51
BAB II URAIAN TEORETIS 2.1 Indeks Pembangunan Manusia 2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Produktivitas Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia. 2. Pemerataan Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua hambata yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Universitas Sumatera Utara

BAB II. IPM.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    URAIAN TEORETIS

    2.1 Indeks Pembangunan Manusia

    2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

    UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan

    pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

    bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan

    akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai

    sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya

    tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah

    produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara

    ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

    1. Produktivitas

    Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

    berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

    Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari

    model pembangunan manusia.

    2. Pemerataan

    Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk

    mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua

    hambata yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus

    dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada

    dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas

    hidup.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Kesinambungan

    Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak

    hanya untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik,

    manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

    4. Pemberdayaan

    Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang

    akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

    mengambil manfaat dari proses pembangunan.

    Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai

    disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat

    luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampao kesempatan untuk

    menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupa yang sesuai dengan harkat

    pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigm

    tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi.

    Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf

    kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan

    kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, cultural,

    sosial dan politik. Jika kedua sisi itu didak seimbang maka hasilnya adalah

    frustasi masyarakat.

    Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik

    dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model

    pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan

    kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model

    pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

    Universitas Sumatera Utara

  • nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses

    produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat

    manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan

    dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

    Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP

    mensponsoru sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan

    pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar

    itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang

    dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka

    Harapan Hidup/AHH (eo). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca

    tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli

    dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan

    untuk mencapai standar hidup yang layak.

    Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara

    atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan

    hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),

    dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang

    layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat

    jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

    Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai

    penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan

    manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan

    analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang

    Universitas Sumatera Utara

  • penting lainnya ( yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,

    kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

    Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat

    memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya

    beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang

    terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut

    berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya

    kesempata kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama

    tahun 1997-1998. Menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks

    pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan

    antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar

    penduduk.

    Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan

    menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya

    peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan

    beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang

    dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

    2.1.2 Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya

    Pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN yang

    kemudian dijabarkan ke dalam Repelita adalah pembangunan yang menganut

    konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia seutuhnya

    merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik

    secara fisik, mental maupun dilakukan menitikberatkan pada pembangunan

    Universitas Sumatera Utara

  • sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan

    kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk

    dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.

    Azas pemerataan merupakan salah satu trilogi pembangunan yang akan

    diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan, adalah salah satu

    prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi delapan jalur pemerataan,

    kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap kelompok penduduk

    yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik

    dan mental penduduk dilakukan pemerintah melalui pembangunan di bidang

    pendidikan dan kesehatan dasar. Di sektor ekonomi azas pemerataan yang

    diimplementasikan antara lain adalah dengan memberikan pengaruh yang sangat

    besar oleh karena sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak. Juga upaya

    pemberdayaan dilakkukan usaha bagi penduduk miskin melalui program Inpres

    Desa Tertinggal (IDT) dan Program Kukesra serta Takesra.

    Pembangunan di bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya

    pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini

    secara nyata telah berhasil menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang

    kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam

    konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya

    peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia

    ditinjau dari berbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih

    rendah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.3 Metode Perhitungan dan Komponen-komponen IPM

    2.1.3.1 Metode Perhitungan IPM

    Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup

    diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan

    kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua

    per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat

    kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah

    disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga

    komponen tersebut diatas :

    IPM= 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)

    Dimana :

    X1 = Lamanya hidup

    X2 = Tingkat Pendidikan

    X3 = Tingkat kehidupan yang layak

    Indeks X(I,J)=(X(I,J)-X(i-min)) / (X(I,J)-X(i-max) )

    Dimana :

    X(I,J) = Indikator ke-I dari daerah J

    X(i-min) = Nilai minimum dari Xi

    X(i-max) = Nilai maksimal dari Xi

    Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

    Universitas Sumatera Utara

  • Sumber : Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia, Menko Kesra dan TKPK, 2006

    2.1.3.2 Komponen-komponen IPM

    1) Lamanya Hidup (Longevity)

    Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur

    dengan indikator harapan hidup pada saat lahir ( life expectancy at birth ) (e0),

    angka e0 yang disajikan pada laporan ini merupakan ekstrapolasi dari angka e0

    pada akhir tahun 1996 dan akhir tahun 1999 yang merupakan penyesuaian dari

    angka kematian bayi ( infant mortality rate ) dalam periode yang sama. Dalam

    publikasi ini, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang

    diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990 serta data gabungan

    dari SUPAS 1995 dan SUSENAS 1996.

    Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar

    yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita

    yang pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan

    menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya,

    seperti yang tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.1

    Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

    Indikator Komponen IPM Nilai

    Minimum

    Nilai

    Maksimum

    Keterangan

    Angka Harapan Hidup (e0) 25 85 Standar

    UNDP

    Angka Melek Huruf (Lit) 0 100 Standar

    UNDP

    Rata-rata lama Sekolah (MYS) 0 15 Standar

    UNDP

    Kemampuan Daya Beli (PPP) 300.000

    (1996)

    360.000

    (1999)b

    737.720a UNDP

    menggunakan

    PDB Riil Per

    Kapita

    Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

    Catatan :

    a. Proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai di Jakarta pada tahun

    2018 (akhir dari Pembangunan Jangka Panjang II) setelah

    disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi ini berdasarkan

    pada asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% pertahun

    selama periode 1993-2018.

    b. Sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang dimiliki

    tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990, nilai

    minimum disesuaikan menjadi Rp 360.000. penyesuaian ini

    Universitas Sumatera Utara

  • dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan

    daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari

    peningkatan angka kemiskinan dan penurunan riil. Penambahan

    sebesar Rp 60.000 didasarkan pada perbedaan antara garis

    kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp

    5.000 per bulan (Rp 60.000 per tahun).

