27
1 MDGs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah kesepakatan internasional oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bulan September 2000 telah melahirkan sebuah paradigma pembangunan global. Kesepakatan yang lahir dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam, Majelis Umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang disebut Millenium Development Goals (MDGs). Dari 8 program yang dicanangkan, ada bahasan mengenai peningkatan kesehatan yang secara prioritas menyoroti masalah kesehatan ibu dan anak. Lalu bagaimana program-program kesehatan secara keseluruhan oleh PBB menjadi program penting untuk dilaksanakan sebagai sebuah tujuan pembangunan oleh tiap- tiap negara anggota PBB. Ini yang kemudian mendorong kelompok kami untuk melakukan pembahasan tersebut. Serta bagaimana kesehatan lalu menjadi tujuan pembangunan yang penting bagi sebuah negara berkembang.

BAB II IMF

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II IMF

1

MDGs

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sebuah kesepakatan internasional oleh 189 negara

anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bulan September 2000

telah melahirkan sebuah paradigma pembangunan global.

Kesepakatan yang lahir dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium

PBB bulan September 2000 silam, Majelis Umum PBB kemudian

melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi

Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang disebut Millenium

Development Goals (MDGs). Dari 8 program yang dicanangkan, ada

bahasan mengenai peningkatan kesehatan yang secara prioritas

menyoroti masalah kesehatan ibu dan anak.

Lalu bagaimana program-program kesehatan secara

keseluruhan oleh PBB menjadi program penting untuk dilaksanakan

sebagai sebuah tujuan pembangunan oleh tiap-tiap negara anggota

PBB. Ini yang kemudian mendorong kelompok kami untuk melakukan

pembahasan tersebut. Serta bagaimana kesehatan lalu menjadi tujuan

pembangunan yang penting bagi sebuah negara berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah MDGs (Millenium Development Goals) itu?

2. Bagaimana program kesehatan dalam MDGs?

3. Bagaimana permasalahan kesehatan di negara Indonesia ?

Page 2: BAB II IMF

2

MDGs

4. Bagaimana peningkatan kesehatan sebagai salah satu program

MDGs di negara Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan arti dari MDGs (Millenium Development Goals).

2. Mengetahui bagaimana indikator-indikator dari program

peningkatan kesehatan oleh MDGs.

3. Mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada di

Indonesia.

4. Menjelaskan peran pemerintah Indonesia dalam upaya

menanggulangi masalah kesehatan serta peningkatannya.

1.4 Manfaat

Dengan mengetahui apa itu MDGs serta program-program yang

ingin dicapainya, kita bisa mengetahui apa saja yang menjadi

indikator-indikator terhadap pembangunan di suatu negara.

Dengan juga melihat masalah-masalah kesehatan serta peran

pemerintah tentunya kita sebagai masyarakat dan khususnya sebagai

mahasiswa bisa melihat hal-hal apa saja yang terjadi terhadap kondisi

kesehatan masyarakat kita tentunya di negara Indonesia ini. Kita

sebagai mahasiswa dituntut untuk bisa mengaplikasikan dan

menerapkan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal

penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatannya. Sehingga

kita bisa membantu menyukseskan program kesehatan pemerintah

pada khususnya dan program MDGs pada umumnya untuk mencapai

tujuan pembangunan millenium guna memajukan dan

mensejahterakan kehidupan bangsa dan bernegara.

Page 3: BAB II IMF

3

MDGs

BAB II

ISI

2.1 Millenium Development Goals (MDGs)

2.1.1 Sejarah Lahirnya Millenium Development Goals

(MDGs)

Millenium Development Goals (MDGs) dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan

Pembangunan Milenium merupakan paradigma pembangunan global

yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) Milenium. Majelis Umum PB kemudian melegalkannya ke dalam

Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2

tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan

Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United Nations Millennium Declaration).

Lahirnya Deklarasi Milenium merupakan buah perjuangan panjang

negara-negara berkembang dan sebagian negara maju. Deklarasi ini

menghimpun komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah

terjadi sebelumnya, untuk menangani isu perdamaian, keamanan,

pembangunan, hak asasi, dan kebebasan fundamental dalam satu

paket. Negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDGs.

Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target berikut indikatornya.

MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama

pembangunan serta memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang

terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil

menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk

melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju

berkewajiban mendukung upaya tersebut.

