17
Page 14 Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama “Hidup bukan seperti drama Tapi, hidup itu sendiri adalah drama (Macionis J Jhon) 2006 2.1 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam kaitannya dengan perilaku induvidu dan kelompok. Interkasi merupakan satu aktivitas yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan seseorang dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya bergantung dan membutuhkan individu lain. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang, dengan hubungan timbal balik. 1 Interaksi sosial adalah sebuah proses ketika orang-orang yang berkomunikasi, saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. 2 Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana perilaku individu yang satu mempengaruhi dan mengubah individu yang lain atau 1 Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar,h.33 2 Robert M Z Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta: PT. Gramedia, 1986),49.

Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 14

Bab II

Interaksi Sosial dan Dialog Agama

“Hidup bukan seperti drama

Tapi, hidup itu sendiri adalah drama

(Macionis J Jhon)

2006

2.1 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam

kaitannya dengan perilaku induvidu dan kelompok. Interkasi merupakan satu

aktivitas yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan seseorang dikarenakan manusia

adalah makhluk sosial yang hidupnya bergantung dan membutuhkan individu lain.

Dalam kehidupan bermasyarakat manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama

secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. Secara etimologis,

interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi

adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang, dengan hubungan

timbal balik.1 Interaksi sosial adalah sebuah proses ketika orang-orang yang

berkomunikasi, saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.2

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana

perilaku individu yang satu mempengaruhi dan mengubah individu yang lain atau

1 Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar,h.33

2 Robert M Z Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta: PT. Gramedia,

1986),49.

Page 2: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 15

sebaliknya.3 sehingga terjadinya proses sosial.

4 Interaksi sosial ini dijadikan sebagai

syarat utama terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan social.5 Interaksi

sosial merupakan proses yang penting dalam hidup sosial seseorang, tanpa adanya

interaksi sosial antara pribadi maupun kelompok tidak akan mungkin ada kehidupan

bersama.6 Hal menarik dalam kehidupan manusia yang di ungkapkan oleh Aristoteles

bahwa manusia adalah mahluk sosial yang hanya menyukai hidup bersama dengan

orang lain dari pada hidup sendiri.7

Menurut Charles P.Loomis, suatu hubungan dapat dikatakan interaksi sosial jika

memiliki ciri-ciri hubungan berikut:8 Jumlah pelakunya dua atau lebih, Komunikasi

antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang, Dimensi waktu meliputi

masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang dan tujuan yang hendak dicapai.

2.2 Syarat-Syarat Terjadi Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya dua hal yaitu: kontak sosial dan

komunikasi sosial. Kedua hal ini merupakan syarat penting terjadinya interaksi sosial.

Yang pertama yakni; Komunikasi sosial yaitu: Proses pengiriman berita dari

seseorang kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita lihat komunikasi ini

dalam bentuk percakapan antara dua orang, pidato dari ketua kepada anggota rapat,

3 W.A Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung:Eresco, 1983) 61

4 Soejono Soekanto, Pengantar Sosiologi, hal 71-72

5 Dwi Narwoko,Sosiologi Teks Pengantar danTerapan ( Kencana Prenada Media

Group, Jakarta:2004) hal. 20 6Soejono Soekanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta:PT RajaGrafindo, 1982). hal. 55

7 M.Cholil Masyur, Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota” (Usaha Nasional,

Surabaya:1984),31 8 Bambang Samsul Arifin, 2015, Psikologi Sosial, (Bandung: Pustaka Setia) 53-54

Page 3: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 16

berita yang dibacakan oleh penyiar televisi atau radio dan sebagainya.9 Komunikasi

merupakan suatu kegiatan manusia yang sedemikian otomatis. Dengan

berkomunikasi orang dapat, menyampaikan pengalamannya pada orang lain,

sehingga pengalaman itu menjadi milik orang lain pula tanpa harus mengalaminya

sendiri. Melalui komunikasi orang dapat merencanakan masa depannya, membentuk

kelompok dan lainnya. Dengan komunikasi pula orang dapat menyampaikan

informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan

sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik.10

Kontak sosial: secara etimologi Kata kontak berasal dari bahasa Latin con

atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi

artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Pada interaksi sosial

mengandung makna tentang kontak sosial secara timbal balik atau inter-stimulansi

dan respon antara indivdiu-individu dan kelompok-kelompok. Kontak pada dasarnya

merupakan aksi dari individu atau kelompok dan mempunyai makna bagi pelakunya,

yang kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain.11

Kontak sosial dapat

bersifat primer ataupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan

hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sedangkan kontak yang sekunder

memerlukan sutau perantara. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk,

9 Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Ilmu Psikologi,(Jakarta: PT. Bulan Bintang,

2000) 86. 10

H.A.W. Wijaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1997). 5-6 11

Soleman B Taneko, Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan, (Jakarta:Rajawali, 1982) 110

Page 4: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 17

yaitu:12

Antara orang perorangan, Antara orang perorangan dengan suatu kelompok

manusia atau sebaliknya, Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya.

