34
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint Lari (sprint) adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh yang meliputi jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Oleh karena itu lari ini membutuhkan kecepatan yang tinggi (Suherman, 2008). Lari cepat (sprint) adalah satu kategori cabang lomba yang mencakup semua jarak hingga jarak 400 meter dimana jarak 400 meter diklasifikasikan sebagai sprint jarak menengah, sedangkan jarak lari di atas 400 meter sudah termasuk sprint panjang (Carr, 1997). Lari cepat 100 meter membutuhkan waktu singkat (10-15 detik) dan termasuk olahraga siklik dimana sumber energi utamanya adalah anaerobik, semakin tinggi kecepatan semakin besar pula porsi sumber energi anaerobik (Bompa, 1994). Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotorik yang paling berpengaruh terhadap lari cepat (Harsono, 1997). Agar seseorang dapat bergerak dengan cepat maka perlu diberi pelatihan (Bompa, 1994). Dalam melatih kecepatan Sidik (2011) menjelaskan metode yang dapat diterapkan seperti metode repetisi, metode interval, metode lari dengan tempo atau metode kontinyu. Suatu program pelatihan harus merancang periodisasi dengan baik dan cermat, Ballesteros (1993) memaparkan skema periodisasi latihan singkat untuk sprint yaitu persiapan umum yang berisikan latihan conditioning, daya tahan kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

  • Upload
    doanh

  • View
    259

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lari Sprint

Lari (sprint) adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak

yang harus ditempuh yang meliputi jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter.

Oleh karena itu lari ini membutuhkan kecepatan yang tinggi (Suherman, 2008).

Lari cepat (sprint) adalah satu kategori cabang lomba yang mencakup semua jarak

hingga jarak 400 meter dimana jarak 400 meter diklasifikasikan sebagai sprint

jarak menengah, sedangkan jarak lari di atas 400 meter sudah termasuk sprint

panjang (Carr, 1997). Lari cepat 100 meter membutuhkan waktu singkat (10-15

detik) dan termasuk olahraga siklik dimana sumber energi utamanya adalah

anaerobik, semakin tinggi kecepatan semakin besar pula porsi sumber energi

anaerobik (Bompa, 1994).

Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotorik yang paling

berpengaruh terhadap lari cepat (Harsono, 1997). Agar seseorang dapat bergerak

dengan cepat maka perlu diberi pelatihan (Bompa, 1994). Dalam melatih

kecepatan Sidik (2011) menjelaskan metode yang dapat diterapkan seperti metode

repetisi, metode interval, metode lari dengan tempo atau metode kontinyu.

Suatu program pelatihan harus merancang periodisasi dengan baik dan

cermat, Ballesteros (1993) memaparkan skema periodisasi latihan singkat untuk

sprint yaitu persiapan umum yang berisikan latihan conditioning, daya tahan

kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

7

berisikan latihan kekuatan, lompat, lari dengan beban, daya tahan kecepatan

pendek, interval training intensif, kecepatan penuh dan daya tahan kecepatan jauh,

dan persipan lomba yang berisikan latihan start, lari ringan, kelentukan, lari

dengan irama kompetisi.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan lari

Faktor yang mempengaruhi kecepatan lari dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari genetik,

umur, kelelahan, motivasi sedangkan faktor eksternal terdiri dari, suhu dan

kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, ketinggian tempat, lingkungan

sosial. Berikut uraian dari faktor-faktor tersebut:

1. Faktor Internal

a) Genetik

Genetik manusia, unit yang kecil yang tersusun atas sekuen

Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah bahan paling mendasar dalam

menentukan hereditas. Keunggulan genetik yang bersifat pembawaan

atau genetik tertentu diperlukan untuk berhasil dalam cabang olahraga

tertentu. Beberapa komponen dasar seperti proporsi tubuh, karakter,

psikologis, otot merah, otot putih dan suku, sering menjadi pertimbangan

untuk pemilihan atlet (Widhiyanti 2013). Tubuh seseorang secara genetik

rata-rata tersusun oleh 50% serabut otot tipe lambat dan 50% serabut otot

tipe cepat pada otot yang digunakan untuk bergerak (Quinn, 2013).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

8

b) Umur

Massa otot semakin besar seiring dengan bertambahnya umur

seseorang. Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan kekuatan

otot, dimana kekuatan otot merupakan komponen penting dalam

peningkatan kecepatan lari. Kekuatan otot akan meningkat sesuai dengan

pertambahan umur (Kamen dan Roy, 2000).

Selain ditentukan oleh pertumbuhan fisik, kekuatan otot ini ditentukan

oleh aktivitas ototnya. Kekuatan otot akan terus meningkat sesuai dengan

pertambahan umur hingga mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun,

setelah itu kekuatan otot akan menurun mencapai 20% pada umur 65

tahun (Nala, 2002). Pelatihan olahraga atletik termasuk lari cepat 100

meter mulai dilatih dari umur 10-12 tahun, dan pelatihan spesialisasi

pada umur 13-24 tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur 18-23

tahun (Bompa, 1994).

c) Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan

antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Rumus menghitung IMT

adalah, IMT = Berat Badan (kg) / [Tinggi Badan (m)]2. IMT normal

sebesar 18,5-22,9 kg/m2(Arga, 2008).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

