Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan seperangkat rencana pengajaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Edward A. Krug mengatakan
kurikulum sebagai cara dan upaya guna mencapai tujuan pendidikan (Yamin,
2012:24). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mulyasa (2006:24)
menyatakan bahwa kurikulum merupakan kumpulan perangkat perencanaan
dan pengaturan tentang tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar,
serta penerapan pedoman pelaksanaan aktivitas belajar guna meraih
kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama
adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
10
a. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan
karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 2013 merupakan tindak
lanjut pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu (Hidayat, 2013:113).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pada
pendidikan karakter dan pengembangan kompetensi berupa sikap,
pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik.
Kurikulum 2013 menekankan adanya peningkatan dan keseimbangan soft
skills dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan (Abidin, 2014:20). Sedangkan Majid (2014:28) juga
menjelaskan bahwa orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan
dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan
pengetahuan (knowledge).
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 bersifat tematik, yaitu
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
murid (Majid, 2014:80).
Secara umum pengertian kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis
kompetensi dan karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
11
Pendidikan (KTSP). Pembelajaran pada Kurikulum 2013 bersifat tematik
dengan menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada pengembangan kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
b. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
(Kemendikbud, 2014:14).
c. Landasan Kurikulum 2013
Adapun landasan-landasan hukum pada kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional dan tanggap tehadap pekembangan zaman.
Sistem pendidikan nasional memuat tentang dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban
memperoleh pendidikan, bentuk penyelenggaraan pendidikan, Standar
Nasional Pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, serta pendanaan pendidikan.
12
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar Nasional Pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional
dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
13
5. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup,
tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi
Lulusan dalam bentuk kualitas yang seimbang antara hard skill dan soft skill.
Sedangkan Kompetensi Dasar adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti.
d. Implementasi Kurikulum 2013
1) Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013
Pembelajaran disesuaikan dengan tujuan kurikulum yang tertuang
dalam Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran
14
dalam Kurikulum 2013 dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam
Peraturan Kemendikbud Nomor 22 Tahun 2016 (2016:1-2) sebagai
berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; 2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7) Dari Pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan
keterampilan mental (soft skills);
9) Pembelajaran mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladaanan (ing ngarsa sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso)
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat; 12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
2) Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki ciri-ciri pembelajaran yang
menekankan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berikut paparan
karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 yang bersumber pada
Peraturan Kemendikbud Nomor 22 tahun 2016 (2016:3).
Karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 pada setiap satuan
pendidikan terkait erat pada pengembangan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima,
15
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan
mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan
turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu matapelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/
inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok
maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
3) Perencanaan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menyusun kegiatan pembelajaran yang diwujudkan dengan
penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mangacu pada Standar isi. Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Sedangkan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus
16
(Majid, 2014:125). Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan Peraturan Kemendikbud Nomor 22 Tahun 2016,
Silabus paling sedikit memuat: (a) identitas mata pelajaran; (b) identitas
sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; (c) kompetensi inti;
(d) kompetensi dasar; (e) tema; (f) materi pokok, memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; (g)
pembelajaran; (h) penilaian; (i) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam
pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;
dan (j) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Sedangkan komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencakup: (a) identitas
sekolah; (b) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (c)
kelas/semester; (d) materi pokok; (e) alokasi waktu; (f) tujuan
pembelajaran berdasarkan KD; (g) KD dan indikator pencapaian
kompetensi; (h) materi pembelajaran; (i) metode pembelajaran; (j) media
pembelajaran; (k) sumber belajar; (l) langkah-langkah pembelajaran; dan
(m) penilaian hasil pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan
mengacu pada prinsip penyusunan RPP. Prinsip penyusunan RPP
berdasarkan Peraturan Kemendikbud Nomor 22 Tahun 2016 meliputi: (a)
perbedaan individu peserta didik; (b) partisipasi aktif peserta didik; (c)
berpusat pada peserta didik; (d) pengembangan budaya membaca dan
17
menulis; (e) pemberian umpan balik dan tindak lanjur RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedial; (f) Penekanan pada keterkaitan dan
keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar; (g) mengakomodasi pembelajaran
tematik-terpadu; (h) penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegrasi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih.
