22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) 1. Berpikir Sobur mengemukakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pernyataan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan 1 . Solso mendefinisikan berpikir sebagai proses yang menghasilkan representasi mental baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Adapun representasi mental baru dapat dilihat dari hasil berpikir berupa ide, tindakan dan keputusan yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah. Dapat dikatakan, bahwa berpikir merupakan proses mengolah informasi yang melibatkan aktivitas mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah 2 . Berdasarkan beberapa definisi tentang berpikir, dapat disimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi yang melibatkan penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. 2. Metaforis Metaphorical berasal dari kata meta yang bermakna transcending melampaui dunia nyata, dan kata phora yang terkait dengan transfer. Metaphorical dimulai dengan memindahkan arti dan asosiasi baru dari satu objek atau 1 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 201. 2 M. Mahrus Ali, Skripsi: “Profil Berpikir Siswa Dalam Mengkonstruk Bukti Geometri Sebagai Prosep Berdasarkan Teori Gray-Tall”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 9.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

  • Upload
    lykhanh

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking)1. Berpikir

Sobur mengemukakan bahwa berpikir adalah suatukegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir jugaberarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatuyang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yangsedang dihadapi. Kegiatan berpikir dimulai ketika munculkeraguan dan pernyataan untuk dijawab atau berhadapandengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan1.

Solso mendefinisikan berpikir sebagai proses yangmenghasilkan representasi mental baru melalui transformasiinformasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antaraatribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran,imajinasi, dan pemecahan masalah. Adapun representasi mentalbaru dapat dilihat dari hasil berpikir berupa ide, tindakan dankeputusan yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah.Dapat dikatakan, bahwa berpikir merupakan proses mengolahinformasi yang melibatkan aktivitas mental seperti penilaian,abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah2.

Berdasarkan beberapa definisi tentang berpikir, dapatdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalahaktivitas mental siswa dalam mengolah informasi yangmelibatkan penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, danpemecahan masalah.

2. MetaforisMetaphorical berasal dari kata meta yang bermakna

transcending melampaui dunia nyata, dan kata phora yangterkait dengan transfer. Metaphorical dimulai denganmemindahkan arti dan asosiasi baru dari satu objek atau

1Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 201.2M. Mahrus Ali, Skripsi: “Profil Berpikir Siswa Dalam Mengkonstruk Bukti GeometriSebagai Prosep Berdasarkan Teori Gray-Tall”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya,2016), 9.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

gagasan ke objek atau gagasan yang lain3. Dalam kamus besarbahasa Indonesia metafora didefinisikan sebagai pemakaiankata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnyamelainkan sebagai lukisan atau kiasan yang berdasarkanpersamaan atau perbandingan4.

Lakoff dan Nunez menyatakan bahwa metafora tidakhanya sebuah kiasan semata, tetapi metafora merupakan saranamendasar yang menjadikan konsep berpikir abstrak menjadimungkin untuk dibuat5. Hal itu membuat metafora memberigambaran yang jelas dan unik pada suatu keutuhan hubunganantara makna eksplisit dan implisit dari suatu konsep.

Pengertian lain diungkapkan oleh Hendriana dalamdefinisi tradisional, yaitu metafora merupakan sebuah alatretoris untuk mengatakan sesuatu sebagai analogi terhadapsesuatu hal lainnya. Sedangkan dalam definisi modern,metafora merupakan sebuah alat yang memainkan fungsi yangsangat diperlukan dalam proses kognisi manusia yaitu untukmemperjelas pemikiran seseorang6.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkanbahwa, metaforis merupakan sarana untuk memindahkankonsep abstrak menjadi nyata sebagai usaha untuk memperjelaspemikiran seseorang. Berikut adalah beberapa contoh metafora:1. Terang adalah pengetahuan dan gelap adalah kebodohan2. Cinta adalah tumbuhan3. Kata-kata adalah senjataContoh-contoh di atas merupakan perbandingan dari dua halyang berbeda makna. Sehingga dengan menggunakan metafora,siswa secara langsung dapat diajak untuk membuka cakrawalabaru dalam meningkatkan pemahaman seseorang terhadap

3Indira Sunito, dkk., Metaphorming: Beberapa Strategi Berpikir Kreatif, (Jakarta: Indeks,2013), 60.4Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online dalamhttp://kbbi.web.id/metafora diakses pada 19 Mei 2016 pukul 12.05.5Cigdem Kilic, “Belgian and Turkish Pre-Service Primary School Mathematics Teachers’Metaphorical Thinking about Mathematics”, Turkey: Education Faculty, MersinUniversity, 1.6M. Afrilianto, “Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis MatematisSiswa SMP Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking”, Jurnal Ilmiah Program StudiMatematika STKIP Siliwangi, 1: 2 (2012), 196.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

suatu konsep yang tak terbayangkan. Di samping itu, konsepdapat dipahami secara konkret dan dapat membantumeningkatkan kemampuan penalaran siswa denganmenggabungkan konsep-konsep yang tidak berhubunganmenjadi berhubungan sehingga mudah untuk dipahami.

3. Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking)Menurut Heris Hendriana, metaphorical thinking (berpikir

metaforik) merupakan suatu proses berpikir untuk memahamidan mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak dalammatematika menjadi hal yang lebih konkrit denganmembandingkan dua hal yang berbeda makna7. Berpikirmetaforis adalah proses berpikir yang menggunakan metafora-metafora untuk memahami suatu konsep. Holyoak & Thgardjuga mengungkapkan bahwa metafora berawal dari suatukonsep yang diketahui siswa menuju konsep lain yang belumdiketahui atau sedang dipelajari siswa”8. Metafora ini sangatbergantung pada konsep yang dihadapi dan pengalaman siswa.

