Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Kepustakaan
1. Penelitian Terdahulu
Peneliti pada bagian ini, mencantumkan berbagai hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak
dilakukan, kemudian membuat ringkasan, baik penelitian yang sudah
dipublikasikan atau belum terpublikasikan. Dengan melakukan langkah
ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi
penelitian yang hendak dilakukan. Adapun penellitian terdahulu yaitu
sebagai berikut :
35
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
1. Uswatun, mahasiswi Fakultas
Syariah IAIN Walisongo
Semarang, Pengaruh
pembiayaan qordhul hasan
pada BNI Syariah Cabang
Semarang terhadap
pengembangan usaha kecil.
a. Meneliti
tentang
pembiayaan
qordhul hasan.
b. Metode
penelitian
menggunakan
metode
penelitian
kuantitatif.
a. Variabel
terikatnya yang
menggunakan
pengembangan
usaha kecil.
b. Menggunakan
rumus regresi
linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh besarnya koefisien
determinasi (R2) hanya sebesar 0,118 atau 11,80%. Koefisien
determinasi menunjukkan bahwa pembiayaan qordhul hasan
pada BNI Syariah Cabang Semarang memiliki kontribusi hanya
sebesar 11,80% terhadap perkembangan usaha kecil, sedangakan
sisanya 88,20% mungkin dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Lia Mayangsari, mahasiswi
fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya, pengaruh
pemberian insentif terhadap
kinerja karyawan di
departemen penjualan PT.
Pupuk sriwijadjadja. Tahun
ajaran 2013.
a. Meneliti
tentang kinerja.
b. Metode
penelitian
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
a. Variabel bebas
menggunakan
pemberian
intensif.
b. Menggunakan
regresi liner
berganda.
hasil t-hitung (4,924) dan signifikansinya sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05 yang berarti variable insentif berpengaruh
signifikan dan positif terhadapa kinerja karyawan di departemen
penjualan PT. Pupuk Sriwidjadja Palembang pada taraf nyata
5%. Hasil F hitung sebesar 24,246. Hal ini berarti bahwa F
hitung lebih besar dari ada F table yaitu 3,98 yang artinya
signifikan, dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil
dari (<0,05) berarti insentif berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
3. Jaitun Puspita Sari, mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif
Hidayaullah Jakarta,
Pengaruh pembiayaan
qordhul hasan terhadap
pendapatan mitra penyandang
disabilitas PT.Karya
masyarakat mandiri di bekasi.
Tahun ajaran 2015.
a. Meneliti
tentang
pembiayaan
qordhul hasan.
b. Metode
penelitian
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
a. Variabel
terikatnya
menggunakan
pendapatan.
b. Menggunakan
regresi linier
berganda.
Pembiayaan qordhul hasan berpengaruh positif terhadap
pendapatan mitra penyandang disabilitas PT. Karya masyarakat
mandiri bekasi, hal ini dibuktikan dengan uji F-test (simultan).
Pada uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa pembiayaan
qordhul hasan memiliki pengaruh sebesar 40,1% sedangkan
sisanya 59,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
36
4. Putu Sunarcaya, mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja
pegawai di lingkungan dinas
kesehatan kabupaten alor
nusa tenggara timur.
a. Meneliti
tentang
kinerja.
b. Metode
penelitian
mengguanaka
n pendekatan
kuantitatif.
Menggunakan
rumus regresi
linier berganda.
Motivasi kerja dan imbalan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai di lingkungan
dinas kesehatan kabupaten alor.
5. Ahmad Fauzi, mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Evaluasi pengelolaan
dana qordhul hasan pada
sejumlah BMT. Tahun ajaran
2014.
Meneliti tentang
qordhul hasan.
Menggunakan
penelitian
kualitatif.
Kebijakan BMT Ta’awun dalam pembagian persentase untuk
dana qardhul hasan pertahunnya sebesar 20% - 25% dari
keseluruhan dana baitul maal.Kebijakan BMT Al-Azhar sebesar
12% pertahunnya. Dan kebijakan BMT Al Kariim sebesar 50%
pertahunnya. Kebijakan disetiap BMT berbeda karena masing-
masing BMT mempunyai perbedaan program sosial yang juga
membutuhkan dana dari dana maal. 6. Badarudin, mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Manajemen pembiayaan
qordhul hasan (studi kasus di
BPRS Metro Madani
Lampung). Tahun ajaran
2011.
