Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesiadi Sekolah Dasar (SD)
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi. Konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan maka materi pelajaran yang
berbentuk media cetak juga menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini sangat
membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi.
Guna menanggapi kemajuan masakini dan yang akan datang, bangsa
indonesia perlu memosisikan dirinya menjadi bangsa yang berbudaya baca
tulis. Untuk itu perlu dilakukan upaya pengembangan, baik melalui jalur
pendidikan formal maupun nonformal. Pengembangan melalui pendidikan
formal, dimulai dari Sekolah Dasar. Jenjang sekolah ini berfungsi sebagai
pusat budaya dan pembudayaan baca tulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD merupakan pembelajaran yang paling
utama, terutama di SD kelas rendah (I dan II), maupun kelas tinggi (III-VI).
Dikatakan demikian karena dengan bahasa siswa dapat menimba ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik.
Proses tersebut terjadi sejak awal sekolah. Mencermati hal tersebut, maka guru
sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran di sekolah dituntut untuk dapat
10
merancang, melaksanakan, dan` mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Telah dirumuskan secara nasional bahwa bahasa Indonesia dikembangkan
melalui empat aspek keterampilan utama yakni menyimak, berbicara,
membaca dan menulis Santoso, (2003:13) dalam Vivi (2011:11).Aspek-aspek
keterampilan bahasa Indonesia dalam setiap pertemuan (tatap muka)
ditetapkan satu aspek sebagai fokus. Keempat aspek keterampilan berbahasa
itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling menunjang.
Adapun aspek-aspek pembelajaran bahasa Indonesia SD adalah sebagai
berikut:
a. Menyimak
Menurut Zulela (2013:6) disebutkan bahwa menyimak adalah
mendengarkan (memperhatikan) baik–baik apa yang diucapkan atau dibaca
orang. Pendapat diatas dipahami bahwa menyimak adalah suatu kegiatan
mendengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi pada suatu
pembahasan yang disampaikan oleh seorang pembicara melalui lisan ataupun
tulisan. Melatih keterampilan menyimak akan melatih keterampilan berpikir
atau bernalar, sehingga siswa dapat menerima, memahami, mengidentifikasi,
dan mereaksi informasi tersebut melalui lisan (berbicara) atau tulisan
(menulis) dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh
pendengarnya.
11
b. Berbicara
Suhartono, (2005:20) mengemukakan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan Pendapat ahli dapat dipahami bahwa berbicara adalah kemapuan
seseorang menyampaikan pendapat didepan umum tidak hanya pendapat tapi
bisa berupa ide atau sebuah gagasan. Keterampilan berbicara selalu
berkembang tidak hanya dikalangan anak – anak akan tetapi bisa pada orang
dewasa.
Keterampilan berbicara berkembang pesat pada kehidupan anakanak. Hal
itu tampak dari penambahan dari kosakata yang didengar anak yang diperoleh
dari lingkungan dan semakin hari semakin bertambah. Pada masa kanak-
kanak ini kemampuan berbicara anak-anak sudah mulai diajarkan sejak disini
sehingga untuk kedepannya anak tidak gugup dalam berbicara didepan
umum.
Kegiatan formal (sekolah), pada kelas awal SD bisa dimulai dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara di depan kelas untuk
memperkenalkan diri, tanya jawab dengan teman, bercerita tentang
pengalaman, menceritakan gambar dan lain-lain. Kegiatan itu akan
memperkaya kosakata, memperbaiki kalimat, dan melihat keberanian siswa
dalam berkomunikasi.
12
c. Membaca
Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata atau bahasa lisan Zulela (2013:100). Dapat dipahami
bahwa membaca adalaha sebuah proses penggambilan pesan yang hendak
disampikan oleh penulis untuk pembaca, pesan yang diperoleh bisa berasal
dari kata atau bahasa lisan.