Lakoff dan Nunez menjelaskan lebih lanjut bahwa ide-ideabstrak dalam otak diorganisir melalui metaphorical thinkingyang dikonseptualisasikan dalam bentuk konkret melaluisusunan kesimpulan yang tepat dan cara bernalar yang didasarioleh sistem sensori-motor yang disebut metafora konseptual.Metafora konseptual merupakan mekanisme kognitiffundamental yang memungkinkan pemahaman konsep-konsepabstrak dalam bentuk konsep-konsep konkret. Metaforakonseptual dibagi menjadi 3 macam, yaitu groundingmetaphors, linking metaphors, dan redefinitional metaphors9.

Sejalan dengan itu, Heris Hendriana menyatakan bahwametafora konseptual merupakan konsep-konsep abstrak yangdiorganisasikan melalui berpikir metaforik, dinyatakan dalamhal-hal konkrit berdasarkan struktur dan cara-cara bernalaryang didasarkan sistem sensori-motor. Seperti yang telah

7Heris Hendriana, “Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical Thinkinguntuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”, Jurnal Ilmiah Program Studi MatematikaSTKIP Siliwangi, 1: 1 (2012), 96.8Heris Hendriana, Op. Cit., hal 95.9Francesca Ferrara, Bridging Perception and Theory: What Role Can Metaphors andImagery Play, European Research In Mathematics Education III, 2.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

disebutkan di atas bahwa bentuk metafora konseptualmeliputi10:1. Grounding metaphors: dasar untuk memahami ide-ide

matematika yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari.

2. Linking metaphors: membangun keterkaitan antara dua halyaitu memilih, menegaskan, memberi kebebasan, danmengorganisasikan karakteristik dari topik utama dengandidukung oleh topik tambahan dalam bentuk pernyataan-pernyataan metaforik.

3. Redefinitional metaphors: mendefinisikan kembalimetafora-metafora tersebut dan memilih yang paling cocokdengan topik yang akan diajarkan.

Sehubungan dengan hal itu juga, Carreiramengembangkan konsep metaphorical thinking sebagaiberikut11:

Gambar 2.1Konsep Metaphorical Thinking

Penggunaan metafora dalam pembelajaran mempunyaiperanan yang sangat penting, yaitu menciptakan minat danmeningkatkan motivasi belajar para siswa. Berawal denganpenerapan pada situasi masalah yang dihadapi, siswa diajak

10Heris Hendriana, Op. Cit., hal 95-96.11Susana Carreira, Where There’s a Model, There’s a Metaphor: Metaphorical Thinking inSttudent’s Understanding of a Mathematical Model Mathematical Thinking and Learning,(Portugal: Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 2001), 262.

Interpretation

Applied ProblemSituation

MetaphoricalThinking

Productionof meaning

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

untuk memikirkan dan menghasilkan ide/gagasan denganmenginterpretasikan konsep yang ada. Siswa juga diajakberpikir dengan menggunakan metafora-metafora yang merekabuat sendiri sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan awalsiswa sehingga siswa diarahkan untuk menggabungkan konsep-konsep matematika dengan konsep-konsep lain yang telahdikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Situasi ini akanmengarahkan siswa pada satu pemahaman tentangkonsep/materi yang diberikan secara mendalam dankomprehensif.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada contoh berikut:Misalkan ada sebuah kantong tertutup yang berisi beberapabuah kelereng. Di luar kantong tersebut terdapat 2 buahkelereng. Jika diketahui bahwa jumlah seluruh kelereng yangberbeda di dalam dan di luar kantong ada 8 buah, tentukanlahjumlah kelereng yang berada di dalam kantong? Bagaimanacaranya?

Permasalahan di atas dapat dimetaforakan sepertimenimbang 1 kantong dan 2 kelereng disatu sisi dan 8 kelerengdisisi lain. Ambil kelereng yang di luar kantong pada suatu sisi,kemudian ambil kelereng dari sisi lain dengan jumlah yangsama, sehingga setelah pengambilan kelereng tersebut,timbangan masih dalam keadaan seimbang. Hasilnya dapatdigambarkan sebagai berikut:Keadaan pertama:Satu kantong dan 2 kelereng disisi kiri dan 8 kelereng disisikanan. Timbangan dalam keadaan seimbang.

Gambar 2.2Keadaan Awal Timbangan

15

untuk memikirkan dan menghasilkan ide/gagasan denganmenginterpretasikan konsep yang ada. Siswa juga diajakberpikir dengan menggunakan metafora-metafora yang merekabuat sendiri sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan awalsiswa sehingga siswa diarahkan untuk menggabungkan konsep-konsep matematika dengan konsep-konsep lain yang telahdikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Situasi ini akanmengarahkan siswa pada satu pemahaman tentangkonsep/materi yang diberikan secara mendalam dankomprehensif.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada contoh berikut:Misalkan ada sebuah kantong tertutup yang berisi beberapabuah kelereng. Di luar kantong tersebut terdapat 2 buahkelereng. Jika diketahui bahwa jumlah seluruh kelereng yangberbeda di dalam dan di luar kantong ada 8 buah, tentukanlahjumlah kelereng yang berada di dalam kantong? Bagaimanacaranya?

