97
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP GEDUNG PERTUNJUKAN DAN PENGEMBANGAN SENI TARI A. TINJAUAN UMUM SENI 1. Pengertian Seni Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata "sani" yang artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Dalam bahasa Inggris dengan istilah "ART" (artivisial) yang artinya adalah barang/atau karya dari sebuah kegiatan. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Beberapa pendapat tentang pengertian seni: a. Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena keindahan bentuknya, orang senang melihat dan mendengar. b. Aristoteles : seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu, c. Ki Hajar Dewantara : seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia 10

BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS AKHIR

Citation preview

Page 1: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP GEDUNG PERTUNJUKAN DAN

PENGEMBANGAN SENI TARI

A. TINJAUAN UMUM SENI

1. Pengertian Seni

Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan

mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda.

Konon kata seni berasal dari kata "sani" yang artinya "Jiwa Yang

Luhur/ Ketulusan jiwa". Dalam bahasa Inggris dengan istilah "ART"

(artivisial) yang artinya adalah barang/atau karya dari sebuah

kegiatan. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan

berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang

dinamis. Beberapa pendapat tentang pengertian seni:

a. Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaan benda atau

segala hal yang karena keindahan bentuknya, orang senang

melihat dan mendengar.

b. Aristoteles : seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam

hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah

ditentukan oleh gagasan tertentu,

c. Ki Hajar Dewantara : seni adalah indah, menurutnya seni adalah

segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya

dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan

manusia lainnya,

d. Akhdiat K. Mihardja : seni adalah kegiatan manusia yang

merefleksikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat

bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan

pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya.

10

Page 2: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

e. Erich Kahler : seni adalah suatu kegiatan manusia yang

menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan symbol atau kiasan

tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia

besar”.

2. Fungsi Seni

Seni adalah sebagian dari kebudayaan, sedangkan

kebudayaan meliputi seluruh manusia dalam masyarakat. Fungsi

seni (Kesenian) secara umum adalah :

a. Fungsi Individual

Manusia memiliki eksistensi individual yang berbeda dengan

individu lain dalam membentuk kepekaan rasa pengungkapan

dan penilaian suatu aspek.

b. Fungsi Sosial

Hasil karya seni berfungsi sosial apabila diciptakan untuk

kepentingan umum, dengan menampilkan beragam fenomena

sosial yang sanggup menggungah kesadaran masyarakat,

sehingga terjadi interaksi antara si pengamat dan pencipta karya

seni.

c. Fungsi Fisik

Secara fisik seni membutuhkan wadah penyaluran yang

merupakan kontak antara seniman dan pengamat karya seni

yang dihasilkan.

3. Klasifikasi Seni

Seni dapat dibedakan berdasarkan lima katagori, yaitu :

a. Berdasarkan bentuk

1) Seni Rupa : adalah seni yang keindahannya dinikmati oleh

indra penglihatan, mencangkup seni lukis, pahat, patung,

grafis dan rias.

11

Page 3: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

2) Seni Suara : adalah seni yang disampaikan dengn media

suara (vokal dan instrument).

3) Seni Sastra : adalah seni yang terbentuk dari susunan kata

dan kalimat yang bermakna.

4) Seni Tari : adalah seni yang mengekspresikan emosinya

dengan gerak yang ritmis.

5) Seni Teater : adalah kombinasi dari beberapa seni, disebut

drama.

b. Berdasarkan fungsi

1) Seni Murni (Fine Art) : terdiri dari seni lukis, pahat, tari, seni

suara dan drama.

2) Seni Terapan (Apllied Art) : terdiri dari bangunan, seni kriya

dan seni reklame.

c. Berdasarkan tingkatan

1) Seni Istana : merupakan seni klasik

2) Seni Tradisional Rakayat

d. Berdasarkan secara penampilan obyeknya

1) Seni pertunjukan, mencakup seni tari. Drama, musik, suara,

perdalangan/karawitan.

2) Seni rupa mencakup seni lukis, seni patung, pahat, ukir,

kriya, seni bangunan dan grafis.

e. Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan

dalam lima kelompok :

No.Cabang

Seni

Bentuk

Media

Indera

PenikmatMatra

1. Rupa BendaPenglihatan,

peraba

2 dimensi

atau 3

dimensi

2. Sastra Tulisan penglihatan 2 dimensi

3. Musik Sastra, Pendengaran Waktu 3

12

Page 4: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

benda,

manusia,

gerak,

proses

, penglihatan dimensi

4. Tari

Tubuh,

manusia,

gerak, musik

Penglihatan,

pendengaran

Waktu 3

dimensi

5. Teater

Manusia,

benda/ alam,

akting,

adegan,

suara/ musik

Penglihatan,

pendengaran

Waktu 3

dimensi

Tabel 1 : klasifikasi seni berdasarkan bentuk dan medium

Sumber : http://guruvalah.20m.com

4. Wadah Kegiatan Seni

Pengertian wadah kegiatan seni adalah tempat penyajian

karaya seni kepada masyarakat yang berhasrat memenuhi

kebutuhan jiwanya yang bersifat rekreatif/hiburan, mendidik dan

berapresiasi tinggi.

Tujuan wadah kegiatan seni adalah menampung aktifitas

kesenian yang merupakan hasil karya seni yang baik, terpilih dan

teratur, yang disajikan kepada masyarakat yang pengelolaannya

dilakukan secara terus menerus dan terencana.

Wadah kegiatan seni ini ada bermacam-macam yang secara

umum dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Ruang pemeran, galeri seni, sanggar seni, ruang pamer terbuka

dan sejenisnya. Untuk menampung terutama kegiatan seni yang

bersifat penghayatan visual seperti kelompok seni rupa.

13

Page 5: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

b. Gedung pagelaran/ teater

Gedung pegelaran teater disediakan untuk menampung dan

mewadahi kegiatan seni yang bersifat penikmatan visual dan

audio seperti kelompok seni suara, tari dan drama.

5. Unsur-unsur Pendukung Seni

a. Pementasan / Peragaan Seni

Untuk terciptanya suatu bentuk pementasan haruslah didukung

oleh tiga faktor, antara lain :

1) Materi yang ditampilkan.

2) Cara penampilan .

3) Pengamat (publik).

Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan

saling mendukung antara suatu dengan yang lain. Dua faktor

utama merupakan kegiatan pengungkapan yang dilakukan oleh

seniman dan yang satu merupakan faktor pendukung dalam hal ini

pengamat (penonton/masyarkat).

b. Seniman

Merupakan individu yang menghasilkan karya seni, dimana

nilai seni seseorang tergantung dari kreatifitas dan keahlian.

Seniman dapat dibedakan atas :

1) Seniman pencipta, penghasilan karya seni, misalanya pelukis,

pematung, dan lain-lain.

2) Seniman pelaku, melakukan kegiatan artistik, misalnya

actor/aktris, dramawan, dan lain-lain.

c. Pengamat Seni

14

Page 6: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Merupakan individu atau kelompok masyarakat sebagai

penikmat hasil pertunjukan/kreasi seniman yang menuntut

kepuasan fisik dan lahir batin.

d. Apresiasi Masyarakat

Seni diciptakan untuk diserahkan kepada masyarakat karna

seni telah banyak member arti bagi kehidupan manusia. Disinilah

suatu usaha apresiasi seni dibutuhkan untuk membimbing

masyarakat mengikuti perkembangan seni agar tetap dapat

memperoleh sesuatu daripadanya. Persepsi berarti kemempuan

untuk mengamati sesuatu, persepsi akan timbul sebagai akibat

proses kontak indra di luar dirinya.

B. TINJAUAN TERHADAP SENI TARI

1. Sejarah Seni Tari

Tari merupakan unsur kebudayaan yang tidak dapat lepas

dalam kehidupan masyarakat. Sebab merupakan suatu kesatuan

yang utuh didalamnya. Untuk mengetahui secara pasti sejarah tari

sangatlah sulit, karena banyaknya ragam dan jenis yang ada. Tari

adalah perwujudan suatu bentuk karya seni yang konkret serta

memerlukan proses panjang untuk mempelajari dan memahaminya.

Secara umum, sejarah perkembangannya dapat dilihat melalui

waktu, tahapan dan masa-masa tertentu yaitu zaman pra sejarah.

Pada masa ini masyarakat hidup berkelompok dan berpindah-pindah

dengan bercocok tanam. Pada umumnya masih menganut

kepercayaan animisme, dinamisme dan ateisme yang kuat. Masa

zaman perunggu dan zaman besi, pada zaman tersebut sudah

mengenal nilai keindahan dalam tingkat kehidupan . tari-tarian sudah

tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kali walaupun

masih sangat sederhana. Selain itu telah mengenal adanya

instrumen dalam sebagai pengiring tarian.

15

Page 7: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Pada masa tersebut ditemukan pula instrumen musik karena

yang digunakan sebagai pengiring dalam penyajian tari. Hal ini

membuktikan bahwa pada zaman itu seni tari telah ada. Bentuk

sederhana dari gerak yang dikaitkan dengan kepercayaan waktu itu

dapat memberikan kekuatan di luar kemampuan. Sehingga gerakan

tari menjadi magis dan sakral sebagai ungkapan kegembiraan,

ksederhanaan dan upacara-ucapara lain gerakannya cenderung

menirukan alam seperti suara, tingkah laku dan tata kehidupan

sehari-hari.

a. Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan

di Indonesia. Bentuk dan wujud tariannya cenderung menirukan

gerak alam lingkungannya yang bersifat imitatif. Sebagai contoh

menirukan binatang yang akan diburu, pemujaan dan

penyembuhan penyakit

b. Zaman Indonesia Hindu

Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan

banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis

tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian adat dan

keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang

beratistik tinggi. Sebagai contoh wayang wong, wayang topeng.

c. Zaman Indonesia Islam

Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami kekayaan

penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan

kesultanan. Kedua kerajaan tersebut mengembangkan

identitasnya yang akhirnya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan

dan kasultanan.

d. Zaman Penjajahan

16

Page 8: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman

sebab berada dalam suasana peperangan dan penjajahan.

e. Zaman Setelah Merdeka Sampai Sekarang

Setelah merdeka, peran tari mulai difungskikan untuk

keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-

kreasi baru ataupun inovasi terhadap seni tari klasik.

(Sumber :Buku Seni Rupa, Heru Purwanto dkk, Ganexa Exact)

2. Pengertian seni tari

a. Haukins: 1990, 2

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan

diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk  gerak

yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.

b. Soeryodiningrat: 1986, 21

Tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik

atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari.

c. CurtSach: 1978, 4

Tari merupakan gerak yang ritmis.

d. John Martin dalam The Modern Dance

Menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang

paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman

gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.

f. Jazuli, 1994:44

M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa

gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik

adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk

mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan

pencipta tari melalui penari.

g. Sussanne K Langer

17

Page 9: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat

dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu.

Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai

pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.

h. Corry Hamstrong

Tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang.

i. Soedarsono

Menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang di

ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah.

3. Unsur-unsur Tari

Tari merupakan salah satu bentuk karya seni yang

menggunakan media gerak agar dapat dinikmati nilai keindahannya.

Perpaduan unsur tersebut sebagai pendukung menjadi dasar

penilaian dari pantulan logika, estika dan praktik. Unsur-unsur

pendukung tari diantaranya gerak, iringan, tema, rias, busana dan

ruang pentas.

a. Gerak

Unsur utama tari adalah gerak. Gerak pada dasarnya

merupakan fungsionalisasi dari tubuh manusia (anggota gerak

bagian kepala, badan, tangan dan kaki), ruang secara umum

(ruang gerak yang terdiri dari level, jarak atau cakupan gerak),

waktu sebagai jeda (berhubungan dengan durasi gerak,

perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), tenaga untuk

menghayati gerak (kualitas gerak berhubungan dengan kuat,

lemah, elastis dan kaku serta personifikasi gerakan).

Gerak sebagai unsur penting suatu tarian akan selalu

berhubungan dengan ruang, waktu dan tenaga. Reproduksi gerak

dimulai dari pengerutan dan peregangan otot, kontraksi otot dan

18

Page 10: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

kapasitas perubahan volume ruang dan perpindahan tempat yang

dipresentasikan melalui waktu gerakan dilakukan.

Gerakan tubuh manusia falam wujud gerak sehari-hari,

gerak olahraga, gerak bermain, gerak bekerja, gerakan pencak

silat serta ferakan untuk berkesenian. Jenis gerakan seperti

tersebut, apabila harus diwujudkan kedalam bentuk gerak tari

pada puncaknya harus distilisasi atau didistorsi.