Menenliti tentang
pembiayaan
qordhul hasan.
Menggunakan
penelitian
kualitatif.
pembiayaan qardhul hasan di BPRS Metro Madani masih ada
yang kurang sesuai dalam implementasinya. Hal ini terlihat dari
actuating (pelaksanaan) yang kurang sesuai dengan khasanah
teori qardhul hasan, karena pembiayaan ini menggunakan
jaminan.
7.
Zuyyinah, mahasiswi UIN
Malang, Analisis Efektivitas
Pembiayaan Qardhul Hasan
dan Perlakuan Akuntansinya
Berdasarkan PSAK Syariah
(Studi pada Pusat Kajian
Zakat dan Wakaf “eL-
Zawa”). Tahun ajaran 2014.
Meneliti tentang
pembiayaan
qordhul hasan.
Mengguanakan
penelitian
kualitatif.
Pelaksanaan pembiayaan qardhul hasan di eL-Zawasecara
mayoritas dinilai telah efektif, baik itu jenis qardhul hasan
UMKM, Karyawan, Mahasiswa, dan Motor. Kemudian untuk
perlakuan akuntansi pembiayaan qardhul hasan di eL-Zawa
belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK Syariah, baik dalam
pengakuan dan pengukuran transaksi maupun penyajiandan
pengungkapan dalam laporan keuangan.
37
8. Windy Aprilia Murty,
mahasiswi STIE Pebanas
Surabaya, Pengaruh
kompensasi, motivasi dan
komitmen organisasional
terhadap kinerja karyawan
bagian akuntansi (studi kasus
pada perusahaan manufaktur
di Surabaya).
a. Meneliti
tentang
kinerja.
b. Metode
penelitian
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
a. Variabel bebas
mengguanakan
kompensasi,
motivasi dan
komitmen
organisasional.
b. Menggunakan
rumus regresi
linier berganda.
Dalam penelitian tersebut nilai koefisien determinasi (R Square)
menunjukkan bahwa pengaruh faktor kompensasi, motivasi, dan
komitmen terhadap kinerja karyawan hanya sebesar 54,4%
sedangkan sisanya sebesar 45,6% merupakan kontribusi dari
faktor lainnya.
9. Regina Aditiya Reza,
mahasiswa universitas
Diponegoro Semarang,
Pengaruh gaya kepemimpinan
motivasi dan disiplin kerja
terhadap kinerja karyawan
PT. Sinar Santosa Perkasa
Banjarnegara.
a. Meneliti
tentang
kinerja.
b. Metode
penelitian
mengguanaka
n pendekatan
kuantitatif.
a. Variabel bebas
mengguanakn
gaya
kepemimpinan,
motivasi, dan
disiplin kerja.
b. Mengguanakan
rumus analisis
linier berganda.
Dilihat dari perhitungan yang telah dilakuka diperoleh nilai
koefisien sebesar 0,343 dan nilai t hitung sebesar 3,628 dengan
taraf signifikansi hasil sebesar 0,000 tersebut lebih kecil dari 0,05
yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
10. Sarita Permata Dewi,
mahasiswi universitas negeri
Yogyakarta fakultas ekonomi,
Pengaruh pengendalian
internal dan gaya
kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan SPBU
Yogyakarta (studi kasus pada
SPBU Anak Cabang
Perusahaan).
a. Meneliti
tentang
pembiayaan
qordhul
hasan.
b. Metode
penelitian
mengguanakn
pendekatan
kuantitatif.
a. Variable bebas
menggunakan
pegendalian
internal dan
gaya
kepemimpinan.
b. Mengguanakan
analisis regresi
linier berganda.
Nilai koefisien regresi sebesar (R) sebesar 0,397, nilai koefiisien
determinasi (R2) sebesar 0,158 dan nilai t hitug sebesar 3,408
dari nilai t table 1,6698 dengan nilai sig 0,001 (dibawah 0,05).