Pembelajaran membaca di SD diselenggarakan dalam rangka
menggembangkan kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh
setiap warga negara agar dapat mengembangkan kemampuanya yang
berkelanjutan. Mulai pembelajaran di SD, siswa diharapkan memperoleh
dasar-dasar kemampuan membaca di samping kemampuan menulis dan
menghitung, serta kemampuan lainnya sehingga siswa dapat menyerap
berbagai pengetahuan yang sebagian besar disampaikan melalui tulisan.
Dengan adanya pembelajaran membaca siswa mampu membaca huruf, suku
kata, kalimat, paragraf dan berbagai teks bacaan serta mengapresisi dan
berekspresi pada sastra melalui kegitan membca hasil sastra berupa dongeng,
cerita anak-anak, cerita rakyat, puisi, dan pantun.
d. Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif,
karena penulis harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Menulis
atau mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, untuk itu
perlu dilatih secara teratur dan cermat sejak dini. Menurut Zulela (2013:6)
13
pembelajaran menulis di SD terdiri atas dua bagian yakni: 1) Menulis
permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis dengan benar,
menarik garis, dan seterusnya. 2) Menulis lanjut dimulai dari menulis kalimat
sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan
bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar.
Berdasarkan empat aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, sesuai dengan
kurikulum KTSP saat ini memberikan keterampilan yang bias dimanfaatkan
oleh peserta didik dalam meraih masa depan yang lebih baik.
2. Konsep Dasar Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi untuk
menyampaikan pesan dengan menggunkan bahasa tulis sebagai alat medianya
sehingga melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno, (2007:15) dalam Teti,
(2015:22) proses menulis menulis meliputi tiga fase utama yaitu, fase pra
penulisan, penulisan, dan pasca penulisan. Fase-fase dalam proses penulisan
adalah sebagai berikur:
1. Fase Pra penulisan
Pada fase pra penulisan adalah tahap perencanaan atau persiapan menulis.
Langkah-langkah persiapan menulis pada fase pra penulisan. 1) Menentukan
topik, 2) menentukan maksud dan tujuan penulisan, 3) memperhatikan
sasaran penulisan, 4) mengumpulkan informasi pendukung, 4)
mengorganisasikan ide dan informasi, dan 5) membuat karangka karangan.
14
2. Fase Penulisan
Pada fase penulisan mengembangka kerangka karangan yang telah dibuat
menjadi suatu karangan yang utuh dalam betuk paragraf-paragraf yang
memenuhi persyaratan dan tulisan harus disesuiakan dengan ejaan yang
berlaku.
3. Fase Pasca penulisan (Revisi).
Tahap ini yang diteliti adalah sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, daftar pustaka, dan sebagainya.
Berdasarkan fase-fase yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa dari
setiap fase menulis, mulai dari fase pra menulis, fase menulis, dan fase pasca
menulis. Jadi dapat disimpulkan menulis adalah serangkaian aktivitas yang
terjadi untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
alat yang diggunakan untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.
2. Manfaat Menulis
Tulisan adalah suatu usaha menuagkan suatu gagasan dalam bentuk
kata-kata atau simbol-simbol yang makna dan aturannya sudah disepakati dan
mengandung makna tertentu. Menurut (Wawan, 2010:1) manfaat menulis
diantaranya :
1) Semakin mudah, semakin cepat, semakin efisien dalam mentransfer
gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol suatu tulisan.
2) Menulis melatih berpikir lebih runtut dan logis.
15
3) Orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, agar
pembacanya mudah memahami.
4) Dengan menulis dapat menggali lebih dalam ilmu yang ada.
5) Dengan menulis dapat mengamati sesuatu secara lebih luas.
6) Dengan menulis dapat menggali makna dari sebuah peristiwa.
Manfaat besar dari menulis yaitu dengan menulis otak terus diasah. Diasah
dalam kepekaan dalam perstiwa-pertiwa di sekitar. Diasah dalam hal kejelian
melihat sebuah peristiwa yang mungkin biasa terjadi. Diasah untuk mampu
berpikir logis, menemukan hubungan sebab dan akibat. Diasah untuk mampu
melihat pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa sehari-hari.
