17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Hakikat Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah lambang identitas nasional yang berperan sebagai alat pengungkapan perasaan dan nuansa perasaan yang halus. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. b. Tujuan Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia telah mencangkup seluruh aspek kebahasaan. Siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif dan selalu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal yang dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri. 7 Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Mata Pelajaran Bahasa ...repository.ump.ac.id/3878/3/BAB II.pdf · Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. ... 7.3.7 Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

a. Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah lambang identitas nasional yang

berperan sebagai alat pengungkapan perasaan dan nuansa perasaan yang

halus. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

diajarkan pada semua jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar.

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa

untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat

dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan,

pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi siswa untuk

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

b. Tujuan Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia telah mencangkup seluruh aspek

kebahasaan. Siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif

dan selalu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi

formal yang dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.

7

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

8

BSNP (2006: 10) menjabarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia

memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Siswa dapat menghargai dan bangga dalam menggunakan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Siswa dapat memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk memperluas

wawasan, mamperhalus budi pekerti, serta kemampuan

berbahasa.

5) Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

kemampuan berbahasa.

6) Siswa dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia

sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

c. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia

Materi pelajaran yaitu cerita anak. Cerita anak adalah salah satu

materi yang diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan silabus

yang sesuai dengan KTSP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD), dan Indokator materi cerita anak adalah sebagai berikut:

1) Standar Kompetensi (SK)

7. Membaca

Mengungkapkan teks dengan membaca sekilas, membaca

memindai, dan membaca cerita anak

2) Kompetensi Dasar (KD)

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

9

3) Indikator

7.3.1 Membaca cerita

7.3.2 Menjelaskan isi cerita

7.3.3 Menjawab pertanyaan

7.3.4 Mengidentifikasi isi cerita

7.3.5 Menuliskan kesimpulan isi cerita

7.3.6 Meringkas isi cerita

7.3.7 Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri

2. Karakter Siswa Di Sekolah Dasar (SD)

Karakter menurut Simon Philips dalam Mu’in, Fatchul (2011: 160)

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi

pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Siswa usia sekolah dasar

adalah siswa yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan

intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan

pertumbuhan siswa pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,

sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek

tersebut. Faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada siswa

sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.

Berdasarkan karakteristik siswa yang diuraikan di atas, guru dituntut

untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan

diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di

lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran

yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

10

3. Partisipasi Belajar

a. Pengertian Partisipasi Belajar

Belajar adalah kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan

keterampilan dengan mengolah bahan ajar, seperti yang dikemukakan

oleh Suyono dan Hariyanto (2014: 9) bahwa belajar adalah suatu

aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian. Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran patisipatif menurut Rusman (2013: 323-324) yaitu

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara

optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada

kegiatan pembelajaran (child center/student center) bukan pada dominasi

guru dalam menyampaikan materi pelajaran (teacher center).

Pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan

untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,

sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa

mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan

kemampuan di dalam dan di luar kelas.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

11

Turner dan Patrick (2004) menjelaskan tentang pengertian

partisipasi yaitu ;

“participation in learning activities is a valuable work habit for

several reasons. It provides students with opportunities to learn

and practice new knowledge and strategies, to explain their

reasoning, and to examine their thinking processes and recognize

the need to revise thinking. It also allows teachers a window into

student thinking processes and learning, allowsn them to

diagnose learning problems or evaluate student progress, and

provides teachers an opportunity to scaffold, or provide cognitive

and affective supports, for students’ understanding”.

Menurut Turner dan Patrick (2004) partisipasi dalam kegiatan

belajar adalah kebiasaan kerja yang berharga karena beberapa alasan.

Partisipasi memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan berlatih

pengetahuan dan strategi baru, untuk menjelaskan alasan siswa, dan

untuk memeriksa proses pemikiran siswa dan menyadari kebutuhan

untuk merevisi pemikiran. Hal ini juga memungkinkan guru mengetahui

ke dalam proses pemikiran siswa dalam pembelajaran, memungkinkan

siswa untuk mendiagnosa masalah untuk memberikan dukungan kognitif

dan afektif untuk pemahaman siswa.

