Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian, Fungsi, dan Jenis Bank
1). Pengertian Bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan (tabungan) serta meminjamkan uang (kredit) kepada
masyarakat. Bank merupakan suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara
untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.
Kata bank berasal dari bahasa Italia, banca yang berarti meja. Menurut
UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2). Fungsi Bank
a). Penghimpun dana. Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun
dana maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga
sumber, yaitu:
(1). Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal
waktu pendirian.
9
(2). Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui
usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
(3). Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari
pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana
yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan
memenuhi persyaratan. Mungkin Anda pernah mendengar beberapa
bank dilikuidasi atau dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya
adalah karena banyak kredit yang bermasalah atau macet.
b). Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat
berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap.
c). Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas
pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain
pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana
yang diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali
dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha.
Tentunya dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan
sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit.
Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus
benar-benar teliti.
10
Berikut adalah fungsi bank secara spesifik:
a) Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan
perbankkan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana
maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya
di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun
kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan
kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini
penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa
diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana
maupun penerima penyaluran dana tersebut.
b) Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan
bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,
kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat
bahwa kegiatan investasi , distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan
dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi,
dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian
suatu masyarakat.
11
c) Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum.
3). Jenis – Jenis Bank
Dalam praktiknya, di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, perbankan di
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian, sehingga fungsi utama perbankan di
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Adapun
jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi fungsi,
kepemilikan, status, dan cara menentukan harga.
a). Dilihat dari Segi Fungsi
Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank
menurut fungsinya adalah sebagai berikut:
(1). Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
(2). Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
12
b). Dilihat dari Segi Kepemilikan
(1). Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte
pendiriannya maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga keuntungannya dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan
Negara (BTN).
(2). Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga
keuntungannya menjadi milik swasta pula. Contoh bank milik swasta
nasional antara lain Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank
Danamon, Bank Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank
Niaga, dan Bank Universal.
(3). Bank milik koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan
saham-sahamnya oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
Contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi Indonesia
(Bukopin).
13
(4). Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri).
Contoh bank milik asing antara lain ABN AMRO Bank, American
Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City
Bank, Hongkong Bank, dan Deutsche Bank.
(5). Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional dan secara mayoritas
sahamnya dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh bank
campuran adalah Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank PDFCI,
Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Inter Pacifik Bank, dan Mitsubishi
Buana Bank.
c). Dilihat dari Segi Status
Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut :
(1). Bank devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar
negeri, travellers cheque, dan pembayaran L/C. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ditentukan oleh Bank Indonesia.
14
(2). Bank nondevisa
Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi yang berhubungan dengan luar negeri.
d). Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Berdasarkan cara menentukan harga, bank dapat dibedakan dalam
dua jenis.
(1). Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat) Hampir
semua bank yang ada di Indonesia berdasarkan prinsip kerja
konvensional. Bank konvensional mendapatkan keuntungan
dengan cara menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Harga untuk
pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga.
Sedangkan penetapan keuntungan untuk jasa bank lainnya
ditetapkan biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
(2). Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam) Perbedaan pokok
antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada
landasan falsafah yang dianut. Bank syariah tidak melaksanakan
sistem bunga, sedangkan bank konvensional dengan sistem bunga.
Bagi bank syariah penentuan harga atau pencarian keuntungan
didasarkan pada prinsip bagi hasil.
15
2.1.2 Pensiun
1). Pengertian Pensiun
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap
Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada
Negara. Yang berhak atas pensiun adalah sebagai berikut:
a). Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri
berhak menerima pensiun pegawai, jikalau ia pada saat pemberhentiannya
sebagai pegawai negeri:
(1). Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun.
(2). Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri,
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun, juga
karena keadaan jasmani atau rohani yang disebabkan oleh karena ia
menjalankan kewajiban jabatan.
(3). Mempunyai masa-kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh
badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan
peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan
tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan
jasmani atau rohani, yang tidak disebabkan oleh dan karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya.
