23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Tori 2.1.1. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Akuntansi Berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Menurut Ritonga, Rahmansyah. (2006) teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan yaitu transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Study #14 IFAC Public Sektor Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisien, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya tesebut. Standard akuntansi pemerintahan berbasis akrual dikembangkan berdasarkan amanat undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun anggaran pada tahun anggaran 2008 dan ditegaskan dalam undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara dalam pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Tori - sinta.unud.ac.id II.pdf · ... PSAP nomor 03 tentang laporan ... PSAP nomor 05 tentang akuntansi persediaan; f) PSAP nomor 06 tentang akuntansi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Tori

2.1.1. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

Akuntansi Berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan

peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya

transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

Menurut Ritonga, Rahmansyah. (2006) teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan yaitu

transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar

di masa depan.

Study #14 IFAC Public Sektor Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis

akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisien, dan

pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi

keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai

dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya.

Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi

kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang

baik atas sumber daya tesebut.

Standard akuntansi pemerintahan berbasis akrual dikembangkan berdasarkan amanat

undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya

pada tahun anggaran pada tahun anggaran 2008 dan ditegaskan dalam undang-undang Nomor 17

tahun 2003 tentang keuangan Negara dalam pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai

berikut:“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan

selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan

belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”

Berdasarkan pasal 32 UU 17 tahun 2003 dan pasal 57 UU 1 Tahun 2004, penyusunan

standard akuntansi pemerintahan ditugaskan pada suatu komite standard yang independen yang

ditetapkan dengan suatu keputusan presiden, komite tersebut adalah komite standar akuntansi

pemerintah (KSAP). Organisasi KSAP terdiri dari Komite konsultatif dan komite kerja yang

dibantu oleh kelompok kerja. Komite konsultatif bertugas member konsultasi dan/atau pendapat

dalam rangka perumusan konsep rancangan peraturan pemerintah tentang standard akuntansi

pemerintahan.

Untuk menjaga kualitas standar akuntansi pemerintahan, proses penyusunannya melalui

mekanisme procedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan dalam setiap penyusunan pernyataan

standard akuntansi pemerintahan (PSAP) oleh komite. Proses penyiapan standar akuntansi

pemerintahan yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan

penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena

pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan

melaksanakan standard yang ditetapkan. Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan meteri /

referensi yang dikeluarkan oleh :

a) International Federation of accountants:

b) International accounting standards committee:

c) International monetary Find:

d) Ikatan Akuntan Indonesia;

e) Financial accounting standard board;

f) Governmental accounting standard board;

g) pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan Negara;

h) organisasi profesi lainnya di berbagai Negara yang membidangi pelaporan keuangan,

akuntansi, dan audit pemerintah.

2.1.2. Perbedaan SAP basis akrual dengan SAP basis kas

Dengan terbitnya PP. No. 71 Tahun 2010 tentang standard akuntansi pemerintahan sebagai

pengganti PP No. 24 tahun 2005 menandai era penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual,

meskipun di dalam peraturan tersebut juga masih diakomodir pilihan menerapkan basis kas

menuju akrual sebagaimana yang diatur di dalam PP No. 24 tahun 2005 selama masa transisi

dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan paling lambat empat (4) tahun

setelah peraturan ini diterbitkan. Atau dalam hitungan waktu akan mulai penuh diterapkan pada

tahun 2015.

Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual membawa dampak terhadap perubahan

tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring dengan penerapan basis

akrual untuk pelaporan keuangan, penyusunan anggaran tetap dilakukan dengan menggunakan

basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi

anggaran yang tetap menggunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan

menggunakan basis akrual. Di dalam struktur SAP berbasis akrual berdasar PP No. 71 tahun 2010

terdapat tambahan pernyataan standard akuntansi yaitu pada pernyataan PSAP Nomor 12 tentang

laporan Operasional . adapun PSAP dalam lampiran I PP No. 71 tahun 2010 adalah sebagai berikut

:

a) PSAP nomor 01 tentang penyajian lapran keuangan;

b) PSAP nomor 02 tentang laporan realisasi anggaran;

c) PSAP nomor 03 tentang laporan arus kas;

d) PSAP nomor 04 tentang catatan atas laporan keuangan;

e) PSAP nomor 05 tentang akuntansi persediaan;

f) PSAP nomor 06 tentang akuntansi investasi;

g) PSAP nomor 07 tentang akuntansi Aset tetap;

h) PSAP nomor 08 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan;

i) PSAP Nomor 09 tentang akuntansi Kewajiban;

j) PSAP nomor 10 tentang koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar

biasa;

k) PSAP nomor 11 tentang laporan keuangan konsolidasia; dan

l) PSAP nomor 12 tentang laporan operasional.