Partisipasi belajar menurut Mulyasa (2006: 241) yaitu sebagai

berikut:

“pengikutsertaan siswa secara aktif dalam proses pembeljaran

saat diskusi kelompok yang ditujukan adanya pengerjaan tugas

yang diberikan oleh guru. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam

perencanaan, peaksanaan, dan evaluasi pebelajaran”.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

12

Pembelajaran aktif dan partisipatif menurut Daryanto dan

Rahardjo, Mulyo (2012: 250) mendorong siswa untuk belajar dengan

cara yang paling efektif melalui tindakan dan kata-kata. Fokusnya lebih

pada apa yang dilakukan para siswa dari pada yang dibuat oleh guru.

Guru berperan sebagai fasilitator, dalam arti guru membantu dan

mendampingi kegiatan belajar siswa yang berlangsung lewat

berpengalaman dan melakukan kegiatan.

Pembelajaran aktif dan partisipatif, guru mempunyai dua tugas

pokok. Pertama, merencanakan dan mengatur situasi belajar yang sesuai

sehingga anak dapat melakukan diskusi dan eksperimen. Sesudah itu,

siswa menjelaskan atau melaporkan apa yang telah siswa pelajari. Situasi

belajar ini harus berbasis pada suatu tema atau dalam suatu konteks yang

relevan dengan usia murid dan pengalamannya. Kedua, yaitu

mengarahkan kegiatan anak untuk menemukan apakah penerapan proses

pembelajaran aktif pembelajaran sudah efektif. Ini dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai atau memberikan

pekerjaan-pekerjaan yang cocok untuk diselesaikan.

Pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi

adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam

memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh

organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggungjawab

atas keterlibatannya. Partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik

pikiran maupun tenaga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

13

b. Prinsip Partisipasi

Mulyasa (2006: 242) menyebutkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran partisipasi perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai

berikut:

1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning need based)

Sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh

siswa.

2) Berorientasi kepeda tujuan kegiatan belajar (learning goals and

objectives oriented)

Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran

partisipasi berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

3) Perpusat kepada siswa (partisipan centered)

Prinsip ini sering disebut lerning centered, yang menunjukan

bahwa kegiatan belajar selalu bertolak belakang dari kondisi rill

kehidupan siswa.

4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning)

Kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman

siswa.

Indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran, menurut Sudjana

(2010: 57) aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam pedoman

observasi partisipasi siswa yaitu:

1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah

2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain

3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

4) Memotivasi dalam mengerjakan tugas

5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain

6) Mempunyai tanggungjawab sebagai anggota kelompok.

Indikator di atas maka dapat disimpulkan bahwa mengukur

partisipasi belajar siswa merupakan pengikutsertaan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran saat diskusi kelompok yang ditunjukkan

adanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, motivasi dalam

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

14

mengerjakan tugas, memberikan pendapat pemecahan masalah,

memberikan tanggapan terhadap orang lain, toleransi dan mau menerima

pendapat orang lain serta mempunyai tanggungjawab sebagai anggota

kelompok.

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2013: 46) adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelompok maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Sagala (2010:

176) merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik

dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan

belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proses

belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran marupakan suatu kerangka yang digunakan dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran

digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di

kelompok.

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay

Model pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2013: 46) adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

dikelompok maupun tutorial. Model pembelajaran Course Review Horay

adalah salah satu model pembelajaran berkelompok, seperti dijelaskan di

bawah ini:

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

15

a. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay

Kooperatif learning didefinisikan oleh Slavin, Robert E. (1980)

ialah:

“cooperative learning is an old idea in education, which has

experienced asubstantial revival in educational research and

practice in the past few years. The term refers to classroom

techniques in which students work on learning activities in small

groups and receive rewards or recognition based on their group's

performance”.

