Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berbicara
a. Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa,sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Spencer and Spencer dalam Hamzah
Uno (2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai “Karakteristik yang
menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja
efektif/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Kemampuan (ability)
berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Menurut Robins (2009:46-48) menyatakan bahwa kemampuan (ability)
adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan tindakannya. Menurut Mohammda Zain
dalam Milman Yusdi (2010:10)mengartikan bahwa Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan
seorang individu dalam menguasai suatu keahlian untuk melakukan suatu
pekerjaan.
9
b. Berbicara
Bahasa digunakan untuk berkomunikasi agar anak mampu
mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana dan mampu
berbicara dengan baik dan benar.berbicara merupakan kegiatan komunikasi
lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para partisipannya berperan
sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa yang
didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera Sulastri (2008:13).
Berbicara menurut Greene & Petty (2008:3-4) bahwa berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara dipelajari. Berbicara sudah tentu berhubungan erat
dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak; melalui
kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Tarigan (2008: 16), tujuan
utama dari berbicara adalah berkomunikasi. Lebih lanjut, Tarigan (2008:8)
menegaskan bahwa manusia sebagai makhuk sosial tindakan pertama dan
paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar
pengalaman, saling mengemukakan dan saling menukar pengalaman, saling
mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau
saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu pendirian atau atau
keyakinan. Menurut Ochs dan Winker dalam Tarigan (2008:16), pada
dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu sebagai berikut. 1)
Memberitahukan dan melaporkan (to inform) 2) Menjamu dan menghibur
(to entertain) 3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to
persuade).
10
Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa berbicara
adalah kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan dan suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak dan
memiliki tujuan utama berkomunikasi.
2. Siswa ABK (Down syndrome)
a. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik khusus dan
memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak-anak normal pada
umumnya. Hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus bermacam-
macam, ada yang mulai sejak lahir dan ada juga yang kecelakaan. Menurut
Frieda Mangunsong (2009), Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar
Biasa adalah :"Anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam
hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan
neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,
maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan
modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait
lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya
secara maksimal."Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa dalam
(Magunsong, 2010), mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus
sebagai anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, mental, intelektual, sosial,
emosional) sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
11
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan Anak Berkebutuhan Khusus
adalah anak dalam pertumbuhannya mengalami kelainan dan anak-anak
yang memiliki fisik dan kemampuan yang berbeda.
b. Down syndrome
Down syndrome merupakan kelainan kromosom yakni
terbentuknya kromosom 21. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Penyakit ini sudah dikenal sejak tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down.
Menurut Nevid (2005:150), “ Down syndrome adalah kondisi yang
disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke 21 dan
ditandai dengan retardasi mental serta abnormal fisik yang beragam”. Anak
dengan rata-rata mengalami hambatan dan kecerdasan yang sebagian besar
termasuk pada anak tunagrahita sedang dan juga disertai dengan gangguan
fisik lainnya serta emosi. Dampak dari faktor kecerdasan yang dimiliki anak
Down syndrome akan mempengaruhi perkembangan lainnya salah stunya
adalah perkembangan bahasa, dimana anak akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti intruksi dan mengekspresikan kebutuhan mereka secara verbal.
Menurut Anggraeni dan Baihaqi (2004:131) Down syndrome
termasuk Tunagrahita maka dalam memahami pembelajaran diperlukan
media dan disajikan lebih menarik serta konkrit.
12
3. Media Boneka Tangan
a. Pengertian Media
Anitah (2009,123) menyatakan, “Media merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua
pihak atau kutub) atau suatu alat” . Dengan kata lain media dijadikan
sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan
dengan penerima pesan atau informasi.
Dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya media pembelajaran
agar dalam pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan dapat menimbulkan
kebosanan dalam belajar. Penggunaan media pembelajaran bisa sangat
membantu guru dalam proses pembelajaran selain itu media juga dapat
membantu keaktifan siswa. Untuk mempermudah siswa dalam menerima
pembelajaran seharusnya Guru dapat memilih media pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa.
