21
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi Fotografi merupakan media komunikasi sangat berkembang pesat pada saat ini yang dimana orang-orang membutuhkan sebuah informasi cepat dan akurat. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi sebagai alat visual dalam kehidupannya. Komunikasi dibutuhkan sebagai suatu alat dalam menyamakan persepsi dalam berfikir. Saat ini media yang berkembang adalah media massa. Seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi membuat media komunikasi massa memaksa para pelaku pers untuk berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah informasi yang akurat dalam memnuhi kebutuhan manusia yang sangat membutuhkan infromasi yang sangat cepat dan akurat. Adanya sebuah foto yang didalamnya sebuah berita menimbulkan ketertarikan pembaca dalam menikamati informasi yang disuguhkan media massa cetak sehingga menimbulkan kesan bagi pembacanya. Untuk mencapai sebuah pesan tertentu, fotografer perlu berinteraksi dan memberi respon pada aspek eksternal yang ada di sekitar lingkungannya. Hasil respon seorang fotografer dari lingkungan sekelilingnya bisa berupa penciptaan foto yang mengandung nilai-nilai dan harapan tertentu. (Galer, 2002) Salah satu kelebihan fotografi adalah dapat merekam secara aktual, dapat diandalkan, dan dapat membentuk gambar di dalamnya. Jadi fotografi dapat digunakan sebagai alat komunikasi visual, dapat digunakan sebagai alat komunikasi visual, dapat digunakan sebagai bahan informan atau menjalin komunikasi yang bermandaat. Adanya teknologi canggih membuat komunikasi dan interaksi antar manusia menjadi lebih mudah. Komunikasi yang digunakan juga berbeda melalui penggunaan komunikasi interpersonal dan komunikasi publik melalui media fotografi. Dalam proses komunikasi, diharpakan seseorang dapat mengetahui situasi atau kondisi, sehingga dapat menerima informasi yang disampaikan dari foto tersebut dengan sangat baik. Foto yang baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

Fotografi merupakan media komunikasi sangat berkembang pesat pada saat ini yang

dimana orang-orang membutuhkan sebuah informasi cepat dan akurat. Sebagai makhluk

sosial manusia membutuhkan komunikasi sebagai alat visual dalam kehidupannya.

Komunikasi dibutuhkan sebagai suatu alat dalam menyamakan persepsi dalam berfikir. Saat

ini media yang berkembang adalah media massa. Seiring meningkatnya kebutuhan manusia

akan informasi membuat media komunikasi massa memaksa para pelaku pers untuk

berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah informasi yang akurat dalam memnuhi kebutuhan

manusia yang sangat membutuhkan infromasi yang sangat cepat dan akurat. Adanya sebuah

foto yang didalamnya sebuah berita menimbulkan ketertarikan pembaca dalam menikamati

informasi yang disuguhkan media massa cetak sehingga menimbulkan kesan bagi

pembacanya. Untuk mencapai sebuah pesan tertentu, fotografer perlu berinteraksi dan

memberi respon pada aspek eksternal yang ada di sekitar lingkungannya. Hasil respon

seorang fotografer dari lingkungan sekelilingnya bisa berupa penciptaan foto yang

mengandung nilai-nilai dan harapan tertentu. (Galer, 2002)

Salah satu kelebihan fotografi adalah dapat merekam secara aktual, dapat diandalkan, dan

dapat membentuk gambar di dalamnya. Jadi fotografi dapat digunakan sebagai alat komunikasi

visual, dapat digunakan sebagai alat komunikasi visual, dapat digunakan sebagai bahan informan

atau menjalin komunikasi yang bermandaat. Adanya teknologi canggih membuat komunikasi dan

interaksi antar manusia menjadi lebih mudah. Komunikasi yang digunakan juga berbeda melalui

penggunaan komunikasi interpersonal dan komunikasi publik melalui media fotografi. Dalam

proses komunikasi, diharpakan seseorang dapat mengetahui situasi atau kondisi, sehingga dapat

menerima informasi yang disampaikan dari foto tersebut dengan sangat baik. Foto yang baik

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

5

adalah foto yang dapat membuat orang yang melihatnya merasa berada didalam kejadian pada

foto tersebut.

2.1.1 Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari kata Photos yang berarti

mencatat atau melukis dan Graphos yaitu cahaya. Sehingga fotografi berarti penggambaran

dengan cahaya atau sinar. Oleh karena itu, fotografi berarti menggambarkan dengan cahaya.

