16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang model pembelajaran Children Learning In Science dan hasil belajar IPA. 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Folwer (Trianto, 2014:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi, “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati” (Kardi dan Nur, 1994:1.3) Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Hakikat IPA di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pegetah uan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Trianto (2014:137) pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat para ahli yang mendukung

penelitian. Beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan

mempunyai pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang model

pembelajaran Children Learning In Science dan hasil belajar IPA.

2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Folwer (Trianto, 2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang

sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”, “IPA atau ilmu kealaman

adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang

diamati” (Kardi dan Nur, 1994:1.3) Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan

bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan

dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.

Hakikat IPA di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan

(BNSP) Tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pegetah uan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Trianto (2014:137) “pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar

produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan

sebagai prosedur”. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk

menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan

pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa

pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

9

bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur

dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui sesuatu

(riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat

dinyatakan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang

melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa

seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses

pembelajaran IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung

dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.1.1.1. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam juga mempunyai karakteristik sebagai dasar untuk

memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman dalam

Ahmad Susanto (2013:170), meliputi :

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori;

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati

fenomena alam, termasuk juga penerapannya;

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam

menyikapi rahasia alam;

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian

atau beberapa saja;

e. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang

bersifat objektif.

Diambil dari karakteristik IPA tersebut, bahwa IPA merupakan suatu

kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. Cara memahaminya dengan

melalui kegiatan ilmiah berupa fisik dan mental serta mencermati fenomena

alam termasuk penerapannya dengan sikap keteguhan hati, keingintahuan,

ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

10

2.1.1.2. Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam

Berdasarkan karakteristik IPA yang ditelah diuraikan,maka tujuan mata

pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai

pencipta alam semesta, memahami bebagai macam gajala alam yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu mengenal pengaruh IPA

dengan lingkungan, meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan alam.

Menurut BSNP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya;

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan;

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.

Dilihat dari tujuan dan manfaat IPA tersebut, dapat dipahami bahwa

pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip,

proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep

IPA dengan demikian pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan

peyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Melalui

kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung

dengan melakukan pengematan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran

yang demikian dapat mnumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindaikasikan dengan

merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis

melalui pembelajaran IPA.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

11

2.1.1.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas;

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sedrhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil kompentensi yang

akan dicapai. “ Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Pada penelitian

ini diambil Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas 5

semester II yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah

Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Kurikulum KTSP

Menurut Trianto (2014:143) “pembelajaran IPA lebih ditekankan pada

pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,

membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang

akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun

produk pendidikan” karena pada dasarnya IPA merupakan sekumpulan konsep,

prinsip, hukum dan teori. Dilihat dari karakteristiknya maka pembelajaran IPA

Standar

Kompetensi

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

Kompetensi

Dasar

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan.

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

12

dilakukan melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental dan mencermati

fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta adanya sikap

keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.

2.1.2. Hasil Belajar

Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Menurut

Rusman (2012:123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh

siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hal tersebut

senada dengan pendapat Omar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil

belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk

juga perubahan perilaku”. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil,

2014:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa

(learner performance)”. Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat

bahwa

hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh

yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif

dalam kondisi yang berbeda.ia juga mengatakan secara spesifik bahwa

hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan

sebagai suatu kapabilitas (kemampuan yang telah diperoleh).

Nawawi (2007 : 39 ) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu”.

Melalui penelitian ini, hasil belajar IPA difokuskan pada aspek kognitif.

