Upload
cyumiewitz
View
217
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
MDGs
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sebuah kesepakatan internasional oleh 189 negara
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bulan September 2000
telah melahirkan sebuah paradigma pembangunan global.
Kesepakatan yang lahir dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium
PBB bulan September 2000 silam, Majelis Umum PBB kemudian
melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi
Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang disebut Millenium
Development Goals (MDGs). Dari 8 program yang dicanangkan, ada
bahasan mengenai peningkatan kesehatan yang secara prioritas
menyoroti masalah kesehatan ibu dan anak.
Lalu bagaimana program-program kesehatan secara
keseluruhan oleh PBB menjadi program penting untuk dilaksanakan
sebagai sebuah tujuan pembangunan oleh tiap-tiap negara anggota
PBB. Ini yang kemudian mendorong kelompok kami untuk melakukan
pembahasan tersebut. Serta bagaimana kesehatan lalu menjadi tujuan
pembangunan yang penting bagi sebuah negara berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah MDGs (Millenium Development Goals) itu?
2. Bagaimana program kesehatan dalam MDGs?
3. Bagaimana permasalahan kesehatan di negara Indonesia ?
2
MDGs
4. Bagaimana peningkatan kesehatan sebagai salah satu program
MDGs di negara Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan arti dari MDGs (Millenium Development Goals).
2. Mengetahui bagaimana indikator-indikator dari program
peningkatan kesehatan oleh MDGs.
3. Mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada di
Indonesia.
4. Menjelaskan peran pemerintah Indonesia dalam upaya
menanggulangi masalah kesehatan serta peningkatannya.
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui apa itu MDGs serta program-program yang
ingin dicapainya, kita bisa mengetahui apa saja yang menjadi
indikator-indikator terhadap pembangunan di suatu negara.
Dengan juga melihat masalah-masalah kesehatan serta peran
pemerintah tentunya kita sebagai masyarakat dan khususnya sebagai
mahasiswa bisa melihat hal-hal apa saja yang terjadi terhadap kondisi
kesehatan masyarakat kita tentunya di negara Indonesia ini. Kita
sebagai mahasiswa dituntut untuk bisa mengaplikasikan dan
menerapkan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal
penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatannya. Sehingga
kita bisa membantu menyukseskan program kesehatan pemerintah
pada khususnya dan program MDGs pada umumnya untuk mencapai
tujuan pembangunan millenium guna memajukan dan
mensejahterakan kehidupan bangsa dan bernegara.
3
MDGs
BAB II
ISI
2.1 Millenium Development Goals (MDGs)
2.1.1 Sejarah Lahirnya Millenium Development Goals
(MDGs)
Millenium Development Goals (MDGs) dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan
Pembangunan Milenium merupakan paradigma pembangunan global
yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Milenium. Majelis Umum PB kemudian melegalkannya ke dalam
Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2
tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan
Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United Nations Millennium Declaration).
Lahirnya Deklarasi Milenium merupakan buah perjuangan panjang
negara-negara berkembang dan sebagian negara maju. Deklarasi ini
menghimpun komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah
terjadi sebelumnya, untuk menangani isu perdamaian, keamanan,
pembangunan, hak asasi, dan kebebasan fundamental dalam satu
paket. Negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDGs.
Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target berikut indikatornya.
MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama
pembangunan serta memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang
terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil
menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk
melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju
berkewajiban mendukung upaya tersebut.
4
MDGs
2.1.2 Program-Program MDGs
Kerangka internasional yang telah disepakati dalam MDGs
terdiri dari 8 tujuan dan 18 target. Program-program MDGs ini
dilengkapi dengan 48 indikator untuk mengukur kemajuan teknis
terhadap Millenium Development Goals. Indikator ini sejak telah
diadopsi oleh konsensus para ahli dari PBB, IMF, OECD dan Bank
Dunia.
Adapun program-program dalam MDGs adalah :
1. Menghapuskan Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1: Membagi 2 antara tahun 1990 dan 2015, proporsi
dari orang- orang yang berpenghasilan kurang
dari $ 1 per hari.
