13
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi Matematis Proses pembelajaran matematika kelas VIII SMP diperlukan beberapa kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah kemampuan memahami (understanding), menalar (reasoning), memecahkan masalah (problem solving), komunikasi matematis, serta koneksi matematis. Dikarenakan koneksi matematis merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki siswa dalam menjalani proses pembelajaran matematika, maka aspek koneksi matematis harus ditanamkan pada siswa sebagai kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika. 2.1.1 Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi berasal dari kata connection dalam bahasa inggris yang berarti hubungan atau keterkaitan, sedangkan koneksi yang dikaitkan dengan matematika disebut sebagai koneksi matematis. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan siswa dalam menghubungkan atau mengaitkan berbagai permasalahan dengan konsep matematika, keterkaitan tersebut termasuk dalam konteks matematika atau di luar matematika (Siregar, & Surya, 2017). Kemampuan koneksi adalah salah satu aspek penilaian pembelajaran matematika yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Pentingnya kemampuan koneksi dijelskan oleh Hendriana et al (2014), “kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan kognitif dan afektif yang harus dikembangkan pada siswa sekolah menengah”. Matematika merupakan sesuatu yang selalu terhubung dengan sesuatu yang lain, sebab tidak adanya operasi atau konsep dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kemampuan Koneksi Matematis

Proses pembelajaran matematika kelas VIII SMP diperlukan beberapa

kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah

kemampuan memahami (understanding), menalar (reasoning), memecahkan

masalah (problem solving), komunikasi matematis, serta koneksi matematis.

Dikarenakan koneksi matematis merupakan salah satu aspek penting yang harus

dimiliki siswa dalam menjalani proses pembelajaran matematika, maka aspek

koneksi matematis harus ditanamkan pada siswa sebagai kemampuan dasar dalam

pembelajaran matematika.

2.1.1 Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis

Koneksi berasal dari kata connection dalam bahasa inggris yang berarti

hubungan atau keterkaitan, sedangkan koneksi yang dikaitkan dengan matematika

disebut sebagai koneksi matematis. Kemampuan koneksi matematis merupakan

kemampuan siswa dalam menghubungkan atau mengaitkan berbagai

permasalahan dengan konsep matematika, keterkaitan tersebut termasuk dalam

konteks matematika atau di luar matematika (Siregar, & Surya, 2017).

Kemampuan koneksi adalah salah satu aspek penilaian pembelajaran

matematika yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Pentingnya kemampuan

koneksi dijelskan oleh Hendriana et al (2014), “kemampuan koneksi matematika

adalah kemampuan kognitif dan afektif yang harus dikembangkan pada siswa

sekolah menengah”. Matematika merupakan sesuatu yang selalu terhubung

dengan sesuatu yang lain, sebab tidak adanya operasi atau konsep dalam

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

8

matematika yang tidak terhubung/terkait dengan konsep lain (Bruner, dalam

Suherman, 2001).

Koneksi matematis terbagi menjadi dua tipe yaitu, modelling connection

dan mathematical connection. Yang disebut dengan modelling connection adalah

suatu permasalahan mengenai koneksi permodelan, dimana terdapat hubungan

antara masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bidang ilmu

lain. Sedangkan mathematical connection adalah suatu konsep atau permasalahan

yang menghubungkan antar bidang ilmu matematika (NCTM, 2000).

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

koneksi matematis adalah kemampuan siswa dalam mencari hubungan suatu

konsep atau pengetahuan matematika dengan konsep matematika yang lain.

Dengan kehidupan sehari-hari, atau dengan bidang ilmu lain.

2.1.2 Indikator Kemampuan Koneksi Matematis dalam Menyelesaikan

Soal Matematika

Terdapat fase kegiatan dalam koneksi matematis, Menurut National

Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000), kegiatan tersebut meliputi:

a) mengenali dan menggunakan hubungan-hubungan antar konsep-konsep

matematika; b) memahami bagaimana gagasan matematika saling berhubungan

dan saling membangun untuk menghasilkan sesuatu yang utuh; c) memahami dan

menerapkan matematika dalam bidang lain (di luar matematika).