Dalam berlatih bercerita atau berkomunikasi juga dapat
menggunakan media pembelajaran untuk membantu siswa agar dapat lebih
percaya diri. Dalam kegiatan berkomunikasi, media boneka tangan dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran yang dapat mendukung proses belajar
mengajar.
b. Boneka Tangan
Sudjana (2010:188) menjelaskan boneka tangan yaitu “Boneka yang
digerakkan oleh tangan disebut boneka tangan” . Media boneka tangan
cukup populer di kalangan anak, karena anak-anak terbiasa bermain boneka.
13
Boneka tangan sering dijumpai anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Boneka tersebut di-mainkan dengan tangan dan biasa digunakan sebagai
mainan oleh anak-anak. Media boneka berfungsi membantu mempermudah
pemahaman isi cerita dan penokohan dalam dongeng. Tompkins dan
Hoskisson (2014: 47) menyatakan bahwa boneka sederhana yang disediakan
dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
kreativitas dan keterampilan dramatiknya. Boneka-boneka tersebut dapat
digunakan tidak hanya dalam 27 aktivitas drama, tetapi juga sebagai suatu
cara untuk mengembangkan keterampilan berbahasa.
1. Kelebihan Media Boneka Tangan
Kelebihan Media Boneka Tangan adalah :
a. Siswa lebih mudah belajar bercerita dan dapat berkomunikasi dengan
baik.
b. Siswa lebih termotivasi untuk belajar agar dapat memberikan dan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
c. Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.
d. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Kelemahan Media Boneka Tangan
Kelemahan Media Boneka Tangan adalah :
Kurang efisien terhadap waktu yang ada karena Anak
berkebutuhan khusus membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pembelajaran dengan menggunakan Media Boneka Tangan.
14
3. Langkah-Langkah Media Boneka Tangan
Langkah-langkah pembelajaran adalah :
a. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita
b. Pengembangan cerita Guru, Guru menyajikan fakta-fakta di sekitar
krhidupan anak yang berkaitan dengan isi cerita.
c. Guru menjelaskan tokoh dalam cerita dengan menggunakan media
Boneka Tangan
d. Guru menceritakan isi cerit dengan lafal dan intonasi yang
menggambarkan isi cerita
e. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan yang
terkait dengan isi cerita
4. Materi Bercerita
a. Pengertian Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara
lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng
yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang
yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik
(Penelitian Dwiantari 2012). Bercerita merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif yang berarti menghasilkan ide, gagasan,
dan buah pikiran (Yeti Mulyati, 2009: 64). Keterampilan bercerita yang
baik memerlukan pengetahuan, pengalaman serta kemampuan berpikir
yang memadai. Dalam bercerita juga diperlukan penguasaan beberapa
keterampilan, yaitu ketepatan tatabahasa sehingga hubungan antar kata dan
15
kalimat menjadi jelas. Ketepatan kata dan kalimat sangat perlu dikuasai
dalam bercerita, sebab dengan menggunakan kata dan kalimat yang tepat
dalam bercerita akan memudahkan pendengar memahami isi cerita yang
dikemukakan oleh pembicara.
b. Jenis-Jenis cerita
Berdasarkan ciri-cirinya, cerita dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
Cerita Lama Cerita lama umumnya mengisahkan kehidupan klasik
yang mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis-
jenis cerita lama menurut Desy (Taningsih, 2006: 7) adalah sebagai
berikut:
1) Dongeng Cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar
terjadi dan bersifat fantastis atau khayal. Macam-macam dongeng
adalah sebagai berikut: a) Mite adalah cerita atau dongeng yang
berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya
makhluk halus. b) Legenda adalah dongeng tentang kejadian alam yang
aneh dan ajaib.
2) Hikayat adalah cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat
khayal.
3) Cerita Berbingkai adalah cerita yang didalamnya terdapat beberapa
cerita sebagai sisipan.
4) Cerita Panji adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti
kesusastraan jawa.
16
5) Tambo adalah cerita mengenai asal-usul keturunan, terutama keturunan
raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal.