3. Karangan Diskripsi
Menurut Atmazaki, (2006:88) mengatakan bahwa deskripsi adalah bentuk
tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia) pembaca
seolah-olah mencermati, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat
segala sesuatu yang dideskripsikan. Penulis mengharapkan pembaca melalui
tulisannya dapat melihat, mendegar, mecium, serta kesimpulan yang
disampikan oleh penulis. hal senada juga disampaikan oleh Keraf (2007:17)
dalam Yossy, dkk (2014:16) bependapat bahwa deskripsi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa,
sehingga objek itu seolah-olah berada didepan mata kepala pembaca, seakan-
akan pembaca melihat sediri objek itu. Dengan karangan deskripsi penulis
memberikan sebuah bacaan yang membuat pembaca merasakan sendiri apa
yang ditulis oleh penulis.
16
a. Ciri-ciri dan Penyusunan Karangan Deskripsi
Adapun ciri-ciri karangan deskripsi adalah sebagai berikut:
1. Karangan diskripsi dapat dirasakan sendiri dan merupakan hasil
pengamaatan panca indra.
2. Merupakan pengambaran atau pelukisan sesuatu. Baik objek yang dilihat
secara lasung maupu objek yang tidak secara lasung.
3. Diskripsi disertai dengan satuan rincian objek tertentu
Menurut suparno (2007:8) ada tiga pendekatan dalam menulis karangan
deskripsi adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan ekspositoris, yaitu pendekatan dengan memberikan keterangan
sesuai dengan keadaan yang ada dan sebenarnya sehingga pembaca
seolah-olah merasakan objek yang dideskripsikan.
2) Pendekan inpresinistik, merupakan bentuk penggambaran dengan cara
mengolah emosi kita dalam bentuk tulisan kita. Sehingga pembaca dapat
melihatkesan suatu objek. Baik kesan yang baik maupun kesan buruk.
3) Pendekatan menurut sikap pengarang, pndekatan ini sesuai dengan sudaut
pandang penulis beserta arah penagkapan peserta.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun karangan diskripsi
menurut Suparno (2007:22):
a. Menentukan hal akan dideskripsikan.
b. Merumuskan tujuan pendeskripsian.
c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.
17
d. Merinci dan sesuai dengan sistematik penulisan dan hal-hal yang
menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan.
Karangan deskripsi merupakan karangan yang berupa fiksi maupun
nonfiksi yang bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca berupa ciri-
ciri, sifat, sehingga pembaca dapat merasakan, melihat apa yang ditulis oleh
penulis. Karangan deskripsi cukup sulit dan memerlukan latihan, strategi
pembelajaran inovatif, media pembelajaran yang menarik dengan tujuan untuk
memberikan pengetahuan dengan kemasan semenarik mungkin. Dengan media
yang menarik bisa membuat siswa semangat dalam menulis karangan deskripsi
salah satu contoh media pembelajaran yang bisa diggunakan untuk siswa dalam
menulis karangan deskripsi adalah dengan menggunakan media Bungkus
Makanan (BUMA), media Bungkus Makanan (BUMA) ini dapat membantu
siswa dalam menulis karangan deskripsi karena dengan memberikan sebuah
media yang sudah siswa kenal dan sering mereka temukan akan memudahkan
siswa dalam menulis karangan deskripsi.
4. Penggunaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia telah mengesahkan kurikulum 2013
namun di SD Muhammadiyah 08 Dau menggunakan dua kurikulum yaitu
kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). untuk
kurikulum 2013 diterapkan pada kelas 1 dan 4, sedangkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) diterapkan pada kelas 2,3,5,6. Menurut Mulyasa
(2006:12), Mulyasa (2009:20) KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,produktif,dan berprestasi .
18
Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan memberdayakan sekolah dalam
mengembangkan kompetensi yang akan diampaikan kepada peserta didik ,
sesuai dengan kondisi lingkungan, Joko (2008 : 13).