Dengan cara ini, dapat dijelaskan bahwa fotografi adalah melukis di bawah cahaya. Telah

lama diketahui bahwa fotografi adalah kamera dan film fotografi yang peka cahaya yang

digunakan di masa lalu. Secara umum, fotografi mengacu pada proses atau metode

menghasilkan gambar atau foto suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai

objek pada media fotosensitif. Fotografi secara umum digambarkan kegiatan atau proses yang

dimana kita menghasilkan suatu seni gambar/foto melalui media cahaya dengan alat yang

disebut dengan kamera untuk maksud dan tujuan tertentu. Fotografi juga merupakan gambar

atau foto merupakan alat visual yang efektif yang dapat memvisualisasikan sesuatu secara

lebih detail. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan

sehingga mampu membakar medium penangkapan cahaya. Secara filosofis fotografi juga

mempunyai banyak definisi maupun pengertian, entah dipandang secara objektif maupun

subjektif. (Bianca, 2011)

Pada dasarnya tujuan hakekat fotografi adalah komunikasi. Suatu karya fotografi

dapat disebut memiliki nilai komunikasi ketika dalam penampilan subjeknya digunakan

sebagai medium penyampaian pesan atau merupakan ide yang terekspresikan kepada

pemirsanya sehingga terjalin suatu kontak pemahaman makna. Dalam hal ini karya foto

tersebut juga dapat dikatakan sebagai medium yang memiliki nilai guna fungsional dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

6

sekaligus sebagai instrumen karena dijadikan alat dalam proses komunikasi penyampaian

pesan/ide si pencipta karya foto. (Soedjono, 2007)

Penciptaan karya fotografi bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan dengan

menyebutnya sebagai medium “penyampaian pesan” bagi tujuan tertentu. Karya fotografi

juga dimanfaatkan bagi kepentingan si pemotret sebagai cerminan ekspresi dirinya,

mahakarya tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Dalam hal ini karya foto

tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri si

pemotretnya dalam proses berkesenian penciptaan karya fotografi seni. Terkadang suatu

karya fotografi bisa bernilai sebagai suatu narrative text karena keberadaanya yang disusun

berurutan secara serial sehingga memberikan kesan sebuah cerita yang berkesinambungan

antara satu gambar dengan gambar yang lain. (Soedjono, Pot-Pourri Fotografi , 2007)

2.2.2 Fotografi Sebagai Media Komunikasi Visual

Fotografi merupakan ungkapan dari seorang fotografer yang ingin menyampaikan

kepada banyak orang. Foto yang dapat berbicara harus menciptakan rasa yang dalam setiap

momen yang didapat. Seorang fotografer ingin menyampaikan sebuah kritikan tentang

sesuatu yang dianggap sebagai hal yang tabu dengan mengungkapkan lewat foto dan

diharapkan menikmati juga menangkap sebuah pesan yang ingin disampaikan. Foto itu dapat

memberikan informasi apa yang selanjutnya terjadi dan seolah-olah kita tahu urutan cerita

yang ingin disampaikan tersebut dengan menceritakan melalui media foto. Keinginan

bercerita terkadang menjadi sebuah kebutuhan tersendiri. Untuk menciptakan foto secara

baik, saat itulah bahasa yang digunakan harus sesuai dengan konteksnya bagaimana

fotografer ingin menceritakan sebuah kejadian. Media merupakan alat atau wahana yang

digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. (Mulyana, 2005)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

7

Tata bahasa visual yang wajib diketahui oleh jurnalis foto yang paling mendasar

adalah sudut pandang, momen, dan estetika. Fotografi sebagai salah satu wujud dalam ranah

seni rupa juga tidak terlepas dari nilai-nilai dan kaidah estetika yang berlaku. Namun dengan

keyakinan bahwa setiap genre memiliki nilai dan kosa estetikanya sendiri, maka fotografi pun

dengan berbagai sub-genrenya juga tidak lepas dari varian nilai dan kosa estetiknya sendiri.

Setiap kehadiran jenis fotografi karena tujuan penghadirannya tentunya juga memerlukan

konsep perancangan yang bermula dari ide dasar yang berkembang menjadi implementasi

praktis yang memerlukan dukungan peralatan dan teknik ungkap kreasinya. Lebih jauh lagi

bagi pencapaian objektifnya, diperlukan berbagai eksperimen dan eksplorasi baik terhadap

objek fotografi maupun proses penghadirannya setelah menjadi subjek dalam karya

fotografinya. (Soedjono, 2007)

Elemen-elemen yang ada dalam gambar atau visual merupakan unsur terpenting

dalam penyampaian pesan. Adapun elemen-elemen visual dalam fotografi diantaranya

adalah:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

8

Komposisi:

Komposisi penting untuk menampilkan tempat menarik, objek yang didekati, dan

pemangkasan. Tujuannya untuk menentukan esensi cerita yang ingin diceritakan dalam foto

tersebut, apa yang tidak disertakan, dan bagaimana cara menyusunnya. Pemahaman tentang

komposisi memang mendukung fotografer dalam memperoleh sudut padang yang menarik.

Komposisi secara sederhana didefinisikan sebagai cara mengatur elemen dalam gambar,

elemen ini meliputi garis, bentuk, warna, cahaya dan bayangan, dan elemen lainnya. Dengan

mengatur komposisi, foto akan terlihat lebih menarik dan enak dipandang. Dengan menyesuaikan

komposisi foto, kita juga dapat menetapkan “mood” foto dan keseimbangan keseluruhan objek

foto. Melatif kepekaan mata untuk menangkap berbagai elemen dan mengasah kesadaran estetika

fotografer itu sendiri.

Subjek:

Penempatan objek yang tepat akan menampilkan penggambaran karakter subjek

dengan baik sehingga dapat mengkomunikasikan tema yang dimaksud secara visual.