Indikator
1. Proporsi penduduk di bawah $ 1 (1993 PPP) per hari (World
Bank).
2. Rasio kesenjangan kemiskinan.
3. Membagi kuintil termiskin dalam konsumsi nasional (Bank
Dunia).
Target 2: Membagi 2 antara tahun 1990 dan 2015, proporsi dari
penduduk yang menderita akibat kelaparan.
Indikator
4. Prevalensi berat badan anak di bawah usia lima tahun
(UNICEF-WHO)
5. Proporsi penduduk di bawah tingkat minimum dari
konsumsi energi makanan (FAO)
5
MDGs
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang
Target 3 : Memastikan bahwa pada 2015, anak-anak di mana-
mana, laki-laki dan perempuan, akan dapat
menyelesaikan program pendidikan dasar secara penuh.
Indikator
6. Rasio partisipasi pendidikan dasar (UNESCO)
7. Proporsi murid mulai kelas 1 yang mencapai kelas 5
(UNESCO)
8. Tingkat melek huruf dari anak-anak usia 15-24 tahun
(UNESCO)
3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan
Target 4 : Menghilangkan ketimpangan dalam pendidikan dasar
dan menengah, terutama untuk tahun 2005, dan di
semua tingkat pendidikan tidak lebih dari 2015.
Indikator
9. Rasio Anak perempuan untuk anak laki-laki pada
pendidikan primer, sekunder dan tersier (UNESCO)
6
MDGs
10. Rasio melek huruf dari wanita untuk laki-laki, 15-24 tahun
(UNESCO)
11.Proporsi perempuan dalam upah pekerjaan di sektor non-
pertanian (ILO)
12.Proporsi kursi yang dipegang oleh perempuan di parlemen
nasional (IPU)
4. Menurunkan tingkat kematian anak
Target 5 : Mengurangi dari dua-pertiga, antara 1990 dan 2015,
tingkat kematian balita.
Indikator
13.Tingkat kematian balita (UNICEF-WHO)
14.Tingkat kematian bayi (UNICEF-WHO)
15.Proporsi anak-anak berumur 1 tahun yang telah di
imunisasi untuk memerangi campak (UNICEF-WHO)
5. Meningkatkan kesehatan ibu
Target 6 : Mengurangi sampai tiga perempat, antara 1990 dan
2015, tingkat angka kematian ibu.
Indikator
16.Rasio tingkat kematian ibu (UNICEF-WHO)
17. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil (UNICEF-WHO)
7
MDGs
6. Melawan penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis
lainnya (malaria dan tuberkulosa)
Target 7 : Penghentian penyebaran virus HIV/AIDS pada tahun
2015.
Indikator
18.Prevalensi HIV di antara wanita hamil usia 15-24 tahun
(UNAIDS-WHO-UNICEF)
19.Angka Kondom yang digunakan sebagai prevalensi
kontrasepsi (UN Population Division)
a. Penggunaan kondom pada seks berisiko tinggi terakhir
(UNICEF-WHO)
b. Persentase penduduk usia 15-24 tahun dengan
pengetahuan komprehensif tentang HIV / AIDS (UNICEF-
WHO)
c. Angka prevalensi kontrasepsi (UN Population Division)
20.Rasio kehadiran sekolah anak yatim untuk kehadiran pada
sekolah non-anak yatim berusia 10-14 tahun UNAIDS-
UNICEF-WHO)
Target 8 : Penghentian penyebaran malaria dan penyakit utama
lainnya pada tahun 2015.
