Upload
dinhkhanh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Media Secara Umum
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber (pemberi pesan) kepada penerima pesan
sehingga dapat merangsang fikiran dan perasaan serta minat dan perhatian
siswa sedemikian rupa sehinggainformasi yang disampaikan dapat terjadi
pada sasaran atau si penerima.
Secara umum media juga dipandang sebagai sesuatu hadiah yang
didalamnya termasuk baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software). Sehingga media itu sendiri sebagai alat penghubung
antara pemberi pesan (komunikator) kepenerima pesan (komunikan).
Bahwa komunikator bertujuan efektif dan efisien terhadap pesan.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 68) media gambar
adalah media yang mengkombinasikank fakta dan gagasan secara jelas dan
kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar.
Media gambar merupakan media yang sederhana, mudah dalam
pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaannya termasuk media yang
murah harganya.
2.1.2 Pengertian Media Pendidikan
Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru
mengajar dari siswa belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung
hingga siswa dapat menerima sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai hasil belajar. Media pendidikan merupakan suatu alat
atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar,
dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini
sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima
dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional
7
dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode
pendidikan.
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media
pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga
mengurangi verbalitas.
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh
karena itu pelajaran lebih mantap.
4. Memberikan pengalaman yang nyata.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
6. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu
perkembangan bahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain
8. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara
guru dan murid.
9. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang
sebenarnya secara realita dan teliti.
10. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan
belajar
2.1.3 Pengertian Media Audio dan Visual
Media audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti radio, cassete recorder, pringan hitam. Media visual
adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini
yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti Filem Strip
( Filem rangkai ), foto, gambar, atau lukisan, cetakan. Adapula media visual
yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan
film kartun.
Media audio menurut Rinanto (1982: 43) yaitu ”segala jenis media
yang hanya bisa dinikmati oleh indra pendengar, dan yang mampu
8
menggugah imajinasi bagi para pendengarnya”. Media audio merupakan
alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa mendengar saja. Di samping
menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak,
materi audio dapat digunakan untuk ;
1. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang
telah didengar;
2. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari
lokasi;
3. Menjadikan modal yang akan ditirukan oleh siswa; 4) Menyiapkan
variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan
belajar mengenai pokok bahasan.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 129) pengertian
media audio untuk pengajaran, dimaksud adalah sebagai bahan yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara),
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa,
sehingga terjadi proses belajar-mengajar.
Pengembangan media audio sama halnya dengan pengembangan
media lainnya, yang secara garis besar meliputi kegiatan perencanaan,
produksi, dan evaluasi. Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan penentuan
tujuan, menganalisis keadaan sasaran, penentuan materi, format yang akan
dipergunakan dan penulisan skrip. Produksi adalah kegiatan perekaman
bahan, sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat direkam
dalam pita suara atau piringan suara. Evaluasi dimaksudkan sebagai
kegiatan untuk menilai program, apakah program tersebut bisa dipakai atau
perlu direvisi ( di sempurnakan) lagi. Pembahasan selanjutnya, tidak akan
menguraikan lebih lanjut tentang pengembangan suatu program audio, akan
tetapi akan membahas pemanfaatan media audio dalam proses pengajaran.
Karakteristik media audio umumnya berhubungan dengan segala kegiatan
melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
9
mendengarkan kalau digolongkan atau diklasifikasikan percakapan-
percakapan yang bisa dicapai meliputi hal-hal ssebagai berikut:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian.
Sebagai contoh: siswa ditugasi untuk menghitung kata-katatertentu
dari apa yang terungkap dalam suatu paragraf yang dia dengar.
b. Mengikuti pengarahan. Siswa mendengarkan suatu pernyataan singkat
dan selanjutnya siswa harus menandai satu pernyataan yang paling
cocok dari beberapa pernyataan pilihan jawaban.
c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka
dengar. Siswa mendengarkan satu kalimat atau salah satu frase
kalimat, kemudian mereka menirukannya. Dalama hal ini tidak dalam
satu kata saja, untuk memungkinkan adanya daya analisis hubungan
satu kata dengan yang lainnya sebelum mereka menirikannya.
d. Perolehan arti dari suatu konsteks. Siswa harus menyempurnakan
kalimat yang terdiri atas beberapa kata yang artinya bisa jelas setelah
menyempurnakan kalimat itu dalam suatu konsteks tertentu. Bagian
kalimat ini diperdengarkan sebagai suatu tanda (cue).
e. Memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak relevan.
