Upload
truongcong
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Model Kontekstual
a. Hakikat Model Kontekstual
Pembelajaran model kontekstual sebagai konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Menurut Nurhadi dalam Rahmat (2013:68) Pendekatan kontekstual
merupakan konsep pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Glasersfeld (Komalasari 2010:15) Pembelajaran kontekstual
mendasarkan pada filosofi konstuktivisme. Konstriktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
Depdiknas (La Iru 2012:74) Pembelajaran kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (
inquiri), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).
Jadi pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan
melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (
inquiri), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program ini, tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
tersebut, materi pembelajaran,langkah-langkah pembelajaran dan authentic
assessment-nya.
2. Pendekatan Inkuiri
a. Pengertian Pendekatan
Menurut Rahmat, dkk (2013:55) Pendekatan (approach) dapat
di pandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau
terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar
filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis),
yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun diatas prinsip-prinsip
yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang
diorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan
atau teratasinya suatu masalah.
( La Iru dan La Ode 2012:3) Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Pendekatan adalah cara umum dalam
memandang permasalahan atau objek kajian. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,
“sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan mengandung
sejumlah komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode
atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip. Jadi
pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau
terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasarr
filosofis, prinsip psikologis, prinsip dikdaktis, atau prinsip ekologis)
yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
b. Pengertian Inkuiri
Kegiatan inkuiri dapat dilakukan secara perorangan, kelompok
ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan di dalam kelas ataupun
di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid, dan
sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk
mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan
pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu.
Inkuiri adalah suatu proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses-proses inkuiri mengandung proses-proses
mental yang lebih tingkatanya dan bersifat student centered.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
Menurut Sumantri M. dan Johar Permana (2000:142) adalah
cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri
informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya,
karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses
mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi-informasi
yang diberikan guru.
Inkuiri menurut Wina Sanjaya (2009:196) merupakan kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan masalah
yang dipertanyakan.
La iru & La Ode (2012:14) inkuiri adalah suatu proses discovery
yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses-proses inkuiri
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya dan
bersifat student centered. Misalnya merumuskan masalah, merancang
eksperiman, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis
data, dan menarik kesimpulan.
Jadi inkuiri adalah merupakan kegiatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan
masalah yang dipertanyakan.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
Menurut Nana Sudjana (1996:74) ada lima tahapan dalam
melaksanakan pendekatan inquiry atau discovery , yakni (a) merumuska
masalah untuk dipecahkan oleh siswa, (b) menetapkan jawaban
sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, (c) siswa mencari
informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
atau hipotesis, (d) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan
(e) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisai dalam situasi baru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan inkuiri adalah sebagai pendidikan yang mempersiapkan
situasi bagi peserta didik untuk berpikir secara kritis, analitis serta
melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka buat.
c. Langkah-langkah Inkuiri
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan inkuiri
menurut Ibrahim dan Nur, (2000: 13), antara lain sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yangdibutuhkan dan memotivasi siswa terliibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar
Guru membantu siswa adalam mengidentifikasi dan
mengorganisasikan tugas tugas yang berkaitan dengan masaklah
serta menyediakan alat.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan
masalah
4) Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan model yang membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
5) Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu sisa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses
penemuan yang digunakan.
Menurut Rahmat (2013:73) Langkah-langkah yang perlu
ditempuh guru dalam menggunakan Inkuiri ini sebagai berikut:
1) Menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri
2) Merencanakan investigasi (penelitian)
3) Melaksanakan investigasi
4) Menyajikan temuan-temuan
5) Mengevaluasi investigasi
Langkah yang digunakan dalam inkuiri dimulai dengan
mengajarkan beberapa pertanyaan dengan memberikan beberapa
informasi secara singkat, diluruskan agar tidak tersesat. Berdasarkan
bahan yang ada siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat
menemukan prinsip umum. Seberapa jauh guru dalam membimbing
siswa tergantung pada kemampuan siswa dan materi yang dipelajari.
Metode inkuiri memberi kesempatan siswa menyelidiki dan menarik
kesimpulan.
d. Tujuan Inkuiri
Adapun tujuan dari inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya.
2) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan
pelajarannya. Melatih peserta didik dalam menggali dan
memanfaatkan lingkungan asebagai sumber belajar yang tidakada
habisnya
3) Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
4) Meningkatkan ketrlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya.