Menurut Arikunto (2013:33) “aspek kognitif dalam hasil belajar siswa bertujuan

untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah

dikuasai dan menjadi miliknya”. Cara untuk mengetahui atau mengukur kognitif

(pengetahuan) belajar siswa, terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat

digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa berkenaan dengan KD

tertentu. Jenis-jenis penilaian yang dimaksud berupa tes lisan tes tertulis, penugasan

(Kosasih, 2014:139). Selain jenis tes, ada pula bentuk tes. Menurut Kosasih

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

13

(2014:139) “yang dimaksud bentuk tes adalah tes yang berupa pilihan ganda, benar

salah, menjodohkan, melengkapi isian, jawaban singkat, dan uraian. Menurut

Widoyoko (2014:51) “tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,

yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Di antara objek

tes adalah kemampuan siswa”. Pada penelitian ini diharapakan siswa dapat

menyerap konsep-konsep, hukum dan teori. Melalui proses ilmiah berupa fisik dan

mental dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Siswa dapat menerima dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPA

yang belum terstrukur dapat menjadi pengetahuan IPA yang ilmiah serta perubahan

skor tes yang semakin meningkat.

2.1.3. Model Pembelajaran CLIS

. Children Learning In Science berarti anak belajar dalam sains. Science

dalam bahasa indonesia ditulis sains atau IPA, didefinisikan sebagai suatu

kumpulan pengetahuan tersusun secara sitematik, dan dalam penggunaannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam. Model pembelajaran CLIS dikembangkan

oleh kelompok Children Learning In Science yang dipimpin oleh Driver dan diberi

nama general structure of a costruktivist teaching sequance. “Model pembelajaran

CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau

gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta

merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan”

(Widiyarti, dkk., 2012).

2.1.3.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran CLIS

Menurut Driver (dalam Handayani, dkk.,2002), tahapan-tahapan model

pembelajaran CLIS secara umum terihat seperti pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

14

Gambar 2.1

Bagan Struktur Umum Model CLIS

Tahap-tahap model pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS) Model

terdiri atas 5 tahap menurut Widiyarti, dkk., (2012), yaitu :

1. Tahap orientasi ( orientation )

“Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan

untuk memusatkan perhatian siswa”.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

15

2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)

“Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk

memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam

pembelajaran”.

3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)

Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan

pertukaran gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada

situasi konflik ( eksposure to conflict situation), serta konstruksi

gagasan baru dan evaluasi ( construction of new ideas and evaluation).

Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk

memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu

topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban

siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu

anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas.

4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan

baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam

situasi baru. Gagasan baru yang sudah direkonstruksi dalam

aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu dan

memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Misalnya dengan cara

siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar

sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik

pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.

5. Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik

oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan

demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep

ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah.

2.1.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

Penggunaan model pembeajaran CLIS berusaha mengembangkan ide atau

gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta

merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan

mempunyai keunggulan dan kelemahan. Menurut Handayani, dkk.,(2002:60-61)

keunggulan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

16

1. Membiasakan siswa untuk belajar secara mandiri dalam mengatasi

suatu permaslahan.

2. Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar, sehingga terciptanya

suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif.

3. Terjalinnya kerja sama antar siswa di dalam kelompoknya pada

saat melakukan kegiatan.

4. Suasana belajar lebih bermakna, karena siswa menemukan sendiri

hasil pengamatan dari percobaanya.

5. Guru mengajar akan lebih mudah hanya mengarahkan setiap

konsep yang diajarkan kearah yang lebih benar dan dapat

menciptakan suasana belajar yang lebih aktif.

6. Guru hanya menyiapkan berbagai masalah yang ada hubungannya

dengan konsep yang diajarkan.

7. Siswa menjawab sendiri pertanyaan yang terdapat di LKS secara

mandiri maupun kelompok.

8. Guru dapat menemukan alat-alat atau media pengajaran yang

mudah didapat di dalam kehidupan sehari-hari.

9. Kelebihan yang menonjol dalam model pembelajaran ini adalah

sederatan tahapan untuk setiap tahapan kegiatan yang dilakukan

siswa.

Selain manfaat yang dirasakan oleh siswa maupun guru, model pembelajaran

CLIS juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :

1. Pada tahap pembukaan situasi konflik siswa masih bingung untuk

mencari perbedaan antara konsep awal dan konsep ilmiah pada saat

melakukan pengamatan dan percobaan yang terdapat dalam bahan ajar

atau buku paket hal tersebut sebelumnya sudah diberitahu dan dibimbing.