2.3 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial:

Interaksi sosial selain memiliki unsur dasar yakni, kontak sosial dan

komunikasi, juga memiliki beberapa bentuk. Bentuk interaksi sosial bersifat asosiatif

dan disasosiatif. Proses yang bersifat asosiatif yaitu suatu aktifitas yang membangun

dan menyatukan seperti: kerjasama, akomodasi, dan asimilasi sedangkan disosiatif

yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan pada gerak kearah perpecahan.

Bentuk-bentuk disosiatif meliputi persaingan dan pertentangan.13

2.3.1 Proses asosiatif ini terbagi menjadi tiga bentuk khusus lagi, yakni:

1. Kerjasama

Kerjasama yaitu: suatu proses interkasi atau kerjasama antara orang-

perorangan atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul

karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya yaitu in- group dan

kelompok lainnya yang merupakan out group.Kerja sama akan mungkin bertambah

kuat apabila adanya bahaya-bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-

tindakan dari luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau

12

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengatar, ( Jakarta: Raja Grafindo

Persada ) 65 13

Syahrial Syarbaini Rusdiyanta, Dasar – Dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013), hlm. 28

Page 5: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 18

institusional yang mengancam terhadap suatu kelompok. Betapa pentingnya kerja

sama digambarkan oleh Charles H. Cooley dalam Soerjono Soekanto dikatakan

bahwa: Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai

cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan

yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja

sama yang berguna. 14

2. Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa

menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan-lawan tersebut kehilangan

kepribadiannya. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto dikatakan

bahwa:Akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh para sosiolog

untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama

artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli

biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana mahluk-mahluk hidup

menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya.15

3. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses yang muncul dalam kelompok manusia

yang berbeda kebudayaan.16

Dalam proses asimilasi ditandai dengan adanya usaha

14

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,

2005),73. 15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar………, 75 16

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. 74

Page 6: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 19

mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang/kelompok dalam

masyarakat serta usaha menyamakan sikap mental dan tindakan demi tercapai tujuan

bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok masyarakatdengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama,

sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan Dalam proses asimilasi

kebudayaan dari masing-masing kelompok manusia berubah dan saling

menyesuaikan diri.17

2.3.2 Interaksi sosial yang bersifat Disasosiatif yaitu :18

1. Persaingan (Competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, yakni individu atau

kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-

bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik

perseorangan maupun kelompok manusia) dengan menarik perhatian publik atau

dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan ancaman atau

kekerasan. Bentuk-bentuk persaingan yaitu: Pertama, Persaingan ekonomi, Kedua,

Persaingan kebudayaan. Ketiga, Persaingan kedudukan dan peranan. Keempat,

Persaingan ras.

Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai beberapa fungsi19

, yaitu:

17

Elly M Setiabudi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan

Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18

Soerjono Soekanto. 81-91 19

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta : PT. Bilan Bintang,

2000 ),101.

Page 7: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 20

Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat

kompetitif.

Sebagai jalan yang menyebabkan keinginan, kepentingan serta nilai- nilai

yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh

masyarakat yang bersaing.

Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.

Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang

akhirnya akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.

2. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu atau

kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak

lawan dengan ancaman atau kekerasan

3.1 Erving Goffman: Dramaturgi

Erving Goffman adalah seorang sosiolog asal chicago ia lahir lahir di Alberta,

Canada pada 11 Juni 1922. Mendapat gelar S1 dari Univ. Toronto menerima gelar

doctor dari universitas Chicago, pemikiran-pemikiran Goffman banyak di pengaruhi

oleh George Hebert Mead yang memfokuskan pada Self. Tulisannya yang paling

terkenal adalah Presentation of Self in Every Day life, atau yang lebih dikenal dengan

sebutan teori Dramaturgi. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan

pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan

karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya

Page 8: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 21

sendiri”.20

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia

akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus

mempersiapkan kelengkapan pertunjukan21

Identitas manusia bisa saja berubah-ubah

tergantung dari interaksi dengan orang lain.22

Disinilah dramaturgis masuk,

bagaimana kita menguasai interaksi tersebut.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus

mempersiapkan kelengkapan pertunjukan Kelengkapan ini antara lain

memperhitungkan setting,kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal

lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan

interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas

disebut dalam istilah “impression management”. Menurut Goffman, dua bidang

penampilan perlu dibedakan yaitu panggung depan (front region) panggung belakang

(front back). Panggung depan adalah “bagian penampilan individu yang di sajikan

dengan sebaik mungkin kepada orang lain atau penonton menyaksikan penampilan

tersebut. Pada umumnya seseorang akan menampilkan dirinya (Self) yang ideal

kepada para penonton atau bagian depan panggung (Front Stage) sehingga secara

tidak langsung ada hal-hal tertentu yang harus disebunyikan dan tidak di keluarkan

secara langsung dalam proses pertunjukan/performance/interaksi.23

20

Paul, B Horton, Cheter L Hunt, Sosiologi, (Jakarta:Ciralas,1984),89 21

Paul, B Horton, Cheter L Hunt, Sosiologi……..91 22

Paul, B Horton, Cheter L Hunt,Sosiologi……..90 23

Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. Hal 119

Page 9: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 22

3.2 Konsep diri (Self)

Self menjadi hal yang sangat penting dalam pembahasan mengenai teori-teori

interaksi simbolik. Masing-masing ahli interkasi simbolik memiliki pemahaman yang

berbeda mengenai Self. Dalam pandangan Goffman self bukan sebagai miliki aktor

atau pelaku, melainkan hasil interaksi antara aktor dan penonton. Artinya, seseorang

mengarahkan tingkah lakuknya sesuai dengan harapan penonton yang diperoleh aktor

ketika berinteraksi dengan penonton. Jadi seperti halnya pemikiran kaum

interaksionis pada umumnya. Inti pemikiran Goffman adalah “diri” (self), yang

dijelaskan bahwa sebenarnya diri kita dihadapkan pada tuntutan untuk tidak ragu-

ragu dalam melakukan apa yang diharapkan diri kita untuk memelihara citra diri yang

stabil, orang selalu melakukan pertunjukan (performance) dihadapan khalayak.24

3.3 Panggung Kehidupan

Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada

“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir

dari maksud interaksi sosial tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran

dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia

menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut

ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa

identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian

24

Deddy Mulyana, Metode penelitian kualitatif paradigm baru ilmu komunikasi dan

ilmu social lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 106

Page 10: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 23

kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah

tergantung interaksi dengan orang lain.

Aktor membawakan naskah dalam bahasa/ simbol-simbol dan perilaku untuk

menghasilkan arti-arti dan tindakan-tindakan sosial dalam konteks sosio-kultural

Pemirsa yang menginterpretasikan naskah tersebut dengan pengetahuan mereka

tentang aturan aturan budaya atau simbol-simbol signifikan. Disinilah dramaturgis

masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi

sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha

untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui

pertunjukan dramanya sendiri.

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia

akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus

mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain

memperhitungkan setting, kostum, menggunakan kata (dialog), dan tindakan non

verbal lain. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada

lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan

diatas disebut dalam istilah “impression management”25

25

Duncan Mitchall, Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosia, (Jakarta: Bina Aksara

Indah,1984) 89

Page 11: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 24

3.4 Penggunaan Panggung depan (Front Stage)

Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai

tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut.

Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan”

perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari

maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang

dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.26

Salah satu karya yang

cukup penting tentang self nampak dalam karya Goffman. Ketegangan itu terjadi

karena ada perbedaan antara apa yang orang lain harapakna supaya kita perbuat

dengan apa yang ingin kita lakukan secara spontan. Ada perbedaan antara

keinginan pribadi dan keharusan yang di harapkan oleh orang lain atau

masyarakat. Keadaan demikian, maka guna mempertahankan gambar diri yang

stabil, manusia cenderung melakonkan peran-peran sebagaimana halnya seorang

aktor atau aktris memainkan perannya diatas panggung pertunjukan. Dalam

pendekatan ini Goffman membandingkan kehidupan sosial segabai sebuah

pertunjukan atau drama.

Ada satu bagian yang dipisahkan oleh Goffman dari panggung depan yaitu

setting. Seting adalah bagian yang secara fisik (alat-alat) yang harus ada ketika si

aktor akan tampil, seting berfungsi untuk menunjang performance dari sang aktor27

26

J. John. Society the Basic, eight edision,102

27

Bermard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Pustaka Publisher;

2007),118.

