Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata „didik‟ yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2015:326) berarti pelihara dan latih, sedangkan
„pendidikan‟ diterjemahkan sebagai proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang; usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, cara, perbuatan
mendidik). Menurut bahasa Arab (Salahudin & Alkrienciehie, 2013:91)
pendidikan disebut dengan “tarbiyah” yang diambil dari kata dasar
rabba-yurubbu-tarbiyah yang bermakna memelihara mengurus,
merawat, dan mendidik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UU RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1) mengartikan pendidikan sebagai
berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah
upaya atau proses mengubah sikap dan tingkah laku individu atau
kelompok agar senantiasa terpelihara dan terlatih ahlak dan kecerdasan
pikirannya, sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
13
yang dirinya agar memiliki k ekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan mempunyai makna yang luas, bukan hanya dilihat dalam
aspek kognitif saja, melainkan juga dari aspek afektif dan psikomotor.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan:
“Pendidikan n asioanl berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas sangat jelas
disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan untuk mencerdaskan dan
membentuk karakter peserta didik. Selain kecerdasan, karakter dari
peserta didik juga merupakan bagian penting yang perlu dibentuk agar
fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud.
b. Pengertian Karakter
Karakter merupakan sumber yang melatarbelakangi
seseorang/individu bertindak dan bersikap (baik maupun buruk).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:623) karater merupakan
sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
14
seseorang dari yang lain (tabiat, watak).Samani & Hariyanto (2012:41)
memaknai karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dimaknai sebagai cara
berpikir dan berperilaku individu yang membedakan seseorang dari
yang lain. Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda
atau individu (Wiyani, 2014:24). Kekhasan karakter individu satu dan
yang lainnya dikarenakan banyaknya faktor seperti hereditas,
lingkungan, dll.
c. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Samani & Hariyanto (2012:45-46)
didefinisikan sebagai sebuah proses pemberian tuntunan guru kepada
peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Samani & Hariyanto juga
menambahkan, bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan n ilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, dengan tujuan supaya kemampuan peserta didik
mengalami perkembangan dalam hal pengambilan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku siswa kearah yang lebih baik dalam dimensi hati,
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
15
pikir, raga, serta rasa dan karsa melalui upaya pengajaran dan pelatihan
oleh guru.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (2010:9-
10) saat ini tengah berupaya menanamkan karakter peserta didik
melalui pendidikan. Nilai karakter bangsa yang diharapkan oleh
pemerintah berjumlah 18 (delapan belas) antara lain, yaitu: (1) religius,
(2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kerja keras, (7)
kreatif, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,
(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14)
cintai damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli
sosial, serta (18) tanggung jawab. Melalui penanaman pendidikan
karakter di sekolah, harapannya adalah peserta didik bukan hanya
tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara akademik, namun juga
berkarakter. Karakter yang baik akan membawa pengaruh postif bagi
individu maupun orang-orang di sekelilingnya bahkan bagi seluruh
umat manusia.
d. Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter tidak lain untuk membentuk karakter
suatu bangsa. Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (2010:5) adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan dan pengembangan potensi dasar
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan
potensi warga negara, sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
16
2. Perbaikan dan penguatan
Pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiki perilaku yang
kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.
3. Penyaring
Pendidikan karakter berfungsi untuk menyaring budaya yang
kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
e. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya untuk mewujudkan
peserta didik atau manusia yang berkarakter, yaitu yang berahlak mulia.
Tujuan pendidikan karakter sebagaimana disampaikan Salahudin &
Alkrienciehie (2013:109-110) adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa.
2. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
3. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
Menurut Muslich (2011: 81) pendidikan karakter
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan ahlak mulia peserta didik secara terpadu,
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
17
utuh, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan mampu
menciptakan sekolah yang unggul baik secara mutu maupun secara
ahlak.
Pendidikan karakter mempunyai tujuan yang berbeda-beda
tergantung dari sudut pandang masing-masing individu maupun
kelompok. Menurut Wiyani (2014: 70-72), secara operasional tujuan
pendidikan karakter dalam lingkup sekolah antara lain yaitu:
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting.
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter
bersama.
2. Pendidikan Karakter Pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 telah ditetapkan dan secara serentak dan bertahap
diimplementasikan di sekolah (dari tingkat dasar sampai menengah) sejak
tahun ajaran 2013-2014. Penerapan Kurikulum 2013 didasarkan pada
analisis tentang penyempurnaan kurikulum tingkat satuan pelajaran
(KTSP) karena sudah tidak bisa mengatasi persoalan sosial yang
mengglobal dan kebutuhan saat ini sehingga adanya Kurikulum 2013
dipersepsi sebagai solusi tepat atas perubahan dinamika sosial, budaya,
ilmu pengetahuan, dan teknologi (Kurniawan, 2015:1). Pengembangan
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
18
kurikulum (Kemendikbud:2014:5) juga terjadi karena disebabkan oleh
adanya fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,
narkoba, plagiarisme, kecurangan dalan ujian, gejolak masyrakat.
Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan semakin merosotannya karakter
bangsa Indonesia.