Perbedaan antara PP. No. 71 tahun 2010 dengan PP No. 24 tahun 2005 (table F.1.2.1) Juga

terdapat pada komponen laporan keuangan. Dalam PP No. 24 tahun 2005 disebutkan terdapat

empat (4) jenis laporan keuangan yaitu: 1. Neraca: 2: laporan arus kas: 3. Laporan realisasi

anggaran: 4 catatan atas laporan keuangan. Dalam PP. No. 71 tahun 2010 laporan keuangan yang

harus disusun oleh pemerintah daerah (pemda) bertambah menjadi enam (6) jenis laporan

keuangan yaitu : laporan realisasi anggaran; laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL);

neraca: laporan arus kas: laporan operasional: laporan perubahan ekuitas; catatan atas laporan

keuangan.

Tabel 2.1

Peerbedaaam PP No 24 tahun 2005 dengan PP No. 71 Tahun 2010

PP. No. 24 Tahun 2005 Pp. No. 71 Tahun 2010

LAPORAN PERUBAHAN SAL

Tidak Ada laporantersendiri

NERACA

Ekuitas Dana terbagi;

- ekuitas dana lancar; selisih antara

aset lancar dan kewajiban jangka

LAPORAN PERUBAHAN SAL

Laporan perubahan SAL menyajikan

secara komperatif dengan periode

sebelumnya po-pos berikut:

a. saldo anggaran lebih awal;

b. Penggunaan Saldo anggaran lebih;

c. sisa lebih / kurang pembiayaan

anggaran tahun berjalan :

d. koreksi kesalahan pembukuan tahun

sebelumnya ; dan

e. lain-lain;

f. Saldo anggaran lebih akhir.

NERACA

Hanya Ekuitas yaitu kekayaan bersih

pemerintah yang merupakan selisih

antara aset dan kewajiban pemerintah

pada tanggal laporan

pendek, termasuk sisa lebih

pembiayaan anggaran/saldo

anggaran lebih

- ekuitas dan ainvestasi;

mencerminkan kekayaan

pemerintah yang tertanam dalam

investasi jangka panjang, aset tetap,

dana set lainya, dikurangi dengan

kewajiban jangka panjang

- ekuitas dana cadangan

mencerminkan kekayaan

pemerintah yang dicadangkan untuk

tujuan tertentu sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

LAPORAN ARUS KAS (LAK)

- disajikan oleh unit yang mempunyai

fungsi perbendaharaan (par 15)

Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas

Saldo ekuitas di neraca

berasaldarisaldoakhirekuitaspadalaporan

perubahanekuitas pendanaan,

dantransitoris

LAPORAN ARUS KAS (LAK)

-disajikanoleh unit yang mempunyai

fungsi perbendahara umum (par 15)

operasi, investasi aset non keuangan,

pembiayaan, dan non anggaran

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

- bersifat optional

- disusun oleh entitas pelaporan

yang menyajikan laporan berbasis

akrual

- sekurang-kurangnya menyajikan

pos-pos;

a. pendapatan dari kegiatan

operasional;

b. beban berdasarkan klasifikasi

fungsional dan klasifikasi

ekonomi;

c. surplus atau defisit.

Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas

operasi, investasi,

LAPORAN OPERASIONAL (LO)

- merupakan laporan keuangan pokok

- menyajikan pos-pos sebagai berikut

a. pendapatan LO dari kegiatan

operasional;

b. beban dari kegiatan operasional;

c. surplus/deficit dari kegiatan non

operasional bila ada;

d. posluarbiasa, bilaada

e. surplus/defisit- LO

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

-merupakan laporan keuangan pokok

- sekurang-kurangnya menyajikan pos-

pos;

CALK

Pada dasarnya hampir sama dengan PP

baru.

a. ekuitas awal;

b. surplus/deficit-LO pada periode

bersangkutan

c. koreksi-koreksi yang langsung

menambah / mengurangi ekuitas,

misalnya; koreksi kesalahan mendasar

dari persediaan yang terjadi pada

periode-periode sebelumnya dan

perubahan nilai aset tetap karena

revaluasi aset tetap

d. ekuitas akhir.

CALK

Perbedaan yang muncul hanya

dikarenakan komponen laporan

keuangan yang berbeda dengan PP lama

Sumber: pusdiklatwas. Bpkp.go.id, 2015

2.1.3 Laporan keuangan pemerintah dengan basis akrual

Menurut lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 laporan keuangan disusun untuk menyediakan

informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk

mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan

operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu

entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah

dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistemastis dan terstruktur

pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

a) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepada entitas pelaporaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

periodik.

b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan

dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan

pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan

masyarakat.

c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak unutk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan

.

d) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)

membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode

pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang

akan dating diasumsuikan akan ikut menganggung beban pengeluaran tersebut.

e) Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi

yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi

para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi,

social, maupun politik dengan :

a) menyediakan informasi tentang seumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

b) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk

membiayai seluruh pengeluaran;

c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam

kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

d) menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh

kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan

dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,

termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah

mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama

periode pelaporan.

2.1.4. Penerapan SAP berbasis akrual

Perubahan dari standar akuntansi basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi

pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang

keuangan Negara seperti yang diamanatkan dalam UU no. 17 tahun 2003 dilakukan secara

bertahap. Untuk itu perlu adanya dari organisasi-organisasi pemerintahan untuk menerapkan basis

akuntansi akrual ini sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan

lebih akuntabel.

Organisasi dalam menerapkan system atau peraturan baru

menurut Armenakis (1993) ada tujuh aspek mengenai organisasi yang meliputi: mengubah

persepsi anggota organisasi terhadap perubahan, visi, saling percaya dan menghormati, inisiatif

perubahan, dukungan manajemen, penerimaan dan bagaimana organisasi mengelola proses

perubahan. Pada intinya, untuk melakukan perubahan melibatkan perilaku kognitif individu

anggota organisasi. Smith, Ian(2005) berpendapat hal yang sama, anggata organisasi sejatinya

adalah sumber daya, kendaraan dalam perubahan, karena mereka adalah orang yang akan

merangkul atau menolak perubahan.

Perubahan organisasi menurut Cummings & Worley (2005) didefinisikan sebagai

pengadopsian ide-ide atau perilaku baru oleh sebuah organisasi. Perubahan organisasi menyangkut

kegiatan- kegiatan yang disengaja untuk mengubah keadaan yang ada sebelumnya sebagai respon

terhadap paksaan perubahan (force of change). Pada perkembangannya banyak organisasiyang

mencoba melakukan perubahan dengan struktur horizontal, yang mendorong kerjasama kelompok

dan komunikasi yang lebih cepat. Idenya bahwa dengan struktur yang lebih ramping akan

mendorong fleksibilitas, kreatifitas dan inovasi dalam bereaksi terhadap perubahan lingkungan

yang terjadi.

Kajian yang dilakukan dalam Klien dan Sora (1996),Priyanto(2008) menjelaskan bahwa

ketersediaan sumber daya, dukungan manajemen, dan nilai-nilai yang dikembangkan staf

merupakan faktor yang menentukan organisasi untuk berubah. Bila untuk berubah telah melekat

kuat dalam anggota organisasi, maka hal ini akan bisa memunculkan budaya kerja yang baru.