Sedangkan Hendriana, & Soemarmo (2014) menyatakan bahwa kegiatan yang

terlibat dalam tugas koneksi matematis yaitu sebagai berikut: a) memahami

representasi suatu konsep, proses, atau prosedur matematis; b) mencari hubungan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

9

berbagai representasi konsep, proses, atau prosedur matematis; c) memahami

hubungan antartopik matematika; d) menerapkan matematika dalam bidang lain

atau dalam kehidupan sehari-hari; e) mencari hubungan satu prosedur dengan

prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; f) menerapkan hubungan antara

topik matematika dengan topik matematika, atau dengan topik disiplin ilmu

lainnya

Berdasarkan kajian teori diatas, secara umum terdapat tiga aspek atau

indikator kemampuan koneksi matematis, yaitu:

1. Melalui masalah dalam kehidupan sehari-hari, siswa mampu menuliskan

permodelan matematikanya. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu

mengkoneksikan antara bentuk masalah yang ada dengan konsep matematika.

2. Menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban. Pada aspek ini,

siswa diharapkan memiliki jawaban yang sesuai dengan konsep matematika

yang digunakan.

3. Menghubungkan antar objek dan konsep matematika. Pada aspek ini,

diharapkan siswa mampu menghubungkan antar objek dan konsep

matematika yang digunakan dalam menjawab soal, seperti halnya

menyelesaikan operasi matematika yang telah dituliskan sebelumnya

berdasarkan pengetahuan atau konsep yang telah didapat.

Berdasarkan ketiga aspek diatas, maka indikator kemampuan koneksi

matematisnya yaitu seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini,

4. Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Koneksi Matematis

No Kegiatan

1 Mampu menuliskan permodelan matematika

2 Menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban

3 Menghubungkan antar objek dan konsep matematika

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

10

2.2. Pembelajaran REACT

2.2.1 Pengertian Pembelajaran REACT

Menurut Handayani (2015), REACT adalah cara pembelajaran yang

berlandaskan pada konstruktivisme. Hal ini berarti pembelajaran REACT

merupakan cara pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan peserta

didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Mengingat bahwa REACT

memiliki komponen-komponen penting dalam penerapannya, yaitu mengaitkan

(Relating), mengalami (Experiencing), menerapkan (Applying), bekerja sama

(Cooperating), dan saling mentransfer pengetahuan (Transfering).

Fakhruriza dan Kartika (2015) menyatakan bahwa pembelajaran REACT

menekankan pada pemberian informasi yang berkaitan dengan informasi

sebelumnya yang telah diketahui oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah

memahami konsep-konsep yang disampaikan oleh guru karena sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan adanya pemberian informasi yang

berkaitan dengan informasi sebelumnya, siswa akan menjadi lebih mudah dalam

menganalisis suatu permasalahan matematika dengan mengandalkan informasi

yang telah diketahui sebelumnya.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran REACT

Pembelajaran REACT diterapkan, bertujuan agar siswa mampu memiliki

kemampuan matematis yang jauh lebih baik dan lebih dalam dari sebelumnya,

selain itu untuk meningkatkan kemampuan memahami dan menganalisis suatu

permasalahan matematika dengan berpatokan pada 5 komponen REACT yang

telah ditetapkan. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Handayani (2015), bahwa

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

11

. pembelajaran REACT banyak memberi manfaat dan pengalaman pada siswa,

diantaranya:

a) Belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (learning through of

life);

b) Siswa belajar dengan cara menggali sendiri informasi baru yang belum

didapatkan dan teknologi yang dibutuhkannya secara aktif untuk membangun

pengetahuan baru;

c) Siswa tidak hanya menguasai isi mata pelajarannya, melainkan juga

mempelajari bagaimana caranya belajar, dalam artian bahwa siswa

mempelajari bagaimana caranya membuat diri sendiri memahami apa yang

telah disampaikan oleh guru dengan berbekal pengetahuan yang telah didapat

sebelumnya.

2.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran REACT

Menurut Putri & Santosa (2015), pembelajaran REACT yang mengaitkan

materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari diharapkan akan berpengaruh

terhadap siswa agar mampu menerapkan konsep matematika ke dalam

permasalahan kehidupan sehari-hari, atau sebaliknya (dari kehidupan sehari-hari

dihubungkan dengan konsep matematika). Oleh karena itu, terdapat langkah-

langkah pembelajaran REACT menurut Noor & Raisah (2015), bahwa

pembelajaran REACT memiliki beberapa fase dalam penerapannya, diantaranya

yaitu: 1) Relating (mengaitkan atau menghubungkan); 2) Experiencing

(mengalami); 3) Applying (menerapkan); 4) Cooperating (bekerja sama); 5)

Transfering (mentransfer), yang memiliki penjabaran berikut:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

12

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran REACT (Noor & Raisah, 2015)

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Relating 1. Menghubungkan materi dengan

cabang ilmu matematika yang lain,

dengan kehidupan sehari-hari,

maupun dengan bidang ilmu lain.