Kurikulum 2013 telah membawa dampak perubahan mendasar
dalam dunia pendidikan, salah satunya ialah pembelajarannya. Hal ini
karena pembelajaran substansinya merupakan media yang dipergunakan
kurikulum untuk menyampaikan tujuan dan materi, serta terjalinnya
komunikasi antara guru dengan siswa melalui proses belajar. Dalam
implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan
dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam
kurikulum. Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
dikembangan dan dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang sangat besar dalam
membentuk karakter siswa. Melalui pro ses belajar maka ilmu
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa diinternalisasikan oleh
guru. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menurut Kurniawan (2015:2)
diimplementasikan untuk membentuk kompetensi siswa yang:
1) Taat dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; yang diwujudkan
dalam sikap menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agamanya masing-masing dengan baik.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
19
2) Memiliki perilaku dan sikap menghargai, menghayati, dan
mengembangkan karakter mulia.
3) Mampu memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan dan konseptual
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mampu menyajikan, mencoba, mengolah, dan mencipta ilmu
pengetahuan sesuai dengan materi pelajaran.
Berdasarkan kompetensi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
kurikulum 2013 yang menjadi fokus utamanya adalah pada pengembangan
sikap, ilmu pengetahuan, dan kreativitas peserta didik. Sikap yang
diharapkan merupakan sikap mulia yang berlandaskan pada perintah
Tuhan dan ajaran agama.
Pendidikan karakter dilakukan dalam konteks terintegrasi dalam
semua materi pembelajaran yang diajarkan di sekolah yang disesuaikan
dengan tema-tema pembelajaran yang ada. Sehubungan dengan hal
tersebut dalam rumusan organisasi materi pendidikan karakter telah
dirancang kompetensi inti yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Kompetensi Inti ditunjukan untuk mendukung ketercapaian
tujuan pendidikan karakter yaitu dengan mengupayakan peserta didik
untuk bisa memiliki nilai-nilai karakter positif. Nilai-nilai karakter yang
dikembangkan dalam kurikulum merujuk pada 18 nilai-nilai yang telah
dirancang oleh Kemendiknas (2010:9-10), yakni memiliki sikap,
pengetahuan, dan keterampilan mengenai nilai-nilai karakter yakni (1)
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif,
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
20
(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat
Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16)
Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab, serta bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
komprehensif dan juga bertahap sehingga perlu didesain aktivitas-aktivitas
pembentukan karakter bagi siswa. Hal ini karena pendidikan karakter tidak
secara langsung tertanam pada siswa, untuk itu perlu dilakukan langkah-
langkah pembentukan karakter yang tepat. Langkah-langkah pembentukan
karakter menurut Najib dalam Amri (Hidayati, 2016:98) yakni dilakukan
dengan cara:
a. Menanamkan nilai kebaikan kepada anak
b. Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan untuk berbuat
baik
c. Memberikan teladan pada anak
d. Mengembangkan sikap mencintai ahlak mulia
e. Melaksanakan perbuatan baik
3. Karakter Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan bagian dari nilai pendidikan karakter yang
dikembangkan pada peserta didik. Istilah disiplin menurut Tu‟u
(2004:30) berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk pada
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
21
kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut, di dalam MacMillan Dictionary
istilah disiplin dalam bahasa Inggris berasal dari kata ”Discipline”yang
mempunyai arti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku; latihan
membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai
kemampuan mental atau karkter moral; hukum yang diberikan untuk
melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem peraturan-
peraturanbagi tingkah laku (Tu‟u, 2004:30-31). Disiplin kaitannya
dalam proses belajar mengajar diterapkan sebagai bentuk upaya guru
untuk mengendalikan tingkah laku peserta didik selama mengikuti
pembelajaran agar senantiasa tertib dan taat pada aturan yang berlaku.
Karakter disiplin merupakan bagian dari 18 (delapan belas) nilai
pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah untuk menjadi
karakter bangsa (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:9-10).
Menurut Kemendiknas disiplin merupakan tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Peserta
didik yang mempunyai karakter disiplin akan senantiasa mematuhi
aturan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal demikian
karena adanya perasaan takut akan konsekuensi atau hukuman yang
harus diterima apabila melanggar aturan.
Perintah disiplin terdapat dalam ajaran islam, salah satunya yaitu
disiplin dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Adapun perintah untuk
disiplin tertulis dalam Q.S. An-Nisa ayat 103, yang berbunyi:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring,
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
22
kemudian apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa) sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.”
Pernyataan di atas menunjukan bahwa Islam merupakan agama
yang menjunjung tinggi kedisiplinan. Agama islam mempunyai
peraturan berupa perintah dan larangan yang harus di taati oleh
pemeluknya. Apabila seseorang melanggar aturan tersebut (tidak
disiplin), maka orang tersebut akan menerima sanksi/hukuman baik
oleh Allah maupun oleh orang lain (tergantung apa yang orang tersebut
langgar).
Disiplin merupakan sikap dan perilaku yang menunjukan
ketaatan. Disiplin oleh Rintiyastini (Ningsih dan Widiharto, 2014:139)
diartikan sebagai bentuk ketaatan atau kepatuhan peserta didik kepada
peraturan atau tata tertib yang berlaku. Kepatuhan peserta didik
ditunjukan di lingkungan sekolah, baik di dalam ataupun diluar kelas
dengan tidak membuat masalah atau terlibat konflik yang berkaitan
dengan aturan atau tata tertib sekolah. Pernyataan tersebut selaras
dengan pernyataan seorang peneliti dan profesor pemasaran di
Universitas Minnesota bernama Kathleen Vohn (Wasini dan Sugiharti,
2015: 26) yang mengemukakan bahwa orang yang disiplin/ memiliki
kontrol diri yang baik akan melakukan hal yang membawa pada
kebahagiaan, selain itu mereka juga akan jauh dari konflik. Disiplin
selain menjauhkan diri dari konflik, juga mendekatkan diri pada
kebahagiaan. Semakin disiplin seseorang, semakin dekat kebahagian
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
23
tercapai. Hal demikian dikarenakan kedisiplinan membuat hidup
seseorang menjadi lebih teratur dan terarah, sehingga suasanan hati
menjadi lebih baik. Kedisiplinan juga memberikan peluang yang lebih
besar bagi seseorang untuk mewujudkan cita-citanya, dibandingkan
dengan seseorang yang tidak disiplin.