9

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh Indonesia

IMT Kategori

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 – 22,9 Berat badan normal

23,0 – 24,9 Overweight

25,0 – 29.9 Obes I

≥ 30,0 Obes II

(Sumber: Depkes RI, 1994)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kegemukan memiliki

pengaruh yang besar terhadap performa empat komponen fitness dan tes-

tes kemampuan atletik. Kegemukan tubuh berhubungan dengan

keburukan performa atlet pada tes-tes speed (kecepatan), endurance(daya

tahan), balance (kesimbangan) agility (kelincahan) serta power (daya

ledak) (Arga, 2008).

d) Jenis kelamin

Kekuatan otot laki-laki sedikit lebih kuat daripada kekuatan otot

perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang signifikan

terjadi seiring pertambahan umur, di mana kekuatan otot laki-laki jauh

lebih kuat daripada wanita (Bompa, 2005). Pengaruh hormon testosteron

memacu pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki, ditambah perbedaan

pertumbuhan fisik dan aktivitas fisik wanita yang kurang juga

menyebabkan kekuatan otot wanita tidak sebaik laki-laki. Bahkan pada

umur 18 tahun ke atas, kekuatan otot bagian atas tubuh pada laki-laki dua

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

10

kali lipat daripada perempuan, sedangkan kekuatan otot tubuh bagian

bawah berbeda sepertiganya (Nala, 2011).

e) Kelelahan

Kelelahan dapat mengurangi kecepatan lari. Karena itu, penting

memelihara daya tahan jantung dan daya tahan otot, agar kelelahan tidak

mudah timbul (Kamen dan Roy, 2000).

f) Motivasi

Motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif–motif)

didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin

kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki (Gunarsa, 2004). Dengan motivasi

yang baik akan dicapai hasil latihan maksimal.

2. Faktor Eksternal

a) Suhu dan kelembaban relatif

Suhu sangat berpengaruh terhadap performa otot. Suhu yang terlalu

panas menyebabkan seseorang akan mengalami dehidrasi saat latihan.

Dan suhu yang terlalu dingin menyebabkan seorang atlet susah

mempertahankan suhu tubuhnya, bahkan menyebabkan kram otot. Pada

umumnya upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi orang Indonesia

terhadap suhu tropis sekitar 290-30

0C dan kelembaban relatif antara 85%-

95% (Widhiyanti, 2013).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

11

b) Arah dan kecepatan angin

Arah dan kecepatan angin berpengaruh karena pelatihan berlangsung

di lapangan terbuka. Arah angin diukur dengan bendera angin/kantong

angin sedangkan kecepatannya dengan anemometer. Dalam penelitian

ini, arah dan kecepatan angin berada dalam batas toleransi, diharapkan

pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilnya atau tempat pengambilan

data berada pada kondisi yang sama atau satu tempat (Kanginan, 2000).

c) Ketinggian tempat

Tempat yang percepatan gravitasinya rendah akan lebih mudah

mengangkat tubuh karena beratnya berkurang sebanding dengan

penurunan percepatan gravitasi. Keuntungan ini dibayar dengan kerugian

yang lebih besar yaitu setiap ketinggian 100 meter diatas permukaan laut

akan terjadi penurunan tekanan udara sebesar 6-10 mmHg. Penurunan

tekanan udara ini akan menurunkan kadar O2 (oksigen), sehingga bila

atlet biasa berlatih di dekat permukaan laut kemudian bertanding di

tempat tinggi dengan kadar O2 (oksigen) rendah, maka frekuensi

pernafasannya akan lebih tinggi karena konsumsi O2 sama dengan saat

berlatih sedangkan banyaknya O2 (oksigen) yang dihirup sekali nafas

berkurang (Gabriel, 2003).

d) Asupan makanan

Asupan makanan juga berpengaruh pada kecepatan lari, ketersediaan

nutrisi dalam tubuh akan mempengaruhi kinerja otot. Hasil penelitian

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

12

Sumosarjono (1999) menyatakan bahwa para atlet lari sebaiknya makan

makanan yang terakhir 3-4 jam sebelum lomba.

2.2 Anatomi Otot Bahu dan Siku

Otot-otot bahudan siku yang berperan pada saat lari yaitu (Cael, 2010):

a. Biceps brachii

Biceps brachii merupakan salah satu otot yang paling superficial

dilengan atas dan bekerja pada kedua bahu dan lengan. Biceps brachii

dibagi menjadi 2 (dua) yaitu long head bicep brahii dan short head bicep

brachii. Long head bicep brachii berorigo pada supraglenoid tubercle dari

scapula dan berfungsi ketika fleksi dan abduksi bahu. Short head bicep

brachii berorigo pada coracoid process dari scapula dan berfungsi ketika

adduksi bahu. Biceps brachii berinsersio pada radial tuberosity dan

bicipital aponeurosis overlying common flexor tendon. Fungsi dari biceps

brachii ini yaitu membantu menstabilkan bahu selama fleksi. Biceps

brachii bekerja sama dengan deltoid, coracobrachialis, dan trisep brachii.

