16
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang menganalisis mengenai onomatope serta novel Kitchin yang digunakan sebagai objek penelitian. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut. Astra (2009) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Makna Konotatif Onomatope dalam Komik Jepang”. Dalam penelitian ini digunakan teori argumentatif dengan empat buah komik asli berbahasa Jepang yang berjudul Kukingu Papa jilid 1 dan 5 karya Ueyama Tochi, Atashinchi jilid 8 karya Kera Eiko dan Shura no Mon jilid 8 karya Masatoshi Kawahara sebagai objek penelitian. Penganalisisan makna onomatope yang terdapat dalam empat komik tersebut diawali dengan memaparkannya dalam bentuk tabel, kemudian dikategorikan berdasarkan empat ciri khas dan berdasarkan karakter vokal serta karakter konsonan yang menyertainya. Kemudian, data tersebut dijadikan pedoman untuk menganalisis makna onomatope yang ada dalam komik Kukingu Papa jilid 1 dan 5 karya Ueyama Tochi, Atashinchi jilid 8 karya Kera Eiko dan Shura no Mon jilid 8 karya Masatoshi Kawahara. Menurut hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak semua onomatope dalam komik menunjukkan secara jelas bunyi apa atau dalam keadaan apa sehingga dalam menganalisis makna dapat dilihat dari alur cerita dan dialog sebelum dan sesudah onomatope tersebut. Kemudian Astra juga menambahkan bahwa tidak semua onomatope

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan hasil penelitian

lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang menganalisis mengenai onomatope

serta novel Kitchin yang digunakan sebagai objek penelitian. Beberapa penelitian

tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Astra (2009) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Makna Konotatif

Onomatope dalam Komik Jepang”. Dalam penelitian ini digunakan teori

argumentatif dengan empat buah komik asli berbahasa Jepang yang berjudul

Kukingu Papa jilid 1 dan 5 karya Ueyama Tochi, Atashinchi jilid 8 karya Kera

Eiko dan Shura no Mon jilid 8 karya Masatoshi Kawahara sebagai objek

penelitian. Penganalisisan makna onomatope yang terdapat dalam empat komik

tersebut diawali dengan memaparkannya dalam bentuk tabel, kemudian

dikategorikan berdasarkan empat ciri khas dan berdasarkan karakter vokal serta

karakter konsonan yang menyertainya. Kemudian, data tersebut dijadikan

pedoman untuk menganalisis makna onomatope yang ada dalam komik Kukingu

Papa jilid 1 dan 5 karya Ueyama Tochi, Atashinchi jilid 8 karya Kera Eiko dan

Shura no Mon jilid 8 karya Masatoshi Kawahara. Menurut hasil penelitian

tersebut disimpulkan bahwa tidak semua onomatope dalam komik menunjukkan

secara jelas bunyi apa atau dalam keadaan apa sehingga dalam menganalisis

makna dapat dilihat dari alur cerita dan dialog sebelum dan sesudah onomatope

tersebut. Kemudian Astra juga menambahkan bahwa tidak semua onomatope

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

11

dapat dianalisis berdasarkan karakter vokal maupun konsonan yang menyertainya

sehingga harus disesuaikan dengan gambar yang digambarkan dalam komik.

Penelitian Astra dijadikan acuan karena sama-sama membahas mengenai makna

onomatope, namun dalam penelitiannya Astra membahas mengenai makna

konotatif dari onomatope dengan komik sebagai sumber datanya. Sedangkan pada

penelitian ini, menggunakan novel Kitchin karya Banana Yoshimoto sebagai

sumber data.