Disiplin merupakan karakter yang harus dimiliki oleh siapapun
dan dimanapun. Menurut Cahyono (2016:169) disiplin merupakan
kesadaran diri yang muncul dari dalam batin yang berupa dorongan
untuk mematuhi peraturan-peraturan dan nilai-nilai serta hukum yang
berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. Peribahasa Indonesia
menyatakan “Dimanapun bumi dipijak, disitulah langit dijunjung” yang
artinya kebiasaan dan adat istiadat harus senantiasa dihormati dan
patuhi. Wantah (2005:139) mengungkapkan bahwa kedisiplinan
seseorang dapat dilihat dari perilakunya yang senantiasa setia dan patuh
terhadap aturan yang berlaku dalam satu instansi tertentu. Orang yang
tidak terbiasa untuk hidup disiplin, maka akan mengalami kesulitan
untuk mematuhi aturan yang berlaku. Hal tersebut akan membawanya
pada masalah dikemudian hari, sebab dimanapun berada pasti tak luput
dari aturan/ kebiasaan/adat istiadat yang diterapkan.
Disiplin apabila diterapkan dan dikembangkan dengan baik,
konsisten dan konsekuen di dalam lembaga sekolah maka akan
berdampak positif pada lingkungan sekolah, khususnya bagi perilaku
peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tu‟u (2004:62) yang
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
24
menyatakan bahwa penanggulangan disiplin memerlukan adanya tata
tertib sekolah, konsistensi dalam penerapan disiplin sekolah dan
kemitraan dengan orangtua. Melalui penananaman karakter disiplin,
peserta didik akan belajar mengendalikan diri dari perilaku egois atau
mementingkan diri sendiri. Disiplin memberikan petunjuk yang pasti
bagi anak mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan
(Wantah, 2005:144).
Perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah karakter yang dapat
terbentuk dengan sendirinya. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai
hasil dan dampak proses pembinaan yang cukup panjang (Tu‟u:
2004:31).Oleh karena itu perlu adanya pembiasaan dan pembinaan agar
karakter disiplin dapat terbentuk dengan matang.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memungkinkan
untuk menanamkan pendidikan karakter. Melalui tata tertib yang
berlaku di sekolah anak akan dilatih untuk disiplin. Peserta didik akan
belajar disiplin secara nyata melalui praktik langsung dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah. Peserta didik yang melanggar aturan/tata tertib
sekolah akan menerima konsekuensi sesuai peraturan yang sudah
ditetapkan. Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin peserta didik yang
seringkali terjadi (Tu‟u, 2004:55) diantaranya adalah bolos, tidak
mengerjakan tugas dari guru, mengganggu kelas yang sedang belajar,
menyontek, tidak memperhatikan pelajaran, yang sedang dijelaskan
oleh guru, berbicara dengan teman sebelahnya saat pelajaran
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
25
berlangsung, terlambat hadir ke sekolah, membawa rokok dan merokok
di lingkungan sekolah, terlibat dalam penggunaan obat terlarang dan
perkelahian atau tawuran.
Peserta didik dalam belajar disiplin di sekolah pada awalnya
pasti akan mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan disiplin yang
diberlakukan di sekolah sangat berbeda dengan disiplin yang ada di luar
sekolah, khususnya di rumah. Disiplin di sekolah bersifat tertulis dan
tegas, sedangkan disiplin di rumah mempunyai sifat yang berbeda-beda
tergantung karakter penghuninya. Pembiasaan merupakan kunci penting
dalam proses belajar, utamanya dalam belajar disiplin. Adanya
pemberlakuan disiplin di sekolah, mendorong peserta didik untuk
beradaptasi dan membiasakan diri dengan lingkungan sekolah. Menurut
Wantah (2005:143) secara psikososial, masing-masing anak
mempunyai kebutuhan dasar yang dapat dilayani melalui disiplin. Lebih
lanjut, Wantah menjelaskan bahwa disiplin melatih anak untuk berfikir ,
menata, dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan
tata tertib dan kaedah-kaedah tingkah laku yang berlaku di
masyarakat.Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan prestasi
belajar dan perkembangan perilaku yang positif (Tu‟u, 2004:57).
Disiplin memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap terhadap
keberhasilan atau kesuksesan seseorang dalam menggapai keinginan
dan cita-citanya di hari ini dan di masa depan.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
26
b. Indikator Disiplin
Penerapan disiplin di sekolah, guru harus memperhatikan
indikator disiplin yang akan dicapai. Adapun indikator disiplin di
sekolah dasar (Kemendiknas, 2010:26) dibagi menjadi dua, yaitu
disiplin di dalam sekolah dan disiplin di dalam kelas. Indikator disiplin
di sekolah antara lain (1) memiliki catatan kehadiran; (2) memberikan
penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin; (3) memiliki tata
tertib sekolah; (4) membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin; (5)
menegakan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi
pelanggar tata tertib sekolah. Sedangkan indikator disiplin di kelas
berupa membiasakan hadir tepat waktu, serta membiasakan mematuhi
aturan.