Kepada siswa diperdengarkan suatu paragraf yang didalamnya
terdapat kat-kata atau informasi yang tidak relevan atau tidak pada
konsteksnya. Kata-kata yang biasanya dipakai adalah mempunyai
bunyi hampir bersamaan dengan kata yang mempunyai konsteks yang
benar.
f. Mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian dari
cerita yang mereka dengar. Dalam hal ini biasanya disajikan suatu
cerita pendek atau tulisan pendek, dan siswa mengungkapkannya
kembali setelah selesai mendengarkan cerita tersebut.
Dari segi sifatnya yang auditif, media ini terdapat kelemahan yang
harus diatasi dengan cara pemanfaatan media atau saluran lainnya. Karena
kekurangan ini didasarkan atas ciri-ciri dan karakteristis media audio
sendiri. Kekurangan dari media audio, antara lain:
10
1. Memerlukan suatu pemusatan pengertian pada suatu pengalaman yang
tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara
belajar yang khusus.
2. Media audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentu
auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan
batuan pengalaman visual.
3. Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa terkontrol melalui
tingkatan penguasaan perbendaharaan kata-kata atau bahasa, serta
susunan kalimat.
4. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang
sudah mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak.
5. Penampilan melalui ungkapan perasaan atau simbol analog lainya
dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman
analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa terjadi ketidak
mengertian dan bahkan kesalah pahaman.
Dari pertimbangan kekurangan media audio diatas, maka manfaatnya
memerlukan bantuan pengarahan dari media lainny, sehingga pengalaman
dari pengetahuan siap dipunyai pendengar sebelumnya akan membantu
terhadap keberhasilan penampilannya.
Jenis-jenis pemanfaatan media audio dalam kegiatan pengajaran
pemanfaatannya dapat digolongkan pada bagian-bagian berikut ini:
1. Audio card instruction. Pengajaran melalui suatu kartu bergambar atau
bertulisan yang bila dimasukkan kepada alat player-nya akan
terdengar suara yang mengiringi gambar atau tulisan pada kartu
tersebut.
2. Pengajaran dengan menggunakan satu rekorder bagi suatu kelompok
kecil. Instlasi dalam sistem ini biasanya berupa satu record-player
yang aupot-nya dihubungkan dengan beberapa headphone.
3. Pengajaran untuk keperluan tutorial. Materinya bisa dipergunakan
secara perorangan atau secara kelompok. Untuk tujuan ini materinya
akan berisikan bimbingan atau pengarahan dalam suatu masalah atau
11
hal. Misalnya untuk kepentingan pengarahan sebagai prelab; ataupun
mungkin untuk bahan pengayaan materi yang disampaikan oleh media
lainnya.
4. Pengajaran untuk keperluan tutorial. Materinya bisa dipergunakan
secara perorangan atau secara kelompok. Untuk tujuan ini materinya
akan berisikan bimbingan atau pengarahan dalam suatu masalah atau
hal. Misalnya untuk kepentingan pengarahan sebagai prelab; ataupun
mungkin untuk bahan pengayaan materi yang disampaikan oleh media
lainnya.
5. Rekaman sebagai alat evaluasi dimaksudkan ada dua macam kegiatan:
a. Kegiatan evaluasi yang harus merespons terhadap stimulus atau
pertanyaan yang telah direkam terlebih dahulu, dan
b. Kegiatan evaluasi yang jawabannya atau hasilnya merupakan hasil
rekaman masing-masingkegiatan evaluasi seperti kegiatan 5a diatas
merupakan suatu pemanfaatan dari prinsip-prinsip uraian tentang
kecakapan-kecakapan apa saja yang bisa dicapai oleh adanya media
audio, pada bagian 1 depan. Sedangkan kegiatan 5b bisa kita lakukan
dengan memanfaatkan kegiatan perekaman sebagai alat pengalaman
untuk belajar.