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahawa Kurikulum
Tingkat Satuan (KTSP) merupakan kurikulum yang diciptakan untuk
menyempurnakan kurikulum sebelumnya. KTSP juga sebagai kurikulum yang
memberdayakan sekolah dan mengembangkan kompetensi yang ada pada
siswa dan sekolah menjadi wadah untuk mengelola prestasi peserta didik dan
menjadikan peserta didik yang berprestasi. Dalam KTSP pembelajaran IPS
merupakan pembelajaran yang memiliki materi-materi yang cukup banyak.
Penentuan materi juga di sesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
5. SK dan KD Bahasa Indonesia KTSP Semester II Kelas V Sekolah
Dasar
Untuk mengembangkan suatu materi terdapat standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi landasan untuk mengembangkan materi pokok.
Selanjutnyauntukmerancangkegiatanpembelajarandanpenilaianperlumemperhat
ikanstandar proses dan standar penilaian.
19
Tabel.2.1. SK dan KD Menulis Kelas V SD Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan
pengalaman secara tertulis
dalam bentuk karangan,
surat undangan, dan dialog
tertulis.
1.1.Menulis karangan
berdasarkan pengalaman
dengan memperhatikan
pilihan kata dan penggunaan
ejaan.
1.2.Menulis surat undangan (ulang
tahun, acara agama, kegiatan
sekolah, kenaikan kelas, dll.)
dengan kalimat efektif dan
memperhatikan penggunaan
ejaan.
1.3.Menulis dialog sederhana antara
dua atau tiga tokoh dengan
memperhatikan isi serta
perannya
Tabel. 2.2 SK dan KD Menulis Kelas V Semester II
Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan fakta
secara tertulis dalam bentuk
ringkasan, laporan, dan puisi
bebas.
2.1 Meringkas isi buku yang dipilih
sendiri dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
2.2 Menulis laporan pengamatan
atau kunjungan berdasarkan
tahapan (catatan, konsep awal,
perbaikan, final) dengan
memperhatikan penggunaan
ejaan.
2.3 Menulis puisi bebas dengan
pilihan kata yang tepat.
Berdasarkan pengamatan di SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten
Malang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, kelas 5 pada semester I
yaitu (SK 1. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis, dan
20
KD 1.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan
pilihan kata dan penggunaan ejaan). Untuk materi bahasa Indonesia, menulis
Menulis karangan deskripsi dengan memperhatikan pilihan kata dan ejaan.
6. Materi Menulis Kelas V Sekolah Dasar
Menulis Karangan
1. Menyusun gambar menjadi
sebuah karangan.
2. Menjadikan paragraf-paragraf
menjadi sebuah cerita
21
Menyusun Gambar menjadi sebuah karangan
No Gambar Deskripsi
Dalam gambar 1 menjelaskan sebuah
rumah yang dijadikan sebagai warnet
tempat untuk mengakses internet.
Siti sedang menelpon dengan temannya.
Gambar 3 menjelaskan sebuah satelit
yang berada di angkasa.
Pak Ali sedang menelepon anaknya
yang sedang sekolah di Surabaya.
Gambar 3.1. Buku Paket Bahasa Indonesia kelas V . Iskandar Sukini (2009:9).
22
Menjadikan Paragraf-Paragraf Menjadi Sebuah Cerita
1. Setelah aku lihat dan pastikan bahwa kakakku sudah tidur nyenyak,
diam-diam aku ke luar rumah untuk menyusul teman-teman di sungai.
Sampai di sungai langsung saja aku mencebur bersama-sama teman-
teman. Aku berusaha meniru seperti yang dilakukan teman-temanku.
2. Ketika aku duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Pada waktu liburan kenaikan
kelas, aku berlibur ke rumah kakakku. Jarak rumah kakakku itu tidak
begitu jauh dengan rumahku, kira-kira 1 km. Walaupun begitu, aku lebih
suka menginap di sana karena di samping banyak teman, rumah kakakku
berdekatan dengan sungai yang cukup besar.
3. Siang itu setelah makan, aku diajak teman-teman mandi di sungai. Aku
senang sekali karena seumur-umur aku belum pernah mandi di sungai.
Tetapi jika aku izin, kakakku pasti tidak mengizinkannya. Kakak
menyuruh aku untuk tidur siang. Aku pura-pura menuruti perintahnya.
