24
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian Teori yang penulis gunakan dalam PTK ini meliputi: Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang Lingkup dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum PKn, Pengertian Hasil Belajar, Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT, Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT, Komponen-komponen Model NHT, dan Implementasi Model NHT. 2.1.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Sri Sukaptiyah (2015:116-117) Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building”. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa (national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini. Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1) mengembangkan Kecerdasan Warga Negara (civic intelligence), 2) membina tanggung jawab warga Negara (civic intelligence), dan 3) mendorong partisipasi warga Negara (civic intelligence). Keberhasilan tugas pokok PKn dalam proses pembelajaran diukur melalui hasil belajar siswanya. Hasil belajar itu sendiri adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori€¦ · Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang Lingkup dan Tujuan ... 2.1.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan . 2.1.1.1. Pengertian Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    Kajian Teori yang penulis gunakan dalam PTK ini meliputi:

    Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang Lingkup dan Tujuan

    Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum PKn, Pengertian Hasil Belajar,

    Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT, Kelebihan

    dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT, Komponen-komponen Model

    NHT, dan Implementasi Model NHT.

    2.1.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

    2.1.1.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

    Menurut Sri Sukaptiyah (2015:116-117) Pendidikan

    Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan,

    watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

    jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn

    dalam rangka “nation and character building”. Hal ini merupakan fungsi

    PKn sebagai pembangun karakter bangsa (national character building)

    yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang

    perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara

    RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan

    Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.

    Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik

    mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai

    berikut: 1) mengembangkan Kecerdasan Warga Negara (civic

    intelligence), 2) membina tanggung jawab warga Negara (civic

    intelligence), dan 3) mendorong partisipasi warga Negara (civic

    intelligence). Keberhasilan tugas pokok PKn dalam proses pembelajaran

    diukur melalui hasil belajar siswanya. Hasil belajar itu sendiri adalah

    perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai

  • 9

    akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya ( Hamzah,

    2007:213).

    Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

    memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

    sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara

    Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

    Pancasila dan UUD 1945. Dan berfungsi sebagai wahana untuk

    membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia

    kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam

    kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan

    UUD 1945.

    Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk

    mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar

    pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

    bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu,

    masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

    Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam

    penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat

    (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan

    Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan

    agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,

    perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang

    beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku

    yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan

    perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau

    kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang

    mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

    Indonesia.

    Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan

    sebagai usaha untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan

    dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga

  • 10

    negara maupun antar warga negara dengan negara. Serta pendidikan bela

    negara agar menjadi warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa

    dan negara.

    PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan

    berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

    mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan

    dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan

    termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari

    teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat

    kita.

    Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan

    pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun

    menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn,

    salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar

    merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan

    diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat

    memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut

    juga sebagai penunjang agar siswa tidak merasa kebosanan dalam

    mengikuti pembelajaran portofolio.

    2.1.2 Ruang Lingkup PKn

    Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek antara lain adalah sebagai

    berikut.

    a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

    Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

    Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi

    dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

    Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

    b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

  • 11

    c. keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

    Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa

    dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

    peradilan internasional.

    d. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

    kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

    HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

    e. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

    sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

    mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

    Persamaan kedudukan warga negara.

    f. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

    pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

    Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

    g. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

    Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan

    sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

    madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

    h. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

    ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

    Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

    sebagai ideologi terbuka.

    i. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

    Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional

    dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi (TriHardini,

    2015:123-124)

    2.1.3 Tujuan Mata Pelajaran PKn

    Berdasar Permendiknas No. 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran

    PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

    a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

    kewarganegaraan.

  • 12

    b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara

    cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

    anti-korupsi.

    c. Berkembang secara positif, dinamis, dan demokratis untuk membentuk

    diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar hidup

    bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

    d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

    langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

    dan komunikasi.

