Click here to load reader
Upload
vukhanh
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
GURU DALAM PENDIDIKAN MODERN
Dalam menguraikan gambaran umum tentang guru dalam konteks
pendidikan modern, penulis akan memaparkan mengenai konsep dasar pendidikan
secara umum kemudian merefleksikan dalam batasan pembahasan pada konsep
guru sebagai pendidik.
A. Pendidikan Modern
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogie, yang artinya
memimpin, membimbing.1 Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur
hidup.2 Karena pendidikan merupakan usaha tertua, barangkali dapat
dikatakan bahwa usaha pendidikan sama sejalan dengan usaha manusia itu
sendiri sejak dilahirkan hingga meninggal.
Pendidikan secara istilah adalah suatu usaha sadar melalui bimbingan,
pengarahan atau latihan untuk membantu dan mengarahkan anak didik agar
berkepribadian tinggi menuju hidup sempurna serta mampu melaksanakan
kewajiban terhadap agama dan negara.3
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan pendidikan adalah usaha sadar untuk membimbing dan menuntun
kondisi jiwa khususnya agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang
baik sejak awal pertumbuhan dan perkembangannya, hingga mencapai masa
pubertas, agar terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sejalan dengan itu, maka pendidikanpun mengalami perubahan
(inovasi), sebab proses pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan
1 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000), hlm. 3. 2 Tim Penyusun, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 149. 3 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
1989), hlm. 19.
14
perkembangan zaman hanya akan membuat manusia stagnan (jumud). Oleh
karena itu, pemahaman atau pandangan orang mengenai hakikat pendidikan
itupun berubah-ubah, yang secara sederhana dapat dikategorikan sebagai
pandangan tradisional dan modern.
Secara tradisional, sebagaimana yang ada dalam Islam pendidikan
diartikan sebagai usaha manusia mencari keridhaan Allah SWT,
menghilangkan kebodohan, menghidupkan agama dan melanggengkan ajaran
Islam.4 Golongan aliran kerohanian (spiritualisme) sebelum abad pertengahan
dan sebelum abad ke-19 M berpendapat bahwa hidup di dunia ini hampa dan
kosong dari kebaikan dan kemanfaatan yang hakiki, sebab itu harus dijauhkan
diri dari tamak terhadap keberadaan dunia.5 Sehingga tujuan pendidikan
diartikan ubudiyah (ibadah kepada Tuhan) dengan menafikan hidup manusia
di dunia.
Pendeknya tujuan ubudiyah itu semata-mata hanya ibadah, tidak
termasuk di dalamnya urusan ekonomi, politik, sosial dan pendidikan. Dan
pendidikan semacam itu justru menghapuskan adanya proses usaha
pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sekaligus tidak adanya
usaha perubahan ke arah kemajuan untuk kesejahteraan manusia. Sehingga
pandangan yang demikian membawa pengaruh pada sistem pembelajaran,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menyamakan tingkat kecakapan mahasiswa dalam segala aktifitas.
2. Pelaksanaan aktifitas atau komunikasi hanya satu jalur (one way learning
teaching).
3. Hubungan sosial antar siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar
terputus, karena hanya cukup mendengar ceramah, mencatat.
4. Kesempatan kerja untuk mendalami kuliah yang sedang berlangsung kecil
sekali.
4 Syeh Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta’limul Muta’alim, (Semarang: CV. Toha Putra, t.th.),
hlm. 10. 5 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hida Karya
Agung, 1978), hlm. 7.
15
5. Hubungan timbal balik antar dosen dengan mahasiswa secara individual
hampir tidak ada.
6. Media pendidikan lebih sederhana.
7. Mahasiswa dipaksa toleran dengan kejemuan.6
Akan tetapi pandangan mengenai pendidikan tradisional semacam itu mulai
direkontruksi ulang secara komprehensif.
Para ahli pendidikan modern mendefinisikan pendidikan sebagai:
“Etimologically the word educations means just a process of leading or bringing up”.7
Artinya: secara etimologi kata pendidikan berarti suatu proses memimpin atau mendewasakan. Itu berarti pendidikan mendasarkan pada terciptanya perubahan pada diri anak didik menuju pada terbentuknya manusia maju yang menginginkan adanya peningkatan derajat umat manusia.
