropologi pariwisata) (Denpasar : Udapa Sastra, 1996), p.3.

56

Desa Belimbing memiliki citra sebagai desa tradisional. Selain dapat

dilihat dari ciri-ciri tradisi kecil adat istiadat nenek moyang diatas juga dapat

dijelaskan dari sifat-sifat pokok yang tercermin dari kehidupan

kemasyarakatannya, sifat-sifat pokok tersebut antara lain24:

- Sifat Kolektif

Sifat ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat orientasi

kelompok lebih kuat daripada orientasi individual, hal ini jelas dalam

beberapa aspek kehidupan masyarakat seperti adanya sistem pemilikan

tanah pertanian kolektif, kuatnya keterlibatannya warga Desa kepada

organisasi tradisional, seperti Desa Adat, Organisasi Taruna, Organisasi

Dana dan lain-lain.

- Sifat Tradisional

Sifat ini ditandai dengan adanya kecenderungan yang cukup kuat diantara

para warga desa untuk mengorientasikan perilakunya kepada adat istiadat,

serta untuk memelihara dan mewariskan adat istiadat tertentu

(sebagaimana disebutkan diatas) secara turun temurun. Hal itu juga terlihat

jelas dari unsur-unsur yang mencirikan masyarakat tradisi kecil.

- Sifat Agraris

Sumber pokok kehidupan ekonomi penduduk Desa Belimbing sebagian

besar adalah dari pertanian, yaitu sistem pertanian dengan irigasi.

Konfigurasi budaya mereka mencerminkan secara jelas budaya agraris.

24 Ni Nyoman Parawati,op.cit., pp. 47-51. Lihat juga Wayan

Griya.“Interaksi Desa Adat dan Pariwisata” (Studi Kasus di Desa Adat Belimbing Kabupaten Tabanan”, Laporan Penelitian (Denpasar:Fakultas Sastra UNUD, 1992),pp.31-33.

57

Sifat agraris ini tercermin dalam aspek-aspek sosial budaya dari kehidupan

masyarakatnya seperti dalam sistem organisasi sosialnya (adanya

organisasi subak), adanya upacara dan kepercayaan terhadap Dewi Sri

dalam sistem upacara dan kepercayaanya, serta adanya bangunan lumbung

padi.

Sistem kekerabatan mencerminkan sistem parental, hal itu membawa

konsekuensi bahwa laki-laki yang lebih dominan atas warisan. Kelompok

kekerabatan terpenting adalah keluarga batih (kelompok kekerabatan yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum kawin). Bentuk keluarga ini

lebih menjadi orientasi kehidupan kerabat pada masyarakat tersebut. Untuk

kehidupan Desa ditata oleh aturan (awig-awig) Desa.25

Lembaga sosial yang tumbuh dalam masyarakat merupakan pola

aktivitas masyarakat yang berbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan

hidup manusia. 26 Lembaga sosial terbentuk sebagai wahana aktivitas

masyarakat dalam melakukan kegiatan, baik dilakukan secara terus menerus

maupun secara sporadik. Lembaga sosial masyarakat dibentuk berdasarkan

nilai-nilai keyakinan yang tinggi diantara para anggotanya, yang mencakup

dalam berbagai aktivitas baik dalam aktivitas sosial ekonomi maupun sosial

budaya.27 Di lain pihak lembaga tradisional adalah lembaga-lembaga yang

memberi dukungan kehidupan sosial budaya masyarakat dan berkembang

25Lihat awig-awig desa. 26Seokandar Wiraatmaja, Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan (Jakarta:CV

Yasa Guna, 1987), p.77. 27Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, op.cit., pp.72-

73.

58

melalui proses sejarah. 28 Lembaga-lembaga tersebut adalah Desa Adat,

Banjar, Subak dan organisasi lainya. Lembaga ini sangat fungsional untuk

menterjemahkan kehodupan kebudayaan tradisional, karena memiliki sifat

yang menonjol di bidang keagamaan, estetika, solidaritas, gotong royong,

serta rasa kebersamaan yang dilandasi tat twam asiatau kemanusiaan.

Selain organisasi Desa Adat, seperti Karma Desa, Organisai

Truna,Organisasi Daha, juga terdapat organisasi-organisasi tradisional lain

Desa Belimbing yang lebih bersifat teksis seperti :

1. Subak, adalah organisasi kemasyarakatan dalam penataan irigasi yang

anggotanya didasarkan atas lokasi sawahnya pada sungai yang sama dan

sifatnya sosial religious,29 serta bersifat ekonoi pula.