Short head biceps brachii juga bekerja sama dengan coracobrachialis

untuk aduksi lengan dan ayunan ke depan selama berjalan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

13

Gambar 2.1. Otot Biceps Brachialis (Sumber: Cael, 2010)

b. Latisimus dorsi

Latissimus dorsi adalah otot punggung yang besar, yang berkontraksi

pada saat ekstensi, adduksi, dan internal rotasi bahu. Latisimus dorsi

berorigo pada spinous processes dari T7-L5, posterior iliac crest dan

posterior sacrum, dan berinsersio pada medial lip dari bicipital groove

pada humerus.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

14

Gambar 2.2. Otot Latisimus Dorsi (Sumber: Cael, 2010)

c. Teres mayor

Teres mayor merupakan otot yang berhubungan sinergis dengan

latisimus dorsi karena teres mayor dan latisimus dorsi memiliki fungsi

yang sama, yaitu ekstensi, adduksi, dan rotasi internal sendi bahu. Pada

saat melakukan rotasi internal sendi bahu, teres mayor bekerja lebih kuat

dengan subskapularis daripada otot rotator cuff lainnya. Teres minor

mungkin memiliki bentuk yang sama seperti teres mayor, tetapi mereka

tidak memiliki fungsi yang sama. Bahkan, teres minor adalah antagonis

untuk teres besar karena membungkus sekitar humerus posterior dan

berfungsi sebagai eksternal rotasi. Teres mayor berorigo pada inferior

lateral border dari scapula dan berinsersio pada sulcusbicipitalis dari

humerus.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

15

Gambar 2.3. Otot Teres Mayor (Sumber: Cael, 2010)

d. Triceps brachii

Triceps brachii dibagi menjadi tiga bagian yaitu long head, medial

head dan lateral head triceps brachii. Long head tricepp brachii berorigo

pada infraglenoid tubercle dari scapula, medial head berorigo pada

stengah distal dari posterior shaft pada humerus dan lateral head berorigo

pada setengah proximal dari posterior pada batang humerus. Dari tiga

bagian dari triceps brachii tersebut sama-sama berinsersio pada

olecranon process dari ulna. Triceps brachii berfungsi pada saat ekstensi

dan adduksi bahu serta exstensi siku.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

16

Gambar 2.4. Otot Triceps Brachii (Sumber: Cael, 2010)

e. Deltoid

Deltoid adalah penggerak utama untuk hampir semua gerakan sendi

bahu. Otot deltoid bagian anterior berorigo pada sepertiga dari clavicula,

bagian medilal berorigo pada acromion process dan bagian posterior

berorigo pada spina dari scapula. Semua dari bagian deltoid tersebut

berinsersio pada tuberositas deltoid pada humerus. Otot deltoid ini

memiliki fngsi yang berbeda-beda pada setiap bagian, hanya saja pada

bagian medial otot deltoid memiliki fungsi yang khusus. Pada bagian

anterior deltoid berfungsi pada saat fleksi, internal rotasi dan horizontal

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

17

adduksi pada bahu. Pada bagian posterior berfungsi pada saat ekstensi,

eksternal rotasi dan horizontal abduksi pada bahu.

Gambar 2.5. Otot Deltoid (Sumber: Cael, 2010)

f. Pectoralis mayor

Pectoralis mayor adalah otot dada yang kuat yang bertanggung jawab

untuk gerakan di depan tubuh, seperti mendorong, melempar, dan

meninju. Otot ini berorigo pada medial clavicula, sternum dan costal

cartilages dari costa 1-7, dan berinsersio pada crista tuberculum mayor

dari humerus. Otot ini berfungsi pada saat fleksi, adduksi, internal rotasi

dan horizontal adduksi pada sendi bahu.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

18

Gambar 2.6. Otot Pectoralis Mayor (Sumber: Cael, 2010)

g. Coracobrachialis

Coracobrachialis merupakan otot penstabil sendi bahu yang kuat dan

membantu saat mengayunkan lengan ke depan saat berjalan. Otot ini

berorigo pada procesus coracoideus dari scapula dan berinsersio pada

sepertiga dari humerus. Otot ini berfungsi pada saat fleksi dan adduksi

bahu. Coracobrachialis bekerja kuat dengan biceps brachii untuk

adduksi bahu.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

19

Gambar 2.7. Otot Coracobrachialis (Sumber: Cael, 2010)

h. Brachialis

Brachialis bekerja sama dengan biceps brachii dan brachioradialis

untuk menghasilkan fleksi siku. Otot ini berorigo pada setengah distal

dari permukaan anterior humerus dan berinsersio pada tuberositas dan

coronoid process dari ulna.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

20

Gambar 2.8. Otot Brachialis (Sumber: Cael, 2010)

i. Brachioradialis

Brachioradialis merupakan otot yang berorigo pada duapertiga

proksimal humerus dari lateral supracondylar dan berinsersio pada

bagian lateral dari procesus styloideus pada radius. Otot ini berfungsi

untuk menghasilkan gerakan fleksi siku dan pronasi-supinasi pada

lengan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

21

Gambar 2.9. Otot Brachioradialis (Sumber: Cael, 2010)

2.3 Fisiologi Otot Rangka

Karakteristik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu:

kontraktilitasyaitu kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila

dirangsang. Exstensibility(distensibility) yaitu kemampuan otot untuk memanjang

bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka

diberi beban. Elasticity yaitu kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan

ukuran semula setelah mengalami exstensibility atau distensibility (memanjang)

atau contractility (memendek). Exsitability electricyaitu kemampuan untuk

merespon terhadap rangsangan tertentu dengan memproduksi sinyal-sinyal listrik

disebut tindakan potensi (Tortora dan Derrickson, 2009).

Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam

memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono, 2009). Beberapa

unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan pelatihan. Latihan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

22

daya ledak akan meningkatkan diameter otot (Nala, 2011). Dengan latihan yang

teratur, akan memberikan beberapa efek positifterhadapotot, bahkan perubahan

adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang memungkinkan untuk

respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013).

2.4 Biomekanik Lengan yang Terlibat dalam Gerakan Lari Sprint

Pada saat melakukan gerakan lari, sendi pada lengan yang berperan yaitu

sendi bahu dan sendi siku. Sendi siku merupakan sendi yang proksimal pada

anggota gerak atas yang paling mobilitas dari sendi-sendi tubuh manusia.

Persendian ini mempunyai 3 DKG (Derajat Kebebasan Gerak) dan terjadi pada 3

bidang gerak dengan axis-axis (Anshar dan Sudaryanto, 2011), sebagai berikut:

a. Axis transversalis, untuk mengontrol gerakan fleksi dan ekstensi yang

dilakukan pada gerakan sagital.

b. Axis antero-posterior, mengontrol gerakan abduksi yang adduksi

dilakukan pada bidang gerak frontal.

c. Axis vertikalis, berjalan melalui perpotongan bidang gerak fleksi dan

ekstensi yang dilakukan bidang gerak horizontal dengan lengan dalam

posisi abduksi 90º.

d. Axis longitudinal humeri, untuk mengontrol gerakan endorotasi dan

eksorotasi lengan.

Gerakan bahu yang terjadi pada saat mengayunkan lengan yaitu gerakan

fleksi dan ekstensi shoulder, yang terjadi pada bidang gerak sagital dengan axis

transversalis atau frontalis:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

23

1. Extensi: 45-50º

2. Fleksi: 180º, perlu dicatat posisi fleksi 180º, sama dengan abduksi 180º.

3. Otot yang bekerja pada gerakan fleksi adalah pectoralis major,

coracobrachialis, biceps brachii, dan deltoideus pars anterior.

4. Otot yang bekerja pada gerakan ekstensi adalah teres major, triceps

brachii (caput longum), deltoideus pars posterior, dan latissimus dorsi.

Gambar 2.10. Gerakan fleksi dan Ekstensi Bahu (Sumber: Carr, 1997)

Tabel 2.2 Hubungan gerak angular dengan arthrokinematika shoulder joint

Gerakan Angular Humeri Arthrokinematika Caput Humeri

Fleksi

Ekstensi

Spin

Spin

(Sumber : Anshar dan Sudaryanto, 2011)

Sendi siku adalah persendian tengah dari ekstremitas superior, yang

menjadi penyambung mekanikal antara segmen I (lengan atas) dengan segmen II

(lengan bawah). Gerakan yang terjadi pada sendisiku adalah gerakan fleksi,

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

24

gerakan fleksi yang diperankan oleh sendi siku yang sebenarnya yaitu

humeroulnar joint serta humeroradial joint. Fleksi siku yaitu mendekatnya aspek

anterior lengan atas dan lengan bawah: untuk fleksi aktif 145º dan untuk fleksi

pasif 160º. Fleksi elbow paling menguntungkan saat bekerja dalam posisi fleksi

90º. Sudut efisiensi maksimal dari fleksi adalah 80º-90º oleh biceps brachii dan

100º-110º.

Gambar 2.11. Fleksi Siku (Sumber: Carr, 1997)

Tabel 2.3 Hubungan gerak angular dengan arthrokinematika elbow joint

Gerakan Angular Arthrokinematika Terhadap Trochlea

Fleksi

Ekstensi

Distal/Anterior

Proksimal

(Sumber:Anshar dan Sudaryanto, 2011)

2.5 Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis dari pelatihan atau

bekerja dengan berulang-ulang dengan penambahan beban pelatihan dan

pekerjaannya secara progresif (Harsono,1993). Pelatihan merupakan suatu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

25

aktivitas komplek, suatu kinerja dari atlet yang dilakukan secara sistematis dalam

durasi yang panjang, progresif dan berjenjang (Bompa, 1994). Pelatihan juga

dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang

dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu

(durasi) lama, dengan pembebanan yang dapat ditingkatakan secara progresif dan

individual serta secara fisiologis merupakan suatu proses pembentukan reflek

bersyarat, proses belajar gerak serta proses menghafalkan gerakan (Nala, 2002).

Secara garis besar ada 4 aspek besar pelatihan yang diperlukan dalam

meningkatakan penampilan seseorang. Pelatihan itu menyangkut: pelatihan fisik,

pelatihan teknik, pelatihan taktik, dan pelatihan mental (Soetopo, 2007).

Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan. Bila tidak ditetapkan terlebih

dahulu tujuan setiap pelatihan, akan menyulitkan dalam menyusun program

pelaksanaan pelatihannya. Atau apa yang diinginkan tidak tercapai, dan jangan

dikelirukan dengan tujuan berolahraga. Tujuan berolahraga berlainan dengan

tujuan pelatihan. Tujuan berolahraga yaitu untuk rekreasi, pendidikan, kesehatan,

kebugaran fisik dan prestasi (Nala, 2011).