4. Tidak lama kemudian, aku merasakan seseorang menarik paksa tanganku,
ternyata ada yang menolongku. Aku dibawa naik ke darat, kemudian
tubuhku dijungkir. Dari perutku keluar air banyak sekali. Tidak lama
kemudian aku diajak istirahat di rumah orang yang berada di tepi sungai.
Setelah aku ganti pakaian, aku minum kopi panas. Selanjutnya, aku diantar
pulang ke rumah kakakku. Sejak itu, aku jera dan tidak akan mandi di
sungai lagi.
5. Pada waktu temanku berjalan menuju ke tengah sungai, aku pun
mengikutinya. Tetapi apa yang terjadi, aku langsung tenggelam dan tidak
dapat melawan arus yang deras. Karena aku tidak dapat berenang.
23
Kebetulan sungai sedang banjir. Melihat kejadian itu, teman-teman panik
dan berteriakteriak. Bagaimana kalau tidak tertolong, pasti aku mati
terapung di laut.
7. Media Bungkus Makanan (BUMA)
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latian dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti peraturan atau pengantar. Dalam
bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima. Hariyono (2014:48) media adalah sebagai segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merasang pikiran, perasaan, dan kemampuan siswa
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar untuk menambah
informasi baru pada siswa. Munadi (2010:7) mendefinisikan media
pembelajaran sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif”.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana untuk
penyampaian pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merasang
pikiran, persaan, perhatian, dan minat peserta didik sehingga proses
pembelajaran terjadi. Teknik, metode, dan sarana prasarana lain termasuk
dukungan lingkungan untuk menciptakan komunikasi untuk penyampaian
pesan pembelajaran dengan berhasil sebagimana yang telah direncanakan oleh
guru.
24
b. Manfaat Penggunaan Media
Media memiliki peranan penting dalam pembelajaran, yakni untuk
menyampaikan tau menjelaskan hal – hal yang abstrak dan dapat mewakili
guru sebagai alat komunikasi materi pembelajaran. Menurut Arsyad, (2011:25)
mengemukakan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran
di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Media pembelajaran memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan membangkitkan perhatian siswa dalam proses
belajar mengajar.
2. Media pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa seehingga
menimbulkan intraksi yang lebih langsung anatara siswa dan lingkungan
sekitarnya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi indra, ruang dan waktu.
4. Media pembelajaran memberikan pengalaman terhdap siswa tentang
berbagai peristiwa-pristiwa di lingkungan mereka, sehingga terjadi intraksi
secara langsung terhadap guru dan siswa atau kepada masyarakat.
Media pembelajaran sangat berperan penting dalam membantu siswa
dalam penyampaian meteri atau dalam menjelaskan materi saat proses
pembelajaran berlangsung.
c. Jenis-Jenis Media
1. Media audio visual
Media yang menampilkan unsur suara dan gambar. Media audio visual ini
dibagai menjadi dua yaitu:
25
a) Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti gambarseperti filam tanpa suara, filam rangkai suara, cetak suara;
dan
b) Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak, seperti filam suara dan vidio cassete. Contoh dari
peralatan audio visual adalah slide projector yang dipadukan dengan tape
recorder, televisi, film strip projector, video player, dan DVD player, dan
komputer.
2. Media Visual
Media ini hanya mengandalkan indera pengelihatan. Media visual
menampilakan gambar yang tidak memiliki suara, gambar, foto, lukisan,
dan cetakan. Ada pula media visual ini yang menampilkan gambar yang
dapat bergerak sepeti filam kartun. Unsur – unsur yang terdapat pada
media visual terdiri atas garis, warna, dan tekstur.
3. Media Auditif
Media auditif hanya mengandalkan kemampuan suara untuk dijadikan
media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, dan sebagainya.
Media ini tidak cocok untuk anak yang mempunyai kelainan pada
pendengaran.