    2) Tingkat Pendidikan

    Dalam perhitungan IPM , komponen tingkat pendidikan diukur dari dua

    indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS).

    Angka melek huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang

    bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama

    sekolah, yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15

    tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau

    sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi

    yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat

    pendidikan yang sedang diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap

    jenjang pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula

    sebagai berikut :

    MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki 1

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.2

    Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

    No Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun Konversi

    1 Tidak Pernah Sekolah 0

    2 SD 6

    3 SMP 9

    4 SMA 12

    5 D 1 13

    6 D 2 14

    7 D 3 15

    8 S 1/D 4 16

    9 S 2 18

    10 S 3 21

    Sumber : BPS Sumatera Utara

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Standar Hidup

    Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per

    kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antardaerah dan

    antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :

    1. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)

    2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y), karena berbagai studi

    diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah

    dari 20%

    3. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

    untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang,

    relative terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang

    ditetapkan sebagai standar

    4. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks

    harga konsumen (CPI) (=Y2)

    5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah

    disetarakan antar daerah (=Y3)

    6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk

    mendapatkan estimasi daya beli (=Y4). Langkah ini ditempuh

    berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2 Jumlah Penduduk Miskin

    2.2.1 Pengertian Kemiskinan

    Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk

    memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara

    (1986) mengukur dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

    sesuai dengan standar yang berlaku, maka kemiskinan dapat dibagi tiga:

    1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah

    garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

    minimum; pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

    2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis

    kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat

    sekitarnya.

    3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau

    sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki

    tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang

    membantu.

    Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan

    kemiskinan dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan

    komunitas. Karena permasalahn kemiskinan komunitas bukan hanya masalah

    ekonomi namun meliputui berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai

    bidang ini disebut dengan kemiskinan plural. Delina Hutabarat (1994),

    menyebutkan sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang ditanggung

    komunitas yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja

    panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.

    2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana

    pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada

    jaminan atas hak pemilikan tanah.

    3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk,

    terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya

    kesadaran atas hak, kemampuan, dan potensi untuk mengupayakan

    perubahan.

    4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas

    proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan

    komunitas.

    5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok

    sosial, terfragmentasi.

    6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman

    baik ditingkat pribadi maupun komunitas.

    Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, secara harfiah kata miskin

    diberi arti tidak berharta benda. Sayogyanya membedakan tiga tipe orang miskin,

    yakni miskin (poor), sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest).

    Penggolongan ini berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap tahun. Orang

    miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras

    yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut dianggap cukup memenuhi kebutuhan

    makan minimum (1,900 kalori/orang/hari dan 40 gr protein/orang/hari). Orang

    yang sangat miskin berpenghasilan antara 2240 kg, 320 kg beras/orang/tahun, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • orang yang digolongkan sebagai termiskin berpenghasilan berkisar antara 180 kg,

    240 kg beras/orang/tahun.

    Menurut BPS, penduduk miskin adalah mereka yang asupan kalorinya di

    bawah 2,100 kalori berdasarkan kategori food dan nonfood diukur menurut

    infrastruktur antara lain jalan raya, rumah, serta ukuran sosial berupa kesehatan

    dan pendidikan.

    2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan

    Membaiknya indikator-indikator makro ekonomi diharapkan dapat

    memberikan dampak postif terhadap masalah pengangguran, kualitas hidup, dan

    terutama kemiskinan yang menjadi issue penting, dan terus mendapat perhatian

    serius dari setiap penyelenggaraan pemerintah. Pembangunan ekonomi

    berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Sebab tujuan utama dari

    pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat atau pemerataan

    kesejahteraan. Dengan kata lain, pembangunan bertujan untuk mengentaskan

    kemiskinan.

    Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah

    kemiskinan dan keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh :

    1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan.

    2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam

    usaha-usaha pembangunan sehingga disinyalir kondisi-kondisi

    tersebut kurang menguntungkan dalam mempercepat laju

    pertumbuhan.

    Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk

    yang tinggal di pedesaan. Salah satu golongan miskin di pedesaan adalah mereka

    Universitas Sumatera Utara

  • yang termasuk kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah yang

    terisolir dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang

    menguntungkan. Petani kecil yan ghidup dalam kemiskinan tersebut umumnya

    memiliki lahan pertanian yang sempit. Kecilnya luas lahan yang dimiliki

    mengakibatkan mereka sangat sulit meningkatkan taraf hidupnya.

    Dari waktu ke waktu jumlah penduduk miskin ini semakin berkurang di

    daerah pedesaan sementara jumlah penduduk miskin dikota semakin banyak. Hal

    ini disebabkan banyak penduduk miskin dari desa yang pergi ke kota untuk

    mencari pekerjaan yan glebih baik. Akibatnya mereka bekerja di sektor informal

    perkotaan seperti pedangang kako lima, pedangan asongan, pemulung,

    gelandangan, dan sebagainya. Sebagian dari profesi ini membuat mereka tetap

    tergolong miskin.