Slavin, Robert E mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah ide lama dalam pendidikan, yang telah mengalami kebangkitan

substansi dalam penelitian pendidikan dan praktek dalam beberapa tahun

terakhir. Istilah ini mengacu pada teknis kelas di mana siswa bekerja

pada kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan menerima imbalan atau

pengakuan berdasarkan kinerja kelompok mereka.

Model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono, Agus (2013:

54) yaitu sebagai berikut:

“konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan

tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan

dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik

menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas”.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Rusman

(2013: 202) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

16

kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekedar belajar dalam kelompok. Unsur dasar pembelajaran

kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kalompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem

pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru

mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses

pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat

saling membelajarkan sesama siswa lainnya.

Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013:

229-230) merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan

suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan, karena setiap siswa

yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak

“horay” atau yel-yel lainnya yang disepakati. Model pembelajaran course

review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan

pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal

dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk

siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban dari jawaban yang

benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau

menyanyikan yel-yel kelompoknya. Pembelajaran Course Review Horay,

merupakan salah satu pembelajaran koperatif yaitu kegiatan belajar

mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-

kelompok kecil.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

17

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Course Review Horay

Pembelajaran menggunakan model pembelajaraan Course Review

Horay dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan

menyenangkan karena siswa akan berteriak “horay” ketika jawaban

mereka benar. Hal tersebut sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Course Review Horay menurut

Suprijono, Agus (2013: 129) yaitu sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru mendemokrasikan/menyampaikan materi.

3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.

4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak

9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka

sesuai dengan selera masing-masing siswa.

5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di

kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung

didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi

tanda silang (x).

6) Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau horizontal,

atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya.

7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang

diperoleh.

8) Penutup.

Langkah-langkah di atas dapat menciptakan suasana pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan karena siswa akan terpacu untuk dapat

memperoleh nilai lebih tinggi dan berteriak “horay” atau menyuarakan

yel-yel kemenangan mereka sehingga siswa akan lebih aktif di dalam

pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

18

c. Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013:

231) memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

1) Struktur yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun

ke dalamnya.

2) Model yang tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga

suasana tidak menegangkan.

3) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran

berlangsung menyenangkan.

4) Skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.

Berdasarkan kelebihan yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Course Review Horay dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga meningkatkan

semangat siswa dalam pelajaran dan mengajarkan siswa bekerjasama

dengan anggota kelompok.

d. Kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran Course Review Horay memiliki kekurangan

tertentu, antara lain:

1) Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.

2) Adanya peluang untuk curang.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

19

Berdasarkan kekurangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran Course Review Horay siswa yang

biasanya aktif nilainya akan disamakan dengan siswa yang pasif dan

dapat terjadi pula peluang-peluang untuk curang di dalam pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian terkait dengan Model Course Review Horay (CRH)

yang diterapkan dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, diantaranya:

1. Rasyidin, 2016, dengan judul “Pengaruh Model Course Review Horay

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV” yang

berlokasi di SD Negeri 07 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Hasil

penelitian ini yaitu terdapat perbedaan dan peningkatan terhadap hasil

belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol

tidak menerapkan model course review horay dan pada kelas eksperimen

menerapkan model course review horay. Hasil penelitian menunjukan

bahwa rata-rata pre-test pada kelas eksperimen (61,63) lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata pre-test pada kelas kontrol (60,67) dengan

selisih sebesar 0,96. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan

rata-rata hasil belajar siswa, baik pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen setelah diberi perlakuan. Rata-rata post-test pada kelas

eksperimen (74,67) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata post-test

pada kelas kontrol (68,50) dengan selisih sebesar 6,17. Berdasarkan hasil

data yang diperoleh dari hasil tes siswa maka dapat disimpulkan bahwa

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

20

terdapat pengaruh penerapan model course review horay terhadap hasil

belajar siswa kelas IV SD Negeri 07 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

2. Dwi Payani, Pudjawan, Suarjana, 2013, dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sangsit”. Hasil penelitian ini yaitu kelompok

siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran course review

horay memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

konvensional. Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Rata-rata skor hasil

belajar matematika siswa kelompok eksperimen adalah 24,76 berada pada

kategori sangat tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar matematika

siswa kelompok kontrol adalah 19,10 berada pada kategori tinggi. Hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran course review

horay berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri 1 Sangsit.