16
b). Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaannya
karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai,
penertiban aparatur negara atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan
kemudian tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak
menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat
sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai
negeri itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa-
kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
c). Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak
dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun
pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri
dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri ia telah mencapai
usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja untuk pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun.
d). Apabila pegawai negeri yang dimaksud pada huruf b dan c diatas pada
saat ia diberhentikan sebagai pegawai negeri telah memiliki masa-kerja
untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun akan tetapi pada saat itu
belum mencapai usia 50 tahun, maka pemberian pensiun kepadanya
ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun.
17
2). Masa Persiapan Pensiun (MPP)
PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP), dapat
dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 (satu) tahun, dengan
mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku, kecuali tunjangan jabatan. Pembebasan tugas ini dikenal dengan
MPP (Masa Persiapan Pensiun). MPP dapat diambil penuh 1 tahun atau
sebagian sesuai dengan keinginan/kebutuhan PNS.
3). Pengurusan Pensiun PNS
a). Pensiun BUP (Batas Usia Pensiun)
PNS yang telah mencapai batas usia pensiun, akan diberhentikan
sebagai PNS dan diberikan hak pensiun. BUP tergantung dengan jabatan
PNS tersebut. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, bahwa BUP PNS dirubah menjadi:
(1). 58 tahun bagi Pejabat Administrasi;
(2). 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
(3). Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan bagi Pejabat
Fungsional.
Terkait dengan perubahan BUP, maka dalam masa peralihan ini:
(1). Dalam hal terdapat PNS yang sedang menjalani MPP maupun tidak
sedang menjalani MPP dan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas,
baik SK Pensiunya telah ditetapkan maupun belum ditetapkan, yang
TMT pensiunnya mulai berlaku 1 Febuari 2014 s.d 1 Desember 2015
18
yang mencapai BUP minimal 56 tahun, maka keputusan pensiun dan
kenaikan pangkat pengabdiannya dapat diberikan apabila memenuhi
syarat sesuai peraturan perundangan.
(2). Dalam hal terdapat PNS yang keputusan pemberhentian/
pertimbangan teknis pensiunnya telah ditetapkan dan TMT
pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 s.d 1 Desember 2015 yang
mencapai BUP minimal 56 tahun, apabila bersedia lagi melaksanakan
tugas maka keputusan/pertimbangan teknis pensiun yang
bersangkitan akan ditinjau kembali.
(3). Dalam hal terdapat PNS yang menyatakan bersedia lagi
melaksanakan tugas, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum
mencapai usia 58 atau belum pernah diusulkan pensiunnya, kemudian
mengajukan pemberhentian sebelum mencapai usia 58 tahun maka,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS serta diberikan kenaikan
pangkat pengabdian apabila memenuhi syarat sesuai peraturan
perundangan.
b). Pensiun Atas Permintaan Sendiri (Pensiun APS).
PNS yang telah berusia minimal 50 Tahun dan memiliki masa kerja
minimal 20 tahun (dihitung sejak TMT CPNS) dapat mengajukan pensiun
yang disebut dengan pensiun atas permintaan sendiri. PNS yang
mengambil Pensiun APS ini tidak diberikan kenaikan pangkat pengabdian.
19
c). Pensiun Janda/Duda/Yatim
Sebelum diurai lebih lanjut tentang pensiun janda/duda/yatim, perlu
dipahami terlebih dahulu definisi berikut:
(1). Janda, ialah isteri sah menurut hukum dari pegawai negeri atau
penerima pensiun-pegawai yang meninggal dunia;
(2). Duda, ialah suami yang sah menurut hukum dari pegawai negeri
wanita atau penerima pensiun-pegawai wanita, yang meninggal dunia
dan tidak mempunyai isteri lain;
(3). Anak, ialah anak kandung yang sah atau anak kandung/anak yang
disahkan menurut Undang-undang Negara dari pegawai negeri,
penerima pensiun, atau penerima pensiun-janda/duda;
Hak atas pensiun janda/duda/yatim:
(1). Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai meninggal
dunia, maka isteri (istri-istri)-nya untuk pegawai negeri pria atau
suaminya untuk pegawai negeri wanita, yang sebelumnya telah
terdaftar berhak menerima pensiun janda atau pensiun duda.