    2.2.3 Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia

    Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase

    penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara

    lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan

    ekonomi (konsumsi/kapita). Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai

    kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu

    memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan

    yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya

    kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,

    pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan

    atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan

    sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak

    Universitas Sumatera Utara

  • dasar masyarakat miskin, Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama,

    antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendikatan pendapatan, pendekatan

    kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.

    Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu

    ketidakmampuan seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi

    kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,

    pendidikan,penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan,

    kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset dan alat produktif

    seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung

    memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini,

    menentukan secara kaku standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk

    membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan membaca dan menulis

    untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan

    ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam

    pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai

    pendekatan kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang

    harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai

    kemiskinan berdasarkan pendapt atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek,

    1985).

    Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang

    di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

    1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,

    pangan dan papan).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya

    (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

    3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

    pendidikan dan keluarga).

    4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun

    massa.

    5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber

    daya alam.

    6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

    7. Tidak adanya akses dalam lapanga kerja dan mata pencaharian

    yang berkesinambungan.

    8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacar fisik maupun

    mental.

    9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak

    terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin,

    kelompok marginal dan terpencil).

    Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya

    kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan

    kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya

    akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah,

    memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, lemahnya

    jaminan rasa aman, lemahnya pertisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang

    disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang

    mendorong terjadinya migrasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.4 Penyebab Kemiskinan

    Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya

    kemiskinan, yaitu :

    1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang

    dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan

    (induced of policy) diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,

    tetapi realitanya justru melestarikan.

    2. Socio-economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami

    kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi

    marginal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala

    besar dan berorientasi ekspor.

    3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori

    Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur

    sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

    4. Resources management and The Environment, yaitu adanya unsur

    misalnya manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti

    manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan

    produktivitas.

    5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi

    karena siklus alam. Misalnya tinggal di lahan kritis =, dimana lahan

    ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau

    akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas

    yang maksimal terus-menerus.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum

    perempuan karena perempuan masih dianggap sebagai golongan

    kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang

    diberikan lebih rendah dari laki-laki.

    7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan

    etnik yang memlihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif

    pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang

    konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.

    8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang

    menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat).

    9. Internal Political Fragmentation and Civil stratfe, yaitu suatu

    kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi

    politiknya yang kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

    10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem

    internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak

    negara menjadi semakin miskin.

    Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat

    khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki, yaitu :

    1. Natural Assets; seperti tanah dan air, karena sebagian besar

    masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai

    untk mata pencahariannya.

    2. Human Assets; menyangkut kualits sumber daya manusia yang

    relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat

    Universitas Sumatera Utara

  • pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan

    dan penguasaan teknologi).

    3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas

    umum seperti jaringan jalan, listrik dan komunikasi.

    4. Financial Assets; berupa tabungan (saving), serta akses untuk

    memperoleh modal usaha.

    5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam

    hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan

    keputusan-keputusan politik.

    2.2.5 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin

    Emil Salim (1976) mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima

    karakteristik kemiskinan tersebut adalah :

    1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi

    sendiri.

    2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi

    dengan kekuatan sendiri.

    3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.

    4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.

    5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai

    keterampilan atau pendidikan yang memadai.

    Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin, yaitu :

    1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah,

    modal, peralatan kerja dan keterampilan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.

    3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil

    (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak

    bekerja).

    4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan

    (slum area).

    5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang

    cukup), bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas

    kesehatan sosial lainnya.

    Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan

    perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, petani gurem,

    pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pedagang

    asongan, pemulung, gelandangan, pengemis, dan pengagguran.

    2.2.6 Mengukur Kemiskinan

    Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan

    pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat diukur dengan angka atau

    hitungan Indeks Perkepala (Head Count Index), yakni jumlah dan persentase

    penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan

    ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehinga kita dapat

    mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh

    dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu. Salah satu cara mengukur

    kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yakni mengukur derajat ketimpangan

    pendapatan diantara masyarakat miskin, seperti koefisien Gini antar masyarakat

    miskin (GP) atau koefisien variasi pendapatan (CV) antar masyarakat miskin

    Universitas Sumatera Utara

  • (CVP). Koefisien gini atau CV antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui

    karena dampak guncangan perekonomian pada kemiskinan dapt sangat berbeda

    tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat miskin.

    Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan, yakni :

    1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak

    boleh tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara

    tersebut mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit.

    2. Monotenisitas, yakni bahwa jika kita memberi sejumlah uang

    kepada seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika

    diasumsikan semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan

    yang terjadi tidak mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya.

    3. Sensitivitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua

    hal lain konstan, jika mentransfer penapatan dari orang miskin ke

    orang kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih

    miskin.

    2.2.7 Efek Lingkaran Perangkap Kemiskinan Terhadap Pembangunan

    Ekonomi

    Yang dimaksudkan dengan lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious

    circle of poverty), atau dengan singkat perangkap kemiskinan, adalah serangkaian

    kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga

    menimbulkan keadaan di mana sesuatu negara akan tetap miskin dan akan tetap

    mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih

    tinggi. Teori ini terutama dikaitkan kepada nama Nurkse, seorang ahli ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • yang merintis penelaahan mengenai masalah pembentukan modal di negara

    berkembang.

    Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran perangkap kemiskinan

    pada hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan

    oleh ketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga menghadirkan hambatan

    kepada pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini

    Nurkse mengatakan : Suatu negara jadi miskin karena ia merupakan negara

    miskin (A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya lingkaran

    perangkap kemiskinan yang terpenting adalah keadaan-keadaan yang

    menyebabkan timbulnya hambatanterhadap terciptanya tingkat pembentukan

    modal yang tinggi. Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat

    tabungan, dan di lain pihak oleh perangsang untuk menanam modal. Di negara

    berkembang kedua faktor itu tidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat

    pembentukan modal yang tinggi. Jadi menurut pandangan Nurkse, terdapat dua

    jenis lingkaran perangkap kemiskinan yang menghalangi negara berkembang

    mencapai tingkat pembangunan yang pesat : dari segi penawaran modal dan dari

    segi permintaan modal.

    Tiga Bentuk Perangkap Kemiskinan

    Dari segi penawaran modal lingkaran perangkap kemiskinan dapat

    dinyatakan secara berikut. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang

    diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan

    masyarakat untuk menabung juga rendah. Ini akan menyebabkan tingkat

    pembentukan modal yang rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan

    Universitas Sumatera Utara

  • dapat menyebabkan suatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan

    degan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dari segi permintaan

    modal, corak lingkaran perangkap kemiskinan mempunyai bentuk yang berbeda.

    Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal

    rendah karena luas pasar untuk berbagi jenis barang terbatas, dan hal yang

    belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah.

    Sedangkan pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah

    yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu.

    Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang

    untuk menanam modal.

    Dalam bagian lain dari analisis Nurkse, ia menyatakan bahwa peningkatan

    pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh lingkaran perangakap kemiskinan

    seperti yang dijelaskan di atas, tetapi juga oleh adanya international

    demonstration effect. Yang dimaksudkan dengan ini adalah kecendrungan untuk

    mencontoh corak konsumsi di kalangan masyarakat yang lebih maju.

    Di samping kedua lingkaran perangkap kemisikinan ini, Meier dan

    Baldwin mengemukakan satu lingkaran perangkap kemiskinan lain. Lingkaran

    kemiskinan ini timbul dari hubungan saling mempengaruhi antara keadaan

    masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang

    belum dikembangkan. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki,

    harus ada tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan

    melaksanakan berbagai macam kegiatan ekonomi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan

    Kekayaan alam kurang dikembangkan

    (3)

    Masyarakat masih terbelakang

    Kekurangan modal (1)

    Pembentukan modal yang rendah Produktivitas

    rendah

    Tabungan rendah

    Pembentukan (2) Pendapatan

    modal rendah riil rendah

    Gambar 2.1. Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan

    Pada gambar di atas teori lingkaran perangkap kemiskinan menjelaskan

    bahwa:

    1. Adanya ketidakmapuan mengerahkan tabungan yang cukup.

    2. Kurangnya rangsangan melakukan penanaman modal.

    3. Rendahnya taraf pendidikan, pengetahuan, dan kemahiran

    masyarakat, merupakan tiga faktor utama yang menghambat

    terciptanya pembentukan modal dan perkembangan ekonomi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Pertumbuhan Ekonomi

    2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk

    nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan

    tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

    Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan

    ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi

    menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

    Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output

    masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi

    yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan

    teknologi dalam produksi itu sendiri.

    Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara

    sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang

    terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini

    berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian

    ideologi yang dibutuhkannya.

    2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

    Salah satu kegunaan penting dari data-data pendapatan nasional adalah

    untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari

    tahun ke tahun. Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-

    harga yang berlaku pada tahun tersebut. Apabila menggunakan harga berlaku,

    maka nilai pendapatan nasional menunjukkan kecenderungan yang semakin

    meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan tersebut dikarenakan oleh pertambahan

    Universitas Sumatera Utara

  • barang dan jasa dalam perekonomian serta adanya kenaikan-kenaikan harga

    berlaku dari waktu ke waktu.

    Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan

    pendapatan nesional dengan menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu

    (tahun dasar) yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang

    dihasilkan pada tahun-tahun berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh

    secara harga tetap ini dinamakan pendapatan nasional riil.

    Perhitungan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan dan

    tahunan. Adapun konsep perhitungan petumbuhan ekonomi dalam satu periode

    (Rahardja. 2000), yaitu :

    Gt = x 100%

    Dimana :

    Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)

    PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga

    konstan)

    PDBRt-1= PDBR satu periode sebelumnya

    Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan

    ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :

    PDBRt = PDBR0 (1+r)2

    Dimana :

    PDBRt = PDBR periode t

    PDBR0 = PDBR periode t

    r = tingkat pertumbuhan

    Universitas Sumatera Utara

  • t = jarak periode

    Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

    1. PDB menurut harga berlaku

    Dimana PDB dengan faktor inflasi yang masih terkandung di

    dalamnya.

    2. PDB menurut harga konstan

    Dimana PDB meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh

    perubahan harga telah dihilangkan.

    Untuk menghitung besarnya pendaptan nasional atau regional, maka ada

    tiga metode pendekatan yang dipakai :

    1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

    Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan

    sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis :

    NI = P1Q1 + P2Q2 + + PnQn

    Dimana :

    NI = PDB (Produk Domestik Bruto).

