Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka dalam BAB II ini akan membahas tentang : Kajian Teoritis
yakni Implementasi, Pendidikan Karakter, Pengertian Pendidikan, Pengertian
Karakter, Langkah-Langkah Pendidikan Karakter, Grand Design Pendidikan
Karakter, Tujuan Pendidikan Karakter, Manfaat Pendidikan Karakter, Nilai-Niali
Pendidikan Karakter, Fungsi Pendidikan Karakter, Landasan Pendidikan Karaker,
Pengertian Keberhasilan, Keberhasilan Pendidikan Karakter, Pengertian Sikap
Jujur dan Demokratis, Pengertian Pengembangan, Pengertian Pembelajaran,
Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Paradigma Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Tujuan Pendidikan Pncasila dan
Kewarganegaraan dan Kajian Empiris.
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Implementasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Implementasi adalah
pelaksanaan atau penerapan,dimaknai sebagai sebuah terapan dari rencana yang
telah disusun sedemikian matang dan terperinci, dimana terapan atau pelaksanaan
harus utuh secara keselurahan. Menurut Nurdin (2005: 70) mengemukakan bahwa
kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
11
mencapai tujuan kegiatan. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
baik oleh individu-individu / pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerinah
atau swasta yang diarahkan peda tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijakan.
Pendapat saya mengenai pengertian Implementasi merupakan sebuah
proses mengevaluasi suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguji data, bertujuan
untuk penyempurnaan yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan
perkembangannya.
2.2 Pendidikan Karakter
Menurut Zuchdi (2011) model pendidikan karakter yang dicanangkan oleh
Kemendiknas justru berkiblat pada Thomas Lickona, dengan alasan bahwa
Lickona merupakan tokoh pertama yang mengenalkan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter di Indonesia mengusung semangat baru dengan optimisme
yang penuh untuk membangun karakter bangsa yang bermartabat. Konsep
pendidikan karakter harus mengambil posisi yang jelas, bahwa karakteristik
seseorang dapat dibentuk melalui pendidikan.
Menurut Muslich (2010: 1) pendidikan karakter merupakan suatu pondasi
bangsa yang snagat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktinnya dalam kehidupan sehari
sehinnga meraka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada
lingkungannya (2012: 16)
12
Pendidikan karakter diambil dari dua suku kata yaitu pendidikan dan
karakter. Kedua kata memiliki makna yang berbeda. Kata pendidikan lebih
merujuk pada kata kerja sedangkan kata karakter merujuk pada kata sifat.
2.2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan itu sendiri merupakan terjemahan dari education yang kata
dasarnya educate atau dalam bahasa Latinya educo.Educo berarti mengembang
dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan. Menurut konsep diatas
pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengembangkang, merubah yang
tidak baik menjadai baik, dan menciptakan kultur dan teraturnya baik pada
kehidupan diri sendiri maupun kehidupan orang lain.
Menurut Rajasa (dalam Masnur 2010) Pendidikan sebagai arena untuk
reaktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa indonesia
adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik,
semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan.
Berdasarkan UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah upaya sadar dan
terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar
tumbuh kembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,
berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
13
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” UU No.20
tahun 2003 pasal 3).
Menurut pendapat saya pendidikan adalah suatu proses kegiatan belajar
mengajar, yang dimana intraksi antar peserta didik dengan pendidik yang sangat
diperlukan. Pendidikan membuat manusia menjadi pintar, berwawasan luas dan
berkualitas. Pendidikan tidak hanya sebagai mentransfer ilmu pengtahuan akan
tetapi merupakan sebuah proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada
pada diri manusia yakni kemampuan fisik, relasional, bakat-bakat, daya seni dan
kemampuan akademis, dalam mengatasi masa depan hingga generasi penerus
mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan untu menhadapi tantangan masa kini
dan akan datang.
2.2.2 Pengertian Karakter
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berati to
engrave, (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat
batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian
diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu
pandangan bahwa karakter adalah “pola prilaku yang bersifat individual, keadaan
moral seseorang”. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki
karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan
prilaku yang ada disekitar dirinya (Kevin, 1999: 5).
Menurut Zuhriah (2007: 19) seseorang dapat dikatakan memiliki karakter
pada dirinya apabila sudah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
14
Menurut Saleh ( 2011: 1) Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa,
sebagai penada, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lain.