2. Siswa yang belum belajar mandiri dan belajar kelompok akan mengalami

kesulitan untuk dapat menguasai konsep dengan baik.

3. Guru dituntut menyiapkan model pembelajaran ini untuk setiap sub-

konsep dan mempunyai tahapan terlalu banyak, sehingga waktu yang

dipergunakan kuran atau tidak cukup.

2.1.3.3. Solusi Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

Pada hakikatnya setiap model pembelajaran mempunyai kelemahan begitu

pula pada model pembelajaran CLIS. Maka diperlukan suatu upaya dalam

mengatasi kelemahan model ini agar pembelajaran model ini dapat berjalan

maksimal. Guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran haruslah mampu

meminimalisir kelemehan model yang digunakan, upaya yang ditempuh dalam

mengatasi kelemahan model pembelajaran CLIS adalah (1) pada tahap pembukaan

situasi konflik guru memberikan bimbingan secara khusus pada siswa agar siswa

dapat membedakan konsep awal dan konsep ilmiah, (2) guru membagi kelompok

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

17

secara heterogen agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lain dalam

memahami konsep, (3) semakin meningkatnya aktifitas siswa maka diperlukan

waktu lebih maka meminta waktu tambahan dengan memotong jam mata pelajaran

sebelum dan sesudahnya.

2.1.3.4. Karakteristik Model Pembelajaran CLIS

Menurut Handayani, dkk.,(2002:60) model pembelajaran CLIS mempunyai

karakteristik, antara lain:

a. Dilandasi pandangan konstruktivisme memperhatikan pengalaman dan

konsep awal siswa

b. Pembelajaran berpusat pada siswa dimana siswa sendiri yang aktif secara

mental membangun pengetahuannya.

c. Melakukan aktifitas hands-on/minds-on siswa diberi kesempatan untuk

melakukan kegiatan dan melatih berfikirnya.

d. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar agar siswa lebih

mencintai lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran

CLIS merupakan pembelajaran yang mengutamakan kreatifitas anak dan

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang

dimilikinya secara menyeluruh, dan dapat mengembangkan gagasannya melalui

pengamatan dan praktikum sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan sebagai

pembimbing.

2.2. Penerapan Model CLIS Dalam Pembelajaran IPA

Mengacu dari uraian langkah-langkah model CLIS oleh beberapa ahli, penulis

menerapkan model pembelajaran CLIS dalam mata pelajaran IPA dengan Standar

Kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam, Kompetensi Dasar mendiskripsikan proses

pembentukan tanah karena pelapukan dan mendiskripsikan jenis-jenis tanah pada

topik batuan dan tanah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

18

a. Orientasi

Siswa diberikan orientasi berupa fenomena batuan dan tanah yang ada di

lingkungan sekitar dengan memperlihatkan macam-macam batuan dan berbagai

jenis tanah.

b. Tahap pemunculan gagasan.

Guru memberikan permasalahan yaitu tentang apa saja jenis-jenis batuan,

bagaimana terbentuknya tanah serta apa saja jenis-jenis tanah kemudian meminta

siswa menyusun gagasannya berdasarkan pengalaman belajarnya masing-masing

dalam bentuk tulisan setelah itu melakukan tanya jawab untuk menggali gagasan

siswa.

c. Tahap penyusunan ulang gagasan.