    P1, P2,, Pn = Harga satuan produk pada satuan Masing-masing sektor

    ekonomi.

    Q1, Q2,, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor

    ekonomi yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar

    dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

    Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari

    adanya perhitungan ganda.

    2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

    Universitas Sumatera Utara

  • Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnya total pendapatan atau

    balas jasa setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis :

    Y = Yw + Yr + Yi + Yp

    Dimana :

    Y = Pendapatan Nasional atau PDB

    Yw = Pendapatan Upah/ gaji

    Yr = Pendapatan Sewa

    Yi = Pendapatan Bunga

    Yp = Pendapatan Laba atau profit

    3. Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)

    Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang

    dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis :

    Y = C + I + G + (X-M)

    Dimana :

    Y = PDB (Produk Domestik Bruto)

    C = Pengeluaran Rumah Tangga Konsumen Untuk Konsumsi

    I = Pengeluaran Rumah Tangga Perusahaan Untuk Investasi

    G = Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah

    (X-M) = Ekspor Netto atau Perusahaan Rumah Luar Negeri

    Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk

    menghindari adanya perhitungan ganda.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi

    Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari

    setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :

    1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi

    baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modul atau

    sumber daya manusia. Akumulasi modal terjdi apabila sebagian

    dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan

    tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.

    2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak

    jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

    angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun setelah pertumbuhan

    penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor

    yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang

    lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,

    sedangkan pertumnuhan penduduk yang lebih besar berarti

    meningkatkan ukuran pasar domestik.

    3. Kemajuan teknologi yang terjadi karena ditemukannya cara baru

    atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-

    pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal ada tiga klasifikasi

    kemajuan teknologi, yaitu :

    Kemajuan teknologi yang bersifat netral.

    Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.

    Kemajuan teknologi yang hemat modal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.4 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

    a. Teori Ekonomi Klasik

    Dalam teori pertumbuhan klasik terdapat kekurangan penduduk, produksi

    merjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Maka pertambahan

    penduduk akan menaikkan pendaptan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk

    sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan

    mempengaruhi fungsi produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh

    karenanya pendapatan nasional dan pendaptan per kapita menjadi semakin lambat

    pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu

    jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan

    per kapita.

    Pendapatan per kapita

    Y1

    M Y*PK

    Y0 YPK

    N0 N1 Jumlah Penduduk

    Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Optimal

    Pada gambar di atas kurva YPK menunjukkan tingkat pendapatan per kapita

    pada berbagai jumlah penduduk penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut.

    Maka penduduk optimal adalah jumlah penduduk sebanyak N0, dan pendapatan

    per kapita yang paling maksimum adalah Y0. Kurva YPK akan terus-menerus

    bergerak ke atas (misalnya menjadi Y*PK). Perubahan seperti ini menyebabkan

    Universitas Sumatera Utara

  • dua hal berikut : 1. Penduduk optimum akan bergeser dari N0 ke kanan (misalnya

    menjadi N1) dan 2. Pada penduduk optimum N1 pendapatan per kapita lebih tinggi

    dari Y0 (yaitu menjadi Y1).

    b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

    Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan berdasarkan teori-teori

    klasik sebelumnya yang telah disempurnakannya. Adapun beberapa asumsi

    penting dalam memahami model Solow (Rahardja. 2001) :

    1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan

    teknologi).

    2. Tingkat depresiasi dianggap konstan.

    3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang

    modal.

    4. Tidak ada sektor pemerintah.

    5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) dianggap konstan.

    6. Dalam mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa

    seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan

    jumlah tenaga kerja.

    c. Teori Pertumbuhan Endogenus (Endogenous Growth Theory)

    Teori yang dikembakna oleh Roemr (1986) ini merupakan perkembangan

    mutakhir teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik (Rahardja. 2001). Dalam teori ini

    disebut bahwa teknologi bersifat endogenus. Hal ini karena teknologi dianggap

    sebagai faktor produksi tetap (fixed input) sehingga mengakibatkan terjadinya The

    Law of Diminishing Return. Dalam jangka panjang yang lebih serius dari

    memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • perekonomian yang lebih dulu maju akan terkejar oleh perekonomian yang lebih

    terbelakang dengan asumsi bahwa tingkat pertambahan penduduk, tingkat

    tabungan dan akses terhadap teknologi adalah sama.

    Teknologi merupakan barang publik. Artinya teknologi dapat dimiliki dan

    dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat walaupun bukan si penemu teknologi

    tersebut dan tanpa mengeluarkan biaya riset atau penelitian. Sehingga dalam hal

    ini teknologi disebut sebagai faktor endogen.

    d. Teori Schumpeter

    Menurut Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh

    kemampuan entrepreneurship. Schumpeter berpendapat bahwa kalangan

    pengusaha yang memiliki kemampuan dan keberanian dalam menciptakan dan

    mengaplikasikan inovasi-inovasi baru baik dalam masalah produksi, penyusunan

    teknik tahap produksi maupun sistem manajemennya.