Background dan Foreground (latar belakang dan latar depan)

Latar belakang (background) benda-benda atau elemen yang ada di belakang objek

foto, sedangkan latar depan (foreground) adalah benda-benda atau elemen yang ada di depan

objek foto. Keduannya berfungsi untuk menempatkan objek agar lebih menarik tanpa

menimbulkan kesan dominan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

9

Frame :

Fungsi bingkai atau frame untuk memperindah penampilan pada sisi kiri,kanan,atas

dan bawah. Bingkai akan membatasi dan menonjolkan objek foto dan mendukung objek

tersebut agar memberikan kesan tertentu.

Warna:

Warna merupakan salah satu elemen paling penting dalam fotografi, warna sangat

berpengaruh pada respon visual manusia, serta dapat menstimulus rasa. Warna juga dapat

menimbulkan rangsangan emosi, sehingga masing-masing pribadi bisa mengemukakan

perasaan yang berbeda-beda dalam mengomentari suatu warna. Warna juga menjadi sering

menjadi simbolisasi atau digunakan untuk melambangkan suatu maksud, atau

mengidentifikasi sesuatu.

Pola:

Pola atau pengulangan bentuk, merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah

komposisi foto. Komposisi pola dapat dibuat dengan warna, garis atau bentuk, tetapi dengan

pengulangan objek sehingga terkesan artistik.

Format:

Ada dua macam format dalam foto, horizontal dan vertikal. Format yang sering

dipakai adalah format horizontal karena sesuai dengan desain kemera. Format foto atau

layout tergantung pada subjek yang ingin ditonjolkan, layout atau format horizontal

memberikan kesan luas, sedangkan vertikal memberikan kesan tinggi.

Fiel of view:

Beberapa jenis komposisi yang umum digunakan dari segi ukuran adalah sebagai berikut:

1. Extreme Close Up: ambil foto sangat dekat dengan objek sehingga detail objek,

seperti pori-pori kulit, terlihat jelas.

2. Head Shot: mengambil gambar dari kepala hingga dagu.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

10

3. Close Up: mengambil gambar dari kepala hingga bahu,

4. Medium Close Up: ambil gambar dari atas kepala hingga dada

5. Mid Shoot (setengah badan): ambil gambar dari atas kepala hingga pinggang.

6. Medium Shoot (Tiga perempat badan): Pengambilan gambar dari atas kepala hingga

lutut.

7. Full Shoot (Seluruh badan): Pengambilan gambar dari atas kepala hingga lutut.

8. Long Shoot: Pengambilan gambar dengan memberian porsi background atau

foreground lebih banyak sehingga objek terlihat kecil atau jauh.

9. Sudut Pemotretan (angle)

Dengan sudut pemotretan (angle) fotografer dapat menunjukkan apa dan bagaimana

kesan yang ingin ditampilkan. Pemotretan dengan bidang gunung merupakan sudut

pemandangan yang luas sehingga dapat terlihat panorama alam yang indah untuk dipandang.

Adapun macam-macam angle yaitu:

1. Eye view : sudut pengambilan ini memberikan kesan yang sama kepada orang-orang

seperti cara mata kita memandang objek. Kemera melihat posisi dan arah objek yang

akan difoto seperti mata, dan melihat objek seperti biasa. Kamera dan lensa sejajar

dengan objek. Sudut pandang pemotretan biasanya digunakan untuk mengambil foto

potret, atiktivitas manusia, dimana posisi kamera seperti posisi mata kita sendiri.

2. Low Angle : posisi kamera lebih rendah dari objek difoto, dan menghadap ke atas, serta

memberi kesan mewah, kebesaran atau kekuatan dari sebuah objek. Fotografer

menggunakan sudut pemotretan ini untuk memotret bangunan dan meninggalkan kesan

yang dalam pada bangunan tersebut. Selain itu, beberapa fotografer menggunakan

sudut rendah untuk memotret.

3. High Angle : sudut ini digunakan untuk menangkap kesan luas subjek. Pada sudut yang

besar, kita bisa memasukkan elemen pendukung dari objek yang akan ditangkap ke

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

11

dalam bingkai. Kesan menggunakan sudut pengambilan foto akan meninggalkan kesan

kecil pada subjek foto. Pengambilan foto dengan sudut lebar juga akan menghasilkan

foto yang berbeda. Misalnya mengambil foto di pasar yang ramai atau ditengah

kemacetan lalu lintas.

4. Bird Eye : dengan menggunakan sudut pemotretan ini, sebagai fotografer, kita bisa

memberikan kesan yang luas pada foto yang kita ambil, seperti mata burung yang dapat

memberikan kesan luas. Pemotretan pada sudut ini digunakan untuk mengambil foto

suatu daerah, area perkotaan, atau lanskap tertentu.

5. Frog Eye : saat mengambil foto dengan frog eye, posisi kamera bisa sejajar dengan

tanah. Biasanya digunakan untuk memotret objek diatas tanah. Untuk mengambil foto

dari sudut ini, fotografer sering kali berbaring di tanah untuk mengambil foto yang

indah.