Tujuan utama pelatihan adalah untuk membantu atlet dalam meningkatkan

keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin (Harsono, 1988). Menurut Bompa

(1983) untuk mencapai tujuan utama pelatihan, yakni peningkatan keterampilan

dan penampilan seseorang, maka atlet yang dituntun oleh pelatih harus memenuhi

tujuan umum pelatihan. Dalam mendefinisikan tujuan pelatihan dapat dibagi

dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan

adalah untuk menjuarai satu kompetisi sebagai sasaran akhir berdasarkan kalender

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

26

kompetisi yang di tetapkan. Tujuan khusus pelatihan adalah untuk membentuk,

meningkatkan dan mempertahankan kondisi biomotor ability, fisiologis,

psikologis dan ketrampilan motorik dalam teknik dan taktik berdasarkan fase-fase

yang telah ditetapkan, yang tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan.

2.5.1 Pengertian Pelatihan Berbeban

Dalam menunjak dan meningkatkan prestasi olahraga khususnya dalam

olahraga teknik latihan yang benar sangat diperlukan. Menurut Soedjarwo,(1993)

yang dimaksud dengan latihan adalah suatu proses sistematis secara berulang-

ulang secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan.

Sedangkan Bompa (1990) mengatakan bahwa latihan adalah untuk mencapai

tujuan perbaikan sistem organisma dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi

atau penampilan

Jadi dapat disimpulkan bahwa, latihan merupakan suatu aktivitas yang

dilakukan secara sistematis dan terencana dalam meningkatkan fungsional tubuh

atau dapat dikatakan bahwa latihan merupakan kegiatan yang sistematis dan

dilakukan secara berulang-ulang secara periodik dan berkelanjutan dengan tujuan

untuk meningkatkan prestasi olahraga. Sedangkan yang dimaksud dengan

sistematis adalah berencana menurut jadwal, pola dan system tertentu, metodis

dari yang mudah menuju yang lebih rumit, latihan yang teratur dari yang

sederhana menuju yang lebih kompleks. Berulang-ulang sendiri maksudnya

adalah agar gerakan gerakan yang lebih sulit dapat dilakukan dengan lebih mudah,

otomatis dan reflektis dalam pelaksanaannya sehingga akan semakin menghemat

energy. Setiap hari maksudnya adalah setiap kali secara periodik dan kemudian

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

27

beban ditambah secara berkala. Dalam kegiatan olahraga, latihan berguna untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan seorang atlet atau pemin dalam

melaksanakan kegiatan olahraga sesuai dengan bidang yang digelutinya.

Sedangkan untuk latihan berbeban atau weight training merupakan salah

satu bentuk latihan fisik yang dalam pelaksanaannya dapat menggunakan bantuan

tubuhnya sendiri bahkan tubuh dari temannya atau alat lain yang berupa besi yang

dapat digunakan sebagai beban dalam melaksanakan suatu program latihan dalam

memberikan efek terhadap otot rangka dan memberikan perubahan secara

morfologis dan fisiologis sehingga dapat membentuk serta meningkatkan

ketahanan dan kekuatan otot. Juga dapat dikatakan bahwa latihan berbeban

merupakan latihan-latihan yang dilakukan terhadap penghalangan untuk

meningkatkan kualitas dari otot-otot yang dilatih pada seseorang yang berlatih

untuk meningkatkan kebugaran (Bhaecle & Grovers, 2003).

2.5.2 Pelatihan dengan Metode Progressive Resistance Exercise

Metode ini seringkali dikenal dengan pembebanan dengan menggunakan

metode linier. Latihan berbeban Progressive Resistance Exercise merupakan

bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan,

power dan lain sebagainya. Metode ini digunakan oleh kebanyakan pelatih karena

dapat digunakan mempercepat peningkatan kondisi fisik dan power atau daya

ledak tubuh secara cepat, misalnya program latihan jangka pendek atau pun

jangka menengah.

Latihan berbeban dengan pembebanan Progressive yaitu suatu metode

latihan berbeban di mana beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan dalam

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

28

peningkatannya tersebut dilakukan secara terus menerus tanpa adanya

pengurangan beban. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukadiyanto pada tahun

2002, yang mengatakan bahwa latihan bersifat progresif. Apabila dalam latihan

tidak terjadi peningktan beban maka, superkompensasi tidak terbentuk dan terjadi

stagnasi prestasi. Setiap jenis latihan memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing.

Gambar 2.12 Latihan berbeban dengan metode progressive resistance

(Bompa, 1990)

Dalam hal ini berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari

Progressive resistance Exercise yaitu.

Kelebihan :

a. Kapasitas fungsional system di dalam tubuh meningkat.

b. Kekuatan daya tahan otot semakin meningkat

c. Beban latihan meningkat secara teratur

Kekurangan :

a. Kesempatan waktu untuk regenerasi sedikit.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

29

b. Persiapan untuk kondisi tubuh dalam berdaptasi dengan peningkatan

beban latihan kurang.

c. Pemulihan energi secara fisiologis reatif sedikit.

2.6 Prinsip-Prinsip Pelatihan

Prinsip pelatihan merupakan suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis,

dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati

dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Selama proses pelatihan

berlangsung, prinsip ini harus diikuti dengan penuh kesungguhan, tanpa adanya

penyimpangan oleh semua pihak. Tiadanya ketaatan dari pelatih dan atlet akan

sukar mencapai hasil pelatihan yang maksimal (Nala, 2011).