Pendidikan pada dasarnya dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
dari sudut pandang masyarakat dan sudut pandang siswa. Sebagaimana
dikatakan P.J. Hills, bahwa :
“Education has most scienties two principles roles, that of passing on knowledge from one generation to the next, and that providing people with skill that enable to analyse, diagnose and thus question.8
Artinya: “Pendidikan dalam masyarakat pada umumnya memiliki dua peran pokok yaitu menyampaikan pengetahuan kepada generasi ke generasi berikutnya dan memberikan bekal kepada manusia dengan keahlian yang dapat untuk menganalisa, mendiagnosa, dan juga kemampuan bertanya”.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
modern adalah cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan era kekinian,
untuk dapat dipersiapkan anak didik pada masanya.
6 Masarudin Siregar, Didaktik dan Kedudukan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Sumbangsih, 1985), hlm. 99. 7 John Dewey, Democracy and Education, (New York: Macmillan Publishing Co Inc,
1964), hlm. 10. 8 P.J. Hills, A. Dictionary of Education, (London: Ruotledge and Kegan Paul Ltd., 1982),
hlm. 123.
16
Berkaitan dengan pengertian pendidikan, diketahui pula mengenai
tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan pada umumnya khususnya di
Indonesia selaras dengan aspek yang terdapat dalam pendidikan nasional yang
mencerminkan Pancasila dan UUD 1945 dan berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud di sini adalah tujuan
akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, non-
formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara
Indonesia. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 Bab II pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.9
Tujuan pendidikan secara umum tersebut di atas bila ditinjau dari
tujuan pendidikan Islam terdapat keselarasan pada upaya pembentukan akhlak
dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral.10
Pembentukan akhlak, dalam hal ini pendidikan akhlak bertujuan tidak hanya
mengetahui pandangan dan teori, bahkan setelah dari tujuan itu adalah
mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci,
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan serta memberi faedah kepada
sesama manusia. Akhlak mendorong kehendak manusia ke arah yang lebih
baik.
Pendidikan berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang
telah dicapai.11 Adapun target yang dicapai dari tujuan pendidikan Islam
adalah berusaha mendidik individu mukmin agar memiliki sikap tunduk,
9 Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm. 6-7. 10 Muhammad ‘Athijah al-Abrasjy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), hlm. 108-109. 11 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),hlm. 31.
17
bertaqwa, dan beribadah dengan baik secara kontinue kepada Allah SWT,
sehingga dengan harapan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.12
Dalam pengertian umum, metode pendidikan diartikan sebagai cara
mengerjakan sesuatu, dalam pandangan filosofis pendidikan, metode
merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.13 Adapun
mengenai tahapan atau langkah-langkah dalam mendidik anak atau siswa
diperlukan suatu alternatif metode yang dapat memadukan aspek ke-Ilahian
dan keilmiahan.
Kalau kita amati sekarang ini banyak orang dalam mendidik anak
menggunakan metode barat dan mengesampingkan pendidikan ketimuran
ataupun pendidikan suatu bangsa yang memandang kultur, budaya dan kondisi
setempat, justru pendidikan barat menawarkan berbagai konsep pendidikan
yang syarat dari teori pendidikan dan filsafat pendidikan. Namun konsep-
konsep tersebut kurang mampu melahirkan manusia yang sadar akan tugas
dan tujuan hidupnya. Pelaksanaan metode pendidikan yang bersifat pratikal
disebutkan dalam al-Qur'an, yang di dalamnya terdapat tiga aspek yaitu
metode penggerakan (motivation), disiplin atau dalam al-Qur'an ganjaran
(thawab) dan hukuman (‘iqab).14
Muhammad Nasih Ulwan berpendapat bahwa ada beberapa metode
yang influintif terhadap pendidikan anak didik, yaitu :
1. Pendidikan keteladanan (uswah), metode ini merupakan teknik yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam pembentukan moral, spiritual dan sosial, karena pendidikan adalah contoh terbaik jalan pandangan anak yang akan ditirunya.