Sumirat (2010) menulis “ Analisis Kontrastif Onomatope dalam Bahasa

Jepang dengan Bahasa Sunda” yang bertujuan untuk mengetahui persamaan dan

perbedaan onomatope dalam bahasa Jepang dengan bahasa Sunda yang terbentuk

dari bunyi benda. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif,

dengan pendekatan kontrastif. Data diambil dari Gaikokujin no Tameno Nihongo

Reibun Mondai Shiri-zu 14 Giongo Gitaigo untuk data yang terbentuk dari bunyi

benda dalam bahasa Jepang dan untuk onomatope dalam bahasa Sunda diambil

dari Sundanese-Nederlands Woordenboek oleh F.S. Eringa. Kemudian data yang

terkumpul dipadankan, dianalisis, dan diinterpretasikan. Kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian tersebut, dari 19 sampel onomatope berbahasa Jepang,

seluruhnya memiliki makna lebih dari satu dan tidak semua makna memiliki

padanan yang tepat dalam onomatope berbahasa Sunda, yaitu makna yang

termasuk giongo (tiruan bunyi asli) saja yang memiliki padanan kata dalam

bahasa Sunda. Persamaannya onomatope kedua bahasa merupakan tiruan bunyi

asli yang terdengar oleh manusia, berfungsi sebagai kata keterangan untuk

menerangkan kata kerja di depannya, dapat digunakan untuk menunjukkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

12

perumpamaan dan makna bunyi negatif. Perbedaannya, bahasa Jepang memiliki

tiruan bunyi untuk keadaan yaitu gitaigo sedangkan bahasa Sunda tidak

memilikinya. Perbedaan penelitian Sumirat dengan penelitian ini, terletak pada

sumber data dan pembahasan. Pada penelitian Sumirat, onomatope bahasa Jepang

dicari padanan katanya dalam bahasa Sunda, sedangkan pada penelitian ini

dianalisis mengenai bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan padanan makna

onomatope bahasa Jepang dalam bahasa Indonesia.

Ulantari (2010) menulis penelitian yang berjudul “Makna Kata Kerja Bantu

~Te Shimau (~てしまう) pada Novel Kitchin Karya Banana Yoshimoto”. Dalam

penelitian Ulantari, digunakan metode deskriptif analisis untuk menganalisis

klasifikasi makna kata kerja bantu~てしまう(~te shimau) yang terdapat dalam

novel Kitchin. Dalam penelitian tersebut didapatkan 83 data yang menggunakan

kata kerja bantu ~てしまう (~te shimau). Setelah data diperoleh kemudian

dianalisis, makna ~てしまう(~te shimau) dapat diklasifikasikan menjadi delapan

kelompok yaitu yang menyatakan aktivitas atau kejadian yang dilangsungkan

sampai tuntas, perbuatan yang tidak disengaja dan terlanjur terjadi, penyesalan,

pesan yang tidak diinginkan secara tidak langsung, gerakan atau emosi di luar

keinginan kita, akan terselesaikannya suatu kegiatan, sebuah perintah, dan

menyatakan sebuah sindiran.

Penelitian Ulantari digunakan sebagai acuan karena menggunakan sumber

data yang sama yaitu novel Kitchin karya Banana Yoshimoto dan sama-sama

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

13

mengkaji linguistik namun dengan objek kajian yang berbeda. Ulantari (2010)

meneliti tentang kata kerja bantu ~てしまう(~te shimau) sedangkan penelitian ini

mengkaji tentang bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan makna onomatope yang

ada dalam novel Kitchin.

2.2 Konsep

Konsep adalah semua istilah atau kata-kata kunci yang digunakan dalam

suatu karya ilmiah. Dalam penelitian ini, konsep-konsep yang perlu dijelaskan

adalah sebagai berikut.

2.2.1 Onomatope

Chaer (2007:47) menyatakan bahwa kata-kata yang disebut onomatope (kata

yang berasal dari tiruan bunyi) lambangnya memberi saran atau petunjuk bagi

konsep yang dilambangkannya. Dalam bahasa Jepang, kata-kata yang disebut

onomatope tidak hanya memiliki keterkaitan dengan bunyi saja tetapi juga

keadaan yang digambarkan.

Pengertian onomatope yang lebih luas dalam bahasa Jepang juga

diungkapkan oleh Tamori Ikuhiro dan Lawrence Schourup dalam kutipan berikut

ini.