    Menurut Margaret Stimman Branson (1998) terdapat tiga

    komponen utama yang perlu dipelajari dalam Pendidikan

    Kewarganegaraan. Dikatakan sebagai berikut, “What are essential

    components of a good civic education? There are three essential

    components: civic knowledge, civic skills, and civic disposition.The first

    essential component of civic education is civic knowledge that concerned

    with the content or what citizens ought to know; the subject matter, if you

    will. The second essential component of civic eduction in a democratic

    society is civic skills; intellectual and participatory skills. The third

    essential component of civic education, civic dispositions, refers to the

    traits of private and public character essential to the maintenance and

    improvement of constitutional democracy.” Ketiga komponen utama

    Pendidikan Kewarganegaraan itu adalah pengetahuan kewarganegaraan

    (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap

    kewarganegaraan (civic disposition). Civic knowledge berkaitan dengan

    isi atau apa yang harus warga negara ketahui. Civic skills merupakan

    keterampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh warga negara yang

    mencakup; keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi.

    Sedangkan civic disposition berkaitan dengan karakter privat dan publik

    dari warga negara yang perlu dipelihara dan ditingkatkan dalam

    demokrasi konstitusional. Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi

    pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup

  • 13

    bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan

    Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimensi nilai-nilai

    Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri,

    komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai

    keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan

    berkomunikasi, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan

    perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran Kewarganegaraan

    merupakan bidang kajian Interdisipliner artinya materi keilmuan

    Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu

    politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral,

    dan filsafat (Depdiknas, 2003: 2).

    2.1.4 Kurikulum PKn

    Tabel 2.1: SK KD PKn SD Kelas 5 Semester 1

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI)

    1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia

    1.3. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga

    keutuhan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia

    2. Memahami peraturan perundang-undangan

    tingkat pusat dan daerah

    2.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan

    perundang-undangan tingkat

    pusat dan daerah

    2.2. Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat

    pusat dan daerah, seperti

    pajak, anti korupsi, lalu lintas,

    larangan merokok

    Sumber: Standar isi KTSP 2006 Mata Pelajaran PKn

  • 14

    2.1.5 Hasil Belajar

    2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Suprijono (2012: 7) hasil belajar adalah pola-pola

    perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

    keterampilan. Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh

    seseorang dalam bidang tertentu untuk memperolehnya menggunakan

    standar sebagai pengukuran keberhasilan seseorang.

    Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh

    bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh (Anitah,

    2008: 219). Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku

    tersebut dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar

    akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga

    diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat

    menilai secara efektif proses dan hasil belajar.

    Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar yaitu perubahan yang

    terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

    psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi (dalam

    Susanto, 2013: 5) hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

    keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

    dinyatakan skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

    pelajaran tertentu. (Galuh Adi Prakoso, 2015:106)

    Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan

    hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

    guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

    sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak

    proses belajar.

    Benjamin S. Bloom (Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam

    jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

    a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

    dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

    dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

  • 15

    b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

    hal yang dipelajari.

    c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

    menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan

    prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke

    dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

    dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah

    kecil.

    d. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

    kemampuan menyusun suatu program.

    e. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

    hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil

    ulangan.

    Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa

    hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut

    mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat

    dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

    pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam

    mencapai tujuan pembelajaran.

    2.1.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan

    pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi belajar dan hasil belajar menurut Djamarah (2008)

    adalah: faktor lingkungan, instrumental, fisiologis, psikologis. Sedangkan

    menurut menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

    belajar dapat dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari

    diri siswa (intern) yang terdiri dari: faktor jasmani, psikologi, dan faktor

  • 16

    yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) yaitu: faktor keluarga, faktor

    sekolah, faktor masyarakat.

    Selain faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, ada faktor lain

    yang tidak kalah penting berpengaruhnya terhadap hasil belajar. Faktor

    tersebut yaitu penggunaan model pembelajaran yang tepat pada saat

    proses pembelajaran (JonetPrasetyo,Sutriyono, 2015:13).

    2.1.6 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

    2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif NHT

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Isjoni (2010) adalah

    suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-

    6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur

    kelompok yang heterogen. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

    meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki

    sifat kepemimpinan. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

    Together (NHT) merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif,

    dimana melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

    tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka

    terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Trianto (2007) sintaks NHT

    terbagi menjadi empat fase berikut:

    Fase Ke-1: Penomoran.

    Fase ke-2: Mengajukan pertanyaan.

    Fase ke-3: Berpikir bersama.

    Fase ke-4: Menjawab.

    Menurut Hosnan (2014: 252) pembelajaran kooperatif tipe

    NumberedHeads Together (NHT) merupakan salah satu tipe

    pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

    dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

    untuk meningkatkan penguasaaan akademik.