Selain itu unsur atau elemen visual tadi, fotografer harus menguasai unsur teknis untuk

mendapatkan hasil foto yang baik, kedua hal ini berpengaruh terhadap karya yang akan

ditampilkan, baik oleh fotografer pemula maupun profesional. Unsur teknis ddalam fotografi

mencakup tentang bagaimana cara pengambilan foto yang baik. Unsur tersebut meliputi

pencahayaan (exposure) dan teknik pemotretan. Dalam pencahayaan (exposure), yang harus

diperhatikan oleh fotografer adalah kecepatan rana (shutter speed), ruang tajam (depht of field),

dan bukaan diafragma.

Secara harfiah, pencahayaan (exposure) proses masuknya cahaya pada suatu benda

yang peka terhadap cahaya seperti keertas film atau sensor kamera. Terdapat tiga macam

pencahayaan dalam dunia fotografi, yaitu cahaya normal (normal exposure), cahaya kurang

(under exposure), dan cahaya lebih (over exposure). Untuk mendapatkan cahaya normal

(normal exposure), fotografer harus paham bagaimana cara mengatur bukaan diafragma,

ruang tajam, kecepatan dan lainnya. Kecepatan rana (shutter speed) ukuran kecepatan dimana

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

12

jendela rana membuka dan menutup. Semakin cepat jendela rana menutup dan membuka,

semakin sedikit cahaya yang masuk. Sebaliknya, semakin lama jendela rana ditutup dan

dibuka, semakin banyak cahaya yang masuk.

Sedangkan diafragma sebuah lempengan yang terdapat dalam kamera yang dapat

diatur besar kecilnya. Semakin besar angka diafragmanya, semakin kecil bukaannya sehingga

cahaya yang masuk pun sedikit. Begitu pula sebaliknya. Bukaan diafragma besar adalah

angka dari diafragma lensa kamera yang disimbolkan dengan huruf “f” jika mempunyai

angka semakin kecil maka objek yang difokuskan akan terisolasi dikarenakan bagian yang

lain menjadi blur hanya objek tersebut yang fokus. Sebaliknya, jika angka “f”nya besar maka

akan semakin terfokus semua gambarnya dari depan hingga belakang.

Depth of field, yaitu area ketajaman yang terekam pada sensor digital. Teknik ini

berguna untuk proses foto jurnalistik karena memudahkan untuk menentukan tempat menarik

dalam sebuah foto. Ada tiga cara untuk mengatur ruang tajam yang dibutuhkan, yaitu

semakin besar angka diagramanya (semakin kecil bukaannya), semakin lebar ruang tajam

tersebut, semakin panjang fokus lensa, semakin sempit ruang tajamnya, dan semakin dekat

jarak pemotretan, semakin sempit ruang tajamnya. Ruang tajam ini juga dipengaruhi oleh

focal lenght lensa. Semakin panjang focal lenght lensa, semakin sempit tuang tajam yang

didapatkan, begitu juga sebaliknya.

2.2 Foto Manusia

Foto manusia yang semua objek utamanya manusia, termasuk anak-anak dan orang tua,

baik yang tua maupun yang muda. Unsur utama foto ini merupakan orang, yang dapat

memberikan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Nilai kemanusiaan tentang foto yang

dimana sebuah foto dapat bernilai tinggi untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin

ditunjukkan oleh fotografer dalam mengabadikan sebuah foto yang dimana di dalam foto tersebut

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

13

menekankan sebuah visual dalam penyampaian pesan yang diinginkan. Disinilah tantangan dari

fotografer dapat menelaah dan kepekaan dalam melihat sebuah objek dengan sedikit

mendapatkan keberuntungan dalam memotret sebuah kejadian.

Sebuah karya yang sukses dapat dilihat dari seorang fotografernya yang sudah jeli

dalam melihat dalam hal pesan yang disampaikan alasan mengapa fotonya dapat diapresiasi

oleh banyak orang adalah karena informasi yang ia bawa melalui fotonya. Mengambil foto itu

membutuhkan kerja keras dengan itu terlihat bagus agar mendapatkan hasil foto yang mampu

bercerita dan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang yang melihatnya. Karena itu,

fotografer harus memperhatikan lingkungan sekitar, dan terkadang perlu memanfaatkan

beberapa peluang.

Pengambilan gambar juga harus menggunakan otak dan hati untuk kritik sosial.

Sebuah objek yang biasa-biasa saja dapat indah apabila ada ditangan yang tepat pemikiran

orang terhadap sebuah objek memang berbeda-beda tergantung apa yang ingin disampaikan.

Oleh karena itu, seorang seniman fotografi yang penting adalah bahwa foto dapat berbicara

banyak dan dapat mempengaruhi orang yang melihatnya. Tidak butuh kamera yang canggih

untuk menghasilkan karya yang indah yang terpenting adalah teknik yang dapat diasah dan

dasar memotret adalah angle, timing dan komposisi. Foto ini selanjutnya dibagi menjadi

beberapa kategori, yaitu;

1. Still Life

Istilah “still life” masih berarti “diam” atau pada tempatnya, sedangkan “life”

kehidupan. Fotografi still life dapat diartikan sebagai memotret benda mati agar terlihat

lebih hidup dan berbicara secara visual. Fotografi still life tidak hanya dapat

memindahkan objek menjadi gambar, tetapi juga memasukkan lebih banyak makna

dengan mendapatkan foto yang lebih artistik dan bermakna.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

14

Orang sering melihat still life fotografi, namun tidak menyadarinya dalam

kehidupan sehari-hari. Foto still life dapat ditemukan di majalah pinggir jalan, koran,

kalender, brosur dan billboard. Fotografi still life biasanya menampilkan makanan,

minuman, atau benda mati lainnya yang komposisinya membuat terliat menarik bagi

mata. Fotografi still life identik dengan bisnis dan periklanan.