5) Mengurangi ketergantungn peserta didik pada guru untuk menda
patkan pengalaman belajarnya.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
6) Melatih peserta didik menggali dan memanfatkan lingkungan
sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
7) Memberi pengalaman belajar seumur hidup
e. Kebaikan Inkuiri
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000:143)
kebaikan inkuiri adalah:
1) Siswa ikut berpartisipasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya,
sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan
infpormasi pada peserta didik Siswa benar-benar dapat memahami
suatu konsep dan rumus, sebab siswa mengalami sendiri proses
untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.
2) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulakan
semangat ingin tahu para siswa.
3) Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan
demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi.
4) Guru tetap memiliki kontak pribadi.
5) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan
yang sangat sulit dilupakan.
6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan
sesuai dengan kemampuan sendiri.
7) Memungkinkan bagi siswa untuk memperbaiki dan memperluas
kemampuan intelektual secara mandiri.
f. Kelemahan Inkuiri
Kelemahan inkuiri adalah :
1) Kurang berhasil bila jumlah siswa dalam jumlah yang banyak dalam
satu kelas.
2) Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa
dengan metode ceramah dan tanya jawab
3) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih
menekankan pada penguasaan kognitif dan mengabaikan aspek
keterampilan, nilai dan sikap.
4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
g. Manfaat inkuiri bagi peserta didik
Menurut Mukminan dalam La Iru (2012:17) Menyebutkan
manfaat inkuiri bagi peserta didik sebagai berikut :
1) Mengembangkan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan
permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan
mandiri.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa atau meningkatkan
potensi intelektualnya.
3) Membina sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir
obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individual
maupun kelompok.
4) Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari
discovery, di mana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara
hidup dalam menghadapi segala permasalan kehidupan sehari-hari.
h. Peran guru dalam inkuiri
Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai
fasilitator. Menurut La Iru (2012:16) Peran-peran tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1) Menyiapkan sekenario pembelajaran.
2) Menyiapkan tugas/masalah yang akan dipecahkan oleh siswa.
3) Memberikan klarifikasi terhadap maslah-masalah.
4) Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan.
5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan melakukan
penyelidikan.
6) Sebagai sumber informan, jika diperlukan oleh siswa.
7) Membantu siswa untuk merumuskan kesimpulan scara mandiri.
i. Peran peserta didik dalam inkuiri
Dalam inkuiri peserta didik sebagai pengambil inisiatif atau
prakarsa dalam menentukan sesuatu. Peserta didik aktif menggunakan
cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan
mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon
masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
jawabannya melalui penyelidikan. Peserta didik bebas melakukan
eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif
pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh peserta
didik sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
yang sangat cepat dewasa ini, peserta didik dalam mendekati masalah
atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula.
Dengan melalui inkuiri, peserta didik akan belajar bagaimana
belajar. Melalui pembelajaran inkuiri, peserta didik dapat dikondisikan
aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar, misalnya
peserta didik aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan
memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran
dan penerapan prinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan
dinamika dan kreativitas peserta didik. Dalam hal ini guru hanya
sebagai fasilitator dan motivator. Ditinjau dari segi peserta didik,
dengan inkuiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas
ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning
activities, dan melatih tanggung jawab sendiri(B. Suryobroto.1986 :44)
3. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di
kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah apa yang
diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Ahmadi (1997:103) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah sebagai berikut :
1) Faktor raw input (yakni faktor murid/anak itu sendiri) di mana
tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologis.
b) Kondisi psikologis.
2) Faktor envoronmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu
lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.
3) Faktor instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri
dari:
a) Kurikulum
b) Program/bahan pengajaran
c) Sarana dan Fasilitas
d) Guru (tenaga pengajar)
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
4. Pembelajaran PPKn
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran,
meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks pendidikan,
seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran
sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek
kognitif, serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan
keterampilan atau aspek psikomotor seseorang murid.
Halminto & Elizabeth (dalam La Iru dan La Ode 2012:3)
mendefinisikan pembelajaran sebagai “ Learning is relatively permanent
change in an individuals knowledge or behavior that results from
previouns exprience”. Definisi ini ini mengandung pengertian bahwa
pembelajaran merupakan perubahan dalam pengetahuan atau perilaku,
perubahan yang ditimbulkan oleh pembelajaran relatif permanen, dan
pembelajaran timbul dari pengalaman sebelumnya.