(2). Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai yang
beristeri/bersuami meninggal dunia, sedangkan tidak ada istri/suami
yang terdaftar sebagai yang berhak menerima pensiun janda/duda,
maka pensiun janda/duda diberikan kepada istri/suami yang ada pada
waktu ia meninggal dunia. Dalam hal pegawai negeri atau penerima
pensiun pegawai pria termaksud di atas beristri lebih dari seorang,
20
maka pensiun-janda diberikan kepada istri yang ada waktu itu paling
lama dan tidak terputus-putus dinikahinya.
(3). Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai meninggal
dunia, sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami lagi yang berhak
untuk menerima pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda, maka:
(a). Pensiun-janda diberikan kepada anak/anak-anaknya, apabila
hanya terdapat satu golongan anak yang seayah-seibu.
(b). Satu bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing
golongan anak yang seayah seibu.
(c). Pensiun-duda diberikan kepada anak (anak-anaknya).
(4). Apabila pegawai negeri pria atau penerima pensiun pegawai pria
meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai isteri (isteri-isteri) yang
berhak menerima pensiun janda/bagian pensiun janda di samping
anak (anak-anak) dari isteri (isteri-isteri) yang telah meninggal dunia
atau telah cerai, maka bagian pensiun janda diberikan kepada masing-
masing isteri dan golongan anak (anak-anak) seayah-seibu termaksud.
(5). Kepada anak (anak-anak) yang ibu dan ayahnya berkedudukan
sebagai pegawai negeri dan kedua duanya meninggal dunia, diberikan
satu pensiun janda, bagian pensiunjanda atau pensiunduda atas dasar
yang lebih menguntungkan.
21
(6). Anak (anak-anak) yang berhak menerima pensiun-janda atau bagian
pensiun janda ialah anak (anak-anak) yang pada waktu pegawai atau
penerima pensiun pegawai meninggal dunia:
(a). belum mencapai usia 25 tahun, atau
(b). tidak mempunyai penghasilan sendiri, atau
(c). belum nikah atau belum pernah nikah.
Pemberian pensiun janda/duda/yatim berakhir jika:
(1). Janda/duda yang bersangkutan meninggal dunia
(2). Tidak terdapat lagi anak-anak yang memenuhi syarat untuk
menerimanya.
d). Pensiun Orang Tua
Apabila seorang PNS/CPNS tewas, apabila tidak meninggalkan
suami/isteri/anak yang berhak menerima pensiun janda/duda, maka
kepada orang tua almarhun diberikan pensiun orang tua yang besarnya
20% dari pensiun janda/duda Jika kedua orang tua telah bercerai, maka
kepada mereka masing-masing diberikan separoh dari jumlah dimaksud.
2.1.3 Kredit
1). Pengertian Kredit
Definisi kredit menurut istilah Yunani adalah credere yang berarti
kepercayaan (truth atau faith) sehingga dapat diartikan dasar dari kredit adalah
kepercayaan. Sedangkan pengertian kredit secara umum menurut Undang –
22
Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pokok – pokok Perbankan, yang dimaksud
dengan kedit adalah penyediaan uang atau tagihan – tagihan yang dapat disamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak
lain dalam mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan harga yang telah ditetapkan.
Menurut Kasmir (2012 : 74) mendeskripsikan bahwa kredit adalah hak
untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada
waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang.
Dari beberapa referensi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kredit
merupakan kemampuan untuk menyediakan uang atau barang untuk dipinjamkan
kepada pihak lain yang membutuhkan dana dengan pembayaran pada masa yang
akan datang. Berdasarkan kepastian dan kesepakatan kedua belah pihak dalam
pemberian kredit tentunya bank selaku kreditur tidak luput dari suatu resiko yang
tinggi maka dalam pemberian kredit memerlukan analisis penyaluran kredit sesuai
dengan ketentuan yang ada, lebih berhati – hati, teliti dan slektif serta memerlukan
pengawasan yang sedemikian rupa sehingga kredit bisa berjalan dengan lancar.