Fotografi still life dibuat berdasarkan selera, konsep dan emosi fotografer yang

menciptakan fotografi still life. Fotografer bisa mengekspresikan dirinya dengan

memasukkan banyak elemen pada fotografer. Ada empat elemen yang bisa membuat

still life photography lebih hiduo, yaitu pencahayaan, komposisi dan atribut. Atribut

tersebut berkaitan dengan hal-hal tambahan yang memberikan kesan ingin tampil pada

gambar yang akan dibuat. Misalnya, bunga akan menambahkan sentuhan feminim pada

gambar, sedangkan batu bertekstur akan menambahkan sisi maskulin.

Ketiga elemen ini dapat memberikan konten karena ketiga elemen ini akan

saling mendukung dan menghidupkan foto still life. Biasanya fotografer akan

mempertimbangkan apakah gambar tersebut memiliki tampilan yang menyenangkan

dan efek pencahayaan yang bagus. Properti yang digunakan dimaksudkan untuk

membuka tempat yang menarik. Ketiga elemen ini tidak dapat dipisahkan dalam foto

still life.

2. Potrait

Potrait merupakan ekspresi manusia dalam kesehariannya. Tujuan utama dari

foto potrait, menangkap momen orang-orang melalui berbagai ekspresi yang

ditampilkan. Karena foto potrait dapat menangkap berbagai ekspresi dan perasaan

umum lainnya (tiruan, tatapan mata, kerutan wajah) yang dihasilkan oleh wajah

manusia, perasaan tersebut dapat memberikan kesan emosional dan dapat membentuk

karakter seseorang. Fotografi potrait yang berfokus pada wajah seseorang. Ini tidak

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

15

berarti bahwa fotografer hanya mengambil gambar wajah dan menyelesaikan fotonya,

tetapi fotografi potrait yang diambil dengan perasaan. Oleh karena itu, foto yang

direkam terlihat jelas dan menceritakan sebuah kisah seperti karya sastra.

3. Human Interest

Human interest, foto yang menampilkan interaksi yang erat dengan manusia.

Melalui keakraban semacam ini, dapat mengambil foto yang menggambarkan kehidupan

seseorang, mendeskripsikan suasana dalam hidup, dan menggugah simpati penonton.

Kebanyakan foto human interest menggambarkan kehidupan orang-orang yang berada di

wilayah yang lemah secara ekonomi atau terpencil. Komunikasi antarpribadi dalam

kehidupan sehari-hari dan ekspresi emosional yang menunjukkan permaslahan hidup akan

memunculkan ketertarikan dan simpati pada orang yang menyukai foto.

Fotografi human interest tidak hanya harus menampilkan keindahan, tetapi juga

harus merekam emosi dalam suasana tertentu agar dapat mengabadikan cerita dengan

memperhatikan konsep karya yang diinginkan, namun tidak jarang pada fotografi human

interest. Ini dapat dibuat tanpa perencanaan sebelumnya. Disinilah fotografer manusia

tertarik untuk menguji.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

16

4. Stage Photography

Stage photography merupakan kegiatan entertainment yang menampilkan

berbagai macam aktivitas manusia diatas panggung hiburan. Berbeda dengan kedua

diatas stage photography ini hanya menampilkan efek visual dengan peralatan yang ada

di atas panggung dengan ekspresi orang yang diatas panggung. Stage photography atau

foto panggung yang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengabadikan

kegiatan pertunjukan dimana kegiatan ini mendokumentasikan mulai dari penonton,

panggung, dan artisnya. Stage photography bisa menjadi suatu pertunjukan yang

spekatakuler di dunia fotografi profesional, tetapi seperti halnya genre photography

yang lain, ia membutuhkan latihan, dan mata yang tajam untuk melihat momen dan

detail. Yang paling penting didalam stage photography harus menaati peraturan yang

ada dengan official yang ada sebelum acara diadakan rapat terlebih dahulu dimana dan

berapa lama fotografer harus memotret di bawah panggung.

5. Street Photography

Fotografi jalanan tentang bagaimana merekam informasi tentang kehidupan

sehari-hari dan orang yang berada dijalanan. Objeknya berupa jalanan, manusia, dan

arsitektur bangunan. Genre jenis ini melakukan foto dengan cara candid atau tidak

disengaja atau tidak diatur sedemikian rupa sehingga menampilkan foto yang apa

adanya dengan kondisi seperti itu. Fotografer jalanan tidak akan tertarik dengan

pemandangan alam, matahari terbenam, dan bulan purnama jika mereka tidak tertarik

pada manusia di ruang publik. Fotografi jalanan akan terpesona oleh dinamika manusia

di lingkungan sekitarnya. Karakteristik street photography bukanlah melulu tentang

jalanan tetapi pada lokasi pemotretan yang kebanyakan berada diruang publik,

walaupun tidak menutup kemungkinan pada ruang pribadi. Oleh karena itu, dapat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

17

disimpulkan bahwa street photography merupakan kegiatan memortret jalanan. Di kota

ini, kota merupakan tempat penyampaian informasi fotografer dari point of interest

yang diinginkan.