    Menurut Huda (2013: 213) sintak pembelajaran model

    pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut: (1)

  • 17

    siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok; (2) masing-masing siswa

    dalam kelompok diberi nomer; (3) guru memberi tugas/pertanyaan pada

    masing-masing kelompok untuk mengerjakannya; (4) setiap kelompok

    mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat

    dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

    (5) guru memanggil salah satu nomer secara acak; (6) siswa dengan

    nomer yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi

    kelompok mereka.

    Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) kelebihan model NHT adalah (1)

    setiap siswa menjadi siap semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan

    sungguh-sungguh, (3)siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang

    kurang pandai. (GaluhAdiPrakoso.2015:105-106)

    Number Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang

    lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah,

    dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya

    dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali

    dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian

    dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada

    struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

    interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja

    saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

    Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur

    kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk

    kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah

    dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,

    karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk

    menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

    Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

    mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk

    mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-

    kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang

  • 18

    telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

    memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif

    dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini

    sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni

    mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan

    masalah.

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

    pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

    dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

    untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh

    Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam

    menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

    pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

    Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

    pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:

    1. Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja

    siswa dalam tugas-tugas akademik.

    2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima

    teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

    3. Pengembangan keterampilan social: Bertujuan untuk mengembangkan

    keterampilan sosial siswa.

    Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif

    bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau

    pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan

    pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam

    Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu:

    a) Pembentukan kelompok;

    b) Diskusi masalah;

    c) Tukar jawaban antar kelompok

  • 19

    2.1.6.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT

    Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2012: 101) penerapan

    model NHT mempunyai 6 langkah diantaranya:

    a. Langkah pertama yaitu penomoran; guru membagi siswa ke dalam

    kelompok-kelompok kemudian memberikan nomor kepada seluruh

    anggota kelompok, sehingga setiap kelompok mempunyai nomor 1-5.

    b. Langkah kedua yaitu pengajuan pertanyaan; guru mengajukan pertanyaan

    kepada siswa.

    c. Langkah ketiga yaitu berpikir bersama; siswa bertukar ide dengan

    anggota kelompok dan memutuskan jawaban.

    d. Langkah keempat yaitu pemberian jawaban; guru memanggil nomor

    secara acak dari masing-masing kelompok dan memberikan kesempatan

    siswa memaparkan jawaban.

    e. Langkah kelima yaitu pemberian tanggapan; anggota kelompok lain

    boleh memberikan tanggapan setelah jawaban dipaparkan. Hal itu

    dilakukan hingga semua nomor terpanggil oleh guru, sehingga semua

    siswa dapat secara merata memaparkan jawaban hasil diskusi.

    f. Langkah keenam; Kesimpulan.

    Menurut Trianto (2007:62-63) secara terstruktur, langkah-langkah

    atau fase pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:

    1. Fase 1: penomoran, yaitu guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5

    orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

    2. Fase 2: mengajukan pertanyaan, yaitu guru mengajukan sebuah

    pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat

    amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

    3. Fase 3: berpikir bersama, yaitu siswa menyatukan pendapatnya terhadap

    jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya

    mengetahui jawaban tim.

    4. Fase 4: menjawab, yaitu guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian

    siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba

  • 20

    menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas

    (PinkyDeaViantika,JandutGregorius, 2015:1524-1525).

    2.1.6.3. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT

    Model pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan dan

    kelemahan. Aris Shoimin (2014:108-109) mengemukakan kelebihan dan

    kelemahan NHT sebagai berikut:

    A. Kelebihan Numbered Heads Together (NHT)

    1) Setiap siswa menjadi siap,

    2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,

    3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang berkemampuan

    intelegensi kurang,

    4) Terjadi interaksi secara intens antarsiswa dalam menjawab soal,

    5) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor

    yang membatasi.