1.1.4 Media Audio Visual
Menurut Rinanto (1982: 22) yang dimaksud dengan media visual
adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indra mata dan mampu
menumbulkan rangsangan untuk berefleksi. Misalkan: gambar/lukisan, foto-
foto, slide, poster, cergam, dan sebagainya. Arsyad (2008: 91) berpendapat
bahwa : Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses
belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui
elaborasi struktur dan organisasi), memperkuat ingatan, dan juga dapat
menumbuhkan minat siswa serta dapat memberikan hubungan antara isi
materi pelajaran dengan dunia nyata.
12
Dari beberapa definisi disimpulkan bahwa media visual adalah media
yang dapat dilihat oleh mata yang mampu menumbuhkan rangsangan untuk
berefleksi, memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, dan
menumbuhkan minat siswa, serta dapat memberikan hubungan antara isi
materi dengan dunia nyata. Bentuk media visual misalnya gambar
representasi, diagram, peta, slide, cergram, dan sebagainya.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat membantu
kegiatan siswa belajar, oleh karena itu dapat disajikan pesan yang diterima
oleh siswa dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra yang
dimiliki. Untuk itulah maka seorang guru harus berusaha agar materi
pelajaran yang disajikan, dapat dimengerti dengan mudah oleh siswa dengan
melibatkan sejumlah alat indranya.
Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Jhon D; Latuheru bahwa:
“Pengalaman belajar manusia 75% diperoleh melaui indra pendengaran dan
selebihnya melalui indra lainnya.
Menurut Rinanto (1982 : 21) ”audio visual adalah suatu media yang
terdiri dari media visual yang disingkronkan dengan media audio yang
sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan anak
didik di dalam proses PBM”. Media audio visual merupakan perpaduan
yang saling mendukung antara gambar dan suara yang mampu menggugah
perasaan dan pikiran bagi yang bersangkutan. Dari beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan alat yang dapat
menyampaikan informasi dengan cara didengar dan dilihat sehingga
mempermudah seseorang dalam memahami sesuatu.
2.1.5 Media Pembelajaran
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala
sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian
faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Untuk itu
perlu sekali dalam proses pembelajaran diciptakan suasana yang kondusif,
13
agar siswa benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses tersebut. atau
pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Grearlach & Ely (1971)
dalam Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007) mengatakan
bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Atwi Suparman (1997)
mendefinisikan, media sebagai alat yang digunakan untuk menyalurkan
pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima. Dalam aktivitas
pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung
antara pendidik dengan siswa.
Ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran,
diantaranya:
1. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran;
2. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau tulisan);
3. Mengatasi keterbatasan ruang;
4. Pembelajaran lebih kumunikatif dan produktif;
5. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan;
6. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar;
7. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu;
8. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta;
9. Meningkatkan kadar keaktifan /keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi kom mengataunikasi edukasi antara
guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang
14
besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada
kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh
Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Gene dan Briggs (1979-195) menyarankan suatu cara dalam langkah-
langkah memilih media pembelajaran untuk pembelajaran. Langkah dalam
memilih media pembelajaran menurut keduanya adalah :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau tipe belajar
3. Memilih peristiwa – peristiwa pembelajaran yang akan berlangsung
4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa
5. Mendaftar media pembelajaran yang dapat di gunakan pada setiap
peristiwa dalam pembelajaran
6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media pembelajaran
yang dipakai
7. Menentukan media pembelajaran yang terpilih akan di gunakan
8. Menulis rasional ( penalaran) memilih media pembelajaran tersebut
9. Menulis tata cara pemakaiannya pada setiap event ( peristiwa)
10. Menuliskan script ( naskah ) pembicaraan dalam penggunaan media
pembelajaran.
15
2.1.6 Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil
penelitian para ahli, ternyata media yang beraneka ragam hampir semua
bermanfaat. Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal
dewasa ini, dari yang sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang
mudah dan sudah ada secara natural sampai kepada media yang harus
dirancang sendiri oleh guru.