Tari merupakan relaksasi dan penegangan otot yang secara

penghayatan menghasilkan ekspresi gerak untuk berkesenian.

Gerakan tari berwujud jenis gerak yang telah distilisasi atau

didistorsi. Wujud gerakan yang secara impulsif bersifat lembut

dan mengalir, tegas terputus-putus, tagang-kendur dan gabungan

lemas-kencang, lambat-cepat, patah-patah-mengalir dan

sebagainya adalah bentuk distorsi dan stilisasi gerak yang

menjadi ciri pembeda gerakan sehari-hari dengan gerakan tari.

Gerak merupakan unsur yang dominan. Untuk

menimbulkannya harus ada kekuatan yang mampu mengubah

suatu sikap dari anggota tubuh. Seni tari adalah perpaduan jenis

gerak anggota tubuh yang dapat dinikmati dalam satuan waktu

dan dalam ruang tertentu. Sehingga dapat dibedakan antara

gerak maknawi, murni dan refleks, untuk mengungkapkannya

tidak dapat terlepas dari aspek berikut :

1) Tenaga

Tenaga merupakan hal yang penting untuk mewujudkan

suatu gerak. Gerak disini bukan mengandalkan kekuatan otot,

namun berdasarkan pada emosional atau rasa dengan penuh

pertimbangan.

Dalam gerak tari yang diperagakan, indikasi yang

menunjukkan intensitas gerak menjadi salah satu faktor

19

Page 11: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

gerakan tersebut dapat dilakukan dan dihayati. Tenaga

terwujud melalui kualitas gerak yang dilakukan.

Pencerminan penggunaan dan pemanfaatan tenaga

yang disalurkan kedalam gerakan yang dilakukan penari

merupakan bagian dari kualitas tari sesuai penghayatan

tenaga. Penghasil gerak dalam hubungannya dengan

penggunaan tenaga dalam mengisi gerak tari sehingga

menjadi dinamis, berkekuatan, berisi dan antiklimatik

merupakan cara membangun tenaga dalam menari.

Eksistensi (penegangan) dan relaksasi (pengendoran)

gerak secara keseluruhan berhubungan dengan kualitas,

intensitas dan penghayatan gerak tari. Teknik mengakumulasi

kualitas dan intansitas gerak tari seyogyanya dikordinasikan

melalui perintah kerja otak secara kordinatif. Apabila hal ini

dapat terkontrol, maka masalah lain berhubungan dengan

kebutuhan tenaga untuk gerakan tari menjadi semakin

terkontrol, terkendali, dan memenuhi harapan.

Penyaluran tenaga dan ekspresi memberi kehidupan

watak tari semakin nyata.

2) Ruang

Ruang dalam tari mencakup aspek gerak yang

diungkapkan oleh seorang penari yang membentuk

perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat, dan ruang gerak

penari itu sendiri.

Ruang tari bersentuhan langsung dengan penari. Ruang

gerak penari merupakan batas paling jauh yang dapat

dijangkau penari. Disisi lain, ruang menjadi salah satu bentuk

dari imajinasi penari dalam mengolah ruang gerak menjadi

bagian yang digunakan untuk berpindah tempat, posisi dan

kedudukan.

20

Page 12: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Desain

adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang

bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari

digambarkan secara bermakna kedalam atas desain atas dan

desain lantai (La Mery: 1979: 12). Ruang gerak tari diberi

makna melalui garis lintasan penari dalam ruang yang dilewati

penari.

Kebutuhan ruang gerak penari berbeda-beda.

Jangkauan gerak yang dimiliki oleh setiap gerakan

sesungguhnya juga dapat membedakan jangkauan gerak

penari secara jelas. Bentuk dan ruang gerak yang dimiliki oleh

penari yang membutuhkan jangkauan gerak berhubungan

dengan kebutuhan dan kesanggupan penari dalam melakukan

gerakan. Dengan demikian penari dalam melakukan gerakan

sesuai pengarahan koreografer. Koreografer dalam mendesai

ruang gerak penari ditentukan oleh kesesuaian bagaimana

penari bergerak dan tercapainya desain yang sesuai dengan

kebutuhan gerakan tersebut dilakukan oleh penari. Dengan

demikian penari sangat membutuhkan sensitivitas rangsang

gerak sebagai bentuk ekspresi keindahan gerak yang

dilakukan.

Kebutuhan ekspresi gerak oleh penari berhubungan

dengan kemampuan penari menginterpretasikan kemauan

koreografer dalam melakukan gerakan yang diberikan.

Dengan itu terjadi singkronisasi kemauan koreografer dalam

mendesain gerak dengan kepekaan penari dalam menafsirkan

gerakan melalui peta ruang.

Penari tidak semata-mata memerlukan ruang gerak yang

lebar saja. kebutuhan ruang gerak yang sempit juga menjadi

bagian penerjemahan ruang gerak tari oleh penari. Ruang

21

Page 13: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

gerak penari menjadi alat yang ampuh dalam menciptakan

desain tentang ruang oleh penari maupun koreografer.

Ruang gerak penari yang membutuhkan jangkauan

gerak luas untuk dilakukan membutuhkan teknik dan

karakterisasi yang dalam oleh penari. Kebutuhan teknik gerak

yang harus dilakukan penari adalah bagaimana penari

mengawali dan harus menuntaskan harapan gerak yang

harus dilakukan.

Penari dalam mengekspresikan jangkauan gerak

membutuhkan ekspresi gerak yang sepadan dengan

jangkauan gerak yang harus dilakukan. Ekuivalensi gerak dan

jangkauan gerak menjadi tuntutan koreografer dalam

menciptakan ruang gerak penari serta penghayatan yang

diperlukan penari dalam mencapai tujuan gerakan tersebut

dilakukan.

3) Waktu

Waktu dalam hal ini adalah rangkaian yang diperlukan

dalam mengungkapkan bentuk-bentuk gerak dalam ruang

tertentu. Sehingga tercapai ungkapan bentuk dan perpaduan

gerak dalam waktu atau tempo tertentu.

Tempo dapat mengungkapkan gerak kapan waktunya

harus cepat, lambat, panjang dan pendek sehingga membuat

tari indah di pandang penggunaan tempo gerak dari masing-

masing anggota tubuh akan dapat menimbulkan kesan

dinamis.

4) Ekspresi

Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap

melalui tubuh kedalam aktivitas pengalaman seseorang yang

selanjutnya dikomunikasikan kepada penonton/pengamat

menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas

22

Page 14: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya

penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa

kedalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi

jiwa dalam bentuk tari yang terkendali).

4. Klasifikasi Tari

a. Tari Berdasarkan Penyajiannya

Secara umum tarian berdasarkan penyajiannya dapat

diklasifikasikan menjadi bagian dibawah ini adalah sebagai

berikut:

skema 1. Tari berdasarkan penyajiannya

sumber: buku seni tari untuk SMK jilid 2

1) Tari Primitif

Tari primitif dikoreografi berorientasi pada segi artistik.

Tarian ini berarti digarap lebih menekankan pada segi estetika

seni. Tarian jenis ini secara umum berrkembang di

masyarakat yang menganut kepercayaan animisme dan

dinamisme. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak,

berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan

tarian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian tarian ini lebih

dengan pernyataan maksud masyarakat dalam melaksanakan

keinginan bersama.

23

TariTari Primitif

Tari TradisionalTari Rakyat

Tari Klasik

Tari Kreasi Baru

Page 15: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Ciri-ciri tari primitif pada dasarnya dalam bentuk

koreografi sederhana, bertujuan untuk kehendak tertentu,

sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan

dengan permintaan yang diinginkan. Ciri-ciri tersebut seperti:

a) Gerak dan iringan sangat sederhana, berupa hentakan

kaki, tepukan tangan atau simbol suara atau gerak-gerak

saja yang dilakukan.

b) Gerakan dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya:

menirukan gerak binatang, karena akan berburu, proses

inisiasi (pemotongan gigi), pesta kelahiran, perkawinan,

keberuntungan panen, dan sebagainya.

c) Instrumen sangat sederhana, terdiri dari tifa, kandang atau

instrumen yang hanya dipukul-pukul secara tetap, bahkan

tanpa memperhatikan dinamika,

d) Tata rias masih sederhana, bahkan biasa berakulturasi

dengan alam sekitar,

e) Tari ini bersifat sakral, tarian ini untuk keperluan upacara

keagamaan/kepercayaan

f) Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat

sejak zaman prasejarah yang memiliki kepercayaan

animisme dan dinamisme, keunikan tari primitif walaupun

gerak, musik, dan ornamen maupun tata pemanggungan

sederhana namun masih tetap menarik. Budaya ini luntur

akibat hilang kebersamaan dengan pola pikir masyarakat

primitif

g) Tarian primtif dasar geraknya adalah maksud atau

kehendak hati dan pernyataan kolektif.

h) Tarian primitif berkembang pada masyarakat yang

menganut pola tradisi primitif atau purba dimana

24

Page 16: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan

penyembahan leluhur.

2) Tari Tradisional

Tari tradisional adalah tari yang secara koreografis telah

mengalami proses garap yang sudah baku. Tarian tradisional

telah mengalami proses kulturasi atau pewarisan budaya yang

cukup lama. Jenis tarian ini bertumpu pada pola-pola tradisi

atau kebiasaan yang sudah ada dari nenek moyang, garapan

tari bersifat pewarisan kultur budaya yang disampaikan secara

turun-temurun.

Pada sisi lain, tari tradisional secara jelas dikelompokkan

lagi ke dalam dua jenis tarian yang meliputi tari rakyat, dan tari

klasik.

a) Tari Rakyat

Tarian ini berorientasi pada koreografi yang

berkembang di masyarakat. Tarian Pergaulan dapat dilihat

di lingkungan masyarakat pendukung yang bersangkutan.

Tari pergaulan ini lahir dan berkembang di lingkungan

masyarakat luas. Konsep koreografi sederhana, berpola

pada tradisi yang sudah lama diakui sebagai bagian

kehidupan masyarakat sekitar, menjadi milik masyarakat

sebagai warisan budaya yang sudah ada.

b) Tari Klasik/Istana

Tari ini lahir dan berkembang di lingkungan istana atau

kalangan priyayi. Tari ini telah mengalami proses

kristalisasi melalui tata garap secara artistik yang tinggi.

Garapan tarian telah menempuh perjalanan sejarah yang

cukup lama. Konsep penataan telah terbentuk setelah

mengalami perubahan yang matang.

25

Page 17: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

TariTari Upacara

Tari Upacara Adat

Tari Religi/Agama

Tari Pergaulan

Tari Teatrikal

3) Tari Nontradisional/Kreasi Baru

Tarian nontradisional adalah tarian yang tidak berpijak

pada pola tradisi dan aturan yang sudah baku. Tarian ini

merupakan bentuk ekspresi diri yang memiliki aturan yang

lebih bebas,namun secara konseptual tetap mempunyai

aturan.

Tari nontradisional yang telah dikoreografi dengan latar

budaya tradisional Indoesia banyak ragam dan variasinya.

Penggunaan teknik tariannya tidak berpijak pada pola tradisi

dan aturan yang teratur dan rumit.

b. Berdasarkan Peran dan Fungsi Tari

Skema 2. Tari berdasarkan peran dan fungsi

Sumber: buku seni tari untuk SMK jilid 2

1) Tari Upacara

Tari upacara adalah tarian yang digunakan untuk

keperluan upacara. Pada daerah tertentu di Indonesia, tarian

jenis ini berhubungan erat dengan masyarakat yang masih

memfungsikan tarian untuk keperluan upacara. Ciri utama tari

upacara antara lain hidup dan berkembang dalam tradisi yang

26

Page 18: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

kuat, memelihara/berlatar belakang agama Hindu, sarana

memuja dewa (keagamaan), serta kegiatan/prosesi tradisi

yang menjadi simbol masyarakat maka tarian jenis ini

berkembang subur dan diwariskan.

2) Tari Upacara Adat

Tari yang digunakan untuk penyambutan biasanya

berhubungan dengan keperluan adat. Tarian jenis ini biasanya

untuk penyambutan tamu agung atau tamu terhormat.

3) Tari Religi/Agama

Tarian religi atau agama biasanya pada saat

dipertunjukan banyak terkait dengan acara-acara prosesi

upacara tertentu. Bentuk-bentuk upacara yang digelar meliputi

arak pengentin, kelahiran, penyembutan tamu agung, injak

telur, kematian, potong rambut dan beberapa acara prosesi

lain yang selalu dipelihara oleh masyarakat dilingkungan

dimana tarian tersebut difungsikan. Dengan demikian pada

pertunjukannya selalu dikaitkan dan disatukan ke dalam ritual

atau prosesi upacara yang dilaksanakan.