Page 4: BAB II IMF

4

MDGs

2.1.2 Program-Program MDGs

Kerangka internasional yang telah disepakati dalam MDGs

terdiri dari 8 tujuan dan 18 target. Program-program MDGs ini

dilengkapi dengan 48 indikator untuk mengukur kemajuan teknis

terhadap Millenium Development Goals. Indikator ini sejak telah

diadopsi oleh konsensus para ahli dari PBB, IMF, OECD dan Bank

Dunia. 

Adapun program-program dalam MDGs adalah :

1. Menghapuskan Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1: Membagi 2 antara tahun 1990 dan 2015, proporsi

dari orang- orang yang berpenghasilan kurang

dari $ 1 per hari.

Indikator 

1. Proporsi penduduk di bawah $ 1 (1993 PPP) per hari (World

Bank). 

2. Rasio kesenjangan kemiskinan. 

3. Membagi kuintil termiskin dalam konsumsi nasional (Bank

Dunia).

Target 2: Membagi 2 antara tahun 1990 dan 2015, proporsi dari

penduduk yang menderita akibat kelaparan.

Indikator 

4. Prevalensi berat badan anak di bawah usia lima tahun

(UNICEF-WHO)

5. Proporsi penduduk di bawah tingkat minimum dari

konsumsi energi makanan (FAO)

Page 5: BAB II IMF

5

MDGs

2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang

Target 3 : Memastikan bahwa pada 2015, anak-anak di mana-

mana, laki-laki dan perempuan, akan dapat

menyelesaikan program pendidikan dasar secara penuh.

Indikator 

6. Rasio partisipasi pendidikan dasar (UNESCO)

7. Proporsi murid mulai kelas 1 yang mencapai kelas 5

(UNESCO)

8. Tingkat melek huruf  dari anak-anak usia 15-24 tahun

(UNESCO)

3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan

Target 4 :  Menghilangkan ketimpangan dalam pendidikan dasar

dan menengah, terutama untuk tahun 2005, dan di

semua tingkat pendidikan tidak lebih dari 2015.

Indikator 

9. Rasio Anak perempuan untuk anak laki-laki pada

pendidikan primer, sekunder dan tersier (UNESCO) 

Page 6: BAB II IMF

6

MDGs

10. Rasio melek huruf dari wanita untuk laki-laki, 15-24 tahun

(UNESCO) 

11.Proporsi perempuan dalam upah pekerjaan di sektor non-

pertanian (ILO) 

12.Proporsi kursi yang dipegang oleh perempuan di parlemen

nasional (IPU)

4. Menurunkan tingkat kematian anak

Target 5 : Mengurangi dari dua-pertiga, antara 1990 dan 2015,

tingkat kematian balita.

Indikator 

13.Tingkat kematian balita (UNICEF-WHO) 

14.Tingkat kematian bayi (UNICEF-WHO) 

15.Proporsi anak-anak berumur 1 tahun yang telah di

imunisasi untuk memerangi campak (UNICEF-WHO)

5. Meningkatkan kesehatan ibu

Target 6 : Mengurangi sampai tiga perempat, antara 1990 dan

2015, tingkat angka kematian ibu.

Indikator

16.Rasio tingkat kematian ibu (UNICEF-WHO) 

17. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

terampil (UNICEF-WHO)

Page 7: BAB II IMF

7

MDGs

6. Melawan penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis

lainnya (malaria dan tuberkulosa)

Target 7 : Penghentian penyebaran virus HIV/AIDS pada tahun

2015.

Indikator 

18.Prevalensi HIV di antara wanita hamil usia 15-24 tahun

(UNAIDS-WHO-UNICEF)

19.Angka  Kondom yang digunakan sebagai prevalensi

kontrasepsi (UN Population Division)

a. Penggunaan kondom pada seks berisiko tinggi terakhir

(UNICEF-WHO) 

b. Persentase penduduk usia 15-24 tahun dengan

pengetahuan komprehensif tentang HIV / AIDS (UNICEF-

WHO)

c. Angka prevalensi kontrasepsi (UN Population Division) 

20.Rasio kehadiran sekolah anak yatim untuk kehadiran pada

sekolah non-anak yatim berusia 10-14 tahun UNAIDS-

UNICEF-WHO)

Target 8 : Penghentian penyebaran malaria dan penyakit utama

lainnya pada tahun 2015.