6. Journalism Photography

Fotografi berita merupakan media yang menyajikan informasi berupa bukti

visual dari berbagai peristiwa yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan cara

yang cepat. Secara umum, foto jurnalistik memiliki nilai berita atau menjadi ciri khas

berita itu sendiri, yang merupakan media pelengkap berita yang dimuat di suatu jenis

media. Fotografi jenis ini hampir sama dengan fotografi berita adalah menampilkan

foto-foto dengan cerita atau nilai berita. Foto tersebut kemudian digunakan untuk

keperluan penyairan berita atau publikasi di media massa. Subjek foto jurnalistik adalah

hal-hal atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Prinsip utama foto jurnalistik bahwa

foto yang dishasilkan merupakan peristiwa nyata tanpa adanya rekayasan dan

ketidakberpihakan.

2.2.2 Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik modern,

telah berkembang sangat pesat, apalagi sejak ditemukannya kamera digital yang menawarkan

beraneka macam kemudahan. Fotografi jurnalistik semakin besar perannya menjadi

penyampai informasi kepada khalayak secara cepat dan akurat. Fotografi jurnalistik tidak

berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan dengan

berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media massa cetak akan

terasa hambar jika salah satunya tidak ada.

Foto jurnalistik pada media massa surat kabar ditampilkan dengan tujuan memperkuat

dan memvisualkan isi berita, karena itu foto jurnalistik pada media surat kabar memiliki

peranan dalam melibatkan perasaan dan menggugah emosi pembaca. Dalam tampilannya,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

18

foto tersebut tidak hanya berdiri sendiri tetapi mencakup isi berita dan caption. Secara singkat

yang dimaksud isi berita adalah tulisan pada media surat kabar yang dapat dipertanggung

jawabkan kepada publik. (EMIL, 2012)

Foto jurnalistik merupakan foto yang dihasilkan melalui proses fotografi dan

bertujuan untuk menyebarluaskan informasi, yaitu cerita tentang suatu peristiwa yang terjadi

melalui penggunaan media massa sebagai cara untuk menyebarluaskan berita kepada

masyarakat. Oong Uchjana Effendy mengartikan pengertian berita yang lain, yaitu

memperoleh materi berita, kepada teknologi manajemen penyebarluasan berita. (Sumadina,

2006)

Foto jurnalistik berbeda dengan jurnalistik foto, ada beberapa hal yang membedakan

apa itu foto jurnalistik dan jurnalistik foto. Terkadang orang-orang yang awam masih

menganggap mereka itu sama padahal tidak sama karena pada bagaimana foto itu dibuat.

Foto jurnalistik merupakan foto bernilai tentang berita, yakni berisi informasi atau informasi

dalam bentuk foto dan jurnalistik foto merupakan proses penyampaian informasi atau berita

yang melalui media foto atau gambar. Foto jurnalistik merupakan karya fotografi hasil

jepretan kamera yang memiliki nilai berita atau informasi yang disebarluaskan melalui media

massa. Selain gambar, foto jurnalistik juga wajib didukung dengan kata-kata atau keterangan

yang menceritakan bagaimana informasi itu dibuat sehingga tidak salah persepsi.

Karakteristik foto jurnalistik terlihat pada medianya yaitu berupa media cetak, foto jurnalistik

terdiri dari foto dan sebuah teks penjelas pada sebuah berita subjek foto selalu manusia, pesan

yang disampaikan harus singkat dan mudah dipahami. Foto jurnalistik adalah penyebaran

foto yang dibuat oleh jurnalis dan selanjutnya menjadi berita.

Foto jurnalistik ini juga termasuk merupakan sebuah komunikasi dengan banyak

orang atau masyarakat umum. Pesan yang disampaikan harus secara singkat dan jelas sehinga

dapat diterima oleh berbagai kalangan. Seseorang pewarta atau jurnalis foto dalam

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

19

penyampaian pesannya, tidak dianjurkan untuk mengedit foto secara berlebihan, seperti

menambah unsur-unsur yang tidak ada dalam foto ketika ia melakukan pengambilan atau

merubah keaslian foto, karena itu akan merubah arti dari foto itu sendiri. Namun agar foto

tersebut dapat disebarluaskan kepada publik, foto tersebut juga harus melalui proses editing

untuk mencegah unsur SARA dan pelanggaran kode etik jurnalistik dengan tidak mengubah

makna aslinya. Perkembangan foto jurnalistik memiliki tujuan yaitu memenuhi kebutuhan

mutlak untuk menyampaikan informasi kepada orang lain berdasarkan kebebasan

berpendapat dan kebebasan pers.

Foto sebenarnya bisa ada secara mandiri, tetapi jurnalistik tanpa foto tidak akan

lengkap, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam atau menceritakan

suatu peristiwa. Pada dasarnya semua foto adalah file dokumen, dan gambar berita adalah

bagian dari dokumen foto. Basis foto jurnalistik hanya berupa kombinasi gambar dan teks.