Karakter memberikan arahan tentang bagaimana manusiaitu menapaki dan melati
suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu.
Secara terminology (istilah), karakter dapat di artikan sebagai sifat
manusia pada umumnya yang bergantung pada factor kehidupannya sendiri.
karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi cirri khas
seseorang atau sekelompok orang. karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia,lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujut dalam pikiran sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
karma, budaya dan adat istiadat.
2.2.3 Langkah-Langkah Pendidikan Karakter
1). Pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
2). Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini di selenggarakan merupakan
salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu
akademik peserta didik. kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan
diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan khusus di
15
selenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
kewenangan disekolah.
3). Pendidikan karakter terkait dengan manajemen penyelenggara
pendidikan karakter. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan
karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan
pendidikan secara memadai.
4). Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan
nilai kognitif, penghayatan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara efektif,
dan akhirnya k pengamalan nilai secara nyata
(literaturecenter,http://luqlitcenter.blogspot.com/2012/06/implementasi-
pendidikan-karakter.html,diaksespada tanggal 20 April 2015).
2.2.4 Grand Design Pendidikan Karakter
Menurut Barnawi (2013: 48) karakter tidak terlepas dari bagaimana
pendidikan dan pola asuh orang tua dirumah. Karakter seseorang dibentuk dari
apa yang dipelajari di sekolah,keluarga, rumah dan masyarakat. Seseorang yang
berasal dari keluarga baik berpotensi rusak karakternya jika di lingkungan sekolah
kacau dan teman bergaulnya salah, begitu juga dengan kondisi yang lain yang
tidak saling bersinergi. Untuk itulah pembudayaan dan pemberdayaan menjadi hal
yang sangat penting untuk dilaksanakan secara bersama. Proses pembudayaan dan
pemberdayaan akan efektif jika dilakukan proses pembiasaan/habituasi.
Pembiasaan pada kebijakan yang diambil, hal itudisesuaikan dengan kondisi
lingkungan, dan tentu sumber daya.
16
Penanaman pendidikan karakter anak mengandung makna bahwa tidak
hanya anak yang dilibatkan, tetapi sekaligus para pendidik, kepala sekolah, dan
tenaga non kependidikan di sekolah serta orang tua harus terlibat. Hal itu penting
agar anak menemukan contoh yang kondusif dengan pendidikan karakter baik
yang sedang dibangun dalam kepribadiannya.
Adapun grand design pendidikan karakter digambarkan dalam bagan
dibawah ini. Strategi membangun karakter bangsa melalui pendidikan.
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
Gambar Grand Design
INTERVENSI
HABITUASI
Masy
araka
t
Keluar
ga
Satuan
Pendidikan
Agama, Pancasil,
UUD 1945, UU
No.20/2003 ttg
Sasdiknas
Nilai-nilai
Luhur
Teori
pendidikan,
psikologi,nil
ai,sosial,bud
aya
Pengalaman terbaik
(best practices)dan
praktik nyata
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan,Pedoman,Sumber
Daya,Lingkungan,Sarana,Prasarana,Kebersamaan,Kom
itmen pemangku,kepentingan
Prilak
u
berkar
akter
17
2.2.5 Tujuan Pendidikan Karakter
Berbicara mengenai pendidikan tidaklah lepas dari tujuan yang ingin
dicapai.
Menurut Zuchdi (dalam suyadi 2011 : vx ) gerakan nasional pendidikan
karakter diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa yang
terjadi selama ini. Pendidiak karakter bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.Pendidikan karakter mampu menjadi sarana untuk mengwujudkan cita-cita
bangsa Indonesia, mengwujudkan nilai – nilai luhur yang terkandung dalam
pancasila, baik dalam pola pikir, maupun pola prilaku dalam kehidupan sehari –
hari. Pendiidkan karakter juga sebagai landasan dalam mengwujudkan visi
pembangunan yaitu mengwujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila.
Menurut Wiyani (2012: 16) Pendidikan Karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakater anak didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang. Melalui pendidikan karakter ini sangat diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter
18
yang terwujud dalam prilaku sehari-hari. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan
dalam lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain:
1). Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik sebagai
manussia dan warg Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dankarakter
bangsa.
2). Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dengan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
3). Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4). Mengembangkan kemampun peserta didik untuk menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5). Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta dengan
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan(dignity).
