14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2 Hakikat IPA IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2015: 136) memparkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Samatowa (2011) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat perlu dan penting untuk dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa secar aktif dalam pembelajaran. Tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2 Hakikat IPA · 2017. 5. 3. · 2.2 Hakikat IPA . IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar IPA siswa akan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.2 Hakikat IPA

    IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar

    IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA

    menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk

    mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam

    sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”

    sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih

    mendalam tentang alam sekitar.

    Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2015: 136) memparkan bahwa IPA adalah

    suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya

    secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

    ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

    ilmiah.

    Samatowa (2011) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus

    mengaitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang

    ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan

    kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat perlu dan penting untuk

    dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya difokuskan pada

    pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa secar aktif dalam

    pembelajaran. Tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru dalam

    proses pembelajaran.

  • 7

    Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai hakikat IPA, dapat disimpulkan

    bahwa IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep

    yang terstruktur tentang alam sekitar yang dialami dan diperoleh dari pengelaman

    melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan

    penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya memberikan pengalaman

    langsung kepada siswa untuk menemukan sendiri sebagai proses lebih lanjut

    mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

    2.2.1 Ruang lingkup Pembelajaran IPA

    Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang

    lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, (2) Benda / materi sifat-sifat den

    kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi

    gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) bumi dan

    alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam

    penelitian ini adalah :

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    9. Memahami perubahan kenampakan

    bumi dan benda langit

    9.1 Mendeskripsikan perubahan

    kenampakan bumi.

    9.2 Mendeskripsikan bulan dan

    penampakan bumi dari hari ke hari.

    2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA

    Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata

    pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri

    Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok

    mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi “ kelompok mata pelajaran ilmu

  • 8

    pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal,

    menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan

    kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

    Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI

    bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tetang adanya

    hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,dan

    masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan prosesuntuk menyelidiki alam sekitar,

    memechakan masalah dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

    dan meestarikan lingkungan alam.

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

    sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7. Memperoleh bekal pengetahuaan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

    untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Berdasarkan pada tujuan IPA di atas, belajar IPA lebih menekankan pada

    menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam

    memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan sebagai sumber

    ilmu dan sumber belajar.

    2.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture

    2.3.1 Pengertian Pembelajaran kooperatif

  • 9

    Menurut Johnson (dalam Miftahul Huda 2015: 2015) pembelajaran kooperatif

    adalah working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai

    tujuan yang sama). Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota sama-sama

    berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.

    Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok

    kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama

    untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman

    sekelompoknya.

    Slavin (2014: 4), mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran

    kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa

    bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya

    dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran

    tidak didominasi oleh satu orang, melainkan setiap anggota kelompok memiliki

    kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan masalah

    kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat berperan dalam

    mengaktifkan semua sisswa dan lebih berpusat kepada siswa.

    Koes (dalam Isjoni, 2013: 20), menyebutkan bahwa belajar kooperatif

    didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi

    pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah

    pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-

    elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan

    positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan sosial yang

    sengaja diajarkan. Setiap siswa dalam kelompok ini dikehendaki bekerjasama untuk

    memperlengkapkan dan memperluaskan pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang

    lain.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah

    pembelajaran yang harus didasari pada perubahan secara sosial diantara kelompok-

  • 10

    kelompok bertujuan agar proses pembelajaran tidak didominasi oleh satu orang

    melainkan setiap anggota bertanggung yang sama dalam menyelesaikan masalah .

    2.3.2 Pembelajaran Picture and Picture

    Menurut Suprijono (dalam Miftahul Huda, 2009: 236) picture and picture

    merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media

    pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example and Example, di mana gambar yang

    diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar

    ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran berlangsung, guru sudah

    menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam

    bentuk berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui

    bantuan powerpoint atau software-software lain.

    Sintak langkah-langkah penerapan strategi picture and picture ini dapat

    dilihat sebagai berikut.

    Tahap 1: Penyampaian Kompetensi

    Pada tahap ini, guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata

    pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat menukur sampai

    sejauh mana kompetensi yang harus mereka kuasai. Di samping itu, guru juga

    harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut

    untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

    Tahap 2: Persentasi Materi

    Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum awal

    pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sisni.