Sejalan dengan Lehman, Wayne E.K(2005) dalam menyatakan bahwa organisasi untuk berubah

dapat dideteksi dari beberapa variable, seperti variable motivasional, ketersediaan sumber daya,

nilai-nilai positif yang dikembangkan anggota organisasi serta iklim yang mendukung perubahan.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi dalam menerapkan sistem atau

peraturan baru

Dari beberapa definisi tentang organisasi dalam menghadapi perubahan diatas, dapat

ditarik beberapa hal menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi, faktor-faktor

tersebut antara lain adalah:

a) persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah

Robins, Stephen P(2010:169) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang digunakan individu

untuk mengelola dan mentafsirkan kesan indera meraka dalam rangka memberikan makna

kepada lingkungan mereka. Pada hakekatnya persepsi menurut Kotler dan Amstrong(1996)

berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil reaksi dari persepsi terhadap

stimulus. Sedangkan motivasi menurut Handoko(2001) adalah suatu keadaan dalam pribadi

yang mendorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai

tujuan. Dengan adanya persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah, maka akan

semakin mudah bagi organisasi untuk menjalankan perubahan itu. Hal ini sejalan dengan

pendapat Displaces(2005), bahwa individu untuk menghadapi perubahan akan menjadi daya

pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil yang positif. Beberapa kajian

terbaru tentang konstruk variable untuk berubag menjelaskan bahwa sesungguhnya individu

untuk berubah dapat diidentifikasi dari sikap positif individu terhadap perubahan, persepsi dari

keseluruhanwarga organisasi untuk menghadapi perubahan, dan rasa percaya individu dalam

menghadapi perubahan.

b) ketersediaan sumber daya

Ketersediaan sumber daya dalam organisasi menurut Lehman, Wayne E. K(2002) dapat

dideteksi dari 3 hal, yaitu : pertama, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan men

dukung organisasi dalam melaksanakan perubahan, kedua, memiliki staf yang terlatih dan

memiliki program pengembangan dengan dukungan dana yang memadai, dan ketiga, akses

terhadap peralatan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan dukungan sarana dan

prasarana yang menunjang organisasi untuk melaksanakan perubahan, maka organisasi

tersebut akan lebih mudah untuk melakukan perubahan, maka organisasi tersebut akan lebih

mudah untuk melakukan perubahan. Staf yang sudah terlatih yang dimiliki oleh organisasi

akan mampu beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga dapat mempengaruhi anggota

yang lain untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapan yang baru. Staf juga harus

memiliki pemahaman tentang visi, misi dan tujuan lembaga, sehingga akan dengan mudah

menerima perubahan yang akan dilakukan organisasi.

c) Budaya kerja organisasi

Budaya organisasi dalam hal ini adalah bagaimana organisasi dalam mengelola perubahan

yang ada, langkah-langkah apa yang akan dilakukan organisasi dalam menghadapi perubahan.

Menurut Purwanto (2008) Budaya organisasi dalam deskriptif. Budaya mendeskripsikan

bagaimana organisasi mendorong kerja tim, serta apakah organisasi menghargai inovasi.

Robbins(2010:721) menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu pada sistem makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dan organisasi-

organisasi yang lain. Sistem makna bersama ini merupakan seperangkat karakteristik utama

yang dihargai oleh organisasi. Organisasi dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan

lingkungan melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan

dengan berbagai usaha penyesuaian disain organisasi di waktu mendatang, menurut Hendricks

dan Singhal (2001) pengelolaan organisasi yang berorientasi pada mutu secara luas telah

dipercaya akan berpengaruh pada munculnya budaya kerja yang baru, seperti budaya terbuka

terhadap nilai-nilai dan kecenderungan yang baru.

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan SAP Berbasis Akrual.

Berdasrkan beberapa teori tentang organisasi dalam menerapkan suatu perubahan,

organisasi dalam hal ini satuan kerja, perlu menyiapkan beberapa hal untuk menerapkan SAP

berbasis akrual. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan dalam menerapkan SAP berbasis

akrual antara lain :

a) Kualitas Sumber Daya Manusia

Menurut Susilo (2002:3), sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus

penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi

tersebut. Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sistem elemen organisasi yang sangat

penting. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan

sebaik mungkin agar mampu memberikan konstribusi secara optimal dalam upaya pencapaian

tujuan organisasi.

Kemampuan Sumber Daya Manusia diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya

terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Robbins,Stephen

P.2001:52). Dalam pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan

intelektual tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan

pekerjaan tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.