オノマトペは、もっとも一般的な定義、現実の音を真似ている語、あるいは少

なくともそのように見なされる語を指す(ぎしぎし、quack 等)。しかしながらこ

の術語は、声を含む音を表す語に対してだけでなく,動作の様態(くねくね、

zigzag)や、肉体的(ぽっちゃり、plump)あるいは精神的(もさっ、

sluggish)な状態を描写する語に対しても、用いられることがある。本書では、

この術語を後者のように広義の意味で用いるが、声や音を表す語と、様態や

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

14

状態を表す語を特に区別する必要がある場合には、前者を擬音オノマトペ、

後者を擬態オノマトペと呼ぶことにする。

Onomatope wa, mottomo ippantekina teigi, genjitsu no oto wo maneteiru

go, aruiwa sukunakutomo sono yôni minasareru go wo sasu (gishigishi,

quack nado). Shikashinagara kono jutsugo wa, koe wo fukumu oto wo

arawasu go ni taishite dake denaku, dôsa no yôtai (kunekune, zigzag) ya,

nikutaiteki (pocchari, plump) aruiwa seishinteki (mosat, sluggish) na jôtai

wo byôsha suru go ni taishitemo, mochiiru ga, koe ya oto wo arawasu go

to, yôtai ya jôtai wo arawasu go wo toku ni kubetsu suru hitsuyô ga aru

ba ai niwa, zensha wo gion onomatope kôsha wo gitai onomatope to yobu

koto ni suru.

‘Secara umum pengertian onomatope adalah kata-kata yang menirukan

suara atau bunyi yang nyata, atau paling tidak mengacu pada suara yang

mirip dan mendekati suara aslinya, (seperti gishigishi, ‘mendecit atau

berderak, ’ dan lain-lain). Akan tetapi, istilah ini tidak hanya mengacu

pada kata atau bahasa yang menunjukkan bunyi yang mengandung suara

saja, tetapi juga mencakup kata-kata yang mendeskripsikan keadaan atau

kondisi perbuatan (misalnya kunekune, ‘meliak-liuk’), kondisi fisik

(misalnya, Pocchari ‘montok’), dan kondisi mental (misalnya, mosat ‘lesu,

tidak segar’). Dalam tulisan ini, istilah onomatope menggunakan makna

kedua dalam arti lebih luas. Pada saat diperlukan untuk membedakan

terutama kata-kata yang mengungkapkan bunyi atau suara dan kata-kata

yang mengungkapkan kondisi atau keadaaan, selanjutnya kata-kata yang

mengungkapkan bunyi atau suara disebut dengan gion onomatope

sedangkan kata yang mengungkapkan keadaan atau kondisi disebut

dengan gitai onomatope.’

(Tamori dan Schourup, 1999:10)

Onomatope merupakan kata tiruan bunyi dari benda, alam, keadaan, dan

lainnya. Jadi onomatope muncul karena ada sebuah bunyi atau keadaan yang ingin

disampaikan melalui kata-kata atau untuk mempermudah dalam menggambarkan

sebuah keadaan yang susah untuk disampaikan. Dalam bahasa Jepang, selain

menunjukkan kata tiruan bunyi ada onomatope yang menunjukkan tiruan keadaan,

sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya terdapat kata tiruan bunyi saja.

Perbedaan tersebut yang mengakibatkan terjadi perbedaan jumlah onomatope

dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Perbedaan lain dari kata onomatope

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

15

dapat dilihat dari contoh bunyi anjing menggonggong dalam bahasa Indonesia

yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa

Inggris bowbow. Dari contoh tersebut dapat dilihat, onomatope dari setiap bahasa

tidak sama walaupun sumber bunyinya sama yaitu suara anjing yang

menggonggong. Dalam bahasa Jepang onomatope tidak hanya berarti tiruan dari

bunyi yang keluar dari benda atau makhluk hidup, namun juga menunjukkan

keadaan di lingkungan sekitar dan keadaan perasaan manusia. Jadi pengertian

onomatope sangat luas sesuai dengan tempat berkembangnya bahasa tersebut.

