Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.2 Hakikat IPA
IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar
IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2015: 136) memparkan bahwa IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
Samatowa (2011) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus
mengaitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang
ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan
kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat perlu dan penting untuk
dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya difokuskan pada
pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa secar aktif dalam
pembelajaran. Tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
7
Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai hakikat IPA, dapat disimpulkan
bahwa IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep
yang terstruktur tentang alam sekitar yang dialami dan diperoleh dari pengelaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya memberikan pengalaman
langsung kepada siswa untuk menemukan sendiri sebagai proses lebih lanjut
mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.1 Ruang lingkup Pembelajaran IPA
Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang
lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, (2) Benda / materi sifat-sifat den
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi
gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) bumi dan
alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
9. Memahami perubahan kenampakan
bumi dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan bulan dan
penampakan bumi dari hari ke hari.
2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata
pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri
Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi “ kelompok mata pelajaran ilmu
8
pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tetang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan prosesuntuk menyelidiki alam sekitar,
memechakan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan meestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuaan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan pada tujuan IPA di atas, belajar IPA lebih menekankan pada
menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam
memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan sebagai sumber
ilmu dan sumber belajar.
2.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture
2.3.1 Pengertian Pembelajaran kooperatif
9
Menurut Johnson (dalam Miftahul Huda 2015: 2015) pembelajaran kooperatif
adalah working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang sama). Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota sama-sama
berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.
Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok
kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama
untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman
sekelompoknya.
Slavin (2014: 4), mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya
dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran
tidak didominasi oleh satu orang, melainkan setiap anggota kelompok memiliki
kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan masalah
kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat berperan dalam
mengaktifkan semua sisswa dan lebih berpusat kepada siswa.
Koes (dalam Isjoni, 2013: 20), menyebutkan bahwa belajar kooperatif
didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi
pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah
pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-
elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan
positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan sosial yang
sengaja diajarkan. Setiap siswa dalam kelompok ini dikehendaki bekerjasama untuk
memperlengkapkan dan memperluaskan pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang
lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang harus didasari pada perubahan secara sosial diantara kelompok-
10
kelompok bertujuan agar proses pembelajaran tidak didominasi oleh satu orang
melainkan setiap anggota bertanggung yang sama dalam menyelesaikan masalah .
2.3.2 Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Suprijono (dalam Miftahul Huda, 2009: 236) picture and picture
merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example and Example, di mana gambar yang
diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar
ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran berlangsung, guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam
bentuk berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui
bantuan powerpoint atau software-software lain.
Sintak langkah-langkah penerapan strategi picture and picture ini dapat
dilihat sebagai berikut.
Tahap 1: Penyampaian Kompetensi
Pada tahap ini, guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat menukur sampai
sejauh mana kompetensi yang harus mereka kuasai. Di samping itu, guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut
untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.
Tahap 2: Persentasi Materi
Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum awal
pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sisni.
Pada tahap inilah, guru harus berhasil member motivasi pada beberapa siswa
yang kemungkinan masih belum siap.
Tahap 3: Penyajian Gambar
Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan siswa juga
11
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan
selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan
video atau demontrasi kegiatan tertentu.
Tahap 4: Pemasangan Gambar
Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa
melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif
sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk
menjalankan tugas yang diberikan.
Tahap 5: Penjajakan
Pada tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang
alasan/dasar pemikiran di balik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu,
siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntunan
kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru
juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga
proses diskusi menjadi semakin menarik.
Tahap 6: Penyajian Kompetensi
Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa
mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Selama proses ini, guru harus member penekanan pada ketercapaian
kompetensi tersebut. Di sini, guru bisa mengulangi, menuliskan, atau
menjelaskan gambar-gambar tersebut penting dalam agar siswa mengetahui
bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetesni dasar dan
indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Tahap 7: Penutup
Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang
telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi
dan kompetensi dalam ingatan siswa.
12
Kelebihan strategi pembelajaran picture and picture antara lain:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan-kemampuan masing-masing siswa.
2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis.
3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan membarikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
4. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan.
5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Sementara itu, kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut:
1. Memakan banyak waktu.
2. Membuat sebagian siswa pasif
3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.
4. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh
bekerja sama dengan yang lain.
5. Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
Saur Tampubolon (2013: 93) mendefinisikan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:
a. Pendidik menyampaikan standar kompetensi (SK) dan kompentensi dasar
(KD) yang akan dicapai.
b. Pendidik menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Pendidik memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Pendidik memanggil peserta didik secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Pendidik menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Berdasarkan urutan gambar, pendidik menanamkan konsep/materi sesuai
dengan SK/KD yang ingin dicappai.
g. Menyimpulkan/merangkum bersama peserta didik.
13
2.4 Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan
yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya.
Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan
keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,
individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan keterampilan-
keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan
menjalin kerja sama dengan orang lain. ( Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2015:
13).
Slameto (2003: 2). Mendefinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Menurut Gagne ( dalam Suprijono, 2015: 2), “Belajar adalah perubahan
disposis atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”. Belajar sebagai
konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku manusia yang didahului oleh proses interaksi, latihan dan pengalaman
secara berulang-ulang.
2.5 Hasil Belajar
2.5.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 251) hasil belajar merupakan “tingkat
perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.
“tingkat perkembangan mental” tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat
14
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Purwanto (2014: 38) hasil belajar adalah proses dalam diri individu yang
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
perubahanya yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
tes yang diberikan guru.
Gagne (dalam Aunurrahman, 2014: 47), menyimpulkan ada lima macam hasil
belajar:
1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar
konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian
materi di sekolah.
2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar, mengigat, dan berpikir.
3) Informasi vebal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah
suatu atau hasil yang dicapai atau dimiliki siswa dari suatu kegaitan atau usaha yang
dilakukan selama mengalami aktivitas belajar yang merupakan bukti keberhasilaan
seseorang setelah mengalami proses/pengalaman dalam belajar. Untuk mengukur
bukti keberhasilan seseorang setelah mengalami proses belajar digunakan alat
15
penilaian yaitu tes evaluasi dangan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Jadi,
berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2.5.2 Jenis-jenis Hasil Belajar
Bloom (dalam Saur Tampubolon, 2014: 140) secara garis besar membagi
hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
Psikomotorik.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan adalahpemahaman, yang dapat dibedakan kedalam tiga kategori,
yakni a) pemahaman terjemahan, b) pemahaman penafsiran, dan c)
pemahaman ekstrapolasi. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus.Analisis adalah usaha memilih integrasi menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian itu ke dalam bentuk menyeluruh
disebut sintesis. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
metode, material, dan nilai-nilai.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif
kurang mendapat perhatian dari guru.Para guru lebih banyak menilai ranah
kognitif semata.Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial.
3) Ranah Psikomotorik
16
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Bloom membagi ranah kognitif menjadi
enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menentukan jenis hasil belajar
atau tingkat kemempuan berpikir yang akan dinilai, penyusun tes dapat
berpedoman pada tujuan instruksional yang akan dinilai atau pada tujuan
evaluasi itu sendiri.
Berkaitan dengan jenis-jenis hasil belajar tersebut, dapat dikemukakan bahwa
hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku siswa yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.5.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut
Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat,
motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Kedua faktor yang ada sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Slameto ( Saur Tampubolon (2014: 142), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu faktor
yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi:
1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.
Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil
belajar.
2) Faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta
perhatian ingatan berpikir.
17
3) Faktor kelelahan yang meliputi jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani
ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari motivasi,
minat, kebiasaan dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal adalahlingkungan dan
instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga ( suasana rumah dan keadaan
ekonomi), sekolah ( model mengajar dan alat peraga yang digunakan) dan masyarakat
( teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru dalam hal ini selaku
pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau mengelola proses belajar
mengajr yang tidak hanya dilakukan didalam kelas saja.
2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil penelitian
tersebut antara lain :
Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Model
Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Di
Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah
aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria baik dan pada
siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan kriteria baik.
Untuk aktivitas siswa meningkat menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I
mendapat nilai rata-rata 6,33 dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II
diperoleh nilai rata-rata 7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui
metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta
dapat meningkatkan aktivitas guru guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn
18
khususnya di kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari analisis data disimpulkan
bahwa metode pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu.
Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul ”Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur melalui
Metode Pembelajaran picture and picture” menunjukkan bahwa adanya Metode
Pembelajaran IPA setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture
dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 25 % ( 13 dari 15
siswa dapat mencapai KKM (≥63) dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang
dapat mencapai KKM (≥63). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dari siklus I ke siklua II setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture
sebesar 32 %. Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpilkan bahwa metode
pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Aue Kabupaten Luwu Timur.
2.7 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran itu harus di dukung dengan metode yang
tepat sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain
didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Metode picture and picture adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, mnjelaskan,
mengukur,membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa diminta
untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi.
Penerapan metode picture and picture mempunyai tujuan agar siswa terangsang
oleh tugas, dan aktif bersama kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka
diharapkan dapat mempertahankan pendapatnya. Sehingga hasil belajar siswa akan
meningkat. Pembelajaran dengan metode picture and picture yang dilakukan ini lebih
19
menekankan pada pengalaman langsung diduga hasil belajar IPA siswa kelas IV SD
Negeri Kutowinangun 08 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat siuraikan
hipotesis tindakan antara lain sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran dengan metode picture and picture diduga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 08
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.