Latar Belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena dengan pengetahuan

yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan dapat memenuhi syarat-

syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih

cepat dan tepat, sumber daya manusia yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau

setidaknya memiliki pengalaman dibidang keuangan sangat dibutuhkan dalam suatu pekerjaan

yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan. Namunn akhir-akhir ini terdapat

permasalahan terkait latar belakang pendidikan dalam penyusunan laporan keuangan

pemerintahan. Masalah-masalah tersebut adalah belum dimilikinya atau kurangnya Sumber

Daya Manusia berlatar pendidikan akuntansi, belum ada kebijakan rekruitmen pegawi berlatar

belakang akuntansi, dan adanya anggapan bahwa sumber daya manusia bukan berlatar

belakang akuntansi mampu melaksanakan tugas dengan modal pendidikan dan pelatihan

(Diklat) serta bimbingan (Rahmayati;2012)

b) Komitmen Organisasi

Mowday menggunakan istilah komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen

organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat

digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.

Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat

terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi

pencapaian tujuan organisasi (Sopiah, 2008:155). Menurut Robins (2006: 310) komitmen

organisasi adalah suatu keadaan dimana karyawan mengaitkan dirinya ke dalam organisasi

tertentu dan sasaran-sasarannya serta berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi

itu. Komitmen organisasi sering diartikan sebagai keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan

tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Luthans, 2002:249). Sikap komitmen

organisasi ditentukan menurut faktor usia, kedudukan dalam organisasi dan disposisi seperti

efektifitas positif dan negative serta bentuk dan struktur organisasi itu sendiri.

Meyer pernah berpendapat bahwa komitmen organisasi bersifat multidimensi (Luthans,

2002:250), maka terdapat perkembangan dukungan untuk tiga model komponen tersebut.

Ketiga dimensi tersebut adalah :

1) Komitmen efektif, adalah keterkaitan emosional karyawan, identifikasi dan keterlibatan

dalam organisasi.

2) Komitmen kelanjutan, adalah komitmen yang akan muncul apabila karyawan tetap

bertahan kepada suatu organisasi karena membutuhkan penghasilan, mencari keuntungan

atau tidak menemukan pekerjaan lain.

3) Komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan

menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi

merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

Steers mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi

( Sopiah, 2008:15), yaitu:

1) Faktor personal, pengertian karakteristik personal mencakup: usia, masa jabatan, motif

berprestasi, jenis kelamin, ras, dan faktor kepribadian sedang tingkat pendidikan

berkorelasi negative dengan komitmen terhadap perusahaan. Karyawan yang lebih tua dan

lama bekerja secara konsisten menunjukan nilai komitmen yang tinggi.

2) Karakteristik pekerjaan, meliputi kejelasan serta keselarasan peran, umpan balik, tantangan

pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimenso inti pekerjaan. Biasanya,

karyawan yang bekerja pada level yang rendah pada konflik peran dan ambigu cenderung

lebih berkomitmen.

3) Karakteristik struktur, faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik structural antara lain

ialah derajat formalitas, ketergantungan fungsional, desentralisasi, tingkat partisipasi

dalam pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam perusahaan. Atasan yang berada

pada organisasi yang mengalami desentralisasi dan pada pemilik pekerja kooperatif

menunjukan tingkat komitmen yang tinggi.

4) Pengalaman kerja, dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting, yang

mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja

terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut

taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya,

merasakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-

harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu

ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya :

1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan – tujuan dan nilai-nilai dari

organisasi

2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna

kepentingan organisasi

3) Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.

Unutk membantu organisasi dalam pencapaian tujuan, dalam hal ini keberhasilan

penerapan SAP berbasis akrual yang masih baru, maka diperlukan komitmen organisasi

yang tinggi dari setiap pegawai maupun organisasi itu sendiri. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Ivancevich et al (2005:42) bahwa organisasi mampu beroperasi secara efisien

ketika ada nilai yang diyakini bersama dengan karyawannya.

c) Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan antara sesame manusia, aik sebagai individu maupun dalam

kehidupan berkelompok. Komunikasi adalah suatu tindakan untuk berbagi informasi,gagasan

ataupun pendapat dari setiap partisipasi komunikasi yang ada di dalamnya guna mencapai

kesamaan makna. Tindakan ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks, yaitu dalam konteks

antarpribadi, kelompok, massa maupun dalam lingkungan organisasi. Disadari atau tidak,

tindakan komunikasi sudah dilakukan manusia sejak dahulu. Oleh karena itu komunikasi

sangat erat dengan kehidupan manusia.