2). Unsur – Unsur Kredit
Beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian kredit
menurut Kasmir (2012: 75), yaitu :
a). Kepercayaan
Kepercyaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima
23
kembali dimasa akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena
sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang
mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk
mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang
disalurkan.
b). Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan
penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua
belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.
c). Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka
waktu.
d). Risiko
Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian
yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya pada hal
mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja
yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih
sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka
24
waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit, semakin besar risikonya
tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,
baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
e). Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu
keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit
barang atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank
prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan
komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank.
4). Prinsip Pemberian Kredit
Dalam memberikan kredit, bank atau lembaga perkreditan lainnya
wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk
melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh
keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit bank harus melakukan
penilaian dengan seksama baik itu terhadap watak, kemampuan, maupun prospek
usaha debitur. Ada beberapa prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5 C (Kasmir,2012: 91 ):
1). Character
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon
debitur. tujuannya untuk memberikan keyakinan pada bank bahwa sifat atau
watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya.
25
2). Capacity (Capability)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit
yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuannya mencari laba.
3). Capital
Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4). Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik bersifat fisik
maupun non fisik.
5). Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
5). Jenis – Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula
kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat
terdiri dari beberapa jenis. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran
atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakter
tertentu.
Menurut Kasmir, (2012: 76) secara umum jenis-jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dilihat dari berbagai segi, yaitu:
26
1). Dilihat dari Segi Kegunaan
a). Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lama.
b). Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam opersionalnya.
2). Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
a). Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha
atau produksi atau investasi.
b). Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi atau
dipakai secara pribadi. Contohnya pembelian mobil untuk keperluan
pribadi. Sumber pembayarannya berasal dari gaji atau pendapatan lainnya
bukan dari obyek yang dibiayai. Beberapa kredit yang termasuk dalam
jenis kredit konsumtif antara lain: Kartu Kredit, Kredit Pemilikan Rumah
(KPR), Kredit Pegawai Tetap (Kretap), Kredit Pensiun (Kresun), Kredit
Kendaraan Bermotor.
c). Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3). Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a). Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang
dari 1 (satu) tahun atau paling lama 1 (satu) tahun dan biasanya digunakan
untuk keperluan modal kerja.
27
b). Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya berkisar
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk
modal kerja.
c). Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling
panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun dan biasanya digunakan untuk
investasi jangka panjang.
4). Dilihat sari Segi Jaminan
a). Kredit Dengan Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak
berwujud.
b). Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau hal tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank
yang bersangkutan.
5). Dilihat dari Sektor Usaha
a). Kredit Pertanian, yaitu kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian rakyat.
b). Kredit Pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa yang sedang belajar.
c). Kredit Perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
d). Dan sektor usaha lainnya.
28
6). Prosedur Kredit
Prosedur kredit merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
pengajuan kredit. Dimulai dari permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit
tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Suyatno, dkk (2007) bahwa
preosedur kredit adalah: Permohonan Kredit, Penyidikan dan Analisis Kredit,
Keputusan Atas Permohonan Kredit, Penolakan Permohonan Kredit, Persetujuan
Permohonan Kredit, Pencairan Fasilitas Kredit.
1). Permohonan Kredit
Permohonan fasilitas kredit mencakup:
a). Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit.
b). Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
c). Permohonan perpanjangan/pembaruan masa berlaku kredit yang telah
berakhir jangka waktunya.
Berkas-berkas kredit permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:
a). Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan
sah.
b). Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan
lengkap diisi oleh nasabah.
c). Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.
2). Penyidikan dan Analisis Kredit
Pengertian penyidikan kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
a). Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
29
b). Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan nasabah.
c). Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal
yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
d). Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah
dilaksanakan.
Pengertian analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
a). Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik
keuangan maupun nonkeuangan untuk mengetahui kemungkinan
dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
b). Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan
kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sabagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan
kredit nasabah.
3). Keputusan Atas Permohonan Kredit
Pengertian Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan
pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa
menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit
kepada pejabat yang lebih tinggi. Bahan pertimbangan pengambilan
keputusan, Setiap keputusan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-
syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit
dan analisa kredit.