2.2.6 Manfaat Pendidikan Karakter
Banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkan pendidikan karakter,
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional merekomendasikan agar
setiap lembaga pendidikan melaksanakan dan menyisipkan dalam setiap kegiatan
19
pembelajaran dengan pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter ini,
diharapkan dapat mengurangi beebagai persoalan negatif yang menimpa bangsa.
Manfaat pendidikan karakter diantaranya menjadikan manusia agar
kembali kefitrahnya, yaitu selalu menghiasi kehidupannya dengan nilai-nilai
kebijakan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan adanya pendidikan
karakter diharapkan mampu mengurangi degradasi moral yang dialami bangsa.
Tentu hal ini tidak mudah, membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua
pihak.
2.2.7 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai yang disusun kemendiknas melalui bada peelitian dan
pengembangan pusat kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional 2010).
1. Religius yakni kekuatan darn kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakanajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk
dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
(aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,
20
etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar
dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin yakni ebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja Keras yakni prilaku yang menunjukan upaya secara sungguh-
sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Mandiri yakni sikap dan prilaku yang tidak tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan, namun hal ini
bukan berarti tidak boleh kerjasama secara kalaboratif, melainkan tidak
boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan
dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu yakni cara berfikir, sikap, dan prilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala yang dilihat,
didengar, dan secara lebih mendalam.
10. Semangat Kebangsaan atau Nasionalisme yakni cara berfikir, sikap dan
prilaku yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi atau individu atau golongan.
21
11. Cinta Tanah Air yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa bangga,
setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima
tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai Prestasi yakni sikap terbuka menghargai prestasi orang lai dan
mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi
yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif yakni sikap dan tindakan
terbuka tterhadap orang lain melalui komunikasi yang satuan sehingga
tercipta kerja sama secara alaboratif dengan.
14. Cinta Damai yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan suasana damai,
aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyarakat tertentu.
15. Gemar Membaca yakni kebiasaan dengan tanda paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan
kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan sekitar.
17. Peduli Social yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
22
18. Tanggung Jawab yakni sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, social,
masyarakat, bangsa, Negara, maupun agama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan karakter
merupakan hasil pengembangan pendidikan karakter di Indonesia dan di anjurkan
untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari anak usia dini sampai
pada perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya ke depan generasi muda
mempunyai karakter-karakter positif, dan pada akhirnya akan membawa
kemajuan bangsa dan Negara Indonesia menuju bangsa dan Negara yang
bermartabat, makmur, dan sejahtera.
2.2.8 Fungsi Dilaksanakan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (dalam Fadillah & Khorida 2013: 27), ada beberapa
fungsi dilaksanakan pendidikan karakter.
1). Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Pada fungsi pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan
mengembangkan potensi peserta didik supaya berfikir baik, berhati baik,
dan berprilaku baik sesuai dengan falsafah Pancasila.
2). Fungsi perbaikan dan penguatan
Fungsi perbsaikan dan penguatan dimaksudkan bahwa pendidikan
karakter berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi
23
dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi warga negara dan
pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.
3). Fungsi penyaring
Fungsi yang terakhir pendidikan karakter ialah fungsi penyaring.
Maksudnya, pendidikan karakter tersebut dimaksud untuk menghargai
budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa orang lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Lebih lanjut, Zubaedi (2013:28), menjelaskan bahwa ketiga fungsi
tersebut dilakukan melalui (1) pengakuhan Pancasila sebagai falsafah dan
ideologi negara, (2) pengakuhan nilai dan norma konstitusi UDD 1945, (3)
pengutan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (4)
pengutan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhinneka
Tunggal Ika, (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk
keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia dalam konsep global.
2.2.9 Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia
Berikut ini merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan
mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.
1). Agama
Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya, pendidikan
karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama.
24
Pendidikan karakter tidak boleh bertentangan dengan agama. Landasan ini
sangat tepat bila diterapkan di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan
negara yang mayoritas masyarakatnya beragama, yang mana mereka
mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Dengan
demikian, agama merupakan landasan utama dalam mengembangkan
pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan
anak usia dini.
2). Pancasila
Menurut Zubaidi, Achmad dan Kaelan (2007: 9) Pancasila yang
terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem
merupakan suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu secara keseluruhan merupakan satu
kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memilki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian;
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
3. Saling berhubungan, saling ketergantuan;
4. Semuanya dimaksudkan untuk saling capai satu tujuan bersama (tujuan
sistem);
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (shore dan Voich, 1974:
22).