1. Memperhatikan penjelasan

guru.

Experiencing 1. Mengarahkan siswa untuk

melakukan kegiatan peng-alaman

langsung (berekspe-rimen)

1. Bereksperimen (memaha-mi,

dan menemukan kon-sep atau

pengetahuan baru)

Applying 1. Memberi suatu soal atau

permasalahan

1. Menerapkan konsep atau

pengetahuan yang telah

didapat untuk memecahkan

soal atau permasalahan

Cooperating 1. Memberi soal atau perma-salahan

yang serupa untuk dikerjakan

secara berkelompok

1. Memecahkan soal atau

permasalahan dengan bekerja

sama

Transfering 1. Meminta siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi

mengenai konsep baru yang telah

didapatkan

2. Membimbing siswa melakukan

diskusi

1. Menyampaikan konsep atau

pengetahuan baru pada guru

dan siswa lainnya,

2. Mengerjakan soal yang

bersifat menggali, jadi siswa

dituntut untuk mentransfer

atau me-nuangkan

pengetahuan yang dimilikinya

deng-an cara mengerjakan

soal.

2.3. Kemampuan Mengatasi Kesulitan (Adversity Quotient)

Sebagian besar orang beranggapan bahwa kemampuan IQ (Intelligent Quotient)

dapat menentukan keberhasilan belajar siswa, tetapi pada kenyataannya siswa

yang memiliki IQ tinggi belum tentu berhasil dalam meraih prestasi, sebab setiap

siswa memiliki pandangan tersendiri untuk menghadapi kesulitan belajar. Ada

yang pantang menyerah dan menjadikan suatu kesulitan menjadi tantangan, ada

yang berhenti di tengah-tengah perjalanan karena menyadari kemampuan yang

dimiliki,dan ada pula yang tidak pernah ingin menghadapi dan menyelesaikan

kesulitan yang ada. Untukk menghadapi kesulitan belajar, maka perlu adanya

kecerdasan atau kemampuan dalam mengatasi kesulitan tersebut, kecerdasan atau

kemampuan ini disebut dengan Adversiti Quotient.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

13

Adversity dalam kamus bahasa inggris berarti kemalangan, dan kesulitan,

sedangkan Quotient diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan. Sedangkan

menurut Stoltz (2000), AQ adalah kecerdasan atau kemampuan dalam mengatasi

kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan dan pengetahuan

yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan.

Hafidhah, Mardiyana, dan Usodo (2016) menyatakan bahwa dalam

kegiatan pembelajaran, AQ siswa dalam merespon atau menyelesaikan masalah

matematika sangat penting, karena AQ merupakan potensi yang sangat diperlukan

oleh setiap individu. Dapat disimpulkan dari 2 definisi dari AQ tersebut bahwa,

AQ merupakan kemampuan atau cara siswa dalam mengatasi kesulitan, jika

dihubungkan dengan bidang ilmu matematika maka mengatasi kesulitan yang

dimaksud adalah menyelesaikan atau memecahkan soal-soal dan permasalahan

yang ada pada pembelajaran matematika.

2.3.1 Tipe AQ

Stoltz (2000) menjelaskan bahwa potensi AQ seseorang (siswa) dapat

dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu: 1) Seseorang (siswa) quitter, yaitu

seseorang dengan AQ rendah, 2) Seseorang (siswa) camper, yaitu seseorang

dengan AQ sedang, 3) Seseorang (siswa) climber, yaitu seseorang dengan AQ

tinggi.

Siswa Quitter adalah siswa yang berusaha menjauh dari permasalahan.

Ciri-ciri siswa quitter yaitu: usahanya sangat minim, saat dihadapkan dengan soal

yang tingkat kesulitannya lebih tinggi sisiwa tersebut akan memilih mundur, tidak

mempunyai keberanian untuk mencoba menyelesaikan suatu permasalahan (soal).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

14

Siswa seperti ini beranggapan bahwa matematika merupakan mata

pelajaran yang sangat sulit dan membingungkan. Motivasi belajar yang dimiliki

siswa quitter sangat kurang, sehingga apabila dihadapkan dengan permasalahan

mereka lebih memilih menyerah dan berhenti tanpa disertai usaha.