    Pada tahap inilah, guru harus berhasil member motivasi pada beberapa siswa

    yang kemungkinan masih belum siap.

    Tahap 3: Penyajian Gambar

    Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat

    aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

    ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan siswa juga

  • 11

    akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan

    selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan

    video atau demontrasi kegiatan tertentu.

    Tahap 4: Pemasangan Gambar

    Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk

    memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa

    melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif

    sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan

    undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk

    menjalankan tugas yang diberikan.

    Tahap 5: Penjajakan

    Pada tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang

    alasan/dasar pemikiran di balik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu,

    siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntunan

    kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru

    juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga

    proses diskusi menjadi semakin menarik.

    Tahap 6: Penyajian Kompetensi

    Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa

    mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

    Selama proses ini, guru harus member penekanan pada ketercapaian

    kompetensi tersebut. Di sini, guru bisa mengulangi, menuliskan, atau

    menjelaskan gambar-gambar tersebut penting dalam agar siswa mengetahui

    bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetesni dasar dan

    indikator-indikator yang telah ditetapkan.

    Tahap 7: Penutup

    Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang

    telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi

    dan kompetensi dalam ingatan siswa.

  • 12

    Kelebihan strategi pembelajaran picture and picture antara lain:

    1. Guru lebih mengetahui kemampuan-kemampuan masing-masing siswa.

    2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis.

    3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek

    bahasan dengan membarikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

    4. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan.

    5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

    Sementara itu, kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut:

    1. Memakan banyak waktu.

    2. Membuat sebagian siswa pasif

    3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.

    4. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh

    bekerja sama dengan yang lain.

    5. Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

    Saur Tampubolon (2013: 93) mendefinisikan langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:

    a. Pendidik menyampaikan standar kompetensi (SK) dan kompentensi dasar

    (KD) yang akan dicapai.

    b. Pendidik menyajikan materi sebagai pengantar.

    c. Pendidik memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan materi.

    d. Pendidik memanggil peserta didik secara bergantian untuk

    memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

    e. Pendidik menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut.

    f. Berdasarkan urutan gambar, pendidik menanamkan konsep/materi sesuai

    dengan SK/KD yang ingin dicappai.

    g. Menyimpulkan/merangkum bersama peserta didik.

  • 13

    2.4 Hakikat Belajar

    Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

    kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai

    akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan

    yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya.

    Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan

    keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,

    individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan keterampilan-

    keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan

    menjalin kerja sama dengan orang lain. ( Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2015:

    13).

    Slameto (2003: 2). Mendefinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

    secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya”.

    Menurut Gagne ( dalam Suprijono, 2015: 2), “Belajar adalah perubahan

    disposis atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”. Belajar sebagai

    konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan

    tingkah laku manusia yang didahului oleh proses interaksi, latihan dan pengalaman

    secara berulang-ulang.

    2.5 Hasil Belajar

    2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 251) hasil belajar merupakan “tingkat

    perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.

    “tingkat perkembangan mental” tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat

  • 14

    perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan

    psikomotorik.

    Purwanto (2014: 38) hasil belajar adalah proses dalam diri individu yang

    berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

    perubahanya yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

    tes yang diberikan guru.

    Gagne (dalam Aunurrahman, 2014: 47), menyimpulkan ada lima macam hasil

    belajar:

    1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar

    konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian

    materi di sekolah.

    2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru

    dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam

    memperhatikan, belajar, mengigat, dan berpikir.

    3) Informasi vebal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan

    kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

    4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan

    mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

    5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku

    seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor

    intelektual.

    Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah

    suatu atau hasil yang dicapai atau dimiliki siswa dari suatu kegaitan atau usaha yang

    dilakukan selama mengalami aktivitas belajar yang merupakan bukti keberhasilaan

    seseorang setelah mengalami proses/pengalaman dalam belajar. Untuk mengukur

    bukti keberhasilan seseorang setelah mengalami proses belajar digunakan alat

  • 15

    penilaian yaitu tes evaluasi dangan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Jadi,

    berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang

    mempengaruhinya.

    2.5.2 Jenis-jenis Hasil Belajar

    Bloom (dalam Saur Tampubolon, 2014: 140) secara garis besar membagi

    hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

    Psikomotorik.