Indikator
21.Prevalensi tingkat kematian yang terkait dengan malaria
(WHO)
22.Proporsi penduduk di daerah berisiko malaria
menggunakan pencegahan malaria efektif dan tindakan
pengobatan (UNICEF-WHO)
8
MDGs
23.Prevalensi tingkat kematian yang terkait dengan TBC
(WHO)
24.Proporsi kasus TBC yang terdeteksi Kesembuhan dengan
DOTS (WHO)
7. Menjamin keberlangsungan lingkungan
Target 9 : Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
ke dalam kebijakan negara dan program serta
mengurangi hilangnya sumber daya
Indikator
25.Proporsi luas lahan yang tertutup hutan (FAO)
26.Rasio area yang dilindungi untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati ke permukaan daerah (UNEP-
WCMC)
27. Energi (kg minyak setara) setiap $ 1 PDB (PPP) (IEA, Bank
Dunia)
28.Emisi karbon dioksida per kapita (UNFCCC, UNSD) dan
konsumsi ozon- CFC (ODP ton) (UNEP-Ozon Sekretariat)
29.Proporsi populasi yang menggunakan bahan bakar solid
(WHO)
Target 10 : Pertengahan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa
akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman
dan sanitasi dasar
Indikator
30.Proporsi penduduk dengan akses terhadap pemanfaatan
sumber air, perkotaan dan pedesaan (UNICEF-WHO)
31.Proporsi penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang
baik, perkotaan dan pedesaan
9
MDGs
Target 11 : Pencapaian pada tahun 2020 untuk peningkatan
yang signifikan dalam kehidupan setidaknya 100 juta
penduduk di daerah kumuh
32.Proporsi rumah tangga yang memiliki akses untuk
mengamankan kedudukan/jabatan (UN-HABITAT)
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Target 12 : Mengembangkan lebih lanjut keterbukaan, peraturan
dasar, prediksi, perdagangan dan sistem keuangan
yang tidak diskriminatif (termasuk komitmen terhadap
tata kelola yang baik, pengembangan, dan
pengurangan kemiskinan? baik secara nasional dan
internasional)
Target 13 : Amanat kebutuhan khusus dari Negara-negara
berkembang (termasuk tarif dan bebas kuota akses
untuk Negara Maju Terkecil lebih? Ekspor ditingkatkan,
program bantuan utang berutang berat bagi negara-
negara miskin [HIPCs] dan pembatalan utang bilateral
resmi, dan pemberian bantuan pembangunan resmi
untuk negara-negara yang memiliki komitmen untuk
pengentasan kemiskinan)
Target 14 : Amanat kebutuhan khusus negara-negara
berkembang pulau kecil yang terkurung daratan dan
negara-negara berkembang (melalui Program Aksi
untuk Pembangunan Berkelanjutan Pulau Kecil sesuai
dengan ketetapan Mahkamah Agung yang ke-22)
Target 15 : Persetujuan secara komprehensif masalah utang
negara berkembang ukuran nasional dan
10
MDGs
internasional untuk membuat utang tersebut pada
kemungkinan jangka panjang.
Indikator Bantuan pembangunan resmi (ODA)
33.Keuntungan ODA, untuk negara-negara berkembang,
sebagai persentase dari OECD / Komite Bantuan
Pembangunan (DAC)
34.Proporsi dari total bilateral, sektor-disediakan BPR dari
OECD / DAC donor untuk layanan sosial dasar (pendidikan
dasar, perawatan kesehatan dasar, gizi, air bersih dan
sanitasi) (OECD)
35.Proporsi ODA bilateral OECD / DAC donor yang tidak
mengikat (OECD)
36.ODA yang diterima di negara-negara berkembang sebagai
proporsi dari mereka (OECD)
37.ODA yang diterima di pulau kecil negara berkembang
sebagai proporsi mereka (OECD)
Akses pasar
38.Proporsi total impor negara maju (dengan nilai dan tidak
termasuk senjata dari negara-negara berkembang dan dari
negara-negara berkembang, mengakui bebas pajak
(UNCTAD, WTO, WB)
39.Rata-rata tarif yang dikenakan oleh negara-negara maju
pada produk pertanian dan tekstil dan pakaian dari negara-
negara berkembang (UNCTAD, WTO, WB)
40.Estimasi pertanian untuk negara-negara OECD sebagai
persentase dari PDB (OECD)
41.Proporsi yang disediakan untuk membantu membangun