Warisno (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat

perpindahan pengetahuan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud mencapai beberapa

tujuan khusus. Sedangkan Robbins, Stephen P(2001:392) menyatakan bahwa komunikasi

adalah proses penyampaian dan pemahaman makna. Sehebat apapun gagasan, tidak akan

berguna jika tidak diteruskan dan dipahami orang lain. Komunikasi yang baik merupakan hal

yang sangat penting bagi efektifitas kelompok atau organisasi manapun.

Barnard meyakini bahwa komunikasi merupakan kekuatan pembentuk utama organisasi.

Barnard menempatkan komunikasi sebagai tujuan dan keinginan untuk bertindak, sebagai

salah satu dari elemen organisasi. Menurut Barnard, komunikasi membuat system kooperatif

organisasi menjadi lebih dinamis dan menghubungkan tujuan organisasi dengan semua

manusia yang terlibat didalamnya (Luthans, 2002:370).

Dari beberapa teori komunikasi diatas, disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses

yang dapat merubah perilaku unutk mencapai sebuah pengertian yang sama terhadap satu

informasi melalui lambing-lambang baik verbal maupun non verbal tertentu yang

disampaikan. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau

organisasi: pengendalian, motivasi, pengungkapan emosi, dan informasi.

Barnard juga mengaitkan komunikasi dalam konsepnya tentang otoritas. Dia menekankan

bahwa pengertian dan pemahaman harus terjadi sebelum otoritas dikomunikasikan oleh

manajer kepada bawahannya, ada tujuh faktor penting untuk menetapkan dan mempertahankan

otoritas objektif dari suatu organisasi, yaitu:

1) Saluran komunikasi yang diketahui secara pasti

2) Adanya saluran komunikasi formal yang pasti bagi setiap anggota organisasi

3) Saluran komunikasi sebaikanya langsung dan sesingkat mungkin

4) Menggunakan saluran komunikasi formal dan lengkap

5) Orang yang bertindak sebagai pusat komunikasi sebaiknya kompeten

6) Saluran komunikasi sebaiknya tidak terganggu pada saat organisasi berfungsi

7) Setiap komunikasi sebaiknya diotentifikasi

Menurut Robbins, Stephen P (2001:311) komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu :

1) Fungsi kendali, komunikasi dapat berfungsiuntuk mengendalikan perilaku

anggotanya dalam beberapa cara.

2) Fungsi motivasi, komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan

kepada karyawan tentang apa yang dilakukan, seberapa baik mereka

mengerjakannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika

sedang berada di bawah standard.

3) Pernyataan Emosi, komunikasi adalah jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan

pemenuhan kebutuhan social.

4) Informasi, fungsi ini berhubungan dengan perannya dalam memfasilitasi

pengambilan keputusan. Fungsi tersebut memberikan informasi bagi peseorangan

atau kelompok unutk membuat keputusan dengan menyertakan data unutk

mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan.

Selain arti pentingnya komunikasi, penerapan SAP berbasis akrual juga harus didukung oleh

sosialisasi atau pelatihan-pelatihan mengenai kebijakan SAP berbasis akrual tersebut. Menurut

Wiyanto (2012) sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan

menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar dia dapat berfungsi

dengan baik dalam kelompok . jika dikaitkan dengan penelitian ini, tujuan utama sosialisasi

penerapan SAP berbasis akrual adalah memberikan keterampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan pegawai staf keuangan yang terjun langsung dalam proses pembuatan laporan

keuangan pemerintah tentang pernyataan standard akuntansi pemerintah.