Indikator 

21.Prevalensi tingkat kematian yang terkait dengan malaria

(WHO) 

22.Proporsi penduduk di daerah berisiko malaria

menggunakan pencegahan malaria efektif dan tindakan

pengobatan (UNICEF-WHO) 

Page 8: BAB II IMF

8

MDGs

23.Prevalensi tingkat kematian yang terkait dengan TBC

(WHO) 

24.Proporsi kasus TBC yang terdeteksi Kesembuhan dengan

DOTS (WHO)

7. Menjamin keberlangsungan lingkungan

Target 9 : Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan

ke dalam kebijakan negara dan program serta

mengurangi hilangnya sumber daya

Indikator 

25.Proporsi luas lahan yang tertutup hutan (FAO) 

26.Rasio area yang dilindungi untuk mempertahankan

keanekaragaman hayati ke permukaan daerah (UNEP-

WCMC)

27. Energi (kg minyak setara) setiap $ 1 PDB (PPP) (IEA, Bank

Dunia) 

28.Emisi karbon dioksida per kapita (UNFCCC, UNSD) dan

konsumsi ozon- CFC (ODP ton) (UNEP-Ozon Sekretariat) 

29.Proporsi populasi yang menggunakan bahan bakar solid

(WHO)

Target 10 : Pertengahan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa

akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman

dan sanitasi dasar

Indikator

30.Proporsi penduduk dengan akses terhadap pemanfaatan

sumber air, perkotaan dan pedesaan (UNICEF-WHO) 

31.Proporsi penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang

baik, perkotaan dan pedesaan

Page 9: BAB II IMF

9

MDGs

Target 11 : Pencapaian pada tahun 2020 untuk peningkatan

yang signifikan dalam kehidupan setidaknya 100 juta

penduduk di daerah kumuh

32.Proporsi rumah tangga yang memiliki akses untuk

mengamankan kedudukan/jabatan (UN-HABITAT)

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Target 12 : Mengembangkan lebih lanjut keterbukaan, peraturan

dasar, prediksi, perdagangan dan sistem keuangan

yang tidak diskriminatif (termasuk komitmen terhadap

tata kelola yang baik, pengembangan, dan

pengurangan kemiskinan? baik secara nasional dan

internasional)

Target 13 : Amanat kebutuhan khusus dari Negara-negara

berkembang (termasuk tarif dan bebas kuota akses

untuk Negara Maju Terkecil lebih? Ekspor ditingkatkan,

program bantuan utang berutang berat bagi negara-

negara miskin [HIPCs] dan pembatalan utang bilateral

resmi, dan pemberian bantuan pembangunan resmi

untuk negara-negara yang memiliki komitmen untuk

pengentasan kemiskinan)

Target 14 : Amanat kebutuhan khusus negara-negara

berkembang pulau kecil yang terkurung daratan dan

negara-negara berkembang (melalui Program Aksi

untuk Pembangunan Berkelanjutan Pulau Kecil sesuai

dengan ketetapan Mahkamah Agung yang ke-22)

Target 15 : Persetujuan secara komprehensif masalah utang

negara berkembang ukuran nasional dan

Page 10: BAB II IMF

10

MDGs

internasional untuk membuat utang tersebut pada

kemungkinan jangka panjang.

Indikator Bantuan pembangunan resmi (ODA)

33.Keuntungan ODA, untuk negara-negara berkembang,

sebagai persentase dari OECD / Komite Bantuan

Pembangunan (DAC)

34.Proporsi dari total bilateral, sektor-disediakan BPR dari

OECD / DAC donor untuk layanan sosial dasar (pendidikan

dasar, perawatan kesehatan dasar, gizi, air bersih dan

sanitasi) (OECD) 

35.Proporsi ODA bilateral OECD / DAC donor yang tidak

mengikat (OECD) 

36.ODA yang diterima di negara-negara berkembang sebagai

proporsi dari mereka (OECD) 

37.ODA yang diterima di pulau kecil negara berkembang

sebagai proporsi mereka (OECD)

Akses pasar 

38.Proporsi total impor negara maju (dengan nilai dan tidak

termasuk senjata dari negara-negara berkembang dan dari

negara-negara berkembang, mengakui bebas pajak

(UNCTAD, WTO, WB) 

39.Rata-rata tarif yang dikenakan oleh negara-negara maju

pada produk pertanian dan tekstil dan pakaian dari negara-

negara berkembang (UNCTAD, WTO, WB) 