Keseimbangan penulisan data pada teks gambar bersifat mutrlak. Keterangan foto atau

keterang gambar sangat membantu gambar untuk memberikan informasi yang lengkap

kepada masyarakat atau pembaca. Gambar dalam fotografi berita adalah rekaman foto dari

peristiwa yang diambil oleh kamera, dan teks dalam fotografi berita adalah dapat menyertai

foto tersebut. Sebuah foto yang baik bisa menjelaskan elemen minimal berita, yaitu: What,

who, where, when, why, dan how (5W + 1H),sedang untuk foto kadang ada tambahan unsur:

komposisi, isi, konteks, kreativitas dan jelas.

2.3 Kevin Carter

Kevin Carter lahir pada tanggal 13 September 1960 dan meninggal 27 Juli 1994 pada

umur 33 tahun. Kevin Carter adalah seorang jurnalis freelance Afrika Selatan pemenang

fotografi Pulitzer Prize untuk kategori fotografi jurnalistik yang berjudul Vulture and The

Little Girl, Kevin memotret derita kelaparan balita kecil kurus kering dengan latar belakang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

20

seekor burung pemakan bangkai. Kevin memotretnya lalu menjual foto itu ke New York

Times yang dipublikasikan untuk pertama kalinya pada tanggal 26 Maret 1994.

Banyak rumor yang beredar di masyarakat bahwa Kevin Carter melakukan bunuh diri

karena menyesal dan merasa bersalah karena tidak menolong anak tersebut, tetapi malah

menunggu momen yang pas untuk memotretnya. Empat belas bulan setelah mendapatkan

penghargaan tertinggi Kevin melakukan bunuh diri dengan mengunci diri di dalam pickup,

dan mengalirkan gas knalpot ke dalam mobil hingga meninggal. Carter meninggalkan tulisan

“Saya tertekan, tidak punya telepon, tidak punya uang untuk bayar uang sewa, tidak punya

uang untuk anak-anak, tidak punya uang untuk bayar hutang. Saya dihantui oleh ingatan-

ingatan tentang pembantaian, mayat-mayat, orang-orang yang marah dan penderitaan. Oleh

anak-anak terluka dan kelaparan, oleh orang-orang gila yang suka sekali menarik pelatuk dan

menembaki orang-orang lainnya, kadang dari polisi, kadang para penghukum mati. Carter

bunuh diri pada 27 Juli 1994, Kevin bunuh diri karena depresi pada kenyataan hidup yang

kejam dan keras. Kevin meninggal di usia muda yang meninggalkan kedua orang tuanya dan

putrinya berusia 6 tahun.

2.4 Analisis Resepsi

Definisi dari Analisis Resepsi adalah pemaknaan dan pemahaman dari suatu peristiwa

dalam suatu media yang kemudian diinterprestasikan oleh para individu. Analisis resepsi juga

berarti bahwa teks media mendapatkan makna pada saat peristiwa penerimaan, dan bahwa

khlayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan

menginterprestasikan teks-teks sesuai posisi-posisi sosial dan budaya mereka.

Menurut tradisi penelitian khalayak, setidaknya beberapa varian telah dikembangkan,

beberapa diantaranya diberi nama sesuai dengan sejarah kelahirannya: penelitian efek,

penelitian penggunaan dan kepuasan, kritik sastra, penelitian budaya dan analisis penerimaan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

21

Analisis penerimaan dapat dikatakan sebagai perspektif baru wacana dan masyarakat dalam

teori komunikasi. Sebagai tanggapan terhadap tradisi ilmiah ilmu sosial, analisis penerimaan

menekankan bahwa, baik kuantitatif maupun kualitatif, penelitian tentang pengalaman dan

pengaruh media harus didasarkan pada teori dan wacana representasi, bukan hanyak

menggunakan skala dan kategori semantik.

Asumsi dasar dari analisis resepsi adalah konsep khalayak aktif. Khalayak aktif

adalah khalayak yang mempunyai otonomi untuk memproduksi makna dalam proses

penerimaan konten media massa menggunakan teori “Encoding dan Decoding” hal ini ditulis

oleh Stuart Hall (1972). (Ida, 2014)

2.5 Teori Resepsi

Teori resepsi mementingkan pendapat khalayak pada sebuah isi media ataupun karya,

bisa pendapat umum yang bisa berubah-ubah terhadap suatu karya. Teori analisis penerimaan

memberikan dukungan bagi penelitian khalayak, bahkan khlayak tidak hanyak dijadikan

sebagai pasif, tetapi juga dianggap sebagai subjek budaya yang memiliki kekuatan dan makna

tersendiri dalam berbagai bentuk. Wacana konten disediakan oleh media. Makna yang

disampaikan oleh media bisa terbuka atau ambigu, bahkan publik pun bisa merespon

sebaliknya.