30
4). Penolakan Permohonan Kredit
Dapat terjadi untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap
oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-langkah yang
harus diperhatikan adalah:
a). Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada
nasabah dengan disertai alasan penolakannya.
b). Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam rangkap tiga, asli
dikirimkan kepada pemohon, lembar kedua bersama copy surat
permohonan nasabah dikirim kepada direksi, lembar ketiga untuk arsip
bagian kredit atau kantor cabang.
5). Persetujuan Permohonan Kredit
Pesetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk
mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur.
Langkah-langkah yang harus diambil antara lain seperti dibawah ini:
a). Surat penegasan permohonan kredit kepada pemohon
b). Pengikatan jaminan
c). Penandatanganan perjanjian kredit
d). Penandatanganan surat askeb
e). Informasi untuk bagian lain
f). Pembayaran bea materai kredit
g). Pembayaran provisi kredit
h). Asuransi barang jaminan
i). Asuransi kredit
31
6). Pencairan Fasilitas Kredit
a). PengertianPencairan
Fasilitas kredit adalah setiap transaksi yang menggunakan kredit yang
telah disetujui oleh bank. Dalam prateknya, pencairan kredit ini berupa
pembayaran dan atau pemindah bukuan atas beban rekening pinjaman atau
fasilitas lainnya.
b). Syarat-syarat pencairan
Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah, bila syarat-
syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. Pengikatan
jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit
mutlak harus mendahului pencairan kredit.
Selain itu terdapat pula prosedur pemberian kredit menurut Surat Edaran
Bank Rakyat Indonesia No. S. 9 – DIR/ADK/04/2014 yang berisi tentang
pedoman pelaksanaan kredit untuk golongan berpenghasilan tetap yaitu pegawai
tetap dan pensiunan.
Prosedur pemberian kredit pensiun menurut Surat Edaran Bank Rakyat
Indonesia No. S. 9 – DIR/ADK/04/2014, yaitu sebagai berikut :
1). Permohonan Kresun
Calon debitur mengisi formulir permohonan yang telah disediakan,
dengan dilampiri:
a). Dokumen pensiun, yang meliputi asli SK Pensiun, Daftar Pembayaran
Pensiun (Dapem), Kartu Registrasi Induk Pensiun (Karip), Buku Pensiun
b). Foto copy identitas diri (suami/istri)
32
c). Foto copy Kartu Keluarga
d). Surat Kuasa Potong Uang Pensiun bagi debitur yang uang pensiunnya
tidak dibayarkan melalui BRI.
e). Surat Kuasa Debetan Rekening bagi debitur yang uang pensiunnya
dibayarkan melalui BRI.
2). Analisis dan Putusan Kredit
a). Setelah seluruh persyaratan permohonan Kresun dipenuhi dan diserahkan
oleh calon debitur, maka selanjutnya Administrasi Kredit memeriksa
seluruh kelengkapan dan memastikan bahwa seluruh dokumen adalah sah
dan masih berlaku.
b). Seluruh berkas diserahkan kepada Pejabat Pemrakarsa untuk di analisis.
c). Pejabat Pemrakarsa kemudian melaku pengecakan SID (Sistem Informasi
Debitur) untuk memastikan calon debitur tidak bermasalah.
d). Selanjutnya Pejabat Pemrakarsa menghitung jumlah kredit yang bisa
diberikan, dan menuangkannya dalam Form Analisa dan Putusan Kresun.
e). Seluruh berkas diajukan kepada Pejabat Pemutus untuk diputus sesuai
limit.
3). Realisasi dan Dokumentasi Kredit.
Pada saat kredit akan direalisasi, petugas Administrasi Kredit harus
memastikan bahwa dokumen telah lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan
dan biaya-biaya telah dilunasi debitur, baik secara tunai atau overbooking dari
simpanan debitur.
33
Sebelum realisasi, perlu diperhatikan syarat-syarat realisasi dengan
berkas kredit sebagai berikut:
a). Kwitansi Pencairan
b). Surat Pengakuan Hutang
c). Foto copy KTP atau tanda pengenal lainnya
d). Foto copy Kartu Keluarga
e). Formulir Permohonan Kresun
f). Form Analisis dan Putusan Kresun
g). Dokumen pensiun
h). Daftar perincian gaji
i). Surat Kuasa Potong Uang Pensiun/Surat Kuasa Debet Rekening
Jika dokumen sudah diyakini kelengkapan dan keabsahannya, maka petugas
Administrasi Kredit meminta tanda tangan atasan langsung petugas Administrasi
Kredit (Supervisor) . Setelah semua ditanda tangani pengajuan kredit dapat dicairkan
di teller.