Menurut pendapat Sudirman, dkk, media dapat di klasifikasikan
sebagai berikut
Di lihat dari jenisnya, media di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti radio, dan cassette recorder.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti
foto, gambar
3. atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan
gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun
4. Media audio-visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Media ini dibagi lagi ke dalam audio-visual diam dan
audio-visual bergerak. Audio-visual diam yaitu media yang
menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara dan
film rangkai suara. Audio-visual bergerak yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film
suara dan vidio cassette.
Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak.
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah siswa dalam waktu yang sama.
2. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
tempat, yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang
dan tempat yang khusus seperti film.
16
3. Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan
pengajaran melalui computer
Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah
diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan
penggunaannya tidak sulit.
2. Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit
membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang
memadai.
2.1.6.1 Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat di serap oleh mata dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien ( Sudjana, 2002:59). Alat peraga merupakan salah
satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi
ajar yang abstrak
menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat merupakan bagian
dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe belajar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi
seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar
dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya
secara logis dan realitis. Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah
abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang realitis serta
menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah di lupakan. Alat peraga dalam
mengajar memegang peranan sebagai alat bantu untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar di tandai dengan
adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta
evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa di
17
lepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk
mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam
pencapaian tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan
yang sangat penting dengan adanya alat peraga dengan mudah dapat
dipahami oleh siswa. Alat peraga sering di sebut audio visual, dari
pengertian alat yang dapat di serap oleh mata dan telinga. Alat tersebut
berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah di pahami oleh
siswa.
Dalam proses belajar mengajar alat peraga di pergunakan dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
1. Fungsi dan nilai alat peraga
Ada enam fungsi pokok dari alat dalam proses belajar mengajar.
Keenam fungsi tersebut adalah :
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar - mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri
sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang
efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan
salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan
dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa
penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan
pelajaran.
d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat
hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempercepat proses belajar - mengajar dan membantu siswa dalam
menagkap pengertian yang diberikan guru.
18
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar - mengajar. Dengan perkataan lain
menngunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama
diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Di samping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses
belajar - mengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini:
a. Alat peraga dapat meletakkan dasar - dasar yang nyata untuk berpikir,
oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbaliswe.
b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar.
c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar tambah mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu bekembangnya
kemampuan berbahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain
serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar
yang lebih sempurna.
Di samping itu masih banyak nilai dan manfaat yang diperoleh dari
penggunaan alat peraga dalam kaitannya dengan pencapaian hasil belajar –
mengajar.
1. Jenis- jenis alat peraga
Alat peraga dalam proses belajar – mengajar kita bedakan menjadi alat
peraga dua dan tiga dimensi.
a. Alat peraga dua dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang
dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping mempunyai
ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi
Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain ialah:
19
a. Bagan
Bagan adalah gambaran dari suatu yang dibuat dari garis dan gambar.
Bagan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan,
perbandingan, dan lain-lain. Jenis bagan antara lain bagan keadaan,
lukisan, diagramatik, perbandingan, petunjuk, waktu, uraian, dan lain-
lain.
b. Grafik
Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris,
bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi
secara statistik. Dibedakan, ada grafik garis, batang, lingkaran dan
grafik bergambar. Data pertumbuhan penduduk suatu negara dapat
dilukiskan dalam bentuk grafik.
c. Poster
Poster merupakan penggambaran yang ditujukan sebagai
pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang biasanya
berisi gambar-gambar. Poster yang baik gambarnya sederhana, kata-
katanya singkat dan menarik perhatian.
d. Gambar mati
Sejumlah gambar, foto, lukisan, baik dari majala, buku, koran atau
dari sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran.
Gambar ini bisa dikumpulkan oleh siswa, kemudian dibicarakan guru
pada waktu mengajar.
e. Peta datar
Peta datar banyak digunakan sebagai alat peraga dalam pelajaran ilmu
bumi kependudukan. Peta datar ini ialah gambar rata suatu
permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil
dilakukan dalam garis, titik dan lambang.
f. Peta timbul
Peta timbul pada dasarnya peta dasar yang dibentuk dengan tiga
dimensi. Dibuat dari tanah liat atau bubur kertas. Penggunaannya
sama dengan peta datar.