Ada beberapa prinsip latihan yang perlu dipahami dengan baik dan benar

oleh para atlet yang akan meningkatkan prestasinya. Menurut Fox, et al (1984),

bahwa prinsip-prinsip pelatihan tersebut adalah:

a. Prinsip beban berlebih (the overload principle). Prinsip pelatihan ini

bertujuan untuk mendapatkan pengaruh latihan yang baik, organ tubuh

harus mendapat beban yang biasanya diterima dalam aktivitas sehari-hari.

Beban yang diterima bersifat individual, tetapi pada prinsipnya diberi beban

sampai mendekati maksimal.

b. Prinsip beban bertambah (the principle of progressive resistance). Prinsip

latihan ini adalah beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap

dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologi dan psikologi setiap atlet.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

30

c. Prinsip latihan beraturan (the principle of arrangement of exercise). Dalam

setiap melaksanakan latihan, ada tiga tahap yang harus dilalui, yaitu :

pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Latihan hendaknya dimulai dari

kelompok otot yang besar, kemudian dilanjutkan pada kelompok otot yang

kecil.

d. Prinsip kekhususan (the principle of specificity). Kekhususan adalah latihan

satu cabang olahraga, mengarah pada perubahan morfologi dan fungsional

yang berkaitan dengan kekhususan cabang olahraga tersebut. Kekhususan

tersebut meliputi kelompok otot yang dilatih dan latihan yang diberikan

harus sesuai dengan keterampilan khusus.

e. Prinsip individualisasi (the principle of Individuality). Faktor individu

mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara

psikologis. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kapasitas kerja

serta perkembangan kepribadian, penyesuaian kapasitas fungsional individu

dan kekhususan organisme.

f. Prinsip kembali asal (reversible principle). Kualitas yang diperoleh dari

latihan akan dapat menurun apabila tidak melakukan latihan dalam waktu

tertentu, demikian harus berkesinambungan.

g. Prinsip beragam (variety principle). Latihan memerlukan proses panjang

yang dilakukan berulang-ulang, hal ini sering menimbulkan kebosanan.

Untuk mengatasinya pelatih harus mampu menciptakan suasana yang

menyenangkan serta membuat aneka macam bentuk latihan.Dalam melakukan

pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, yaitu sebelum melakukan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

31

pelatihan inti perlu dilakukan pemanasan yang berupa gerakan-gerakan ringan

selama 5-10 menit termasuk peregangan otot-otot (Nala,1998).

Pemanasan adalah suatu latihan yang sangat bersifat fisiologis yang telah

secara luas diterima dalam program olahraga. Pemanasan menghasilkan

penampilan berupa latihan dengan intensitas ringan sampai sedang sebelum

pertandingan dengan intensitas yang lebih tinggi. Pemanasan sangat

menguntungkan penampilan karena meningkatkan suhu otot aktif. Kenaikan suhu

otot memungkinkan otot berkontraksi dan berelaksasi. Pemanasan juga

mempermudah lepasnya oksigen dari hemoglobin dan menaikkan volume oksigen

sehingga kebutuhan energi aerobik berkurang pada permulaan latihan keras, lagi

pula pemanasan awal dapat mengurangi resiko cedera tendon dan otot. Pemanasan

atau warming up sangatperlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum berlatih

maupun sebelum pertandingan. Sistem tubuh pada waktu istirahat berada dalam

keadaan inersia atau tidak begitu aktif. Pemanasan yang diberikan dalam

penelitian ini dilakukan dengan berlari mengelilingi lapangan selama 10 menit,

yang bertujuan untuk meningkatkan suhu dan aliran darah ke seluruh otot lurik.

Kemudian dilanjutkan dengan peregangan yang meliputi peregangan otot leher,

lengan, pinggang dan otot-otot tungkai (Nala, 2002).

Untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah melakukan pelatihan perlu

dilakukan pendinginan. Pendinginan merupakan kegiatan penutupan berisi

kegiatan yang tujuannya untuk menyesuaikan keadaan tubuh secara bertahap agar

kembali ke kondisi normal. Kegiatan pendinginan ini bermanfaat untuk mencegah

otot terasa pegal dan kaku. Kegiatannya seperti dengan berbaring, duduk dengan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

32

kaki lebih tinggi. Bisa juga diakhiri dengan jalan kaki lamban selama 3-5 menit,

atau hingga denyut jantung kembali normal. Arti fisiologis yang dapat ditelusuri

dari latihan penutupan ini ialah gerakan-gerakan ringan itu akan membantu

memperlancar sirkulasi (mengaktifkan pompa vena), sehingga akan membantu

mempercepat pembuangan sampah-sampah sisa olahdaya dari otot-otot yang aktif

pada waktu melakukan olahraga sebelumnya (Lutan, 2002). Tersingkirnya

sampah-sampah sisa olahdaya, maka rasa pegal setelah olahraga dapat dicegah

atau dikurangi. Itulah arti fisiologis dari latihan pendinginan yang pada

hakikatnya berupa auto-massage yaitu memijit oleh diri sendiri(Giriwijoyo,

1992).