6) Cerita Baru Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak
berkaitan dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita
baru dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini
dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya. Contoh dari cerita baru
adalah novel, cerita pendek, cerita bersambung dan sebagainya. 15
Jenis cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis cerita
lama yaitu berupa fabel. Peneliti memilih fabel karena fabel
merupakan cerita tentang binatang yang banyak disukai oleh anak-
anak. Selain itu, alur cerita dalam fabel mudah dipahami dan dekat
dengan kehidupan sehari-hari anak.
c. Manfaat Bercerita
Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95) ditinjau dari beberapa aspek,
menyatakan bahwa manfaat bercerita, adalah sebagai berikut: a.
Membantu pembentukan pribadi dan moral anak b. Menyalurkan
kebutuhan imajinasi dan fantasi c. Memacu kemampuan verbal anak d.
Merangsang minat menulis anak e. Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan, Bachtiar S. Bachri (2005: 11), mengatakan bahwa manfaat
bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab
dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi
merupakan hal baru baginya.
17
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Untuk memperluas pengetahuan tentang penelitian, maka ada
beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa praktisi pendidikan
diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarti Ningsih, dengan judul
“peningkatan Keterampilan Berbicara melalui metode bercerita siswa
kelas III SDN 01 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali”. Diperoleh bahwa penggunaan metode bercerita dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya, serta meningkatkan
aktivitas yang lebih baik pada siswa. Selain itu keterampilan berbicara
dapat ditingkatkan melalui metode bercerita, dengan hasil belajar siswa
dari 60,82 (nilai rata-rata hasil belajar sebelum penelitian) menjadi
64,28 (siklus I) dan 79,94 (siklus II). Begitupun dengan ketuntasan
klasikal meningkat dari ketuntasan 60% pada siklus I menjadi 88%
pada siklus II. Demikian pula peningkatan daya serap klasikal dari
64,28% pada siklus I menjadi 79,94% pada siklus II. Persamaan pada
penelitian ini yaitu peningkatan Kemampuan berbicara, dan yang
membedakan yaitu pada subjek penelitian,bahan ajar dan metode
pembelajaran.
2. Penelitian yang dilakukan Jannah (2013), dengan judul “ Penggunaan
media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan bercerita pada
siswa kelas II SDN Bareng 4 Kota Malang”. Hasil penelitian
18
menunjukkan bahwa keterampilan bercerita melalui media boneka
tangan, pada siklus I intonasi dan pemilihan kata siswa masih belum
baik, siswa sering dibantu oleh guru dalam pemilihan kata dan
pengucapannya. Sedangkan pada siklus II siswa sudah bisa menentukan
kata kalimat percakapan yang sesuai dengan cerita, guru jarang bahkan
tidak memberikan bantuan dalam pemilihan kata dan intonasi, hanya
untuk siswa yang lamban saja guru memberikan bantuan. Hal ini
terbukti dengan kenaikan rata-rata kelas dari 75 menjadi 80 pada siklus
II, serta kenaikan ketuntasan klasikal dari 52% pada siklus I pertemuan
I menjadi 72 pada siklus II pertemuan II. Persamaan pada penelitian ini
yaitu menggunakan media boneka tangan, dan yang membedakan yaitu
pada subjek penelitian dan materi.
19
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dari kajian di atas adalah peningkatan
kemampuan berbicara (Down syndrome) melalui media Boneka
tangan dengan materi bercerita pada sekolah non Inklusi di SDN 04
Sitiarjo Kab.Malang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi
siswa
Penyebab 2
Penyebab 1
Solusi
Kelebihan
Harapan
Hasil
Masalah
1. Siswa sulit diajak
komunikasi dengan orang
tua,Guru, maupun teman.
2. Guru kurang bervariasi
dalam mengajak
berkomunikasi.
Menggunakan Media
Pembelajaran Boneka Tangan
dengan materi bercerita
Memudahkan siswa untuk
berkomunikasi dan
Berbicara
Meningkatkan
kemampuan berbicara
siswa Down Syndrome
Kurangnya media
pembelajaran yang
mendukung.
Tidak adanya Guru
Pendamping untuk Siswa
ABK
1. Siswa dapat berimajinasi
2. Siswa lebih mudah belajar
bercerita dan dapat berbicara
dengan baik
3. Siswa lebih termotivasi untuk
belajar agar dapat
memberikan dan menciptakan
suasana belajar yang
menyenangkan