4) Pelaksanaan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Berdasarkan Peraturan Kemendikbud Nomor 22 Tahun 2016, tahap
pelaksanaan pembelajaran meliputi:
18
1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional,
serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik;
c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2) Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Dalam kegiatan ini
peserta didik melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Setiap
kegiatan harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik sesuai
dengan kompetensi sikap yang tercantum dalam silabus dan RPP.
3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok; dan
d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
5) Penilaian Dalam Kurikulum 2013
Standar penilaian pendidikan Kurikulum 2013 telah secara tegas
dinyatakan dalam Peraturan Kemendikbud Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian. Berdasarkan Peraturan Kemendikbud tersebut
Standar Penilaian Pendidikan dipandang sebagai kriteria mengenai
lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik yang mencakup penilaian otentik, penilaian
19
diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Penilaian dalam Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian
otentik karena pada hakikatnya penilaian autentik merupakan kegiatan
penilaian yang dilakukan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa.
Nurgiyantoro (2011:4) menyatakan bahwa pada hakikatnya penialian
otentik merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata
untuk menilai hasil belajar siswa, melainkan juga berbagai faktor lain,
antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Hal ini sejalan
dengan Gulikers Bastiaens dan Krischner (2008) dalam Abidin (2014:78)
yang menyatakan bahwa penilaian otentik yaitu penilaian yang
melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting,
dan bermakna yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai penilaian
performa.
Richardson et al (2009) dikutip dalam Abidin (2014:81)
mengemukakan beberapa karakteristik penilaian otentik sebagai berikut.
1) Berisi seperangkat tugas penting yang dirancang secara luas dalam mempresentasikan bidang kajian ilmu tertentu.
2) Menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi. 3) Kriteria selalu diberikan di muka sehingga siswa tahu bagaimana mereka
akan dinilai.
4) Penilaian terpadu dalam kerja kurikulum sehari-hari sehingga sulit untuk membedakan antara penilaian dan pembelajaran.
5) Peran guru berubah dari penyampaian pengetahuan (atau bahkan antagonis) menjadi berperan sebagai fasilitator, model, dan teman dalam belajar.
6) Siswa mengetahui bahwa akan ada presentasi dihadapan publik atas pekerjaan yang telah dicapai sehingga mereka akan sungguh-sungguh
mengerjakan tugas.
7) Siswa tahu bahwa akan ada pemeriksaan baik dari proses yang mereka gunakan dalam pembelajaran dan produk-produk yang dihasilkan dari
pembelajaran.
20
Sesuai Peraturan Kemendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian (2016:4-5), prinsip penilaian hasil belajar pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah meliputi:
a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
d) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik;
g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian pada Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian
otentik untuk menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini sesuai dengan yang tercantum
pada Peraturan Kemendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian pasal 3 ayat (1), bahwa Penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: (a)
sikap; (b) pengetahuan; dan (c) keterampilan. Penilaian aspek sikap
dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang
relevan, dan pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas atau guru
kelas. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian
21
keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
2. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari serapan
tertentu atau proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca
indranya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1061). Seperti pendapat
Thoha (2008:141), persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan,
dan penciuman.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan (Rakhmat, 2012:50). Sedangkan Robbins dalam Muchlas (2008: 112)
mengemukakakan, persepsi diartikan sebagai proses dimana seseorang
mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya agar dapat
memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses kognitif yang dialami seseorang untuk menerima dan
memahami informasi melalui panca indranya. Baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kemudian rangsangan
terhadap alat indra diatur untuk dilakukan pengorganisasian dan penafsiran.
Proses penafsiran pada setiap individu tidak sama terhadap informasi yang
diterima.
22
Persepsi sangat penting dalam kehidupan karena persepsi tersebut
akan mempengaruhi cara pandang, pemahaman, tanggapan, sikap dan
perilaku seseorang terhadap objek yang dipersepsi. Persepsi merupakan suatu
proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang dalam
mengintepretasikan suatu objek. Menurut Sobur (2011:446) persepsi berperan
penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang
dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang dipersepsi sehingga akan
menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan sebagai konsekuensi akhir dari
suatu persepsi.
b. Komponen Persepsi
Terdapat tiga komponen utama dalam proses persepsi yang
dipaparkan oleh Sobur (2010:447) yaitu sebagai beikut:
a) Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi,
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi
yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks
menjadi sederhana
c) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi.