Page 12: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 25

selain setting ada juga personal Front terdiri dari barang-barang yang membantu

memberikan kesan kepada penonton, sehingga penonton dapat dengan cepat

mengidentifikasikan peran yang dimainkan si aktor.28

3.5 Panggung belakang

Panggung belakang adalah penampilan individu yang tidak dapat dilihat

secara menyeluruh oleh orang lain. Bagian belakang merupakan bagian di mana

bermacam-macam tindakan atau tingkah-laku non-formal di tampilkan. Bagian ini

biasanya tertutup dan terpisah dengan bagian depan panggung. Para pembawa acara

atau aktor mengharapkan supaya para penonton tidak boleh ada pada bagian belakang

panggung.29

Dalam dunia sosial, panggung belakang (Back Stage) adalah tempat atau

situasi dimana seorang induvidu tidak perlu melakukan tindakan sesuia dengan

harapan-harapan penonton/orang dari statusnya. “pertemuan simbol-simbol dalam

ruang bersama menyebabkan negosiasi ruang dalam masyarakat multi aspek termasuk

agama”30

Perjumpaan secara langsung induvidu satu dengan yang lainnya

memberikan warna baru serta pemikiran-pemikiran baru dalam kehidupan seseorang

serta relasi yang di bangun.31

28

Bermard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern,118-119

30

Izak Lattu, Performative Interreligous Engagement: Memikirkan Sosiologi

Hubungan Lintas Agama, dalam Sosiologi Agama Pilihan Berteologi di Indonesia,

(Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana, 2016),272 31

Izak Lattu, Performative Interreligous Engagement: Memikirkan Sosiologi

Hubungan Lintas Agama, dalam Sosiologi Agama Pilihan Berteologi di Indonesia, 273

Page 13: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 26

3.6 Tim dalam Pandangan Goffman

Goffman tidak hanya membatasi pembahasannya pada induvidu tetapi ia juga

membahas bagaimana sebuah tim bersinergi untuk menampilkan sebuah pertunjukan.

Dalam sebuah tim terdiri dari berbagai induvidu yang telah sepakat untuk menjadi

satu kelompok. Tim ini akan melakukan pertunjukan-pertunjukan yang menunjukan

kekompakan tim agar mendapatkan kesan yang baik terhadap kelompok/timnnya. 32

Kelompok atau tim merupakan kelompok-kelompok yang mana induvidu menjadi

bagian didalamnya seperti keluarga, teman kuliah, oraganisasi keagamaan, partai

politik atau oraganisasi lainya. Setiap anggota tim mempunyai peran penting. anggota

haruslah memberi dukungan lewet kesetiaan kepada tim agar pertunjukan yang di

tampilkan dapat berjalan dengan baik.33

4.1 Dialog dan Toleransi Umat Beragama

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup

terpisah dari manusia lainnya. Setiap manusia saling membutuhkan dan saling

mempengaruhi dalam rangkaian kehidupannya. Dalam proses berinterkasi tersebut

induvidu akan bertemu dengan induvidu lain yang berbeda darinya serta merespon

setiap perjumpaan dengan cara yang berbeda-beda. Dialog antara umat beragama

adalah cara agama untuk menjadi dirinya sendiri. Dialog bukan sebuah tindakan yang

ditambahkan pada agama. agama akan menjadi dirinya sendiri, sejauh dia

32

Erving Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life. (New York: Anchor

Book,1959). 47. 33

Erving Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life,50.

Page 14: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 27

menjalankan dialog dengan semua unsur di dalam semesta, termasuk di dalamnya

agama lainnya. 34

di dalam dialog antara agama harus ada kesediaan untuk menerima

agama yang lain, terdapat pula kesediaan dan keyakinan bahwa satu agama dapat

belajar dari yang lain. 35

Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama

yang dipilihnya masing-masing serta memberikan penghormatan atas pelaksaan

ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininnya.36

Toleransi merupakan sebuah sikap

menghormati keyakinan orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang

tersebut untuk menjalankan aturan agamanya. Sikap inilah yang sedang diusahakan

agar dapat diterpakan dalam kehidupan bangsa Indonesia demi mewujudkan hidup

rukun. Kerukunan berarti terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis

serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama.37

Dialog tidak saja untuk

meminimalisir konflik dan kekerasan keagamaan yang disebabkan ekslusifitas yang

membuahkan sikap saling curiga, dendam sejarah seperti kesenjangan ekonomi,

pendidikan dan rivalitas politik antar pemeluk agama, tetapi juga berguna

meminimalisir perselisihan intern umat beragama. Lewat dialog yang jauh bisa jadi

dekat yang curiga bisa jadi mesra.38

34

Abudrrahman Wahid,dkk, Dialog: Kritik & Identitas Agama. Jakarta: Pustaka

Pelajar, 2004) 182 35

Abudrrahman Wahid,dkk, Dialog: Kritik & Identitas Agama. 185 36

J. Cassanova, Public Religions In The modern World (Chicago: Chicago

University Press, 2008),87. 37

Yustiani, Kerukunan Umat Beragama Kristen dan Islam . Soe, Nusa tenggara

Timur. Jurnal, analisa,Vol. XV. No 02, Edisi Mei-Agustus 2008. 72 38 Abdullah Hadzik dkk, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, .365.