2. Kahyangan Tiga, adalah penyungsung Pura Kahyangan Tiga (Pura Puseh

, Pura Desa/Bale Agung, Pura Dalem) yang mendukung pelaksanaan

upacara keagamaan, dan sifatnya sosial religious.

3. Ngaben, sistem penguburan yang dilakukan di masyarakat Desa

Belimbing adalah dengan mekingsan di pertiwi sampai nanti pelaksanaan

upacara pengabenan yang biasanya dilaksanakan secara masal.

4. Kesenian, kesenian yang berkembang seperti tari kreasi lewat sanggar tari,

sekaha tabuh dan atu tradisional joged. Kesenian lain yang berkembang

adalah seka shanti, terutama kalau ada upacara-upacara keagamaan,

28 Ida Bagus Mantra, Bali Masalah Sosial Budaya dan Modernisasi

(Denpasar : Upada Sastra), p.21. 29 Ida Bagus Mantra, Landasan Kebudayaan Bali (Denpasar:Yayasan

Dharma Sastra, 1996), pp.33-34.

59

Lembaga sosial pada intinya ada di dalam setiap masyarakat tanpa

memperduldikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan

sederhana (tradisional) maupun modern. Hal ini disebabkan oleh karena setiap

masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila

dikelompokkan terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.30

Dalam segi komunikasi masyarakat Desa Belimbing menggunakan

bahasa yang tidak mengenal tingkatan-tingkatan bahasa, atau bahasa

demokratis (omong pojol) yakni bahasa yang sama untuk semua golongan

tidak melihat status sosial, serta umur, dan merupakan bahasa dalam

komunikasi sehari-hari. Tetapi dalam ragam adat, masyarakat Desa Belimbing

mengenal tingkatan bahasa terutama dalam bentuk unsur sapaannya, ada

perbedaan apabila menyapa warga yang kedudukannya lebih tinggi dan warga

yang lebih rendah dalam konteks adat. Dalam hal ini kesusastraan dalam

bentuk lisan dan tulis. Hasil-hasil kesusastraan, baik yang bersifat lokal

maupun regional tersurat dalam dan lontar. Tradisi menulis dalam daun lontar

masih oleh beberapa sastrawan di Desa Belimbing.

Agama (religi) yang dianut oleh penduduk Desa Belimbing adalah

Hindu Dharma yang paling menonjol pada konteks Trimurti (Brahma, Wisnu,

Siwa) yaitu dengan perwujudan dalam memuja Pura Puseh, Balai Agung,

Dalem yang berorientasi pada kebudayaan Majapahit.

Konsepsi agama yang dianut oleh masyarakat Desa Belimbing saat

ini, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan konsepsi keagamaan yang

30 Soerjono Soekarno, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.Dian Rakyat,1985), pp. 72-73.

60

dianut oleh umat Hindu di Bali umumnya, yakni berdasarkan konsepsi Panca

Sradha atau lima jenis kepercayaan pokok antara lain :

1. Kepercayaan akan adanya Hyang Widhi;

2. Kepercayaan akan adanya atman;

3. Kepercayaan akan adanya karma phala;

4. Kepercayaan akan adanya punarbawa;

5. Kepercayaan akan adanya moksa;

Selain 5 (lima) keyakinan pokok tersebut, di Desa Belimbing juga

terdapat beberapa kepercayaan rakyat yang sampai kini masih hidup di

masyarakat yakni.

1. Kalau orang meninggal salah pati/ulah pati rohnya gentayangan maka

perlu dilaksanakan upacara nebus di perempatan/Pura Dalem.

2. Desti

3. Makhluk halus (memedi, wong samar, tonya, kolok dan bebau)

4. Kepercayaan kalau ketemu jaran gongseng maka dia umumnya tidak akan

panjang

5. Kepercayaan akan harimau loreng, hitam dan kera putih penunggu hutan

Mekori.

6. Kepercayaan Naga Rarik sebagai dasar pelindung pertiwi

7. Kepercayaan kalau tidak membuat upacara ulian pada Hari Raya

Galungan dan tidak mengantar sesajen sampai batas jalan/gang maka roh

leluhur tidak akan mau datang kembali.