    Schumpeter berpandangan kemajuan perekonomian disebabkan

    diberkannya kebebasan untuk para entrepreneur (Rahardja. 2001). Namun,

    kebebasan ini dapat menimbulkan monopoli pasar yang nantinya akan

    memunculkan masalah non ekonomi sehingga akan dapat menghancurkan sisstem

    kapitalis tersebut.

    e. Teori Harrod-Domar

    Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural. Selain

    kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi

    karena pendidikan dan latihan. Model ini dapat menentukan berapa besarnya

    tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju

    Universitas Sumatera Utara

  • pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural

    dikalikan dengan nisbah kapital-output.

    f. Teori Pertumbuhan Rostow

    Menurut W.W Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu

    masyarakat tradisional menjadi modern merupakan proses yang berdimensi

    banyak. Analisis Rostow ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan

    ekonomi akan tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental

    bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga dalam kehidupan politik dan

    hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Dalam bukunya The Stage

    of Economic (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses

    pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam

    lima tahap, yaitu :

    1. Tahap masyarakat tradisional (The traditional Society),

    2. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (The Precenditional

    Society),

    3. Tahap tinggal landas (The take Off),

    4. Tahap gerak menuju kematangan (The Drive to Martirity),

    5. Tahap era konsumsi tinggi massa (The Age of High Mass

    consumption).

    g. Teori Pertumbuhan Kuznet

    Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka

    panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat

    kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi,

    institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam analisisnya, Kuznet

    Universitas Sumatera Utara

  • mengemukakan enam ciri petumbuhan ekonomi modern yang di manifestasikan

    dalam proses pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju (suryana, 2000),

    yaitu :

    a. Dua variabel ekonomi agregatif

    1. Tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan

    penduduk

    2. Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi

    secara keseluruhan, terutama produktivitas tenaga kerja.

    b. Dua variabel transformasi struktural

    3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.

    4. Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.

    c. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi

    internasional

    5. Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk

    menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan

    bahan baku.

    6. Pertumbuhan ekonomi ini hanya sebatas pada sepertiga

    populasi dunia.

    h. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

    Dalam literatur-literatur konvensional, demokrasi dianggap sebagai barang

    mewah. Tuntutan akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan per

    kapita. Hipotesis yang berkaitan dengan ini adalah hipotesis pilihan yang tidak

    menyenangkan (cruel choice) antara dua demokrasi dan disiplin. Karena

    Universitas Sumatera Utara

  • demokrasi pada tahap awal pembangunan tidak terlalu bersahabat dengan

    pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka yang dibutuhkan oleh suatu negara

    adalah disiplin. Teori Konvensional yang lain adalah hipotesis tetesan ke bawah

    (trickle down) yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan

    member sumbangan pada pembangunan manusia. Jika pembangunan meningkat,

    maka masyarakat dapat membelanjakan lebih banyak untuk pembangunan

    manusia. Berdasarkan kedua hipotesa tersebut, hubungan antara pembangunan

    manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan satu garis linear satu

    arah, dimana pertumbuhan ekonomi menjadi penggeraknya. Namun bukti-bukti

    mengenai kebenaran hipotesa cruel choice dan trickle down tidak terlalu

    meyakinkan. Jika digambar kedalam suatu diagram, bentuk hubungan ini seperti

    pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3. Hubungan antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan Pertumbuhan Ekonomi

    Model pertumbuhan endogenus (dari dalam) memberikan suatu kerangka

    alternative untuk mempelajari hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi

    dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa perbaikan dalam tingkat

    Pertumbuhan Ekonomi

    Demokrasi Pembagunan Manusia

    Universitas Sumatera Utara

  • kematian bayi, dan pencapaian pendidikan dasar akan berpengaruh positif

    terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan

    secara substansial meningkatkan peluang bahwa dari waktu ke waktu lembaga-

    lembaga politik akan menjadi lebih demokratis. Studi lintas negara yang

    dilakukan oleh Barro menemukan adanya hubungan kausal antara kematian bayi

    dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengikuti teori moal

    manusia atau human capital theory. Dengan membangun hubungan tersebut,

    Barro secara efektif menolak hipotesa trickle down yang menyatakan bahwa

    pembangunan manusia yang tinggi hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan

    ekonomi. Walaupun demikian, dalam kerangka ini, demokrasi masih dianggap

    sebagai barang mewah, dengan implikasi bahwa negara-negara miskin tinggi dapt

    (atau mungkin seharusnya tidak) berdemokrasi. Kerangka Barro digambarkan

    dalam gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Kerangka Barro Bhalla memperkenalkan perspektif lain dalam perdebatan ini. Ia

    menemukan adanya pengaruh positif dari demokrasi cendrung untuk melindungi

    hak milik dan kontrak yang penting artinya bagi berfungsinya ekonomi pasar

    Pembangunan Manusia

    Demokrasi Pertumbuhan Ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan baik, yang memerlukan dukungan dari sektor swasta. Walaupun Bhalla

    tidak secara langsung meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

    pembangunan manusia, dengan membalik hubungan kausalitasnya, temuannya

    secara tidak langsung membawa pada pendekatan trickle down terhadap

    pembangunan.

    Gambar 2.5. Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan

    Laporan pembangunan manusia untuk Indonesia ini menunjukan argument

    bahwa pembangunan manusia merupakan unsur terpenting bagi konolidasi

    demokrasi. Fakta-fakta dan argument-argument yang dijabarkan dalam tinjauan

    teoritis ini memungkinkan kita untuk melengkapi hubungan antara pembangunan

    manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, dimana ketiga variabel

    berinteraksi satu sama lainnya untuk menghasilkan segitiga kebaikan (virtous

    triangle).