40.Estimasi pertanian untuk negara-negara OECD sebagai

persentase dari PDB (OECD) 

41.Proporsi yang disediakan untuk membantu membangun

kapasitas perdagangan (OECD, WTO) Keberlanjutan

hutang 

42.Total jumlah negara yang telah mencapai hutang yang

cukup berat (HIPC) dan yang telah mencapai titik

penyelesaian HIPC mereka (kumulatif) (IMF - Bank Dunia)

Page 11: BAB II IMF

11

MDGs

43.Berkomitmen di bawah inisiatif HIPC (IMF-Bank Dunia) 

44.Hutang sebagai persentase dari ekspor barang dan jasa

(IMF-Bank Dunia)

Beberapa indikator tercantum di bawah ini dimonitor secara

terpisah untuk negara-negara berkembang, Afrika, daratan

negara-negara berkembang, dan negara-negara berkembang

pulau kecil

Target 16 : Dalam kerjasama dengan negara-negara

berkembang, mengembangkan dan menerapkan

strategi untuk pekerjaan yang layak dan produktif

bagi pemuda

Indikator 

45.Angka Pengangguran kaum muda usia 15-24 tahun, pada

setiap jenis kelamin dan total (ILO)

Target 17 : Dalam kerjasama dengan perusahaan farmasi,

menyediakan akses ke obat-obatan penting dengan

harga terjangkau di negara-negara berkembang

Indikator 

46.Proporsi penduduk dengan akses terhadap obat-obatan

penting dengan harga terjangkau secara berkelanjutan

(WHO)

Target 18 : Dalam kerjasama dengan sektor swasta,

menyediakan manfaat teknologi baru, terutama

teknologi informasi dan komunikasi teknologi

Indikator 

47.Sambungan telepon dan pelanggan selular per 100

populasi (ITU) 

48.Komputer pribadi dalam penggunaan per 100 penduduk

dan pengguna internet per 100 populasi (ITU)

2.1 Program Kesehatan MDGs

Jenis Program Kesehatan dalam MDGs, yaitu :

Page 12: BAB II IMF

12

MDGs

1.      Peningkatan Gizi Masyarkat

2.      Penurunan Kematian Bayi

3.      Penurunan Kematian Anak

4.      Pemberantasan TBC

5.      Pemberantasan Malaria

6.      Penaggulangan HIV/AIDS

7.      Menjamin akses terhadap air bersih

8.      Menjamin akses terhadap obat essential

2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia

Setiap negara yang ada di dunia pasti memiliki permasalahan yang

dialami baik secara nasional maupun internasional, tak terkecuali

negara Indonesia yang notabenenya sebagai negara berkembang pasti

lebih mengalami permasalahan yang kompleks dalam pencapaian

tujuan pembangunan. Berbicara mengenai MDGs yang telah

ditetapkan oleh PBB dan dengan persetujuan negara-negara anggota,

tentu penetapan tersebut didasarkan atas permasalahan-

permasalahan yang mendominasi dalam pencapaian tujuan

pembangunan.

Di Indonesia, kesehatan menjadi masalah yang cukup serius yang

menjadi salah satu penghambat pembangunan nasional di negara

tersebut. Tidak hanya terkait pada masalah kesehatan ibu, kesehatan

anak, penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit kronis lainnya,

tetapi permasalahan kesehatan di Indonesia jauh lebih kompleks. Hal

ini terkait pada masalah teknis, tenaga medis, anggaran kesehatan,

dan masih banyak lagi. Bila mau dibahas lebih dalam lagi,

permasalahan kesehatan yang di alami Indonesia dapat kita lihat pada

penjelasan berikut :

1. Puskesmas seharusnya menjadi pangkal upaya promotif-preventif

ketimbang kuratif-rehabilitatif. Adanya pemahaman yang keliru

dari para pemegang kebijakan di negeri ini, yang memandang

upaya kesehatan hanyalah berupa layanan klinis semata (medical

Page 13: BAB II IMF

13

MDGs

services), membuat ia tersulap menjadi “rumah sakit mini” yang

menunggu pasien datang berobat. Ruang-ruang poliklinik

diperbesar dan alat-alat kedokteran disuplai sedemikian rupa atas

nama pelayanan kesehatan gratis yang dikembangkan mulai level

nasional (Jamkesmas) hingga daerah (Jamkesda). Sebagian besar

unsur pimpinan Puskesmas masih didominasi oleh klinisi medis

(dokter) ketimbang sarjana kesehatan masyarakat (SKM).