kapasitas perdagangan (OECD, WTO) Keberlanjutan
hutang
42.Total jumlah negara yang telah mencapai hutang yang
cukup berat (HIPC) dan yang telah mencapai titik
penyelesaian HIPC mereka (kumulatif) (IMF - Bank Dunia)
11
MDGs
43.Berkomitmen di bawah inisiatif HIPC (IMF-Bank Dunia)
44.Hutang sebagai persentase dari ekspor barang dan jasa
(IMF-Bank Dunia)
Beberapa indikator tercantum di bawah ini dimonitor secara
terpisah untuk negara-negara berkembang, Afrika, daratan
negara-negara berkembang, dan negara-negara berkembang
pulau kecil
Target 16 : Dalam kerjasama dengan negara-negara
berkembang, mengembangkan dan menerapkan
strategi untuk pekerjaan yang layak dan produktif
bagi pemuda
Indikator
45.Angka Pengangguran kaum muda usia 15-24 tahun, pada
setiap jenis kelamin dan total (ILO)
Target 17 : Dalam kerjasama dengan perusahaan farmasi,
menyediakan akses ke obat-obatan penting dengan
harga terjangkau di negara-negara berkembang
Indikator
46.Proporsi penduduk dengan akses terhadap obat-obatan
penting dengan harga terjangkau secara berkelanjutan
(WHO)
Target 18 : Dalam kerjasama dengan sektor swasta,
menyediakan manfaat teknologi baru, terutama
teknologi informasi dan komunikasi teknologi
Indikator
47.Sambungan telepon dan pelanggan selular per 100
populasi (ITU)
48.Komputer pribadi dalam penggunaan per 100 penduduk
dan pengguna internet per 100 populasi (ITU)
2.1 Program Kesehatan MDGs
Jenis Program Kesehatan dalam MDGs, yaitu :
12
MDGs
1. Peningkatan Gizi Masyarkat
2. Penurunan Kematian Bayi
3. Penurunan Kematian Anak
4. Pemberantasan TBC
5. Pemberantasan Malaria
6. Penaggulangan HIV/AIDS
7. Menjamin akses terhadap air bersih
8. Menjamin akses terhadap obat essential
2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia
Setiap negara yang ada di dunia pasti memiliki permasalahan yang
dialami baik secara nasional maupun internasional, tak terkecuali
negara Indonesia yang notabenenya sebagai negara berkembang pasti
lebih mengalami permasalahan yang kompleks dalam pencapaian
tujuan pembangunan. Berbicara mengenai MDGs yang telah
ditetapkan oleh PBB dan dengan persetujuan negara-negara anggota,
tentu penetapan tersebut didasarkan atas permasalahan-
permasalahan yang mendominasi dalam pencapaian tujuan
pembangunan.
Di Indonesia, kesehatan menjadi masalah yang cukup serius yang
menjadi salah satu penghambat pembangunan nasional di negara
tersebut. Tidak hanya terkait pada masalah kesehatan ibu, kesehatan
anak, penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit kronis lainnya,
tetapi permasalahan kesehatan di Indonesia jauh lebih kompleks. Hal
ini terkait pada masalah teknis, tenaga medis, anggaran kesehatan,
dan masih banyak lagi. Bila mau dibahas lebih dalam lagi,
permasalahan kesehatan yang di alami Indonesia dapat kita lihat pada
penjelasan berikut :
1. Puskesmas seharusnya menjadi pangkal upaya promotif-preventif
ketimbang kuratif-rehabilitatif. Adanya pemahaman yang keliru
dari para pemegang kebijakan di negeri ini, yang memandang
upaya kesehatan hanyalah berupa layanan klinis semata (medical
13
MDGs
services), membuat ia tersulap menjadi “rumah sakit mini” yang
menunggu pasien datang berobat. Ruang-ruang poliklinik
diperbesar dan alat-alat kedokteran disuplai sedemikian rupa atas
nama pelayanan kesehatan gratis yang dikembangkan mulai level
nasional (Jamkesmas) hingga daerah (Jamkesda). Sebagian besar
unsur pimpinan Puskesmas masih didominasi oleh klinisi medis
(dokter) ketimbang sarjana kesehatan masyarakat (SKM).
Ironisnya, salah kaprah ini berlanjut dengan anggapan bahwa
jumlah kunjungan pasien yang meningkat sebagai salah satu
indikator kesuksesan pembangunan kesehatan, padahal jumlah
kunjungan pasien berbanding lurus dengan prevalensi penyakit di
daerah yang bersangkutan.
2. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan
menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan
dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri dalam sistim
tunai.
3. Proporsi populasi dengan akses yang memadai terhadap
penggunaan air dan sanitasi lambat laun meningkat; Lebih dari 20
juta hidup di kawasan kumuh, 14% rumah tangga berlokasi di
sepanjang sungai dan kawasan rentan musibah;
4. Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan
meninggal sebelum mereka berusia 5 tahun. Sepertiga kematian
bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran,
80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama
kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran
dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular
seperti infeksi radang selaput otak (meningitis), typhus dan
encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab kematian bayi.
5. Resiko kematian ibu karena proses melahirkan di Indonesia
adalah 1 kematian dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun
diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi
sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Penyebab utama
14
MDGs
kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang
menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan,
komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu
melahirkan.
6. Tingginya tingkat kesuburan dari pasangan usia subur miskin. Hal
ini yang kemudian mendorong pula tingginya tingkat kelahiran
yang tidak terkendali. Masyarakat miskin enggan mengikuti
program KB dan menggiatkan penggunaan alat kontrasepsi
untuk menekan angka kelahiran yang semakin tinggi. Pada 2007
lalu, tercatat angka kelahiran mencapai 2,6% pertahunnya.
7. Epidemic HIV/AIDS yang kian meningkat di Indonesia. Hingga
Maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV
dilaporkan. Menurut beberapa ahli, jumlah ini hanya sebagian
kecil dari keseluruhan penderita yang ada. Kelompok masyarakat
yang paling beresiko untuk terinfeksi penyakit ini adalah pekerja
seks komersial dan pelanggannya, serta pengguna narkoba
melalui jarum suntik yang penggunaannya secara berganti-ganti.
Selain itu, kesadaran dan pengetahuan yang benar mengenai HIV
dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di Indonesia.
Lebih dari sepertiga perempuan dan seperlima laki-laki belum
pernah mendengar sama sekali mengenai HIV/AIDS. Apabila
kecenderungan seperti ini tidak berubah, diperkirakan lebih dari 1
juta masyarakat Indonesia akan terinfeksi pada 2010. Penyakit
lain yang juga menjadi perhatian adalah Malaria dan Tubeculosis
(TBC). Setiap tahun diperkirakan terdapat 18 juta kasus Malaria
dan lebih dari 520 ribu kasus TBC.
8. Banyaknya hutan yang di eksploitasi, pembalakan liar dimana-
mana dan batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi.
Penyebab utamanya adalah lemahnya supremasi hukum dan
kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai tujuan
pembangunan jangka panjang dan perlindungan bagi lingkungan.
Air - Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan
didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi
15
MDGs
persyaratan air minum aman yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan oleh
kualitas jaringan disribusi dan perawatan yang kemudian
menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Sanitasi - Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses
masyrakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah
68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi
prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional,
regional, badan legislatif maupun sektor swasta. Hal ini
tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan
untuk sanitasi. Padahal sanitasi menjadi perlu untuk
diperhatikan karena berkaitan dengan kesehatam
masyarakat.
9. Di Indonesia, populasi lansia pada tahun 2000 (17,2 juta)
meningkat 3 kali lebih besar dari pada tahun 1970 (5,3 juta).
Pada tahun 2020, jumlah dan proporsi kelompok lansia di
Indonesia diprediksi akan mencapai 28 juta jiwa dan 9,5%. Jumlah
lansia telantar dan berisiko tinggi terlantar adalah 3.274.100 dan
5.102.800 orang. Lansia yang menjadi gelandangan dan
pengemis adalah 9.259 orang, dan yang mengalami tindak
kekerasan 10.511 orang. Pengakuan hak lansia ternyata juga
hanya masih sebatas undang-undang dan belum
diimplementasikan pada aksi nyata yang terencana.
10. Menurunnya konsumsi masyarakat terhadap obat-obatan
generik karena kecenderungan masyarakat yang lebih senang
menggunakan obat-obatan dengan harga yang lebih terjangkau
tanpa anjuran dan resep dokter. Dokter juga ternyata lebih suka
memberkan resep obat non generik, padahal pemerintah telah
menetapkan aturan tentang penggunaan obat-obatan generik
yang sesuai dengan SK Menkes Nomor 85 Tahun 1989 tentang
kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik
di fasilitas kesehatan pemerintah.