Page 15: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 28

4.2 Dialog Informal dalam kehidupan sehari-hari

Realita kemajemukan agama di dunia ini bukan menjadi hal baru namun

menjadi perhatian bersama semua manusia. Dalam usaha menciptakan masyarakat

yang hidup rukun dan damai maka perlu adanya sikap toleransi. Sikap terbuka dan

menerima sehingga masyarakat perlu untuk bersama-sama mendialogkan hal tersebut

dan mencari titik temu untuk mencapai kehidupan bersama yang rukun. Dialog antar

agama menjadi sebuah kegiatan yang terus dilakukan. Ada empat model atau bentuk

dialog yaitu:39

1. Dialog kehidupan (bagi semua orang):

model ini diperuntukan bagi semua orang dan sekaligus merupakan level

dialog yang paling mendasar (bukan paling rendah). Dalam model ini

sering kali memang tidak langsung menyentuh prespektif agama atau

iman namun lebih digerakkan oleh sikap-sikap solidaritas dan

kebersamaan yang melekat.

2. Dialog karya (untuk bekerja sama):

model ini merupakan kerja sama yang lebih intens dan mendalam dengan

para pengikut agama-agama lain demi pembangunan dan peningkatan

martabat manusia. Bentuk dialog semacam ini sekarang sering

berlangsung dalam kerangka kerja sama, dimana para pengikut agama-

39 E. Armada Riyanto, Dialog intereligius, historisitas, tesis, pergumulan

wajah,(Yogyakarta: kanisius, 2010) 212-215.

Page 16: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 29

agamalain bersama-sama menghadapi masalah-masalah dunia, seperti

pelanggaran HAM, kesetaraan gender, dan perusakan lingkungan.

3. Dialog pandangan theologis (untuk para ahli)

dalam dialog ini orang diajak untuk menggumuli, memperdalam, dan

memperkaya warisan-warisan keagamaan masing-masing, serta sekaligus

diajak untuk menerapkan pandangan-pandangan theologis dalam

menyikapi persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada

umumya.

4. Dialog pengalaman keagamaan (dialog pengalaman iman):

model ini dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan

penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masingmasing

pribadi. Dalam dialog ini pribadi-pribadi yang berakar dalam tradisi

keagamaan masing-masing berbagai pengalaman doa, konsentrasi,

meditasi, bahkan pengalaman iman dalam arti yang lebih mendalam,

misalnya pengalaman mistis.

Menurut beberapa ahli dialog lintas agama dialog adalah sebuah kegiatan

yang mencakup kerjasama dalam proyek kemanusiaan (doa bersama, meditasi) dialog

tematis: berbincang tentang tema yang disepakati semua pihak.40

Dialog formal lebih

memfokuskan kepada pokok-pokok tertentu yang sudah disepakati bersama dalam

rangka membahasa isu-isu agama yang sedang terjadi di Indonesia. sedangakan

dialog informal sifatnya lebih santai, tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dimana

40

Adolf Heuken Sj, Ensiklopedi Gereja A.G (Jakarta:Yayasan Cipta Loka Caraka,

1991),240-241

Page 17: Bab II Interaksi Sosial dan Dialog Agama...Gejala Sosial, Teori, Aplikasi dan pemecahan. 8 18 Soerjono Soekanto. 81-91 19 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi, ( Jakarta

Page 30

saja. Dialog antar agama membantu manusia untuk mengenal secara baik situasi

konkret dan tugasnya terhadap dunia ini. Untuk itu agama-gama harus memberikan

tempat lebih besar kepada pengalaman keseharian manusia di dalam dialog mereka.41

selain Amerman, Habermas juga melihat pentingnya hubungan keseharian penting

bagi dialog dalam wilayah publik.

41

Schuman, Dialog Antar Umat Beragama, Dari Manakah Kita Bertolak?, (Jakarta:

Departemen Penelitian dan Pengembangan Dewan Gereja-Gereja di Indonesia, 1982) 191