    B. Kelemahan Numbered Heads Together (NHT)

    1) Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena

    membutuhkan waktu yang lama, dan

    2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan

    waktu yang terbatas.(PinkyDeaViantika,JandutGregorius.2015:1523)

    2.1.7. Komponen-komponen Model Pembelajaran NHT

    Sebagaimana dipaparkan Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106)

    setiap model pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu,

    sintakmatik (tahap-tahap kegiatan), sistem sosial (situasi atau suasana),

    prinsip reaksi (perilaku guru terhadap siswa), sistem pendukung (sarana

    dan alat), dan dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang

    terkandung dalam model NHTadalah sebagai berikut:

    a. Sintagmatik (Sintak)

    Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui

    empat fase:

  • 21

    1. Fase 1: Penomoran

    Pada fase ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari

    3-5 siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

    2. Fase 2: Pengajuan pertanyaan

    Guru mengajukan pertanyaan/tugas kepada siswa dalam kelompok.

    3. Fase 3: Berpikir bersama

    Siswa berdiskusi bersama kelompoknya mencari jawaban atas pertanyaan

    yang diajukan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus benar-benar

    mengetahui dan memahami jawaban yang diputuskan.

    4. Fase 4: Menjawab

    Guru memanggil nomor tertentu secara acak, kemudian siswa yang

    memiliki nomor tersebut memaparkan menjawab atas pertanyaan untuk

    seluruh kelas. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil.

    b. Prinsip Reaksi

    Pada prinsip reaksi ini menggambarkan pola tingkah laku guru

    dalam memperlakukan siswa ketika belajar. Peran guru dalam

    pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai fasilitator yang terlibat

    langsung dalam pembelajaran. Guru juga berperan sebagai pembimbing

    setiap kelompok dengan menciptakan suasana yang hangat dan

    menyenangkan. Guru menjelaskan tentang tata cara/aturan pembelajaran

    yang akan berlangsung dengan jelas sehingga semua siswa dapat

    memahami dengan baik. Guru memfasilitasi dan mengarahkan siswa

    dalam membentuk kelompok dengan transisi yang efisien. Setelah

    terbentuk kelompok-kelompok, guru memberikan arahan tentang cara

    diskusi kelompok, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

    yang mempunyai kepala bernomor sama secara acak kemudian guru

    mengamati siswa dalam diskusi. Pengajuan pertanyaan harus

    diungkapkan dengan jelas sehingga siswa dapat menjawab peranyaan

    tanpa kebingungan. Guru juga membimbing siswa dalam mencari

    jawaban jika diperlukan. Guru menjadi fasilitator/pemanggil kepala

  • 22

    bernomor sama. Setelah siswa memaparkan jawabannya, guru melakukan

    pemantapan materi dan klarifikasi apabila siswa mengalami miskonsepsi.

    c. Sistem Sosial

    Sistem sosial/norma yang terdapat dalam model ini berlandaskan

    pada proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa

    memiliki status yang sama, namun menduduki peran yang berbeda

    (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak sepenuhnya menjadi

    pusat perhatian, namun ada kalanya perhatian tersebut tertuju pada siswa.

    Sistem sosial dalam pembelajaran ini berupa sikap saling membantu

    antarteman dalam kelompok. Siswa saling bahu-membahu dalam mecari

    jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterima. Ketika

    belangsungnya diskusi untuk mencari jawaban yang tepat, setiap anggota

    kelompok pasti mempunyai jawaban atau gagasan yang berbeda-beda.

    Dalam hal ini tentu saja harus ada pendapat yang diterima dan ditolak.

    Disinilah siswa akan belajar saling menghargai pendapat yang

    dikemukakan oleh teman. Selain itu, ketika jawaban dari semua

    kelompok dibacakan dan dikoreksi, akan terlihat kelompok mana yang

    mempunyai prestasi tertinggi dan terendah. Kelompok yang mempunyai

    prestasi rendah, akan belajar menerima kekalahan kelompok sendiri dan

    menghargai kemenangan kelompok lain.

    d. Daya Dukung

    Sistem pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif

    NHT salah satunya adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan

    siswa dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang

    kelas, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang

    proses pembelajaran yang berupa meja, kursi, papan tilis, dll. Selain itu,

    guru harus mempersiapkan bahan ajar yang digunakan yaitu berupa

    materi NKRI untuk siswa lengkap dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)

    atau berupa pertanyaan yang siap diajukan kepada siswa dan sumber

    belajar (buku dan lingkungan sekitar siswa) yang berkaitan dengan

  • 23

    materi NKRI. Tidak lupa guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.

    e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus dikuasai

    siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau

    menyelesaikan pengalaman belajarnya. Secara umum, dampak

    instruksional setelah siswa mengikuti pembelajaran PKn dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu proses

    pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan secara efisien

    sesuai minat siswa namun masih dalam kontrol guru; sehingga proses

    pembelajaran secara berkelompok dapat berjalan dengan baik dan

    mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui model pembelajaran

    kooperatif tipe NHT ini, diharapkan dapat membiasakan siswa untuk

    membangun pengetahuannya melalui diskusi kelompok, sehingga siswa

    akan lebih termotivasi untuk belajar. Melalui proses kerjasama dalam

    kelompok, siswa berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab dari masing-

    masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota kelompok dapat

    berpartisipasi aktif dalam diskusi.