61

Beberapa kepercayaan rakyat tersebut dipegang teguh dan masyarakat

takut melanggar atau merombaknya, sebab dipandang akan mendatangkan

suatu bahaya bila melanggar atau merombaknya dan sebaliknya masyarakat

akan menjadi tenteram dan tertib bila kepercayaan itu ditaati. Sistem religi di

Desa Belimbing pada intinya termanifestasikan dalam serangkaian sistem

upacara yang amat kompleks yang meliputi: Dewa yadnya, Pitra yadnya,

Manusa yadnyadan Bhuta yadnya.

Kehidupan masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan pada

umumnya diwarnai dengan perbedaan kedudukan, sehingga dalam kehidupan

individu-individu dalam masyarakat adanya pelapisan sosial. Berlakunya

sistem pelapisan dalam masyarakat menunjukkan bahwa dalam masyarakat

yang bersangkutan terdapat kedudukan yang berbeda diantara warganya

perbedaan ini bisa terjadi karena adanya beberapa faktor, antara lain faktor

keturunan, ekonomi dan usia tau senioritas.31

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya pelapisan sosial, maka pada

intinya dalam suatu masyarakat terdapat dua golongan / lapisan, yaitu : 1)

pelapisan sosial berdasarkan keturunan atau adat istiadat masyarakat yang

bersangkutan, yang anggotanya sudah tidak mungkin mengalami mobilitas

sosial. Pelapisan sosial semacam ini termasuk pelapisan sosial tertutup, artinya

anggota pelapisan ini tidak mungkin untuk beralih status, karena biasanya

terkait dengan norma-norma atau aturan adat yang berlaku; 2) pelapisan sosial

yang tidak tertutup oleh adat, dalam pelapisan sosial ini orang masih

31Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa (Yogyakarta: TP, 1953), pp.11-12.

62

dimungkinkan untuk mengubah statusnya baik ke atas maupun ke bawah dan

pelapisan ini biasanya terjadi karena faktor ekonomi, pendidikan dan usia atau

senioritas. 32 Pada intinya sistem pelapis dalam masyarakat dapat terjadi

dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat tersebut, tetapi ada

pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Pada

masyarakat tradisional di Indonesia golongan pembuka tanahlah yang

dianggap menduduki lapisan tertinggi.33

Pada masyarakat Bali pelapisan terhadap terlihat jelas pada sistem

kasta, sebagaimana halnya pada masyarakat India. Masyarakat Bali dalam

sistem kasta ini terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, satria, vesia

dan sudra.34Ketiga lapisan pertama disebut “triwangsa”, sedangkan lapisan

terakhir disebut dengan “jaba” yang merupakan lapisan dengan jumlah warga

terbanyak diantara masyarakat Bali. Biasanya orang-orang akan mengetahui

dari gelar seseorang ke dalam kasta mana seseorang tersebut tergolong. Di

pihak lain pelapisan yang tidak tertutup dalam masyarakat Bali terjadi dengan

sendirinya tidak diatur oleh adat. Seseorang yang memiliki sesuatu atau lebih

yang dihargai oleh masyarakat sekitarnya, baik berupa barang, harta benda,

tanah, kekuasaan atau ilmu pengetahuan, dengan sendirinya masyarakat akan

menempatkan orang yang terbanyak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut

ke dalam lapisan teratas. Sebaliknya jika seseorang hanya sedikit atau bahkan

32Soejono Soekarno, op.cit.,p.121-122. 33Ibid.,p.127. 34Koentjaraningrat, op.cit.,p.178.

63

sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut maka dalam

pandangan masyarakat hanya mempunyai kedudukan yang rendah.

Masyarakat Desa Belimbing adalah suatu masyarakat terirotial dengan

pola kehidupan kolektif, tradisional dan religius. Kehidupan warga di Desa ini

yang terwujud sebagai komunitas kecil dengan sistem pelapisan sosialnya

berakar dari tradisi kecil atau kebudayaan pra Hindu. Menurut beberapa ahli

bahwa tradisi kecil ini berbeda dengan tradisi besar (tradisi Hindu) yang

terdapat dalam.

Masyarakat Desa Belimbing pada umumnya juga mengenal sistem

pelapisan sosial tradisional. Pelapisan sosial masyarakat Desa Belimbing

berdasarkan keturunan/adat istiadat. Masyarakat Desa Belimbing masih

menghormati status sosial berdasarkan keturunan seperti keturunan pemangku

dan pengabih (penyarikan, kebayan desa). Pemangku (Penghulu Desa) masih

sangat dihormati sebagai orang yang dituakan. Masyarakat Desa Belimbing

tidak membeda-bedakan kedudukan seseorang berdasarkan kasta.