Prosedur pemberian kredit pensiun menurut Surat Edaran Bank Rakyat
Indonesia No. S. 9 – DIR/ADK/04/2014 tersebut merupakan Standar Oprasional
Perusahaan (SOP) yang harus di ikuti oleh seluruh unit kerja BRI dalam pelayanan
Kresun. Untuk lebih mudah memahami SOP tersebut, maka dapat dilihat flowchart
prosedur pemberian kredit menurut Surat Edaran Bank Rakyat Indonesia No. S. 9 –
DIR/ADK/04/2014 pada Lampiran 1.
34
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Sebagai bahan acuan dalam penelitin ini, terdapat beberapa pembahasan dari
hasil penelitian sebelumnya, yaitu :
Febrina Kusuma Wardhani (2013) dengan penelitian yang berjudul “Prosedur
Pemberian Kredit BRIGuna Kretap dan Kresun di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Karanganyar”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai prosedur serta sistem pemberian kredit Kretap dan
Kresun pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Karanganyar.
Dari hasil pegamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa Prosedur Pemberian
Kredit Briguna Kretap dan Kresun di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Kantor Cabang Karanganyar terdiri dari beberapa tahap yaitu : permohonan kredit,
penelitian berkas, analisis kredit, keputusan kredit, pencairan atau realisasi kredit,
pengangsuran kredit, dan pelunasan kredit. Kesimpulan dari pengamatan prosedur
pemberian kredit Briguna Kretap dan Kresun di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Kantor Cabang Karanganyar sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
dapat dilaksanakan dengan baik oleh ADK Tapsun dan AO Briguna, namun masih
terdapat kelemahan dalam hal ruang penyimpanan arsip, akan lebih baik jika ruang
arsip untuk nasabah dan dokumen lainnya dibedakan dan tumpukan kardus yang
sekiranya sudah tidak dipergunakan dapat dibuang atau ditata lebih rapi jika masih
diperlukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gangsar Alsandy Putranto (2014) dengan
judul “Analisa Prosedur Pemberian Kredit Kepada Pegawai Tetap dan Pegawai
Pensiunan Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Rajawali Surabaya”. Penelitian ini
35
bertujuan untuk memahami prosedur pemberian kredit kepada pegawai tetap dan
pegawai pensiunan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Rajawali Surabaya, serta
menganalisa apakah prosedur yang dijalankan sudah sesuai dengan ketentuan aturan
yang ditetapkan oleh BRI. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa secara
keseluruhan prosedur pemberian kredit tetap maupun pensiunan yang dilaksanakan
oleh BRI Cabang Rajawali Surabaya sudah memenuhi ketentuan aturan yang
ditetapkan.
Terdapat pula penelitian lainnya yaitu oleh Tri Setiyo Apriyanto (2010) yang
berjudul “Tinjauan Atas Analisis Pencatatan Pemberian Kredit Pensiun Pada PT.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Kantor Cabang Bandung”. Dilaksankannya
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur dan pencatatan pemberian kredit
pensiun pada PT Bank Tabungan Pensiun Nasional, serta memiliki maksud untuk
memperoleh informasi dan data yang relevan mengenai transaksi yang berhubungan
dengan margin pembiayaan murabahah yang dilakukan perusahaan untuk menjawab
masalah-masalah tertentu. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dalam pencatatan
pemberian kredit pada PT Bank Tabungan Pensiun Nasional cabang Bandung sudah
sesuai dengan teori yang ada yang dimana pencatatan kredit terdiri dari persetujuan
dan pemberian plafond kredit, penarikan tunai fasilitas kredit nasabah, pembayaran
bunga kredit nasabah, angsuran kredit nasabah, penghapusan kredit nasabah,
pembayaran tunggakan kredit bermasalah dan tunggakan bunga kredit.