Permasalahan di atas dapat dimetaforakan sepertimenimbang 1 kantong dan 2 kelereng disatu sisi dan 8 kelerengdisisi lain. Ambil kelereng yang di luar kantong pada suatu sisi,kemudian ambil kelereng dari sisi lain dengan jumlah yangsama, sehingga setelah pengambilan kelereng tersebut,timbangan masih dalam keadaan seimbang. Hasilnya dapatdigambarkan sebagai berikut:Keadaan pertama:Satu kantong dan 2 kelereng disisi kiri dan 8 kelereng disisikanan. Timbangan dalam keadaan seimbang.

Gambar 2.2Keadaan Awal Timbangan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Keadaan kedua:Setelah 2 kelereng diambil dari timbangan pada sisi kanan dankiri.

Gambar 2.3Keadaan Akhir Timbangan

Dari keadaan timbangan kedua, dapat diperoleh bahwakantong tersebut sama beratnya dengan 6 kelereng. Metaforatersebut dapat dimodelkan dalam bentuk matematika yaitu+ 2 = 8, sehingga diperoleh hasil = 6 (dimanamerupakan jumlah kelereng di dalam kantong).

Dari ungkapan-ungkapan yang dikemukakan oleh paraahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir metaforis(Metaphorical Thinking) adalah suatu aktivitas mental yangdilakukan siswa yang didasari dengan pengetahuan awal yangdimilikinya guna memahami, menjelaskan dan menalar konsep-konsep (permasalahan) dalam matematika khususnya aljabarmenjadi lebih konkret dengan membandingkan dua hal ataulebih yang berbeda makna baik yang berhubungan maupunyang tidak berhubungan.

Profil berpikir metaforis (metaphorical thinking) dapatdigambarkan melalui proses metaforis dengan menggunakansingkatan CREATE yang berarti “Connect, Relate, Explore,Analyze, Transform, Experience”. Untuk memperjelas uraianlangkah-langkah berpikir metaforis tersebut, berikutpenjelasannya berdasarkan uraian dari Siler12.1. Connect adalah menghubungkan dua hal atau lebih yang

berbeda baik benda maupun ide.

12 Indira Sunito, dkk., Op. Cit., hal 71-73.

16

Keadaan kedua:Setelah 2 kelereng diambil dari timbangan pada sisi kanan dankiri.

Gambar 2.3Keadaan Akhir Timbangan

Dari keadaan timbangan kedua, dapat diperoleh bahwakantong tersebut sama beratnya dengan 6 kelereng. Metaforatersebut dapat dimodelkan dalam bentuk matematika yaitu+ 2 = 8, sehingga diperoleh hasil = 6 (dimanamerupakan jumlah kelereng di dalam kantong).

Dari ungkapan-ungkapan yang dikemukakan oleh paraahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir metaforis(Metaphorical Thinking) adalah suatu aktivitas mental yangdilakukan siswa yang didasari dengan pengetahuan awal yangdimilikinya guna memahami, menjelaskan dan menalar konsep-konsep (permasalahan) dalam matematika khususnya aljabarmenjadi lebih konkret dengan membandingkan dua hal ataulebih yang berbeda makna baik yang berhubungan maupunyang tidak berhubungan.

Profil berpikir metaforis (metaphorical thinking) dapatdigambarkan melalui proses metaforis dengan menggunakansingkatan CREATE yang berarti “Connect, Relate, Explore,Analyze, Transform, Experience”. Untuk memperjelas uraianlangkah-langkah berpikir metaforis tersebut, berikutpenjelasannya berdasarkan uraian dari Siler12.1. Connect adalah menghubungkan dua hal atau lebih yang

berbeda baik benda maupun ide.

12 Indira Sunito, dkk., Op. Cit., hal 71-73.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2. Relate adalah mengaitkan suatu perbedaan baik bendamaupun ide untuk hal-hal dari yang sudah diketahui ataudikenal, dimulai dengan mengamati kesamaannya.

3. Explore adalah menjajaki kesamaan: menarik ide,membangun model dan menggambarkan model tersebut.

4. Analyze adalah analisis tentang hal-hal yang telahdipikirkan. Oleh karena itu, perlu untuk menguraikankembali ide-ide dan model yang telah ada untukmenemukan hubungan antara ide dan model tersebut.

5. Transform adalah mengenali atau menemukan sesuatu yangbaru berdasarkan koneksi, eksplorasi dan analisis terhadapgambar, model atau objek yang dibuat tersebut.

6. Experience adalah menerapkan gambar, model, ataupenemuan tersebut sebagai konteks baru sebanyak mungkin.Ini artinya, memulai proses kreatif dari awal lagi.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka pada penelitianini kriteria berpikir metaforis dirumuskan sebagai berikutdilengkapi dengan indikatornya.

Tabel 2.1Kriteria dan Keterangan Berpikir Metaforis pada Masalah

Aljabar

No.Proses

BerpikirIndikator

1. Connect Menghubungkan dua ide (materi)yang berbeda

2. Relate Menghubungkan antara konsepdengan permasalahan yang disajikan

3. Explore Membuat model dari permasalahanyang disajikan

4. Analyze Membaca ulang perumpamaan yangtelah dibuat dan kesesuaiannyadengan permasalahanMendeskripsikan kesesuaian antaraperumpamaan dengan permasalahan

5. Transform Menafsirkan hasil akhir daripenyelesaian permasalahan tersebut

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

No.Proses

BerpikirIndikator

6. Experience Membuat permasalahan baruberdasarkan model yang diperolehsebelumnya

B. Matematika dan AljabarMatematika adalah suatu disiplin ilmu untuk yang lebih

menitikberatkan kepada proses berpikir dibanding hasilnya saja.Jika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan (soal)/situasimatematis, maka siswa akan berusaha menemukan solusipemecahannya melalui sarangkaian tahapan berpikir. Siswatersebut perlu menentukan dan menggunakan strategi untukmenyelesaikan soal tersebut13.