Menurut undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada satu
lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi belajar
mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur,
baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri peserta
didik dan guru termasuk lingkungan.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
b. Komponen Pembelajaran
Berbagai usaha dilakukan untuk menganalisis proses pengolahan
belajar mengajar ke dalam unsur-unsur komponennya. Menurut Ahmadi
(1997:34) komponen-komponen tersebut meliputi :
1) Merencanakan yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun
rencana kerja.
2) Mengorganisasikan yakni membuat organisai usaha, manager, tenaga
kerja, dan bahan.
3) Mengkoordinasikan yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua
kegiatan.
4) Mengawasi dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai
dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang
diberikan.
c. Proses Pembelajaran yang Baik
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa:
1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dipertegas
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas
”mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes, (Budianingsih 2005:28).
e. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Secara bahasa Civic Education oleh sebagaian pakar diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.
(Zamroni, Soemantri dan Winataputra). Istilah Pendidikan Kewargaan
pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun di sisi
lain, istilah Pendidikan Kewarargaan, menurut Rosyada (2003:6) secara
subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah
Pendidikan Kewarganegaraan, melainkanjuga membangun kesiapan warga
negara menjadi warga dunia ( global society). Dengan demikian, orientasi
Pendidikan Kewargaan secara subtantif lebih luas cakupannya dari istilah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Winataputra (Taniredja 2012) Pendidikan Kewarganegaraan atau
disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset yang
bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan
multidimensional. Namun, menurut seorang ahli ilmu politik yang
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu
politik khususnya dari konsep “political democracy” untuk aspek “duties
and rights of citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep
“Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang
artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui
secara akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di
Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari
sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978),
PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah
satu dari lima tradisi “social studies” yakni “citizenship transmission”.
Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of
knowledge” yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang
didalamnya terdapat tiga domain “citizenship education” yakni: domain
akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”
Menurut Soedijarto (Taniredja 2009) Pendidikan kewarganegaraan
sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik
untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis. Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Tim ICCE UIN Jakarta: Pendidikan kewarganegaraan adalah
suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang
mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang
bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil
keputusan politik secara rasional.
Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda
menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu
pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto mengartikan Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk
membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik
dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran PPKn adalah proses terjadinya interaksi belajar mengajar
dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur
ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada peserta didik yang secara
subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah
Pendidikan Kewarganegaraan, melaikan juga membangun kesiapan warga
negara menjadi warga dunia.
5. Hakikat Demokrasi
Prayitno (Taniredja 2009:58) Demokrasi berasal dari bahasa yunani
“demos” yang berarti rakyat, dan “kratos/kratien” yang berarti kekuasaan.
Sehingga konsep dasar demokrasi adalah “rakyat berkuasa” (governmment
of rule by the people). Demokrasi adalah “pemerintahan oleh rakyat,
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh
mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem
pemerintahan bebas”. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah
governmment of the people, by the pleople, for the people, yakni suatu
pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.
Ubaedillah dkk, (2006: 131-132). Sedangkan pengertian demokrasi
secara istilah atau terminology adalah seperti yang dinyatakan para ahli
sebagai berikut: (a). Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan
suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat, (b). Sidney Hook berpendapat
demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
Dari pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat
demokrasi adalah sebagai suatu sistem bermayarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan
ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat dan
mengandung pengertian tiga hal yaitu pemerintah dari rakyat,
pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
B. Penelitian Yang Relevan
1. Agustanti, (2010) yang berjudul Implementasi Metode Inquiry Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada siswa kelas VIIE SMP N 2
Wonosobo semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Metode Inquiry dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Dari hasil
ulangan harian pada siklus 1 terdapat perubahan perolehan nilai pada tiap-
tiap siswa. Dari 34 siswa, yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 28
siswa (82,35%), Pada siklus 2, setelah dilakukan ulangan harian ternyata
terdapat kenaikan untuk jumlah siswa yang tuntas. Dari 34 siswa yang
tuntas ada 31 siswa (91,12%).