Ironisnya, salah kaprah ini berlanjut dengan anggapan bahwa

jumlah kunjungan pasien yang meningkat sebagai salah satu

indikator kesuksesan pembangunan kesehatan, padahal jumlah

kunjungan pasien berbanding lurus dengan prevalensi penyakit di

daerah yang bersangkutan.

2. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan

menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan

dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri dalam sistim

tunai.

3. Proporsi populasi dengan akses yang memadai terhadap

penggunaan air dan sanitasi lambat laun meningkat; Lebih dari 20

juta hidup di kawasan kumuh, 14% rumah tangga berlokasi di

sepanjang sungai dan kawasan rentan musibah;

4. Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan

meninggal sebelum mereka berusia 5 tahun. Sepertiga kematian

bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran,

80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama

kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran

dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular

seperti infeksi radang selaput otak (meningitis), typhus dan

encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab kematian bayi.

5. Resiko kematian ibu karena proses melahirkan di Indonesia

adalah 1 kematian dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun

diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi

sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Penyebab utama

Page 14: BAB II IMF

14

MDGs

kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang

menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan,

komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu

melahirkan.

6. Tingginya tingkat kesuburan dari pasangan usia subur miskin. Hal

ini yang kemudian mendorong pula tingginya tingkat kelahiran

yang tidak terkendali. Masyarakat miskin enggan mengikuti

program KB dan menggiatkan penggunaan alat kontrasepsi

untuk menekan angka kelahiran yang semakin tinggi. Pada 2007

lalu, tercatat angka kelahiran mencapai 2,6% pertahunnya.

7. Epidemic HIV/AIDS yang kian meningkat di Indonesia. Hingga

Maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV

dilaporkan. Menurut beberapa ahli, jumlah ini hanya sebagian

kecil dari keseluruhan penderita yang ada. Kelompok masyarakat

yang paling beresiko untuk terinfeksi penyakit ini adalah pekerja

seks komersial dan pelanggannya, serta pengguna narkoba

melalui jarum suntik yang penggunaannya secara berganti-ganti.

Selain itu, kesadaran dan pengetahuan yang benar mengenai HIV

dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di Indonesia.

Lebih dari sepertiga perempuan dan seperlima laki-laki belum

pernah mendengar sama sekali mengenai HIV/AIDS. Apabila

kecenderungan seperti ini tidak berubah, diperkirakan lebih dari 1

juta masyarakat Indonesia akan terinfeksi pada 2010. Penyakit

lain yang juga menjadi perhatian adalah Malaria dan Tubeculosis

(TBC). Setiap tahun diperkirakan terdapat 18 juta kasus Malaria

dan lebih dari 520 ribu kasus TBC.

8. Banyaknya hutan yang di eksploitasi, pembalakan liar dimana-

mana dan batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi.

Penyebab utamanya adalah lemahnya supremasi hukum dan

kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai tujuan

pembangunan jangka panjang dan perlindungan bagi lingkungan.

Air - Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan

didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi

Page 15: BAB II IMF

15

MDGs

persyaratan air minum aman yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan oleh

kualitas jaringan disribusi dan perawatan yang kemudian

menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Sanitasi - Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses

masyrakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah

68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi

prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional,

regional, badan legislatif maupun sektor swasta. Hal ini

tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan

untuk sanitasi. Padahal sanitasi menjadi perlu untuk

diperhatikan karena berkaitan dengan kesehatam

masyarakat.

9. Di Indonesia, populasi lansia pada tahun 2000 (17,2 juta)

meningkat 3 kali lebih besar dari pada tahun  1970 (5,3 juta).

Pada tahun 2020, jumlah dan proporsi kelompok  lansia di

Indonesia diprediksi akan mencapai 28 juta jiwa dan 9,5%. Jumlah

lansia telantar dan berisiko tinggi terlantar adalah 3.274.100 dan 

5.102.800 orang. Lansia yang menjadi gelandangan dan

pengemis adalah 9.259 orang, dan yang mengalami tindak

kekerasan  10.511 orang. Pengakuan hak lansia ternyata juga

hanya masih sebatas undang-undang dan belum

diimplementasikan pada aksi nyata yang terencana.