2. Pendidikan dengan adat kebiasaan. Yaitu dengan membiasakan dan mengulang-ulang perbuatan baik yang senantiasa diajarkan kepada anak didik sehingga akan membekas pada diri anak didik.
3. Pendidikan dengan nasihat. Hal ini dilakukan dengan cara menyeru kepada anak didik untuk melaksanakan kewajiban atau menegurnya bila melakukan kesalahan.
12 Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung
Insani, 2003), hlm. 142. 13 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 97. 14 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta : PT. Al-Husna Zikra, 1995), hlm. 39.
18
4. Pendidikan dengan memberi perhatian. Maksudnya adalah mencurahkan perhatian dan selalu mengikuti perkembangan anak dalam bimbinga aqidah dan moralnya, persiapan spiritual dan sosial disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan potensi anak didik.
5. Pendidikan dengan memberi hukuman. Hukuman dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan ancaman, dengan amarah, dengan memberi tugas atau kalau terpaksa dengan hukuman yang mengenai badan agar anak merasa jera dengan perbuatan yang tidak baik yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Marimba, ada tiga taraf dalam pembentukan
kepribadian seseorang, yaitu :
1. Pembiasaan, caranya dengan mengontrol dan mempergunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan dengan bantuan kejiwaan. Seorang guru membiasakan anak didik dengan amala-amalan yang dikerjakan dan diucapkan sesuai dengan nilai-nilai Islam
2. Pembentukan pengertian, minat dan sikap. Dalam taraf ini perlu ditanamkan dasar-dasar kesusilaan yang rapat hubungannya dengan kepercayaan. Dalam hal ini pendidik menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan, karsa, rasa dan cipta.
3. Pembentukan keruhanian yang luhur. Pembentukan ini dengan menanamkan kepercayaan yang terdiri atas, iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah SWT, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada qadha’ dan qodar dan hari kesudahan.15
Dari beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya yaitu untuk
membentuk kepribadian yang harmonis dalam mendidik akhlak perlu adanya
keseimbangan antara guru dan siswa. Artinya dalam menerapkan metode
pendidikan akhlak pada anak didik terlebih dahulu seorang guru menerapkan
dalam pribadinya akhlak yang baik sehingga akan memberikan sikap akhlakul
karimah dalam pribadi anak didik.
Berkaitan dengan konsep pendidikan tersebut terdapat unsur-unsur
pendidikan, yang di dalamnya perlu figur seorang guru sebagai pendidik
dalam proses belajar mengajar. Konsep guru sebagai pendidik akan penulis
uraikan secara mendetail di bawah ini.
15 Ahmad D. Marimba, op.cit., hlm. 76-80.
19
B. Guru dalam Pendidikan Modern
1. Pengertian Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan.16 Di sisi lain guru adalah
seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk
kepentingan anak didik, menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam
kerangka menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan
yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.17
Menurut penulis pengertian guru adalah seorang figur yang
memiliki peranan dalam membentuk moral dan budi pekerti manusia ke
arah pendewasaan dan peradaban. Dengan demikian pengertian guru tidak
hanya sekedar berperan dalam satu bidang saja, melainkan dalam segala
aspek kehidupan guna membentuk potensi sumber daya manusia yang
handal.
Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
pendidikan secara aktif dan menempatkan kedudukan secara professional
sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus
dapat dikatakan bahwa pada diri guru terdapat tanggung jawab membawa
siswanya pada kedewasaan atau taraf kematangan. Sehingga setiap
rencana guru harus dapat didudukkan semata-mata demi kepentingan anak
atau siswa sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.18
Betapa berat profesi guru dengan dibebani harapan dari murid-
murid, orang tua, sesama guru dan pihak sekolah, yang berada pada di
antara kritik dan tradisi, profesi dan otoritas, keasingan dan tempat
mencari orang untuk berdialog. Sehingga siswa mengharapkan dari
16 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 1. Lihat juga Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986), hlm. 123.
17 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta ; Ciputat Press, 2003), hlm. 8.