23
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi setiap individu pada suatu objek berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan pada masing-masing individu, baik
perbedaan dalam sikap, kepribadian ataupun motivasi. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi menurut Slameto (2010:102) ada 3, yaitu objek
yang diapersepsi; alat indra, syaraf dan susunan syaraf; dan perhatian.
1. Objek yang dipersepsi.
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf.
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus,
disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
sekumpulan objek.
24
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu
sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu
objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi
seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau
kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri
pada adanya perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan
dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses
terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengenai Kurikulum 2013 yang difokuskan kepada persepsi
guru terhadap Implementasi Kurikulum 2013. Berdasarkan penelusuran hasil
penelitian yang ada ditemukan skripsi yang relevan dengan penelitian ini
diantaranya:
1. Skripsi dari Eko Cahyono, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun
2015. Dengan judul penelitian “Analisis Ragam Persepsi Warga Sekolah
Dasar Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SDN Krampilan Kecamatan
Besuk Kabupaten Probolinggo”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui frekuensi persepsi
warga sekolah dasar terhadap implementasi Kurikulum 2013 dilihat dari
keseluruhan aspek Kurikulum 2013 yaitu: 28 % pada kategori setuju, 43%
tidak setuju namun suka melaksanakan Kurikulum 2013, dan 29% pada
25
kategori tidak setuju. Secara umum, persepsi sebagian besar informan
terhadap implementasi Kurikulum 2013 adalah baik.
a. Persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada fokus
penelitian yaitu sama-sama membahas mengenai Kurikulum 2013 variabel
diatas (Persepsi Warga Sekolah), penelitian diatas mencakup penelitian ini
(Persepsi Guru).
b. Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu subjek penelitian. Pada penelitian diatas subjek
penelitiannya warga sekolah (Kepala sekolah, waka sekolah, guru, staff, dan
siswa), sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti subjeknya
guru kelas I sampai dengan kelas VI.
2. Skripsi dari Fikri Zarmansyah, jurusan Civics Hukum Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2014. Dengan
judul penelitian “Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Kurikulum
2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Di
SMA Negeri 3 Malang”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh persepsi guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tentang pelaksanaan kurikulum
2013 pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
SMA Negeri 3 Malang bahwa Kurikulum 2013 sudah berjalan cukup baik
dimana perubahan kurikulum ini diharapkan dapat semakin membawa
perubahan besar dalam dunia pendidikan tentunya dalam merubah karakter
26
siswa menjadi lebih baik. Sedangkan persepsi siswa terhadap pelaksanaan
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 3 Malang bahwa Kurikulum 2013 sudah
sangat baik dimana siswa dipacu dalam pembelajaran yang kreatif mulai dari
hal mencari materi sampai pada penyampaian hasil tugas. Siswa juga di
ajarkan bagaimana berkomunikasi secara aktif baik dengan guru maupun
dengan temannya. Siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran terutama pada
saat berkelompok.
a. Persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada
fokus penelitian yaitu sama-sama membahas mengenai Kurikulum 2013
variabel di atas (Persepsi Guru dan Siswa), penelitian di atas mencakup
penelitian ini (Persepsi Guru).
b. Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Perbedaan antara penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu subjek dan tempat penelitian. Pada skripsi ini
subjek penelitiannya guru dan siswa dan tempat penelitiannya di SMA,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti subjeknya guru kelas
I sampai dengan kelas VI dan tempat penelitan di sekolah dasar.
Berdasarkan skripsi yang telah dipaparkan di atas terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Skripsi di atas
memiliki fokus penelitian yang sama yaitu Pelaksanaan Kurikulum 2013.
Sedangkan perbedaanya terdapat pada subjek penelitian, tempat penelitian dan
tujuan penelitian.
27
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum
Guru
Persepsi Kendala
Bagaimana persepsi guru
terhadap implementasi
Kurikulum 2013 di
SDN Dinoyo 3 Malang.
Bagaimana kendala yang
dirasakan guru dalam
implementasi Kurikulum
2013 di SDN Dinoyo 3
Malang.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian : Kualitatif Deskriptif
Subjek Penelitian : Guru dan Kepala Sekolah
Lokasi Penelitian : SDN Dinoyo 3 Malang
Instrumen Penelitian : Lembar Observasi, Lembar
Wawancara, Dokumentasi
“Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
Di SDN Dinoyo 3 Malang”
Upaya
Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk mengatasi
kendala dalam implementasi
Kurikulum 2013 di SDN
Dinoyo 3 Malang.