Kesatuan tari dengan prosesi upacara sangat dekat

dengan mode pertunjukannya. Oleh sebab itu, tarian tertentu

dan prosesinya selalu digelarkan secara menyatu dalam satu

pertunjukan.

Tarian upacara adat atau agama ini pada saat tertentu

juga dapat dipresentasikan dalam acara-acara lain yang

berhubungan dengan berbagai peristiwa yang sesuai untuk

pertunjukan tarian tersebut. Oleh sebab itu, tarian ini eksis

dari jaman dulu hingga sekarang.

4) Tari Pergaulan

Tarian ini mengisyaratkan pergaulan antara muda dan

mudi.tarian ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama

27

Page 19: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

sebagai tari pergaulan muda mudi/ kaum remaja yang

merupakan tari sosial yang memiliki latar belakang cerita.

Tarian ini merupakan wujud suka cita warga desa dalam

menyambut panen, bersih desa, atau acara lainnya yang

berhubungan dengan berlangsungnya pertemuan antara

kaum muda/laki-laki dan mudi/putri.

Ciri yang nampak pada tari-tarian jenis ini adalah:

a) Gerak tari ini dilakukan secara bebas, yang mengikuti

adalah muda dan mudi atau warga masyarakat secara

umum.

b) Tarian ini sering dilaksanakan pada saat bulan purnama

baik untuk kalangan anak-anak, remaja putra dan putri

atau dewasa maupun orang tua, dapat dilakukan di arena

yang luas atau tanah lapang. Pelaksanaan pertunjukan

tarian ditujukan untuk keperluan upacara serta kebiasaan

yang sering digelar, acara tersebut merupakan puncak dari

kegiatan pada waktu siang harinya.

c) Tarian ini pada dasanya digunakan sebagai sarana untuk

komunikasi atau pergaulan atara laki-laki/perempuan,

anak, remaja dan orang tua atau kegiatan yang

berhubungan dengan hajad orang banyak di suatu desa.

5) Tari Teatrikal

Ciri tarian jenis ini adalah bahwa tarian ini merupakan

bentuk pertunjukan yang dikemas secara lengkap antara

unsur seni rupa, musik teater dan tari. Pertunjukan digarap

komunikasi dengan penonton, sehingga kesan teatrikal

nampak.

Salah satu contoh adalah Kesenian Betawi. Pada jaman

dahulu hidup dan berkembang kesenian ini. Kesenian ini

memiliki mode penyajian secara teatrikal. Kosumsi

28

Page 20: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

pertunjukan lebih diarahkan untuk ceritera rakyat. Unsur

ceritera dapat digunakan sebagai media untuk improvisasi

diatas panggung. Masalah lain yang dapat difungsikan adalah

unsur dialog atau komunikasi dengan penonton. Oleh sebab

itu pertunjukan ini sangat digemari di kalangan masyarakat

luas terutama mayarakat luas.

C. TINJAUAN UMUM TERHADAP GEDUNG PERTUNJUKAN

1. Sejarah Gedung Pertunjukan

Gedung pertunjukkan merupakan hasil inovasi arsitektur dari

budaya barat yang secara teknis memang ditujukan untuk

menunjang budaya seni musik. Sejarahnya dimulai sejak awal abad

ke 19 dimulai dengan bangunan berupa amphitheater, gedung opera

baru kemudian gedung pertunjukkan. Perkembangannya ini juga

seiiring dengan perkembangan ilmu akustik dan juga arsitektur. Pada

jaman modern ini, gedung pertunjukkan sudah merupakan hasil

inovasi mutakhir dari berbagai teknologi, ilmu pengetahuan dan seni

pertunjukkan itu sendiri.

Pada mulanya berupa pertunjukan tradisional pada upacara-

upacara religus dan upacara-upacara lainnya, seperti pertunjukkan

wayang di kraton dan tarian-tarian di pura-pura di Bali. Sejalan

dengan perkembangan dan peradaban yang lebih maju dan unsur-

unsur budaya barat yang ditanamkan bersama dengan masuknya

bangsa-bangsa asing ke Indonesia, maka seni pertunjukan

mengalami perkembangan pula, sehingga pada saat sekarang

cenderung untuk dipertunjukkan di atas pentas.

Baru pada abad XIX di Jakarta pada zaman Rafles, dibangun

gedung pertunjukkan yang pertama, yaitu Gedung Kesenian (City

Hall) yang berfungsi sebagai tempat penyajian seni pertunjukkan

modern, dimana materi, sruktur, dan pengolahannya didasarkan

29

Page 21: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

pada seni pertunjukan barat, misalnya : seni opera, tari, balet drama

barat.

2. Pengertian Gedung Pertunjukan

Gedung Pertunjukan merupakan suatu tempat yang

dipergunakan untuk mempergelarkan pertunjukan, baik seni tari,

musik maupun drama. Terkait dengan itu maka persyaratan ruang

harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang

diungkapkan penyaji seni dapat tertangkap dengan baik sehingga

tercapai kualitas pertunjukan yang optimal serta kepuasan bagi

penikmatnya mengingat penonton yang memasuki sebuah gedung

pertunjukan memiliki hak untuk mendapatkan kenyamanan,

keamanan, penerangan yang cukup, pemandangan (viewing) yang

menyenangkan dan kualitas bunyi yang baik selain kualitas acaranya

itu sendiri. (Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn)

3. Fungsi Perwadahan

Fungsi perwadahan Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan

Seni Tari dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok fungsi, yaitu :

a. Fungsi ke luar

1) Mendidik masyarakat agar lebih mengenal dan mencintai seni

tradisional yang merupakan warisan bangsa dan proses

kreatifitas bangsa.

2) Meningkatkan prestise kota dari segi fasilitas hiburan yang

artinya turut serta mendukung sektor perekonomian dan

pariwisata.

3) Meningkatkan apresiasi dan kreatifitas berseni masyarakat,

dalam konteks makro turut membentuk peradaban manusia.

4) Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang terkait

sepanjang proses kegiatan yang diwadahi berlangsung.

30

Page 22: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

b. Fungsi kedalam

1) Merupakan wadah kontak dan komunikasi antara masyarakat

penikmat seni dan budaya dengan seniman.

2) Tempat pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hiburan dan

segala informasi tentang seni tari di Luwu Timur.

3) Tempat penampungan dan pengembangan kreatifitas pelaku

seni, bisa dimulai dari seseorang yang tidak tahu sama sekali

tentang seni sampai menjadikannya seorang seniman.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa fungsi Gedung Pertunjukkan dan

Pengembangan Seni Tari diharapkan menjadi suatu wadah

yang efektif dan efisien dalam mewadahi kegiatan-kegiatan

seni tari. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari

sebagai tempat berkreasi, tempat mengumpulkan karya seni,

pembinaan seni, memberi dan menerima informasi seni tari,

pameran dan lain-lain di Luwu Timur.

4. Maksud dan Tujuan

Perencanaan Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari memiliki maksud dan tujuan perwadahan, antara lain :

a. Menambah fasilitas pegelaran seni tari untuk memberi

kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk memiliki sarana

rekreasi dan hiburan yang bermutu sekaligus menambah

wawasan seni dan budaya, khususnya kebudayaan yang ada di

Kabupaten Luwu Timur.

b. Memberi kesempatan dan sarana bagi para seniman untuk

menggelar karya-karya seninya dan sekaligus berkomunikasi

dengan masyarakat melalui karya mereka.

c. Menghadirkan wadah aktifitas berkesenian yang memenuhi

kriteria sebuah bangunan yang berorientasi seni.

31

Page 23: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

d. Menciptakan wadah bagi calon-calon insan seni untuk belajar

berapresiasi dalam mencipta dan menggelar pertunjukan.

e. Dengan adanya fasilitas Gedung Pertunjukkan dan

Pengembangan Seni Tari ini diharapkan menjadi suatu wadah

kegiatan seni untuk meningkatkan penghayatan dan apresiasi

masyarakat terhadap seni dan menampung kreativitas seni dan

penikmat seni khususnya seni tari.

5. Motivasi Pengadaan

a. Pemerintah

1) Kesadaran akan kurangnya fasilitas pengembangan kesenian

di Luwu Timur.

2) Adanya tugas pemerintah pada bidang kebudayaan untuk

memperkuat kepribadian, kebangsaan dan kesatuan nasional

dengan mendukung peningkatan dan pembinaan serta

pemeliharaan kesenian yang ada.

3) Turut membantu kehidupan kesenian masyarakat sebagai

media pencerminan potensi budaya, disamping untuk

memelihara identitas keseniaan daerah.

b. Masyarakat

1) Keinginan untuk mendapatkan suatu hiburan dengan melihat

pertunjukan kesenian atau kebudayaan.

2) Sebagai sarana informasi seni dan budaya, khususya

kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah Luwu Timur

sehingga menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan sendiri.

c. Seniman

1) Adanya kesempatan bagi seniman untuk mempertunjukan

hasil karya seni mereka kepada masyarakat.

32

Page 24: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

2) Sebagai media komunikasi bagi para seniman, dan media

kontak antara seniman dengan masyarakat pencinta seni

melalui karya tersebut.

3) Diharapkan sarana dan prasarana yang lengkap, diharapkan

dapat meningkatkan kualitas dari suatu karya-karya seni.

6. Pola Kegiatan dalam Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari

a. Unsur Pemakai Gedung

1) Seniman

Merupakan kelompok seniman atau perorangan yang

memiliki kaitan dengan kehidupan seni. Bentuk kegiatannya

dapat berupa : pagelaran seni, lomba seni

diskusi/musyawarah dan pertemuan antara seniman-seniman

ini dapat dikelompokkan menjadi :

a). Seniman pencipta

Adalah seniman yang aktif menggali atau mencari

ide kreatif untuk mewujudkan suatu karya, seperti

arranger, penulis, koreografer, pelukis, pemahat,

pengukir, dan lain-lain. Selain itu juga dapat memberikan

sumbangan-sumbangan ide bagi pengembangan seni

termasuk di dalamnya seperti membina seni (instruktur).

b). Seniman pelaku

Bertindak sebagai pembuat dan pelaku seni

dengan mengikuti pola-pola yang telah digariskan

maupun dengan improvasasi desain yang mereka miliki

seperti panari, aktor, pemusik, dan lain-lain.

2) Masyarakat

Masyarakat sebagai konsumen seni dapat dibagi dalam

beberapa kelompok :

33

Page 25: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

a) Masyarakat umum/awam, pelajar, dan mahasiswa

b) Masyarakat pengamat seni

Kelompok masyarakat yang tidak memiliki

keahlian di bidang seni tetapi memliki pengetahuan

tentang seni yang cukup melalui pengamatan-pengamatan

yang telah dilakukannya. Biasanya merupakan

penyumbang idea tau kritikus yang amat diperlukan

pengamatan kesenian.

c) Masyarakat peminat dan pencinta seni

Kelompok masyarakat yang memiliki bakat dan

peminat untuk mengembangkan keahlian serta

keterampilan di bidang seni. Memiliki pengetahuan,

keahlian dan keterampilan yang cukup baik. Umumnya

memiliki penilaian yang tinggi terhadap karya seni. Secara

khusus kelompok ini cukup memegang peranan dalam

pengembangan kehidupan seni.

d). Kolektor seni

Masyarakat yang memiliki hobi atau kebiasaan

mengumpulkan hasil karya seni untuk dikoleksi tanpa ada

keinginan untuk diperdagangkan.

e). Wisatawan

Wisatawan baik domestik maupun asing yang

ingin menikmati seni. Perincian tersebut dibedakan

berdasarkan kenyataan yang ada serta perkembangan

kesenian kita sekarang ini. Pengunjung umumnya memiliki

penglihatan atau daya memahami/menanggapi terhadap

seni yang berbeda–beda. Hai ini tergantung pada latar

belakang yang memiliki :

(1) Tarap intelegensi pendidikan.

(2) Lingkungan dan sifat hidup.

34

Page 26: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

(3) Bakat serta pembawaan.

Kunjungan yang bersifat khusus :

(1) masyarakat yang telah mampu menikmati dan

menghayati suatu karya seni.

(2) Masyarakat yang secara aktif membina dan

memelihara, bukan sekedar penghayat seni semata.

(3) Masyarakat dengan kemampuan dan daya

serap/tanggap terhadap suatu karya seni.

Kunjungan tidak khusus :

(1) Masyarakat yang awam terhadap kesenian.