Pada hakikatnya, matematika lebih ditekankan padapenggunaan metode daripada persoalan pokok matematika itusendiri14. Menurut Sari, matematika memiliki fungsi untukmengembangkan kemampuan menghitung, mengukur danmengungkapkan rumus matematika yang diperlukan dalamkehidupan sehari-hari menggunakan matematika pengukuran dangeometri, aljabar dan trigonometri15.

Terdapat beberapa tujuan dari pembelajaran matematika,yakni: (1) melatih cara berpikir dan menalar dalam menarikkesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkanimajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkanpemikiran orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaansecara mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan problemsolving, (4) menyampaikan, mengembangkan kemampuan

13Dindin Abdul Muiz L., “Heuristik Dalam Pemecahan Masalah Matematika danPembelajarannya Di Sekolah Dasar.” http://file.upi.edu/Direktori/KD-TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Heuristik%20Pemecahan%20Masalah.pdf,diakses pada 08 Oktober 2016 pukul 19.05.14Supardi U. S., “Pengaruh Adversity Qoutient Terhadap Presentasi Belajar Matematika”,Jurnal Formatif, 3: 1, 64.15N. P. Sari, “Pengaruh Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar MatematikaSiswa”, EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 2: 1, (2013), 5-6.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melaluipembicaraan lisan, catatan, grafik, atau diagram.

Salah satu bidang kajian dalam matematika ialah mengenaialjabar. Menurut Watson, aljabar merupakan cara individu untukmenyatakan generalisasi mengenai bilangan, kuantitas, relasi danfungsi16. Rodiyah menerangkan bahwa aljabar merupakan kajianmatematika untuk menyelesaikan masalah secara matematisdengan menggunakan huruf dan simbol17. Pada level sekolah,aljabar dapat dideskripsikan sebagai:1. Manipulasi dan transformasi pernyataan dalam bentuk simbol2. Generalisasi aturan mengenai bilangan dan pola3. Kajian mengenai struktur dan sistem abstraksi dari komputasi

dan relasi4. Aturan dalam transformasi dan penyelesaian persamaan5. Pembelajaran mengenai variabel, fungsi dan mengekspresikan

perubahan dan hubungannya6. Pemodelan struktur matematika dari situasi di dalam atau di

luar konteks matematika.Pemahaman yang baik mengenai hubungan antar bilangan,

kuantitas, dan relasi menjadi kunci sukses untuk dapat menguasaialjabar. Yachel menjelaskan bahwa penekanan dalam pembelajaranaljabar adalah pada proses berpikir dan penalaran pada siswa.Dalam mempelajari simbol aljabar, individu dituntut untukmemahami operasi dan terbiasa dalam menggunakan notasi.Individu dituntut untuk dapat membedakan makna dari simbolhuruf sebagai sesuatu yang belum diketahui (unknown), variabel,konstanta atau parameter serta memahami makna persamaan danekuivalen18.

16Andriani, P., “Penalaran Aljabar Dalam Pembelajaran Matematika”, Beta JurnalPendidikan Matematika, 8: 1, (Mei, 2015), 3-4.17Rodiyah, S., Matematika Untuk Kelas VII (Jakarta: PT. Setia Purna Inves, 2005), 52.18Andriani, P., Op. Cit. hal. 4.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

C. Pemecahan Masalah Dalam Matematika dan AljabarKrulik dan Rudnik mendefinisikan pemecahan masalah

sebagai suatu proses berpikir sebagai berikut ini:19

“It (problem solving) is the mean by wich an individual usespreviously acquired knowledge, skill, and understanding tosatisfy the demand of an unfamiliar situation”

Dari definisi tersebut pemecahan masalah adalah suatu usahaindividu menggunakan pengetahuan, keterampilan, danpemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. ZeniRofiqoh berpendapat bahwa pemecahan masalah dalammatematika adalah suatu aktivitas untuk mencari penyelesaian darimasalah matematika yang dihadapi dengan menggunakan semuabekal pengetahuan matematika yang dimiliki20. Ilmiyah danMasriyah menerangkan bahwa pemecahan masalah merupakanusaha untuk mencari jalan keluar atau solusi dari sebuah kesulitanuntuk mencapai tujuan yang ingin dicapai21.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkanbahwa pemecahan masalah adalah mencari penyelesaian daripermasalahan yang dihadapi dengan menggunakan pengetahuanyang telah diketahui sebelumnya.

Pada pelajaran matematika dan aljabar, profil pemecahanmasalah yang dimaksud ialah mendeskripsikan mengenai upayasiswa atau individu dalam menyelesaikan soal matematika aljabardengan mengaplikasikan pengetahuan aljabar yang dimiliki.