Indikator disiplin di sekolah dasar untuk peserta didik
berdasarkan kelasnya (Kemendiknas, 2010:33) dibagi menjadi 2
bagian. Pembagian tersebut berupa kelas rendah (kelas1-3) dan kelas
tinggi (kelas 4-6).
Tabel 2.1 Indikator Disiplin Indikator
Kelas 1-3 Kelas 4-6
Datang ke sekolah dan masuk
kelas tepat waktu
Menyelesaikan tugas tepat waktu
Melaksanakan tugas-tugas kelas
yang menjadi tanggungjawabnya
Saling menjaga dengan teman
agar tugas-tugas kelas terlaksana
dengan baik
Duduk pada tempat yang Selalu mengajak teman menjaga
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
27
ditetapkan ketertiban kelas
Menaati peraturan kelas dan
sekolah
Mengingatkan teman yang
melanggar peraturan
Berpakaian rapi Berpakaian sopan dan rapi
Mematuhi aturan permainan Mematuhi aturan sekolah
c. Tujuan Disiplin
Rusyandi (Andrian, 2017:137) mengemukakan bahwa disiplin
dalam pembelajaran mempunyai tujuan. Tujuan disiplin menurut
Rusyandi berjumlah sepuluh, antara lain yaitu:
1. Proses pembelajaran menjadi terarah, tertib, teratur.
2. Kreativitas guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya
terpusat ke satu arah (fokus).
3. Guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya dapat
bekerja secara dinamis dan inovatif.
4. Peningkatan kualitas pada proses pembelajaran.
5. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
6. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
merangsang aktivitas guru, peserta didik, dan tenaga
kependidikan lainnya.
7. Hasil belajar menjadi lebih optimal.
8. Kebersamaan disiplin yang kompak dari semua pihak tenaga
kependidikan akan menghasilkan suatu pencapaian tujuan yang
optimal dalam waktu yang singkat.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
28
9. Pelaksanaan prestasi, disiplin dan loyalitas yang positif
merupakan manifestasi disiplin nasional.
10. Suasana pembelajaran yang disiplin mengarahkan peserta didik
berorientasi pada tujuan.
Rim mempunyai pendapat lain mengenai tujuan diterapkannya
disiplin di sekolah. Tujuan disiplin menurut Rimm (Elly,
2016:48)adalah mengarahkan peserta didik agar dapat belajar mengenai
hal-hal yang baik sebagai bekal/ persiapan bagi masa dewasa, saat
mereka dapat bergantung kepada disiplin diri. Disiplin memberikan
petunjuk bagi peserta didik mengenai jalan baik yang harus ditempuh,
serta memberikan bekal untuk sampai ke jalan tersebut.
d. Pentingnya Disiplin
Disiplin perlu diterapkan di sekolah guna menciptakan
lingkungan yang kondusif, aman, dan teratur. Pentingnya disiplin bagi
peserta didik menurut Maman Rachman (Tu‟u, 2004:35-36), adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang.
2. Membantu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan.
3. Cara menyelesaikan tuntutan peserta didik terhadap
lingkungannya.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
29
4. Mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
yang lainnya.
5. Menjauhkan peserta didik dari perilaku menyimpang.
6. Mendorong peserta didik melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7. Membiasakan peserta didik untuk belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi
lingkungannya.
8. Terciptanya ketenangan jiwa dan lingkungan melalui kebiasaan
baik.
Tu‟u (2004:37) dalam hal ini juga mempunyai pendapat
tersendiri mengenai perlunya pembiasaan dan penerapan disiplin bagi
peserta didik. Adapun pentingnya disiplin, dikarenakan alasan berikut
ini:
1. Tercapainya hasil belajar yang diinginkan, melalui disiplin yang
didasari kesadaran diri.
2. Terciptanya lingkungan belajar (kelas maupun sekolah) yang
baik, yaitu lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses
pembelajaran.
3. Terwujudnya individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4. Menumbuhkan kesadaran peserta didik, bahwa menaati norma
dan aturan di sekolah merupakan salah satu jalan menuju
kesuksesan dalam belajar dan kelak ketika bekerja.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
30
e. Fungsi Disiplin
Penumbuhan kedisiplinan sebagai sesuatu yang harus segera
ditindaklanjuti bagi peserta didik. Disiplin berfungsi untuk
membimbing generasi muda untuk mengikat diri pada nilai-nilai dan
norma moral yang berkarakter secara sukarela (Marzuki, 2017:30).
Peserta didik dengan adanya kesadaran hidup disiplin dalam diri,
diharapkan memahami arti kedisiplinan moral felling. Hal tersebut
diperlukan seorang peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter,
yaitu: conscience (kesadaran), self-estem (kepercayaan diri), empaty
(merasakan penderitaan oranglain), loving the good (cinta pada
kebaikan), self control (kontrol diri), humility (kerendahan hati).
Disiplin menurut Tu‟u (2004:38-44) mempunyai beberapa
fungsi. Adapun fungsi tersebut antara lain yaitu:
1. Menata Kehidupan Bersama.
Manusia merupakan mahluk unik karena memiliki latar
belakang, ciri, sifat, kepribadian dan pola pikir yang berbeda-
beda. Selain sebagai individu, manusia juga merupakan mahluk
sosial yang selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain.
Disiplin dalam hal ini berguna untuk menyadarkan seseorang
bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati
aturan yang berlaku sehingga hubungan dengan sesama manusia
menjadi baik dan lancar.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
31
2. Membangun Kepribadian.
Kepribadian merupakan keseluruhan sifat, tingkah laku
dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan,
perkataan dan perbuatan sehari-hari. Pertumbuhan kepribadian
seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga,
lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan
tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang
baik.