(2) Masyarakat yang memandang kesenian adalah

sekedar hiburan.

3) Pengelola

Bertugas melayani penyelenggaraan kegiatan-kegiatan

dalam Gedung Pertunjukan dan Pengembangan Seni Tari.

Sarana ini merupakan faktor sosial atau pelayanan

masyarakat, juga termasuk di dalamnya pemeliharaan.

7. Kelembagaan dan organisasi

a. Status kelembagaan

Mengingat wadah kegiatan kesenian dalam lingkup

Kabupaten, maka status kelembagaannya di bawah tanggung

jawab langsung oleh pemerintah setempat dengan membentuk

sesuatu Dewan Kesenian. Hal ini perhitungkan terhadap :

1) Biaya subsidi dari pemerintah, prosedurnya akan mudah dan

lancar.

2) Kebebasan bergerak lebih luwes dalam mencari dana lain

dengan mngikutsertakan pihak swasta sebagai sponsor dan

donatur tetap.

35

Page 27: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

3) Sifat kegiatan dapat memberikan palayanan kepada

kepentingan umum tanpa terkecuali.

b. Hubungan kelembagaan

1) Direktorat Kesenian dengan hubungan secara yuridis, bersifat

konsultatif.

2) Kantor Kesenian Daerah, bertugas dalam pembinaan dan

pengembangan kesenian, khususnya kesenian daerah.

3) Pemerintah Daerah, melakukan pengawasan yang meliputi

susunan organisasi dan kegiatan dalam wadah, serta

mengadakan usaha untuk pembiayaan rutin untuk

pemeliharaan .

4) Yayasan non pemerintah, merupakan lembaga formal

pemerintah seperti organisasi-organisasi kesenian yang ada

di dalam kota yang beraggotakan orang-orang untuk

pelaksana kegiatan kesenian.

Skema 3. Hubungan kelembagaan

Sumber. Pusat Kesenian Jakarta “Taman Ismail Marzuki”

36

KANTOR PEMBINAAN KESENIAN

WADAH KEGIATAN KESENIAN

DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN

DEWAN KESENIAN

PEMERINTAH DAERAH

Page 28: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

c. Organisasi dan pengelolaan

Mengingat tujuan utama kegiatan yang bersifat non-profit,

sekalipun dalam operasionalnya menuntut biaya ganti rugi, maka

pengelolaan wadah dilakukan dan diatur oleh pemerintah daerah

membentuk Dewan Kesenian Daerah sebagai pelaksana tugas

yang sanggup menghimpun seniman-seniman yang kreatif.

Pelaksana operasionalnya ditunjuk pelaksana harian yang

bertanggung jawab penuh pada semua acara.

1). Hubungan Kerja

Secara vertikal :

a) Sebagai badan yang berdiri sendiri, administratif

bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah.

b) Secara operatif bertanggung jawab kepada Dewan

Kesenian Daerah.

c) Secara konsultatif dengan kantor Pembinaan Kesenian

yang bertanggung jawab pada kantor Pembinaan Kesenian

dibawah Direktorat Kesenian Pusat.

Secara horizontal :

a) Hubungan langsung dengan organisasi-organisasi kesenian

masyarakat.

b) Hubungan dengan instalasi/lembaga yang berminat dalam

bidang kesenian dan kebudayaan baik pihak pemerintah

maupun swasta.

c) Secara individu dengan tokoh-tokoh seniman dan

kebudayaan.

Organisasi dan pengelolaan ini dibuat berdasarkan

perbandingan dengan pola organisasi yang ada di Pusat

Kesenian Jakarta “Taman Ismail Marzuki”. Pimpinan

kegiatan kesenian TIM bertanggung jawab secara vertikal

terhadap lembaga kebudayaan. Hal ini sama dengan

37

Page 29: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Kepala Bidang Kesenian Daerah Kabupaten yang

bertanggung jawab terhadap Kepala Wilayah Kebudayaan

setempat.

D. TINJAUAN KHUSUS GEDUNG PERTUNJUKAN DAN

PENGEMBANGAN SENI TARI DI LUWU TIMUR

1. Tinjauan Terhadap Kabupaten Luwu Timur

a. Letak Geografis dan Administrasi

Kabupaten Luwu Timur secara geografis terletak pada

koordinat antara 20 15’ 00’’ – 30 Lintang Selatan dan 1200 30’

00’’ sampai 1210 30’00’’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Luwu Timur adalah 664.686,68 ha atau 6.646,87 km2. Secara

fisik geografis wilayah Kabupaten Luwu Timur meliputi batas-

batas:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso Provinsi

Sulawesi Tengah

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali

Provinsi Sulawesi Tengah

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone Kabupaten

Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara

Provinsi Sulawesi Selatan.

Letak Kabupaten Luwu Timur pada Pulau Sulawesi sangat

strategis sehingga dapat menjadi wilayah penghubung bagi

wilayah hinterland, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara

yang memiliki kekayaan sumberdaya alam. Pada masa datang,

Kabupaten Luwu Timur diharapkan dapat berfungsi sebagai

service region dan marketing outlet bagi kabupaten-kabupaten

di sekitarnya.

38

Page 30: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Secara administrasi, Kabupaten Luwu Timur terdiri atas 11

(sebelas) kecamatan yaitu Burau, Wotu, Tomoni, Angkona,

Malili, Towuti, Nuha, Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur, dan

Wasuponda dengan jumlah keseluruhan 107 desa, 3 UPT dan

313 dusun. Luas wilayah berdasarkan kecamatan adalah Burau

(29.716,15 Ha), Wotu (15.23,41 Ha), Tomoni (24.034,85),

Mangkutana (104.813,08 Ha), Angkona (29.623,92 Ha), Malili

(72.180,47 Ha), Nuha (98.316,03 Ha), dan Towuti (187.177,33

Ha), Kalaena (8.394,72 Ha), Tomoni Timur (5.373, 91 Ha) dan

Wasuponda (100.821, 88 Ha).

Sebaran desa di setiap kecamatan adalah Kecamatan

Burau (15 desa), Wotu (12 desa), Tomoni (12 desa), Angkona

(8 desa), Malili (15 desa), Towuti (13 desa), Nuha (5 desa),

Mangkutana (8 desa), Kalaena (8 desa), Tomoni Timur (8 desa)

dan Wasuponda (6 desa).

Gambar 1. Peta administrasi Luwu Timur

Sumber. Dinas tata ruang dan permukiman Luwu Timur

Daerah ini mendapat julukan “negeri tiga danau”, karena

keunikan keberadaan 3 (tiga) buah danau besar pada bagian

timur wilayahnya, kabupaten ini juga disebut sebagai “negeri

tiga danau”. Danau yang dimaksud, yaitu :

39

Page 31: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

1) Danau Towuti (luasnya 56.670 Ha),

2) Danau Matano (luasnya 16.350 Ha), dan

3) Danau Mahalona (luasnya 2.348 Ha)

Ketiga danau ini sangat potensial untuk pengembangan

kegiatan budidaya perikanan, pembangkit listrik, dan kegiatan

pariwisata. Disamping itu juga, terdapat 2 (dua) buah telaga,

yaitu Telaga Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga

Lontoa seluas 172 Ha.

b. Topografi

Kabupaten Luwu Timur yang sebagian besar wilayahnya

berada pada kawasan Pegunungan Verbeck merupakan daerah

yang bertopografi pegunungan. Namun di beberapa tempat

merupakan daerah pedataran hingga rawa-rawa. Wilayah-

wilayah yang bergunung adalah bagian utara dan barat

sedangkan wilayah pedataran adalah bagian selatan dan barat.

Kondisi datar sampai landai terdapat pada semua wilayah

kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona, Burau,

Wotu, Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi

bergelombang dan bergunung yang terluas di Kecamatan

Nuha, Mangkutana dan Towuti.

Hasil analisis kelerengan dari Bappeda serta analisis peta

topografi menunjukkan bahwa Kabupaten Luwu Timur dapat

dibagi menjadi 4 wilayah lereng dan satu danau. Penggolongan

tersebut adalah pegunungan (>40%), perbukitan (15 – 40%),

bergelombang (8 – 15%) dan pedataran (0 – 8%). Luas wilayah

dengan kemiringan >40% mencapai 459.946,81 ha (69,20%),

kemiringan 0-8% mencapai 105.653 ha, kemiringan 8-15%

mencapai 11.846,62 ha, kemiringan 15-40% mencapai

11.446,05 ha dan danau mencapai luas 74.875,50 ha.

40

Page 32: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Kabupaten Luwu Timur didominasi oleh wilayah

pegunungan (459.946,81 ha). Menandakan bahwa sebagian

besar wilayah ini berada pada ketinggian. Jika dilihat posisi

wilayah ini dari muka laut, maka Kabupaten Luwu Timur

dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu 0 – 25 m, 25 – 100m,

100 – 500m, 500 – 1000m dan >1000m. Sebagian besar

wilayah Kecamatan Nuha berada pada daerah pegunungan,

sedangkan Angkona dan Wotu didominasi oleh daerah

pedataran. Sejalan dengan kelerengan, maka ketinggian juga

menunjukkan bahwa Kecamatan Nuha berada pada wilayah

ketinggian di atas 1000 m dpl. Demikian halnya dengan

Kecamatan Towuti yang didominasi oleh pegunungan dengan

ketinggian di atas 1000 mdpl.

c. Iklim

Temperatur rata-rata bulanan berkisar pada 24,0-26,1 oC.

Temperatur tertinggi tercatat pada bulan November, sedangkan

temperatur terendah pada bulan Juli. Temperatur rata-rata

bulanan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Kelembaban (relatif) bulanan rata-rata berkisar pada 88,4-

93,8%. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada hampir semua

bulan (100%) terutama pada bulan Juli, dan terendah pada

bulan September (80,8%).

Penguapan yang terjadi cukup tinggi dengan nilai rata-rata

bulanan sekitar 2,7-4,3 mm, walaupun demikian diimbangi oleh

curah hujan harian yang tinggi pula. Penguapan tertinggi terjadi

pada bulan Oktober (4,3 mm/hari), sedang penguapan terendah

teramati pada Bulan Juni (2,7 mm/hari). Periode dengan tingkat

penguapan tinggi terjadi mulai bulan Agustus sampai April ( 3

mm/hari), sedangkan periode dengan penguapan rendah mulai

bulan Mei sampai dengan bulan Juli (3 mm/hari).

41

Page 33: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

0

100

200

300

400

500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop DesBulan

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

0

10

20

30

Ha

ri h

uja

n (

ha

ri)

C. Hujan H. Hujan

Curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1990 sampai

2001 berkisar di antara 111,3-409.7 mm dengan curah hujan

tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan September.

Jumlah rata-rata hari hujan setiap bulan antara 12-25 hari.

Periode dengan tingkat curah hujan tinggi terjadi mulai bulan

Maret sampai Mei ( 300 mm), sedangkan periode dengan

curah hujan rendah mulai bulan Agustus sampai dengan bulan

Oktober ( 200 mm). Periode dengan tingkat curah hujan

sedang terjadi dari bulan November sampai Februari (200 – 300

mm). Variasi curah hujan bulanan diperlihatkan padagambar

berikut.

Gambar 2. Curah hujan rata-rata

Sumber. Bappeda Luwu Timur

Dalam penelitian data kecepatan dan arah angin setiap

jam selama 7 tahun terakhir diperoleh dari Stasiun Meteorologi

PT. INCO TBK. Data angin selama 7 tahun terakhir

menunjukkan bahwa antara pukul 07.00 sampai 18.00 (siang)

arah angin dominan dari arah tenggara (24,8 %) dan dari utara

(24,13 %), sedangkan antara pukul 19.00 sampai 06.00

(malam) arah angin dominan dari arah utara (36,8 %) dan dari

arah tenggara (19,1 %). Kecepatan angin selama 7 tahun

42

Page 34: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

terakhir antara pukul 07.00 sampai 18.00 sebagian besar

berkisar 0 sampai 2 m/s (69,1 %), sedangkan antara pukul

19.00 sampai 06.00 besar berkisar 0 sampai 2 m/s (73.16 %).

d. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur (kondisi

Desember 2009) berdasarkan estimasi hasil sensus penduduk

2000 mencapai jumlah 242.053 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 56.068 rumah tangga, Kecamatan yang paling

banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili sebesar

31.775 jiwa.Kepadatan penduduk tahun 2009 di Luwu Timur

masih kecil, hanya 35 jiwa/ km². Kecamatan yang paling padat

adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan kepadatan 272 jiwa/

km².