Secara bersama-sama variable pengendalian internal (X1) dan
variable gaya kepemimpinan (X2) memberikan sumbangan
efektif sebesar 23,1% terhadap variable kinerja karyawan.
11. Rofiu’din Manshur, a. Meneliti Variabel bebas Koefisien determinasinya sebesar 0,523% sedangkan 47,7% 38
mahasiswa UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta Fakultas
Syariah dan Hukum,
Pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan
pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BRS) As-
Salam Cinere Depok.
tentang kinerja.
b. Metode
penelitian
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
c. Mengguanakan
rumus regresi
linier
sederhana.
menggunakan gaya
kepemimpinan.
dipengaruh oleh faktor lain . jadi pengaruh dari penelitihan
tersebut sebesar 52,3%. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
12. Rini Yulianti, mahasiswi UIN
Syarif Hidayatulloah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum,
Efektifitas Pemanfaatan Al-
qordh Al-hasan Bagi
Pedagang Kecil (studi pada
BMT Husnayain Jakarta
Timur). Tahun ajaran 2008.
Meneliti tentang
pembiayaan
qordhul hasan.
a. Variabel
terikatnya
mengguanakan
pedagang kecil.
b. Menggunakan
metode
penelitian
library
research.
Pembiayaan qordhul hasan mengalami perubahan yang sangat
signifikan dalam efektifitas sesudah pinjaman qordhul hasan,
yang berarti pinjaman qordhul hasan membawa dampak yang
positif bagi perkembangan uasaha nasabah.
Sumber : Data Diolah
39
2. Kajian Teori
a. Pembiayaan
1. Pengertian pembiayaan
Menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan tujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa pembiayaan dapat
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank
membiayai nasabah untuk pembelian rumah. Kemudian adanya kesepakatan
antar bank (kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitor) bahwa mereka
sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya.1
2. Prinsip evaluasi pembiayaan
Evaluasi pembiayaan merupakan salah satu upaya bank untuk memastikan
bahwa pembiayaan yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan nasabah,
pembiayaan dapat dimanfaatkan, serta pembiayaan dikembalikan pada waktu
ditetapkan sesuai kesepakatan pembiayaan.
Salah satu prinsip yang digunakan dalam evaluasi pembiayaan adalah
prinsip 5 C yaitu2 :
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012), 85.
2 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 250-251.
a. Character : penilaian karakter calon nasabah pembiayaan dilakukan untuk
dapat menyimpulkan bahwa nasabah pembiayaan tersebut jujur, beriktikad
baik, dan tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari.
b. Capacity : pihak bank memberi penilaian agar bank yakin bahwa usaha
yang akan diberikan pembiayaan tersebut dikelola oleh orang-orang yang
tepat.
c. Capital : dilakukan untuk mengetahui kemampuan permodalan nasabah
pembiayaan dalam menjalankan proyek atau usaha nasabah pembiayan yang
bersangkutan.
d. Condition of economy : dilakukan untuk mengetahui prospek pemasaran
dari hasil usaha nasabah pembiayan yang dibiayai.
e. Collateral : penilaian atas agunan yang dimiliki oleh calon nasabah
pembiayaan dilakukan untuk mengetahi kecukupan nilai agunan sesuai
dengan pemberian pembiayaan.
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan merupakan bagian dari tujuan bank sebagai
perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan stakesholders-
nya.3 Pembiayaan memiliki Tujuan utama antara lain :
a. Pemilik
Dari sumber pendanaan di atas, para pemilik mengharapkan akan
memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
b. Pegawai
3 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 210.
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari
bank yang dikelolanya.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana
Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
2) Debitur yang bersangkutan
Para debitur, dengan penyediaan dana baginya., mereka terbantu guna
menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan
barang yang diinginkan (pembiayaan konsumtif).
3) Masyarakat umumnya konsumen
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.
d. Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak
(berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga
perusahaan-perusahaan).
e. Bank
Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan,
diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap
survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat
yang dapat dilayaninya.
4. Fungsi Pembiayaan
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
kepada masyarakat penerima, di antaranya :
a. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan
oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk
memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi,
perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha
baru.
b. Meningkatkan daya guna barang
1) Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memprodusir bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut
meningkat.
2) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari
suatu tempat yang kegunaanya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.
c. Meningkatan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan via rekening-rekening koran pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek,
bilyet, giro, wesel, promes, dan sebagainya.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan
ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha
sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan
usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya yang
berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan.
e. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain :
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan ekspor
3) Rehabilitasi prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini
secara komulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke
dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-
menerus. Dengan earning (pendapatan) yang terus meningkat berarti pajak
perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak biaya yang disalurkan
untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan
pertambahan devisa Negara. Di samping itu, dengan makin efektifnya
kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan hemat devisa
keuangan Negara, akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan
maupun ke sektor-sektor lain yang berguna.
g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.4
Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja bergerak di dalam
Negeri tapi juga di luar negeri.
5. Jenis-jenis pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua hal berikut.5
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatkan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder.
4 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: UPPAMPYKIN, 2002), 304-307.
5 Syafi’ei Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, 160.
6. Syarat-syarat pembiayaan
Perbankan syariah menetapkan syarat-syarat umum untuk sebuah
pembiayaan, antara lain :
a. Surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat antara
lain: gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana
penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, dan jangka waktu penggunaan
dana.
b. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin umum
perusahaan, dan tanda daftar perusahaan.
c. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan rugi laba, data persediaan
terakhir data penjualan, dan foto copy rekening bank.6
7. Proses pemberian pembiayaan
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah, khususnya pasal 23 perihal kelayakan penyaluran
dana (pemberian pembiayaan), ditegaskan bahwa :
a. Bank syariah/UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan
kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh
kewajiaban pada waktunya sebelum bank syariah/UUS menyalurkan dana
kepada nasabah penerima fasilitas.
b. Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada butir diatas,
Bank Syariah/UUS wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap
6 Syafi’ei Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, 171.
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah
penerima fasilitas.
Risiko pembiayaan muncul apabila nasabah tidak melunasi kewajibannya
secara penuh dan tepat waktu. Proses pemberian pembiayaan yang baik dapat
membantu meminimalkan concentration risk. Untuk menghasilkan keputusan
pembiayaan yang baik, seluruh tahap dalam proses pemberian pembiayaan harus
dilalui seperti :7
a) memahami bisnis dan industri
b) mewawancarai nasabah
c) melakkan analisis pembiayaan, termasuk analisis keuangan nasabah
d) melakukan negoisasi
e) menyususn struktur pembiayaan sesuai dengan kebutuhan nasabah
f) melakukan dokumentasi secara layak
g) melakukan monitoring pembiayaan dengan baik.
7 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bank Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 71.
b. Qordhul Hasan
1. Pengertian Qordhul Hasan
Qordhul Hasan adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.8 Jadi pada dasarnya pinjaman qordhul hasan diberikan
kepada mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk
tujuan-tujuan yang sangat urgent. Khususnya para pengusaha kecil yang
kekurangan dana tetapi mempunyai prospek bisnis yag sangat baik.
Qordhul hasan merupakan akad yang yang bersifat tabarru‟ (gratuitous
contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-for profit
transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi
bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru‟ dilakukan dengan
tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru‟
pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun
kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru‟ adalah dari Allah SWT, bukan
dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh
meminta kepada counter part-nya untuk sekedar menutupi biaya (cover the cost)
yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru‟ tersebut. Tapi ia tidak
boleh sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru‟ itu.9
2. Landasan Syariah Qordhul Hasan
a. Al-Qur’an
QS.Al-Hadid : 18
8 Syafi’ei Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, 131.
9 Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), 68.