Tidak peduli seberapa transparan dan natural pesan tersebut terlihat, memahami pesan

juga merupakan pendekatan yang bermasalah. Pesan satu arah selalu dapat diterima atau

dipahami dengan cara lain. acara yang sama dapat dikirim atau diterjemahkan dengan

berbagai cara. Pesan selalu berisi banyak konten bacaan potensial. Tujuan pesan dan tuntunan

pembaca memang ada, tetapi tidak bisa didekati hanya dengan satu bacaan: masih ambigu

(pada prinsipnya masih memungkinkan perubahan interpretasi). Model teoritis menunjukkan

bahwa makna yang dikodekan oleh pengirim dapat diinterprestasikan oleh penerima sebagai

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

22

hal yang berbeda. Pengirim akan mengirimkan makna berdasarkan persepsi dan tujuannya,

dan penerima akan menerjemahkan pesan atau makna berdasarkan persepsi mereka. Ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Perkembangan penelitian media budaya telah melalui tiga generasi penelitian. Ciri-ciri

perkembangan encoding/decoding etnografik khalayak, kemudian wacana atau pandangan

konstruktivis media dan khalayak. Pengkodean adalah aktivitas sumber yang mengubah

pikiran dan konsep menjadi perasaan yang dapat diterima oleh peneirima. Sementara itu,

decoding yang mengubah pikiran dan konsep menjadi perasaan yang dapat diterima oleh

penerima. Decoding yang menerjemahkan atau menafsirkan pesan fisik menjadi bentuk yang

bermakna bagi penerimanya

Pesan-pesan dari media merupakan gabungan dari simbol, tandam dan makna dimana

‘preferred reading’ (pemaknaan utama) sudah ditentukan, tetapi masih berpeluang pesan

tersebut diterima dengan cara berbeda dari pesan dikirimkan. Preferred reading makna

dominan atau makna terpilih dari sebuah teks. Disebut sebagai dominan, karena ada pola

pembacaan yang lebih

Teori analisis penerimaan, sebagai salah satu bentuk pendukung penelitian khalayak,

sebenarnya bertujuan agar khalayak tidak hanya pasif, tetapi juga dianggap sebagai subjek

budaya yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menghasilkan makna dari berbagai wacana

yang diberikan oleh media. Makna yang disampaikan oleh media dapat bersifat terbuka atau

ambigu, bahkan dapat direspin secara positif oleh publik.

Menurut Stuart Hall, riset khalayak mempunyai perhatian langsung terhadap analisis

dan konteks sosial dan politik dimana isi media diproduksi (encoding), serta konsumsi isi

media dalam konteks kehidupan sehari-hari (decoding). Analisis resepsi memfokuskan pada

perhatian individu dalam proses komunikasi massa (decoding), yaitu pada proses pemaknaan

dan pemahaman yang mendalam atas media dan bagaimana individu menginterpretasikan isi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

23

media. Hal ini bisa diartikan individu aktif menginterprestasikan teks media dengan cara

memberikan makna atas pemahamannya sesuai apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-

hari.

Terkait dengan decoding yang dikatakan Hall, dikatakan bahwa adanya suatu jenjang

atau kunci yang digunakan agar pemaknaan atau audience dapat dijelaskan. Tiga posisi

tersebut yaitu:

1. accepting atau dominan yang merupakan posisi menerima atau sepakat dengan media yang

dikonsumsi

2. negotiated yang merupakan posisi bisa menerima maupun menolak namun dengan adanya

alasan tertentu

3. oppositional yang merupakan posisi menolak atau tidak sepaham dengan konten media

yang diterimanya.

Ketiga posisi ini dapat muncul dari pemaknaan audience, melihat dari berbagai faktor,

misalnya latar belakangnya seperti kelas sosial, pedidikan, jenis kelamin, budaya, umur,

pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki audiece.

Fokus dari teori ini ialah proses decoding, interpretasi, serta pemahaman inti dari

konsep analisis reception. Dalam teori ini Stuart Hall mengatakan bahwa makna yang

dimaksudkan dan yang diartikan dalam sebuah pesan bisa terdapat perbedaan. Analisis

resepsi digunakan untuk melihat dan memahami respon, penerimaan, sikap dan makna yang

diproduksi atau dibentuk oleh penonton atau pembaca majalah atau novel-novel romantis

misalnya terhadap konten dari karya literature dan tulisan dalam majalah. (Ida R. , 2014)

Analisis resepsi merupakan suatu studi yang melihat khalayak sebagai partisipan aktif

dalam membangung dan memaknai atas apa yang mereka baca, mereka dengar, dan mereka lihat.

Isi media dipahami sebagai bagian dari sebuah proses dimana akal sehat dikontriksi melalui

pembacaan yang diperoleh dari gambar dan teks bahasa. Sementara makna teks media bukanlah

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Sebagai Media Komunikasi

24

fitur yang transparan, tetapi produk interpretasi oleh pembaca dan penonton. Jika sebelumnya

media adalah sebagai penyalur informasi, maka kini media menjadi fasilitator, penyaring dan

pemberi makna dalam sebuah informasi. Media kini memasuki kedalam dunia makna yang lebih

luas, tidak terbatas pada waktu dan kejadian sebuah peristiwa. Namun asumsi lainnya

mengatakan bahwa studi yang dilakukan mengenai pemahaman makna oleh khalayak tersebut,

masih jauh dari kepastian makna yang teridentifikasi yang hanya mungkin diaktifkan oleh

pembaca, khalayak dan konsumen.