2.2.2 Makna

Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri

terutama kata-kata (Djajasudarma, 2009:7). Menurut Ferdinand de Saussure,

makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah

tanda linguistik (Chaer, 2007:287). Dalam kajian linguistik, ilmu yang

mempelajari tentang makna sebagai objeknya disebut semantik. Di Jepang,

semantik dikenal dengan istilah 意味論(imiron) yaitu ilmu yang membicarakan

tentang makna kata, frasa, dan klausa dalam kalimat. Makna sebagai penghubung

bahasa dengan dunia luar sesuai dengan para pemakainya sehingga walaupun

berbeda bahasa, dapat saling mengerti satu sama lain. Ketika mempelajari makna

berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu lingkungan

masyarakat bisa saling mengerti. Dalam kehidupan sehari-hari makna tidak hanya

dilihat dari makna kata dalam kamus saja atau makna leksikal yang dimilikinya,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

16

tetapi juga menjangkau lebih luas baik dari konteks penggunaannya, maupun dari

kaidah wacananya.

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Bentuk Onomatope

Berbeda dengan onomatope yang ada dalam komik atau lagu, dalam novel,

onomatope tidak berdiri sendiri melainkan berada dalam sebuah kalimat yang

panjang. Untuk memudahkan dalam menentukan kata yang termasuk onomatope

atau tidak, dapat dilihat dari bentuknya. Bentuk onomatope ada yang berupa

pengulangan 反復形 (hanpukukei), penambahan konsonan ganda ~っ (Q) yang

disebut 促音(sokuon), penambahan akhiran ~ん(N) yang disebut 撥音(hatsuon)

dan lainnya. Menurut Atôda Toshiko dan Kazuko Hoshino (1995:vi) bentuk-

bentuk onomatope dibagi menjadi tujuh bentuk, yaitu:

1. Bentuk dengan akhiran ~っ(Q) yang sering disebut 促音(sokuon)

Contoh: さーっ (sa─Q), さっ (saQ), ばたっ (bataQ), ばさっ (basaQ), ころっ

(koroQ), dan lain-lain.

2. Bentuk dengan vokal panjang ~ ー(─) yang disebut 長音(cho’on)

Contoh: がー(ga─), きゃー(kya─), さー(sa─), dan lain-lain.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

17

3. Bentuk dengan akhiran ~ん(N) yang disebut 撥音(hatsuon)

Contoh: ばん(baN), ぽん(poN), がーん(ga─N), がーん(ga─N), dan lain-lain.

4. Bentuk dengan tipe A っ Bん

Contoh: かっちん(kacchin), がっくん (gakkun), ぽっつん (pottsun), dan

lain-lain.

5. Bentuk dengan akhiran ~り(-ri)

Contoh: ぐさり(gusari), ころり(korori), ぼんやり(bonyari), ふんわり(funwari)

dan lain-lain.

6. Bentuk dengan tipe A っ Bり

Contoh: にっこり (nikkori), ばったり (battari), しっとり (shittori), どっきり

(dokkiri), dan lain-lain.

7. Onomatope yang terbentuk dari pengulangan 反復形(hanpukukei)

Contoh: めきめき(mekimeki), もりもり(morimori), にこにこ(nikoniko)、dan

lain-lain.

2.3.2 Klasifikasi Onomatope

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

18

Secara umum onomatope dibagi menjadi dua jenis yaitu giongo dan gitaigo.