Tahapan dalam memecahkan masalah secara teori menurutPolya dapat dibagi menjadi empat tahapan penting, yaknimemahami masalah yang sedang dihadapi, setelah memahamimasalah yang sedang dihadapi, individu melakukan penyusunanrencana untuk penyelesaian masalah yang dihadapi, kemudianpelaksanaan rencana dan memeriksa hasil atau evaluasi daripelaksanaan rencana dapat menyelesaikan masalah yang sedang

19 Dindin Abdul Muiz L., Loc. Cit.20Zeni Rofiqoh, Skripsi: “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika SiswaKelas X Dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa”,(Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2015), 43.21Sailatul Ilmiyah, & Masriyah, “Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP PadaMateri Pecahan Ditinjau Dari Gaya Belajar”, Jurnal Ilmiah Jurusan Matematika, FakultasMIPA, Universitas Negeri Surabaya, (2013), 3.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

dihadapi atau tidak22. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagaiberikut:1. Memahami masalah

Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputiapa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2. Membuat rencanaAspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputiurutan langkah penyelesaian dan mengarahkan pada jawabanyang benar.

3. Melaksanakan rencanaAspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputipelaksanaan cara yang telah dibuat dan kebenaran langkah yangsesuai dengan cara yang dibuat.

4. Memeriksa kembaliAspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputipenyimpulan jawaban yang telah diperoleh denganbenar/memeriksa jawabannya dengan tepat.

D. Hubungan Antara Berpikir Metaforis Dengan PemecahanMasalah

Menurut Sobur berpikir berarti berjerih payah secara mentaluntuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluardari persoalan yang sedang dihadapi. Hal ini berkaitan denganpemecahan masalah. Menurut Ilmiyah dan Masriyah pemecahanmasalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar atau solusidari sebuah kesulitan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut jelas bahwa berpikir danpemecahan masalah merupakan proses untuk mencari penyelesaiandari suatu masalah.

Berpikir metaforis (Metaphorical Thinking) adalah suatuaktivitas mental yang dilakukan siswa yang didasari denganpengetahuan awal yang dimilikinya guna memahami, menjelaskandan menalar konsep-konsep (permasalahan) dalam matematika.Memahami, menjelaskan dan menalar konsep-konsep(permasalahan) dalam matematika dapat dilihat dari prosespemecahan masalah. Oleh karena itu peneliti berusaha menemukanhubungan antara berpikir metaforis dengan pemecahan masalah.

22Ibid, halaman 3.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Berpikir metaforis siswa akan tampak ketika mereka menerimamasalah dan mulai memahami masalah tersebut.

Setelah memahami masalah selanjutnya siswa diajakmelakukan penerapan dari situasi masalah yang dihadapi denganmenghubungkan konsep matematika dengan fenomena nyata yangada di sekitar siswa. Siswa diajak berpikir dengan menggunakanmetafora-metafora yang mereka buat sendiri sesuai denganpengalaman dan pengetahuan awal siswa sehingga ide-ide ataugagasan-gagasan dalam menghubungkan konsep matematika yangabstrak dengan fenomena nyata yang ada disekitar dapatdirangsang dengan baik.

Selanjutnya dari proses berpikir melalui metafora, siswabelajar mengidentifikasi konsep-konsep utama yang sedangdipelajari, belajar mengilustrasikan konsep dan memahami ide-idematematik yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari.Kegiatan seperti ini akan mengarahkan siswa pada suatu konseppemahaman yang diberikan secara mendalam dan komprehensif.Selanjutnya menurut Ferrara “konsep-konsep matematika yangabstrak tidak dapat dirancang secara langsung oleh otak ataupunsifat tubuh secara alami, akan tetapi diorganisasikan melaluiberpikir secara metaforis”23.

Dengan metafora, konsep-konsep matematika yang abstrakdapat dinyatakan dalam hal-hal yang konkret berdasarkan strukturdan cara-cara bernalar yang didasarkan pada sistem sensori-motori.Ferrara juga mengungkapkan melalui linking metaphor, siswadapat membangun keterkaitan antara dua hal yang memilih,menegaskan memberi kebebasan dan mengorganisasikankarakteristik dari konsep (masalah) yang didukung denganpengetahuan awal siswa dalam bentuk pernyataan-pernyataanmetafora. Dengan situasi seperti itu siswa akan belajar bernalaruntuk membuat kesimpulan/analogi dalam memilih danmemperkirakan metafora yang tepat dalam mengilustrasikankonsep yang dipelajari sebagai solusi.

Sebuah konsep berpikir metaforis didefinisikan sebagaikorespondensi antara dua konseptual domain. Ini terdiri darisebuah mekanisme yang memungkinkan siswa untuk memahamisatu domain dalam konsep lain, biasanya lebih akrab atau dekat

23Francesca Ferrara, Op. Cit., hal 2.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dengan pengalaman sehari-hari. Dalam kata-kata Lakoff,korespondensi ini adalah pemetaan nyata atau proyeksi daridomain asal ke sebuah target domain24.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dengan adanyaberpikir metaforis, maka konsep (permasalahan) matematika akandipecahkan dengan membuat metafora-metafora, baik itu darikonsep yang telah dipelajari atau dari bidang-bidang lainnyabahkan dari kehidupan sehari-hari, inilah yang disebut dengandomain asal (anak topik). Dan permasalahan (konsep) yang ditujumerupakan target domain, yang akan diselesaikan denganmenggunakan konsep berpikir metaforis. Hal ini jelas bahwa padaakhirnya permasalahan dalam matematika dengan berpikirmetaforis akan dibawa ke dalam bentuk pemodelan matematika.Hubungan interaktif antara dua domain hanya dapat diproduksi dibawah keberadaan metafora. Tertanam dalam metafora adalah carayang dibutuhkan untuk memproyeksikan kesimpulan dari satudomain ke yang lainnya. Oleh karena itu, metafora bertindaksebagai elemen utama dalam pembangunan model, dan dalamtindakan menyediakan struktur mediasi antara dua domain.