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik
laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan
bagi mereka pahala yang banyak.” 10
b. Al- hadits
لة أسري ب على باب النة عن أنس بن مالك قال قال رسول الله عليو وسلم رأيت لي ضل مكت وبا الصدقة بعشر أمثالا والقرض بثمانية عشر ف قلت ياجبيل ما بال القرض أف
ائل يسأل و ل امن الصدقة ق عنده والمست قرض ل يست قرض إل من حاجة لأن الس
Artinya:
“anas bin malik berkata bahwa rosululloh berkata,”aku melihat pada waktu
malam di isra‟kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali
lipat dan qordh delapan belas kali. Aku bertanya, “wahai jibril, mengapa
qordh lebih utama dari sedekah ?”ia menjawab,“karena peminta-minta
sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam
kecuali karena keperluan.” (HR Ibnu Majah no.2422, kitab al-Ahkam, dan
Baihaqi)11
Pada dasarnya qordhul hasan merupakan pinjaman sosial yang diberikan
secara benevolent tanpa ada pengenaan biaya apapun, kecuali pengembalian
modal asalnya. Namun sejalan dengan perkembangan dunia ekonomi keuangan
dan perbankan, pinjaman sosial ini tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa
adanya biaya materai, notaris, peninjauan feasibility proyek, biaya pegawai bank
dan lain-lain sehingga pengenaan biaya-biaya administrasi tersebut tidak
terhindari. Untuk menjauhkan dari riba, maka biaya administrasi harus
10
Al-Jumanatul ‘Ali, Al-Qur‟an dan Terjemah, 539. 11
Syafi’e, Bank Syariah Dari Teori Ke Prkatik, 132.
dinyatakan dalam nominal bukan presentase dan sifatnya harus nyata, jelas dan
pasti serta terbatas pada hal-hal yang mutlak diperlukan untuk terjadinya
kontrak.12
3. Landasan hukum positif qordhul hasan
Penerapan sistem qordhul hasan tidak hanya dilandasi dengan al-qur’an,
hadis, ijma’ dan qiyas. Melainkan juga di dukung dengan landasan positif. Qordh
sebagai salah satu produk pembiayaan pada perbankan secara implisit juga
terdapat dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 perbankan, yaitu terkait
dengan peraturan mengenai prinsip syariah.
Sedangkan secara teknis telah diatur dalam pasal 36 No.6/24/PBI/2004
tentang bank umum yang menjelaskan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, yang nantinya menyatakan bahwa bank wajib menerapkan prinsip-
prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam kegitan usahanya yang meliputi
penyaluran dana melalui prinsip pinjam-meminjam akad qordh.
Kemudian fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 menyatakan bahwa
salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakuakan LKS adalah
penyaluran dana melalu prinsip qordh, yaitu suatu akad pinjaman kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya
kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.13
4. Rukun qordhul hasan
12
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Syariah (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), 41. 13
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada universiti Press, 2007), 140-141.
Rukun dari syarat qordhul hasan yang harus dipenuhi dalam qordhul
hasan yaitu ada empat, sebagai berikut :
a. Pihak yang meminjam (muqhtaridh).
b. Pihak yang memberikan pinjaman (muqridh).
c. Dana (qordh).
d. Ijab qobul (sighat).14
5. Syarat akad qordhul hasan
Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam menerapkan qordhul hasan
adalah sebagai berikut:
a. Muqridh (pemberi hutang)
Pemberi hutang harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Ahliyat at-tabarru‟ (layak bersosial). Maksudnya adalah orang yang
memberi hutang hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara
mutlak. Dengan kata lain, orang yang memberikan hutang tidak
menggunakan hartanya yang telah dilarang dalam Islam. Tidak hanya itu,
anak kecil, orang gila juga dilarang.
2) Ikhtiyar (tanpa ada paksaan). Muqaridh di dalam memeberikan hutang
harus berdasarkan kehendaknya sendiri, tidak ada tekanan dari pihak lain.
b. Muqtarid (orang yang berhutang)
Untuk syarat orang yang berhutang, harus orang yang ahliyah
muamalah (baligh, berakal waras dan lain-lain).
14
Slamet Wiyono, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: PT Grasindo,2006), 29.
c. Ma‟qud „alaih (barang yang dihutang).
6. Aplikasi qordhul hasan dalam perbankan
a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan ke haji.
b. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keluasaan untuk menarik uang tunai milik bank atau
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
c. Sebagai peminjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema
jual beli, ijarah atau bagi hasil.
d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank
akan mengembalikan secara cicilan melalui pemotongan gajinya.15
7. Fitur dan mekanisme qordhul hasan
a. Bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan pinjaman (qordh)
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan.
b. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian pinjaman
melebihi dari jumlah nominal yang sesuai akad.
c. Bank dilarang untuk membebankan biaya apa pun atas penyaluran
pembiayaan atas dasar qordh, kecuali biaya administrasi dalam batas
kewajaran.