18 Zakiyah Darajat, op.cit., hlm. 39.
20
padanya apa yang diharapkan orang tuanya, dalam hal ini memandang
guru sebagai lembaga atau organisasinya.19
2. Tugas Guru
Masalah pendidikan guru tidak dapat dilepaskan dari masalah
pendidikan secara keseluruhan. Dalam pendidikan di Indonesia telah
menghadapi dua masalah besar, yaitu masalah kuantitas dan kualitas
pendidikan. Masalah pertama kuantitas pendidikan, berkenaan dengan
penyediaan fasilitas belajar bagi semua anak usia sekolah, meliputi
penyediaan ruang kelas, gedung dan peralatan sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Masalah kedua yang dihadapi dunia pendidikan
adalah menyangkut kualitas.
Masyarakat dan para ahli pendidikan mensinyalir bahwa mutu
pendidikan dewasa ini belum seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang
melatarbelakangi hal tersebut, salah satunya adalah faktor guru atau
pendidik. Faktor guru ini disebabkan dua hal, pertama guru belum atau
tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, dan kedua, karena kemampuan
profesional guru yang memang masih kurang. Banyak cara yang telah
ditempuh dalam meningkatkan kompetensi guru, baik melalui pendidikan
prajabatan (pre service education), maupun pendidikan dalam jabatan (in
service training).20
Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas
pedagogis dan tugas administratif. Tugas pedagogis adalah tugas
membantu, membimbing dan memimpin. Di dalam situasi pengajaran,
guru yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan
yang dilakukannya. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak
berdiri di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah
masuk dalam situasi kelas.21
19 M. Said, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Alumni Bandung, 1989), hlm. 170. 20 Nana Syaodih Sukmadinata, Pembangunan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya, 2000), cet. III, hlm. 202-203. 21 B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1997), hlm. 4.
21
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun
di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat
tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Pertama, Guru
merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. sedangkan melatih
berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. Kedua,
tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati
sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan,
hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Ketiga,
tugas guru dalam bidang kemasyarakatan menempatkan guru pada tempat
yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru
diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti
bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.22
Namun Gordon berpendapat yang dikutip dalam bukunya Syafi’ie
mengelompokkan tugas guru menjadi tiga jenis, yaitu : pertama, guru
sebagai pekerja kelompok yang menciptakan suasana belajar di kelas
ataupun di luar kelas. Bahkan tingkah laku guru merupakan tenaga vital
dalam mempengaruhi perkembangan ataupun kemunduran pembentukan
kelompok; kedua, guru sebagai penyuluh yang bertugas membantu murid
agar mampu mengarahkan dan menyesuaikan diri pada lingkungan
hidupnya. Ini berarti bahwa guru hendaknya mampu membantu individu
untuk mengubah dan memecahkan dan menyesuaikan diri pada
lingkungan hidupnya. Ini berarti bahwa guru hendaknya mampu
22 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. XIV, hlm. 6-7.
22
membantu individu untuk mengubah dan memcahkan masalah yang
dihadapi murid melalui hubungan interpersonal. Ketiga, guru sebagai
action researcher, yang mengkhususkan diri dalam meningkatkan
pelayanan pendidikan dan pengajaran siswa. Guru bertindak sebagai
pelaku penelitian di tengah-tengah situasi dalam memenuhi kebutuhan
praktis sekaligus memperbaiki situasi.23 Secara rinci tugas guru
berinteraksi dengan anak dapat menciptakan kondisi yang kondusif,
menyusun bahan dengan harapan anak didik mengubah tingkah laku ke
arah yang lebih baik adalah :
a. Menularkan berbagai pengetahuan, dan kebudayaan kepada anak
(bersifat kognitif).
b. Melatih ketrampilan-kterampilan phisik yang bermanfaat dalam
kehidupan anak (psikomotor).