Perkembangan jumlah penduduk merupakan akumulasi

dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk

di Kabupaten Luwu Timur. Data kecenderungan perkembangan

penduduk Kabupaten Luwu Timur 5 tahun terakhir dengan

tingkat pertumbuhan rata-rata 4,22% pertahun, maka dengan

metode pendekatan matematis dapat dilakukan proyeksi atau

perkiraan jumlah penduduk hingga tahun 2029. Hasil analisa

yang dilakukan menunjukkan perkiraan jumlah penduduk

Kabupaten Luwu Timur hingga tahun 2029 mencapai 391.674

jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan 2,80%, secara rinci

diuraikan pada tabel dan diagram berikut.

43

Page 35: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

44

No KecamatanPertambahan Penduduk (Jiwa)

2010 2014 2019 2024 2029

1 Burau 36.665 46.50858.81

371.11

783.42

2

2 Wotu 29.227 31.71434.82

337.93

241.04

1

3 Tomoni 22.309 25.35529.16

332.97

036.77

8

4 Tomoni Timur 11.743 12.14512.64

713.14

913.65

1

5 Angkona 23.162 25.79629.08

732.37

935.67

0

6 Malili 31.648 37.67345.20

552.73

660.26

8

7 Towuti 30.905 33.06835.77

338.47

741.18

2

8 Nuha 22.176 26.85632.70

738.55

841.18

2

9 Wasuponda 18.201 22.47127.80

833.14

538.48

2

10 Mangkutana 20.378 22.32824.76

427.20

129.63

7

11 Kalaena 11.526 12.82314.44

316.06

417.68

4

Jumlah226.03

6261.5

87306.0

25350.4

64391.6

74

Perkembangan (Jiwa)

-35.55

144.43

944.43

941.21

1

Prosentase (%) - 3,40 2,90 2,54 2,35

Page 36: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Tabe

l

2.Tabel 2. Perkiraan dan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Kabupaten Luwu Timur Tahun 2010-2029

Sumber. BPS Luwu Timur

e. Budaya dan Adat Istiadat

Terjadinya perubahan kultur dan sosial budaya

masyarakat merupakan proses transformasi global akibat tidak

homogenisitasnya kultur budaya pada suatu daerah. Terjadinya

dinamika perkembangan perkotaan akan tidak lagi memandang

kultur budaya dan adat istiadat sebagai hukum masyarakat

(norma etika) yang berlaku, akan tetapi tergantikan oleh sifat

individualistis dan kepentingan sosial ekonomi akan menjadi

dominan. Perubahan proses tersebut sulit dihindari karena

dipengaruhi oleh masuknya budaya lain dan perkembangan

teknologi menjadi orientasi masyarakat untuk

mengaktualisasikan diri.

Perubahan karakter dan kultur budaya sebagai ciri khas

suatu komunitas tidak perlu terjadi, jika masyarakat memegang

teguh dan menjunjung tinggi nilai budaya yang secara turun-

temurun dianutnya. Salah satu kekuatan masyarakat di

Kabupaten Luwu Timur adalah pembauran nilai religius

keagamaan dalam suatu kebudayaan yang masih melekat

hingga kini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah komunitas

masyarakat di Kabupaten Luwu Timur sebagian besar

masyarakat asli masih dalam satu ikatan rumpun keluarga,

sehingga konflik sosial tidak menjadi pemisah, tetapi dapat

45

Page 37: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

terselesaikan secara kebersamaan dan kekeluargaan.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh gambaran tentang

terjadinya pembauran suku dan kultur di Kabupaten Luwu

Timur, yang secara umum dipengaruhi oleh etnis suku Toraja,

Bugis, Pamona, dan Mori.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi sosial

budaya masyarakat di Kabupaten Luwu Timur adalah

terbentuknya beberapa kawasan transmigrasi, yang

penduduknya sebagian besar berasal dari beberapa kabupaten

di Provinsi Sulawesi Selatan dan penduduk dari luar Sulawesi

Selatan. Masing-masing etnis penduduk yang mendiami

wilayah Kabupaten Luwu Timur membawa kultur budaya dari

daerah asal, sehingga terjadi percampur-bauran budaya.

Budaya masyarakat yang mudah dijumpai di Kabupaten Luwu

Timur antara lain dari etnis Suku Bugis, Makassar, Toraja, Mori,

Pamona, Bali, Jawa, dan Sumbawa/Lombok.

Salah satu ciri khas budaya masyarakat di Kabupaten

Luwu Timur yang masih melekat sampai sekarang adalah

pembauran antara ritual keagamaan dan ritual budaya

“Maccera’ Tasi” yang hampir tersebar pada wilayah pesisir

Kabupaten Luwu Timur, terutama pada Kecamatan Malili,

Angkona Wotu dan Burau. Upacara keagamaan ini masih

berlangsung hingga sekarang untuk melakukan ritual

kesyukuran atas limpahan hasil laut yang telah dinikmati oleh

masyarakat Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya. Budaya

lainnya yang merupakan pembauran kultur budaya di

Kabupaten Luwu Timur adalah jenis tarian untuk perayaan yang

sering disebut “Maddero”.

Sedangkan tradisi luar yang menjadi kebiasaan

masyarakat di Kabupaten Luwu Timur adalah “Ngaben”

46

Page 38: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

terutama bagi masyarakat yang berasal dari etnis Bali, sebagai

upacara penguburan orang meninggal. Selain itu juga terdapat

beberapa tradisi dan upacara keagamaan lainnya, yang masih

terus berlangsung di wilayah Kabupaten Luwu Timur.

2. Tinjauan Terhadap Pertunjukan di Luwu Timur

3. Tinjauan Terhadap Koreografi

Setiap individu atau setiap kelompok masyarakat dari kalangan

manapun dengan latar belakang profesi apapun, tentu saja bebas jika

berkeinginan untuk mengemukakan pendapatnya atau hasil kajian serta

interprestasinya mengenai makna, batasan atau pengertian tentang apa

itu koreografi. Bermula istilah koreografi (choreography) berasal dari

bahasa Yunani chorela yang berarti tari masal, dan graphe yang berarti

catatan. Jadi secara harfiah artinya catatan tentang tari. Menurut

Soedarsono, isti;ah koreografi di Indonesia merupakan istilah baru yang

mulai dikenal sekitar tahun 1950 ketka pemerintah RI mulai giat

mengirimkan misi kesenian ke luar negeri. Sekarang istilah koreografi

untuk menyebutkan sebuah garapan tari sudah bisa digunakan, dan

istilah koreografer untuk menamakan seorang penggarap/pengubah tari.

Asal katanya dari bahasa Yunani, chorela (tarian koor) dan graphica

(penulisan). Secarah harfiah, koreografi berarti penulisan dari tarian

47

Page 39: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

koor, tetapi sebenarnya koreografi berarti cara merencanakan laku, baik

ditulis maupun tidak.

Jadi pengertian koreografi adalah bahwa koreografi merupakan

hasil dari proses garapan yang menjadi sebuah tarian, dalam arti lain

dapat pula dikatakan bahwa pengertian koreografi atau sebuah

koreografi adalah terbentuknya susunan-susunan gerak hasil kerja

kreatif seseorang atau sekelompok masyarakat yang diekspresikan

melalui media penari. Jadi sebuah koreografi adalah sebuah tarian yang

terpolakan atau menentukan dalam keberadaannya. Oleh karena itu,

sebuah koreografi untuk menunjukkan keberadaan sebuah tarian yang

perbendaharaan geraknya terbentuk secara terencana, tak salah lagi

apabila koreografi memiliki organik bentuk yang khas. Karena sebuah

koreografi adalah terdiri dari aneka ragam gerak tari yang tersusun dan

terbentuk secara utuh sebagai hasil pancaran jiwa estetis dan atau hasil

imajinasi kreatifnya sang pencipta tari, maka selain sebuah koreografi itu

memiliki identitas yang khas, dengan kata lain, bentuk koreografi adalah

keutuhan wujud suatu susunan- susunan gerak yang didesain atau

dibentuk berdasarkan konsep-konsep estetik yang khas. Gerak tari

merupakan bahasa pesan dari penciptanya, oleh sebab itu gerak dalam

tari mengandung sesuatu misi. Sebuah tarian dikatakan baik apabila

tarian tersebut dapat menyampaikan pesan kepada para penikmatnya

juga dapat dimengerti oleh para penikmatnya itu sendiri.

Berdasarkan atas bentuk koreografinya, tari dapat dibagi

menjadi beberapa bentuk, yaitu tari tunggal, tari berpasangan dan tari

kelompok.

a. Tari tunggal adalah suatu bentuk tarian yang ditampilkan oleh

seorang penari. Biasanya menyangkut penokohan dan

pengungkapan karakter atau perwatakan.

48

Page 40: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

b. Tari berpasangan adalah suatu bentuk tarian yang dilakukan oleh

dua orang penari yang menjadi pasangannya, antara peran yang

satu dan yang lainnya saling melengkapi.

c. Tari kelompok adalah tari yang merupakan pertunjukan yang

dibawakan secara bersama-sama atau rampak yang jumlahnya lebih

dari satu orang. Besar kecilnya jumlah kelompok tergantung

kebutuhan membawakan tarian.

1) Elemen-elemen dasar koreografi

secara berturut, peta konstruksi pengetahuan koreografi secara

jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Desain Gerak

manusia beraktifitas sehari-hari memerlukan gerakan

tubuhnya, dalam memanfaatkan gerakan tanpa disadari gerak

mendukung aktifitasnya secara maksimal. Dalam kaitan dengan

tari, gerak merupakan unsur yang penting, memiliki seorang

penari sebagai sumber untuk aktivitas menari.

Gerakan menari merupakan gerak yang digunakan untuk

mengungkapkan perasaan, dengan harapan untuk

mendapatkan tanggapan orang lain. Gerakan tari berbeda

dengan gerakan bekerja atau gerakan olahraga, karena gerak

tari sebagai ungkapan ekspresi sedagkan gerakan olah raga

untuk prestasi.

Masalah gerak pada dasarnya merupakan unsur utama

dalam tari. Bentuk, format dan sikap maupun posisi gerak

menentukan bagaimana suatu gerakan harus diperagakan.

Format gerak berhubungan perubahan sikap, posisi dan

kedudukandari suatu benda.

Desain gerak secara nyata merupakan unsur 3 dimensi

yang memiliki panjang, lebar dan volume. Kedudukan gerak

didesain menjadi bentuk benda selama menempati posisi,

49

Page 41: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

kedudukan dan momen berpindah dari satu posisi ke posisi

yang lain.

Gerak dalam tari secara kedalaman merupakan media

ungkap dari pernyataan dan ekspresi. Dalam tarian, gerak

merupakan unsur baku. Gerak terdiri dari tenaga,ruang dan

waktu dan berhubungan erat dengan wirasa, wirama dan

wiraga.

Tenaga dalam gerak tari berhubungan dengan energi yang

dikeluarkan untuk bergeraksesuai kebutuhan intensitas, kualitas

dan tekanan.intensitas banyak sedikitnya berhubungan dengan

tenaga untuk pergerakan, tekanan atau aksen berhubungan

dengan penggunaan energi secara merata atau tidak melalui

penyaluran kekuatan bergerak dari seorang penari.

Kualitas gerak juga menjadi prioritas gerakan dipelajari.

Tenaga yang disalurkan menghasilkan bentuk, gerakan

mengayun, mengalir, bergetar, menahan dan sebagainya

bergantung pada bagaimana teknik seorang penari melakukan

kualitas gerakan secara sempurna.

Gerakan tari dapat dibentuk melalui desain yang dibuat.

Bentuk dan kapasitas serta kebutuhan tenaga yang disalurkan

menjadi makna gerakan tariyang pada nantinya di ungkapkan.

Standar gerak tari dibutuhkan untuk ungkapan ekspresi,

kekuatan dan jangkauan gerak, serta kedalam makna gerak

yang dapat dirasakan secara terstruktur oleh peraga tari dalam

menarikan suatu tarian. Oleh sebab itu, bentuk, konstruksi dan

kedalaman isi suatu tarian sangat menentukan bagaimana tari

dapat menimbulkan kesan emosi bagi pengamat atau yang

menontonnya.

b) Desain musik

50

Page 42: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Musik pada dasarnya adalah bunyi-bunyian yang

ditimbulkan oleh sumber bunyi. Jenis musik yang teratur disebut

ritme, sedangkan yang tidak teratur disebut dengan bunyi saja.

bunyi yang teratur sesungguhnya merupakan disain musik.