15
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi (Yogakarta: EKONISIA, 2003)
59-60.
d. Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qordh, harus dilakukan oleh
nasabah pada waktu yang telah disepakati.
e. Dalam hal nasabah digolongkan mampu namun tidak mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka
dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam rangka pembinaan nasabah.16
8. Aspek dan praktek qordhul hasan dalam perbankan syariah
Dalam prakteknya qordhul hasan dapat diterapkan dalam beberapa
kondisi, antara lain :
a. Sebagai produk pelengkap
Perbankan syariah membuka produk al-qordh, karena terbatasnya
dana sosial yang tersedia, atau rendahnya plafond yang diprogramkan. Dalam
keadaan ini, produk al-qordh diterapkan jika keadaan sangat mendesak.
b. Sebagai fasilitas pembiayaan
Perbankan syariah dapat mengembangkan produk ini, mengingat
nasabah atau anggota yang dilayani tergolong sangat miskin, sehingga tidak
mungkin menggunakan akad komersial.
c. Pengembangan produk baitul maal
Al-qordh dikembangkan seiring dengan upaya pengembangan Baitul
maal. Dalam kedaan ini, al-qordh dapat dikembangkan lagi menjadi qordhul
hasan, yakni pinjaman kebajikan yang sumber dananya semata-mata dana
zakat, infaq atau sedekah.17
9. Sumber dana al-qordh
16
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, 55. 17
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press, 2004), 174.
Sifat al-qordh tidak memberikan keuntungan financial secara lagsung,
maka sumber pendanaannya biasanya berasal dari dana sosial. Sumber dana
dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Dana komersial atau modal
Dana ini diperuntukkan guna membiayai kebutuhan nasabah atau
anggota yang sangat mendesak dan berjangka pendek. Talangan tersebut
dapat diambilkan dari modal bank.
b. Dana sosial
Dana ini diperuntukkan unyuk membantu usaha sangat kecil dan
keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan sedekah.18
10. Tujuan atau Manfaat qordhul hasan
a. Bagi bank
1. Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana termasuk dalam rangka
pelaksanaan fungsi sosial bank.
2. Peluang bank untuk mendapatkan fee dari jasa lain yang disertai dengan
pemberian fasilitas qordh.
b. Bagi nasabah
1. Sumber pinjaman yang bersifat non-komersial.
2. Sumber pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan dana talangan
antara lain terkait dengan garansi dan pengambilalihan kewajiban.
11. Risiko qordhul hasan
a. Risiko pembiayaan (financing risk) yang disebabkan oleh nasabah
wanprestasi atau default.
18
Syafi’e Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, 133.
b. Risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika qordh untuk
transaksi komersial adalah dalam valuta asing.19
c. Kinerja
1. Pengertian kinerja
Definisi Kinerja adalah merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaaan tersebut. Selain itu
pengertian kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.20
Mangkunegara mendefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya. 21
Hal ini dijelasakan dalam surat At-Taubah ayat 105 :
Artinya :
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
19
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 55-56. 20
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 7. 21
AA.Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Perusahaan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), 67.
Jadi kinerja dengan benar merupakan sesuatu yang harus dilakukan.
Dengan definisi kinerja yang benar, maka salah satu komponen yang sangat
penting dari manajemen kinerja yaitu pendapatan sasaran yang sangat penting
dari manajemen kinerja yaitu penepatan sasaran yang lebih jelas bagi masing-
masing karyawan akan dapat ditentukan dengan baik.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan erat
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja adalah tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjan tersebut.