c. Menanamkan nilai dan keyakinan serta kedisiplinan dan berbagai hal
yang menyangkut fungsi efektif.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa guru sebagai tenaga pendidik
tidak saja dituntut untuk menguasai materi pengajaran dan
memformulasikan menjadi sajian yang menari, menyajikannya di depan
kelas dengan menggunakan berbagai metode dan strategi, namun juga
dituntut untuk dapat melakukan berbagai kegiatan pengiring agar anak
dengan kesadarannya sendiri mau belajar dan berupaya untuk memperoleh
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilakunya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Sehingga tugas guru pada dasarnya terbagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu tugas sebagai pengajar dan tugas sebagai
pendidik, yang keduanya merupakan yang saling melengkapi. Tugas guru
sebagai pengajar meliputi: perencanaan dan persiapan mengajar; penyajian
pelajaran; penilaian hasil belajar anak; membina hubungan dengan peserta
didik, memiliki sikap profesional. Adapun tugas guru sebagai pendidik
23 Imam Syafi’ie, Konsep Guru Menurut Al-Ghazali Pendekatan Filosofis Pedagogis,
(Yogyakarta : Duta Pustaka, 1992), hlm. 40.
23
meliputi : guru sebagai inspirator; guru sebagai penjaga disiplin di kelas;
guru sebagai motivator; dan guru sebagai fasilitator belajar.24
3. Syarat-syarat Guru
Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu, syarat inilah
yang akan membedakan antara guru dari manusia-manusia lain pada
umumnya. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu
kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara
lain:
a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai denga bidang profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakannya. e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.25
Selain persyaratan di atas, masih ada persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap guru antara lain :
a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
b. Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti guru dengan muridnya.
c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.26
Adapun syarat-syarat menjadi guru yang baik sekaligus menjadi
pedoman guru dalam merumuskan penyelenggaraan pendidikan nasional
telah disahkan sebagaimana yang termaktub dalam undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” pasal 42 ayat 1
mengenai “Pendidik dan Tenaga Pendidikan” menerangkan bahwa :
24 Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang : UMM
Press, 2002), hlm. 8-12. 25 Moh Uzer Usman, op.cit., hlm. 15. 26 Ibid., hlm. 15.
24
“Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasilnal”.27
Syarat-syarat di atas harus disertai dengan sikap dan sifat-sifat guru
yang mencerminkan :
a. Sikap adil, b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya, c. Sabar dan rela berkorban, d. Memiliki kewibawaan terhadap anak-anak, e. Penggembira, f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya g. Bersikap baik terhadap masyarakat, h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya, i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikan, j. Berpengetahuan luas.28
Dari berbagai persyaratan guru yang harus dimiliki tersebut, secara
garis besar dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, yaitu :29
a. Persyaratan administratif Syarat-syarat administratif ini mencakup soal kewarganegaraan, umur (minimal 18 tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan.
b. Persyaratan teknis Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru. Syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan.
c. Persyaratan psikis Yang berkaitan dengan persyaratan psikis bagi guru adalah sehat jasmani dan rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. Di samping itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tetapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru juga harus mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memiliki semangat membangun.
27 Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
(Sistem Pendidikan Nasional), (Bandung : Fokusmedia, 2003), hlm. 26. 28 M. Ngalim Purwamto, Ilmu Pendidikan Teoritis & Praktis, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2000), hlm. 143-148. 29 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali,
1986), hlm. 124-125.
25
d. Persyaratan fisik Persyaratan guru dari segi fisik, antara lain : badan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular. Selain hal itu juga menyangkut kerapian dan kebersihan.
Dilihat dari konteks pendidikan Islam yang dikemukakan Zakiah
Daradjat, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan
diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab, yaitu :
a. Taqwa kepada Allah SWT b. Berilmu c. Sehat jasmani d. Berakhlak baik 30
Kemudian al-Ghazali mengemukakan syarat-syarat seorang
pendidik dalam kepribadiannya antara lain :
a. Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan murid dan harus diterima baik.
b. Senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih. c. Jika duduk harus sopan dan tunduk, tidak riya’. d. Tidak takabur, kecuali terhadap orang yang dzalim dengan maksud
mencegah dari tindakannya. e. Bersikap tawadlu’ dalam pertemuan-pertemuan. f. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main g. Menanamkan sifat bersahabat di dalam hatinya terhadap semua murid-
muridnya. h. Menyantuni serta tidak membentak-bentak orang-orang bodoh i. Membimbing dan mendidik murid yang bodoh dengan cara yang
sebaik-baiknya. j. Berani berkata: saya tidak tahu terhadap masalah yang tidak
dimengerti. k. Menampilkan hujjah yang benar.31
Pendapat tersebut, menunjukkan bahwa persyaratan sebagai
seorang guru mencakup berbagai aspek, yaitu: tabiat dan perilaku
pendidik; minat dan perhatian terhadap proses belajar mengajar,
kecakapan dan ketrampilan mengajar, dan sikap ilmiah dan cinta terhadap
kebenaran.