    1) Ranah Kognitif

    Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

    enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

    sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada

    pengetahuan adalahpemahaman, yang dapat dibedakan kedalam tiga kategori,

    yakni a) pemahaman terjemahan, b) pemahaman penafsiran, dan c)

    pemahaman ekstrapolasi. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

    konkret atau situasi khusus.Analisis adalah usaha memilih integrasi menjadi

    unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.

    Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian itu ke dalam bentuk menyeluruh

    disebut sintesis. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu

    yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,

    metode, material, dan nilai-nilai.

    2) Ranah Afektif

    Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif

    kurang mendapat perhatian dari guru.Para guru lebih banyak menilai ranah

    kognitif semata.Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai

    tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi

    belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan

    sosial.

    3) Ranah Psikomotorik

  • 16

    Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan

    kemampuan bertindak individu. Bloom membagi ranah kognitif menjadi

    enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan

    aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menentukan jenis hasil belajar

    atau tingkat kemempuan berpikir yang akan dinilai, penyusun tes dapat

    berpedoman pada tujuan instruksional yang akan dinilai atau pada tujuan

    evaluasi itu sendiri.

    Berkaitan dengan jenis-jenis hasil belajar tersebut, dapat dikemukakan bahwa

    hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku siswa yang mencakup aspek

    kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    2.5.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri

    siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut

    Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern

    dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat,

    motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga,

    sekolah dan masyarakat. Kedua faktor yang ada sangat berpengaruh terhadap hasil

    belajar siswa.

    Slameto ( Saur Tampubolon (2014: 142), menjelaskan bahwa faktor-faktor

    yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu faktor

    yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi:

    1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.

    Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil

    belajar.

    2) Faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta

    perhatian ingatan berpikir.

  • 17

    3) Faktor kelelahan yang meliputi jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani

    ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan

    kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat dan

    dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari motivasi,

    minat, kebiasaan dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal adalahlingkungan dan

    instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga ( suasana rumah dan keadaan

    ekonomi), sekolah ( model mengajar dan alat peraga yang digunakan) dan masyarakat

    ( teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru dalam hal ini selaku

    pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau mengelola proses belajar

    mengajr yang tidak hanya dilakukan didalam kelas saja.

    2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh

    peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil penelitian

    tersebut antara lain :

    Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Model

    Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Di

    Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah

    aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria baik dan pada

    siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan kriteria baik.

    Untuk aktivitas siswa meningkat menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I

    mendapat nilai rata-rata 6,33 dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II

    diperoleh nilai rata-rata 7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui

    metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta

    dapat meningkatkan aktivitas guru guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn

  • 18

    khususnya di kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari analisis data disimpulkan

    bahwa metode pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu.

    Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul ”Meningkatkan

    Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur melalui

    Metode Pembelajaran picture and picture” menunjukkan bahwa adanya Metode

    Pembelajaran IPA setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture

    dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 25 % ( 13 dari 15

    siswa dapat mencapai KKM (≥63) dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang

    dapat mencapai KKM (≥63). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

    dari siklus I ke siklua II setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture

    sebesar 32 %. Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpilkan bahwa metode

    pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil

    belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Aue Kabupaten Luwu Timur.

    2.7 Kerangka Berpikir

    Keberhasilan proses pembelajaran itu harus di dukung dengan metode yang

    tepat sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain

    didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Metode picture and picture adalah

    proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses

    mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, mnjelaskan,

    mengukur,membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa diminta

    untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis, guru hanya membimbing dan

    memberikan instruksi.

    Penerapan metode picture and picture mempunyai tujuan agar siswa terangsang

    oleh tugas, dan aktif bersama kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu

    mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka

    diharapkan dapat mempertahankan pendapatnya. Sehingga hasil belajar siswa akan

    meningkat. Pembelajaran dengan metode picture and picture yang dilakukan ini lebih

  • 19

    menekankan pada pengalaman langsung diduga hasil belajar IPA siswa kelas IV SD

    Negeri Kutowinangun 08 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat.

    2.8 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat siuraikan

    hipotesis tindakan antara lain sebagai berikut:

    Penerapan pembelajaran dengan metode picture and picture diduga dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 08

    Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.