4. Multimedia
Media yang menampilkan materi pembelajaran dengan teknik yang
memadukan semua keunggulan peralatan media audio dan visual dengan
berbagai teknik penyajian yang memanfaatkan teknologi LCD projector
sebagi peralatan utamanya.
26
Berdasrkan kajian jenis-jenis media pembelajaran pada penelitian ini
media pembelajran yang diberikan kepada siswa adalah termasuk dalam media
visual.
d. Merancang Media yang Baik
Ada banyak cara dalam membuat media pembelajaran yang baik. Cara
yang berbeda-beda ini intinya disesuaikan dengan kebutuhan dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Hariyono (2014:65) langkah-langkah
yang dilakukan dalam membuat media pembelajaran dengan baik adalah
sebagai berikut:
a) Mempelajari tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dengan media
tersebut. Tujuan dan kompetensi ini seperti kurikulum yang berkenan
dangan standar kompetensi, kompetensi dasar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator dan materi pokok pembelajaran.
b) Menentukan media yang akan dibuat atau dikembangkan.
c) Membuat desain media yang akan dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik dari segi penampilan dan praktis dalam penggunanya.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
e) Membuat alat sesuai rancangan (desain).
f) Menguji coba alat yang telah dibuat untuk mengetahui hasil media yang
dibuat.
g) Menyempurnakan alat/bagaian komponen media, jika diketahui masih ada
kekurangan. Pada tahap ini, dilakukan penyempurnaan media bila hasil uji
coba ditemukan kekurangan.
27
h) Mengevaluasi media yang telah dibuat. Dari hasil uji coba dilakukan
evaluasi mengenail kelayakan penggunaanya dalam kegitan pembelajaran.
i) Memproduksi media.
j) Menggunkan media dalam kegiatan proses pembelajaran.
Merancang media pembeajaran tidak harus menggunakan bahan-bahan
yang mahal atau dengan cara membeli. Akan tetapi juga dapat memanfaatkan
benda-benda yang tidak terpakai atau dapat menggunakan barang bekas yang
tidak terpakai. Merancang media harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut: (1) Sesuai dengan usia anak, (2) keamanan, dalam membuat
mediatidak membahayakan keselamatan anak, (3) mudah, artinya dalam
membuat media pembelajaran tidak menyulitkan peserta didik, (4) awet,
artinya dalam membuat media pembelajaran tidak mudah rusak jika digunakan,
(5) membantu siswa dalam mendapatkan informasi atau pemahaman suatu
materi. Rancangan media yang digunakan dapat berupa alat peraga atau media
TIK sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan dipelajari
siswa.
e. Pengertian Media Bungkus Makanan (BUMA)
Media “BUMA” adalah sebuah media yang terbauat dari potongan-
potongan bungkus makanan itu sendiri. Media “ BUMA “ bermanfaat untuk
membantu siswa menulis karangan diskripsi. Dengan menggunakan media
Bungkus makanan (BUMA) siswa bisa menulis karangan deskripsi karena
media Bungkus Makanan (BUMA) ini sangat mudah ditemukan oleh siswa
28
tidak hanya dilingkungan sekolah namun juga dapat ditemukan di lingkungan
tempat tinggal mereka.
f. Desain Media Bungkus Makanan (BUMA)
1. Terbuat dari bekas bungkus makanan yang dibentuk menjadi lembaran-
lembaran seperti buku.
2. Dalam setiap lembar bungkus makanan terdapat kata-kata dan gambar
yang bisa dimanfaatkan oleh siswa dalam membuat karangan deskripsi.
g. Desain Pembelajaran dengan Media BUMA
1. Menentukan tujuan pembelajaran dan sesuai materi pembelajaran.
2. Pemilihan metode, media, dan bahan pembuatan media.
3. Penggunaan media BUMA.
4. Menjelakan tata cara penggunaan media BUMA.
5. Evaluasi
8. Konsep Dasar Kreativitas
Menurut Yuliana (2011:2090) kreativitas adalah suatu kemampuan
individu untuk menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang baru untuk
memecahkan masalah secara fasih, dan fleksibel. Kreativitas juga diartikan
sebagai suatu pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif,
yang mencirikan hasil artistik penemuan ilmiah dan penciptaan baru, walaupun
mungkin orang lain telah memproduksi sebelumnya.