3. Rahimah, Dewi & Syafdi Maizora, 2014, dengan judul “The Implementation

of Cooperative Learning Course Review Horay Type Aided Macromedia

Flash Media in Integral Calculus Course”. Hasil penelitian ini yaitu dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe course review horay berbantu

media macromedia flash pada siswa dalam kursus kalkulus integral terjadi

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

21

peningkatan pada keaktifan belajar siswa yaitu pada siklus 1 mendapatkan

skor 20 dengan kategori cukup aktif yaitu 63,63% siswa memiliki respon

positif dan 30,30% siswa memiliki respon yang sangat positif, siklus 2

mendapatkan skor 25 dengan kategori aktif yaitu 58,33% siswa memiliki

respon positif dan 41,67% siswa memiliki respon yang sangat positif, dan

siklus 3 mendapatkan skor 28 dengan kategori aktif yaitu 64,86% siswa

memiliki respon positif dan 35,14% siswa memiliki respon sangat positif.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe course review horay berbantu media macromedia flash pada

siswa dalam kursus kalkulus integral terjadi peningkatan.

4. Bayraktar, Gokhan, 2011, dengan judul “The Effect of Cooperative

Learning on Students Approach to General Gymnastics Course and

Academic Achievements”. Hasil penelitian ini yaitu model pembelajaran

kooperatif adalah, model yang paling tepat, karena itu membuat mengajar

olahraga lebih menyenangkan dan menarik dan ini pembelajaran

menunjukkan bahwa sangat penting untuk menerapkan model pembelajaran

kooperatif dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif

dalam kelas umum senam memiliki efek positif pada pengetahuan akademik

siswa, melakukan keterampilan dan pendekatan untuk pelajaran dan lebih

efektif dibandingkan metode tradisional dalam hal aktif kehadiran, bekerja

sama, berbagi dan kehadiran sosial, meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal, meningkatkan kinerja dan memiliki lebih sukses akademis.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

22

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penelitian ini mempunyai

persamaan dengan beberapa penelitian di atas yaitu model pembelajaran

yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe course review

horay. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu variabel,

mata pelajaran dan kelas yang di teliti. Penelitian yang akan dilakukan

variabelnya yaitu partisipasi belajar sedangkan penelitian di atas variabelnya

yaitu hasil belajar. Berdasarkan perbedaan di atas penelitian ini dilakukan

untuk meneliti apakah model pembelajaran course review horay dapat

meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan masalah dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu siswanya kurang berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran. Pembelajaran juga masih didominasi dengan penggunaan

metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Siswa kurang fokus ketika

pembelajaran sehingga ketika diberi soal oleh guru siswa lebih suka saling

mencontek dalam mengerjakannya. Melihat permasalahan tersebut, penerapan

model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat meningkatkan

partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017

23

Penelitian ini dilakukan sekurang-kurangnya 2 siklus, dan tiap siklus

terdiri dari dua kali pertemuan. Gambar 2.1 menggambarkan alur kerangka

berpikir dalam penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dari kajian teori penelitian dan kerangka pikir di atas

yaitu model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan

partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD

Negeri 1 Pasir Kulon.

Kondisi Awal : Partisipasi

belajar rendah Tindakan

Dalam pembelajaran

guru menggunakan

model pembelajaran

Course Review Horay

Siklus I

Dalam pembelajaran guru

menggunakan model

pembelajaran Course

Review Horay

Refleksi

Siklus II

Dalam pembelajaran guru

menggunakan model

pembelajaran Course

Review Horay

Refleksi

Kondisi Akhir : Siswa

berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran

Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017