E. Gaya BelajarGaya belajar merupakan modalitas belajar yang dimiliki oleh

tiap individu yang mem”built up” sejak manusia lahir25. Gayabelajar juga merupakan metode atau cara terbaik seseorang atauindividu untuk dapat mencerna sebuah informasi26. Rianimenjelaskan bahwa gaya belajar merupakan pola perilaku spesifikdalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilanbaru serta proses menyimpan informasi baru tersebut27. Gayabelajar juga dapat dijelaskan sebagai cara yang konsisten yangdilakukan oleh pelajar atau seseorang dalam menangkap informasi

24Susana Carreira, Op. Cit., hal 264-265.25Hasrul, “Pemahaman Tentang Gaya Belajar”, Jurnal Medtek, 1: 2, (Oktober, 2009), 8.26Poedjiadi, A., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan DisiplinIlmu (Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), 212.27Erna Riani, “Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada MataPelajaran Matematika Kelas VII SMP”, EKUIVALEN-Pendidikan Matematika, 11: 1,(2014), 1.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

atau stimulus, yang meliputi cara mengingat, cara berpikir danmemecahkan soal28.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan makadapat dijelaskan bahwa gaya belajar merupakan salah satu aspekyang perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan gaya belajarmerupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang atau seorangsiswa dalam belajar. Ketika individu mengetahui cara mengolahinformasi yang sesuai dengan karakter individu, maka individuakan merasa lebih mudah dalam belajar29. Oleh karena itu, gayabelajar tiap individu atau tiap siswa berbeda-beda sesuai dengancara pandang dan karakteristik siswa dalam menerima sebuahinformasi.

Septiana menjelaskan bahwa secara umum gaya belajar dapatdibagi menjadi tiga jenis, yang biasa dikenal dengan istilah VAK,yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik(gerakan)30.1. Gaya Belajar Visual

Individu yang memiliki gaya belajar visual memiliki dayamelihat atau ketajaman indera penglihatan yang lebih, sehinggamemudahkan dalam proses belajar31. Individu dengan gayabelajar visual lebih nyaman belajar dengan variasi warna, garisdan bentuk. Di dalam kelas, individu atau siswa dengan gayabelajar visual cenderung lebih suka mencatat hingga detail,seperti memperhatikan kerapian catatan, membutuhkan bantuangambar untuk dapat menerima sebuah informasi. Selain ituindividu atau siswa dengan gaya belajar visual lebih mudahmenangkap informasi yang disampaikan oleh guru denganmenatap ekspresi wajah dan mengamati bahasa tubuh yangdigunakan oleh guru32.

28N. P. Sari, Op. Cit. hal. 7.29A. Septiana, “Hubungan Gaya Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Metode MengajarGuru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa-Siswi Kelas XI SMA NEGERI 1Sangatta Utara Kutai Timur”, Ejournal Psikologi, 4: 2, (2016), 166.30Ibid, halaman 169.31Astuti, E. S., Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan PendidikanMenengah Jilid I (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 5.32Handoyo H. B., Membuat Anak Gemar & Pintar Matematika (Jakarta: TransmediaPustaka, 2011), 44.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Sari menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristikyang khas bagi individu atau siswa dengan gaya belajar visual,yakni: (a) kebutuhan melihat sesuatu secara visual untukmengetahui dan memahaminya, (b) memiliki kepekaan yangkuat terhadap warna, (c) memiliki pemahaman yang cukupterhadap masalah artistik33. Selain itu, juga terdapat ciri-cirilain dari individu atau siswa dengan gaya belajar siswa,diantaranya34:a. Berbicara dengan cepatb. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengarc. Tidak mudah terganggu oleh keributand. Lebih suka membaca daripada dibacakan

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual,yaitu: (a) gunakan materi visual seperti, gambar-gambar,diagram, dan peta; (b) gunakan warna untuk melihat hal-halpenting; (c) ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi;(d) gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video); (e)ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalamgambar35.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkanbahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai ciriperilaku tertentu dalam menerima dan mengolah informasi.Demikian halnya dalam pemecahan masalah. Siswa dengangaya belajar visual juga mempunyai ciri tertentu dalammenyelesaikan masalah. Hal ini disajikan dalam penelitian SriDewi yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajarvisual dalam menyelesaikan masalah adalah memahamimasalah dengan baik dan cepat, menetukan konsep danmejelaskan hubungan konsep dengan masalah dengan baik,menyusun rencana penyelesaian dengan baik dan

33N. P. Sari, Op. Cit., hal. 7.34Hasrul, Op. Cit., hal. 4.35Tia Christina Sari, Skripsi: “Profil Inkuiri Siswa Dalam Pembelajaran MatematikaBerbasis Proyek Dibedakan Berdasarkan Gaya Belajar”, (Surabaya: UIN Sunan AmpelSurabaya, 2016), 28.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

menyelesaikan masalah sesuai rencana dengan tepat dan baikserta cepat36.