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegaskan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara
25
Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda
pemerintahan. Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, Pancasila
harus menjadi ruh setiap pelaksanaannya. Artinya, Pancasila yang
susunannya tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Oleh
karenanya, konteks pendidikan karakter yang digunakan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu
warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara.
3). Budaya
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
budaya. Di berbagai daerah dikota maupun diplosok negara indonesia ini,
pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Kebudayaan sangat
berpengaruhi terhadap tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Sedangkan melihat dari sisi
perwujudan budaya merupakan benda-benda yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri sebagai mahkluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola-pola prilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religius dan seni.
Maka dari itu pendidikan karakter harus berlandaskan pada
budaya. Dimana nilai budaya dijadikan sebagai dasar pemberian makna
26
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar-anggota
masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi
sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal yang dimaksudkan
supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa
Indonesia.
4). Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional secara keseluruan telah diatur
didalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan
tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang berdemokratis serta betanggung jawab.
2.3 Keberhasilan Pendidikan Karakter
2.3.1 Pengertian
Keberhasilan adalah akibat atau hasil spesifik, realisasi satu sasaran secara
progresif dan merupakan sebah cita-cita yang berharga. Keberhasilan merupaka
kesadaran yang meluas dan kebijaksanaan yang selalu bertumbuh.
27
2.3.2 Keberhasilan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mampu membentuk anak Indonesia yang berkualitas
yaitu anak yang tumbuh berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan optimal didalam memasuki pendidikan dan
mengarungi kehidupan di masa dewasa (Wiyani, 2012: 17).
Pendidikan karakter dapat mengatasi problematika yang terjadi di
indonesia terutama masalah pendidikan dan karakter bangsa indonesia yang masih
belum baik, pendidikan karakter berhasil menjadi satu solusi atas rapuhnya
karakter bangsa yang terjadi selama ini. Pendidiak karakter bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2.3.3 Sikap Jujur dan Demokratis
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010 (dalam Suyadi 2012)
sikap jujur merupakan sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang
benar dan melakukan yang benar, sehingga menjadikan orang yang bersangkutan
sebagai pribadi yang dapat dipercaya, sedangkan demokratis yakni sikap dan cara
berpikir yang mencerminkan persamaan dan kewajiban secara adil dan merata
antara dirinya dengan orang lain.
28
Sikap jujur merupan salah satu sifat manusi yang cukup sulit untuk
diterapkan. Sifat jujur yang benar-benar jujur biasanya hanya bisa diterapkan oleh
orang-orang yang sudah terlatih sejak kecil untuk menegakkan sifat jujur. Tanpa
kebiasaan jujur sejak kecil, sifat jujur tidak akan dapat ditegakkan dengan
sebenar-benarnya. Sifat jujur termasuk ke dalam salah satu sifat baik yang
dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki sifat jujur merupakan orang berbudi
mulia dan yang pasti merupakan orang beriman.
Dalam agama islam, jenis sifat jujur yang harus dimiliki oleh penganutnya,
yaitu:
1). Shidq Al- Qalbi yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada niat
seseorang manusia.
2). Shidq Al- Hadist yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada
perkataan yang diucapkan oleh manusia.
3). Shidq Al- Amal yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada
aktivitas dan perbuatan manusia.
4). Shidq Al- Wa’d yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada janji
yang diucapkan oleh manusia.
5). Shidq Al- Hall yakni sikap jujur yang penerapannya ada pada
kenyataan yang terjadi dalam hidup manusia.
29
Jujur adalah sifat penting bagi islam. Salah satu pilar Aqidah islam adalah
jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong, karena orang
bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam islam.
Demokratis adalah sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan
dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
2.3.4 Pengembangan
Pengembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan
dengan dengan kematangan seseorang individu yang ditinju dari perubahan yang
bersifat progresif serta sistematis didalam diri manusia, serta pengembangan
pendidikan karakter kearah yang lebih baik salah satunya Sikap Jujur dan
Demokratis yang sudah mulai diterapkan disekolahsaat ini di Indonesia.
2.3.5 Pembelajaran
Undang – Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20.
