13
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari beberapa para ahli yang mendukung penelitian. Dari pendapat para ahli tersebut mengkaji objek yang sama tetapi mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran IPA melalui model pembelajaran group investigation (GI) dan hasil belajar IPA. 2.1.1. Hakikat IPA Secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992:3). Selain itu, Nash 1993 (dalam Darmojo, 1992:3) menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu, yakni ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992:112), bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari beberapa para ahli yang

mendukung penelitian. Dari pendapat para ahli tersebut mengkaji objek yang

sama tetapi mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori

dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran IPA melalui model pembelajaran

group investigation (GI) dan hasil belajar IPA.

2.1.1. Hakikat IPA

Secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang

alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992:3). Selain itu, Nash 1993

(dalam Darmojo, 1992:3) menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau

metode untuk mengamati alam.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) itu, yakni ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

ini.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh

manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra,

1992:112), bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam

dan kebendaan sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya Winaputra (1992:123)

mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan benda atau

makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan

masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

7

berhubungan dengan alam dan segala isinya yang disusun secara sistematis yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia

dengan menggunakan metode ilmiah.

2.1.2. Pembelajaran IPA

Model belajar mengajar IPA yang cocok bagi anak sekolah dasar yakni

dengan melihat kondisi, karakteristik dan sikap budayanya. Pendekatan belajar

mengajar yang cocok dan efektif dapat dilihat dari kesesuaian antara situasi dan

belajar anak dengan situasi nyata di masyarakat.

Model belajar IPA yang cocok yakni, belajar melalui pengalaman

langsung. Anak belajar melalui pengalaman langsung akan memperkuat daya

ingat anak, selain biaya yang dikeluarkan sedikit sebab menggunakan alat-alat

atau media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.

(Dalam Carin, 1993:5), bahwa pembelajaran IPA membutuhkan

keterampilan proses: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati,

(3) menggunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4)

menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan

tersebut benar.

Menurut Alverman (1991:23), pembelajaran IPA menjadi berarti apabila

IPA diajarkan kepada anak dengan menjalani proses perubahan konsepsi menjadi

nyata. Jadi anak tidak hanya butuh konsep saja untuk yakin bahwa teori-teori

benar, tetapi anak membutuhkan prosesnya untuk membuktikan sendiri dengan

bereksperimen bahwa teori tersebut benar adanya.

2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Secara umum IPA di SD mempunyai tujuan untuk mengembangkan sikap

dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan siswa mengikuti

pendidikan menengah (UUSPN:1989).

Tujuan pembelajaran IPA di SD dalam (BSNP, 2006) diharapkan siswa

dapat: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

8

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya, (2)

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Memperoleh bekal pengetahuan,

konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

Pembelajaran IPA di SD dirancang dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditetapkan untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

2.2. Hakikat Hasil Belajar

Implementasi PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses dan

hasil belajar. Pelaku penilaian hasil belajar diantaranya internal dan eksternal.

Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh

guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal

merupakan penilaian yang dilakukan pihak luar yang tidak melaksanakan proses

pembelajaran, biasanya dilakukan oleh lembaga/ institusi.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Hasil belajar menurut

Gagne dan Briggs (1979:51), adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.

Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil

dari kegiatan belajar. Hal tersebut ditegaskan (oleh Nawawi dalam K. Brahim

2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

9

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut pendapat Wasliman (2007:158) secara perinci, uraian mengenai faktor

internal dan eksternal sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,

yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Faktor internal dan faktor eksternal sangat mempengaruhi hasil

belajar. Faktor yang menjadi penyebab utama masalah dalam belajar salah

satunya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai

sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar.

2.2.2. Aspek Hasil Belajar

Untuk mengetahui keberhasilan hasil belajar, dapat dinilai melalui tiga

ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut

Bloom (Iryani: 2010:9), setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang

kemampuan, perinciannya adalah sebagai berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

10

a) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuannya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, menghubungkan

dan mengamati. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar penilaian dalam

proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah tingkatan perkembangan mental yang mengukur suatu proses

tentang pengambilan keputusan untuk mengukur atau menilai kemampuan diri

sendiri dengan pengukuran pada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

2.2.3. Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek

kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek

afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (1979:89) diartikan sebagai kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom

ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami

pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat

memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang

ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

11

2) Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati (1993:77), mengemukakan bahwa keterampilan proses

merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan

mental, fisik, dan sosial yang mendasari sebagai penggerak kemampuan yang

lebih tinggi dalam diri siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan

pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil

tertentu, termasuk kreativitasnya.

3) Sikap

Menurut Lange dalam Azwan (1998:3), sikap tidak hanya merupakan aspek

mental semata, melainkan mencakup pula respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada

kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Selanjutnya, Azwan

mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling

menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif

merupakan representasi apa yang dicapai oleh individu: pemilik sikap; komponen

afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan komponen konatif

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang

dimiliki seseorang.

2.3. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas menggunakan teknik

kooperatif group investigation adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri

dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik materi

yang akan diajarkan, kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok

dan selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan laporan kelompok atau

memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar

informasi temuan mereka (Burns, et al., tanpa tahun).