2. Gaya Belajar AuditoriKemudian gaya belajar auditori, yakni gaya belajar yang

lebih mengandalkan indera pendengar. Anak yang memilikigaya belajar auditori cenderung lebih bisa memahami informasidengan menyimak perkataan dan penjelasan dari guru ataupihak lain yang memberikan informasi37. Individu atau siswadengan gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat bilainformasi disajikan dengan diskusi verbal dan mendengarkanapa yang disampaikan oleh guru. Individu atau siswa dengangaya belajar auditori dapat lebih cepat untuk menghafal denganmembaca teks dengan keras dan mendengarkan teks dalambentuk audio, serta kurang suka membuat catatan, cenderunglebih suka mendengarkan temannya belajar38.

Karakter dari individu atau siswa dengan gaya belajarauditori ialah sulit untuk menerima atau menyerap informasiberupa bacaan dan tulisan. Hasrul menjelaskan bahwa terdapatbeberapa ciri yang dimiliki oleh individu dengan gaya belajarauditori, yakni39:a. Berbicara kepada diri sendiri ketika sedang belajar atau

menyerap informasib. Mudah terganggu oleh keributanc. Senang membaca dengan keras dan mendengarkannyad. Merasa kesulitan untuk menulis, namun memiliki kelebihan

dalam berceritae. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu

dengan panjang lebarf. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada

menuliskannyaStrategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori,

yaitu: (a) ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baikdi dalam kelas maupun di dalam keluarga; (b) dorong anak

36Sri Dewi, dkk., “Analisis Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Tipe VisualBerbasis Realistic Mathematics Education (RME) Di Kelas VIII SMP N 2 Kota Jambi”,Tekno-Pedagogi, 3 : 2, (September, 2013), 50.37Handoyo H. B., Op. Cit., hal 43.38Astuti, E. S., Op. Cit., hal 5-6.39Hasrul, Op. Cit., hal 4.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

untuk membaca materi pelajaran dengan keras; (c) gunakanmusik untuk mengajarkan anak; (d) diskusikan ide dengan anaksecara verbal; (e) biarkan anak merekam materi pelajarannya kedalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelumtidur40.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkanbahwa siswa dengan gaya belajar auditori mempunyai ciriperilaku tertentu dalam menerima dan mengolah informasi.Demikian halnya dalam pemecahan masalah. Siswa dengangaya belajar auditori juga mempunyai ciri tertentu dalammenyelesaikan masalah. Hal ini disajikan dalam penelitianMubarik yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajarauditori dalam menyelesaikan masalah adalah sedikitmengalami kesulitan untuk memahami masalah, dapatmenyusun rencana penyelesaian dengan baik, dapatmenjelaskan rencana penyelesaian yang disusun dengan baik,menghubungkan pengalaman, pengetahuan yang dimilikidengan masalah serta rencana untuk menyelesaikan masalahdan menyelesaikan masalah sesuai rencana dengan baik41.

3. Gaya Belajar KinestetikYang terakhir ialah gaya belajar kinestetik, yakni cara

belajar yang lebih didominasi dengan bergerak, menyentuh,dan melakukan sesuatu. Individu dengan gaya belajar kinestetikini cenderung sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yanglama. Hal ini dikarenakan keinginan individu tersebut untukmelakukan aktivitas dan bereksplorasi cukup kuat42. Dalamberkomunikasi, individu dengan gaya belajar kinestetik, lebihsuka menggunakan kata yang berhubungan dengan perasaan.

Sari menjelaskan bahwa individu dengan gaya belajarkinestetik memiliki karakteristik yakni selalu menggunakantangan sebagai alat penerima informasi utama agar dapatmengingat dan menyerap informasi yang diberikan. Selain itu,

40Tia Christina Sari, Op. Cit., hal 29.41 Mubarik, “Profil Pemecahan Masalah Siswa Auditorial Kelas X SLTA Pada MateriSistem Persamaan Linear Dua Variabel”, Jurnal Elektronik Pendidikan MatematikaTadulako, 1: 1, (September, 2013), 12.42Astuti, E. S., Op. Cit., hal 6.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

terdapat ciri-ciri yang dimiliki oleh individu dengan gayabelajar kinestetik, yakni43:a. Berbicara dengan perlahanb. Belajar melalui manipulasi dan praktikc. Menghafal dengan cara berjalan dan melihatd. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika sedang

membacae. Tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu lamaf. Menyukai permainan yang menyibukkan

Strategi untuk mempermudah proses belajar anakkinestetik, yaitu: (a) jangan paksakan anak untuk belajarberjam-jam; (b) ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasilingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda,gunakan objek sesungguhnya untuk belajar konsep baru); (c)izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar;(d) gunakan warna terang untuk melihat hal-hal penting dalambacaan; (e) izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkanmusik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkanbahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai ciriperilaku tertentu dalam menerima dan mengolah informasi.Demikian halnya dalam pemecahan masalah. Siswa dengangaya belajar kinestetik juga mempunyai ciri tertentu dalammenyelesaikan masalah. Hal ini disajikan dalam penelitianJumadi yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajarkinestetik dalam menyelesaikan masalah adalah menyebutkandengan jelas apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,merencanakan penyelesaian namun tidak mengarah kepadapenyelesaian masalah, konsep yang dipilih tidak sesuai denganmasalah, menyelesaikan masalah dengan tidak tepat44.