16
MDGs
2.3.1 Tantangan MDGs di ndonesia
Tantangan Umum pencapaian MDGs Kesehatan di Indonesia, antara
lain :
Pelayanan Kesehatan : Peningkatan cakupan-isu disparitas
antar wilayah, sosial, ekonomi dan
pendidikan yang masih membutuhkan perhatian
SDM kesehatan : Peningkatan SDM kesehatan secara kuantitas
dan kualitas, pemerataan distribusi tenaga
kesehatan, recruitment, penempatan & penguatan
Sistem informasi : penguatan data dan analisa untuk
keuangan, program dan kegiatan-evidence based
Pembiayan kesehatan : Anggaran berbasis kinerja, efisiensi
dan perhatian lebih pada penduduk miskin,
dan peningkatan sumber keuangan daerah
Governance : pembagian tupoksi secara jelas pada semua
level, kolaborasi penguatan keuangan dan peningkatan
kinerja.
Sarana dan Prasarana Teknologi Kesehatan : Manajemen
logistik dan capacity building
Masyarakat : pemberdayaan masyarakat
2.4 Peran Pemerintah Indonesia dalam Upaya
Penanggulangan dan Peningkatan Kesehatan
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi negara Indonesia,
membuat tujuan pembangunan Indonesia menjadi terhambat dan
bahkan menjadi lamban untuk berkembang. Salah satu bidang
kehidupan yang memiliki masalah kompleks di Indonesia adalah pada
bidang kesehatan. Masalah kesehatan di Indonesia sudah cukup
17
MDGs
menjadi momok bagi masyarakat khususnya rakyat miskin di
Indonesia.
Untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang masih
terjadi, pemerintah berupaya memainkan peran-peran pentingnya
guna mendukung program kesehatan sesuai dengan standarisasi
MDGs. Adapun peran pemerintah dalam peningkatan kesehatan di
Indonesia, antara lain :
1. Menteri Kesehatan melalui lembaganya menyediakan alat
kontrasepsi gratis bagi sekitar 2,9 juta peserta KB baru dan
12,6 juta peserta KB aktif dari masyarakat miskin dan rentan.
Melalui program KB ini, Indonesia memiliki target nasional
penggunaan 72 persen alat kontrasepsi modern dan kebutuhan
yang tak terlayani turun menjadi 3 persen di tahun 2015.
2. Peningkatan promosi penggunaan obat yang rasional,
utamanya obat esensial generik, untuk menyeimbangkan
promosi iklan obat yang berlebihan. Pemerintah senantiasa
melakukan pendekatan edukatif bagi masyarakat dan profesi
kesehatan. Menjamin kesinambungan suplai obat, melalui
peningkatan daya saing industri farmasi nasional dan
infrastruktur jaringan distribusi. Untuk program jangka panjang
penggunaan obat generik, dilakukan melalui skim Managed
Care atau Sistem Jaminan Sosial Nasional
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat pedesaaan melalui
pemberdayaan Puskesmas. Serta meningkatkan
pemberdayaan sarjana Kesehatan Masyarakat untuk mengisi
lembaga Puskesmas.
4. Meningkatkan program pembiayaan kesehatan, diantaranya
adalah :
a. Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan
pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah.
b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan kesehatan
dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok
18
MDGs
miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan
kesehatan.
c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan
kesehatan.
Selain itu pemerintah mengupayakan pengembangan jaminan
kesehatan yang dilakukan dengan beberapa skema, antara lain
sebagai berikut :
a. Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan
keluarga miskin (JPK-Gakin).
b. Pengembangan Jaminan Kesehatan (JK) sebagai bagian
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
c. Pengembangan jaminan kesehatan berbasis sukarela,
antara lain :
Asuransi kesehatan komersial
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) sukarela
d. Pengembangan jaminan kesehatan sektor informal,
antara lain :
Jaminan kesehatan mikro (dana sehat)
Dana sosial masyarakat
5. Pemerintah berupaya menerapkan kebijakan yang pro-
kemiskinan. Dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat
miskin akan mendapatkan jalan dan infrastruktur lain untuk
mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar
untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan
masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan
peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha.