Masalah tempo atau ritme, dinamik dan sinkop yang terdapat

dalam bunyi suatu musik dapat membentuk irama dan dinamik

yang mampu menggugah rasa kita untuk mengekspresikan

gerak.

Bentuk wujud dan variasai bunyi yang ditimbulkan melalui

alat musik dapat digunakan untuk memberi ruh musik yang

digunakan untuk mengirigi koreografi. Motif, bentuk, jenis dan

dinamikanya dapat bermacam-macam bentuk. Teknik dan cara

memainkan alat musiknya juga berbeda satu jenis alat dengan

alat lainnya. Desain musik agar dapat menghidupkan koreografi

perlu digunakan kemampuan musikal yang berhubungan

dengan bekal kemampuan dan kecakapan dalam mengukur

kekuatan serta bagaimana teknik menghasilkan dinamika

secara variatif.

Madalah desain musik yang paling pokok adalah memiliki

konsep bagaimana cara mewujudkan bentuk awal,

perkrmbangan, klimaks, penahanan akhir dan penurunan

secara koreografis. Penggunaan alat musik yang dibutuhkan

dapat memberikan keserasian musik iringan dan bentuk

koreografi yang dikembangkan secara maksimal. Cara dan

teknik ini sangat dibutuhkan dalam penataan koreografi yang

lebih mendasar.

Kemampuan dan kekuatan menjalin rasa musikal menjadi

bentuk musik yang memiliki kapasitas dan intensitas rasa

musikal ditentukan pada hasil elaborasi dalam mendesain

musik secara cermat. Kecermatan yang dimaksud inilah

51

Page 43: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

merupakan sentral kepekaan musik dari seorang yang mampu

menggarap musik secara hidup dan penuh sentuhan.

c) Desain Lantai

Garis-garis yang dilalui oleh penari disebut desain lantai.

Gambar desain lantai ini dalam pengertian lain adalah garis

yang dibentuk oleh formasi penari kelompok. Secara umum

desain ini terbagi kedalam dua bagian yakni desain garis lurus

dan desain garis lengkung.

Aspek desain lantai dapat tergambar secara ilustratif

melalui lintasan gerak penari. Penari membuat konsep ruang

pentas yang secara geografis berhubungan dengan garis,

ruang gerak, dan posisi penari pada saat diam.

Garis menyudut atau diagonal, lengkung, zigzag, lurus,

bahkan berbentuk lingkaran dapat terlihat melalui gerakan

melintas penari saat bergerak. Gerakan dengan berpindah

tempat dapat dilakukan secara hubungannya dengan gerak

tangan, kaki, tubuh, kepala.

Pola garis lurus, dapat dibuat kedepan, kebelakang dan

kesamping atau serong. Formasi garis lurus juga dapat dalam

bentuk segitiga, segi empat, huruf T, huruf V dan bentuk lain

seperti desain zigzag atau kebalikannya. Disisi lain, garis

lengkung dapat berwujud ular, spiral, lingkaran, angka delapan

dan sebagainya.

Gerakan jalan, lari cepat, geser ke kanan-kiri, secara

dinamis dapat dilakukan dengan variasi gerak dan pola gerakan

berulang atau berganti-ganti (kanan-kiri). Beberapa variasai

gerakan yang nyata dan pola gambar yang dilukiskan pada

lantai dibayangkan secara imajinatif dalam angan-angan.

d) Desai Atas

52

Page 44: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Desain atas dilukiskan melalui gerakan mengayun-ayun

atau melambaikan tangan di atas garis bahu. Ruang desain

atas dapat diciptakan lagi melalui gerakan yang sesaat

melayang di udara dengan dasar kaki sebagai tumpuhan

berada diatas permukaan lantai atau landasan tumpu.

Gerakan yang memiliki kesan desain atas dilakukan penari

dengan cara meloncat, melompat, melayang sesaat di udara.

Batas-batas gerak yang memberi kesan desain atas secara

geomeris berhubungan dengan tiga dimensi, tidak bertumpu

pada lantai dasar atau tempat bertumpu, serta dimungkinkan

bertumpu dilandasan tetapi kesan gerakan yang dilakukan lebih

ada dalam posisi di atas lantai. Dengan demikian, aspek

gerakannya memiliki tiga dimensi.

Desain tiga dimensi berhubungan dengan volume gerak,

jangkauan besar/kecil dan atau sempit-luasnya gerakan.

Jangkauan terluas atau terpanjang yang mampu dilakukan oleh

masing-masing penari.

Karakter gerak yang biasa dilakukan untuk penghayatan

menunjukan desain atas adalah pernyataan ungkapan rasa

syukur kepada Yang Maha Kuasa dengan menengadahkan

kepala, merentangkan kedua tangan ke atas, serta melakukan

selebrasi yang berhubungan dengan konteks bicara dari hati

dengan Tuhan melalui penghayatan pandangan mata ke atas,

kepala ditengadahkan, serta gerakan lain yang berhubungan

dengan pernyataan simbol gerakan yang berhubungan dengan

desain atas. Pelaksaan gerakan dilukiskan untuk mendapatkan

kesan gerakan dilakukan diatas garis bahu. Pemahaman gerak

seperti telah disebut adalah dengan mewujudkan teknik

gerakan menengadahkan kepala dan gerakan kedua tangan ke

atas.

53

Page 45: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

e) Rias dan Busana

Rias busana pada prinsipnya merupakan pendukung

dalam tari. Unsur ini pada garapan tertentu sangat vital

dibutuhkan terutama untuk memperdalam atau menunjukan

adanya karakter atau penokohan, yang ada dalam garapan

koreografi. Sehingga, melalui rias dan busana dapat

mewujudkan visi karakter atau tokoh yang diharapkan.

Pada konteks tertentu, rias dan busana juga dibutuhkan

untuk tujuan penonjolan terhadap penampilan suatu bentuk seni

pertunjukan dalam rangka digunakan sebagai bagian upacara

keagamaan, upacara adat, dan bentuk tarian untuk upacara

tertentu.

Pada sisi lain, rias an busana menjadi kebutuhan yang

sekunder, mana kala dalam garapan lebih dibutuhkan pada

konsep pertunjukan secara naturalistik. Rias dan busana

digunakan sebatas kebutuhan garis wajah saja dan pembalut

tubuh penari. Saat tertentu busana terlhat sederhana untuk

jenis tari nontradisi.

f) Properti

Properti adalah semua peralatan yang digunakan untuk

pementasan tari. Properti tari tentu saja disesuaikan dengan

kebutuhan koreografi. Properti tari merupakan properti yang

dibutuhkan dalam koreografi tari. Pada kenyataannya terdiri dari

dance property/ properti tari dan stage property / perlengkapan

panggung. Dance properti terdiri dari peralatan tari yang

dipegang penari secara langsung. Stage property adalah

semua peralatan yang berada di atas panggung dan menjadi

sarana yang langsung maupun tidak langsung melengkapi

konsep suatu koreografi dimana dalam penerapannya

54

Page 46: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

diletakkan di area pentas atau di panggung untuk mendukung

koreografi.

Stage panggung yang terkait dengan peralatan baik

langsung dimanfaatkan pada saat pementasan terdiri dari trap

(level pondation) yang berfungsi membuat kesan penari lebih di

atas, di bawah standar panggung menjadi dukungan dalam

pementasan koreografi.

Bentuk dan format trap bermacam-macam. Ada yang

berbentuk segi empat panjang, bujur sangkar, segi enam, segi

delapan, tinggi 20 cm, 40 cm, dan 60 cm serta masih banyak

bentuk yang lainnya. Jenis stage property di desain untuk

memberikan dampak positif pementasan koreografi menjadi

lebih indah, berkualitas dan memiliki kesan yang menarik bagi

penonton, disamping tujuan penggunaan lebih ke arah

penggunaan teknis dalam koreografi.

Properti tari pada dasarnya dapat digunakan untuk

memberikan keindahan koreografi. Disisi lain apabila

penguasaan penari terhadap property kurang sempurna, ini

menjadi kebalikan bahkan kesan ini menjadi kunci keindahan

koreografi menjadi tidak tercapai.

Penguasaan properti tari oleh penari mutlak merupakan

persyaratan yang harus dimiliki. Kunci ini menjadi indikasi

kebutuhan properti dalam suatu koreografi, dibutuhkan apabila

tuntutan koreografi menjadi utama dalam penggunaan property

maka penari harus dibekali keterampilan yang lebih dalam

memperagakan keterampilan properti.

Pilihan atau penggunaaan properti tari jangan sampai

mengganggu makna gerak yang akan disampaikan koreografer

dalam menyampaikan misi tarinya. Penempatan properti tari

dan stage property secara bersama menjadi bagian utuh dalam

55

Page 47: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

merefleksikan kesatuan koreografi agar menjadi semakin

menarik, padat dan memenuhi kualitas penggunaannya.

g) Tata Pentas

Teknik pentas adalah mengadaptasikan penempatan

properti panggung secara profesional. Pada koreografi yang

menjabarkan ide, penempatan tata teknik pentas dirancang

untuk kebutuhan pentas secara matang, profesional,

spektakuler, memenuhi harapan koreografer dan penonton.

Untuk menempatkan wahana replika, properti panggung

menjadi alternatifnya. Oleh sebab itu, replika yang akan

ditempatkan di atas pentas, menjadi sarana yang disarankan

untuk mencapai kualitas pementasan secara maksimal. Bingkai-

bingkai bermacam desain properti panggung secara kualitas

diharapkan dapat mendukung pementasan. Peralatan dalam

bentuk lain, replika panggung yang dibutuhkan dan banyak lagi

tentang properti panggung yang oleh koreografer dipikirkan

untuk menopang keberhasilan koreografi menjadi pilihan tata

teknik pentas yang diharapkan.

Dalam suatu pertunjukan memerlukan sarana dan fasilitas

tempat untuk penyelenggaraannya. Dibeberapa tempat di

Indonesia telah mengenal bentuk-bentuk tempat pertunjukan

atau tempat pentas dengan banyak bentuk. Tempat dimaksud

meliputi lapangan sebagai arena terbuka, pendopo,

pemanggungan (staging), halaman pura, serta bangsal sebagai

tempat pergelarannya.

Pemanggungan tersebut diatas merupakan istilah yang

berasal dari Barat. Selanjutnya, istilah tersebut diadopsi dan

dijabarkan kembali menjadi bahasa yang telah umum

dipercakapan sehari-hari kita, sehingga banyak orang yang

telah mengenal dan memahami sebagai pengetahuan yang

56

Page 48: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

biasa. Di bawah ini ada beberapa bentuk pemanggungan yang

telah dikenal kita. Secara detail dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Pemanggungan bentuk pendopo adalah tempat

pementasan yang pada awalnya digunakan untuk pementasan

tari klasik di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Konsep

pendopo pada awalnya lahir untuk kalangan orang terpandang,

karena pendopo dimiliki oleh orang setingkat Wedono atau

Penewu ke atas. Tempat ini memiliki ruangan yang ditopang

banyak penyangga berupa kayu, tiang dan besi beton.

Kapasitas bentuk dan kualitas pendopo berhubungan dengan

strata atau kedudukan orang yang memiliki atau mengelola

pendopo.

Gambar 3. Panggung pendopo

Sumber. Grafis Haviz Murhayadi SPd.

Model pemanggungan bentuk lain adalah Proscenium

Stage. Bentuk pemanggungan ini sudah cukup tersebar di

seluruh wilayah Indonesia. Kapasitas dan personifikasinya

sudah banyak yang memenuhi standar (representasional).

Stage Proscenium secara umum tergantung kepada bagaimana

ruang pementasan tersebut akan di bentuk. Dalam kenyataan

telah banyak yang disesuaikan sesuai standar internasional.

57

Page 49: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Contoh di Jakarta adalah Gedung Kesenian Jakarta (GKJ),

Teater Tanah Air Indonesia (TMII) dengan fasilitas space

staging (panggung di udara atau para penari dalam berperan

menggunakan link kawat yang diatur sedemikian sehingga

penari atau peraga seperti terbang).

Penonton dalam menikmati pertunjukan dari depan saja

(frontal). Arah dan sudut pandang ditujukan terfokus pada arena

pentas. Konsep kanan dan kiri terdapat layar atau sekat

pembatas yang disebut side wing. Di depan panggung terdapat

area sedikit yang disebut apron. Biasanya sisi kanan dan kiri

atau sekitar apron terdapat ruang yang digunakan untuk

menata instrumen musik.