20
g. Globe
Globe merupakan model penampang bumi yang dilukiskan dalam
bentuk benda bulat. Globe adalah alat peraga yang tepat untuk
menunjukkan negara-negara di dunia.
h. Papan tulis
Papan pengumuman, papan tempel. Alat ini merupakan alat klasik
yang tak pernah dilupakan orang dalam proses belajar-mengajar.
Peranan papan tulis dan papan lainnya masih tetap digunakan guru,
sebab merupakan alat yang praktis dan ekonomis.
2. Penerapan alat peraga dalam pengajaran
Uraian dibawah ini membahas bagaimana penerapan alat peraga
dalam pengajaran. Khususnya diuraikan masalah yang berhubungan
dengan prinsip penggunaan alat peraga, langkah-langkah
menggunakan alat peraga dalam kelas, guru dan keperagaan, prosedur
belajar dan hubungannya dengan keperagaan.
a. Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat
mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah :
1. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru
memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan
tujuan dan bahan pelajaran yang hendaknya diajarkan.
2. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu
perhitungan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat
kematangan/kemampuan anak didik.
3. Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode
penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan
dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada.
4. Menempatkan atau memperhatikan alat peragaan pada waktu, tempat
dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada
waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau
21
selama proses mengajar terus-menerus memperhatikan atau
menjelaskan sesuatu dengan alat peraga. Keempat prinsip ini
hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu ia menggunakan alat
peraga.
a. Langkah yang harus ditempuh pada waktu menggunakan alat peraga
Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan
mempergunakan alat peraga. Langkah-langkah itu ialah:
1. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga. Pada
langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan yang akan dicapai.
2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan alat
peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk mencapai
tujuan.
3. Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan,
sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Mereka harus dimotivasi agar dapat dinilai, menganalisis,
menghayati, pelajaran dengan alat peraganya.
b. Langkah penyajian pelajaran dan peragaan. Penyajian pelajaran
dengan menggunakan peragaan merupakan suatu keahlian guru yang
c. bersangkutan. Dalam langkah ini memperhatikan bahwa tujuan utama
ialah pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sedangkan alat peraga
hanya sekedar alat pembantu. Jangan sampai alat peraga sebagai
tujuan, dan tujuan menjadi alat.
d. Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini siswa hendaknya
mengadakan kegiatan belajar sehubungan dengan penggunaan alat
peraga. Kegiatan ini mungkin dilakukan di dalam kelas atau di luar
kelas.
e. Langkah evaluasi pembelajaran dan alat peraga
Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluasi sampai seberapa
jauh tujuan itu tercapai, yang sekaligus dapat kita nilai sejauh mana
pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu dapat menunjang
keberhasilan proses belajar.
22
Edgar Dale mengemukakan 10 jenis pengalaman manusia yang di
lukiskannya dalam bentuk kerucut, disebut kerucut pengalaman. Ke sepuluh
jenis ini ialah:
a. Pengalaman langsung
Dalam pengalaman ini anak mengalami sendiri, berbuat sendiri.
Dengan cara ini akan memperoleh pengalaman secara langsung
sehingga hasilnya akan lebih berarti padanya.
b. Pengalaman langsung melalui benda-benda tiruan
Karena tidak semua hal dapat dipelajari secara langsung maka banyak
hal yang dipelajari melalui benda tiruan. Misalnya untuk mempelajari
bumi yang bulat dipergunakan globe. Dengan benda tiruan anak dapat
mempelajarinya secara keseluruhan.
c. Pengalaman melalui dramatisasi
Dengan dramatisasi anak berkesempatan malakukan, menafsirkan dan
memerankan suatu peran tertentu.
d. Pengalaman melalui demontrasi
Pada demontrasi, anak kelihatan tidak seaktif ketiga jenis di atas.
Anak lebih banyak melihat dari pada berbuat. Demontrasi bertujuan
untuk memperlihatkan suatu proses. Jadi demontrasi lebih abstrak dari
pada dramatisasi.
e. Pengalaman melalui karyawisata
Karyawisata adalah kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar.
Dalam karyawisata siswa menganalisis, mengobservasi, dan meneliti
sesuatu diluar kelas.
f. Pengalaman melalui pameran
Dalam pameran diperlihatkan benda-benda yang realistik, dengan
maksdu menyajikan suatu ide atau gagasan.
g. Pengalaman melalui televisi dan gambar hidup
Alat ini berpengaruh kepada anak melalui pendengaran dan
penglihatan. Jadi, pengalaman yang diperolehnya tidak langsung tapi
membutuhkan penghayatan yang tinggi.