30 Zakiah Daradjat, Ilmu …op.cit., hlm. 41. 31 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara,
1991), hlm. 57.
26
Sebagai persyaratan guru dalam menjalankan profesinya dengan
baik berpijak dan mengacu pada “Kode Etik Guru Indonesia” hasil
rumusan Kongres PGRI XIII pada tanggal 21 - 25 November 1973 di
Jakarta, terdiri dari sembilan item,yaitu:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejuruan profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan mening-katkan mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.32
Kode etik guru ini merupakan suatu yang harus dilaksanakan
sebagai barometer dari semua sikap dan perbutan guru dalam berbagai segi
kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
4. Kompetensi Guru
Telah dijelaskan di atas bahwa perbedaan pokok antara profesi
guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggung jawabnya.
Tugas dan tanggung jawab tersebut kaitannya dengan kemampuan yang
disaratkan untuk memangku profesi guru secara optimal. Kemampuan
dasar yang dimaksud adalah kompetensi guru.
32 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 49-50.
27
Setelah adanya tugas dan syarat guru, profesi guru harus dilengkapi
dengan kemampuan dasar bagi seorang guru yang dinamakan dengan
kompetensi guru. Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat
berbagai kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.
Pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi, yaitu :
kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan
kompetensi dalam cara mengajar.33
Ada beberapa kompetensi guru yang dikemukakan oleh Moh. Uzer
Usman, antara lain :34
a. Kompetensi pribadi
1). Mengembangkan kepribadian - Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
pancasila - Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
jabatan guru 2). Berinteraksi dan berkomunikasi
- Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
- Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan
3). Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan - Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar - Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus
4). Melaksanakan administrasi sekolah - Mengenal administrasi kegiatan sekolah - Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
5). Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran - Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah - Melaksanakan penelitian sederhana
b. Kompetensi profesional 1). Menguasai landasan kependidikan
- Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
33 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
1995), hlm. 263. Lihat Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 92-97.
34 Moh Uzer Usman, op.cit., hlm. 16-19.
28
- Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
2). Menguasai bahan pengajaran 3). Menyusun program pengajaran
- Menetapkan tujuan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar - Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai - Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4). Melaksanakan program pengajaran - Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat - Mengatur ruangan belajar - Mengelola interaksi belajar mengajar
5). Menilai hasil dan proses belajar mengajar - Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran - Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Bertolak ukur dari pendapat di atas, maka kompetensi guru dapat
dibagi menjadi tiga bidang yang saling berkesinambungan, yaitu :
a. Kompetensi bidang kognitif
Dalam proses pendidikan dibutuhkan kinerja guru yang memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya yang mendukung dalam pendidikan.
b. Kompetensi bidang sikap
Kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya sangat menentukan, misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
c. Kompetensi perilaku (performance)
Kemampuan guru dalam berperilaku dan berpenampilan, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun
29
persiapan / perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.35
Dari berbagai kompetensi guru yang dijelaskan di atas, maka
kompetensi atau kemampuan guru yang banyak hubungannya dengan
usaha meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar dapat disimpulkan
dalam empat kemampuan pokok, yaitu :
a. Merencanakan program belajar mengajar;
b. Melaksanakan dan memimpin serta mengelola proses belajar
mengajar;
c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar;
d. Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi
yang dibinanya.36
5. Peranan Guru
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran
masih tetap memegang peranan penting, dan belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, tape recorder ataupun komputer. Karena masih banyak
keterlibatan yang bersifat manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari
proses pendidikan.37 Dengan demikian dalam sistem pengajaran manapun,
guru selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang
dimainkannya akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem tersebut.