3. Melatih Kepribadian.
Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat,
melainkan membutuhkan waktu yang panjang. Perlu adanya
latihan, pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih,
bahkan dengan gemblengan dan tempaan keras.
4. Pemaksaan.
Disiplin dengan kesadaran diri lebih baik dan kuat
ketimbang karena pemaksaan dari luar. Disiplin yang terpaksa
akan memberikan pengaruh yang kurang baik, misalnya anak
akan stres, terkekang, dan lain-lain. Disiplin dapat berfungsi
sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku di lingkungan itu.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
32
5. Hukuman.
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang
harus di laksanakan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau
hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Tanpa sanksi
disiplin yang konsisten dan konsekuen maka akan
membingungkan, memunculkan ketidakpuasan dan rasa
ketidakadilan bagi yang disiplin.
6. Menciptakan Lingkungan Kondusif.
Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin
terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Disiplin sekolah
berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan
pendidikan agar berjalan lancar. Dengan demikian, sekolah akan
menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram,
tertib dan teratur.
Perilaku disiplin memberikan beragam fungsi. Menurut Elly
(2016: 48), kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan
dan alat menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang
baik, sehingga nantinya d apat digunakan buk an hanya dalam
lingkungan sekolah namun juga dapat diterapkan pada lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kedisiplinan sebagai alat
pendidikan merupakan suatu perbuatan yang sengaja diterapkan
(melalui suatu aturan atau tata tertib) untuk kepentingan pendidikan di
sekolah.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
33
f. Unsur-Unsur Disiplin
Disiplin sebagai kebutuhan perkembangan dan upaya
pengembangan bagi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan aturan
dan norma yang telah ditetapkan mempunyai unsur-unsur di dalamnya.
Menurut Kurtinez dan Greif (Wantah, 2005:150-168) disiplin
mempunyai 5 unsur penting. Unsur-unsur tersebut antara lain, yaitu:
1. Peraturan
Aturan merupakan sebuah ketentuan yang telah ditetapkan
untuk menata tingkah laku seseorang, adanya aturan membekali
seseorang dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi
tertentu.
2. Kebiasaan
Kebiasaan biasanya bersifat tidak tertulis, namun
kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan
menjadi kewajiban bagi setiap anggota masyarakat untuk
melaksanakannya.
3. Hukuman
Hukuman mempunyai tujuan yaitu menghentikan anak
dalam melakaukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku dengan menggunakan metode yang
memberikan efek jera baik secara biologis maupun psikologis.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
34
4. Penghargaan
Penghargaan merupakan cara untuk menunjukan pada
anak bahwa ia telah melakukan hal yang baik, dapat berupa
hadiah maupun hanya berupa pujian/ senyuman.
5. Konsisten
Konsisten menunjukan kebersamaan dalam isi dan
penerapan sebuah aturan, konsisten yang dimaksud adalah
konsisten dalam cara peraturan itu ditetapkan. Konsisten dalam
memberikan hukuman maupun maupun penghargaan.
g. Penanaman dan Pembentukan Disiplin
Karakter disiplin tidak sertamerta terjadi begitu saja. Setiap
orang membutuhkan proses yang berbeda-beda dalam pembentukannya.
Ada yang mengalami pro ses yang sebentar, ada pula yang
membutuhkan proses panjang tergantung dari berbagai faktor.
Pembentukan karakter disiplin dalam diri siswa dapat muncul
karena berbagai hal. Projodarminto (Tuu, 2004:50) berpedapat bahwa
pembentukan disiplin terjadi karena beberapa alasan, diantara yaitu:
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan
pendidikan, penanaman kebiasaan, dan keteladanan.
Disiplin dapat ditanamkan mulai dari tiap-tiap individu dan unit
paling kecil, organisasi atau kelompok.
Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia
muda, dimulai dari keluarga dan pendidikan.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
35
Disiplin lebih mudah ditegakan bila muncul dari kesadaran diri.
Disiplin dapat dicontohkan oleh guru kepada siswa-siswinya.
Kedisiplinan bukanlah hal yang dapat di wariskan secara
genetik, melainkan merupakan hasil dan dampak dari proses
pembiasaan dan pembinaan yang cukup panjang . Menurut A. Tabrani
Rusyan (Cahyono, 2016:175-176), disiplin harus mulai dibiasakan pada
peserta didik dengan cara:
1. Membiasakan diri masuk kelas sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
2. Membiasakan diri melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan
petunjuk guru dan peraturan sekolah.
3. Membiasakan diri melaksanakan kebersihan kelas, halaman
sekolah sebelum proses pembelajaran dimulai.
4. Membiasakan menjalankan tugas piket, untuk melatih tanggung
jawab.
5. Membiasakan minta izin jika meninggalkan kelas untuk suatu
keperluan.
6. Membiasakan diri mengirim surat kepada wali kelas jika
berhalangan hadir atau tidak masuk sekolah.
7. Mengucapkan salam kepada guru dan teman apabila bertemu.
8. Membiasakan diri melakukan K3 setiap saat.
9. Pelaksanaan upacara bendera atau hari-hari nasional dengan tertib
merupakan penerapan disiplin yang paling penting sebab pada
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
36
upacara mengandung beberapa disiplin diantaranya tertib
berbaris, terikat akan aturan-aturan tata upacara bendera,
membiasakan taan atau mematuhi aturan, melakukan dengan
khidmat, melakukan tugas atau komando dengan tepat, menahan
diri dan perasaan dengan terikat dan sikap bebas, dan
mendengarkan serta menyimak isi amanat yang disampaikan pada
saat upacara.