23
h. Pengalaman melalui radio dan dan rekaman
Pengalaman ini hanya membutuhkan pendengaran saja, sehingga lebih
sulit dibandingkan dengan televisi dan gambar hidup.
i. Pengalaman melalui lambang-lamabang visual
Pengalaman merupakan sebuah contoh dari lambang visual. Jadi,
pengalaman melalui lambang visual memerlukan penghayatan dan
pemikiran yang tajam, sebab harus menterjemahkan lambang tadi
untuk membentuk satu pengertian.
j. Lambang kata (verbal)
Lambang kata merupakan pengganti hal-hal yang sifatnya konkret.
Tidak ada persamaan yang konkret dari lambang kata dengan ide atau
benda dibalik kata tersebut. Kata-kata adalah abstraksi yang mutlak.
Ini hanya mungkin dimengerti kalau anak sudah dapat berpikir
abstrak.
Kesepuluh tingkatan di atas dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase berbuat, yakni tingkat pertama sampai tingkat kelima
b. Fase mengamati, dari tingkat keenam sampai tingkat kesembilan
c. Fase abstrak, yaitu tingkat kesepuluh.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan Alat Peraga
Ada pun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam
pengajaran yaitu :
1. Menumbuhkan minat belajar siswa pelajaran manjadi lebih
menarik
2. Memperjelaskan makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih
mudah memahami
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan
mudah bosan, siswa akan lebih aktif melakukan kegiatan belajar
seperti mengamati, melakukan dan mendemontrasikan
4. Kekurangan alat peraga :
1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru
2. Banyak waktu yang di perlukan untuk persiapan
24
3. Perlu kesediaan berkorban secara materiil
2.1.6.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau Sain yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘Science’.
Kata „Science’ sendiri berasal dari Bahasa Latin ‘Science’ yang berarti
saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social ‘Science’ (ilmu pengetahuan, sosial)
dan natural Science (ilmu pengetahuan, alam). Namun, dalam
perkembangan Science sering diterjemahkan sebagai Sain yang berarti Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan
bertentangan dengan etimologi ( Jujun Suriasumantri, 198 : 299). Untuk itu,
dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk menunjuk pada
pengertian Sain yang kaprah yang berarti natural Science.
Menurut H.W Fowler ( dalam Laksmi Prihantoro, 1986 :1,3), IPA
adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan
dengan gejala-gejala kebedaan dan didasarkan terutama atas pengamatan
dan deduksi.
Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi
oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
sebagainya.
Jadi menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
25
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didlam kehidupan sehari-
hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensiagar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau
lingkungan sekitar.
Mata pelajaran IPA di SDN Dukuh 01 Salatiga bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan untuk :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikpa positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
1.1.6.3 Pengertian belajar
Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan
banyak pengaruh oleh bagaimana proses belajar yang dialami siswa. oleh
sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ada
26
beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, di antaranya,
Skinner ( 1973) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut
Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses
perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. C.T. Morgan (1962)
mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seserang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalaman sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil
konstruktivis melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi
penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri ( Supriono,
2009: 1:6)
Menurut beberapa pakar pendidikan mendefiniskan belajar sebagai berikut:
1. Menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
ilmiah.
2. Menurut Traver belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
3. Menurut Gronbach learning is shown by a change in behavior as a
result of experience.
4. Menurut Harold Spears learning is to observe, to read, to imitate, to
try something themselves, to listen, to follow direction
5. Menurut Geoch learning is change in performance as a result of
practice.
6. Menurut Morgan learning is any relatively permanent change in
behavior that is a result of past experience
27
2.1.6.4 Prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri-ciri :
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku yang lainnya.
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4. Positif atau berakumulasi.
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dilakukan.
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting, belajar
sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral
reperoire that occurs as a result of experience.
7. Bertujuan dan terarah.
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Siswa akan berhasil dalam belajarnya jika
memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar akan menjadi
pedoman bagi siswa dalam belajar.