2.2Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1. Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap penerapan SAP berbasis akrual

Penelitian Indah (2008) memberikan bukti bahwa sumber daya manusia berpengaruh

terhadap penerapan PP. No. 24 Tahun 2005. Penelitian Rahmayati (2012) dan Choirunisah (2008)

juga menemukan bukti bahwa kemampuan sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan Negara/lembaga, begitujuga dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida

(2009) yang menyatakan bahwa setiap tindakan suatu organisasi menerapkan informasi atau

system baru tidak lepasa dari peran sumber daya manusianya. Hal ini memberikan bukti bahwa

pemahaman terhadap peraturan, penempatan sesuai latar belakang pendidikan, pemahaman uraian

pekerjaan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan sangat diperlukan agar penerapan SAP

berbasis akrual dapat diwujudkan. Selain itu, meskipun penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAP berbasis akrual telah dipermudah dengan bantuan aplikasi, kesalahan masih

mungkin terjadi jika proses input data dilakukan tidak benar, sehingga kemampuan sumber daya

manusia tetap memiliki peran yang krusial dalam hal ini.

H1 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.

2.2.2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual

Penelitian Aldiani (2010) menunjukan bahwa komitmen berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keberhasilan penerapan PP. No. 24 tahun 2005. Artinya , semakin tinggi suatu komitmen

dari setiap satuan kerja, maka semakin siap satuan kerja dalam penerapan SAP berbasis akrual.

Penelitian Fajrianthi, Ayu Bianda Pramadani(2012) menghasilkan hal yang sama yaitu komitmen

organisasi berpengaruh positif terhadap suatu instansi atau organisasi untuk menerima perubahan.

Dalam penelitan Julita (2010) dikatakann bahwa karyawan yang mempunyai komitmen organisai

yang tinggi akan mengerahkan segalanya kepada organisasi untuk membantu organisasi dalam

menjalani perubahan, mereka juga berkata bahwa komitmen organisasi merupakan predictor

terbaik dalam perubahan dibandingkan dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh

Mohmmaed dan Eleswed (2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi pada bank dipengaruhi

oleh usia yang sudah dewasa dan adanya kepuasan kerja.

Sejalan dengan penelitian Julita (2010) penelitian Aldiani (2010) juga menunjukan bahwa

pegawai pemerintah yang berkomitmen akan bekerja secara maksimal karena mereka

menginginkan kesuksesan organisasi tempat dimana mereka bekerja. Pegawai pemerintah yang

berkomitmen tinggi karena beroikir perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan

tinggal akan memiliki pemahaman atau penghayatan terhadap penyusunan pelaporan keuangan

sesuai dengan SAP. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena adanya

keyakinan bahwa visi dan misi pemerintah akan tercapai dengan sumbangsih mereka. Berdasarkan

konsep dan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, hipotesis 2 yang

diajukan adalah :

H2 : Komitemen organisasi berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.

2.2.3. Pengaruh sistem informasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual

Komunikasi memegang peranan penting dalam penerapan peraturan baru yang dikeluarkan

oleh pemerintah, termasuk dalam penerapan SAP berbasis akrual. Hal ini konsisten dengan

pendapat Warsino (2009) yang menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik, seluruh

komponen dalam organisasi akan dapat bekerja secara sistematis untuk meningkatkan

produktivitas khususnya dalam hal pengelolaan keuangan.

Hasil penelitian Santosa (2009) menemukan bahwa sistem informasi manajemen berupa

perangkat lunak, yang bertugas merekam data pembelian, penjualan, persediaan, dan kas,

membantu dalam pembuatan dokumen untuk aktivitas tersebut, juga menghasilkan informasi-

informasi yang dibutuhkan dalam manajemen operasional harian seperti status laporan persediaan,

inventory turn over dan perhitungan titik pemesanan ulang.

Terdapat dua tipe komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi, yaitu komunikasi

internal dan eksternal. Tipe komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi

internal antara rekan sejawat atau atasan dan komunikasi eksternal antar satuan kerja. Komunikasi

yang lancar baik internal maupun eksternal akan mempercepat penyampaian informasi penting

terkait penerapan SAP berbasis akrual sehingga satuan kerja segera dapat merespon dan

menjalankan ketentuan yang ada. Berdasarkan konsep ini, hipotesis 3 yang diajukan adalah :

H3 : Komunikasi berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis Akrual.