Kinerja pada dasarnya berhubungan erat dengan pemenuhan sasaran
individu dan akan memberikan sumbangan kepada sasaran organisasi, karena itu
menjadi tugas penting bagi pihak manajemen untuk merumuskan kinerja terlebih
dahulu, yaitu menentukan hasil apa yang diharapkan dari perilaku pegawai yang
diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Hubungan perilaku
prestasi meliputi berbagai tindakan seperti pengidentifikasian masalah
perencanaan, perorganisasian dan pengendalian pekerjaan pegawai serta
menciptakan iklim motivasi bagi pegawai. Dan pihak manajemen harus
memuasakan perhatian pada pelaku yang berhubungan dengan kinerja dan
berusaha mencari cara untuk mencapai prestasi optimal.
2. Pengukuran Kinerja
Dalam organisasi pengukuran kinerja digunakan untuk melihat sejauh
mana aktivitas yang selama ini dilakukan dengan membandingkan output atau
hasil yang telah dicapai. Dalam hal ini terdapat beberapa pengukuran kinerja
diantaranya:22
a. Kuantitas yaitu dalam mengukur kinerja maka harus dilihat adalah jumlah
atau kuantitas kegiatan yang mampu diselesaikan disesuaikan dengan standar.
b. Kualitas yaitu mutu atau hasil pekerjaan yang mampu dihasilkan
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan.
c. Ketepatan waktu yaitu seberapa cepat pekerjaan bisa diselesaikan secara
benar dan tepat waktu sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau
kesesuaian antara hasil pekerjaan dengan waktu yang telah ditetapkan.
d. Kedisiplinan, yaitu kemampuan untuk dapat bekerja sesuai dengan aturan-
aturan yang telah ditentukan.
e. Kepemimpinan yaitu kemampuan yang dimiliki dalam memimpin untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
f. Kreatifitas dan inovasi yaitu kemampuan untuk selalu melakukan inovatif
dan kreatif dalam usaha untuk mencapai tujuan.
g. Kehadiran / absensi yaitu jumlah kehadiran dibandingkan dengan standar
yang telah ditentukan.
h. Kerjasama tim yaitu kemampuan untuk membentuk tim kerja yang solid yang
mampu untuk mencapai target yang telah ditentukan.
i. Tanggung jawab yaitu kemampuan untuk bekerja secara penuh tenggung
jawab dan mau untuk menanggung risiko dalam bekerja.
j. Perencanaan pekerjaan yaitu kemampuan dalam melakukan perencanaan
yang telah menjadi tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
22
Achmad Sani Supriyanto, Metodologi Riset Manajemen Sumber Daya Manusia, 141-143.
3. Penyebab masalah-masalah kinerja
Masalah kinerja dalam organisasi dapat disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya:
a. Pengetahuan atau keterampilan.
Karyawan tidak tahu bagaimana menjalankan tugas-tugas secara
benar kurangnya keterampilan, pengetahuan, atau kemampuan.
b. Lingkungan.
Masalah tidak berhubungan dengan karyawan, tetapi disebabkan oleh
lingkungan kondisi kerja, proses yang buruk, ergonomika, dan lain-lain.
c. Sumber daya.
Kurangnya sumber daya dan teknologi.
d. Motivasi.
Karyawan tahu bagaimana menjalankan pekerjaan, tetapi tidak
melakukannya secara benar. 23
Jika masalah kinerja tersebut dapat diidentifikasi, maka diperlukan
bentuk tindakan manajerial untuk menghasilkan kinerja yang efektif.
Keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan tidak selalu sama antara
individu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
karakteristik individu. Di samping itu, faktor yang lain dapat memepengaruhi
hasil kerja adalah faktor-faktor dari luar individu atau dapat dikatakan faktor
situasi kerjanya. Dalam tinjauan psikologis, kerja adalah suatu proses tingkah
laku kerja seseorang sehingga menghasilkan prestasi kerja sebagai suatu
pencapaian keberhasilan yang diperoleh seseorang dari pekerjaannya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Pendapat tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu sebagai
berikut:
23
Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: ALFABETA, 2012), 234.
a. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.
b. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan bimbingan, dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
c. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja.
d. System factors, ditunjukkan oleh adanya system kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
e. Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan
dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
yang bersumber dari organisasi. Dari pekerjaan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan atau kompetensinya.
5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja yang objektif sangat diperlukan suatu organisasi atau
perusahaan. Bagaimanapun juga penilaian kinerja pada dasarnya merupakan
salah satu kunci faktor utama guna mengembangakan suatu organisasi atau
perusahaan telah memanfaatkan sumber daya manusia yang terdapat dalam
organisasi mereka tersebut dengan baik.