Siswa Camper adalah siswa yang tidak ingin mengambil resiko, siswa ini

mudah merasa puas terhadap pencapaian yang ia dapatkan saat ini, atau dapat

dikatakan bahwa siswa camper selalu merasa cukup berada di posisi tengah.

Siswa seperti ini tidak dapat disebut siswa dengan AQ rendah ataupun AQ tinggi,

karena mereka jarang memaksimalkan usahanya walaupun kesempatan dan

peluangnya ada (berusaha sekedarnya saja). Mereka berpandangan bahwa tidak

perlu nilai bagus asalkan lulus walaupun ilmu yang didapatnya sedikit, setidaknya

mereka sudah berusaha.

Siswa Climber adalah siswa memiliki tujuan dan terget. Agar target dan

tujuannya dapat tercapai, maka ia harus memaksimalkan usahanya. Siswa ini

memiliki tekad, keberanian, dan kedisiplinan yang tinggi, ia selalu mencoba

menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Karena AQ mereka tinggi, maka

motivasi belajar matematika mereka juga tinggi. Para siswa climber selalu

memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada.

2.4. Kemampuan Koneksi Matematis pada Pembelajaran REACT

Pada pembelajaran materi bangun ruang sisi datar, sub materi kubus dan

balok menjadi salah satu pembahasan yang sulit dikuasai oleh siswa, besar

kemungkinan bahwa kesulitan siswa dikarenakan siswa langsung diberi rumus

dalam menghitung dan menyelesaikan soal mengenai kubus dan balok tanpa

dikenalkan terlebih dahulu konsep-konsep dan sifat-sifat dari kubus dan balok,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

15

sehingga siswa cenderung menghafal rumus tersebut bukan memahami bagaimana

cara rumus tersebut didapatkan.

Dari penjelasan tersebut, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan

koneksi matematis yang tinggi, mengingat bahwa penilaian pembelajaran

matematika memiliki salah satu aspek penting untuk melihat kemampuan dasar

siswa, salah satu aspek tersebut merupakan aspek koneksi matematis. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, maka

diterapkannya model pembelajaran REACT sebagai mediator . Menurut penelitian

Yuniawatika & Nuraeni (2016), model pembelajaran REACT lebih efektif

meningkatkan kemampuan koneksi matematis daripada model pembelajaran

konvensional.

2.5. Kemampuan Koneksi Matematis ditinjau dari Adversity Quotient

Berdasarkan uraian pada subbab sebelumnya, kemampuan koneksi

matematis yang ada pada siswa sangatlah penting, kemampuan tersebut dapat

mempermudah siswa untuk menganalisis bagaimana cara suatu rumus didapatkan,

dan dapat mempermudah siswa memecahkan permasalahan atau menyelesaikan

suatu soal matematika dikarenakan tingginya kemampuan koneksi matematis

siswa tersebut terhadap materi matematika lain, maupun dengan kehidupan sehari-

hari.

Untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa, maka harus dilihat

terlebih dahulu kemampuan siswa dalam menyelesaikan atau menghadapi

kesulitannya (Adversity Quotient). Apabila AQ siswa tersebut tinggi, atau yang

lebih dikenal dengan siswa climber, maka otomatis kemampuan siswa tersebut

dalam memecahkan masalah dengan cara mengkoneksikan konsep-konsep yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

16

diketahuinya juga tinggi, seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2016) yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa SMP dalam Pembelajaran CPS ditinjau dari Adversity

Quotient”

2.6. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7. Penelitian Yang Relevan

1) “Pengaruh Pembelajaran Strategi REACT Terhadap Peningkatan

Kemampuan Mahasiswa PGSD Tentang Koneksi Matematis” oleh

Yuniawatika dan Nuraeni (2016)

Hasil penelitian menyatakan bahwa perbandingan rata-rata kemampuan

koneksi matematis mahasiswa secara keseluruhan berdasarkan jenis

strategi pembelajaran (REACT dan konvensional) berturut-turut adalah

39,33 dan 31,60, dengan jumlah mahasiswa masing-masing yaitu 24 dan

25.