Akan tetapi Kindaichi Haruhiko (Mikami, 2004:2) mengklasifikasikannya dengan

lebih khusus sesuai maknanya, yaitu:

a. 擬声語(Giseigo) adalah kata-kata yang menunjukkan suara dari makhluk

hidup manusia dan binatang. Misalnya : ワンワン (wanwan: suara anjing

menggongong, suara orang menangis), モー (moo: tiruan suara sapi), ぺちゃ

くちゃ (pechakucha: orang yang berbicara dengan suara tinggi), ぎゃーぎゃー

(gyaagyaa: suara orang menangis atau suara kegaduhan yang

mengganggu), dan lain-lain

b. 擬音語(Giongo) adalah kata-kata yang menunjukkan bunyi dari benda

mati. Contoh : ザーザー (zaazaa: suara hujan yang lebat), ガチャン (gachan:

suara benda yang berbenturan dengan keras), ゴロゴロ (gorogoro: suara

gemuruh petir),どんどん(dondon: suara ketukan pintu), dan lain-lain

c. 擬態語(Gitaigo) adalah kata-kata yang menunjukkan keadaan dari benda

mati. Misalnya : きらきら (kirakira: benda yang berkilau, bersinar terang),

つるつる (tsurutsuru: melukiskan permukaan yang halus dan licin),ぐちゃぐち

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

19

ゃ(guchagucha: menggambarkan sesuatu yang lembut dan basah, bisa juga

menggambarkan suasana yang sangat kacau), dan lain-lain

d. 擬容語(Giyôgo) adalah kata-kata yang menunjukkan keadaan makhluk

hidup. Misalnya :うろうろ(urouro: orang yang berjalan tanpa tujuan, hilang

arah),ふらり(furari: berjalan dengan lemas, bisa juga jalan dengan santai),

ぐ ん ぐん (gungun: orang yang berusaha sekuat tenaga), ボー ッ (boott:

kehilangan kesadaran dan tidak bisa melihat benda dengan jelas), dan lain-

lain.

e. 擬情語(Gijôgo) adalah kata-kata yang menunjukkan perasaan manusia.

Misalnya : いらいら (iraira: cemas, tidak tenang), うっとり(uttori: terpukau),

どきり(dokiri: terkejut), るんるん (runrun: hati yang berbunga-bunga), dan

lain-lain.

2.3.3 Fungsi Gramatikal Onomatope

Menurut Fukuda Hiroko, onomatope memiliki lima fungsi gramatikal

(O’Donnell, 2010:6-7). Kelima fungsi gramatikal tersebut adalah:

1. Sebagai adverbia yang menerangkan kata kerja bentuk pertama. Contoh:

がんがん飲む (gangan nomu: minum dengan cepat sampai habis)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

20

2. Sebagai kata kerja apabila dikombinasikan dengan する (suru) atau やる

(yaru). Contoh: きりきりする (kirikiri suru: kesakitan, sakit)

3. Sebagai adjektif atau kata sifat, seperti kata yang dikombinasikan dengan

kopula atau partikel ~だ (~da). Contoh: からからだ (karakara da:

tenggorokan yang kering atau ruangan yang kosong)

4. Sebagai kata benda diikuti dengan partikel ~の (~no) dalam frasa adjektif.

Contoh: すべすべのお肌(subesube no ohada: sungguh kulit yang halus)

5. Sebagai frasa adverbial diikuti dengan partikel ~に (~ni). Contoh: べろべろ

になる (berobero ni naru: menjadi mabuk berat)

2.3.4 Makna Leksikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan 辞書的意味 (jishôteki

imi) atau 語彙的意味 (goiteki imi), yaitu makna kata yang sesungguhnya sesuai

dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur

gramatikalnya atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata (Sutedi,

2003:106).

Makna leksikal sering kali disebut dengan makna yang ada di dalam kamus,

karena biasanya dalam kamus dasar dicantumkan makna apa adanya dari sebuah

kata. Akan tetapi dalam kamus modern, makna yang dicantumkan bukan hanya

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

21

makna asli sesuai indra manusia tetapi juga makna kias dan makna-makna lainnya

yang terbentuk secara metamorfosis (Chaer, 2007:289).