Terlepas dari berbagai definisi yang ada, satu hal yang mendasar dan
perlu diperhatikan yang menjadi titik temu dalam kreativitas, yaitu sebuah
29
kemampuan untuk menciptkan atau menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-
ide yang sama sekali baru. Kreativitas bukan sekedar hasil berpikir yang
disengaja namun anugrah dari Yang Kuasa kepada siapa saja yang
dikehendaki. Dalam pemaknaan seperti ini, kreativitas merupkan potensi yang
bersifat ilmiah yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah
dikenal sebelumnya yaitu semua pengelaman dan pengetahuan yang telah
diiperoleh seseorang selama hidupnya baik itu dilingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat, Paula (2009:16). Kreativitas dapat diperoleh melalui banyak
hal di sekitar kita, dan setiap orang dapat menuagkan ide dan gagasan-gagasan
baru yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya dan bermanfaat untuk
orang yang menggunkanya.
Dalam perkembangannya, kreativitas bisa tumbuh dan berkembang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi kreativitas adalah aspek kongnitif dan aspek keperibadian.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi kreativitas adalah lingkungan
sekitar. Faktor lingkungan yang paling penting adalah lingkungan yang
memberikan dukungan berupa kebebasan bagi individu yang menghargai
kreativitasnya.
Kreativitas memang harusnya dilatih dan diberdayakan secara optimal.
Tidak mungkin seseorang hanya berdiam diri saja daya inget merka akan
berkembang dengan sendirinya. Apabila kreativitasnya ingin berkembang
30
maka harus tanggap, mengambil langkah-langkah progresif, dan mencari
berbagai peluang bagi perkembangan kreativitasnya. Melihat kondisi seperti
ini, pengembangan kreativitas penting untuk ditumbuh kemangkan sejak usia
dini. Dengan perkembanganya daya kreativitas seseorang maka dia mudah
untuk pengaktualisasikan diri secara optimal.
Ciri-ciri kreatif yang dapat ditunjukan dalam diri seseorang kurang lebih
meliputi: kelancaran, kelenturan, atau keluwasan, dan yang orisinalitas dalam
berfikir. Kreativitas merupakan salah satu faktor yang ada pada setiap individu
yang berkembang secara berkesinambungan, sehingga guru perlu untuk
memperhatikan bagaimana cara untuk meningkatkan dan mengembangkan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
Setiap siswa pada dasarnya memiliki kreativitas, namun hal ini sering
tidak dihiraukan dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan
terpendamnya kreativitas dalam prilaku siswa yang cendrung pendiam. Siswa
tidak diminta untuk menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Untuk
itu perlu bagi seseorang pendidik menggunakan suatu media yang tepat untuk
membangkitkan kreativitas dalam diri peserta didik.
Kreativitas menjadikan seseorang memiliki daya pencipta, penemuan,
semangat dan berbagai nilai-nilai inofasi lainnya. Pada titik inilah daya inovasi
dan kreativitas sesungguhnya sebuah rangkaian. Seperti pendapat Yuliana
(2011:2090) kreativitas adalah suatu kemampuan individu untuk menghasilkan
ide-ide atau gagasan-gagasan yang baru untuk memecahkan masalah secara
fasih, dan fleksibel. Semakin banyak siswa yang mampu mengembangkan
31
kreativitasnya maka semakin banyak inovasi yang dilakukan. Kunci agar
kreativitas anak dapat berkembang adalah dengan komunikasi yang baik.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang
Meningkatkan kreativitas menulis karangan deskripsi menggunakan media
BUMA siswa kelas V SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten Malang yang
memperkuat penelitian melakukan penelitian tindakan serupa. Adapun hasil
penelitian tersebutt antara lain sebagai berikut:
1. Purnomo Eko Bambang (2015). “ Penigkatan Kreativitas dan Hasil Belajar
IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TPS Pada Konsep Cahaya
Kelas VIII B Semester 2 SMPN 1 Jambu Tahun Pelajaran 2012/2013.