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
2.4 Pendidikan Kewarganegaraan
2.4.1 Pengertian
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Kewarganegaraan memilki paragdigma baru yaitu, pendidikan
kewarganegaraan berbasis pancasila atau berlandasan filsafat pancasila, serta
30
mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan makna pendidikan
pendahuluan bela negara.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan menteri
pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.4.2 Pancasila
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan dalam
melaksanakan setiap roda pemerintahan. Menurut Zubaidi, dan Kaelan (2007: 9)
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Sistem filsafat merupakan suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama.
Menurut Kirom (2011: 104) Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia, sekaligus prinsip-prinsip dasar negara. Pancasila sangat
berhubungan dengan nilai-nilai yang mendasari urusan kemasyarakatan. Pancasila
sebagai pandangan hidup, artinya Pancasila itu sendiri memiliki ilmu pengetahuan
yang sesungguhnya sangta bermanfaat bagi bangsa Indonesia sebagai petunjuk
(guidance) didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara filsafat, Pancasila
merupakan sistem nilai-nilai ideologis yang berderajat. Artinya di dalam pancasila
terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis
31
agar dapat menjadikan ideologi bangsa dan negara Indonesia lestari dan
berkembang.
Hubungan dengan pendidikan karakter, Pancasila harus menjadi ruh setiap
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Susunan Pancasila yang merupakan isi
dari pembukaan UUD 1945 dan Pancasila mengatur pula kehidupan politik,
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Oleh karenanya pendidikan
karakter menjadi awal untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki karakter
yang baik dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dala kehidupan sehari-hari.
2.4.3 Paradigma Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Paradigma Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan lebih mengarah
pada paradigma demokrasi, sekaligus untuk memperkecil kelemahan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Kelemahan yang dimaksud sebagaimana
dikemukaakn Winataputra (1999) bahwa materi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan menunjukan adanya kelemahan yang mendasar pada tingkatan
ISSN 0215 – 8250 paradigma, sehingga telah mengakibatkan ketidak jelasan, baik
dalam tatarankonseptual maupun tataran praksis. Kelemahan-kelemahan yaitu
kelemahan dalam konseptualisasi, penekanan yang sangat berlebihan pada proses
pendidikan moral, ketidak konsistenan penjabaran berbagai dimensi tujuan
pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum, dan keterisolasian proses
pembelajaran konteks disiplin keilmuan dan lingkungan sosial budaya.
Menurut Sanjaya (2006: 77-79) paradigma pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan terkait dengan 4 hal yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan
32
yaitu peserta didik, dosen, materi dan manejemen pendidikan. Dalam pelaksanaan
pendidikan, terdapat dua kutub paradigma pendidikan yang paradoksal, yaitu
paradigma feodalistik dan paradigma humanistik. Paradigma feodalistik
mempunyai asumsi bahwa lembaga pendidikan merupakan tempat melatih dan
mempersiapkan peserta didik untuk di masa datang, oleh karena itu peserta didik
dijadikan objek semata dalam pembelajaran, sedangkan guru sebagai satu-satunya
sumber ilmu kebenaran dan informasi, berperilaku otoriter dan birokrasi.
Sedangkan paradigma humanistik mendasar pada asumsi bahwa peserta didik
adalah manusia yang mempunyai potensi karakteristik yang berbeda-beda. Karena
itu, dalam pandangan ini peserta didik ditempatkan sebagai subjek pembelajaran
dan guru sebagai fasilitator dan mitra dialog peserta didik. Pembelajaran bersifat
fleksibel, dinamis dan berdasarkan kebutuhan. Menurut Ditjen Dikti telah
mengindikasikan dalam pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan menggunakan
paradigma humanistik.
2.4.4 Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan
pendidikan kewarganegaraan dirumuskan dalam visi dan misi. Visi Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan pedoman dalam pengembangan dan
penyelenggaraan program pembelajaran karakter, guna menghantarkan warga
negara memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya, bahwa peserta
diidk adalah generasi penerus bangsa yang harus memiliki intlektual, religius,
berkemanusia dan cinta tanah air dan bangsanya, sedangkan misi pendidika
kewarganegaraan untuk memantapkan kepribadiannya secara konsisten mampu
33
mengwujudkan nilai-nilai pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
Menurut Djahari ( dalam Sulaeman, Jejang 2012 : 10 ) tujuan PPKn adalah
1). Mendukung keberhasilan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
2). Membina moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan perorangan atau golongan sehingga perbedaan pemikiran melalui
musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) pada
dasarnya adalah bagaimana menjadikan warga negara yang baik mampu
mendukung bangsa dan negara, upaya mewarganegarakan individual atau orang-
orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara.