Pengembangan pendidikan karakter dalam diri peserta didik
membutuhkan suatu perencanaan yang matang. Perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan secara bersama-sama. Pendidikan
karakterdisipin pada program pengembangan diri, perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Pendidikan
karakter disiplin menurut Kemendiknas (2010:14-19) dapat ditanamkan
dalam diri peserta didik melalui hal-hal berikut:
a) Kegiatan rutin sekolah, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta
didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat, contohnya
adalah upacara bendera setiap hari senin.
b) Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga oleh guru dan tenaga kependidikan berupa
koreksi maupun pujian ketika mengetahui adanya perilaku yang
terpuji maupun kurang terpuji dari peserta didik, contohnya
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
37
adalah pada peserta didik yang membuang sampah sembarangan
atau pada peserta didik yang menolong orang lain.
c) Keteladanan, yaitu perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh terhadap tindakan-
tindakan yang baik dengan harapan mampu menjadi panutan
bagipeserta didik dalam berbuat sesuatu, contohnya adalah
berpakaian dengan rapi.
d) Pengkondisian, yaitu upaya sekolah dalam mendukung
keterlaksanaan dan kegiatan pendidikan karakter, contohnya
adalah adanya bak sampah yang mencukupi di berbagai tempat.
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin
Disiplin tidak mudah ditanamkan dalam diri seseorang. Salah
satu penyebabnya adalah karena adanya sifat malas dalam diri masing-
masing individu. John Pearce (Ningsih dan Widiharto, 2014: 80-81)
mengemukakan bahwa setidaknya ada 4 (empat) faktor yang wajib
diperhatikan dalam mendisiplinkan anak. Keempat faktor tersebut
antara lain yaitu, sebagai berikut:
1) Kepribadian anak
Anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Oleh
karena itu dalam membentuk karakter anak khususnya karakter
disiplin, masing-masing anak mempunyai cara dan strategi yang
berbeda. Anak yang sensitif yang mudah resah, biasanya akan
mudah menanggapi segala macam disiplin dan juga terhadap isi
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
38
hati orang lain dengan ketentuan jangan meninggikan suara dan
jangan pula bersikap keras. Apabila penanganannya tidak tepat,
maka bisa jadi anak akan tertekan atau bahkan memberontak.
2) Usia anak
Usia sangat mempengaruhi terhadap tumbuh kembang
anak. Semakin kecil usia anak, maka semakin bervariasi pula cara
mendidik anak. Anak pada usia yang masih kecil akan lebih
mudah belajar sesuatu dengan cara meniru apa yang dilihat dan
didengarnya (bersifat konkret). Oleh karena itu baik orang tua,
guru, maupun masyarakat sekitar harus memberikan contoh yang
baik dalam upaya menanamkan karakter disiplin dalam diri anak.
Kata-kata yang digunakan harus bersifat sederhana dan mudah
dicerna oleh anak.
3) Kepribadian Orangtua
Orangtua sebagai tempat bersosialisasi pertama bagi anak,
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan
karakter anak. Kepribadian orangtua selain menjadi contoh bagi
anak, juga menjadi cerminan ketika sedang menangani anak.
Orangtua sebaiknya menunjukan kepribadian yang baik pada
anak dan tidak memberikan pengaruh kepribadian yang terlampau
besar, berikan ruang bagi anak untuk berekspresi selama masih
dalam jalur yang benar.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
39
4) Pengalaman Disiplin Anak
Masa anak sangat mempengaruhi karakter anak di masa
depan, orangtua mungkin akan terkejut oleh efek langgeng yang
dilakukan oleh masa anak-anak. Anak akan mengerjakan hal yang
sama seperti yang dilakukan oleh orang tua sewaktu mereka
masih berusia anak-anak. Hal demikian menunjukan bahwa
pengalaman disiplin anak dimasa lalu dapat diwariskan secara
turun-temurun dan membentuk karakter disiplin anak seperti yang
orangtua harapkan.
Wantah mempunyai pendapat sendiri terkait faktor
pembentukan disiplin pada anak. Pembentukan disiplin pada anak,
menurut Wantah (2005:180-182) dipengaruhi o leh faktor-faktor
berikut:
1. Latar belakang dan kultur kehidupan keluarga
Orangtua yang dari kecil terbiasa hidup dalam lingkungan
yang keras, pemabuk, bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan
ini akan terbawa ketika orangtua membimbing dan menanamkan
disiplin pada anak.
2. Sikap dan karakter orangtua
Orangtua yang mempunyai watak o toriter, suka
menguasai, selalu menganggap dirinya benar, dan tidak
mempedulikan oranglain, akan cenderung membina disiplin anak-
anaknya secara otoriter pula.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
40
3. Latar belakang pendidikandan status sosial ekonomi keluarga
Orang tua yang mengenyam pendidikan menengah keatas
dan memiliki status sosial ekonomi yang baik, dapat
mengupayakan pendidikan dan pembentukan disiplin yang lebih
terencana, sistematis, dan terarah, dibanding dengan keluarga
yang mempunyai pendidikan rendah, dan secara ekonomi tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang layak.
4. Keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga
Sebuah keluarga yang tidak utuh secara struktural, yaitu
salah satunya (ibu/ayah) tidak lagi bersama-sama dalam sebuah
keluarga, maka akan berpengaruh negatif terhadap penanaman
disiplin pada anak.