Contoh makna leksikal dari onomatope:

1. バ ラ バ ラ (barabara) menunjukkan keadaan benda yang berhamburan,

berjatuhan berantakan begitu juga suara yang ditimbulkan. menunjukkan

keadaan sesuatu yang menjadi berhamburan atau terpisah-pisah, baik waktu,

tempat, perasaan, dan lainnya. Keadaan orang atau benda yang terpisah-pisah

bagiannya dikumpulkan menjadi satu atau menunjukkan segala sesuatu yang

tidak disatukan (Nakami, 2003:396).

2. ガチャガチャ (gachagacha) adalah tiruan suara tonggeret, menirukan bunyi

benda keras yang ditabrak atau bunyi benda yang saling berbenturan. Dapat

juga menunjukkan keadaan orang yang mengomel atau merah-marah, atau

menunjukkan keadaan banyak benda yang berantakan dan kacau (Nakami,

2003:51).

3. きちん(kichin) adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan keadaan benda

yang rapi, tepat sesuai aturan, atau bersih. Menunjukkan keadaan, gerakan

atau tingkah laku yang teratur, atau menunjukkan jahitan yang terjahit dengan

benar tanpa celah (Atōda, Toshiko dan Kazuko Hoshino, 1995:83-84).

2.3.5 Makna Gramatikal

Sutedi (2003:107) mengatakan bahwa makna gramatikal dalam bahasa

Jepang disebut 「文法的意味 ‘bunpôteki-imi’」yaitu makna yang muncul akibat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

22

proses gramatikalnya. Menurut Chaer proses gramatikal yang terjadi seperti

afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi (2007:290).

Contoh makna gramatikal yang timbul pada onomatope:

4. ごろごろと鳴る(gorogoro to naru) dan ごろごろする(gorogorosuru)

(Atôda, Toshiko dan Kazuko Hoshino, 1995:171-172)

5. ちょきん(chokin) menjadi ちょきんちょきん(chokinchokin)

(Yamamoto, 1993:80)

Pada contoh 4, kata ごろごろ(gorogoro) yang dikombinasikan dengan と鳴

る(to naru) dan menjadi gorogoro to naru memiliki makna berbunyi gorogoro,

seperti suara petir, sedangkan setelah dikombinasikan dengan する(suru) menjadi

gorogorosuru yang memilki makna bermalas-malasan atau menghabiskan

waktunya hanya dengan tidur-tiduran. Pada contoh 5, kata chokin yang

mengalami proses gramatikal yaitu pengulangan menjadi chokinchokin,

menimbulkan makna kegiatan yang terjadi secara berulang-ulang. Makna kata

chokin adalah suara orang menggunting sesuatu satu atau beberapa kali, tetapi

tidak berkelanjutan, seperti saat menggunting pita atau bunga, sedangkan

chokinchokin adalah suara gunting yang terdengar ketika menggunting sesuatu

secara terus-menerus seperti pada kertas, kain, dan sebagainya.

2.3.6 Makna Kontekstual

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

23

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di

dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya,

yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu (Chaer, 2007:290).

Dari definisi tersebut dinyatakan bahwa makna kontekstual adalah makna

yang muncul sesuai dengan kapan, dimana, dan pada saat seperti apa sebuah kata

digunakan dalam kalimat. Makna onomatope yang muncul dalam kalimat tidak

hanya makna leksikal dan makna gramatikal tetapi juga memiliki makna

kontekstual. Makna onomatope disesuaikan dengan konteks di mana onomatope

tersebut digunakan.

6. そうして、ドア が ガチャガチャ と開いて、 もの すごい

Sôshite, doa ga gachagacha to aite, mono sugoi

Lalu pintu NOM suara menabrak terbuka benda sangat

美人 が 息せき きって 走りこんで

Bijin ga ikiseki kitte hashiri konde

orang cantik NOM tersengal-sengal datang berlari berhamburan

きた の は、 その とき だった。

kita no wa sono toki datta.

datang-LAM NOM TOP itu waktu KOP-LAM.