Pendinginan atau cooling down dilakukan setelah selesai melakukan

pelatihan atau aktivitas fisik lainnya. Tujuan dari pendinginan adalah menarik

kembali secepatnya darah yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif

sebelumnya ke peredaran darah sentral. Selain itu, berfungsi juga untuk

membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat

yang berada di dalam otot dan darah. Latihan pendinginan dalam penelitian ini

dilakukan kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan dalam latihan

penutupan ini adalah berjalan kaki lamban selama 3 menit, duduk sambil

melakukan peregangan statis dan pelemasan terutama pada anggota gerak tubuh

bagian bawah selama 7 menit (Nala, 2002).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

33

2.7 Pelatihan Dumbbell

2.7.1 Pengertian Dumbbell

Dumbbell merupakan suatu alat pelatihan kekuatan yang dilakukan dengan

cara kedua tangan menggenggam dumbbell lalu diayunkan. Tujuan latihan ini

adalah untuk melatih kekuatan otot lengan sehingga dapat meningkatkan

kecepatan lari atlet sprint.

Kekuatan otot merupakan komponen biomotorik yang diperlukan oleh

semua atlet, dengan kadar tingkatan yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Komponen ini dapat ditingkatkan dengan cara memberikan tahanan internal

maupun eksternal terhadap otot bersangkutan. Tahanan internal berupa tahanan

dari dalam tubuh sendiri, dimana kontraksi sekelompok otot dihambat atau

dilawankan dengan kontraksi kelompok otot lainnya, misalnya berupa usaha

lengan kanan untuk melakukan fleksi yang dilawan (ditahan) oleh lengan kiri.

Sedangkan tahanan eksternal, tahanan dari luar tubuh, dapat berupa melawan

orang lain (saling menarik, mendorong, dll), mendorong tembok, menggunakan

alat berbentuk dumbel, resistance band, barbel, halter, karung pasir, batu, beton,

peralatan olahraga atau bentuk beban lainnya (peralatan mesin di pusat kebugaran

fisik, fitness centre) (Nala, 2011).

Komponen biomotorik seperti kekuatan otot akan mengalami peningkatan

fungsi secara fisiologis dengan diberikan pelatihan dumbbell sehingga akan

berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Kekuatan merupakan

kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam.

Akan terjadi penigkatan kemampuan dan respon fisiologis pada pelatihan ini yaitu

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

34

terjadi hypertrophy (pembesaran otot), dan adaptasi persyarafan. Terjadinya

hypertrophy disebabkan oleh bertambahnya jumlah myofibril pada setiap serabut

otot, meningkatnya kepadatan kapiler pada serabut otot dan meningkatnya jumlah

serabut otot. Terjadinya adaptasi persyarafan ditandai dengan peningkatan teknik

dan tingkat keterampilan seseorang (Sukadiyanto, 2005).

Prosedur pelaksanaan dumbbell untuk meningkatkan kekuatan, sebagai

berikut (Nurfandana, et al., 2012):

a. Kedua tangan sampel menggenggam dumbbell

b. Posisi sampel berdiri seperti posisi berlari dengan posisi satu kaki di

depan dalam posisi menekuk, dan kaki lainnya kebelakang dalam

keadaan lurus.

c. Sampel diminta untuk mengayunkan lengan, dengan posisi siku menekuk

deengan sudut 90º.

2.7.2 Pengaruh Pemberian Kekuatan Ayunan Lengan dengan Pelatihan

Dumbbell terhadap Peningkatan Kecepatan Lari

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil lari 100 m terdiri dari beberapa

komponen yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, daya lentur, kelincahan,

koordinasi, keseimbangan dan reaksi. Semua komponen fisik tersebut sama

pentingnya untuk diberikan pada atlet karena saling berhubungan satu sama lain.

Beberapa latihan seperti koordinasi mata-kaki,daya ledak otot tungkai dan

kekuatan otot lengan sangat penting dimiliki oleh seorang pelari khususnya

seorang sprinter. Karena dalam melakukan lari cepat atau sprint, atlet harus

mampu melakukan gerakan berpindah cepat dari satu titik ke titik lain dalam

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

35

waktu yang sangat singkat dan harus dilakukan dengan gerakan teknik berlari

yang baik dan benar. Pengaruh kekuatan otot tangan juga memiliki pengaruh yang

cukup besar dalam melakukan teknik gerakan lari, dimana semakin besar

kekuatan otot lengan dalam mengayun maka akan semakin cepat pula pergerakan

kaki dalam berlari. Kekuatan tangan dibutuhkan pada akselerasi pertama saat

tubuh keluar dari start block, dimana atlet harus mampu mengayunkan dengan

kuat tangannya yang bertujuan memberikan percepatan berlari pada saat

akselerasi sehingga memberikan gerak yang seimbang antara gerakan ayunan

tangan dengan kayuhan kaki. Jika kecepatan tangan tidak seimbang dengan

kayuhan kaki pada saat keluar start block akan dapat menyebabkan atlet tidak

seimbang dalam mempertahankan keadaan tubuhnya dan fatal nya akan membuat

atlet bisa terjatuh(Sajoto, 1988).

Pelatihan dumbbell merupakan salah satu pelatihan yang digunakan untuk

meningkatkan kekuatan ayunan lengan. Menurut hasil penelitian Nurfandana, et

al., (2012), bahwa pelatihan dumbbell dapat meningkatkan kekuatan ayunan

lengan dan dapat berpengaruh terhadap kecepatan lari pada atlet.