5. Cara dan tipe perilaku parental
Sikun Pribadi (Wantah, 2005: 182) mengemukakan
beberapa tipe perilaku parental yang dapat menghambat upaya
pembentukan disiplin anak di rumah, antara lain adalah: (1) tipe
parental yang keras, kejam, dingin, otoriter, selalu memberi
nasehat, atau selalu memarahi anak; (2) acuh tak acuh, karena
orangtua terlalu sibuk dengan hanya memperhatikan kesulitannya
sendiri; (3) memanjakan, sehingga kebutuhan anak dituruti secara
berlebihan, walaupun anak sendiri tidak memintanya; (4) selalu
khawatir terhadap anak, khawatir kalau-kalau ia mendapat sakit,
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
41
celaka dijalan, makan dan minumnya kurang steril, dan
sebagainya.
Menurut Tu‟u (2004:49-50) karakter disiplin pada anak dapat
dilakukan melalui beberapa upaya. Upaya tersebut apabila dilaksanakan
dengan baik dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan penanaman
kedisiplinan peserta didik. Adapaun upaya tersebut antara lain, yaitu:
1) Teladan
Teladan merupakan cara yang sangat efektif dalam
membentuk karakter pada anak. Peserta didik akan lebih mudah
mencontoh dibandingkan dengan hanya diberi himbauan semata.
Oleh karena itu, kepala sekolah maupun guru harus memberikan
contoh dan teladan disiplin, agar apa peserta didik senantiasa
meniru dan menanamkan dalam dirinya.
2) Lingkungan berdisiplin
Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Lingkungan merupakan
tempat manusia tumbuh dan berkembang, k arena itulah
lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukan karakter seseorang. Lingkungan berdisiplin perlu
diciptakan guna menanamkan dan mewujudkan karakter disiplin
dalam diri seseorang.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
42
3) Latihan berdisiplin
Karakter disiplin bukanlah karakter yang dapat terbentuk
begitu saja, melainkan membutuhkan latihan. Proses latihan
disiplin dapat dilakukan dengan cara melakukannya secara
berulang-ulang dan membiasakan melalui praktek langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain faktor pendukung yang disebutkan diatas, terdapat pula
faktor penghambat dalam penanaman pendidikan karakter disiplin.
Faktor ini dapat terjadi dikarenakan banyak hal misalnya ketidaktahuan,
ketidakmauan, maupun ketidakmampuan masing-masing pihak yang
turut andil dalam hal ini. Faktor- faktor tersebut (Tuu, 2004: 53) antara
lain, yaitu:
1) Disiplin sekolah yang kurang terencana dan matang.
2) Perencaan baik, tapi implementasinya kurang baik dan kurang
diawasi oleh kepala sekolah.
3) Penerapan kebijakan yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
4) Kebijakan kepala sekolah belum memprioritaskan peningkatan
dan pemantapan disiplin sekolah.
5) Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan
dan implementasi disiplin di sekolah.
6) Kurangnya partisipasi orangtua dalam menangani disiplin
sekolah, khususnya siswa yang bermasalah.
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
43
7) Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa yang
bermasalah dalam disiplin diri.
i. Pelaksanaan Disiplin
Disiplin bukan hanya sekedar teori, namun juga memerlukan
pengamalan nyata berupa sikap dan tindakan dalam setiap aktivitas
kehidupan sehari-hari. Menurut Atheva (Elly, 2016:47) orang yang
disiplin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Selalu menaati peraturan atau tata tertib yang ada; 2. Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan
tepat waktu; 3. Kehidupannya tertib dan teratur; 4. Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.
Pelaksanaan disiplin berkaitan erat dengan perilaku peserta
didik. Peserta didik yang melaksanakan disiplin dengan baik dapat
dilihat atau diamati dari perilakunya di sekolah. Adapun perilaku
peserta didik yang mencerminkan perilaku disiplin menurut
Sulistyowati (Elly, 2016:48), antara lain yaitu:
1. Disiplin dalam mencapai jadwal belajar; 2. Disiplin dalam menguasai semua godaan untuk menunda waktu
belajar; 3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan
semangat belajar; 4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar tetap sehat dan fit.
j. Pelanggaran Disiplin
Penerapan disiplin di sekolah tak selalu berjalan dengan mulus.
Meskipun sudah diupayakan dengan semaksimal mungkin, namun pada
kenyataannya pelanggaran masih saja terjadi. Pelanggaran tersebut
dapat muncul karena beberapa alasan. Rachman (Tuu, 2004: 53-54)
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
44
membagi ke dalam tiga kelompok mengenai penyebab munculnya
pelanggaran disiplin di sekolah, antara lain yaitu pelanggaran disiplin
yang timbul oleh guru, pelanggaran disiplin yang timbul oleh peserta
didik, serta pelanggaran disiplin yang timbul oleh lingkungan.
1. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh guru, antara lain: a) Aktivitas yang kurang tepat; b) Kata-kata guru yang menyindir/ menyakitkan; c) Kata-kata guru yang tidak sesuai dengan perbuatannya; d) Rasa ingin ditakuti dan disegani; e) Kurang dapat mengendalikan diri; f) Suka mempergunjingkan peserta didiknya; g) Kelas membosankan karena guru tidak menggunakan metode
yang bervariatif dalam pembelajaran; h) Gagal menjelaskan pelajaran dengan menarik perhatian
peserta didik; i) Memberi tugas terlalu banyak dan berat; j) Kurang tegas dan kurang berwibawa sehingga tidak mampu
menguasai kelas. 2. Pelanggaran disiplin yang ditimbulkan oleh peserta didik, antara
lain: a) Peserta didik suka berbuat aneh untuk menarik perhatian; b) Peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang/ tidak
harmonis; c) Peserta didik kurang istirahat dirumah sehingga mengantuk di
sekolah; d) Peserta didik kurang membaca dan belajar serta tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; e) Peserta didik pasif, potensi rendah, lalu datang ke sekolah
tanpa potensi diri; f) Peserta didik yang suka melanggar tata tertib sekolah; g) Peserta didik yang pesimis atau putus asa terhadap keadaan
lingkungan dan prestasinya; h) Peserta didik datang ke sekolah karena terpaksa; i) Hubungan antar peserta didik kurang harmonis, adanya klik
antara kelompok (mengelompok); j) Adanya kelompok-kelompok eksklusif di sekolah.
k. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh lingkungan, antara lain: a) Kelas yang membosankan; b) Perasaan kecewa karena sekolah bertindak kurang adil dalam
penerapan disiplin dan hukuman; c) Perencanaan dan implementasi disiplin yang kurang baik;
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
45
d) Keluarga yang sibuk dan kurang memperhatikan anak- anaknya, serta banyak problem;
e) Keluarga yang kurang mendukung penerapan disiplin sekolah;
f) Lingkungan sekolah dekat dengan keramaian; g) Managemen sekolah yang kurang baik; h) Lingkungan bergaul peserta didik yang kurang baik
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan membuktikan bahwa topikini menarik untuk
dijadikan penelitian. Penelitian relevan yang dijadikan referensi tidak
memiliki kesamaan secara menyeluruh, sehingga dapat menambah
pembahasan mengenai pendidikan karakter disiplin di sekolah dasar.
Penelitian yang relevan dilakukan oleh:
1. Anne gregory, Rusell J. Skiba dan Pedro A. Noguera (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Achievement Gap and the Discipline
Gap: Two Sides of the Same Coin”. Hasil penelitiannya adalah bahwa
kesenjangan prestasi dan kesenjangan kedisiplinan merupakan dua hal
yang saling berhubungan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kesenjangan prestasi dan kesenjangan kedisiplinan merupakan dua hal
yang saling berhubungan. Kesenjangan sosial masih terjadi di Amerika,
dialami siswa sekolah antara kulit hitam dengan kulit putih.
Kesenjangan ini biasa disebut dengan kesenjangan ras atau etnis. Hal
ini menyebababkan adanya kesenjangan disiplin yang harus segera
diatasi agar peristiwa yang serupa tidak terjadi lagi.
2. Wirantasa, Umar (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Hasil penelitian
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
46
menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat besar antara kedisiplinan
siswa terhadap prestasi belajar matematika yaitu sebesar 0,8742.
Angka ini termasuk dalam kategori korelasi yang sangat kuat, sehingga
dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif yang sangat kuat
antara kedisiplinan siswa dengan nilai koefisien determinasi sebesar
76,42%. Artinya variabel disiplin siswa memberikan kontribusi sebesar
76,42% terhadap prestasi belajar matematika. Semakin disiplin siswa,
maka semakin tinggi pula nilai matematika yang diperoleh.
3. James K, Luiselli; dkk (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
“Whole-School Positive Behaviour Support: Effects on Student
Discipline Problems and Academic Performance”. Hasil dari penelitian
tersebut adalah bahwa siswa sekolah dasar masih mengalami masalah
dalam hal kedisiplinan. Banyak siswa yang berperilaku tidak disiplin di
sekolah, terutama sekolah yang berada di lingkungan perkotaan.
Pelanggaran disiplin tersebut misalnya dengan mengganggu di dalam
kelas, perusakan, penindasan, dan lain sebagainya. Masalah ini harus
segera diatasi karena sangat mempengaruhi hasil akademik siswa.
4. Ningsih, Bekti Marga dan Widiharto, C. A. (2014) dalam penelitiannya
yang berjudul “Peningkatan Disiplin Siswa dengan Layanan Informasi
Media Film”. Penelitian ini memandang bahwa penurunan kedisiplinan
siswa merupakan sesuatu yang harus segera ditangi dan ditingkatkan.
Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kedisiplinan siswa
dengan menggunakan Layanan Informasi Media Film. Kedisiplinan
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019
47
siswa meningkat dalam data uji-t sebesar 9,4896% dengan t-tabel
sebesar 2,045 sehingga t-hitung ≥ t-tabel. Kesimpulannya adalah bahwa
media tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penanaman pendidikan
karakter disiplin di SD N 1 Karanggayam terkait pelaksanaannya, serta
tantangan guru dalam menanamkan karakter disiplin. Hal ini dikarenakan
dalam pelaksanaan penanaman karakter disiplin pada peserta didik masih
terdapat faktor yang mempengaruhi terkait dalam penanaman pendidikan
karakter disiplin pada peserta didik. kerangka berpikir dalam penelitian dapat
dirumuskan dengan bagan dibawah ini
. Karakter disiplin
peserta didik di SD N 1 Karanggayam sudah
cukup baik
Penerapan disiplin di
sekolah
Peran guru dan kepala sekolah sebagai ujung
tombak dalam menanamkan
pendidikan karakter
Dilakukan penelitian kualitatif untuk
mendeskripsikan penanaman pendidikan
karakter disiplin di SD N 1 Karanggayam
Siswa berkarakter disiplin
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019