Siswa bertukar gagasan yang dimiliki dengan gagasan siswa lain dengan

membagi siswa kedalam kelompok untuk berdiskusi dengan topik batuan dan tanah

hingga diperoleh gagasan baru kemudian meminta perwakilan kelompok

mengungkapkan gagasan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk mencari pengertian ilmiah dari buku teks berdasarkan gagasan barunya

kemudian meminta siswa membandingkan konsep awal yang dimiliki dengan

konsep ilmiah tersebut untuk mencocokan gagasan dengan fenomena yang akan

dipelajari yang bertujuan untuk merekontruksi gagasan baru. Siswa diberikan

kesempatan melakukan observasi atau percobaan dan mendiskusikannya untuk

menyusun ulang gagasannya kemudian melaporkannya.

d. Tahap penerapan gagasan

Siswa yang terbagi dalam kelomok menerapkan gagasan baru yang

dikembangkan dengan melakukan pengamatan atau percobaan dengan bimbingan

guru ke dalam situasi baru. Gagasan baru yang telah rekonstruksi dalam aplikasinya

digunakan untuk menganalisis isu-isu atau fenomena lingkungan sekitar berupa

mencatat kegiatan atau benda yang berhubungan dengan topik batuan dan tanah.

e. Tahap pemantapan gagasan.

Guru memberikan penguatan pada siswa dan menyimpulkan materi tentang

batuan dan tanah. Dengan demikian konsep awal tidak konsisten yang dimiliki

siswa akan secara sadar merubah dengan konsep ilmiah.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

19

2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil –

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan

substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisiskan penelitian yang sudah ada

dengan penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian diantaranya :

Pengaruh Children Learning in Science ( CLIS) terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas 4 SD N Blotongan 01 Salatiga kecamatan Sidorejo kota Salatiga

semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Novi Pramita Devi ( 2011) jenis penelitian

dalam skripsi ini adalah penelitian eksperimen. Jumlah subyek sebanyak 29 siswa

kelas 4 di SD N Blotongan 01 Salatiga. Pengumpuan data hasil belajar diperoleh

dari tes yang dilakukan pada kelas tersebut. Analisis data yang digunakan untuk

melihat peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang menggunakan

model pembelajaran CLIS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang yang menggunakan model

pembelajaran CLIS di SD N Blotongan 01 Kecamata Sidorejo kota Salatiga. Hasil

analisis diperoleh dari prosentase hasil belajar pretes dan postes siswa yang sudah

tuntas dan tidak tuntas dan hasilnya dari pretes terdapat 41% siswa yang sudah

tuntas dan 59% yang tidak tuntas. Sedangkan pada postes seluruh siswa 100%

dinyatakan tuntas sehingga hasil belajar siswa meningkat signifikan sebesar 59%.

Pembelajaran menggunakan model CLIS terbukti efektif meningkatkan hasil

belajar siswa. Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan adalah peningkatan

yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang menggunkan model

pembelajaran CLIS di SD N Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Yunita E.A., Mifta A (2011) dalam penelitiannya berjudul implementasi

model Children Learning in Science ( CLIS ) untuk meningkatkan pembelajaran

IPA siswa kelas 5 SD N dukuh 02 Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model

CLIS, aktivitas siswa ketika diterapkan model CLIS, dan hasil belajar siswa setelah

diterapkan model CLIS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan

kelas (PTK) dilakukan dengan dua siklus masing-masing dua kali pertemuan.

Pengumpulan data penerapan model dan aktivitas siswa dilakukan dengan teknik

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

20

observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan

hasil evaluasi siswa yang meningkat yaitu dari nilai rata-rata pra tindakan 68,3

sedangkan nilai rata-rata pada siklus I 75,4 dan 80,8 pada siklus II. Berdasarkan

paparan data dan pembahasan terhadap temuan-temuan yang diperoleh dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulan sebagai berikut. Pertama, penerapan model

CLIS pada mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Dukuh II Kecamatan Ngadiluwih

Kabupaten Kediri dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi “Gaya” selama

proses pembelajaran. Kedua, aktivitas siswa selama pembelajaran dengan

menerapkan model CLIS terlibat secara penuh karena pembel-ajaran berpusat pada

siswa, siswa aktif secara mental dan membangun pengetahuan, melakukan aktivitas

hands on dan minds on. Ketiga, hasil belajar siswa kelas 5 SD N Dukuh 02

mengalami peningkatan setelah diterapkan model CLIS karena dapat siswa terlibat

langsung dalam pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) Di SMP N 1 Tanjungraja

Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 oleh Merita Diana. Penelitian bertujuan

untuk mengetahui hasil dari penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.. Hasil

penelitian penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

pada pelajaran IPA kelas VII a dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi

belajar yang di buktikan dengan bertambahnya minat belajar dari siklus I sebesar

68 %, siklus II sebesar 82 % dan pada siklus III sebesar 98%.sedangkan prestasi

belajar siswa bertambahnya tingkat ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya

selama tiga siklus yaitu siklus I sebesar 62,3%, siklus II sebesar 73,95% dan siklus

III sebesar 100 %.

Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan proses dan hasil

belajar IPA. Namun demikian, perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindakan kelas

ini. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan

menerapkan model pembelajaran CLIS sebagai upaya untuk meningkatkan proses

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

21

hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02

Salatiga.

2.4. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran CLIS memberikan kesempatan kepada siswa bekerja

dalam kelompok dan siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan tentang

pembentukan tanah dan merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil

pengamatan atau percobaan serta mengimplikasikannya terhadap lingkungan.

Melalui penggunaan model pembelajaran CLIS , diharapkan gagasan awal siswa

dapat dimunculkan, reaksi siswa cukup baik terhadap pembelajaran, partisipasi

siswa menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran serta

hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga semakin

meningkat. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

22

Gambar 2.2

Peta Konsep Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA

Pembelajaran

bukan model

CLIS

Guru

memberikan

evaluasi

Siswa pasif

mendengarkan

penjelasan

Guru

menyampaikan

materi dengan

ceramah dan

Tanya jawab

Hasil Belajar

≤ KKM

Pembelajaran model CLIS

Tahap Orientasi

Siswa diberikan orientasi berupa fenomena

batuan dan tanah yang ada di lingkungan

sekitar dengan memperlihatkan macam-

macam batuan dan berbagai jenis tanah.

Tahap Pemunculan Gagasan

Guru memberikan permasalahan tentang

batuan dan tanah.

Meminta siswa untuk menyusun gagasan.

Guru bertanya jawab untuk memacu siswa

dalam mengungkapkan gagasan yang ada.

Tahap Penyusunan Ulang Gagasan

Siswa berkolompok untuk berdiskusi,

bertukar gagasan dengan topik batuan dan

tanah hingga diperoleh gagasan baru.

Siswa membandingkan konsep awal yang

dimiliki dengan konsep ilmiah pada buku

teks.

Siswa melakukan observasi atau percobaan

dan mendiskusikannya untuk menyusun

ulang gagasannya.

Tahap Penerapan Gagasan

Siswa menganalisis isu-isu atau fenomena

lingkungan sekitar yang berhubungan dengan

topik batuan dan tanah

Tahap Pemantapan Gagasan

Guru bersama siswa menyimpulkan materi

Penilaian Proses

Tes Tertulis

Penilaian Hasil Hasil Belajar

≥ KKM

Siswa dilatih

menyampaiakan

gagasan

Siswa dilatih

berdiskusi untuk

bertukar gagasan

Siswa dilatih

melakukan

pengamatan dan

praktikum

Siswa dilatih

menganalisis

fenomena

lingkungan sekitar

Siswa dilatih

menyimpulkan

materi

Proses belajar

meningkat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/2/T1_292011087_BAB II... · pencipta alam semesta, memahami bebagai macam

23

2.5. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Children Leanrning In Science ( CLIS ) dapat

meningkatkan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD N

Sidorejo Kidul 02 Salatiga semester II Tahun Ajaran 2014/2015 pada aktivitas

guru dan aktivitas siswa secara signifikan minimal 10%.

2. Proses pembelajaran model Children Leanrning In Science ( CLIS ) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga semester II Tahun Ajaran 2014/2015

secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil

belajar IPA ≥ 65 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai

rata-rata hasil belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65 yang

ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90%

dari 33 siswa (kriteria baik).