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

strategi REACT dapat menjadikan kemampuan koneksi matematis

mahasiswa lebih baik daripada mahasiswa dengan pembelajaran

Masalah Matematika

Kemampuan Koneksi dalam

memecahkan masalah

AQ (Adversity Quotient):

1. Control (C)

2. Asal usul dan Pengakuan (O2)

3. Jangkauan (R)

4. Daya tahan (E)

Penerapan Pembelajaran

REACT

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

17

konvensional. Terdapat kesamaan aspek kegiatan yang akan diteliti yaitu

menganalisis kemampuan koneksi matematis siswa pada pembelajaran

REACT ditinjau dari kemampuan mengatasi kesulitan (AQ). Perbedaan

penelitian ini dengan Yuniawatika dan Nuraeni (2016) yaitu subjek

penelitiannya adalah siswa SMP kelas VIII, selain itu penelitian ini juga

melibatkan kemampuan siswa untuk mengatasi kesulitan (AQ),

kemampuan ini (AQ) sebagai objek peninjau dari kemampuan koneksi

matematis pada pembelajaran REACT.

2) “Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematis Siswa pada

Pembelajaran Matematika dengan Model REACT Berbasis

Etnomatematika” oleh Sholikhah (2017).

Hasil dari penelitian tersebut yaitu menyatakan bahwa penilaian

kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan 3 aspek, yaitu koneksi

antar bidang ilmu matematika, koneksi antar bidang ilmu lain, dan koneksi

pada kehidupan nyata.

a. Aspek penilaian pertama (koneksi antar bidang ilmu matematika):

indikator dari aspek ini adalah siswa dapat menghubungkan informasi

dalam soal dengan materi sebelumnya, dan hasil rata-rata tes individu

menunjukkan presentase sebesar 75,83 yang termasuk dalam kategori

baik.

b. Aspek penilaian kedua (koneksi antar bidang ilmu lain): aspek ini

memiliki 2 indikator, yaitu siswa dapat menghubungkan bidang ilmu

lain (sejarah dan pengetahuan umum) dengan ilmu matematika, dan

siswa dapat menyelesaikan soal tentang bidang ilmu lain terkait

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

18

dengan ilmu matematika. Hasil presentase sebesar 87,78 yang

termasuk dalam kategori sangat baik.

c. Aspek penilaian ketiga (koneksi dengan kehidupan nyata): aspek ini

memiliki 2 indikator, yaitu siswa dapat menghubungkan masalah di

kehidupan nyata dengan ilmu matematika, dan siswa dapat

menyelesaikan soal atau permasalahan tentang kehidupan nyata terkait

dengan ilmu matematika. Hasil presentase sebesar 85,00 yang

termasuk dalam kategori sangat baik.

Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan koneksi

matematis menjadi sangat baik apabila disandingkan dengan model

pembelajaran REACT.

3) “Adversity Quotient Pembangkit Motivasi Siswa dalam Belajar

Matematika” oleh Sudarman (2012).

Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa tingkatan kemampuan AQ

(climber, camper, quitter) pada siswa dapat meningkat, dan apabila AQ

siswa meningkat maka motivasi belajar juga akan meningkat. Motivasi

belajar dapat dilihat dari segala aspek, salah satunya kemampuan siswa

dalam menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang diketahui

(kemampuan koneksi matematis), oleh karena itu penelitian penulis

melibatkan kemampuan AQ dalam meninjau kemampuan koneksi

matematis siswa.

Penelitian penulis dengan penelitian-penelitian yang relevan pada jabaran

di atas memiliki kaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Pada hasil

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Koneksi …eprints.umm.ac.id/39364/3/BAB II.pdfBerdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

19

penelitian Yuniawatika & Nuraeni (2016) menyebutkan bahwa REACT dapat

mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa, oleh karena itu penulis

menganalisis tingkat kemampuan koneksi matematis siswa pada pembelajaran

REACT ditinjau dari AQ. Menurut subbab sebelumnya, AQ merupakan

kemampuan siswa dalam mengatasi atau menyelesaikan kesulitan, oleh karena itu

penulis meninjau seberapa kemampuan siswa untuk tidak mudah menyerah dalam

upaya mengkoneksikan suatu permasalahan dengan konsep yang telah didapat

untuk menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan tingkat atau tipe-tipe AQ.