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar yang memiliki peranan besar dalam membentuk sumber
daya manusia, dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar (transfer of
knowledge), pendidik (transfer of values) sekaligus sebagai pembimbing,
mengarahkan serta menuntun siswa dalam belajar.38
35 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989), hlm. 18. 36 Ibid., hlm. 19. 37 Ibid., hlm. 12. 38 Sardiman AM., op.cit., hlm. 123.
30
Mengingat sentralnya kedudukan guru, beberapa ahli pendidikan
mengemukakan pandangannya tentang guru antara lain :
a. Menurut Prey Kart yang dikutip Sardiman, mengemukakan bahwa
peran guru dalam proses belajar mengajar mencakup :
1). Sebagai komunikator, 2). Sebagai sahabat yang dapat memberi nasehat, 3). Motivator, sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, 4). Pembimbing dalam pengembangan sikap dan nilai, 5). Orang yang menguasai bahan yang diajarkan.39
b. “Menurut Federasi dan organisasi profesional guru sedunia, bahwa
peranan guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi
juga berperan sebagai transformes dan katalisator dari nilai dan
sikap.40
c. Menurut Sardiman, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar
adalah sebagai berikut:
1). Informator 2). Organisator 3). Motivator 4). Pengaruh, director 5). Inisiator 6). Transmitter 7). Fasilitator 8). Mediator 9). Evaluator.41
Kedudukan guru yang sentral dalam pendidikan, peranan guru
yang telah disebutkan di atas secara keseluruhan menyangkut hal-hal
sebagai berikut:
a. Peran guru dalam proses belajar mengajar
Menurut Adam dan Decey dalam “Basic Principle of Student Teaching” antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan dikemukakan di sini aadalah peranan yang dianggap paling dominan sebagai berikut:
39 Ibid., hlm. 141. 40 Ibid., hlm. 142. 41 Ibid., hlm. 142.144.
31
1). Guru sebagai demonstrator (pengajar). Peranan ini hendaknya guru menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, menganggap dirinya sebagai pelajar pula, mampu dan terampil dalam merumuskan kurikulum.
2). Guru sebagai learning manager (pengelola kelas). Peranan ini hendaknya guru mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar sekaligus perlu diorganisasi. Sebagai menager, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar, membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari, memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
3). Guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar, guna menunjang pencapaian tujuan belajar mengajar.
4). Guru sebagai evaluator. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.42
b. Peran guru dalam pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai: 1). Pengambilan inisiatif, pengarah, penilaian kegiatan pendidikan. 2). Wakil masyarakat, yang berarti guru harus mencerminkan suasana
daan kemauan masyarakat dalam arti yang baik. 3). Orang yang ahli dalam mata pelajaran, maka guru bertanggung
jawab mewariskan kebudayaan berupa pengetahuan. 4). Penegak disiplin. 5). Pelaksana administrasi pendidikan 6). Pemimpin generasi muda 7). Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan dan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat berkaitan dengan pendidikan.43
c. Peran guru secara pribadi. Dilihat dari dirinya sendiri, maka peran guru adalah :
1). Petugas sosial, yaitu seseorang yang membantu untuk kepentingan masyarakat.
42 Moh. Uzzer Usman, op.cit., hlm. 9-12. 43 Ibid., hlm. 12.
32
2). Pelajar dan ilmuan 3). Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah. 4). Pencari teladan bagi siswa 5). Pencari keamanan, yaitu memberikan rasa aman bagi siswa.
d. Peran guru secara psikologis. 1). Ahli psikologi pendidikan, yaitu dapat memahami problem siswa
yang dapat menghambat belajarnya. 2). Seniman dalam hubungan antar manusia, yaitu menjadikan suasana
yang harmonis dan kondusif. 3). Pembentuk kelompok sebagai alat pendidikan. 4). Catalytic agent atau inovator, yaitu orang yang berpengaruh dalam
pembaharuan. 5). Petugas kesehatan mental dengan mengupayakan pembinaan
kesehatan mental siswa.44
Dengan demikian dari berbagai pendapat di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa peranan guru sangat menentukan terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar, dan hal demikian membutuhkan
seorang guru yang memiliki keahlian dan kemampuan yang profesional.
44 Ibid., hlm. 13.