F. Hubungan Antara Berpikir Metaforis Dengan Gaya BelajarMenurut Astuti seorang dengan gaya belajar visual memiliki

daya melihat atau ketajaman indera penglihatan yang lebih,

43Hasrul,Op. Cit., hal 4.44 Jumadi, “Profil Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Tingkat KecerdasanKinestetik Di Kelas X-Tari 3 SMK Negeri 12 Surabaya”, Jurnal Ilmiah PendidikanMatematika, 3 : 2, (2014), 126.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

sehingga memudahkan dalam proses belajar45. Menurut Handoyosiswa dengan gaya belajar visual lebih mudah menangkapinformasi yang disampaikan oleh guru dengan menatap ekspresiwajah dan mengamati bahasa tubuh yang digunakan oleh guru46.Dengan kata lain siswa yang mempunyai gaya belajar visualmempunyai kecenderungan dalam penglihatan, dengan kelebihanpada penglihatannya siswa visual lebih mudah dalam menganalisissuatu permasalahan. Hal ini sesuai dengan indikator dari berpikirmetaforis yaitu analyze, dimana pada tahap ini siswa diharuskanuntuk teliti dan cermat dalam memperhatikan setiap kata ataupunangka yang tertulis, dengan begitu siswa dapat memastikanjawaban yang ia buat benar dan sesuai dengan permasalahan yangdiberikan. Menurut Hasrul seseorang dengan gaya belajar visualadalah seorang perencana dan pengatur jangka panjang yang baik,juga teliti terhadap detail47. Hal ini sesuai dengan indikator berpikirmetaforis yaitu connect dan explore, dimana pada tahap ini siswadiharuskan untuk memikirkan perumpamaan yang sesuai denganpermasalahan juga rencana penyelesaian yang akan digunakanuntuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil penelitian SriDewi siswa dengan gaya belajar visual dapat menetukan konsepdan mejelaskan hubungan konsep dengan masalah dengan baik48.Hal ini sesuai dengan indikator berpikir metaforis yaitu relate,dimana pada tahap ini siswa menentukan konsep yang sesuaidengan permasalahan serta menentukan hubungan antara konsepdengan permasalahan.

Menurut Handoyo, anak yang memiliki gaya belajar auditoricenderung lebih bisa memahami informasi dengan menyimakperkataan dan penjelasan dari guru atau pihak lain yangmemberikan informasi49. Menurut Astuti, individu atau siswadengan gaya belajar auditori dapat lebih cepat untuk menghafaldengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan teks dalambentuk audio, serta kurang suka membuat catatan, cenderung lebih

45Astuti, E. S., Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan PendidikanMenengah Jilid I (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 5.46Handoyo H. B., Op. Cit.,, hal 44.47 Hasrul, Op. Cit., hal 4.48Sri Dewi, dkk., Op. Cit., hal 50.49Handoyo H. B., Op. Cit., hal 43.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

suka mendengarkan temannya belajar50. Dengan kata lain siswayang mempunyai gaya belajar auditori cenderung lebih sukamerekam pada kaset daripada mencatat, karena mereka sukamendengarkan informasi berulang-ulang. Hal ini sesuai denganindikator dari berpikir metaforis yaitu transform, dimana padaproses ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakansoal, hal ini tidak lepas dari kelebihan yang dimiliki siswa yangbergaya belajar auditori yang mudah menyerap informasi pada saatguru menjelaskan soal yang diberikan, meskipun keterangantersebut singkat. Menurut Hasrul seseorang dengan gaya belajarauditori suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatupanjang lebar51. Hal ini sesuai dengan indikator berpikir metaforisyaitu relate dan analyze, dimana pada tahap ini siswa denganmudah menyatakan hubungan antara konsep yang berkaitandengan permasalahan dan perumpamaan, siswa juga dengan mudahmendeskripsikan kesesuaian antara perumpaman denganpermasalahan. Berdasarkan hasil penelitian Mubarik siswa dengangaya belajar auditori dapat menghubungkan antara pengalaman,pengetahuan dan masalah serta rencana yang disusun untukmenyelesaikan masalah, selain itu dapat menyusun danmenjelaskan rencana penyelesaian dengan baik52.

Menurut Hasrul, individu dengan gaya belajar kinestetik inicenderung sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yang lama.Hal ini dikarenakan keinginan individu tersebut untuk melakukanaktivitas dan bereksplorasi cukup kuat53. Menurut Hartati, gayabelajar ini mengandalkan aktivitas belajarnya kepada gerakan danmereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan disekeliling mereka54. Dengan kata lain siswa dengan gaya belajarkinestetik memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitasbelajarnya dengan gerakan. Dalam metaforis, lebih tepatnya padatahap explore siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih mudahmelalui tahap ini, ini disebabkan karena pada tahap ini siswadiharuskan menyusun serta menentukan apa saja yang diketahui

50Astuti, E. S., Op. Cit., hal 5-6.51 Hasrul, Op. Cit., hal 4.52 Mubarik., Op. Cit., hal 12.53Astuti, E. S., Op. Cit., hal 6.54Leny Hartati, “Pengaruh Gaya Belajar Dan Sikap Siswa Pada Pelajaran MatematikaTerhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal Formatif, 3: 3, (2015) 228.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

dan apa yang ditanyakan dalam soal, dan dengan tanpamembayangkan soal. Selain itu Hasrul juga berpendapat bahwasiswa dengan gaya belajar kinestetik belajar melalui manipulasidan praktek55. Hal ini sesuai dengan indikator berpikir metaforisyaitu explore, dimana pada tahap ini siswa membuat modelmatematika dari permasalahan yang disajikan untuk memudahkanmereka menyelesaikan masalah.

55 Hasrul, Op. Cit., hal 4.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/16145/5/Bab 2.pdfdisimpulkan bahwa berpikir dalam penelitian ini adalah aktivitas mental siswa dalam mengolah informasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Halaman ini sengaja dikosongkan