Menurut Slavin (1995a), strategi kooperatif group investigation (GI)

secara luas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya

terutama untuk progam-progam pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.

Belajar kooperatif dengan teknik group investigation (GI) sangat cocok

untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

12

1995a), yang mengarahkan pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis

informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Slavin

(1995a), strategi belajar kooperatif group investigation (GI) sangat ideal

diterapkan dalam pembelajaran IPA.

Dalam model pembelajaran group investigation (GI) terdapat empat

komponen dasar yang dijadikan sebagai pondasinya, diantaranya; investigasi,

interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik (Sharan & Sharan, 1992).

Yang pertama tentang komponen investigasi itu sendiri merupakan proses

investigasi menekankan inisiatif siswa, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan

yang mereka ajukan, dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan dengan

jawaban yang mereka rumuskan. Selanjutnya yang kedua interaksi, pada tiap-tiap

tahap investigasi, siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi

mendiskusikan rencana penelitian. Yang ketiga yakni tahap penafsiran, pada saat

siswa menjalankan penelitian mereka secara individual, berpasangan, dan dalam

kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai

sember yang berbeda. Dan yang terakhir yakni tahap motivasi intrinsik, pada

tahap ini mengundang siswa untuk membuat pilihan serta keputusan secara

bersama maupun individu berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mereka

ajukan dan masalah yang mereka amati. Garis panduan yang mereka buat dipakai

untuk landasan bertindak, sehingga mereka memiliki kontrol yang kuat atas

pembelajaran mereka.

Model pembelajaran group investigation (GI), dapat dipakai guru untuk

mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.

Model ini dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab

ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan

manusia sosial (Manufe, 2005:4).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

13

2.3.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Langkah-langkah model pembelajaran group investigation (GI) meliputi

sebagai berikut (Rusman, 2011:221) :

1) Langkah pertama memilih topik, siswa memilih subtopik khusus di dalam

suatu masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa

diorganisasikan menjadi 2-6 anggota tiap kelompok menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen

secara akademis maupun etnis.

2) Merencanakan tugas-tugas belajar, siswa dan guru merencanakan prosedur

pembelajaran, tugas dan tujuan yang konsisten dengan subtopik yang telah

dipilih pada tahap pertama.

3) Melakukan investigasi, siswa menerapkan rencana yang telah mereka

kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya

melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya

mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di

dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap

kelompokdan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Menyimpulkan laporan akhir, siswa menganalisis informasi yang diperoleh

pada tahap tiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan

disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk mempresentasikan

kepada seluruh kelas.

5) Mempresentasikan laporan akhir, beberapa atau semua kelompok menyajikan

hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan

tujuan agar siswa lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka

dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh

guru.

6) Evaluasi, dalam hal kelompok-kelompok mengenai aspek yang berbeda dari

topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat

berupa penilaian individual atau kelompok.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

14

Dalam implementasinya pembelajaran kooperatif group investigation (GI),

setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan kelas,

kemudian tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas

adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

2.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation

Model pembelajaran group investigation (GI) mempunyai kelebihan dan

kekurangan, diantaranya adalah:

Kelebihan model pembelajaran group investigation (GI) :

a) Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar

diserap dengan baik.

b) Meningkatkan tingkat kemampuan berfikir tinggi dan keterampilan inkuiri

kompleks.

c) Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerjasama

dengan siswa lain.

d) Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group

process skill (managemen kelompok).

e) Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar

sekolah.

f) Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.

g) Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, bertanggung jawab, dan

merasa berguna untuk orang lain.

h) Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan

pikiran kreatif dan inovatif.

Kekurangan model pembelajaran group investigation (GI) :

a) Memerlukan waktu belajar relative lebih lama.

b) Suasana kelas mudah rebut.

c) Tidak semua matapelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

d) Menuntup kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik, sehingga akan

sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

15

e) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam

mengambil keputusan.

Solusi dari kekurangan model pembelajaran group investigation (GI) yakni

model ini dapat dilakukan kepada siswa secara berkelompok dengan bimbingan

guru, kemudian guru memberikan arahan kepada siswa, aba-aba, petunjuk untuk

melaksanakan. Kegiatan ini dapat berbentuk praktik dengan menggunakan alat-

alat peraga yang ada disekitar siswa, dalam hal ini guru melatih keterampilan

siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan sehingga hasil dalam

pembelajaran akan dicapai oleh siswa secara maksimal.

2.3.3. Implementasi Model Pembelajaran Group Investigation pada IPA

Implementasi model pembelajaran group investigation pada IPA adalah

sebagai berikut:

1) Grouping, menetapkan jumlah anggota kelompok, sumber, memilih topik,

merumuskan masalah.

2) Planning, menetapkan apa yang akan dipelajari.

3) Investigation, berdiskusi dengan mengumpulkan informasi maupun

menganalisis masalah.

4) Organizing, anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi

laporan.

5) Presenting, salah satu kelompok menyajikan sedangkan kelompok lain

mengamati, mengevaluasi, maupun mengajukan pertanyaan atau tanggapan.