Ada 8 (delapan) prinsip belajar yang perlu diketahui, sebagai berikut:
a. Belajar perlu memiliki pengalaman belajar. Pada dasarnya, seseorang
akan mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memiliki pengalaman
yang akan mempermudahkannya dalam memperoleh pengalaman
baru. Salah satu contoh: Ahmad akan bisa dengan mudah mengerjakan
pelajaran penjumlahan dan pengurangan, jika sebelumnya Ahmad
sudah mengenal angka-angka, dari 0,1,2,3,4, dan seterusnya.
b. Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah. Adanya tujuan-tujuan
akan dapat membantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan.
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
c. Belajar memerlukan situasi yang problematis. Situasi yang
problematis ini akan membantu membangkitkan motivasi belajar.
Siswa akan termotivasi untuk memecahkan problem tersebut. Semakin
28
sukar problem yang dihadapi, semakin keras usaha untuk berpikir
untuk memecahkannya.
d. Belajar harus mempunyai tekat dan kemauan yang keras dan tidak
mudah putus asa. Banyak orang yang gagal dalam belajar karena tidak
memiliki tekat dan kemauan yang kuat untuk belajar. Bagi mereka,
belajar hanya sekedar datang, duduk, dengar dan diam. Tidak menutup
kemungkinan, orang tersebut setelah belajar tidak memiliki
pengetahuan apapun dari hasil belajarnya. Putus asa juga akan
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Mudah putus asa
menyebabkan gairah belajar menjadi berkurang karena menganggap
sesuatu yang dipelajarinya tersebut tidak sesuai atau benar-benar tidak
sanggup untuk dipelajari sehingga muncul pertanyaan “untuk apa saya
belajar?”. Menurut David (dalam M. Sobry Sutikno, 2012), seseorang
guru besar di Amerika yang mendalami perjalanan orang-orang sukses
di dunia, mereka yang sukses adalah orang-orang yang tidak pernah
berhenti mencoba.
e. Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan. Ini akan
mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan suatu
materi. Seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan
banyak mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan,
arahan, serta dorongan yang baik.
f. Belajar memerlukan latihan. Efek positif dari memperbanyak latiha
adalah dapat membantu menguasai segala sesuatu yang dipelajari,
mengurangi kelupaan, dan memperkuat daya ingat.
g. Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat
memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Metode yang
dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang
kita pelajari dan juga sesuai dengan siswa (orang yang belajar), yaitu
metode yang membuat dia cepat faham.
h. Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor
waktu dan tempat ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
29
keberhasilan siswa dalam belajar, dengan demikian faktor ini perlu
mendapat perhatian lebih serius. Winston Churchill menyebutkan
bahwa waktu tidak berpihak pada siapa pun; tetapi waktu dapat
menjadi sahabat bagi mereka yang memegangnya dan memerlukannya
dengan baik.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru
perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut Apa pun yang
dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu,
siswa lah yang harus bertindak aktif.
a. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
b. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
c. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa
akan membuat proses belajar menjadi berarti.
d. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajar.
2.1.6.5 Tujuan belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan
belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk
pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang
menyertai tujuan belajar instruksional lazim tersebut nurturant effect
Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, menerima orang lain; dan sebagainya. Tujuan ini merupakan
konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem
lingkungan belajar tertentu.
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan. Berbagai upaya
dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, intinya adalah upaya untuk
membuat siswa belajar. Alangkah sia-sia upaya yang dilakukan oleh guru
jika siswa tidak mau belajar.
30
Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai sesuatu yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Dengan kalimat yang sangat sederhana, secara garis besar ada tiga tujuan
belajar. Sebagai berikut: (1). Pengumpulan pengetahuan, (2). Penanaman
konsep dan kecekatan, (3). Pembentukan sikap dan perbuatan.
2.1.6.6 Hasil Belajar
Menurut Anni (2005: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan
aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep,
maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil
belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan murid dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan.
Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai
apakah murid sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang
telah ditetapkan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Menurut pemikiran
Gagne,hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memeerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun
penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memprestasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis- sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
31
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivias kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan kordinasi, sehngga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh ),
application (menerapkan ), analysis ( menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru ),
dan evaluation (menilai). Domain efektif adalah receiving ( sikap
menerima), respondin( memberikan respons), valuing ( nilai), organization (
organisasi), characteriza ( karakterisasi ). Domain psikomotor meliputi
initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisika, sosial, manajerial, dan intelektual.
Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap.
Yang harus dingat, hasil belajar adalah perubahan perlaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategoritasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif.
32
2.1.7.1 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
beberapa peneliti yang menggunakan media alat peraga untuk memecahkan
masalah pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut
antara lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Noffrida (2010) yang berjudul
Penggunaan Media alat peraga guna Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Tentang Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Tutup II
Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran
2009/2010. Menyimpulkan bahwa di dalam penelitian ada peningkatan
ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana pada
kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71%) yang telah tuntas dalam
belajarnya, pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20
siswa (78,57%) yang telah tuntas .
Dan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 100%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa IV pada pembelajaran matematika di
SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I
Tahun Ajaran 2009/2010. DI dalam penelitiannya jumlah siswa IV ada 28
siswa, 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Keunggulan dari penelitian ini yaitu terciptanya kerja sama diantara
siswa yang lain atau anggota kelompok yang lain, sedangkan kelemahannya
yaitu masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian pada
pokok bahasan pecahan menggunakan media alat peraga untuk memancing
siswa mengeluarkan semua pendapat atau pengetahuannya dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
33
Penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2010) yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Mengurutkan Pecahan
pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidakaton 04 Tahun Ajaran 2009/2010.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam menguraikan pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya
ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa yang tuntas dengan KKM : 60
pada siklus 1 PTK sebanyak 23. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96%) .Keunggulan
dari penelitian ini yaitu meningkatnya hasil belajar siswa dalam
mengurutkan pecahan.
Sedangkan kelemahannya yaitu peningkatan hasil belajar tidak sesuai
karena dengan menggunakan media alat peraga masih belum bisa
sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian
pada pokok bahasan pecahan.
2.1.7.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
siswa dikelas V SD Negeri Dukuh 01 di mana siswa kelas V banyak
mengalami kesulitan-kesulitan dalam mempelajari materi-materi pelajaran
IPA khususnya materi tentang sifat-sifat cahaya. Masalah-masalah dalam
pembelajaran tersebut tentu ada sebabnya, diantaranya disebabkan karena
model pembelajaran yang di gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
masih menggunakan model pembelajaran konvensional oleh sebab itu,
siswa kurang tertarik dan merasa jenuh pada mata pelajaran IPA selain itu
kurangnya minat siswa dalam mempelajarinya karena dalam pembelajaran
IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi kegiatan
menghafal dan memang terkadang siswa di buat aktif oleh guru, tetapi
34
masih banyak siswa yang terlihat tidak aktif, mungkin dikarenakan sistem
pengajarannya yang selalu monoton, sehingga masih terdapat beberapa
siswa yang terlihat mengantuk dan terlihat bosan dan hal ini pun berakibat
pada rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya
siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01. Hal tersebut terlihat dari ulangan
semester gajil siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga, Tahun ajaran
2013/2014 dari jumlah siswa sebanyak 39 siswa, hanya 30 siswa 76% yang
tuntas dalam belajarnya, pada siklus I melalui 2 pertemuan ketuntasan
belajar siswa meningkat menjadi 34 siswa 88% yang telah tuntas, dan pada
siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjadi 37% siswa atau 94%
yang telah tuntas KKM.
Gambar 2.1.7.3
Kerangka berpikir
Kerangka berfikir Media Alat Peraga kaitannya dengan hasil belajar
Media alat peraga Hasil belajar IPA
meningkat
melebihi KKM
Menumbuhkan minat
belajar siswa karena
pembelajaran
menjadi lebih
menarik
Memperjelaskan
makna bahan
pelajaran sehingga
siswa lebih mudah
memahami
Metode mengajar
akan lebih
bervariasi sehingga
siswa tidak akan
mudah bosan
35
2.1.7.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis
tindakan adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan media alat
peraga pada siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga
kecamatan Sidomukti tahun pelajaran 2013/2014?
2. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan media alat
peraga siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga Kecamatan
Sidomukti tahun pelajaran 2013/2014.