Gambar 4. Stage Proscenium

Sumber. Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Konsep pemanggungan secara umum dapat dijelaskan

berdasarkan bentuk dan kapasitas penonton yang dapat

memanfaatkan situasi dan kondisinya secara interprestasi untuk

memenuhi kebutuhan pada saat menonton pertunjukan adalah

sebagai berikut.

58

Page 50: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 5. Panggung melingkar

Sumber. Grafis Haviz Muharyadi SPd.

Pada bentuk tapal kuda, penonton menyaksikan

pertunjukan dari arah depan melingkar separuh bola. Atau

dengan perkataan lain, penonton melihat pertunjukan dari arah

depan separuh bola.

Bentuk pemanggungan yang di rancang secara sederhana

dan bentuk ini sudah klasik adalah bentuk lapangan terbuka.

Secara bebas bentuk lapangan terbuka dapat dijelaskan bahwa

penonton dapat melihat dari segala penjuru. Penonton

memanfaatkan celah yang dapat digunakan untuk melihat atau

menyaksikan pertunjukan melalui sudut pandang yang luas,

terbuka dan lebih bebas atau santai dalam menikmati sajian.

Bentuk panggung terbuka dapat dilihat seperti di berikut.

Gambar 6. Panggung dan lapangan terbuka

Sumber. Grafiz Havis Muharyadi SPd.

59

Page 51: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 7. Bentuk panggung lapangan terbuka

Sumber. Grafiz Havis Muharyadi SPd.

h) Tata Lampu dan Sound

Pada seni tradisional, kelengkapan produksi yang paling

tidak diperhatikan adalah masalah penataan lampu dan sound.

Pertunjukan dilakukan di bawah terik matahan atau di bawah

terang bulan pumama, dengan lampu minyak atau petromak

saja sudah dapat digunakan untuk memenuhi penyajian

pementasan tersebut. Perkembangan teknologi dan

pengetahuan yang terjadi, menempatkan pemikiran tentang tata

lampu dan sound berkualitas diwujudkan. Kualitas gedung

pertunjukan yang representati. Harus memenuhi perlengkapan

ideal dan sempurna bagi pementasan. Kebutuhan atas

pengadaan tata lampu dantata suara menjadi pilihan terbaik

kualitas pertunjukan.

Kebutuhan pemanggungan yang berkualitas di berbagai

daerah dan berbagai tempat pertunjukan di Indonesia belum

merata. Hal ini menjadi masalah yang beragam. Penataan tata

lampu dan tata sound yang seharusnya membantu pementasan

jangan hanya salah penempatan atau pemilihan standar

kualitas pemanfaatan menjadi boomerang pementasan menjadi

tidak berkualitas. Kelengkapan produksi tata lampu menjadi

60

Page 52: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

pilihan dalam pementasan menempati peran tersendiri dalam

pertunjukan Tanpa cahaya yang alami, baik buatan manusia

maupun ciptaan Tuhan tontonan menjadi gelap Peranan tata

lampu sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu

menciptakan inner garapan menjadi seolah penonton berada

dalam ilusi koreografi yang dapat memberikan imeji keindahan

sesuai dengan pesan yang diharapkan koreografer.

Fungsi tata lampu antara lain sebagai penerang,

penciptaan suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan,

serta efek khusus pementasan Tata lampu sebagai penerangan

jelas tidak diragukan lagi Asal ada penerangan pasti lampu

semakin terang. Bentuk dan wujud tata lampu bermacam-

macam perlengkapan lampu diantaranya ada lampu khusus

yang disebut Spot Light jumlah disesuaikan dengan kapasitas

gedung. Strip Light (lampu garis) biasanya digunakan untuk

menerangi dua hingga jalur area pentas saja yang masing-

masing berjarak sekitar 2-4 meter dari deret lampu strip yang

ada.

Lampu backdrop juga diperlukan agar pada posisi pang

belakang dan lampu yang dipakai murni menjadi bagian yang

digunakan untuk menerangi latar belakang panggung secara

umum. Formulasi warna lampu biasanya digunakan colour

brightyang terdiri dari warna-warna biru, merah, kuning, dan

general.

Perlu diingat, koreografer yang jeli memenfaatkan momen

penataan tata lampu akan menyesuaikan penggunaan tata

lampu dan tata warna lampu lebih mendalam. Penentuan warna

lampu dan pemilihan kostum tari dipertimbangkan melalui dasar

kesesuaian yang ideal. Penciptaan suasana garapan dapat

diciptakan melalui penggunaan media penataan tata lampu

61

Page 53: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

secara professional. Sebagai ilustrasi dapat diberikan di sini,

sebuah koreografi yang pada saat itu membutuhkan suasana

perasaan hati sedang sedih, musik iringan sendu, lirih, dan

menyayat, apabila diberi penerangan tata lampu yang

benderang maka koreografi menjadi tidak sesuai.

Teknik penataan lampu yang dikembangkan adalah

melalui penyinaran dengan kualitas warna biru, lampu yang

temaram, dan warna-warna teduh akan mampu menciptakan

suasana yang cocok dalam memenuhi kontribusi suasana

koreografi yang diharapkan. Begitu pula sebaiiknya, dalam

situasi perang, tata lampu disesuaikan dengan pencahayaan

bahwa warna lampu merah, semakin pekat merah dapat

mendukung suasana apalagi didukung kualitas gerak,

penghayatan, dan kedalaman isi gerak serta penciptaan colour

yang sempurna semakin diharapkan memenuhi kualitas

pertunjukan. Penguatan adegan dilakukan dengan penataan

lampu yang dapat diciptakan melalui daerah-daerah terang dan

gelap secara dramatis. Di sisi lain penguatan ekspresi tari

dapat digunakan untuk membantu penghayatan agar tercapai

tujuan adegan.

Penggunaan overhead spotlight atau follow spot light untuk

lampu tunggal pada peran khusus atau ditokohkan berada

dalam jarak tembaknya. Efek bayangan agar tidak terlihat pada

penari yang ditokohkan ke penari lain menjadi pilihan

tercapainya adegan yang diharapkan. Pemisahan tokoh dengan

kelompok penari lain menjadi prioritas untuk memberikan batas

pencahayaan yang jelas sesuai tempat, pemeranan, dan

tentunya kualitas pencahayaan yang diharapkan secara

menyeluruh pada saat adegan tersebut menjadi momen yang

dipilih.

62

Page 54: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Kualitas pencahayaan sangat penting. Hal ini tidak

semata-mata adegan menjadi gelap, tetapi kualitas pandang

penonton menjadi lebih terbantu melalui pencahayaan yang

memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Masalah

intensitas penyinaran tata lampu, warna pilihan untuk lampu

khusus maupun lampu general, distribusi tata lampu di sekitar

panggung dan di area panggung, serta efek khusus yang

diharapkan menjadi pilihan tercapainya koreografi mantap

dipertunjukkan. Efek pencahayaan dapat merugikan, adegan

kuang sempurna, kurang memenuhi harapan, dan kurang

mencapai tujuan koreografis. Oleh karena itu, masalah

intensitas penyinaran harussesuai catatan tari, warna pilihan

harus sesuai adegan yang dibutuhkan pada saat adegan,

distribusi penyinaran dan pemilihan warna yang dibutuhkan

harus menjadi pengendali tercapainya adegan yang dibutuhkan,

serta efek sinar menjadi salah satu kunci pemilihan tata lampu

semakin sempurna dan memenuhi standar kualitas koreografi

yang baik dan memenuhi syarat pementasan.

Pencahayaan dapat mewujudkan adegan dan penyinaran,

koreografi semakin hidup, dramatis, dan memenuhi kualitas

koreografi yang diharapkan. Standar ini semakin diharapkan

apabila penari dapat lebih jelas melihat hubungannya dengan

kualitas gerak yang diperagakan, ekspresi yang dilakukan, dan

efek koreografi yang diharapkan. Efek khusus pementasan

dapat menjadi kurang baik apabila penyinaran kurang

memadai, penempatan lampu khusus yang kurang tepat

ditembakkan kepada tokoh khusus, serta pemanfaatan efek

lampu yang kurang tepat dibutuhkan untuk suatu adegan. Hal

ini menjadi jelas pada saat koreografi tampil sejak awal hingga

akhir dilangsungkan. Efek khusus yang dipilihbiasanya

63

Page 55: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

menyangkut kepada bagaimana tata lampu memenuhi kualitas

pemeranan, penciptaan suasana, dan pemilihan yang lebih

penting untuk terciptanya ending atau klimaks garapan tersebut.

Penataan suara diperlukan dalam tata teknik pentas. Hal

ini bertujuan agar dapat mendukung pementasan untuk

memenuhi konsep garapan. Penuangan koreografi yang

dipentaskan secara professional butuh tata suara yang

memadai. Hal ini menjadi pendukung dalam pementasan.

Kualitas tata suara harus memenuhi harapan koreografer. Oleh

sebab itu, penempatan setting tata suara yang berkualitas

menjadi salah satu indikasi standar pementasan.

E. STUDI BANDING

1. Taman Budaya Sumatera Utara

Nama : Taman Budaya Sumatera Utara

Lokasi: Jl. Perintis Kemerdekaaan no 33 Medan, Sumatera Utara

Total Luas Tapak: 8.216 m2

Gambar 16. Gerbang TBSU

Sumber : www.google.com

Di Tempat ini terdapat beberapa sanggar yang dibina dan

diberikan fasilitas latihan dan juga pertunjukan. Sanggar yang dibina

tersebut terdiri dari seni tari, seni musik dan juga seni teater.

Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di jalan Perintis

Kemerdekaan memiliki 7 bangunan eksisting yaitu :

64

Page 56: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

a. 1 unit Gedung Utama yang terdiri dari Gedung Pertunjukan

(Teater Tertutup) dan Tata Usaha

Bangunan ini digunakan sebagai tempat aktivitas pimpinan,

para pegawai Tata Usaha Taman Budaya Sumatera Utara, juga

sekaligus sebagai tempat event-event pertunjukan kesenian dan

kebudayaan.

Gedung Utama atau Teater Tertutup merupakan Gedung

pertunjukan Utama dengan kapasitas 600 orang. Terletak pada

jalur tengah areal dan memanjang ke belahan barat. Gedung ini

dilengkapi dengan sebuah pentas, perangkat tata lampu dan

soundsystem, umumnya menjadi pilihan utama tempat

mempergelarkan berbagai cabang seni, seperti teater, tari, musik

dan sastra. 11

Gambar 17. Gedung Utama

Sumber: www.google.com

65

Page 57: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 18. Teater Tertutup

Sumber: www.google.com

b. 1 unit Gedung Sanggar Tari

Bangunan ini digunakan sebagai tempat latihan untuk

mempersiapkan diri menghadapi event-event, maupun hanya

latihan rutin saja.

c. 1 unit Gedung Sanggar Teater

Bangunan ini digunakan sebagai tempat latihan untuk

persiapan event-event pertunjukan, maupun kegiatan latihan rutin

saja.

d. 1 unit Gedung Sanggar Musik

Bangunan ini lebih sering dipergunakan sebagai tempat

latihan musik-musik modern seperti piano, gitar, dan drum.

Walaupun sebenarnya tersedia juga alat-alat musik tradisional.

e. 2 unit Gedung Pameran

Gedung pameran digunakan untuk mewadahi kegiatan

pameran seni rupa, namun salah salah satu bangunan ini lebih

sering dipergunakan untuk latihan sanggar tari. Hal ini

dikarenakan kurangnya fasilitas gedung sanggar tari yang dimiliki

oleh Taman Budaya Sumatera Utara, sedangkan jumlah kegiatan

sanggar tari justru lebih banyak.

f. 1 unit Open Stage/Teater Terbuka

Dipergunakan untuk tempat pertunjukan yang sifatnya

final atau minimal merupakan latihan terakhir sebelum

pertunjukan, tetapi justru lebih sering dipergunakan sebagai

tempat latihan tari, yang diakibatkan kekurangan tempat latihan

tari.

66

Page 58: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gbr. 19 Teater terbuka

Sumber: www.google.com

g. 1 unit Perpustakaan

Perpustakaan Taman Budaya Sumatera Utara ini

memiliki koleksi ratusan buku dan buka setiap hari sesuai jam

kerja. Perpustakaan ini selain berperan menambah wawasan

bagi para pegawai Taman Budaya Sumatera Utara sendiri,

perpustakaan ini juga terbuka bagi seniman, pelajar dan

mahasiswa.

2. Taman Ismail Marzuki

Nama : Taman Ismail Marzuki

Lokasi: Jakarta

Total Luas Tapak: ± 9 Ha

Gambar. 20 Patung Ismail Marzuki

Sumber: http://id.wikipedia.org

67

Page 59: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang populer

disebut Taman Ismail Marzuki (TIM) berlokasi dijalan Cikini Raya 73,

Jakarta Pusat, merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan.