2. Handayani, (2013) yang berjudul Penerapan Metode Inkuiri Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bentuk Aljabar di Kelas
VII SMP Swasta Nur Adia Tanjung Selamat Tahun Ajaran 2012/2013
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis tes
awal yang diperoleh sebelum pelaksanaan tindakan I dengan menggunakan
metode inkuiri yaitu terdapat 3 orang (8,57%) yang telah tuntas secara
klasikal namun masih terdapat 32 orang (91,42%) yang belum tuntas
secara klasikal dengan nilai rata-rata 39,68. Berdasarkan hasil tes awal
maka diberikan tindakan pada siklus I dengan tes hasil belajar I terdapat 15
orang (42,85 %) telah mencapai ketuntasan belajar dengan skor rata-rata
67,08 tetapi belum mencukupi syarat ketuntasan klasikal.(85%), maka
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
dilanjutkan pada siklus II dan hasil analisis tes hasil belajar setelah
diberikan tindakan pada siklus II yaitu terdapat 31 orang (88,57 %) telah
mencapai ketuntasan belajar dengan skor rata-rata 78,37 dan telah tuntas
secara klasikal.(85%) maka pembelajaran telah tuntas dan penelitian di
berhentikan. Dari tindakan yang diberikan diperoleh peningkatan nilai
rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II sebesar 45,72%.
3. Dalimunthe (2014) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung Di Kelas Ix Smp Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasrkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : penerapan model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Hasil analisis data pada siklus I banyaknya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 16 dari 30 orang (53,33 %) dengan rata-rata
kelas 68,00. Karena belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan
yaitu 85% maka dilaksanakanlah siklus II. Pada siklus II ini model
pembelajaran yang dilaksanakan masih sama yaitu model pembelajaran
inkuiri tetapi di siklus II ini kelompok yang dibentuk lebih diperkecil dan
alat bantu LAS nya dibagi 3 untuk setiap kelompok. Sedangkan untuk guru
perlu memperhatikan waktu, pemberian motivasi dan penguatan bagi
siswa. Hasil analisis data pada akhir siklus II dengan strategi pembelajaran
yang sama, banyak siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari
30 orang (86,67%) dan rata-rata kelas 80,13. Berdasarkan kriteria
ketuntasan belajar klasikal yaitu minimal 85% dari jumlah siswa
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
mempunyai daya serap ≥ 65% maka pembelajaran ini telah mencapai
target ketuntasan belajarklasikal.
C. Kerangka Berfikir
Yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil
belajar peserta didik yang belum maksimal dalam proses pembelajaran.
Untuk mengatasi hal ini, perlu ditambahkan sumber belajar dari lingkungan
sekitar, memberdayakan peserta didik dan penggunaan pendekatan dalam
proses pembelajaran juga akan membantu peserta didik lebih aktif. Situasi
kehidupan nyata dan lingkungan sekitar yang ada di sekitar peserta didik
merupakan sumber belajar yang sangat penting dan dapat memberi informasi
dan pengalaman belajar yang tidak terbatas bagi peserta didik. Ada banyak
informasi, fakta dan pengetahuan yang dapat digali dari situasi nyata dan
lingkungan sekitar guna memperkaya pemahaman serta pengalaman belajar
peserta didik.
Secara lebih konkret, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
berawal dari permasalahan bahwa hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran PPKn masih kurang kususnya di kelas VIII E. Pada hasil
belajar kelas VIII E masih ada yang belum tuntas sesuai KKM. Agar hasil
belajar peserta didik meningkat, perlu ditentukan alternatif pemecahannya
dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas yakni dengan menerapkan
pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran PPKn. Penelitian tindakan
kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus. Pelaksanaan setiap siklus
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
diobservasi, dianalisis, dan direfleksi untuk menentukan perencanaan tindak
lanjut pada siklus berikutnya.
Gambar Kerangka Berfikir PTK
Siklus I
Siklus II
Gambar 2.1 gambar kerangka berfikir
Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data I
Refleksi I
Permaslahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
Tindakan I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Pengamatan/
pengumpulan data II
Refleksi II
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
D. Alur Kerangka Berpikir Pembelajaran
Gambar 2.2 Gambar alur berfikir
Planning
Re- Reflecting
Re- Planning
Re- Acting Acting
Observing
Analisis
Simpulan
Re- Observing
Reflecting
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015
E. Hipotesis
Berdasarkan analisis teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut:
“Penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran PPKn KD Menjelaskan Hakikat Demokrasi peserta didik kelas
VIII E SMP N 2 Sokaraja semester genap tahun pelajaran 2014/2015”.
Implementasi Pendekatan Inkuiri..., Deni Ari Purwoko, FKIP UMP, 2015