10. Menurunnya konsumsi masyarakat terhadap obat-obatan

generik karena kecenderungan masyarakat yang lebih senang

menggunakan obat-obatan dengan harga yang lebih terjangkau

tanpa anjuran dan resep dokter. Dokter juga ternyata lebih suka

memberkan resep obat non generik, padahal pemerintah telah

menetapkan aturan tentang penggunaan obat-obatan generik

yang sesuai dengan SK Menkes Nomor 85 Tahun 1989 tentang

kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik

di fasilitas kesehatan pemerintah.

Page 16: BAB II IMF

16

MDGs

2.3.1 Tantangan MDGs di ndonesia

Tantangan Umum pencapaian MDGs Kesehatan di Indonesia, antara

lain :

Pelayanan Kesehatan : Peningkatan cakupan-isu disparitas

antar wilayah, sosial, ekonomi dan

pendidikan yang masih membutuhkan perhatian

SDM kesehatan : Peningkatan SDM kesehatan secara kuantitas

dan kualitas, pemerataan distribusi tenaga

kesehatan, recruitment, penempatan & penguatan

Sistem informasi : penguatan data dan analisa untuk

keuangan, program dan kegiatan-evidence based

Pembiayan kesehatan : Anggaran berbasis kinerja, efisiensi

dan perhatian lebih pada penduduk miskin,

dan peningkatan sumber keuangan daerah

Governance : pembagian tupoksi secara jelas pada semua

level, kolaborasi penguatan keuangan dan peningkatan

kinerja.

Sarana dan Prasarana Teknologi Kesehatan : Manajemen

logistik dan capacity building

Masyarakat : pemberdayaan masyarakat

2.4 Peran Pemerintah Indonesia dalam Upaya

Penanggulangan dan Peningkatan Kesehatan

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi negara Indonesia,

membuat tujuan pembangunan Indonesia menjadi terhambat dan

bahkan menjadi lamban untuk berkembang. Salah satu bidang

kehidupan yang memiliki masalah kompleks di Indonesia adalah pada

bidang kesehatan. Masalah kesehatan di Indonesia sudah cukup

Page 17: BAB II IMF

17

MDGs

menjadi momok bagi masyarakat khususnya rakyat miskin di

Indonesia.

Untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang masih

terjadi, pemerintah berupaya memainkan peran-peran pentingnya

guna mendukung program kesehatan sesuai dengan standarisasi

MDGs. Adapun peran pemerintah dalam peningkatan kesehatan di

Indonesia, antara lain :

1. Menteri Kesehatan melalui lembaganya menyediakan alat

kontrasepsi gratis bagi sekitar 2,9 juta peserta KB baru dan

12,6 juta peserta KB aktif dari masyarakat miskin dan rentan.

Melalui program KB ini, Indonesia memiliki target nasional

penggunaan 72 persen alat kontrasepsi modern dan kebutuhan

yang tak terlayani turun menjadi 3 persen di tahun 2015.

2. Peningkatan promosi penggunaan obat yang rasional,

utamanya obat esensial generik, untuk menyeimbangkan

promosi iklan obat yang berlebihan. Pemerintah senantiasa

melakukan pendekatan edukatif bagi masyarakat dan profesi

kesehatan. Menjamin kesinambungan suplai obat, melalui

peningkatan daya saing industri farmasi nasional dan

infrastruktur jaringan distribusi. Untuk program jangka panjang

penggunaan obat generik, dilakukan melalui skim Managed

Care atau Sistem Jaminan Sosial Nasional

3. Meningkatkan kesehatan masyarakat pedesaaan melalui

pemberdayaan Puskesmas. Serta meningkatkan

pemberdayaan sarjana Kesehatan Masyarakat untuk mengisi

lembaga Puskesmas.

4. Meningkatkan program pembiayaan kesehatan, diantaranya

adalah :

a. Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan

pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah.

b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan kesehatan

dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok

Page 18: BAB II IMF

18

MDGs

miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan

kesehatan.

c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan

kesehatan.

Selain itu pemerintah mengupayakan pengembangan jaminan

kesehatan yang dilakukan dengan beberapa skema, antara lain

sebagai berikut :

a. Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan

keluarga miskin (JPK-Gakin).

b. Pengembangan Jaminan Kesehatan (JK) sebagai bagian

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

c. Pengembangan jaminan kesehatan berbasis sukarela,

antara lain :

Asuransi kesehatan komersial

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) sukarela

d. Pengembangan jaminan kesehatan sektor informal,

antara lain :

Jaminan kesehatan mikro (dana sehat)

Dana sosial masyarakat

5. Pemerintah berupaya menerapkan kebijakan yang pro-

kemiskinan. Dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat

miskin akan mendapatkan jalan dan infrastruktur lain untuk

mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar

untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan

masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan

peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha.