34
2.5 Kajian Empiris
2.5.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain.
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu
No Peneliti Temuan Relevansi
1. Fitriatunnisa
(2015) yang
berjudul
“Implementa
si Pendidikan
Karakter
Implementasi pendidikan
karakter di MTsN 3 Mataram
dan SMPN 1 Labuapi ini
dilakukan secara terpadu
melalui tiga jalur yakni secara
terpadu melalui pembelajaran,
secara terpadu melalui
manajeman sekolah dan secara
terpadu melalui kegiatan
ekstrakulikuler. Di MTsN 3
Mataram dalam
pengimplemetasi pendidikan
karakter secara umum juga
dilakukan melalui tiga jalur,
yakni proses pembelajaran,
menajemen sekolah, dan
ektrakulikuler. Ketiga jalur
tersebut merupakan satu
komponen yang tidak dapat
dipisahkan dan mendukung
keberhasilan daripada
pendidikan karakter itu sendiri.
Terkait implementasi
pendidikan karakter ini lebih
menekankan pada peran guru
karena guru mudah dalam
menanamkan nilai-nilai
karakter dalam diri peserta
didik. Guru terlebih dahulu
menyiapkan perangkat
pembelajaran berupa silabus
dan rencana
Penelitian ini dianggap
relevan dengan
penelitian yang akan
dilakukan karena sama-
sama menerapkan nilai-
nilai karakter dengan
pembelajaran Pkn.
Perbedaan yang
mendasar antara
penelitian yang akan
dilakukan adalah
terletak pada judul dan
lokasi penelitian dengan
implementasi
pendidikan karakter di
MPsN 3 Mataram dan
SMPN Labuapi.
Sedangkan penelitian
yang akan dilakkukan
lebih menitikberatkan
pada pengembangan
pendidkan karakter
melalui sikap jujur dan
demokratis dengan
judul Implementasi
pendidikan karakter
pengembangan sikap
jujur dan demokratis
dalam pembelajaran
PPKndi SMPN 25
Malang.
35
pembelajaran(RPP) dan
mencantum nilai karakter
didalamnya sehingga dapat
mencapai tujuandalam
pembelajaran.
Sedangkan implementasi
pendidikan karakterdi SMPN 1
Labuapi yang mendasari
warganya untuk menjunjung
tinggi nilai toleransi adalah
semboyan ini nilai toleransi
muncul dan dijadikan dasar
dalam menanamkan nilai
toleransi di SMPN Labuapi .
2. Mei
Kusumaward
ani (2013)
“Implementa
si Nilai-Nilai
Pendidikan
Karakter di
Sekolah
/menengah
Kejuruan
(SMK)
Negeri 4
Yogyakarta
Implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 4 Yogyakarta lebih
menekan pada proses
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter dan
prilaku peserta didikyang
merupakan wujud dari
internalisasi dalam diri siswa
untuk dikmbangkan. Proses
pendidikan karakter dilakukan
melalui dua tahap:
1. Perencanaan proses
pendidikan karakter
direncanakan sesuai
pedoman yang dibuat
Kemendikbud adalah
sosialisasi terhadap
guru dan kurikulum,
pengembangan
kurikulum, dan cara
tata tertib dan peraturan
yang disepakati
bersama, sedangkan
2. Pelaksanaan
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter
dilakukan berbagai cara
yaitu pembiasaan, dan
budaya sekolah.
Penelitia ini dianggap
relevan dengan
penelitian yang akan
dilakukan karena sama-
sama menitikberatkan
pada
pengimplementasian
nilai-nilai pendidikan
karakter. Perbedaan
yang mendasar antar
penelitian yang akan
dilakukan adalah
terletak pada judul dan
lokasi penelitian dengan
“Implementasi nilai-
nilai Pendidikan
Karakter di Sekolah
Menengan Kajurusan
(SMK) Negeri 4
Yogyakarta”
sedamgkan penelitian
yang akan dilakukan
adalah “Implementasi
Pendidikan Karakter
Pengembangan Sikap
jujur dan Demokratis
dalam Pembelajaran
PPKn di SMP Negeri
25 Malang