Menurut mathis dan Jackson penilaian kinerja karyawan juga bisa
didasarkan atas kemampuan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan mereka
dengan indikator berikut:24
a) Kuantitas hasil kerja
24
Achmad Sani Supriyanto, Metodologi Riset Manajemen Sumber Daya Manusia, 136.
b) Kualitas hasil kerja
c) Ketepatan waktu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaanya
Ketiga faktor tersebut berpengaruh pada kinerja para anggota organisasi,
dan implikasinya terhadap peningkatan produktifitas kerja.
6. Manfaat penilaian kinerja
Dengan adanya penilaian kinerja, manajer dapat memperoleh dasar yang
objektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang
disumbangkan masing-masing pusat pertanggung jawaban kepada perusahaan
secara keseluruhan. Penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen
untuk:25
1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, pemberhentian, mutasi.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria sleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
7. Kriteria standar kinerja
25
Veithzal Rivai, Performance Appraisal (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), 457.
Terdapat beberapa kriteria (standart) kinerja dalam suatu organisasi.
Kriteria penilaian yang umum adalah sifat, perilaku, kompetensi, pencapaian
tujuan, dan potensi perbaikan.26
a) Sifat
Sifat-sifat karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, dan insiatif
adalah dasar untuk mencapai evaluasi. Namun, banyak dari kualitas yang
umum digunakan tersebut bersifat subjektif dan bisa jadi tidak berhubungan
dengan pekerjaan atau sulit untuk di definisikan. Dalam hal ini, evaluasi yang
tidak akurat bisa timbul dan bisa pula menciptakan masalah hukum bagi
organisasi.
Pada saaat yang sama, sifat-sifat tersebut bisa mempengaruhi kinerja
pekerjaan, dan jika hubngan ini terbukti, pemanfaatannya dalam penilaian
bisa dianggap tepat. Sifat-sifat seperti adabilitas, pertimbangan, dan sikap
bisa digunakan jika terbkti hubungan dengan pekerjaan (job related)
b) Perilaku
Ketika hasil tugas sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi
perilaku atau komptensi tersebut yang berhubungan dengan tugas. Jika
perilaku-perilaku tertentu mewujudkan hasil yang diinginkan, ada manfaatnya
menggunakan perilaku-perilaku tersebut dalam proses evaluasi.
c) Kompetensi
Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan,
sifat, dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan
antar pribadi, atau berorientasi bisnis.
26
R. Wayne Mondy, Human Resource Management (Jakarta: Erlangga, 2008), 260-262.
d) Pencapaian tujuan
Jika organisasi-organisasi menganggap hasil akhir lebih penting dari
cara, hasil-hasil pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk
dievaluasi. Hasil-hasil yang dicapai harus berbeda dalam kendali individu
atau tim dan haruslah hasil-hasil yang mengarah pada kesuksesan perusahaan.
e) Potensi perbaikan
Memasukkan kompetensi dalam proses evaluasi membantu
memastikan perencanaan dan pengembangan karir yang lebih efektif.
8. Dimensi manajemen kinerja yang strategis
Menejemen kinerja strategis dibagi menjadi empat dimensi27
:
a) Cara berpikir sebab-akibat yang kritis
SDM harus mulai berpikir secara kasual untuk mengevaluasi
bagaimana SDM mengendalikan kinerja perusahaan. Kemampuan ini sangat
penting karena SDM deliverables sering diposisikan pada upstream dalam
lingkaran sebab akibat.
b) Memahami prinsip pengukuran yang baik
Pondasi dasar kompetensi manajemn manapun sangat bergantung pada
pengukuran yang baik. Khususnya pengukuran harus menjelaskan dengan
benar konstruksi tersebut.
c) Memastikan hubungan sebab akibat (causal)
27 Veithzal Rivai, Performance Appraisal, 457.
Berpikir secara kasual dan memahami prinsip pengukuran membantu
anda dalam memperkirakan hubungan kasual antara kinerja dan SDM
perusahaan.