  • 24

    Gambar 2.1

    Dampak Pengiring dan Dampak Insruksional Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe NHT

    Secara khusus, dampak instruksional yang terdapat dalam

    pembelajaran PKn dengan materi NKRI melalui model NHT adalah

    kemampuan untuk menjelaskan pengertian dan berdirinya Negara

    Kesatuan Republik Indonesia, mengelompokkan jumlah pulau di

    Indonesia, menyebutkan nama-nama ibukota provinsi di Indonesia, dan

    menyebutkan letak wilayah di Indonesia.

    Dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari

    suasana pembelajaran yang dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara

    umum, dampak pengiring yang timbul dari pembelajaran PKn dengan

    menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT adalah siswa

    Menjelaskan

    pentingnya keutuhan

    Negara Kesatuan

    Republik Indonesia

    Keterangan:

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring

    Numbered

    Head

    Together

    (NHT)

    Mendeskripsikan

    Negara Kesatuan

    Republik Indonesia

    Tekun

    Keberanian

    Toleransi

    Demokratis

    Kerja sama

    Percaya Diri

    Konsentrasi

    Tanggung Jawab

  • 25

    mampu berdiskusi bersama kelompoknya yang heterogen, sehingga

    timbul rasa saling menerima kemampuan yang berbeda-beda dan tidak

    ada rasa saling meremehkan. Adanya rasa tanggungjawab atas tugas yang

    diberikan kepada kelompoknya. Secara khusus, dampak pengiring yang

    akan didapatkan siswa dalam pembelajaran PKn materi NKRI dengan

    menggunakan model pembelajaran NHT adalah menumbuhkan rasa

    saling menghargai pendapat teman/demokratis, tanggung jawab, berpikir

    kritis, menumbuhkan jiwa kerja sama, tekun dalam mencari jawaban,

    melatih siswa untuk sportif, dan konsentrasi ketika guru memanggil

    nomor. Menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat

    dan memaparkan jawaban keseluruh kelas. Dampak instruksional dan

    dampak pengiring dalam model Numbered Head Together (NHT)

    digambarkan dalam bagan 2.1.

    2.1.8. Strategi Implementasi Model Pembelajaran NHT

    Tabel 2.2

    Strategi Implementasi Model Pembelajaran NHT

    No Aktifitas Guru

    Langkah-

    langkah

    Pokok

    Aktifitas Siswa

    1. guru membagi siswa ke dalam

    kelompok-kelompok kemudian

    memberikan nomor kepada

    seluruh anggota kelompok,

    sehingga setiap kelompok

    mempunyai nomor 1-5.

    Penomoran Siswa mendengarkan

    penjelasan dari guru

    tentang pembagian

    kelompok dan

    penomoran.

    2. Guru mengajukan pertanyaan

    kepada siswa.

    Pengajuan

    pertanyaan

    Siswa mendengarkan

    pertanyaan dari guru.

    3. Guru membimbing siswa

    bertukar ide dengan anggota

    kelompok dan memutuskan

    jawaban.

    Berpikir

    bersama

    Siswa bertukar ide

    dengan anggota

    kelompok dan

    memutuskan jawaban.

  • 26

    4. Guru memanggil nomor secara

    acak dari masing-masing

    kelompok dan memberikan

    kesempatan siswa memaparkan

    jawaban.

    Pemberian

    jawaban

    Siswa mendapat

    panggilan nomor dari

    guru dan diberikan

    kesempatan memaparkan

    jawaban.

    5. Anggota kelompok lain boleh

    memberikan tanggapan setelah

    jawaban dipaparkan. Hal itu

    dilakukan hingga semua nomor

    terpanggil oleh guru, sehingga

    semua siswa dapat secara merata

    memaparkan jawaban hasil

    diskusi.