Di sini terletak Institut Kesenian Jakarta dan Planetarium Jakarta.

Selain itu, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran,

galeri, gedung arsip, dan bioskop.

Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di

pusat kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang,

musik, pembacaan puisi, pameran lukisan dan pertunjukan film.

Berbagai jenis kesenian tradisional dan kontemporer, baik yang

merupakan tradisi asli Indonesia maupun dari luar negeri juga dapat

ditemukan di tempat ini. Nama pusat kesenian ini berasal dari nama

pencipta lagu terkenal Indonesia, Ismail Marzuki.

Gambar 21. Taman Ismail Marzuki

Sumber: http://id.wikipedia.org

a. Graha Bhakti Budaya

Graha Bhakti Budaya (GBB) adalah Gedung Pertunjukan

yang besar, mempunyai kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di

bawah dan 200 kursi di balkon. Panggung GBB berukuran 15m x

10m x 6m. Gedung ini dapat dipergunakan untuk gedung

pertunjukan konser musik, teater baik tradisional maupun

modern, tari, film, dan dilengkapi dengan tata cahaya, sound

sistem akustik, serta pendingin ruangan.

b. Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III

68

Page 60: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Galeri Cipta II (GC II) adalah ruang pameran yang lebih

besar dari Galeri Cipta III (GC III). Kedua ruang tersebut dapat

dipergunakan untuk pameran seni lukis, seni patung, diskusi dan

seminar, dan pemutaran film pendek. Gedung ini dapat memuat

sekitar 80 lukisan dan 20 patung serta dilengkapi dengan

pendingin ruangan, tata cahaya khusus, tata suara serta panel

yang dapat dipindah-pindahkan.

c. Teater Kecil/Teater Studio

Merupakan gedung pertunjukan yang dipersiapkan untuk

200 orang. Gedung ini mempunyai banyak fungsi seperti seni

pertunjukan teater, musik, pembacaan puisi, seminar,dll. Teater

Kecil mempunyai ukuran panggung 10m x 5m x 6m. Gedung ini

juga dilengkapi sistem akustik, tata cahaya dan pendingin

ruangan.

d. Teater Halaman (Studio Pertunjukan Seni)

Dipersiapkan untuk pertunjukan seni eksperimen bagi

seniman muda teater dan puisi, mempunyai kapasitas penonton

yang fleksibel.

e. Plaza dan Halaman

TIM mempunyai areal parkir yang cukup luas yang

merupakan lahan serba guna dan dapat dipergunakan untuk

berbagai pertunjukkan kesenian open air.

3. Zagreb dance center

Architects : 3LHD

Location : Zagreb, Croatia

Luas site : 1360 sqm.

Luas bangunan : 1438 sqm.

tahun konstruksi : 2005-2009

69

Page 61: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 22. Zagreb Dance

Sumber: http://www.designboom.com

Pembukaan bioskop movieplex besar di Zagreb telah

menyebabkan kematian dari teater bioskop tua di pusat kota. Kota

Zagreb, yang merupakan pemilik bioskop tua Lika, memutuskan

untuk menggunakan kembali ruang untuk fasilitas kebudayaan baru.

Dalam skenario itu bioskop tua Lika diberi peran pusat tarian baru.

Gambar 23.interior Zageb Dance

Sumber: http://static.dezeen.com

Lima puluh tahun budaya tari kontemporer di Zagreb telah

menghasilkan sekitar 40 kelompok tarian, dengan proyek ini mereka

semua akan memiliki rumah baru di pusat kota. Bioskop terletak di

blok pemukiman kumuh hanya 100 meter dari alun-alun utama

Zagreb. Seluruh program proyek ditentukan oleh daerah

pembangunan bruto yang ditetapkan dalam rencana induk dan

tempat-tempat proyek di bioskop tua.

70

Page 62: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 24. Studio besar

Sumber: http://static.dezeen.com

Pusat tari baru akan mewadahi banyak penari, koreografer,

perusahaan dan kelompok seni akan memiliki tiga studio serbaguna

(satu studio besar dengan 150 kursi dan dua studio latihan yang

lebih kecil), tiga ruang ganti luas, kamar mandi, gudang untuk

perlengkapan dan teknologi dan ruangan kantor.

Gambar 25. Studio latihan tari

Sumber: http://static.dezeen.com

Satu-satunya elemen arsitektur yang baru adalah lobi pintu

masuk, sebuah ruang dalam pelayanan komunikasi dan pertemuan

dengan sebuah kafe, perpustakaan dan toko video. .Volume dan

juga patah menyarankan bentuk gerak tari dan mereka adalah tanda

baru dan elemen sambungan antara halaman dan atap teras. Teras

atap adalah elemen terakhir dari pusat dan bagian penting dari

proyek pelestarian dan pemulihan Zagreb.

71

Page 63: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

4. The Esplanade

Bangunan ini dirancang oleh dua perusahaan arsitektur

yang bekerja sama: yaitu DP Architects (DPA) dari Singapura dan di

London Michael Wilford & Partners (mwp). Rancangan aslinya,

disajikan kepada publik pada tahun 1994, terdiri dari kaca polos atas

teater, dan pada awalnya menimbulkan kritik dari masyarakat.

Pengkritik juga menuduh bahwa desain tidak sensitif terhadap lokasi

dan iklim Singapura seperti itu akan menciptakan sebuah rumah

kaca di iklim tropis Singapura, namun menurut Direktur DPA Vikas

Gore beberapa bentuk pelindung telah direncanakan, dan cladding

aluminium penghalang sinar matahari telah ditambahkan ke desain

akhir. Desain arsitektur yang unik telah dikatakan memiliki

penampilan mirip dengan durian (buah tropis) atau mata lalat.

Gambar 26. Eksterior esplanade

Sumber: http://www.designboom.com

Fasilitas :

The Esplanade berisi ruangan pertunjukan kelas dunia,

ditambah dengan berbagai layanan dukungan profesional dan

fasilitas. Selain tempat-tempat pertunjukan, Esplanade juga berisi

tempat-tempat pertemuan, serta gaya hidup lainnya dan seni

layanan terkait. Menyoroti Esplanade - gedung konser dan Teater,

terhubung ke tempat berkumpul utama melalui ruang depan,

72

Page 64: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

sementara Esplanade Mall dapat diakses melalui pintu masuk

terletak di antara 2 hall.

a. Concert hall

Gambar 27. Concert hall

Sumber: http://www.designboom.com

Ini adalah tempat untuk konser, dan pertunjukan lainnya.

Hanya ada lima ruang lain di dunia dengan akustik seni seperti

ini. Panggung orkestra mampu manampung hingga 120 musisi.

Atasnya adalah canopy akustik bergerak, yang terdiri dari tiga

bagian, masing-masing berbobot 17 ton. Kanopi ini bertujuan

ebagain reflektor suara, baik untuk mendapatkan akustik yang

tepat sesuai dengan acara yang sedang berlangsung, dan juga

untuk memungkinkan musisi untuk mendengar dirinya sendiri di

atas panggung. Gema lorong dari ruangan itu, yang digunakan

untuk memvariasikan karakteristik akustik Hall, adalah void

terbuka yang mencakup tiga tingkat dan memiliki volume 9.500

meter kubik, atau sekitar volume empat kolam renang ukuran

olympic. Ini menyediakan komputer 84 pintu dan flaps. Setiap

pintu beratnya antara 3-11 ton, dengan pintu yang terluas dengan

tinggi 10,5 meter dan pintu yang terkecil 2,2 meter. Ruangan ini

tersembunyi di balik mahoni yang membingkai dinding depan

Concert Hall. Concert Hall ini mampu menampung 1.600 orang

73

Page 65: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

dengan kursi yang nyaman seluas lebih dari empat tingkat dalam

suasana akrab

b. Teater

Gambar 28. Teater

Sumber: http://www.designboom.com

2000 kursi teater asplanade adaalah sebuah bentuk

adaptasi dari separu kuda dari opera house tradisional eropa.

Teater adalah rumah bagi panggung pertunjukan terbesar

Singapura (39m panjang x23m lebar), dan melayani skala yang

berbeda dari pertunjukan seni. Ada sebuah panggung utama dan

dua panggung tambahan dengan ukuran yang sama untuk

memfasilitasi pengaturan teknis dan perubahan adegan.

Panggung utama di bingkai oleh sebuah lengkungan panggung

teater kuno, menjadikan lebar panggung disesuaikan dari 12m-

16m. ada juga sebuah menara tinggi 30 meter, sebanyak

ruangan orchestra dapat menampung lebih dari 100 orang

musisi. Walaupun teater dipertimbangkan luas dengan 2000

tampat duduk, jarak pandangan antara kursi terjauh dengan

panggung hanya 40m, hal itu dapat memberikan pemandangan

yang jelas akan apa yang terjadi di panggung.

c. Studio Teater

74

Page 66: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 29. Studio Teater

Sumber: http://www.designboom.com

Teater Studio, dengan kapasitas 220, adalah pengaturan

kecil untuk teater eksperimental dan presentasi tari. Ruang

pertunjukan, dilengkapi dengan tempat duduk bergerak dan dapat

ditarik, menawarkan berbagai konfigurasi. Meskipun kecil, ini

dilengkapi dengan panggung yang dapat beradaptasi,

pencahayaan dan sistem suara, sehingga memungkinkan untuk

mengakomodasi berbagai macam pertunjukan. Seperti ada kira-

kira berukuran sama dengan panggung Teater, Teater Studio

juga sering digunakan untuk produksi penuh latihan.

5. The Lowry Visual and Performing Arts Center

Nama : The Lowry Visual and Performing Arts Center

Lokasi : Manchester, England

Arsitek : Michael Wilford

Struktur : Stainless stell and glass facade

Gambar 30. The Lowry Visual and Performing Art

Sumber: http://www.designboom.com

75

Page 67: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Berlokasi tepi sungai yang megah di jantung Salford

pembangunan kembali dermaga di Greater Manchester, The Lowry

adalah arsitektur dengan bentuk kapal identitas yang unik dan

dinamis. Bangkit dari regenerasi Docklands, itu adalah bangunan

yang ramah, yang dirancang untuk mencerminkan pemandangan

sekitarnya, di permukaan kaca dan logam. Bangunan ini selesai

dibangun pada tahun 2000 dan biaya pembangunan nya sebesar 21

milyar poundsterling. Fasilitas nya adalah sebagai berikut : Gallery

untuk pameran dan koleksi seni kota Salford, Lowry study center,

Gallery anak-anak, Teater Lyric dengan kapasitas 1730 kursi dan

teater di luar bangunan yang berkapasitas 450 kursi, ruang latihan,

dan sarana penunjang lainnya seperti bar, retail, ruang medis.

Gambar 31. Interior. The Lowry Visual and Performing Art

Sumber: http://www.designboom.com

The Lowry Visual and Performing Arts Center adalah

kombinasi antara teater dan galeri di Inggris. Lowry Center berada di

pelabuhan kapal bersejarah di Manchester, berdekatan dengan

Stadion tua Trafford. The Lowry Visual and Performing Arts Center

memiliki panggung terbesar di kawasan Inggris setelah London.

Pada entrance bangunan terdapat kanopi yang terdiri dari kombinasi

stainless steel, metal dan kaca geometris yang berpendar pada

malam hari.

76

Page 68: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

Gambar 32. Denah The Lowry Visual and Performing Art

Sumber: http://www.designboom.com

Gambar 33. Potongan The Lowry Visual and Performing Art

Sumber: http://www.designboom.com

F. KESIMPULAN STUDI BANDINGDari studi banding pada bangunan-bangunan Gedung Pertunjukkan dan

Pengembangan Seni Tari baik yang berada di Indonesia maupun yang

berada di Negara lain, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari ini sedapat

mungkin berlokasi di pusat kota yang memiliki kemudahan

pencapaian dari dan ke luar kota oleh pengunjung.

2. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni tari di Luwu Timur

harus memiliki ruang yang cukup besar untuk menampung semua

jenis kegiatan seni tari, baik itu pengunjung maupun pelaku seni.

3. Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni Tari di Luwu Timur

harus memiliki penampilan bangunan yang unik dan menarik.

77

Page 69: BAB II (gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur)

4. Perlunya fasilitas penunjang yang bersifat komersil untuk melengkapi

kegiatan yang ada didalam Gedung Pertunjukkan dan

Pengembangan Seni Tari di Luwu Timur.

78