6) Evaluating, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang

dilakukan dengan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada

pencapaian pemahaman.

2.4. Keterkaitan Penggunan Model Pembelajaran Group Investigation

(GI) Terhadap Hasil Belajar IPA

Pembelajaran yang dilakukan guru merupakan hal yang sangat penting dan

pokok. Di mana hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA yang

dicapai oleh siswa. Siswa sekolah dasar memiliki pola berfikir yang konkret

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

16

sedangkan kebanyakan guru memberikan ilmu secara abstrak. Hal ini akan

menimbulkan rendahnya hasil belajar IPA. Tujuan penerapan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran group investigation (GI) dapat berpengaruh

terhadap peningkatan hasil belajar IPA dengan baik.

Penerapan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran group

investigation (GI), diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil

belajar IPA. Pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran group

investigation (GI), yakni belajar secara berkelompok dengan memilih topik atau

materi sendiri, kemudian kelompok menginvestigasi mendalam materi yang

dipilih dengan bimbingan guru, kemudian kelompok menyiapkan dan menyajikan

suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Misalnya, siswa secara

berkelompok diajak untuk melakukan percobaan secara langsung kemudian siswa

menganalisis, berdiskusi, berargumentasi dengan teman sebaya sehingga akan

menimbulkan pengalaman belajar yang baik.

Selain itu, melalui pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran group investigation (GI), siswa juga akan membangun pikirannya

untuk berpikir secara kritis yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.

2.5. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Sutanto (2012:36), dalam skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Siswa Kelas 4

SDN Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran

2011/2012. Dalam penelitian ini bersubjek pada siswa kelas 4 SDN Gejayan

dengan jumlah siswa 21. Dalam penelitian ini siswa mengalami peningkatan hasil

belajar IPA dari siklus I terdapat 7 siswa atau 33% yang tuntas dan 14 siswa atau

65% yang tidak tuntas, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar

90% atau 20 siswa yang mendapatkan nilai tuntas dan hanya 5% atau 1 siswa

yang masih belum tuntas.

Asviati (2012:55), dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Implementasi

Metode Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Group Investigation (GI)

terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 02 Berdasarkan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

17

Gender Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini bersubjek pada siswa

kelas 5 dengan jumlah siswa 20 anak. Dalam penelitian ini siswa mengalami

peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I dibuktikan dengan perolehan nilai rata-

rata 78 sedangkan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 88.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran group

investigation (GI) dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar IPA. Dari

penelitian di atas masih ada kaitan dengan penilitian yang akan peneliti lakukan.

Maka dari itu penelitian di atas merupakan dukungan untuk penelitian ini. Pada

penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Persamaan yang peneliti lakukan dengan peneliti di atas adalah model

yang digunakan dalam pembelajaran IPA, instrumen penilaian yang digunakan

sama-sama tes dan non tes. Sedangkan perbedaan penelitiannya adalah perbedaan

masalahnya, tujuan, tindakan, variabel dan subjek penelitian.

2.6. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari

pencapaian hasil belajar. Langkah awal untuk mencapai hasil belajar yakni guru

harus menerapkan proses pembelajaran yang tepat, salah satunya dengan

pemililihan penggunaan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran

sebaiknya dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

Dalam pembelajaran IPA, kebanyakan guru masih menggunakan metode

ceramah. Siswa hanya sebagai pendengar saja, siswa masih terlihat pasif sehingga

siswa akan cepat merasa bosan dalam melakukan proses pembelajaran. Hal

tersebut dapat berpengaruh terhadap rendahnya pencapaian hasil belajar IPA.

Pemilihan model dalam pembelajaran IPA yang tepat, salah satunya guru

menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model group investigation

(GI). Model ini dirancang untuk mengajak siswa menjadi aktif dan kreatif, siswa

akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja

dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu sebagai

kunci keberhasilan pembelajaran. Siswa akan mencari tahu sendiri proses belajar

dan pada akhirnya akan menemukan sendiri kesimpulannya. Dengan demikian

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7822/3/T1_292010062_BAB II.pdfkumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Selanjutnya

18

pembelajaran tersebut akan menjadi menyenangkan, selain itu siswa menjadi aktif

dan akan lebih banyak berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar IPA.

Berikut ini peta konsep kerangka pikir mengenai penerapan model

pembelajaran group investigation pada mata pelajaran IPA:

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir

2.7. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang yang telah dikemukakan di atas, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan model

pembelajaran group investigation (GI) diduga dapat meningkatkan hasil belajar

IPA secara signifikan mengalami ketuntasan hasil belajar IPA ≥65 dan

ketuntasan klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa 18 sesuai KKM yang telah

ditetapkan oleh sekolah sebesar (KKM=65) pada materi energi panas dan energi

bunyi siswa kelas 4 SD Negeri Rowosari”.

Pembelajaran IPA

Kondisi Awal Metode

Konvensional

Siswa pasif

Tindakan Model

Pembelajaran

Group

Investigation

Siswa Aktif Siklus I & II

Hasil Belajar

Rendah, di

bawah < 65

Hasil Belajar IPA

Meningkat, di atas

≥ 65

Kondisi Akhir