    Pemberian

    tanggapan

    Siswa yang tidak

    mendapat panggilan

    boleh memberikan

    tanggapan setelah

    jawaban dipaparkan.

    6 Guru bersama siswa

    menyimpulkan jawaban akhir

    dari semua pertanyaan yang

    berhubungan dengan materi

    yang disajikan.

    Kesimpulan Siswa bersama guru

    menyimpulkan jawaban

    akhir dari semua

    pertanyaan yang

    berhubungan dengan

    materi yang disajikan.

    2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

    a. PenelitianAinun Nur Firdaniah dan Mungit Sudianto

    Penelitian Ainun Nur Firdaniah dan Mungit Sudianto yang berjudul

    “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT). Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tema Ekosistem

    Pada Siswa Kelas V Sdn Lidah Wetan IV/566 Surabaya”. Hasil

    penelitiannya adalah berdasarkan hasil penelitian dari 34 siswa pada

    siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 70,94 dengan

    prosentase ketuntasan klasikal mencapai 64,7%, dan pada siklus II rata-

    rata kelas meningkat menjadi 86,7 dengan prosentase ketuntasan klasikan

    mencapai 85,29%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam

    pembelajaran tematik dengan tema ekosistem dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa kelas V SDN Lidah Wetan IV Surabaya. Selain itu, dengan

    menggunakan model,pembelajaran NHT, pembelajaran menjadi lebih

    menarik dan menyenangkan.

  • 27

    b. Penelitian Anisah Rahmawati,Hadi Mulyono, Sularmi

    Penelitian Anisah Rahmawati Hadi Mulyono, Sularmi yang berjudul

    "Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Jenis-Jenis Tanah Melalui Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

    Berbasis Eksperimen”. Hasil penelitiannya adalah berdasarkan hasil

    penelitian dari 16 siswa. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di

    atas KKM sebanyak 11 siswa atau 68,75%. Nilai rata-rata siswa adalah

    72,5. Pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 14

    siswa atau 87,5%. Nilai rata-rata siswa adalah 78,75. Dengan demikian

    model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

    berbasis eksperimen cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

    IPA tentang jenis-jenis tanah pada siswa kelas V semester 2 SDN

    Sugihan 02 tahun ajaran 2012/2013.

    c. Penelitian Siti Maria Ulfa dan Siradjuddin

    Penelitian Siti Maria Ulfa dan Siradjuddin yang berjudul “

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk

    Meningkatkan

    Hasil Belajar Ips Kelas V Sekolah Dasar”. Simpulan penelitian ini adalah

    Model Pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan

    pemahaman Ips Kelas V Sekolah Dasar.

    d. Penelitian Tsabbit Aqdamy dan Supriyono

    Penelitian Tsabbit Aqdamy dan Supriyono yang berjudul “Penerapan

    Model Pembelajaran Numbered Head Together Pada Tema Tempat

    Tinggalku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar”.

    Hasil penelitiannya adalahberdasar hasil penelitian dari 38 siswa,

    aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 67,5% dan

    pada siklus II sebesar Dapat disimpulkan bahwa penerapan 85%. Hasil

    belajar siswa mencakup tiga ranah, yaitu ranah afektif pada siklus I

    sebesar 100% dan pada siklus II juga 100%. Ranah kognitif pada siklus I

    sebesar 39% dan pada siklus II sebesar 92,1%. Ranah psikomotor pada

  • 28

    siklus I sebesar 78% dan pada siklus II sebesar 97,3%. Dapat

    disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Head Together pada tema tempat tinggalku dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Saroja Surabaya.

    e. PenelitianLis Elisa dan Husni Abdullah

    Penelitian Lis Elisa dan Husni Abdullah yang berjudul “Penerapan

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk

    Meningkat Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian

    adalah berdasar penelitian dari 39 siswa V SDN Gadel II kecamatan

    Tandes, Kota Surabaya tahun ajaran 2014/2015, penelitian pada siklus I

    menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus III

    memperoleh skor 35 dan apabila dipersentasekan menjadi 87,5% dengan

    kategori amat baik ,hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas guru mengajar

    pada siklus ini sudah melampaui persentase indikator keberhasilan pada

    aktivitas guru yaitu 80 %. Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada

    siklus III memperoleh skor 24 dan apabila dipersentasekan menjadi

    85,71% dengan kategori amat baik, hasil ini menunjukkan bahwa

    aktivitas siswa pada siklus ini sudah mencapai persentase indikator

    keberhasilan pada aktivitas siswa yaitu 80 %. Dan Hasil belajar diperoleh

    presentase siswa yang tuntas belajar sebesar 87,18%, sehingga siswa

    yang tidak tuntas belajar sebesar 12,82%. Hasil ini menunjukkan bahwa

    ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus III sudah mencapai

    presentase yang diharapkan pada indikator keberhasilan yaitu > 80%.

    Dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Numbered Heads Together Untuk Meningkat Hasil Belajar Siswa Di

    Sekolah Dasar.

    f. Penelitian Pinky Dea Viantika dan Jandut Gregorius

    Penelitian Pinky Dea Viantika dan Jandut Gregorius yang berjudul

    “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ips Di Sekolah Dasar”.

    Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, pada siklus I 60%, pada

  • 29

    siklus II 77%, dan pada siklus tiga 87%. Dapat disimpulkan bahwa

    penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

    (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di

    kelas V SDN Wonoayu I Sidoarjo.

    g. Penelitian Roseta Perdana Putra dan Supriyono

    Penelitian Roseta Perdana Putra dan Supriyono yang berjudul

    “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

    Together (NHT) Tema Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

    Siswa Kelas Ii Sdn Sajen 02 Pacet – Mojokerto”. Adapun hasil

    penelitiannya adalah berdasar penelitian dari 21 siswa Pada hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran PKn juga mengalami peningkatan dengan

    persentase pada siklus I yaitu 47,62% dengan rata-rata 71,29 dan

    persentase siklus ke-II 90,48% dengan rata-rata 88,67. Pada hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPS juga mengalami peningkatan dengan

    persentase pada siklus I 47,62% dengan rata-rata 68,90 dan persentase

    pada siklus II 95,24% dengan rata-rata 83,81. Dari hasil tersebut dapat

    disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema lingkungan di

    kelas II SDN Sajen 02 Pacet-Mojokerto.

    h. Penelitian Puji Nurhayati dan Budiyono

    Penelitian Puji Nurhayati dan Budiyono yang berjudul “Pengaruh Model

    Pembelajaran NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas Ii Sdn

    Cangkir, Driyorejo-Gresik”. Sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas II

    Mawar sebagai kelas kontrol dan II Anggrek sebagai kelas eksperimen.

    Model NHT (Number Head Together) juga berpengaruh terhadap hasil

    belajar siswa, terbukti dengan hasil uji beda diperoleh hasil terhitung

    (2,802) > tabel (1,672) dan hasil Sig (2-tailed) 0,007 < 0,05. Serta dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dari hasil rata-rata nilai

    posttest kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran

    Kooperatif NHT (Number Head Together) memiliki rata-rata skor

    sebesar 69,67, sedangkan kelas kontrol hanya memiliki rata-rata sebesar

  • 30

    59,42. Hal itu membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara

    Model NHT (Number Head Together) terhadap hasil belajar siswa kelas

    II SDN Cangkir, Driyorejo-Gresik.

    2.3. Kerangka Berfikir

    Pada kondisi awal guru kelas belum menerapkan pembagian

    kelompok dan tidak melakukan metode NHT hasil belajar siswa pada

    mata pelajaran PKn masih rendah. Peneliti berusaha meningkatkan hasil

    belajar siswa terhadap materi pada pelajaran PKn dengan menggunakan

    metode NHT pada penelitian diduga akan meningkatkan kemampuan

    hasil belajar terhadap materi mata pelajaran.

  • 31

    Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah

    diuraikan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

    a. Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan pada mata pelajaran PKn

    melalui Model Pembelajaran NHT pada siswa kelas 5 B SDN Margorejo

    02 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2016/2017.

    Hasil

    belajar

    siswa

    rendah

    Guru ceramah Kondisi

    awal

    Tindakan Menggunakan

    metode NHT

    1. Penomoran 2. Pengajuan pertanyaan 3. Berpikir bersama 4. Pemberian jawaban 5. Pemberian tanggapan

    6. Kesimpulan

    PEMBELAJARAN PKn

    Hasil belajar

    meningkat