2.7.3 Perubahan Yang Terjadi Akibat Latihan

Latihan yang dilakukan secara teratur dan sistematis akan mempengaruhi

berbagai perubahan yang terjadi didalam tubuh. Perubahan yang terjadi baik

menghasilakan perubahan-perubahan fisiologis yang mengarah pada perubahan

kemampuan fungsi tubuh. Perubahan-perubahan biokimia tersebut yaitu (Fox dan

Bower, 1992 ):

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

36

Perubahan dalam otot rangka dikelompokkan menjadi dua, yaitu karena

disebabkan oleh latihan aerobik dan karena disebabkan oleh latihan anaerobik.

Dan berikut lebih jelas perubahan yang terjadi :

a. Perubahan AkibatLatihan Aerobik: 1. Meningkatnya cadangan

glokusan dan trigliserida, 2. Meningkatnya ekstraksi oksigen yang

disebabkan adanya peningkatan konsentrasi myoglobin, 3.

Meningkatnya pengangkutan oksigen melalui vaskularisasi karena

jumlah kapiler dalam otot meningkan, 4. Bertambahnya tempat untuk

memproduksi energi karena bertambahnya ukuran dan jumalah

mitokondria, 5. Terjadi peningkatan produksi ATP melalui system

aerobik, karena jumlah enzim oksidatif meningkat sangat banyak.

b. Perubahan Akibat Latihan Anaerobik: 1. Peningkatan sistem ATP-PC

yang seiring dengan meningkatnya cadangan ATP-PC, 2. Peningkatan

cadangan glukosa dan aktivitas enzim-enzim glikolitik, 3.

Meningkatnya kecepatan kontraksi otot, 4. Hipertropi otot

(Meningkatnya area crossectional, dengan demikian meningkatkan

kekuatan otot, meningkatnya jumlah dan ukuran myofibril per serabut

otot, meningkatnya jumlah aktin dan myosin, meningkatnya diameter

serabut otot.). 5. Meningkatnya densitas kapiler per serabut otot, 6.

Meningkatnya kekuatan tendon dan ligament, 7. Meningkatnya

kekuatan rekruitmen motor unit, 8. Meningkatnya berat tubuh tanpa

lemak.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

37

2.8 Takaran Pelatihan Dumbbell

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip pelatihan.

Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang

terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan

sulit mencapai hasil yang maksimal (Nala, 2011).

1. Intensitas

a. Intensitas pada pelatihan dumbbell merupakan ukuran terhadap

aktivitas yang dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Kualitas suatu

intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu

aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase (%) dari

kemampuan maksimalnya. Pada penelitian ini, takaran pelatihan

kecepatan dengan menggunakan dumbbell, intensitas yang digunakan

adalah intensitas medium sampai sub-maksimum yaitu 60%-90%.

Intensitas tersebut diukur berdasarkan beratnya beban yang digunakan

(Nala, 2011).

2. Volume

Volume dalam pelatihan merupakan komponen takaran yang

paling penting dalam setiap pelatihan. Unsur volume ini merupakan

takaran kuantitatif, yakni satu kesatuan yang dapat diukur banyaknya,

berapa lama, jauh, tinggi atau jumlah suatu aktivitas (Nala, 2011). Pada

umumnya volume pelatihan ini terdiri dari atas : durasi atau lama waktu

pelatihan, jarak tempuh dan berat beban, serta jumlah repetisi dan set.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

38

Dalam penelitian ini volume yang digunakan menurut Nala (2011) adalah

sebagai berikut:

a. Durasi

Durasi merupakan lamanya waktu pelatihan (dalam detik, menit, jam,

hari, minggu atau bulan, bahkan tahun). Dalam penelitian ini durasi waktu

yang digunakan untuk pelatihan kekuatan yaitu selama 1-2 menit, untuk

menghasilkan peningkatan yang maksimal durasi yang sebaiknya

digunakan adalah 2 menit.

b. Set

Set adalah satu rangkaian dari repetisi. Untuk pelatihan kekuatan set

yang dianjurkan adalah 3-5 kali, untuk menghasilkan peningkatan yang

maksimal set yang sebaiknya digunakan adalah 3 set.

c. Istirahat

Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu

istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan kekuatan. Waktu

istirahat yang dianjurkan adalah selama 2 menit antar set, untuk mencegah

terlalu lamanya waktu istirahat.

3. Frekuensi

Frekuensi merupakan kekerapan atau kerapnya pelatihan per-

minggu. Dalam pelatihan kekuatan, frekuensi yang biasa digunakan adalah

3-5 kali seminggu (Nala, 2011). Hal ini sesuai bagi atlet sehingga

menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa

menimbulkan kelelahan yang berarti (Harsono, 1993).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sprint - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecepatan, lari di bukit, fartlek dan latihan kecepatan, persiapan khusus yang . 7 berisikan latihan kekuatan, lompat,

39

Berdasarkan pertimbangan teoritis dan terkait dengan

pertimbangan atlet sprint SMK Negeri 1 Denpasar, maka dalam penelitian

ini latihan dilakukan tiga kali sesi pertemuan dalam satu minggu, dengan

diberi jeda waktu tidak lebih dari 48 jam. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya waktu senggang selama 2 hari berturut-turut, ini

mengakibatkan jika berturut-turut terdapat istirahat selama lebih dari dua

hari dikhawatirkan kondisi fisik atlet akan kembali ke keadaan semula

(Nala, 1998). Pelatihan ini dilaksanakan 5 minggu agar menghasilkan efek

yang optimal.