Pada jurnal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kreativitas dan
hasil belajar IPA. Model Kooperatif TPS sangat berperan penting dalam
pembelajaran IPA dan peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah
sama-sama bertujuan menigkatkan kreativitas siswa. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah terletak pada penggunaan
alat untuk menigkatkan kreativitas siswa, penelitian ini menggunakan
model pembelajaran Kooperatif sedangkan penelitian yang saya lakukan
menggunakan media pembelajaran yaitu media Bungkus Makanan
(BUMA)
32
2. Mahmud Ali (2008), “Tinjauan Kreativitas Dalam Pembelajaran
matematika”. Pada jurnal ini menunjukan bahwa dengan pembelajaran
matematika dapat menumbuhkan kreativitas siswa dengan menggunakan
soal terbuka. Soal terbuka sangat berperan penting dalam pembelajaran
matematika dan perlu dibudayakan, sehingga dapat memperoleh hasil
maksimal, yakni meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran
matematika. Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian
yang saya lakukan adalah terletak pada tujuan penelitian yaitu sama-sama
bertujuan untuk menigkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah
terletak pada penggunaan alat yang akan digunakan. Penelitian ini
menggunakan soal terbuka yang diberikan kepada siswa dalam mata
pelajaran Matematika, sedangkan pada penelitan yang saya lakukan adalah
dengan menggunakan media yaitu media Bungkus Makanan (BUMA).
Berdasarkan kedua jurnal yang relevan ini adapun persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini.Kesamaan dengan peneliti saat ini yakni,
sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan tulisan karangan
siswa di terapkan untuk siswa Sekolah Dasar dan jenis Penelitian Tindakan
Kelas. Namun ketidaksamaan dengan penelitian saat ini yakni, menggunakan
cara yang berbeda pada penelitian yang pertama lebih menekankan pada
kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika sedangkan pada penelitian
yang kedua menggunakan teknik menulis cepat dalam menulis karangan
deskripsi. Dengan demikian penelitian yang relevan ini dapat di gunakan
sebagai acuan untuk penelitian ” Meningkatkan kreativitas menulis karangan
33
deskripsi menggunakan media “BUMA” siswa kelas V SD Muhammadiyah
08 Dau Malang.
C. Kerangka Pikir
Kondisi kelas dan
Analisis Masalah
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
1. Kurangnya minat siswa sehingga
mempengaruhi kuragnya krativitas siswa
dalam menulis karangan diskripsi.
2. Guru masih menggunakan LKS sebagai media
pembelajaran.
Penggunaan Media “BUMA”
pada menulis karangan
diskripsi.
Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran
Menjelaskan materi
Menyiapkan media
Menyiapkan LKS
Pembahasan
Evaluasi
Kondisi Akhir
Kreativitas siswa semakin terasah dengan adanya hasil
karya siswa dalam menulis karangan diskripsi
Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran
Refleksi, Penyusunan
Program
perbaikan pembelajaran
Observasi dan Tindakan
34
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan menganalisis masalah
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Terdapat masalah dalam
kreativitas menulis karangan diskripsi pembalajaran bahasa Indonesia di kelas V
di SD Muhammadiyah 08 Dau Malang. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan media “BUMA”. Media “BUMA” adalah media yang terbuat dari
bekas bungkus makanan yang berbagai bentuk dan berasal dari merek yang
berbeda-beda dan bisa dimanfaatkan siswa untuk menulis karangan deskripsi.
Media “BUMA” ini diharapkan mampu menarik minat siswa dalam
mengembangkan kreativitas siswa dalam menulis khususnya dalam menulis
karangan deskripsi. Media “BUMA” ini dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok dan individu. Media “BUMA” ini dapat membangitkan minat siswa
sehingga kreativitas siswa dalam menulis karangan deskripsi. Penelitian ini akan
dilakuan sampai kreativitas siswa terasah dan menghasilkan berupa sebuah hasil
karya karangan.