Untuk membantu kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka
harus diberi sumberdaya yang cukup untuk membantu mereka
tumbuh dan menjadi masyarakat yang sejahtera. Pemerintah
juga menentukan target agar kemiskinan turun berkaitan
dengan MDGs yaitu sebesar 8,2 % sebagai target yang ingin
dicapai pada akhir tahun 2009.
19
MDGs
6. Pemerintah senantiasa mempromosikan hidup sehat untuk
anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif, ini semua ditujukan untuk
meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih,
sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat
untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk
anak dan balita.
7. Pemerintah berupaya melakukan peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak, terutama selama
kehamilan dan pada sat kelahiran. Selain peningkatan
pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku
masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini
termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status
kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai
jangkauan dan macam pelayanan yang dapat mereka
pergunakan. Pemerintah juga meningkatkan sistem
pemantauan melaui peningkatan sistem pendataan terutama
aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar
infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait
sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih
efektif dan efisien.
8. Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan
oleh Komisi Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah
badan nasional yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
kampanye dan pemberian informasi yang benar mengenai
HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan
oleh setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri
mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk
masyarakat untuk mengerti bagaimana hidup bersama ODHA
dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya peningkatan
pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan
perawatan untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga
negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV
20
MDGs
dengan mengurangi resiko penularan dengan melakukan
praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara
teratur.
9. Pemerintah senantiasa melakukan kampanye mengenai
Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang secara periodik
dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
10.Peningkatan akses dan ketersediaan informasi mengenai
sumber daya alam dan lingkungan oleh pemerintah. Selain itu
pemerintah juga menggiatkan promosi mengenai kesehatan
dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti
pentingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga
dan merawat fasilitas air bersih yang ada.
11.Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan
perlindungan anak. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain :
Kebijakan pemenuhan pendidikan anak
Kebijakan hak pemenuhan kesehatan anak
Kebijakan hak pemenuhan partisipasi anak
Kebijakan lingkungan yang layak untuk anak
Kebijakan pengembangan daerah yang layak bagi
tumbuh kembang anak
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Bahwa MDGs adalah sebuah program yang dicanangkan PBB
namun tid sebuah badan hukum karena MDGS adalah hasil
21
MDGs
kesepakatan bersama dari 189 negara di dunia.. Tujuan utama MDGs
yang tertuang pada 8 program dengan 18 target dan 48 indikator
pada dasarnya adalah untuk mendorong negara-negara di dunia
mencapai tujuan pembangunan agar kepentingan nasionalnya bisa
tercapai terutama pada negara-negara berkembang. Dalam
perkembangannya, Indonesia sebagai negara berkembang memiliki
banyak permasalahan kesehatan. Namun dengan adanya program
MDGs, Indonesia selalu berupaya mensukseskan program-program
MDGs sehingga dalam kaitannya Indonesia bisa mensukseskan tujuan
pembangunan nasional terlebih untuk mencapai kepentingan
nasional.
3.2Saran
Dalam memandang suatu permasalahan Indonesia harusnya bisa
memaknai kondisi yang ada secara menyeluruh. Jika tidak ada survey
secara langsung, pemerintah tidak bisa lebih jauh melihat kondisi
masyarakat dan upaya-upaya untuk menanggulanginya. Dalam
melaksanakan program kerjanya, pemerintah harus menyesuaikan
kebijakan dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat.
Sehingga aspek di semua bidang bisa tercapai untuk sebuah tujuan
pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/18/00065959/prioritas.kontrasep si.gratis.bagi.pus.miskin
http://id.wikimapia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium
22
MDGs
http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailBerita.php?MyID=1183
http://www.bappenas.go.id /
http://www.depkes.go.id/
http://www.indonesia.go.id/
http://www.republika.co.id/
http://www.targetmdgs.org/
http://www.unmillenniumproject.org/goals/gti.htm