(Yoshimoto, 1988:18)

‘Saat itu juga terdengar pintu berderak terbuka dan sesosok makhluk cantik

menghambur masuk ke dalam rumah dengan napas tersengal-sengal.’

(Anggraeni, 2009:14)

Dalam konteks kalimat di atas gachagacha berarti suara menabrak pintu

dengan keras karena terburu-buru. Ketika orang dengan terburu-buru sambil

berlari memasuki pintu akan terdengar suara berderak, suara tersebutlah yang

dalam bahasa Jepang disebut gachagacha. Makna leksikal gachagacha yaitu

bunyi benda yang saling berbenturan menjadi lebih luas setelah berada dalam

sebuah kalimat. Seperti yang ditunjukkan pada contoh kalimat berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

24

7. 車 の キー を ガチャガチャ ならしながら 雄一

kuruma no kii wo gachagacha narashinagara Yūichi

mobil GEN kunci Ak gemerincing kunci berbunyi-sambil NM. ORG

は 戻って来た。

wa modotte kita.

TOP kembali datang -LAM

(Yoshimoto, 1988:21)

‘Yūichi kembali, dia memainkan kunci mobil hingga bergerincing.’

(Anggraeni, 2009:16)

Dari contoh 7 dapat dilihat makna gachagacha tidak hanya berarti benturan

benda keras seperti menerobos masuk, tetapi untuk kunci berarti saling

berbenturan ketika sedang dipegang. Bunyi bergerincing pada kunci tidak bisa

saling digantikan dengan contoh 6. Pada contoh 6 makna gachagacha menjadi

benturan keras antara pintu dengan orang yang terburu-buru ketika berlari,

sedangkan pada contoh 7 makna gachagacha menjadi lebih halus yaitu bunyi

krincing yang dihasilkan oleh benturan antar kunci ketika dipegang oleh orang

yang sedang berjalan.

8. 財布 を 落として お金 が ばらばら です。

saifu wo otoshite okane ga barabara desu.

dompet Ak jatuh uang NOM berhamburan KOP.

‘Saya menjatuhkan dompet dan uangnya pun berhamburan.’

(Shiang, 2009:48)

9. 卒業 の 後、 クラスメート は ばらばら

Sotsugyô no ato, kurasumeeto wa barabara

Kelulusan GEN setelah teman sekelas NOM tercerai-berai

になった。

ni natta.

Menjadi-LAM.

‘Setelah kelulusan, teman-teman sekelas menjadi tercerai-berai.’

(Satoru, 2009:86)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnyaerepo.unud.ac.id/15889/3/0801705024-3-BAB_II.pdf · yang disebut gukguk, dalam bahasa Jepang disebut wanwan, dan dalam bahasa Inggris

25

10. ちょっと 見る と 全く バラバラ でも、 妙に品

chotto miru to mattaku barabara demo, myônishina

sedikit melihat P-KOM sungguh tersebar tetapi, barang berkualitas

の ばかり だった。

No bakari datta.

GEN hanya KOP

(Yoshimoto, 1988:16)

‘Meski sekilas tampak berantakan, dapur itu berisi barang-barang

berkualitas.’

(Anggraeni, 2009:12)

Pada contoh 8, 9, dan 10, kata barabara yang digunakan memiliki makna

yang berbeda sesuai konteksnya dalam kalimat. Makna barabara pada contoh 8,

melukiskan keadaan uang yang berhamburan ke mana-mana. Kemudian pada

contoh 9, makna barabara melukiskan orang-orang yang sudah tinggal di tempat

yang berbeda-beda dan telah tercerai-berai. Sedangkan pada contoh 10,

melukiskan keadaan barang-barang di dapur yang berantakan. Apabila ketiga

makna tersebut dipertukargantikan akan menimbulkan distorsi makna.

Dari kelima contoh tersebut sudah jelas bahwa onomatope dalam novel yang

berada dalam sebuah kalimat, tidak dapat dilihat hanya dari makna leksikalnya

saja, tetapi juga harus diperhatikan makna kontekstualnya juga.