Untuk membantu kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka

harus diberi sumberdaya yang cukup untuk membantu mereka

tumbuh dan menjadi masyarakat yang sejahtera. Pemerintah

juga menentukan target agar kemiskinan turun berkaitan

dengan MDGs yaitu sebesar 8,2 % sebagai target yang ingin

dicapai pada akhir tahun 2009.

Page 19: BAB II IMF

19

MDGs

6. Pemerintah senantiasa mempromosikan hidup sehat untuk

anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan

kesehatan yang komprehensif, ini semua ditujukan untuk

meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih,

sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat

untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk

anak dan balita.

7. Pemerintah berupaya melakukan peningkatan akses terhadap

pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak, terutama selama

kehamilan dan pada sat kelahiran. Selain peningkatan

pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku

masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini

termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status

kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai

jangkauan dan macam pelayanan yang dapat mereka

pergunakan. Pemerintah juga meningkatkan sistem

pemantauan melaui peningkatan sistem pendataan terutama

aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar

infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait

sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih

efektif dan efisien.

8. Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan

oleh Komisi Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah

badan nasional yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

kampanye dan pemberian informasi yang benar mengenai

HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan

oleh setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri

mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk

masyarakat untuk mengerti bagaimana hidup bersama ODHA

dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya peningkatan

pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan

perawatan untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga

negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV

Page 20: BAB II IMF

20

MDGs

dengan mengurangi resiko penularan dengan melakukan

praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara

teratur.

9. Pemerintah senantiasa melakukan kampanye mengenai

Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang secara periodik

dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.

10.Peningkatan akses dan ketersediaan informasi mengenai

sumber daya alam dan lingkungan oleh pemerintah. Selain itu

pemerintah juga menggiatkan promosi mengenai kesehatan

dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti

pentingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga

dan merawat fasilitas air bersih yang ada.

11.Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan

perlindungan anak. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain :

Kebijakan pemenuhan pendidikan anak

Kebijakan hak pemenuhan kesehatan anak

Kebijakan hak pemenuhan partisipasi anak

Kebijakan lingkungan yang layak untuk anak

Kebijakan pengembangan daerah yang layak bagi

tumbuh kembang anak

BAB III

PENUTUP

3.1Simpulan

Bahwa MDGs adalah sebuah program yang dicanangkan PBB

namun tid sebuah badan hukum karena MDGS adalah hasil

Page 21: BAB II IMF

21

MDGs

kesepakatan bersama dari 189 negara di dunia.. Tujuan utama MDGs

yang tertuang pada 8 program dengan 18 target dan 48 indikator

pada dasarnya adalah untuk mendorong negara-negara di dunia

mencapai tujuan pembangunan agar kepentingan nasionalnya bisa

tercapai terutama pada negara-negara berkembang. Dalam

perkembangannya, Indonesia sebagai negara berkembang memiliki

banyak permasalahan kesehatan. Namun dengan adanya program

MDGs, Indonesia selalu berupaya mensukseskan program-program

MDGs sehingga dalam kaitannya Indonesia bisa mensukseskan tujuan

pembangunan nasional terlebih untuk mencapai kepentingan

nasional.

3.2Saran

Dalam memandang suatu permasalahan Indonesia harusnya bisa

memaknai kondisi yang ada secara menyeluruh. Jika tidak ada survey

secara langsung, pemerintah tidak bisa lebih jauh melihat kondisi

masyarakat dan upaya-upaya untuk menanggulanginya. Dalam

melaksanakan program kerjanya, pemerintah harus menyesuaikan

kebijakan dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat.

Sehingga aspek di semua bidang bisa tercapai untuk sebuah tujuan

pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/18/00065959/prioritas.kontrasep si.gratis.bagi.pus.miskin

http://id.wikimapia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium

Page 22: BAB II IMF

22

MDGs

http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailBerita.php?MyID=1183

http://www.bappenas.go.id /

http://www.depkes.go.id/

http://www.indonesia.go.id/

http://www.republika.co.id/

http://www.targetmdgs.org/

http://www.unmillenniumproject.org/goals/gti.htm