    Demokrasi

    Pembangunan Manusia Pertumbuhan Ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.6. Virtous Triangle Dalam segitiga kebaikan ini, pembangunan manusia secara positif

    mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak

    langsung melalui demokrasi. Efek langsung dari pembangunan manusia terhadap

    pembangunan mengikuti teori modal manusia dan model pertumbuhan

    endogenous yang banyak ditemukan dalam berbagai literatur empiris. Penelitian

    Bank Dunia dan Bank Pembagunan Asia menemukan bahwa melek huruf yang

    tinggi, angka kematian bayi yang rendah, ketidakmerataan dan kemiskinan yang

    rendah memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang cepat di

    Asia Timur dan Tenggara.

    2.4 Pengeluaran Pemerintah

    Dalam kebijakan fiscal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu

    anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian

    umum, anggaran brimbang adalah suaatu kondisi dimana penerimaan sama

    dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

    Pembagunan Manusia

    Demokrasi Pertumbuhan Ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana

    komposisi pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan (G > T).

    Anggaran surplus digunkan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

    inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi

    masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk

    mengurangangi angka pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan

    pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai dengan tahun 2004,

    rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari : 1. Pengeluaran rutin dan 2.

    Pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan

    anggaran (unified budgeti) antara pengeluaran rutin dan pengeluaran

    pembangunan.

    2.4.1 Pengeluaran Rutin

    Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan

    dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,

    pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui

    pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga

    kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan

    asset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga,

    perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga

    stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat,1989).

    Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan

    yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan

    stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,

    penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat

    Universitas Sumatera Utara

  • sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai

    yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu,

    lonjokan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang

    luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara

    pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian.

    2.4.2 Pengeluaran Pembagunan

    Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat modal

    masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik. Dibedakan atas

    pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk

    membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu

    disesuaikan dengan dana yang berhasil imobilisasi. Dana ini kemudian

    dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah

    direncanakan.

    Dalam teori ekonomi makro, ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran,

    yaitu :

    1. Pegeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

    2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.

    3. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer (transfer

    payment).

    Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

    ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran

    pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mngurangi upaya

    menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan

    rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan penjaman

    Universitas Sumatera Utara

  • program. Pegelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan

    lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk Departemen

    Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana

    pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan yang

    dikelola daerah (Djamin, 1993).

    Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan

    dengan kemampuan dana dalam negeri, maka pembiayaan proyek masih tetap

    dibutuhkan. Pada tahun 1994-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang

    bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu,

    pembiayaan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi

    kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih optimal terutama

    bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan,

    efektif, dan efisien. Dengan demikian pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan

    bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas

    sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran.

    Perubahan dalam pengeluaran pemertintah dan pajak akan mempengaruhi

    tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal

    dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada

    dalam keadaan resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk

    menaikkan output. Jika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak

    seharusnya dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.

    Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat

    dibedakan menjadi (Suparmoko, 1996) :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Pengeluaran itu merupakan investasi untuk menambah kekuatan

    dan ketahanan ekonomi di masa-masa mendatang.

    2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan

    kegembiraan bagi masyarakat.

    3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

    4. Penyediaan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga

    beli yang lebih luas.

    Berdasarkan penilaian ini, pengeluaran negara dapat dibedakan atas :

    Pengeluaran yang self liquiditing sebagian dan seluruhnya, artinya

    pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari

    masyarakat yang menerima jasa atau barang-barang yang

    bersangkutan. Misalnya pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan

    negara, atau untuk proyek-proyek barang produktif ekspor.

    Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-

    keuntungan ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya

    tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya

    akan menaikkan penerimaan pemerintah. Misalnya pengeluaran

    untuk bidang pengairan, pertanian, pendidikan, kesehatan

    masyarakat (public health).

    Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak

    produktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah

    kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk

    bidang-bidang rekreasi, pendirian monument, objek-objek wisata

    Universitas Sumatera Utara

  • dan sebagainya. Dan hal ini dapat juga mengakibatkan naiknya

    penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.

    Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan

    pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan perang

    meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang

    menerimanya akan naik.

    Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa yang akan

    datang. Misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu, kalau hal ini

    tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi

    mereka dimasa mendatang pada usia yang lebih lanjut pasti akan

    lebih besar.

    2.4.3 Teori Pengeluaran Pemerintah

    Teori- teori pengeluaran pemerintah dibedakan atas dua yaitu : teori makro

    dan teori mikro ( Mangkusubroto, 2001).

    1) Teori Makro

    Teori makro perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh

    para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan :

    a. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran

    pemerintah

    Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang

    menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap

    pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan

    tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi

    pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus

    Universitas Sumatera Utara

  • menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana

    transportasi,dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi,

    investasi pemrintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah

    semakin besar.

    Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan

    swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga

    menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa pubik dalam jumlah

    yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini

    perkembangan ekonomi memyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang

    semakin rumit (complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang disebabkan

    oleh perkembangan sektor industry menimbulkan semakin tingginya tingkat

    pencemaran udara dan air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan

    mengurangi akibat negative dari polusi terhadap masyarakat. Pemerintah juga

    harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat

    menigkatkan kesejahteraan mereka.

    Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi

    swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan investasi pemerintah

    dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang

    lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas

    pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk

    aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan

    kesehatan masyarakat dan sebagainya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oelh

    Musgrave dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan

    berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak

    didasarkan oleh suatu teori tertentu.

    b. Teori Wagner

    Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

    semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian

    apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relative pengeluaran pemerintah

    pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur

    hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi,

    kebudayaan dan sebagainya (mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat

    diformulasikan sebagai berikut :

    > > > >

    Keteragan :

    PkPP = Pengeluaran Pemerintah Per Kapita

    PPk = Pendapatan Nasional Per Kapita

    1,2n = Indeks Waktu (tahun)

    Wagner mendasarkan pandangan nya pada suatu teori yang disebut

    organic theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu

    yang bebas bertindak, terlepas dari masyarakat lain. Menurut Wagner ada lima hal

    yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu : tuntutan

    peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan

    masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan

    Universitas Sumatera Utara

  • demografi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan

    pemerintah (Dumairy, 1997).

    Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-

    industri dan hubungan industry dengan masyarakat akan rumit dan kompleks

    sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negative menjadi semakin

    besar. Namun hukum wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasarkan pada

    suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukan dalam

    gambar 2.3 dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk

    eksponensial yang ditujukan oleh kurva 1 dibawah ini :

    Pengeluaran Pemerintah/GDP

    Kurva 1

    Kurva 2

    Waktu

    Gambar 2.7. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut

    Wagner

    c. Teori Peacock dan Wiseman

    Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu

    berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari

    pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar.

    Peacock dan Wiseman menyatakan sebagai berikut : masyarakat mempunyai

    Universitas Sumatera Utara

  • suatu tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat

    memahami besarnnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk

    membiayai pengeluaran pemerintah.

    Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin

    meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan

    pajak yang menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Jadi

    dalam keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan

    dan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya

    disebabkan oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus

    memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi masalah itu. Karena itu

    penerimaan pemerintah dari pajak juga mengalami peningkatan, dan pemerintah

    meningkatkan penerimaanya dengan cara menaikkan tariff pajak sehingga dana

    swasta untuk ivestasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek

    penglihatan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial yang

    menyebabkan aktivitas swasta dialaihkan pada aktivitas pemerintah. Selain tiu,

    banyak aktivitas pemerintah yang beru kelihatan setelah terjadinya perang yang

    disebut dengan efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga

    akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ketangan pemerintah sebgaian

    kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh swasta. Ini dinamakan efek konsentrasi

    (consentrastion effect).

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengeluaran pemerintah/GDP Wagner,Solow Musgrave

    Peacock dan Wiseman

    Tahun

    Gambar 2.8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

    Satu hal dalamteori peacock dan wiseman adalah bahwa mereka

    mengemukakan bahwa adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan

    tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.

    2) Teori Mikro

    Tujuan dari ekonomi mikro mengenai perkembangan pengeluaran

    pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

    tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk

    barang public menentukan jumlah barang public yang akan disediakan tersebut

    selanjutnya kan menimbulkan permintaan akan barang lain. Sebagai contoh,

    misalnya pemerintah menetapkan akan membuat sebuah pelabuhan udara baru.

    Pelaksanaan pembuatan pelabuhan udara tersebut menimbulkan permintaan akan

    barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta, seperti semen, baja, alat-alat

    pengangkutan lain sebagainya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

    Penelitian yang dilakukan oleh Alex Febrianto M. (2009), dalam

    skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah

    Penduduk Miskin di Indonesia bahwa variabel yang terikat dalam penelitian ini

    adalah jumlah penduduk miskin sedangkan variabel bebasnya terdiri dari

    pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan inflasi.

    Hasil dari regresi yang ditunjukkan dalam penelitiannya menunjukkan

    hubungan dari variabel-variabel antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah

    penduduk miskin adalah negatif sedangkan pada sisi yang lain menunjukkan

    bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi dengan penduduk miskin adalah

    positif. Artinya untuk mengurangin jumlah penduduk miskin pemerintah harus

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pada sisi lain pengangguran dan inflasi

    harus dikurangi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Corel Asion (2009) dalam skripsinya yang

    berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing dan

    Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara bahwa variabel

    yang terikat dalam penelitian merupakan pertumbuhan ekonomi atau PDRB dan

    variabel bebasnya terdiri dari pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing

    dan tenaga kerja.

    Hasil dari regresi penelitiannya dengan menggunakan program eviews

    maka dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah penanaman modal asing

    tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi sumatera

    utara, sedangkan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

    ekonomi di provinsi Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penelitian yang dilakukan oleh M. Ilham Irawan (2009) dalam skripsinya

    yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan

    Manusia (IPM) di Indonesia bahwa variabel yang terikat dalam penelitian ini

    adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan variabel bebasnya terdiri dari

    pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB, anggaran pengeluaran pemerintah,

    penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri.

    Hasil dari penelitian ini adalah tiga dari empat variabel memberikan

    pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia, yaitu PDB,

    anggaran pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing, dan variabel lainnya

    yaitu penanaman modal dalam negeri tidak segnifikan tetapi memberikan

    pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian

    maka dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

    Jumlah Penduduk Miskin (X1)

    Pengeluaran Pemerintah (X3)

    Pertumbuhan Ekonomi (X2)

    Indeks Pembangunan Manusia (Y)

    Universitas Sumatera Utara